majalah olimpiade sains nasional edisi ii filemts, dan 765 siswa sma/ma. mereka berlomba di bidang...
TRANSCRIPT
w
MajalahOlimpiadeSainsNasional
Edisi IIJuli 2018
www.dikdasmen.kemdikbud.go.id@osn_kemdikbud osn_kemdikbudIkuti kami di :
,
Foto : Kiki Raifiandi
REDAKSI
Olimpiade Sains Nasional,
yang selanjutnya disebut
(OSN) adalah perhelatan
lomba di bidang sains tingkat
nasional yang diikuti oleh peserta
didik dari seluruh Indonesia setelah
lolos seleksi pada olimpiade sains
tingkat provinsi.
Sejarah pelaksanaan OSN dimulai
tahun 2002, setelah keberhasilan
Indonesia menjadi tuan rumah
Olimpiade Internasional Fisika
di Bali. Sejak tahun 2002 hingga
tahun 2018 ini, penyelenggaraan
OSN telah berjalan tujuh
belas tahun. Kontinyuitas dan
konsistensi penyelenggaraan
OSN ini, merupakan bentuk
tanggungjawab Kemendikbud
dalam rangka membumikan
amanat UU Sisdiknas tentang
fungsi dan tujuan pendidikan
nasional.
Perjalanan penyelenggaraan OSN
itu patut dibanggakan, karena OSN
terbukti menjadi candradimuka
para ilmuwan muda yang berhasil
menjuarai pelbagai perlombaan
tingkat internasional seperti IJSO,
IMO, IPhO, ICHO, IOI, IBO, IESO,
dan IgeO. Para alumni OSN juga
banyak yang berkiprah di berbagai
bidang, baik di dalam negeri
maupun di luar negeri.
Tahun 2018 ini, OSN XVII
dilaksanakan di Kota Padang,
Provinsi Sumatera Barat. OSN ini
diikuti 1.433 siswa yang terdiri dari
272 siswa SD/MI, 396 Siswa SMP/
MTs, dan 765 siswa SMA/MA. Mereka
berlomba di bidang Matematika,
IPA, IPS, Informatika/Komputer,
Kimia, Biologi, Kebumian, Geografi,
Astronomi dan Ekonomi, untuk
memperebutkan 420 medali
dengan rincian 70 medali emas,
140 medali perak, dan 210 medali
perunggu.
Perjalanan lomba peserta OSN
XVII Tahun 2018 tersebut kami
abadikan dalam Majalah Sains.
Optimisme, percaya diri, dan
integritas para siswa kami potret
dalam bingkai teks dan gambar.
Semoga bermanfaat.
Selamat membaca!
Pemimpin Redaksi,
Satriyo Wibowo
SALAMREDAKSI
PENGARAHDIRJEN DIKDASMEN
PENASIHATSESDITJEN DIKDASMEN
PENANGGUNG JAWABYUDISTIRA W
PEMIMPIN REDAKSISATRIYO WIBOWO
WAKIL PEMIMPINREDAKSIKARTI
REDAKTUR PELAKSANAMARGO SUBEKTI
REDAKTURM. ADIB MINANUROKHIMBILLY ANTORO
REPORTERMUSTOFIK SLAMET | EKKY FAJRIEDWI RIYANTO | SULEMAN ABDULRAHMANM. RIZAL AMSAR | JAMAL ABDILAHROBERT L. TENGGARA | NGADIRUNDONY MARDIANSYAH | ARIS MUNANDARFARHAN WALIDEN | AIP SAEPUDINYUSUF ROKHMAT
FOTOGRAFERSENOAJI SUNHAJI | ALVEIN DAMARDANTOKIKI RAIFIANDI | MASHURIREZHA WIBISONO | LUKMAN DWI CAHYO
DESAIN DAN TATA LETAKMUHAMMAD ANHAR
VIDEOGRAFERT. IKHWANUL GHOFURBENY SUSANTO
EDITOR VIDEOAGUS
SOSIAL MEDIAAMANDANAFIS KHORIUL HUDA
SEKRETARIATSULISTYAWATI | MUKHIDINJUJU SURGANA | GUNAWAN LAKSONOM . FITRAH | TARYADISUDARMAN | BARA HIKMATIYARAGIT SUPRIANTO
Alamat Redaksi :
Bag. Perencanaan dan Penganggaran
Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan KebudayaanJl. Jenderal Sudirman, Gedung E Lantai 5,Senayan, JakartaTelepon : (021) 5725613Laman : http://dikdasmen.kemdikbud.go.id
MAJALAH SAINS JULI 2018 3SALAM REDAKSI
DAFTARISI
16
6 12
8
22
20
6-78-9
10-1316-1720-2122-2324-27
30
Kabar Pembukaan SDKabar Pembukaan SMPKabar Pembukaan SMALiputan UtamaKabar Lomba SDKabar Lomba SMPKabar Lomba SMAInspirasi
GaleriFotohal.
14-1518-1928-29
4 MAJALAH SAINS JULI 2018DAFTAR ISI
Foto : Kiki Raifiandi
Haydar Ingin Seperti Habibie
Senang dan gembira
dirasakan Muhamad
Haydar Iyaasfathila, siswa
Kelas V SD Negeri 2 Praya, Lombok
Tengah, Nusa Tenggara Barat. Ia
hadir pada pembukaan OSN di
Auditorium Universitas Negeri
Padang, Senin (2/7/2018).
“Senang bisa mengikuti OSN,
bisa ketemu dengan teman
baru,” ungkapnya. Bersama dua
rekannya yaitu Rama Dianto,
siswa SDIT Samawa Cendekia
Kabupaten Sumbawa dan I
Nyoman Bayu Udiyana, siswa SDN
01 Dompu Kabupaten Dompu,
Haydar mewakili NTB pada lomba
Bidang IPA.
Haydar yang mengidolakan
Albert Einstein mengaku tidak
memasang target, tapi ia
tetap berusaha meraih medali.
Persiapannya sudah cukup
matang sejak seleksi di tingkat
provinsi dan kini ia menjaga
kondisi supaya selalu sehat.
“Orang tua hanya bilang jangan
minum es, jaga kondisi badan,
jangan banyak gerak dan
baca buku pelajaran,” katanya
mengingat pesan Sang Ayah yang
hadir menemaninya ke Padang.
Haydar bercita-cita menjadi Bupati
Praya, mengingat ayahnya adalah
seorang Aparatur Sipil Negara
(ASN). Menurutnya, menjadi
seorang Bupati haruslah pintar.
“Seperti Pak Habibie, presiden
yang pintar,” ujar siswa yang
bulan juli ini beranjak 11 tahun.*
Dwi Riyanto
“Seperti Pak Habibie,
presiden yang pintar,”
IPA
Foto : Dwi Riyanto
Foto : Kiky Raifiandi
6 KABAR LOMBA SD MAJALAH SAINS JULI 2018
IPA
Amirul Ingin Jadi Guru
Amirul Mukminin Yannur sangat menikmati
suasana pembukaan OSN di Auditorium
Universitas Negeri Padang, Senin (2/7/2018). Ia
sesekali bercanda dan bersenda gurau bersama kedua
rekannya Farrel Aurelio William dan Edi Lestariawan.
Ketiganya adalah peserta OSN dari Provinsi Sulawesi
Tenggara.
Amirul merupakan salah satu peserta OSN bidang
Matematika jenjang SD/MI. Ia berasal dari Madrasah
Ibtidaiyah Pesri Ummusshabri Kota Kendari, Sulawesi
Tenggara. “Saya sekarang kelas V naik ke kelas VI MI
Pesri Ummushabri,” ucapnya.
Anak ke-2 dari 3 bersaudara ini memiliki cita-cita
menjadi seorang guru. “Karena guru adalah pekerjaan
yang mulia,” kata Amirul.
Di ajang OSN ini, selain ditemani oleh pendamping,
Amirul juga didampingi ayahnya.*
Jamal Abdillah
MATEMATIKA
Fakhri Musyafaa Ariyanto, siswa kelas V SD
Nasional KPS Balikpapan, datang ke Padang,
Sumatera Barat, mewakili Kalimantan Timur
untuk berlaga di ajang OSN XVII bidang IPA. Uniknya,
tahun lalu, ia adalah peraih perunggu pada OSN XVI
bidang matematika.
Antara matematika dan IPA, Fakhri lebih suka
matematika. Ia menyukai mata pelajaran berhitung.
Namun IPA juga mengandung unsur matematika
sehingga ia juga menyukai mata pelajaran itu dan
berhasil mengukir prestasi.
“IPA masih terkandung unsur-unsur berhitungnya
seperti fisika, dan unsur serta rumus-rumus
berhitungnya berbeda dengan matematika,”
ungkapnya.
Fakhri menyukai pelajaran IPA sejak duduk di kelas I
SD. Ia mengoleksi banyak buku IPA. Kegemaran pada
pelajaran ini sangat membantunya dalam menjalani
seleksi OSN dari tingkat sekolah, Kabupaten/Kota
hingga tingkat provinsi.
Fakhri punya target tinggi. Ia ingin meraih hasil
maksimal dalam OSN kali ini. “Target saya mengikuti
olimpiade sains sampai tingkat internasional,” tegasnya
anak ke-2 dari 4 bersaudara ini.*
Suleman Abdul Rahman
LebihSukaMatematika
Foto : Jamal Abdillah
Foto : Suleman Abdul Rahman
7KABAR LOMBA SDMAJALAH SAINS JULI 2018
Kayla-Cassarah Senang Bertemu Banyak Teman Baru
MATEMATIKA
Provinsi Maluku punya Kayla
dan Cassarah, dua siswi
SD peserta OSN bidang
matematika. Keduanya memiliki
cerita menarik seputar kegemaran
pada matematika.
Kayla N. Dalimunthe mulai
menyukai matematika pada saat
duduk di kelas III SD. Saat itu, ia
masih berdomisili di Bandung,
Jawa Barat. Ia terpesona pada hal-
hal yang dapat dilakukan dengan
menggunakan angka, sistematika,
dan kepastian yang bersifat mutlak.
Kegemaran itu membawanya
sebagai juara lomba matematika
pada Pekan Kreatif Jabotabek. Kini
Kayla merupakan siswi kelas VII
SMPN I Masohi, Maluku.
Sedangkan Cassarah B. Matahena
mulai menyadari kemampuannya
dalam bidang matematika saat
duduk di kelas V SD. Karena
kemampuan berhitungnya di
atas rata-rata, ia mulai dilirik guru-
gurunya. Ia selalu ditunjuk untuk
mewakili sekolahnya pada lomba-
lomba matematika. Sekarang
Cassarah duduk di bangku kelas
VII SMP Kristen Malam Kudus,
Ambon.
Uniknya, keduanya kompak
mengenai hal paling
menyenangkan saat pergi ke
suatu acara, yaitu bertemu dan
berkenalan dengan banyak teman
baru.
“Sangat menyenangkan bisa
bepergian, berpartisipasi
pada lomba kali ini sekaligus
mendapatkan banyak teman baru,
melihat-lihat kota Padang, serta
merasakan suasana lomba,” kata
Kayla di sela pembukaan OSN di
Auditorium Universitas Negeri
Padang, Senin (2/7/2018).
Baik Kayla maupun Cassarah
merasa tidak terbebani sebagai
peserta OSN. Sebab keduanya
tidak diberikan target untuk
meraih medali oleh pihak provinsi.
“Yang penting saya akan berusaha
sebaik-baiknya, berusaha
mendapatkan hasil maksimal,”
jelas Cassarah.
Kayla dan Cassarah belum
memastikan untuk terus
menekuni matematika. Kayla
belum yakin matematika sebagai
pilihan jangka panjang. Ia masih
dalam tahap pencarian. Begitu
pula Cassarah. “Saya akan
menikmati masa sekolah dulu,”
ungkapnya.*
Robert L. Tenggara
“Yang penting saya akan
berusaha sebaik-baiknya, berusaha
mendapatkan hasil maksimal,”
Foto : Robert L. Tenggara
8 KABAR LOMBA SMP MAJALAH SAINS JULI 2018
MATEMATIKA
Belajar dan Berpikir Kreatif, Tips Bill untuk Indonesia Maju
Tidak mudah menjadi peserta
Olimpiade Sains Nasional (OSN). Bill
Clinton, siswa kelas VIII SMP Katolik
Maria Fatima, Jember, Jawa Timur, mengaku
penuh perjuangan saat mengikuti seleksi
dari tingkat sekolah, kabupaten/kota, hingga
provinsi. Ia merasa kemujurannya menjadi
peserta OSN tahun ini berkat dukungan
dan semangat dari kedua orang tuanya.
Dukungan mereka menjadi motivasinya
untuk meraih yang terbaik.
Pembuktian Aldi untuk Lolos ke Tingkat Nasional
Menekuni pelajaran IPS sejak duduk di kelas V SD membuat
Aldi Rizky Orlando (13 Tahun), akrab dipanggil Aldi, berhasil menjadi utusan Sulawesi Tengah dalam ajang OSN XVII yang dihelat Padang, Sumatera Barat, awal Juli 2018 ini. Ia sukses menyisihkan kompetitornya pada seleksi di tingkat kecamatan hingga provinsi. Awalnya siswa kelas VIII SMP Al-Azhar Mandiri Palu ini tidak yakin masuk sebagai perwakilan Sulawesi
Tengah dalam OSN 2018. Namun, dengan semangat dan kegigihannya, melalui bimbingan belajar yang diikuti, ia berhasil menjadi salah satu anggota delegasi Sulawesi Tengah pada OSN XVII bidang IPS. “Rajin belajar, tanamkan kebiasaan membaca, dan selalu berdoa”, ujar Aldi saat menghadiri pembukaan OSN di Auditorium Universitas Negeri Padang, Senin (2/7/2018). Ia selalu tanamkan motivasi itu ke dalam dirinya sekaligus pesan bagi teman-
temannya yang ingin menggapai cita-cita.Aldi bercita-cita menjadi wartawan. Ia yakin dengan keteguhan hati dan semangat tinggi, mampu meraih cita-cita dan dapat m e m b a n g g a k a n kedua orang tuanya. Melalui profesi yang hendak digelutinya, ia ingin berbuat bagi banyak orang. “Dapat m e n g i n f o r m a s i k a n peristiwa-peristiwa yang terjadi dan dibutuhkan masyarakat,” jelasnya.* Rizal Amsar
IPS
Foto : Ngadirun
Foto : Rizal Amsar
Bill mengikuti OSN bidang matematika. Matematika
adalah pelajaran yang sangat disukainya. “Seru
mengerjakan soal-soalnya,” katanya di sela pembukaan
OSN di Auditorium Universitas Negeri padang, Senin
(2/7/2018).
Untuk meraih nilai terbaik, Bill membiasakan diri
dengan sering berlatih mengerjakan soal-soal yang
sulit. Bila menemukan soal sulit, ia akan meneliti,
menganalisis, dan mempelajari soal dengan baik
hingga bisa menjawabnya.
Bill punya tips agar Indonesia tidak terus tertinggal dari
negara-negara lain dalam bidang sains dan teknologi.
Katanya, sebagai siswa, ia harus terus belajar dan
berpikir kreatif.
“Dengan belajar dan berpikir kreatif, kita dapat terus
megikuti perkembangan zaman yang semakin maju,”
ujar siswa yang bercita-cita menjadi dokter ini.*
Ngadirun
9KABAR LOMBA SMPMAJALAH SAINS JULI 2018
SelamaSeleksi,
Ujian OSP Paling Sulit
Seleksi secara bertingkat mulai
dari tingkat sekolah hingga
provinsi telah menjadi prosedur
operasional standar bagi setiap siswa
yang kini menjadi peserta Olimpiade
Sains Nasional (OSN) XVII di Kota
Padang, Provinsi Sumatera Barat. Hal ini
juga dialami Nabila Zahra Nur Aminah,
siswi kelas XI SMAN 3 Batam Jurusan IPS.
Menurut peserta OSN bidang lomba
Geografi tingkat SMA ini, materi seleksi
yang telah ia lalui dan paling sulit adalah
materi seleksi di tingkat Olimpiade Sains
Provinsi (OSP). Duta Provinsi Kepulauan
Riau ini menegaskan, dalam materi OSP
terdapat soal esai dan pilihan ganda
yang menyulitkan.
Nabila bercerita, seleksi tahap pertama
dilakukan di sekolah oleh kakak kelasnya
yang telah mengikuti OSN pada tahun
sebelumnya. Adapun materi soalnya
menggunakan soal-soal dari olimpiade
tingkat kabupaten/kota pada tahun
sebelumnya.
“Lalu saat sudah lolos dari seleksi
sekolah, akhirnya saya bisa mewakili
sekolah di tingkat kabupaten/kota.
Pada tahap ini soal tidak terlalu sulit
karena soal-soal ada yang berulang
seperti seleksi di sekolah,” kata Nabila
di sela-sela Pembukaan OSN XVII di
Auditorium Universitas Negeri Padang,
Senin, 2 Juli 2018.
Persiapan Nabila untuk mengikuti OSN
XVII adalah dengan banyak belajar
serta lebih banyak mendekatkan diri
kepada Tuhan. Motivasi terbesarnya
adalah membahagiakan Ibunya. Ia
juga mendapatkan motivasi saat
melakukan pelatihan di Yogyakarta.
“Jadi pembimbing bilang untuk selalu
bersyukur bisa terpilih dan mewakili
daerah hingga tingkat nasional,“ ujar
siswi yang mulanya ingin mengikuti
OSN bidang ekonomi ini.
Sementara itu, ketika ditanya tentang
kondisi Bangsa Indonesia yang masih
tertinggal dalam segi sains dan
teknologi, Nabila menjawab bahwa
yang terpenting adalah Bangsa
Indonesia harus bisa menghargai karya
anak bangsa, karena banyak karya-karya
“Jadi pembimbing
bilang untuk selalu
bersyukur bisa
terpilih dan mewakili daerah hingga tingkat
nasional,“
anak bangsa yang sudah
diciptakan tapi karena
kurangnya dukungan,
menjadi hilang atau
bahkan diakui oleh
pihak lain.*
Farhan Waliden
GEOGRAFI
Foto : Farhan Waliden
10 KABAR LOMBA SMA MAJALAH SAINS JULI 2018
Ikut OSN Itu Keren
Pendapat sebagian pelajar Indonesia
bahwa ikut Olimpiade Sains Nasional
(OSN) merupakan prestasi yang patut
dibanggakan, juga diamini oleh Ayodha Karaniya
Sikoko, siswi kelas XII SMA Darma Yudha
Pekanbaru, Riau.
“Mengikuti OSN itu terlihat keren,” ujar Ayodha,
di sela-sela Pembukaan OSN XVII di Auditorium
Universitas Negeri Padang, Senin, 2 Juli 2018.
Ayodha pantas berbangga, karena OSN
merupakan kawah candradimuka para ilmuwan
muda yang merupakan harapan bangsa. Di pundak mereka
masa depan bangsa dan negara dalam bidang sains dan
teknologi disandarkan.
“Tahun lalu saya belum bisa mengikuti OSN karena sudah
ada kakak kelas yang mewakili Riau untuk bidang yang
sama, untuk tahun ini saya mendapatkan kesempatan
mewakili Riau di bidang Kebumian. Perasaan saya sangat
senang bisa liburan sekaligus bisa bertemu dengan teman
dari daerah lain,” cerita Ayodha dengan mimik wajah yang
ceria.
Sebelum terpilih sebagai duta Provinsi Riau, Ayodha harus
mengikuti seleksi bertahap sebagaimana peserta OSN
lainnya. Mulanya, masing-masing sekolah (termasuk sekolah
Ayodha, red) mengirimkan perwakilan untuk mengikuti
seleksi Olimpiade Sains Kabupaten/Kota (OSK).
“Beberapa hari dilakukan tes oleh kabupaten/kota dan
terkumpul peserta perwakilan dari seluruh Riau sebanyak
40 peserta. Setelah terpilih, disaring kembali menjadi 3
untuk mengikuti di olimpiade sains tingkat nasional ini,”
pungkas gadis yang ingin melanjutkan kuliah di bidang
Kebumian ini.*
Dony Mardiansyah
ILMU KEBUMIAN
Olimpiade Sains Nasional
(OSN) yang merupakan
agenda tahunan Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, terbukti dapat
memotivasi sekolah untuk berlomba-
lomba meningkatkan mutu
pembelajarannya. Hal ini disampaikan
M. Abrar Mardhatillah, siswa SMA Modal
Bangsa, Aceh Besar.
“OSN merupakan salah satu media
untuk mengembangkan kompetisi
bagi siswa yang tentunya diharapkan
berkompetisi secara sehat. Bahkan,
sekolah berlomba-lomba untuk
mengembangkan program
peningkatan mutu pembelajaran,”
tegas Abrar di Auditorium Universitas
Negeri Padang, Senin, 2 Juli 2018.
Pada OSN XVII yang diselenggarakan
pada 1 s.d. 7 Juli 2018 di Kota Padang
Provinsi Sumatera Barat ini, Abrar yang
baru pertama kali mengikuti OSN, akan
berlomba pada bidang Kimia tingkat
SMA.
“Saya berhasil masuk OSN tahun ini
karena didukung oleh guru-guru,
teman-teman, dan orang tua”, ujar duta
Provinsi Aceh ini di sela-sela pembukaan
OSN XVII.
Abrar menambahkan, di tempatnya
terus diupayakan mencetak sumber
daya manusia yang berkualitas melalui
terobosan-terobosan untuk bersaing di
tingkat nasional hingga internasional.*
Aip Saepudin
Sekolah
Berlomba
Meningkatkan
Mutu
KIMIA
Foto : Dony Mardiansyah
Foto
: A
ip S
aep
ud
in
11KABAR LOMBA SMAMAJALAH SAINS JULI 2018
Komputer Itu Asyik dan Menarik
Muhammad Akyas David
Al Aleey, siswa kelas XI
SMA Semesta BBS Kota
Semarang, Jawa Tengah mengaku
bahwa komputer merupakan
mata pelajaran yang asyik dan
menarik. Hal ini ia ungkapkan
saat ditanya tentang alasannya
memilih bidang lomba Komputer
tingkat SMA pada Olimpiade Sains
Nasional (OSN) XVII di Kota Padang
Provinsi Sumatera Barat.
Akyas menambahkan, Komputer
masih berhubungan dengan
Matematika, yang merupakan
salah satu mata pelajaran yang ia
sukai.
“Misalnya ada penyelesaian soal
Matematika dan logika. Apalagi
ke depan, teknologi makin
canggih dan mudah-mudah bisa
membantu cita-cita ke depannya,”
ujarnya di Auditorium Universitas
Negeri Padang, Senin, 2 Juli 2018.
Bagi Akyas, menjadi peserta
OSN tidak mudah, karena harus
melalui proses seleksi yang sangat
ketat dan berat, mulai dari seleksi
Olimpiade Sains Sekolah (OSS),
Olimpiade Sains Kabupaten/Kota
(OSK) dan Olimpiade Sains Provinsi
(OSP).
Di Jawa Tengah, seleksi OSK
tingkat SMA/MA diselenggarakan
oleh 35 kabupaten/kota dan dikuti
13.499 siswa. Mereka mengikuti
seleksi OSK untuk bidang lomba
Matematika, Fisika, Biologi, Kimia,
Ekonomi, Geografi, Kebumian,
Komputer, dan Astronomi.
Selanjutnya, 945 siswa yang terpilih
dan mereka mengikuti seleksi OSP.
“Dari 105 siswa yang mengikuti
bidang lomba komputer, yang
lolos seleksi hanya 8 siswa, dan
mereka mewakili Provinsi Jawa
Tengah untuk mengikuti OSN yang
diselenggarakan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan,”
cerita Akyas.
Akyas berharap, OSN XVII dapat
berlajan lancar dan ia dapat
meraih prestasi siswa terbaik
sehingga dapat dipersiapkan
untuk mengikuti olimpiade sains
internasional.*
Mustofik Slamet
INFORMATIKA/ KOMPUTER
“Dari 105 siswa yang mengikuti bidang lomba komputer, yang lolos seleksi
hanya 8 siswa, dan mereka mewakili
Provinsi Jawa Tengah untuk
mengikuti OSN yang diselenggarakan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,”
Foto : Mustofik Slamet
Foto : Rezha Wibisono
12 KABAR LOMBA SMA MAJALAH SAINS JULI 2018
Dinda Shifah Chanie Fahnevi, siswi
SMA Kharisma Bangsa kelas XI
B, dari Kota Tangerang Selatan,
Provinsi Banten, mengaku ingin menambah
relasi dengan peserta Olimpiade Sains
Nasional (OSN), yang kali ini diselenggarakan
di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat.
“Jadi saya sangat senang sekali dapat
bertemu kembali dengan teman-teman dari
kontingen lain di ajang OSN ini. Tidak ada
salahnya juga saya mengambil kesempatan
ini untuk menambah relasi dari seluruh
Indonesia,” ujar siswi kelahiran Jakarta, 24 November 2000, di
sela-sela Pembukaan OSN XVII di Auditorium Universitas Negeri
Padang, Senin, 2 Juli 2018.
Keinginan menambah relasi tersebut didukung sikap Dinda
yang mudah bergaul dan terbuka terhadap siapa saja.
“Saya memang sudah terbiasa bertemu dengan teman-teman
yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda karena saya
tinggal di asrama dan kebanyakan sekolah saya berisi anak-anak
dari seluruh Indonesia,” tambahnya.
Pada OSN XVII ini, Dinda mengikuti bidang lomba kebumian
tingkat SMA. “Saya memang menyukai bidang sains dari sejak
jenjang SD. Saya pernah mendapatkan medali perunggu bidang
IPA sewaktu saya masih di jenjang SD di ajang OSN. Sampai
pada akhirnya saya mengikuti kembali OSN di jenjang SMA ini,”
jelasnya.
Sepanjang mengikuti OSN, sejak tahap seleksi di daerah hingga
di tingkat nasional, Dinda memperoleh banyak motivasi. “Yang
utama pasti orang tua, guru-guru di sekolah serta teman-teman
yang selalu mendukung saya. Orang tua saya memberikan
motivasi dalam bentuk buku-buku tentang ilmu kebumian.
Guru-guru di sekolah memberikan bimbingan dan pembinaan,
dan teman-teman saya menyemangati saya secara moral,”
pungkas siswi yang bercita-cita menjadi dokter ini.*
Ekky Fajrie
Ingin Menambah Relasi dengan Peserta OSN
ILMU KEBUMIAN
Soal Prestasi, Cristian Tak Kalah dengan Siswa Perkotaan
Cristian Merlin Parlinggoman Napitupulu, duta Olimpiade Sains Nasional (OSN) dari Provinsi Bengkulu ini, patut menjadi
contoh bagi rekan seusianya. Meski sekolahnya jauh dari pusat kota, namun prestasinya tidak kalah dari siswa perkotaan. Buktinya, siswa kelas XI MIPA SMAN 1 Argamakmur ini berhasil menjadi satu-satunya perwakilan dari Bengkulu di bidang lomba Fisika. Siswa yang lahir di Pematangsiantar ini tak hanya jago di bidang Fisika, tapi juga mata pelajaran lainnya.
Pada OSN XVII di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat ini, Cristian telah melakukan berbagai persiapan agar berhasil meraih medali. Di antaranya ia selalu menyempatkan belajar di mana pun ia berada, tak melulu harus di sekolah. Pola belajarnya berbeda dengan anak lain, ia tidak menerapkan teknik hafalan. Ia lebih suka memahami konsep dalam setiap rumus.
“Mengapa rumus tersebut dapat saling berkaitan, dan bagaimana rumus tersebut dihasilkan?” jelas Cristian di Auditorium Universitas Negeri Padang, Senin, 2 Juli 2018. Dengan cara demikian, Cristian mengaku dapat mengetahui rumus lebih dalam.
Sebelum mengikuti OSN XVII, ia mengikuti pelatihan dan bimbingan yang diadakan di Provinsi Bengkulu selama 3 hari, mulai tanggal 29 Juni hingga 1 Juli 2018. Siswa yang bercita-cita menjadi ahli Fisika ini berharap dapat melanjutkan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung, dan mengambil jurusan Teknik Fisika. Ia berharap, keikutsertaannya di ajang OSN ini, dapat membantunya memperoleh beasiswa agar tidak membebani orang tuanya.
Cristian menambahkan, ia ingin memajukan pendidikan di Indonesia khususnya di wilayah tempat ia tinggal. Karena menurutnya, kualitas pendidikan di Indonesia masih berfokus di pulau Jawa saja, sedangkan di pulau lain seperti Sumatera, Sulawesi dan Papua masih jauh tertinggal. Dengan cara tersebut bangsa Indonesia dapat mengejar ketertinggalan di bidang sains dan teknologi.*Aris Munandar
Foto : Ekky Fajrie
Foto : Aris Munandar
13KABAR LOMBA SMAMAJALAH SAINS JULI 2018
Foto : Alvein Damardanto, Senoaji Sunhaji, Mashuri, Kiki Raifiandi, Rezha Wibisono, Lukman Dwi Cahyo
14 GALERI MAJALAH SAINS JULI 2018
Foto : Alvein Damardanto, Senoaji Sunhaji, Mashuri, Kiki Raifiandi, Rezha Wibisono, Lukman Dwi Cahyo
15GALERIMAJALAH SAINS JULI 2018
OSN, Candradimuka Ilmuwan MudaOSN ibarat kawah penggemblengan siswa agar terlatih dalam bidang sains dan tangkas di
bidang teknologi, sehingga lahir ilmuwan-ilmuwan muda yang andil memajukan bangsa dan negara Indonesia.
Sejak abad 21 dimulai,
semua negara di dunia
makin kompetitif
mengembangkan Sains,
Teknologi, Engineering (rekayasa)
dan Matematika (STEM). Karena
STEM merupakan kunci utama
untuk menjadi negara besar
yang mampu memimpin dunia.
Hal ini disampaikan Hamid
Muhammad, Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah,
saat menyampaikan sambutan
Menteri Pendidikan Nasional pada
Pembukaan Olimpiade Sains
Nasional (OSN) XVII, di Auditorium
Universitas Negeri Padang,
Sumatera Barat, Senin, 2 Juli 2018.
Menyadari hal tersebut sekaligus
untuk membumikan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional yang
tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional,
Kemendikbud menyelengarakan
OSN, yaitu perhelatan lomba di
bidang sains tingkat nasional
yang diikuti oleh peserta didik
dari seluruh Indonesia setelah
lolos seleksi pada olimpiade sains
tingkat provinsi.
Sejarah pelaksanaan OSN dimulai
tahun 2002, setelah keberhasilan
Indonesia menjadi tuan rumah
Olimpiade Internasional Fisika
di Bali. Dalam olimpiade yang
diikuti siswa-siswi dari 72
negara ini, Indonesia berhasil
mengukir prestasi dengan
memperoleh 3 medali emas,
dan 2 medali perak.
“OSN memang dirancang
untuk mendorong agar
anak-anak kita mencintai
sains dan teknologi. Dalam
OSN, mereka berkompetisi
dan berkolaborasi. Kita akan
memilih mereka-mereka
yang terbaik, karena mereka
nanti yang akan mewakili
Indonesia ke ajang yang
lebih tinggi di tingkat
internasional,” tegas Hamid
Muhammad.
Senada dengan Hamid,
Burhasman, Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi Sumatera
Barat, menyatakan bahwa
OSN merupakan kawah
candradimuka pembinaan
dan pengembangan
bakat, minat, dan prestasi
siswa dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi,
yang dilombakan secara
bertingkat mulai sekolah,
kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi dan nasional.
Foto : Kiki Raifiandi
16 LIPUTAN UTAMA MAJALAH SAINS JULI 2018
OSN, Candradimuka Ilmuwan MudaOSN ibarat kawah penggemblengan siswa agar terlatih dalam bidang sains dan tangkas di
bidang teknologi, sehingga lahir ilmuwan-ilmuwan muda yang andil memajukan bangsa dan negara Indonesia.
Sementara itu, Irwan Prayitno,
Gubernur Sumatera Barat,
menegaskan bahwa OSN ini
bukan sembarang olimpiade
tapi juga sebagai wadah
untuk mengembangkan dan
mengaktualisaaikan potensi
sains pelajar Indonesia.
“Tak hanya siswa yang
mendapatkan manfaat, tapi
para guru pun meningkatkan
penguasaan ilmu agar dapat
mendidikan anak-anaknya
berprestasi. Sekolah pun
secara sistem meningkatkan
diri, Pemda yang mengeola
sekolahpun juga demikian,
sibuk berbenah dan
menyiapkan diri. Sehingga
semuanya termasuk orang
tua pun ikut aktif. Jadi OSN
tidak hanya menggerakkan
1-2 orang tapi juga bisa
menggerakkan ribuan dan
bahkan ratusan ribu orang
untuk ikut terlibat, dan ini
membuat kita lebih baik.
Oleh karena itu kami tentu
mendukung kegiatan OSN
ini untuk kepentingan
menyiapkan anak-anak kita
dan bangsa ini menjadi
bangsa yang potensial,”
tegasnya.
Memperkuat Karakter,
Mempererat Tali Kebangsaan
Selain menjadi kawah
candradimuka ilmuwan muda,
OSN juga bertujuan memperkuat
karakter siswa.
“Kedua, tujuan yang hendak
kita dapatkan adalah untuk
memperkuat karakter. Karakter
sains dan teknologi adalah masalah
integritas dan kerja keras, serta
kemandirian. Ini yang akan terus
kita kembangkan melalui OSN ini,”
ujar Hamid Muhammad.
Tujuan ketiga, tambah Hamid,
OSN dapat mempererat tali
persaudaraan dan tali kebangsaan
di antara anak bangsa Indonesia.
“OSN ini adalah salah satu forum
terbesar, berkumpulnya anak-anak
terbaik dari seluruh Indonesia,
tanpa memandang suku, agama,
golongan dan sebagainya.
Mereka berkumpul di sini, saling
berkolaborasi, berkompetisi
dan pada akhirnya merekalah
yang terbaik yang akan muncul
sebagai pemenang. Tentu meraih
kemenangan bukan satu-satunya
tujuan, karena yang ingin kita
rajut adalah jalinan kebangsaan,
nasionalisme bagi anak-anak kita,”
tegas Hamid Muhammad.*
M. Adib MinanurokhimFoto : Senoaji Sunhaji
17LIPUTAN UTAMAMAJALAH SAINS JULI 2018
Foto : Alvein Damardanto, Senoaji Sunhaji, Mashuri, Kiki Raifiandi, Rezha Wibisono, Lukman Dwi Cahyo
18 GALERI MAJALAH SAINS JULI 2018
Foto : Alvein Damardanto, Senoaji Sunhaji, Mashuri, Kiki Raifiandi, Rezha Wibisono, Lukman Dwi Cahyo
19GALERIMAJALAH SAINS JULI 2018
Suka IPA Kalau Pengin Jadi Dokter IPA
Siswi Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah
(MIM) Unggulan Kota Gorontalo ini
merupakan kebanggaan sekolahnya.
Inayah Nazwa Sabila Umar, namanya. Siswi kelas VI
SD ini berhasil mengukir prestasi menjadi peserta
Olimpiade Sains Nasional (OSN) XVII bidang IPA
mewakili Gorontalo.
Inayah yang ingin menjadi dokter berusaha
mewujudkan cita-citanya dengan mulai
menyukai pelajaran IPA. “Saya suka pelajaran IPA,
karena pelajaran ini ada hubungannya dengan
kedokteran,” ucapnya sambil tersenyum saat
ditemui usai menjalani tes teori IPA di SD Negeri
03 Alai Padang, Sumatera Barat, Selasa (3/7/2018).
Saat menjalani tes teori, Inayah menemukan
kesulitan dalam menjawab soal tentang fisika.
“Soal fisika tentang listrik yang mencari daya dan arus,
karena materi itu belum dipelajari,” ungkapnya. “Tetapi
ujian praktek besok, saya akan mencoba agar lebih baik lagi
dengan membaca kembali materi-materi yang pernah di
pelajari.”
Siswi yang menyukai sosok Albert Einstein ini memiliki hobi
menyanyi dan membaca. Menurutnya, dengan bernyanyi
dapat merelaksasikan otak. Sedangkan dengan membaca
dapat menambah ilmu pengetahuan. “Saya memiliki buku
tentang Albert Einstein,” jelasnya.*
Jamal Abdillah
“Saya suka pelajaran IPA, karena pelajaran ini ada hubungannya dengan kedokteran,”
Foto : Kiki Raifiandi
20 KABAR LOMBA SD MAJALAH SAINS JULI 2018
Belajar Terus, Siapa Tahu Menang
“Dibaca ulang-ulang
saja biar paham,”
MATEMATIKA
MATEMATIKA
Banyak Soal Matematika Sulit Dikerjakan
Dengan wajah penuh ceria,
Naufal Aiman keluar dari
kelas usai mengikuti tes
teori bidang matematika tingkat
SD. Tes digelar di SD Negeri 23 dan
24 Kota Padang, Sumatera Barat,
Selasa (3/7/2018).
Bermodalkan soal-soal latihan
dari guru kelasnya, siswa
kelahiran 17 November 2007 ini
bercerita tentang masalah yang
dihadapi saat mengikuti tes hari
pertamanya. “Agak susah, ada soal
yang gampang dikerjakan namun
lebih banyak yang tidak bisa
dikerjakan,” ucapnya.
Meskipun banyak soal matematika
yang sulit dikerjakan, siswa SD
Negeri 003 Nunukan Selatan,
Kalimantan Utara, ini tetap gembira
karena dapat berpartisipasi dalam
OSN XVII. Menurutnya, tidak ada
latihan-latihan khusus sebelum
berangkat ke Padang. Ia hanya
mengandalkan belajar dari guru
kelas dan belajar mandiri dari
buku-buku latihan matematika
miliknya.
“Saya hanya mendapatkan soal-
soal latihan dari guru kelas. Belajar
dari buku matematika saja,”
ujarnya.*
Suleman Abdul Rahman
Foto : D
wi Riya
nto
Foto : Suleman Abdul Rahman
Noor Amelia, siswi kelas V SD Negeri Kebun Bunga 3
Banjarmasin, Kalimantan Selatan, merupakan satu dari 136
peserta OSN bidang Matematika tingkat Sekolah Dasar. Ia
punya trik khusus dalam menjawab soal-soal OSN.
“Dibaca ulang-ulang saja biar paham,” tuturnya usai mengikuti tes hari
pertama yang digelar di SD Negeri 23 dan 24 Padang, Sumatera Barat,
Selasa (3/7/2018). Amel mengerjakan
tes teori bidang matematika sebanyak
30 soal pilihan ganda dan sepuluh soal
isian tingkat.
Siswi yang hobi membaca ini
mempersiapkan diri dengan belajar
bersama gurunya. Usai pelajaran
sekolah berakhir, ia menjalani
pendalaman materi. Selain itu, Amel
juga belajar mengerjakan latihan soal
bersama ibunya yang merupakan ibu
rumah tangga.
Amel mengatakan, ia berusaha
melakukan yang terbaik. Pesan ibunya
terus untuk selalu berusaha dan belajar
terus diingat. “Belajar terus, siapa tahu
menang,” katanya mengutip perkataan
ibunya. Tambahnya, di waktu luang
perlombaan, peserta lain juga banyak
yang belajar terus.* Dwi Riyanto
21KABAR LOMBA SDMAJALAH SAINS JULI 2018
Peserta OSN Harus Punya Kepedulian Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial, bagi
Mustika Mahligai Nirwana,
bukan sekadar mata pelajaran.
Lebih dari itu, IPS memberinya
keluasan pandangan dalam
menilai persoalan sosial. Menurut
peserta OSN bidang IPS ini, peserta
OSN harus memiliki kepedulian
sosial.
“Pelajaran IPS itu mempelajari
masalah-masalah sosial yang ada
di masyarakat sekitar. Kita tidak
boleh hidup secara individualisme
karena itu merupakan dampak
negatif di era modern,” kata siswi
kelas VIII SMP Negeri 1 Fakfak,
Papua Barat, ini, Selasa (3/7/2018).
“Kita tidak boleh membeda-
bedakan orang berdasarkan
stuktur dan kelas sosialnya.”
Kepedulian sosial, tambah
Mustika, bisa dikembangkan
untuk meningkatkan kemajuan
sains di Indonesia. Kepedulian
dalam bidang pendidikan akan
berpengaruh pada kualitas
pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki siswa.
Mustika merasa beruntung
selama mengikuti OSN bertemu
dengan anak-anak seusianya.
Dari pertemuan ini, ia menjadi
lebih mengerti dan memahami
keanekaragaman bangsa
Indonesia. “Saya bisa mengetahui
watak dari macam-macam suku.
Orang Jawa itu terkenal bicaranya
sangat sopan dan lemah lembut,”
ungkapnya.*
Ngadirun
“Kita tidak boleh membeda-bedakan orang berdasarkan stuktur dan kelas
sosialnya.”
IPS
Foto : Ngadirun
Foto : Alvein
22 KABAR LOMBA SMP MAJALAH SAINS JULI 2018
Pelajaran IPA Sangat Mengasyikkan
Menyukai pelajaran IPA
sejak duduk di kelas
I SD membuat gadis
belia asal Sulawesi Utara ini
bertekad untuk meraih prestasi di
Olimpiade Sains Nasional XVII yang
di gelar di Kota Padang, Sumatera
Barat. Adeleyda Maria Makalew,
siswi kelas VII SMP Providensia
Manado, ini berbagi cerita tentang
pengalamannya mengikuti tes
praktik dan teori bidang IPA.
Menurut Dela, panggilan akrabnya,
ada beberapa kategori tes yang
harus dilalui. Tes pertama, peserta
berpasangan untuk melakukan
eksperimen. Tes kedua, peserta
diminta menganalisis soal dan
menjawab pertanyaan tentang
rumus, masa jenis, dan volume.
“Dari data yang dikumpulkan,
apa yang bisa didapatkan?”
ungkapnya usai menjalani tes
di Universitas Negeri Padang,
Selasa (3/7/2018).
Dela merasa pelajaran IPA
sangat mengasyikkan. Banyak
hal yang dapat ia kembangkan,
mulai dari kehidupan alam
hingga makhluk hidup.
“IPA itu ada eksperimennya.
Belajar tentang alam, tentang
kehidupan, dan mengetahui
fakta-fakta kehidupan.
Intinya, pelajaran IPA itu
menyenangkan,” tegasnya.
Memiliki cita-cita menjadi
seorang dokter membuat
Dela sangat termotivasi untuk
terus mengembangkan IPA.
Menjadi dokter membuatnya
dapat membantu banyak
orang yang membutuhkan.*
Rizal Amsar
Berawal Dari Sakit Gigi
Maria Mediatrix Utami
Ayuningtyas, peserta lomba
OSN bidang IPA, menyukai
IPA gara-gara pernah sakit gigi.
Ceritanya, saat duduk di kelas III SD, ia
mengalami sakit gigi. Oleh ibunya, ia
dibawa berobat ke dokter gigi. Dokter
gigi itu sangat ramah dan sabar
padahal Maria cukup rewel pada
saat itu.
“Hal tersebut meninggalkan
kesan yang cukup mendalam
dalam hati saya, yang membuat
saya bercita-cita untuk menjadi
dokter pada suatu hari nanti. Hal
ini yang membuat saya tertarik
pada bidang IPA, biologi pada
khususnya,” ujar siswi kelas IX SMP
Bintang Laut Tobelo, Halmahera
Utara, Maluku Utara, ini usai
menjalani tes OSN di Universitas
Negeri Padang, Selasa (3/7/2018).
Menurut Maria, soal OSN bidang
IPA baik teori maupun praktik
cukup sulit. Oleh karena itu, ia tidak
IPA
berani memasang target
tinggi. “Cukup 30 besar seperti
yang ditargetkan oleh Provinsi
Maluku Utara,” ungkapnya.
Kelak, Maria berencana
mengambil studi kedokteran
setelah lulus SMA. Ia berharap
dapat kuliah di salah
satu perguruan tinggi di
Yogyakarta.*
Robert L. Tenggara
Foto : Rizal Amsar
Foto : Robert L. Tenggara
IPA
23KABAR LOMBA SMPMAJALAH SAINS JULI 2018
HOTS, Cara Berpikir yang Dilatih dalam OSN Informatika
Bidang Informatika tingkat
SMA yang dikompetisikan
dalam Olimpiade Sains
Nasional (OSN) XVII di Kota Padang
Provinsi Sumatera Barat, bertujuan
melatih siswa berpikir secara
higher order thinking skills (HOTS).
“Ada perbedaan yang mendasar
antara TIK dan informatika. Kalau
TIK, itu penggunaan teknologi
untuk kehidupan sehari-hari,
sedangkan olimpiade informatika
ini adalah problem solving
(baca; dengan model) HOTS,
untuk belajar mencari solusi dari
permasalahan-permasalahan
yang kompleks dan besar.
Selanjutnya dapat dimodelkan
dengan program computer,” ujar
Inggriani Liem, Ketua Dewan Juri
Informatika tingkat SMA, di SMKN
2 Padang, Selasa 3 juli 2018.
Inggriani menambahkan, siswa
dituntut memahami persoalan
dan merancang solusinya dengan
computional thinking. Di luar
negeri, metode computional
thinking sudah diajar untuk
anak usia 5 tahun, yang dikaitkan
dengan cerita sehari-hari. Sehingga
sejak dini anak-anak sudah diajak
berlatih memecahkan masalah,
optimasi sambil bermain.
“Dalam lomba ini, soalnya disajikan
dalam bentuk permasalahan,
kemudian siswa merancang
solusinya yang mereka tulis
dalam bentuk program computer,
disubmit ke server, dan dijalankan.
Yang diperhitungkan adalah
benar, cepat dan tidak makan
memory (resources yang besar).
Pola penilaiannya menggunakan
otomatic grading system.
Bahasa pemrograman dapat
menggunakan c++, pascal, c, dll,”
jelas Inggriani.
Melalui hal tersebut, Inggriani
berharap anak-anak Indonesia
tidak hanya dapat mengetik
coding atau hanya sekedar mahir
menggunakan program aplikasi
saja.
“Akan tetapi ditekankan bagaimana
memecahkan masalah sehari-hari,
melalui bahasa pemrograman
computer atau yang biasa dikenal
dengan computional thinking,”
jelasnya.
OSN bidang Informatika
tingkat SMA ini diikuti 85 siswa.
Pemenangnya akan disaring
sebanyak 30 siswa untuk
mengikuti Pelatnas 1. Kemudian
disaring lagi menjadi 16 besar dan
masuk ke pelatnas 2. Selanjutnya
disaring lagi 8 besar untuk masuk
pelatnas 3. “Terakhir 4 orang
teratas terpilih untuk mengikuti
ajang International Olympiad in
Informatics (IOI), yang merupakan
ajang tahunan bergengsi tingkat
international bidang informatika,”
pungkas Dosen Informatika ITB
ini.*
Yusuf Rokhmat
INFORMATIKA/ KOMPUTER
Foto : Yusuf Rokhmat
Foto : Senoaji Sunhaji
24 MAJALAH SAINS JULI 2018KABAR LOMBA SMA
Menyukai Fisika
Karena Metodologi
Pembelajaran yang
Menyenangkan FISIKA
Bagi sebagian siswa, Fisika hampir sama
dengan Matematika. Sulit dan banyak yang
menghindarinya. Tapi bila Fisika dikenalkan
dengan cara yang menyenangkan, apakah siswa
juga akan menghindar? Tidak. Karena ada sesuatu
yang menyenangkan. Hal ini tampaknya juga dialami
Leonardo Fernanda, siswa kelas XI SMA Kebangsaan,
Lampung Selatan. Ia mengaku menyukai Fisika karena
metode pembelajaran yang diberikan oleh gurunya
dibuat menyenangkan. Dengan demikian, anggapan
bahwa Fisika sulit dan rumit tidak berlaku di sekolahnya.
Rasa suka terhadap Fisika tersebut, merupakan salah
satu faktor yang mempermudah Leonardo menjadi
peserta Olimpiade Sains Nasional (OSN) XVII yang
diselenggarakan di Kota Padang, Provinsi Sumatera
Barat. Saat itu, ia dan satu orang temannya ditunjuk
oleh Guru Fisika untuk mengikuti seleksi di tingkat
kabupaten. Ia menjadi juara tiga di tingkat kabupaten
dan berhasil menjadi juara pertama di tingkat provinsi.
Dengan keberhasilan itu, dirinya pun berharap bisa
membanggakan kabupaten Lampung Selatan dan
Provinsi Lampung, khususnya SMA Kebangsaan.
Sementara itu, mengenai soal ujian Fisika, Leonardo
mengatakan bahwa soal-soal yang diberikan sesuai
dengan apa yang telah dipelajari. Hanya waktu yang
diberikan sangat terbatas. Dari 17 soal yang diberikan,
dirinya mengaku ada beberapa soal yang belum
terjawab.
“Karena kehabisan waktu,” ujar siswa yang bercita-cita
menjadi Arsitek ini, di SMAN 10 Padng, Selasa, 3 Juli
2018.
Aris Munandar
Suka Astronomi dan Ingin Bekerja
di BMKG
Gusti Ayu Putu Yuni Arianti,
siswi kelas XII SMAN Bali
Mandara Kabupaten
Singaraja, Provinsi Bali merupakan
siswa yang menyukai Astronomi.
Alasannya, Astronomi dapat
mempelajari dan meneliti benda-
benda di langit seperti bintang,
planet, komet dan fenomena-
fenomena alam yang terjadi di luar
atmosfer bumi.
Kesukaan terhadap Astronomi
tersebut, mempermudah jalannya
menjadi salah satu peserta
Olimpiade Sain Nasional (OSN)
XVII di bidang Astronomi tingkat
SMA. Meski saat itu, ada juga rasa
takut gagal yang membayangi
langkahnya. Namun, seiring
dukungan dan semangat dari
guru-gurunya ia mampu melawan
ketakutan itu.
Setelah lulus dari SMA, dia ingin
meneruskan kuliah di Sekolah
Tinggi Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika. Kelak, ia ingin bekerja di
Badan Meteorologi, Klimatologi,
dan Geofisika (BMKG).
Bagi sisiwi kelahiran Pujungan, 15
Juli 2001 ini, OSN merupakan ajang
untuk menambah pengalaman
dan teman baru. Dia mengaku
senang
b i s a
m e n d a p a t ka n
teman baru yang
berasal dari sekolah
lain.*
Ekky Fajrie
ASTRONOMI
Foto : Lukman Dwi Cahyo
Foto
: E
kky
Fajr
ie
25KABAR LOMBA SMAMAJALAH SAINS JULI 2018
Agar Sains Maju, Pendidikan
Harus Merata
Hingga tahun 2018, perolehan medali Olimpiade
Sains Nasional (OSN) masih dikuasai siswa-siswi
dari Pulau Jawa dan sebagian Pulau Sumatera.
Bahkan untuk juara umum OSN, acapkali dipegang oleh
Provinsi Jawa Tengah dan DKI Jakarta. Melihat persoalan
ini, Gerhard Mangara, siswa kelas XII IPS B SMAN 78 Jakarta,
berpendapat kualitas pendidikan harus merata di seluruh
tanah air Indonesia, agar kemampuan siswa di bidang sains
dan teknologi juga merata.
“Contohnya saja OSN ini pasti yang mendominasi adalah
daerah Jawa dan Sumatera. Sementara daerah lain seperti
Sulawesi dan Papua sepertinya masih tertinggal. Menurut
saya harus adan pemerataan dari segi fasilitas serta pelatihan
bagi seluruh guru,” tegas Gerhard di SMAN 1 Padang, Selasa,
3 Juli 2018.
Pada OSN XVII di Kota Padang, Sumatera Barat ini, Gerhard
mengikuti bidang lomba Geografi tingkat SMA. Tahun
sebelumnya, ia pernah ikut OSN. Namun ia tidak berhasil
meraih medali. Meski demikian Gerhard tidak menyerah.
Ia ingin memperbaiki prestasi dan membanggakan kedua
orang tuanya.
“Awal mula tau OSN setelah melihat kakak kelas yang
ikut OSN, sehingga termotivasi untuk sama sepertinya.
Setelah perjalanan OSN, motivasi saya bertambah untuk
membanggakan kedua orang tua,” cerita Gerhard.
Sebelum terpilih menjadi peserta OSN, Gerhard
mengikuti seleksi olimpiade sains tingkat tingkat
kota madya. “Jadi setelah lolos tingkat kota madya
langsung seleksi di tingkat provinsi. Jika masuk
dan terpilih akan dibekali pelatihan selama 10 hari
yang diselenggarakan oleh provinsi yang dibantu
oleh universitas seperti UNJ dan banyak lagi,“
tutur siswa yang bercita-cita menjadi hakim atau
pengacara ini.*
Farhan Waliden
GEOGRAFI
Foto
: Fa
rha
n W
alid
en
Foto : Rezha Wibisono
26 KABAR LOMBA SMA MAJALAH SAINS JULI 2018
Soal-soal Olimpiade Sains
Nasional (OSN) XVII
bidang lomba Komputer/
Informatika tingkat SMA yang
diujikan pada hari Selasa, 3 Juli
2018 di SMA 2 Padang, terbilang
susah ditaklukkan. Hal ini diakui
Vincent Ling, siswa kelas XI SMA
Pribadi Bandung, Jawa Barat.
”Soal ujiannya lumayan susah, ada
Pada OSN XVII tahun 2018 ini, nilai
bidang Informatika/Komputer
dapat langsung dilihat karena
menggunakan sistem live score.
Ada 3 soal, yaitu 1A, 1B, dan 1C.
“Untuk soal 1C tidak dapat nilai
100, itu kendalanya. Karena tidak
ada pembuktian riil kenapa solusi
yang dikerjakan bisa salah. Jadi
hanya menduga-duga kalau
cara yang kita kerjakan ini benar,”
tambah siswa yang hobi main
catur ini.
“Pelaksanaan OSN tahun ini
sudah sangat baik, mudah-
mudahan tahun 2019 akan lebih
baik lagi, bagi yang menang
jangan sombong, dan yang kalah
jangan patah hati karena OSN
bukanlah menentukan hidup
kita,” pungkas Vincent.*
Mustofik Slamet
Najla Kesulitan Mengerjakan Ujian Praktik
Najla Farhan Hafiz, siswa
kelas XII IPA, SMA Negeri 3
Medan, mengaku bahwa
ia mengalami kesulitan saat
mengerjakan ujian praktik bidang
lomba Kimia tingkat SMA. Pasalnya,
ia belum pernah menggunakan
alat yang digunakan pada lomba
praktik Kimia tingkat SMA, pada
OSN XVII di Kota Padang, Sumatera
Barat ini.
“Persiapan kurang,” tambahnya
memberikan alasan di SMA Negeri
1 Padang, Selasa 3 Juli 2018.
Najla mengatakan bahwa OSN
XVII merupakan ajang kompetisi
sains yang pertama kali baginya.
Keikutsertaanya pada OSN ini
terbilang tidak gampang. Karena ia
harus mengikuti seleksi olimpiade
sains mulai sekolah hingga
provinsi. Wajar bila ia merasa
senang setelah berhasil menjadi
salah satu peserta OSN XVII di Kota
Padang, Sumatera Barat ini.
“Senang dan bahagia,” ujar Najla
dengan wajah berseri-seri.
Selama bergelut di bidang sains,
Najla pernah menjuarai lomba-
lomba di tingkat daerah, baik yang
diselenggarakan oleh Universitas
Negeri Medan atau Universitas
Sumatera Utara.
Keberhasilan menjadi peserta OSN
tersebut mendapat dukungan
dari kepala sekolah,
guru-guru, teman-
teman dan
kedua orang
tuanya. Mereka
berdoa agar
Najla meraih
target yang
diinginkan.*
Aip Saepudin
Soal-Soal Komputer Susah
yang terlalu susah, jadi agak susah
begitu,” ucap Vincent.
Siswa yang menggunakan
kacamata ini bercerita tentang
materi ujian bidang Komputer.
Menurutnya yang diujikan adalah
materi komputer yang paling
dasar.
“Jadi belum membuat aplikasi
masih sebatas pada algoritma, data
struktur dan matematika,” ujar
Vincent. “Soal-soal yang diujikan di
antaranya adalah kombinator, graf,
dan banyak observasi-observasi
yang harus dibuat. Selain itu, pada
OSN tahun ini ada materi baru
yaitu minimum spanning tree dan
shortest parth. Sementara materi
tes hari pertama dan kedua adalah
sama yaitu langsung materi
pemprogram, jadi tidak ada teori
kertas.”
INFORMATIKA/ KOMPUTER
Foto : Mustofik Slamet
Foto : Aip Saepudin
27KABAR LOMBA SMAMAJALAH SAINS JULI 2018
Foto : Alvein Damardanto, Senoaji Sunhaji, Mashuri, Kiki Raifiandi, Rezha Wibisono, Lukman Dwi Cahyo
28 GALERI MAJALAH SAINS JULI 2018
Foto : Alvein Damardanto, Senoaji Sunhaji, Mashuri, Kiki Raifiandi, Rezha Wibisono, Lukman Dwi Cahyo
29GALERIMAJALAH SAINS JULI 2018
YouTuberAda cerita menarik dalam
puncak Peringatan Hari Anak
Nasional tahun lalu, 23 Juli
2017. Cerita itu tentang dialog Presiden
Joko Widodo dengan Rafi Fadilah,
siswa kelas VI SD Negeri 36 Pekanbaru,
Riau.
“Saya mau bertanya pada Rafi.”
“Apa, Pak?”
“Cita-citanya, pengin jadi apa?”
“Jadi YouTubers, Pak!”
Ucapan lugas Rafi membuat Presiden
Jokowi tersentak kaget dan tertawa.
Ribuan hadirin yang memadati
Lapangan Gedung Daerah Pauh
Janggi, Pekanbaru, Riau, juga tertawa.
Jokowi kemudian bertanya mengenai
alasan Rafi memilih cita-cita menjadi
YouTuber.
“YouTuber itu, kalau banyak subscriber-
nya, kita akan bisa menghasilkan uang.”
Jokowi kembali tertawa. Kali ini lebih
keras. Tawa hadirin ikut pecah.
Barangkali Rafi sudah tahu berapa
pendapatan YouTuber Indonesia.
Berdasarkan data dari situs analitik
Social Blade, seperti dikutip laman
inet.detik.com, pendapatan YouTuber
Indonesia per tahun mencapai ratusan
juta hingga miliaran rupiah.
Data tahun 2017 lalu, Raditya Dika,
dengan subscriber mencapai 2,5
juta (kini 4,1 juta), diperkirakan
berpenghasilan Rp660 juta –
Rp10,5 miliar. Ria Yunita (Ria Ricis),
dengan subscriber 1,1 juta (kini 4,2
juta), diperkirakan berpenghasilan
Rp990 juta – Rp16 miliar. Keluarga
Gen Halilintar, dengan subscriber
840 ribu (kini 3,3 juta), diperkirakan
berpenghasilan Rp1,2 miliar – Rp20
miliar. Belum ditambah penghasilan
dari perusahaan yang minta
produknya di-endorse. Dengan jumlah
penghasilan yang fantastis, tidak heran
semakin banyak orang ingin menjadi
YouTuber, tidak terkecuali anak-anak.
Siapapun boleh dan bisa menjadi
YouTuber. Tidak perlu banyak
persyaratan untuk menjadi YouTuber.
Pemilik YouTube tidak pernah
mensyaratkan gelar akademis, ijazah,
atau batasan usia kepada orang-orang
yang ingin mencari uang di salurannya.
Tapi untuk menjadi YouTuber juga
tidak mudah-mudah amat. Tetap saja
harus kerja keras dan disiplin. Apalagi,
untuk menjadi YouTuber, harus
memiliki kreativitas dan inovasi tinggi.
Kalau tidak memiliki keduanya, dijamin
akan jadi YouTuber gagal.
Seorang YouTuber selalu berusaha
menghadirkan informasi baru kepada
masyarakat. Ia menjaga kualitas baik
konten maupun pengemasannya
(video edting). Kadang ia berkolaborasi
dengan YouTuber lain agar subscriber-
nya meningkat. Makin banyak
memproduksi video dan sering tayang
rutin, makin banyak pula orang yang
mengunjungi videonya. Artinya,
semakin tebal pundi rupiah yang
dikumpulkan.
YouTuber kini menjadi salah satu
pilihan cita-cita generasi milenial,
bersaing dengan daftar cita-cita yang
sejak dulu bertengger di angan-angan
seorang anak: dokter, pilot, pengusaha,
tentara, guru. Ia menawarkan
kemudahan di tengah disrupsi besar-
besaran lapangan pekerjaan akibat
Revolusi Industri 4.0.
Sama seperti kemampuan menulis
yang dapat mendatangkan
kesejahteraan finansial, kemampuan
membuat video editing juga dapat
dimiliki semua orang dengan mudah.
Banyak aplikasi video editing berbasis
android yang dapat digunakan untuk
menghasilkan video yang bagus
melalui telepon seluler.
Hal yang patut ditiru dari seorang
YouTuber adalah semangat berbagi.
Mari kita bayangkan jika banyak orang
pintar berbagi ilmu melalui saluran
YouTube tentang berbagai hal, akan
semakin banyak orang yang mudah
mengakses pengetahuan, baik berupa
informasi maupun keterampilan—
dengan pengemasan yang menghibur
tentunya. Kegiatan edukasi dapat
dilakukan oleh siapa saja, kapan saja,
dan dari mana saja.
Peserta Olimpiade Sains Nasional tak
terkecuali. Sebagai kalangan “elit”
(peserta OSN hanya sekian persen
dari jumlah total siswa Indonesia),
peserta OSN dapat membagi ilmu dan
pengetahuannya kepada masyarakat
luas melalui saluran YouTube. Tips yang
dapat dibagi misalnya bagaimana
lolos seleksi OSN, bagaimana
mengerjakan soal-soal yang sulit, atau
bagaimana melakukan eksperimen di
laboratorium.
Dengan semangat berbagi
pengetahuan, melalui cara yang
mudah dan murah, akan makin banyak
sumber pengetahuan dan belajar
siswa. Guru dan dosen pun dapat
melakukan hal yang sama. Kolaborasi
sangat terbuka.
Semangat berbagi pengetahuan
akan memperpendek jarak antara
pembelajar dan sumber belajar.
Dalam semangat berbagi, semua
orang adalah pembelajar, semua
orang adalah guru. Sebab di era inilah
sekarang kita tinggal.*
Billy Antoro
30 MAJALAH SAINS JULI 2018INSPIRASI
Foto : Senoaji Sunhaji
Foto : Kiki Raifiandi
SAMPAI JUMPA PADA OSN XVIIITAHUN 2019