m-library

24
Implementasi “M-Libraries” di Asia Tenggara 1 oleh Arif Surachman, S.I.P. 2 Abstrak Perkembangan mobile technology membawa dampak signifikan bagi layanan perpustakaan berbasis elektronik dan mobile. Apalagi statistik menunjukkan bahwa penggunaan mobile internet juga semakin meningkat, termasuk di Asia Tenggara. Beberapa perpustakaan di Asia Tenggara, terutama perpustakaan perguruan tinggi yang menyadari potensi dari pengguna mobile technology ini mulai mengembangkan berbagai pelayanan berbasis M-Libraries. Mereka menggunakan teknologi mobile”ini untuk memberikan layanan seperti m-catalog atau m-opac, m-databases, m-contents atau collections, m-library guides, sms broadcast, dan lain sebagainya. Tulisan ini mencoba memberikan gambaran kepada kita berbagai implementasi M-Libraries di Asia Tenggara, sehingga dapat menjadi pembelajaran bersama di Indonesia. Selain itu tulisan ini juga mencoba menggali permasalahan dan tantangan yang dihadapi perpustakaan dalam mengimplementasikan M-Libraries ini. Kajian ini memperlihatkan bahwa ada keberagaman kemampuan masing-masing Negara dalam mewujudkan proyek atau program M-Libraries-nya. Implementasi nyata dari M-Libraries saat ini terlihat lebih ‘sukses’ di Singapura di bandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara. Hal ini terlihat dari banyaknya aplikasi m- Libraries yang dikembangkan oleh perpustakaan di Singapura di bandingkan di Malaysia, Indonesia, Vietnam, Filipina, Brunei, dan Laos. Kenyataan ini tentu juga akibat dari kondisi masyarakat Singapura yang ‘lebih maju’ dibandingkan di negara lain di Asia Tenggara. Namun demikian, dengan kajian ini diharapkan dapat ditemukan satu gambaran yang tepat untuk dikembangkan di Indonesia. Kata kunci: M- Library, M-Libraries, Mobile Library, Mobile Libraries, Mobile Librarianship, Mobile Technologies, Mobile Web, Mobile App 1 Makalah untuk dipresentasikan pada Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia ke-5, tanggal 16-19 Oktober 2012, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur 2 Pustakawan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1

Upload: sirerlan

Post on 15-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

m-library

TRANSCRIPT

  • Implementasi M-Libraries di Asia Tenggara1

    oleh Arif Surachman, S.I.P.2

    Abstrak

    Perkembangan mobile technology membawa dampak signifikan bagi layanan perpustakaan berbasis elektronik dan mobile. Apalagi statistik menunjukkan bahwa penggunaan mobile internet juga semakin meningkat, termasuk di Asia Tenggara. Beberapa perpustakaan di Asia Tenggara, terutama perpustakaan perguruan tinggi yang menyadari potensi dari pengguna mobile technology ini mulai mengembangkan berbagai pelayanan berbasis M-Libraries. Mereka menggunakan teknologi mobileini untuk memberikan layanan seperti m-catalog atau m-opac, m-databases, m-contents atau collections, m-library guides, sms broadcast, dan lain sebagainya. Tulisan ini mencoba memberikan gambaran kepada kita berbagai implementasi M-Libraries di Asia Tenggara, sehingga dapat menjadi pembelajaran bersama di Indonesia. Selain itu tulisan ini juga mencoba menggali permasalahan dan tantangan yang dihadapi perpustakaan dalam mengimplementasikan M-Libraries ini.

    Kajian ini memperlihatkan bahwa ada keberagaman kemampuan masing-masing Negara dalam mewujudkan proyek atau program M-Libraries-nya. Implementasi nyata dari M-Libraries saat ini terlihat lebih sukses di Singapura di bandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara. Hal ini terlihat dari banyaknya aplikasi m-Libraries yang dikembangkan oleh perpustakaan di Singapura di bandingkan di Malaysia, Indonesia, Vietnam, Filipina, Brunei, dan Laos. Kenyataan ini tentu juga akibat dari kondisi masyarakat Singapura yang lebih maju dibandingkan di negara lain di Asia Tenggara. Namun demikian, dengan kajian ini diharapkan dapat ditemukan satu gambaran yang tepat untuk dikembangkan di Indonesia.

    Kata kunci: M- Library, M-Libraries, Mobile Library, Mobile Libraries, Mobile Librarianship, Mobile Technologies, Mobile Web, Mobile App

    1 Makalah untuk dipresentasikan pada Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia ke-5, tanggal

    16-19 Oktober 2012, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur 2 Pustakawan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    1

  • PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terutama sejak

    hadirnya Internet, berkembang sedemikian pesat dan telah mempengaruhi

    berbagai pola aktifitas yang harus dijalankan oleh masyarakat. Pengembangan

    teknologi baik dari sisi aplikasi maupun perangkat keras terus dilakukan seiring

    dengan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Kehadiran mobile

    teknology saat ini telah memberikan kesempatan dan kemudahan bagi masyarakat

    untuk mengakses informasi dan melakukan komunikasi kapanpun dan dimanapun.

    Bahkan pada tahun-tahun ke depan, diprediksi bahwa penggunaan teknologi

    mobile akan terus mengalahkan penggunakan teknologi dekstop yang sampai

    saat ini masih ada. Data prediksi yang dikeluarkan oleh Morgan Stanley Research

    pada grafik 1 (satu) memperlihatkan bahwa pengiriman perangkat keras komputer

    dekstop dan notebook secara global, secara signifikan tergantikan oleh

    smartphones atau perangkat mobile phone pada tahun 2012 dan akan terus

    meningkat pada tahun berikutnya.

    Grafik 1. Statistik Perkembangan Pengiriman Perangkat Komputer versus Smartphones

    Sumber: Gartner, Morgan Stanley Research dalam Ceynova, 2009

    2

  • Prediksi Morgan Stanley Research tersebut menunjukkan bahwa ke depan

    penggunaan smartphones atau mobile phones akan menjadi pilihan utama

    masyarakat dalam menjalankan aktifitasnya.

    Prediksi Morgan Stanley Research ini didukung dengan beberapa statistik

    yang menunjukkan berbagai peningkatan penggunaan terutama terkait dengan

    mobile internet. Data yang diambil dari eMarketer bulan Mei 2011 oleh John

    Russel (2011) menunjukkan bawa pengguna mobile internet dan mobile phone di

    Asia Pasifik meningkat secara signifikan. Hal ini bisa di lihat pada Grafik 2

    berikut ini:

    Grafik 2. Pengguna Mobile Internet dan Penetrasi di Asia Pasifik tahun 2009-2015.

    Sumber: Russel, 2011

    Bahkan Russel (2011) memprediksi bahwa pada tahun 2015 pengguna

    mobile internet di Asia akan mencapai 512 juta pengguna. Sebelumnya Russel

    (2010) juga menyatakan bahwa Asia merupakan wilayah dengan pertumbuhan

    pengguna mobile internet terbesar di dunia. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

    dilakukan oleh pingdom dimana dikutip oleh Russel (2010). Berikut ini adalah

    grafik yang menunjukkan penggunaan mobile internet di dunia.

    3

  • Grafik 3. Penggunaan Web melalui perangkat mobile dunia tahun 2010.

    Sumber: Russell, 2010.

    Bagaimana dengan Asia Tenggara? Di Asia Tenggara sendiri

    menunjukkan bahwa perkembangan penggunaan internet dan mobile internet

    meningkat secara signifikan dalam 10 tahun terakhir. Tabel 1 di bawah ini

    menunjukkan bagaimana perkembangan pengguna internet di Asia Tenggara.

    Tabel 1. Statistik Pengguna Internet, Data Populasi dan Pengguna Facebook Hingga December 2011 di Asia Tenggara

    NO Country Population 2011

    Internet Users 2000

    Internet Users 2011

    Penetration %

    Population)

    Users (% Asia)

    Facebook (Mar 2012)

    1 Indonesia 245.613.043 2.000.000 55.000.000 22,40% 5,40% 43.523.740

    2 Vietnam 90.549.390 200.000 30.516.587 33,70% 3,00% 3.173.480

    3 Philippines 101.833.938 2.000.000 29.700.000 29,20% 2,90% 27.724.040

    4 Thailand 66.720.153 2.300.000 18.310.000 27,40% 1,80% 14.235.700

    5 Malaysia 28.728.607 3.700.000 17.723.000 61,70% 1,70% 12.365.780

    6 Singapore 4.740.737 1.200.000 3.658.400 77,20% 0,40% 2.602.880

    7 Laos 6.477.211 6.000 527.400 8,10% 0,10% 156.160

    8 Cambodia 14.701.717 6.000 491.480 3,10% 0,00% 449.160

    9 Brunei 401.890 30.000 318.900 79,40% 0,00% 234.060 10 Myanmar 53.999.804 1.000 110.000 0,20% 0,00% n/a

    11 Timor-Leste 1.177.834 0 2.361 0,20% 0,00% n/a

    Sumber: Miniwatts Marketing Groups, 2012

    Data di atas menunjukkan bahwa 15,30% pengguna internet di Asia

    berasal dari Asia Tenggara, sementara 3 besar pengguna internet di Asia masih

    4

  • dikuasai oleh China (50,5%), India (11,9%), dan Jepang (10%). Indonesia sendiri

    masuk ke peringkat ke-empat dengan 5,4% pengguna. Satu data menarik lainnya

    adalah bahwa dari Preetham Rai (2012) yang melaporkan bahwa pengguna Ipad

    terbesar adalah di Asia Tenggara, terutama di Singapura, Brunei Darussalam, dan

    Malaysia.

    Data pengguna mobile internet tahun 2012 di Asia Pasifik seperti dikutip

    Statista (2012) dari Nielsen (2012) menunjukkan bahwa negara-negara di Asia

    Tenggara masuk dalam jajaran sepuluh terbesar. 10 (sepuluh) besar peringkat

    tersebut adalah Jepang (86%), Korea (80%), Hongkong (76%), China (75%),

    Malaysia (75%), Taiwan (72%), Singapore (70%), Vietnam (62%), Thailand

    (47%), dan Indonesia (22%). Data tersebut di atas memperlihatkan besarnya

    prosentase pengguna smartphones yang menggunakan mobile internet di Asia

    Tenggara termasuk mendominasi di wilayah Asia Pasifik (5 dari 10 berasal dari

    wilayah Asia Tenggara). Belum termak Filipina yang ada di peringkat ke 11

    (20%) yang masih di atas India (11%).

    Tentunya ini akan menjadi menarik bagi kalangan di perpustakaan, apakah

    sudah saatnya bagi mereka juga harus mulai memikirkan adanya layanan

    perpustakaan berbasis mobile devices? Jawabnya bisa iya dan bisa juga tidak.

    Penelitian (survey) yang dilakukan oleh Mills (2009) terhadap pengguna

    smartphones atau mobile phones di University of Cambridge dan Open

    University, menyimpulkan bahwa penggunaan mobile phones saat ini hanya

    sebatas untuk melakukan SMS, melakukan panggilan telepon dan fotografi. Masih

    sedikit yang merasa perlu menggunakan smartphones atau perangkat mobile

    lainnya untuk mengakses misalnya e-book, transaksi perpustakaan, dan kegiatan

    lain yang berhubungan dengan perpustakaan.

    Kajian singkat dalam tulisan ini mencoba untuk melihat sejauh mana

    perpustakaan perguruan tinggi di negara-negara Asia Tenggara memanfaatkan

    teknologi internet dan mobile dalam mengimplementasikan apa yang disebut

    dengan mobile libraries atau m-library / m-libraries sehingga ke depan dapat

    menjadi pembelajaran bersama bagi proses peningkatan layanan perpustakaan.

    5

  • KONSEP M-LIBRARIES

    Istilah Mobile Library atau Mobile Libraries awalnya lebih identik dengan

    penyediaan akses perpustakaan untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau dengan

    menggunakan mobil atau kendaraan keliling, atau biasa orang mengidentikkan

    dengan perpustakaan keliling. Namun seiring dengan perkembangan teknologi

    komunikasi dan juga penggunaan perangkat mobile yang semakin banyak, maka

    istilah itu digunakan juga untuk merujuk kepada penggunaan teknologi mobile

    untuk keperluan perpustakaan. Inilah yang dinamakan dengan istilah m-library

    atau m-libraries yang berasal dari huruf M yang berarti mobile devices, dan kata

    library/libraries yang berarti perpustakaan. Dalam situs m-librares.info konsep m-

    library(-ies) digambarkan pada gambar 1 di bawah ini.

    Gambar 1. M-Libraries Concept

    Sumber: www.m-libraries.info, 2011.

    Konsep di atas sejalan dengan pendapat Needham (2008) dalam Mills

    (2009) yang menggambarkan M-Libraries sebagai sebuah cara yang dilakukan

    oleh perpustakaan untuk menyediakan layanan perpustakaan agar terjangkau oleh

    para pengguna mobile phones atau smartphones kapanpun dan dimanapun

    mereka berada. Needham (2008) menggambarkan bahwa konsep M-Libraries ini

    bisa saja hanya sebuah pesan sederhana melalui pengiriman teks sederhana

    (melalui SMS atau e-mail) terkait pemesanan buku, keterlambatan peminjaman,

    atau bahkan sampai yang sangat kompleks dimana pengguna dapat mengakses

    secara lengkap e-books atau e-database yang dilanggan oleh perpustakaan melalui

    perangkat mobile mereka.

    6

  • Dalam m-libraries.info (2011) ruang lingkup m-libraries digambarkan

    sangat luas yakni setiap inisiatif yang memungkinkan penggunaan perangkat

    mobile di perpustakaan dapat dimasukkan. Beberapa cakupan yang termasuk

    dalam konsep m-libraries ini adalah:

    Mengakses isi atau koleksi perpustakaan melalui perangkat mobile misal akses ke e-books, e-journals, e-database, dan koleksi khusus lainnya yang

    memungkinkan diakses secara mobile.

    Penggunaan pesan teks melalui SMS untuk memenuhi pertanyaan atau menyediakan informasi untuk pengguna perpustakaan.

    Membangun sebuah mobile interface untuk situs web perpustakaan atau katalog perpustakaan.

    Menggunakan QR codes untuk menghubungkan koleksi elektronik yang dapat diakses melalui perangkat mobile.

    Staff perpustakaan atau pustakawan menggunakan perangkat mobile dalam perpustakaan untuk mendukung pertanyaan disekelilingnya.

    Membangun sebuah aplikasi berbasis mobile (dedicated mobile app) untuk menyediakan akses ke koleksi atau isi perpustakaan kepada

    pengguna.

    Pemanfaatan augmented reality dalam perpustakaan dengan menggunakan kamera pada perangkat mobile.

    Menggunakan perangkat mobile untuk berinteraksi dengan kegiatan di perpustakaan seperti perpanjangan pinjaman koleksi, pengecekan lokasi

    layanan, pemesanan koleksi, melakukan tugas-tigas melalui perangkat

    mobile.

    Cakupan implementasi konsep m-libraries ini tidak terbatas pada beberapa

    hal di atas, tapi bisa jadi berbagai inovasi penggunaaan perangkat mobile yang

    dikembangkan oleh masing-masing perpustakaan. Cakupan tersebut yang

    kemudian setidaknya menjadikan implementasi m-libraries menurut Vollmer

    7

  • (2010) terbagi ke dalam 7 kategori atau jenis mobile library services seperti

    terlihat dalam tabel 2 berikut ini.

    Tabel 2. Mobile Library Services (Vollmer, 2010)

    Mobile OPACS Akses ke dalam Online Public Access Catalog melalui mobile optimized websites

    Mobile Applications Aplikasi khusus untuk Smartphones yg diinstall terlebih dahulu dan memungkinkan pengguna mengakses sistem perpustakaan, katalog, dll

    Mobile Collections / Mobile Content Delivery

    Fasilitas yang disediakan oleh penyedia bekerjasama dengan perpustakaan untuk menyediakan akses ke audiobooks, e-books, audio language course, etc

    Mobile Library Instruction Bahan-bahan intruksi perpustakaan dan penggunaan resources yang dapat diakses melalui platforms mobile device.

    Mobile Database Menyediakan akses ke databases yang dilanggan atau dimiliki menggunakan perangkat mobile melalui mobile web services

    Library SMS Notification Penggunaan SMS untuk berbagai tujuan seperti informasi keterlambatan, informasi pemesanan, informasi ketersediaan koleksi, informasi nomer panggil dan lokasi, dll.

    SMS Reference Layanan menjawab pertanyaan referensi oleh pustakawan melalui perangkat mobile.

    Namun demikian kategori yang disampaikan oleh Vollmer tersebut belum

    tentu mewadahi semua cakupan dan implementasi m-libraries, karena berbagai

    istilah seringkali ditampilkan secara berbeda oleh masing-masing perpustakaan.

    Hal ini akan terlihat dalam contoh implementasi yang sudah dilakukan di

    beberapa perpustakaan perguruan tinggi yang menjadi pembahasan selanjutnya

    dalam tulisan ini.

    Adapun aspek kebermanfaatan seperti apa yang akan didapatkan? Lee

    Cheng Ean (2012) menyampaikan setidaknya ada beberapa hal kenapa inisitif m-

    8

  • libraries perlu dilakukan yaitu: menjangkau pengguna dari kalangan Net

    Generation yang semakin banyak, memberikan akses koleksi yang lebih luas,

    meningkatkan hubungan dengan pengguna, bagian dari pemasaran layanan dan

    sumber-sumber yang dimiliki perpustakaan, peningkatan akses dan ketersediaan

    sumber daya bagi pengguna (kapanpun dan dimanapun), serta bagian dari strategi

    organisasi.

    M-LIBRARIES DI ASIA TENGGARA Indonesia

    Indonesia menurut data statistik tahun 2011 menduduki peringkat 4 jumlah

    pengguna internet di Asia yakni mencapai 55 juta pengguna, di bawah China,

    India dan Jepang, dan pengguna Facebook terbanyak kedua setelah India di Asia

    yakni sebanyak 43 juta pengguna. Dimana fakta yang diambil dari paseban.com

    (2012) menunjukkan bahwa 61% pengguna internet di Indonesia menggunakan

    internet melalui perangkat mobile. Fakta ini merupakan satu bentuk potensi yang

    mestinya dapat dimanfaatkan oleh perpustakaan untuk melebarkan jaringan

    layanan kepada penggunanya, yakni melalui perangkat mobile.

    Pemanfaatan teknologi mobile melalui m-libraries di Indonesia sudah

    dimulai oleh beberapa perpustakaan, walaupun belum secara maksimal

    memanfaatkan potensi pengguna perangkat mobile yang ada. Artinya,

    pemanfaatan oleh perpustakaan masih sangat sedikit dan beberapa terlihat masih

    sangat minimalis. Beberapa perpustakaan yang berhasil diidentifikasi sudah mulai

    menggunakan m-libraries sebagai bagian dari pelayanan kepada penggunanya

    adalah perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta - UKDW

    (library.ukdw.ac.id/beta/m/index.php) dan Universitas Bina Nusantara - BINUS

    Jakarta (http://m.library.binus.ac.id). Keduanya terlihat sudah berusaha

    menyediakan akses ke smartphones (mobile devices) baik melalui mobile web

    maupun mobile application. Bahkan UKDW bersama dengan Jogja Library for

    9

  • All (JLA) telah mengembangkan satu aplikasi mobile untuk yang diberi nama

    eLibME.

    Pada lingkungan perguruan tinggi negeri penggunaan m-libraries juga

    ditemukan dalam beberapa perpustakaan seperti misalnya di Universitas Gadjah

    Mada dengan implementasi SMS Alert (Perpustakaan FEB UGM) yang

    memberikan informasi seputar keterlambatan peminjaman dan informasi

    ketersediaan buku yang dipesan secara online, mobile OPAC, QR 2D Codes, dan

    mobile web version (Perpustakaan Fak. Teknik UGM), serta pemanfaatan aplikasi

    mobile database (Perpustakaan Pusat) yang disediakan oleh provider seperti

    Ebscohost Mobile dan Ebsco Discovery Service. Kemudian Universitas Indonesia

    melalui alamat http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/m/ menyediakan satu akses

    melalui mobile web version agar mahasiswa dapat menggunakan online public

    access catalog (M-OPAC), jelajah koleksi, informasi jam buka, informasi kontak,

    informasi keanggotaan, informasi tata tertib, informasi bebas pustaka, informasi

    layanan, dan penyerahan TA.

    Identifikasi yang dilakukan terhadap minimnya pemanfaatan m-libraries

    di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor penting, yaitu:

    Pengetahuan yang minim terkait implementasi m-libraries yang dimiliki pengelola perpustakaan

    Keterbatasan kemampuan staff perpustakaan dalam implementasi teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan

    Masih adanya keterbatasan sinergi antara bagian pengembangan TIK dengan bagian perpustakaan.

    Ketidaktahuan terhadap konsep m-libraries dan manfaatnya bagi perpustakaan

    Keterbasan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki oleh perpustakaan M-libraries masih belum menjadi prioritas bagi perpustakaan terkait

    efektifan pemanfaatan oleh pengguna

    10

  • Singapura

    Implementasi layanan perpustakaan melalui mobile technology di

    Singapura terlihat beberapa langkah lebih maju dari negara lain di Asia Tenggara.

    Kajian dan survey yang dilakukan oleh Lee Cheng Ean (2012) terkait E-services

    dan adopsi mobile technology di 8 perpustakaan universitas di Singapura

    memperlihatkan beragamnya upaya penerapan M-Libraries. Ke delapan

    universitas atau perguruan tinggi itu adalah National University of Singapore

    (NUS), Nanyang Technology University, Singapore Management University, Ngee

    Ann Polytechnic, Nanyang Polytechnic, National Institutions of Education

    Singapore, Singapore Polytechnic, dan Temasek Polytechnic. Kajian dan survey

    yang dilakukan Lee Cheng Ean tersebut menemukan setidaknya ada 15 jenis

    implementasi m-libraries baik yang sudah dilaksanakan, masih dalam proses,

    maupun sedang direncanakan ke depan. Grafik 4 dibawah ini memperlihatkan

    hasil survey atau kajian tersebut:

    Grafik 4. Implementasi M-Libraries di 8 PT di Singapore

    Sumber: Lee Cheng Ean, 8th AUNILO Meeting, 2012

    11

  • Tabel di atas memperlihatkan bahwa trend penggunaan m-libraries di

    perpustakaan PT di Singapura setidaknya ada 8 yakni Mobile Databases, M-Opac,

    Mobile Apps, QR Codes, Mobile Library Collections, Mobile Social Media

    (Facebook, Twitter) dan eReferences.

    Hasil kajian yang dilakukan oleh Lee Cheng Ean (2012) ini juga

    menunjukkan bahwa ada beberapa kendala yang terjadi terkait dengan

    implementasi m-libraries di 8 perguruan tinggi di Singapura. Beberapa kendala

    dan tantangan yang dihadapi adalah:

    Belum adanya standar yang baku atau praktek terbaik yang sudah berjalan terkait dengan pemanfaatan M-Libraries

    Tidak cukupnya waktu yang dimiliki staff Kekawatiran terhadap peningkatan biaya pemeliharaan Tidak adanya tenaga ahli dalam bidang teknologi tersebut Terlalu banyaknya permintaan sumber-sumber internet lainnya Banyaknya waktu yang harus diberikan untuk memberikan perhatian

    terhadap kegiatan m-libraries apabila sudah dijalankan

    Terlalu mahal investasinya Ketiadaan permintaan pengguna atau tidak yakin akan pengguna yang

    akan menggunakan m-libraries tersebut

    Ketidakcukupan pengetahuan dalam produk perangkat mobile Ketidakmampuan dalam mengevaluasi keefektifan Ketidakcukupan pengetahuan dalam peningkatan potensi yang ada Tidak adanya biaya tersendiri untuk pengembangan mobile technology Mobile Technology bukan atau belum menjadi prioritas kebijakan

    organisasi/institusi.

    Apa yang ditemukan oleh Lee Cheng Ean sebetulnya sesuai dengan

    pendapat yang disampaikan oleh Mills, bahwa untuk investasi terhadap M-

    Libraries membutuhkan sumber daya dan sumber dana yang tidak sedikit,

    12

  • sehingga perlu dipikirkan dan dilakukan survey pengguna secara mendalam

    sebelum benar-benar mengimplementasikan.

    Ragam implementasi yang dilakukan di beberapa perpustakaan di

    Singapura menunjukkan bahwa perpustakaan sudah melakukan keseriusan dalam

    menyediakan kebutuhan bagi generasi Y atau Net-Gen, dan berapa langkah lebih

    maju dibanding perpustakaan di negara lain di Asia Tenggara.

    Malaysia

    Data statistik yang diambil dari Miniwatts Marketing Groups tahun 2012

    menunjukkan bahwa 17,7 juta dari 28,7 juta penduduk di Malaysia menggunakan

    Internet, atau sebesar 61,70% penetrasi terhadap populasi yang ada. Penggunaan

    m-libraries sudah mulai diterapkan di beberapa perpustakaan di Malaysia,

    walaupun belum terlalu besar. Salah satu yang sudah mengimplementasikan

    adalah di University of Malaya. Data yang diambil dari Nasir (2012)

    memperlihatkan bahwa Perpustakaan University of Malaya telah

    mengimplementasikan Mobile Social Networks (Facebook, Twitter dan Flickr),

    SMS application (notification, alerts, dan references), Mobile OPAC, QR 2D

    Codes dan mobile web version. Perpustakaan University of Malaya juga sedang

    merencanakan untuk mengimplementasikan Mobile interface & apps (mobile

    database), Mobile Contents, Podcasts & Videocasts, Mobile Library Collections,

    Mobile Training & Consultation. Alamat URL untuk mengakses mobile web

    services ada di http://www.um.edu.my/library/.

    Sedangkan di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), konsep m-libraries

    diimplementasikan dengan penggunaan QR 2D Codes untuk mengakses mobile

    web version perpustakaan dan mobile social Network (Facebook dan Twitter).

    Lewat mobile web version, pengguna perpustakaan Tun Seri Lanang

    (perpustakaan dari UKM) dapat memanfaatkan fasilitas untuk mengakses M-

    OPAC, M-Database, Mobile Library Instruction, dan Mobile Collections.

    Beberapa perpustakaan di Malaysia, tidak secara eksplisit memperlihatkan

    bagaimana penggunaan m-libraries dalam layanannya. Seperti misalnya

    13

  • perpustakaan Universiti Sains Malaysia dan Universiti Teknologi Malaysia,

    hanya memanfaatkan situs web yang dapat diakses melalui perangkat mobile

    non smartphones seperti tablet pc dan laptop/notebook atau dikenal dengan e-

    services.

    Filipina Jumlah pengguna internet yang mencapai hampir 30 juta orang pada tahun

    2011 atau menduduki peringkat ketiga di Asia Tenggara setelah Indonesia dan

    Vietnam atau 2,9% dari pengguna di Asia ternyata tidak berpengaruh terhadap

    popularitas penggunaan teknologi mobile di perpustakaan. Seperti misalnya di

    perpustakaan perguruan tinggi yang termasuk terkenal di Filipina seperti

    University of the Phillipines dan Ateneo de Manila University, tidak secara

    eksplisit mereka memperlihatkan bagaimana layanan mobile (m-libraries)

    disediakan untuk pengguna. Mereka hanya menyediakan akses situs web yang

    berorientasi pada pengguna desktop internet. Namun data yang diambil dari

    presentasi 8th Annual Meeting AUNILO perwakilan Filipina tahun 2012

    menunjukkan bahwa perpustakaan University of the Phillipines sedang

    merencanakan untuk implementasi M-Reference Services, Mobile OPAC, Book

    Reservation melalui SMS, dan SMS Alert.

    Sedangkan salah satu perpustakaan perguruan tinggi di Filipina yang

    sudah mengimplementasikan m-libraries adalah perpustakaan De La Salle

    University. Perpustakaan De La Salle University memiliki M-WebOPAC, Text

    messaging /SMS Reference Service (bernama TextLoRa), dan M-Databases

    sebagai bagian dari implementasi M-libraries di Filipina.

    Minimnya penggunaan m-libraries di Filipina lebih disebabkan oleh

    kekurang populeran konsep m-libraries pada pengelola dan staf perpustakaan,

    serta keterbatasan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki oleh perpustakaan.

    Walaupun sebetulnya secara sumber daya informasi dan pengetahuan seperti

    pemanfaatan e-databases, e-journal, social networking dan sumber informasi

    elektronik lainnya tidak kalah dengan perpustakaan lain di Asia Tenggara.

    14

  • Thailand

    Kajian yang dilakukan oleh Chaweewan Swasdee et. al. (2012) di 4

    (empat) perpustakaan perguruan tinggi di Thailand yakni Burapha University

    Library, Chiangmai University Library, Chulalongkorn University Library,

    Mahidol University Library and Knowledge Center (MU) memperlihatkan bahwa

    implementasi m-libraries telah mulai dirintis di perpustakaan Thailand dengan

    awalnya menyediakan layanan elektronik (e-services) bagi penggunanya. Tabel 3

    berikut ini merupakan data terkait implementasi e-services dan m-libraries yang

    ada di 4 (empat) perguruan tinggi di Thailand, seperti yang disampaikan oleh

    Chaweewan Swasdee et. al.

    Tabel 3. Implementasi M-Libraries di Perpustakaan PT di Thailand

    Burapha University Library Saran Pengguna Online, Usulan Koleksi Online, Informasi Buku Baru melalui Situs Web dan Facebook, Formulir Elektronik, Pameran Online, Berita Aktifitas Perpustakaan Online, Petunjuk penggunaan Layanan Perpustakaan, Pemesanan Buku, Perpanjangan Peminjaman, Web OPAC

    Chiangmai University Library Literasi Informasi Online, Web OPAC (M-OPAC), Formulir Elekronik via Web, Perpanjangan Peminjaman Online, Pemesanan Online, Layanan Referensi Online, Notifikasi melalui SMS, Informasi Muktahir, Usulan Buku, Survei Kepuasan Pengguna Online, Saran dan Masukan Online, Layanan Media Digital Online, Layanan Wireless, Akses Database melalui Perangkat Mobile, Situs Web yang dapat diakses melalui perangkat mobile

    Chulalongkorn University Library

    Reference Database, Intellectual Repository, The communities of practice Database, e-rarebooks, Informasi Buku Baru, Usulan Koleksi, Perpanjangan Peminjaman Online, Informasi Keterlambatan, Orientasi Perpustakaan Online, Layanan Referensi Virtual, Federated Search

    Mahidol University Library and Knowledge Center (MU)

    Perpanjangan Peminjaman Online, Pemesanan Koleksi Online, Pengiriman Notifikasi ke Pengguna, Formulir Elektronik, Informasi Buku Baru, Usulan Koleksi, Tutorial Database Online, OPAC (Mobile OPAC), Electronic Document Delivery Services, Course Online, Mobile Content, Mobile Web Services, dan M-Databases.

    Sumber: Diolah dari Swasdee, 2012.

    Kajian yang dilakukan Swasdee (2012) tersebut memperlihatkan bahwa

    setidaknya ada 4 model m-libraries yang diterapkan di keempat perguruan tinggi

    15

  • di Thailand tersebut yakni News Services via Mobile Phone, Mobile OPAC,

    Mobile Content Delivery, Mobile Database, dan Mobile Web Services.

    Vietnam

    Berdasarkan data Miniwatts Marketing Group memperlihatkan bahwa

    Vietnam merupakan negara tertinggi keempat di Asia Tenggara yang mempunyai

    penetrasi penggunaan internet sebesar 33,70% setelah Brunei Darussalam

    (79,40%), Singapura (77,20%) dan Malaysia (61,70%) dibandingkan populasi

    keseluruhan penduduk di negara tersebut. Atau apabila dilihat dari pengguna

    internet Asia sebesar 3% dari populasi penduduk di Asia atau menduduki

    peringkat 2 di Asia Tenggara setelah Indonesia (5%). Suatu data yang

    menunjukkan potensi bagi implementasi m-libraries di negara tersebut.

    Sedangkan untuk mobile internet, Vietnam tercatat sebagai negara kedua setelah

    Malaysia yang mempunyai tingkat pertumbuhan terbesar di Asia Tenggara (Sinh,

    2012).

    Kondisi di atas ternyata belum dimanfaatkan oleh perpustakaan perguruan

    tinggi di Vietnam. Implementasi layanan yang berorientasi pada penggunaan

    teknologi mobile sepertinya belum menjadi pemikiran dari pengelola

    perpustakaan. Sebagai contoh adalah misal Can Tho University

    (www.ctu.edu.vn/english/librry.htm) yang lebih fokus kepada layanan

    perpustakaan konvensional dengan sedikit pemanfaatan koleksi elektronik seperti

    CD-ROM dan perpustakaan RMIT University Vietnam yang saat ini baru

    memanfaatkan layakan e-services melalui situs web yang dikelolanya.

    Namun rencana ke depan untuk pemanfaatan teknologi mobile di

    perpustakaan sudah mulai dilakukan oleh Central Library, Vietnam National

    University seperti yang disampaikan oleh Nguyen Hong Sinh dan Hoang Thi

    Hong Nhung (2012) terutama untuk layanan seperti akses ke website

    perpustakaan, pencarian melalui OPAC, Online Support, dan informasi jam buka

    perpustakaan yang dapat diakses melalui mobile browser. Hal lain adalah SMS

    Notification dan Alert untuk keperluan cek ketersediaan buku, perpanjangan

    16

  • peminjaman koleksi, menerima catatan keterlambatan, pengecekan denda, dan

    pengecekan jam buka perpustakaan.

    Implementasi m-libraries di Vietnam menurut Sinh dan Nhung (2012)

    akan menghadapi beberapa tantangan dan kendala seperti:

    Kondisi alokasi anggaran untuk perpustakaan yang semakin menurun akibat krisis

    Besarnya biaya yang harus dikeluarkan (investasi) untuk mengimplementasikan m-libraries, mulai dari perangkat keras, perangkat

    lunak hingga pengembangan sumber daya manusia.

    Terbatasnya kemampuan teknologi yang dimiliki oleh pengelola perpustakaan dan juga ketiadaan tenaga ahli bidang teknologi.

    Brunei Darussalam, Laos dan Kamboja

    Negara Asia Tenggara lain seperti Brunei Darussalam, Laos dan Kamboja,

    implementasi m-libraries juga belum dapat dikatakan cukup berkembang. Brunei

    Darussalam misalnya, perpustakaan Universiti Brunei Darussalam tidak secara

    eksplisit menampilkan penggunaan layanan mobile kepada penggunanya, namun

    lebih ke e-services melalui apa yang disebut dengan Digital Library UBD.

    Walaupun berdasarkan data yang diambil dari 8th AUNILO Meeting

    memperlihatkan penggunaan mobile application, hanya baru pada sebatas untuk

    keperluan SMS Notification dan atau SMS Alert. Padahal apabila dilihat dari

    potensi prosentase populasi pengguna internet di negara tersebut tertinggi di Asia

    Tenggara.

    Sedangkan di Laos, seperti National University of Laos, bahkan untuk

    situs web perpustakaan saja belum tersedia. Perpustakaan Royal University of

    Phnom Penh (RUPP) di Kamboja baru menyediakan sebatas e-services melalui

    penyediaan WebOPAC dan akses ke database elektronik.

    17

  • ANALISIS DAN REKOMENDASI

    Uraian di atas menunjukkan beragamnya kuantitas dan kualitas

    implementasi m-libraries di Asia Tenggara. Setiap perpustakaan kadangkala

    menciptakan istilah sendiri yang mungkin sebenarnya pada hakekatnya secara

    substansi sama dengan istilah lain yang digunakan dalam pelayanan perpustakaan

    berbasis mobile. Dari segi kuantitas dan kualitas, implementasi di Singapura

    masih melebihi tingkat implementasi negara lain di Asia Tenggara. Hal ini

    sepertinya lebih banyak dipengaruhi oleh kultur atau budaya teknologi yang

    berkembang di Singapura. Apabila dilihat dari penetrasi pengguna internet di

    bandingkan populasinya, Singapura (77,20%) masih di bawah Brunei Darussalam

    (79,40%). Sedangkan apabila dilihat dari penetrasi prosentase pengguna mobile

    internet hanya 70%, masih kalah di bandingkan dengan Malaysia (75%). Tapi

    masalah implementasi layanan mobile di perpustakaan, Singapura terlihat

    beberapa langkah lebih maju daripada kedua negara tersebut.

    Sedangkan di Indonesia, walaupun masuk dalam 4 (empat) besar

    pengguna internet terbesar di Asia, namun apabila dilihat dari penetrasi pengguna

    internet dan prosentase pengguna mobile internet terhadap populasi nilainya

    masih cukup kecil di bandingkan negara lain, bahkan di bawah Vietnam dan

    Thailand. Namun apabila melihat data pengguna akses ke dalam social

    networking, Indonesia menduduki peringkat pertama pengguna Facebook di Asia

    Tenggara dan kedua di Asia. Kondisi tersebut berbeda apabila melihat bagaimana

    implementasi m-libraries di Indonesia. Karena ternyata belum banyak

    perpustakaan yang berusaha menghadirkan layanan berbasis mobile ini. Seperti di

    negara lain di Asia Tenggara, sepertinya perpustakaan masih fokus pada

    pengembangan e-services melalui penyediaan e-resources tapi belum sampai

    memanfaatkan m-services atau m-resources. Walaupun perkembanganya terlihat

    bahwa upaya-upaya implementasi m-libraries terus dilakukan oleh beberapa

    perpustakaan baik melalui pengembangan mobile application maupun mobile web

    services.

    18

  • Berdasarkan uraian sebelumnya, tabel 4 berikut ini adalah gambaran

    implementasi secara keseluruhan di Asia Tenggara dan metode yang digunakan di

    dasarkan kategori yang digunakan Vollmer dan istilah yang digunakan oleh

    masing-masing perpustakaan.

    Tabel 4. Implementasi M-Libraries di Asia Tenggara

    M-OPACS

    M-App

    M-Collections

    M-Library Instruction

    M-Database

    SMS Notification

    SMS Refernces

    Lainnya

    Singapura Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada M-Social Media, GPS, M-Survey, QR 2D Code, e-services

    Malaysia Ada N.A. Ada Ada Ada Ada Ada QR 2D Code, e-services

    Indonesia Ada Ada N.A. Ada Ada Ada N.A. QR 2D Code, e-services

    Thailand Ada N.A. Ada Ada Ada Ada N.A. M-Course Online, e-services

    Vietnam N.A. N.A. N.A. N.A. N.A. Ada Ada. e-services

    Filipina Ada N.A. N.A. N.A. Ada Ada Ada e-services

    Brunei N.A. N.A. N.A. N.A. N.A. Ada Ada e-services

    Kamboja N.A. N.A. N.A. N.A. N.A. N.A. N.A. e-services

    Laos N.A. N.A. N.A. N.A. N.A. N.A. N.A. e-services

    Apabila kita melihat pada komposisi tabel di atas, maka memang

    sepertinya ada ketidakmerataan dalam pengembangan m-libraries di Asia

    Tenggara yang cukup mencolok. Tapi apabila kita membandingkan dari sisi

    perekonomian, sebenarnya kondisi tersebut tidaklah mengherankan.

    Perekonomian di negara-negara yang cukup kuat seperti di Singapura, Brunei dan

    Malaysia tentu akan menyebabkan keberadaan infrastruktur dan sumber daya

    serta sumber dana yang lebih baik dibandingkan negara-negara lain di Asia

    Tenggara seperti misalnya Laos, Kamboja, Filipina, Vietnam dan mungkin

    Indonesia. Hal ini jelas bisa dilihat dari prosentase antara pengguna internet

    dengan jumlah populasi penduduk, dan juga prosentase antara pengguna mobile

    19

  • internet, dimana hal ini jelas akan berdampak pada perilaku masyarakat di negara

    tersebut.

    Kondisi dan uraian dalam pembahasan sebelumnya di atas juga

    memperlihatkan bahwa faktor ketersediaan sumber dana, kemampuan sumber

    daya manusia terutama dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi,

    pengetahuan pengelola perpustakaan dalam bidang teknologi mobile, serta

    political will dari pengambil kebijakan menjadi faktor-faktor penting yang harus

    diperhatikan oleh pengelola perpustakaan di Asia Tenggara. Terutama apabila

    mereka ingin segera mengejar ketertinggalan dalam implementasi m-libraries. Hal

    lain yang juga penting adalah terkait dengan kemampuan perpustakaan dalam

    melakukan riset perilaku pengguna perpustakaan terutama terkait pemanfaatan

    perangkat mobile dalam kegiatannya sehari-hari.

    Faktor-faktor di atas sangat penting untuk diperhatikan karena upaya

    implementasi m-libraries membutuhkan investasi yang tidak sedikit baik dilihat

    dari segi pendanaan maupun waktu yang diperlukan untuk mengembangkannya.

    Pertimbangan efektifitas dan efisiensi dampak yang dihasilkan dari implementasi

    m-libraries harus menjadi dasar awal bagi pengembangan pengelola

    perpustakaan.

    Namun demikian, melihat perkembangan teknologi informasi dan

    komunikasi, terutama terkait mobile technology yang demikian pesat, maka

    potensi pasar pengguna mobile internet yang demikian besar di Asia Tenggara

    akan sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Terutama di Indonesia misalnya,

    keberhasilan social networking seperti facebook dan twitter dapat menjadi pijakan

    potensi besar penggunaan m-libraries di perpustakaan. Kondisi ini mau tidak mau

    mengharuskan pustakawan dan pengelola perpustakaan untuk mulai mengikuti

    perkembangan dan kebutuhan pengguna terutama pengguna generasi digital dan

    mobile (NET Generation). Dan kehadiran layanan berbasis m-libraries dapat

    menjadi bagian penting dalam strategi besar perpustakaan dalam memberikan

    yang terbaik bagi pengguna tersebut.

    20

  • Untuk itu ada beberapa rekomendasi yang dapat diberikan terkait upaya

    implementasi m-libraries di perpustakaan di Asia Tenggara, yakni:

    1. Riset terhadap perilaku pengguna perpustakaan perlu melakukan riset

    atau penelitian sederhana terhadap perilaku pengguna terutama terkait cara

    mereka mendapatkan informasi dan penggunaan perangkat mobile

    sehingga akan ditemukan aplikasi mobile libraries seperti apa yang cocok

    untuk mereka. Karena bisa jadi, di suatu negara kebutuhan aplikasi mobile

    libraries memang baru sekedar SMS Notification misalnya.

    2. Membuat Situs Web Fleksibel cara termudah untuk mengawali

    implementasi m-libraries adalah dengan membuat desain situs web yang

    sederhana dan akan secara otomatis menyesuaikan tampilan ketika diakses

    dari berbagai perangkat mobile. Hal ini bisa dilakukan dengan

    menggunakan Cascading Style Sheets (CSS), perangkat lunak Auto-detect

    and Reformat , atau dengan memanfaatkan aplikasi web yang sudah

    tersedia misal joomla for mobile atau wordpress for mobile.

    3. Membuat Roadmap Pengembangan M-Libraries -- perpustakaan perlu

    membuat roadmap pengembangan yang nantinya akan menjadi panduan

    bagi proses implementasi m-libraries dengan target capaian yang sudah

    ditentukan. Pembuatan roadmap ini didasarkan pada hasil riset perilaku

    pengguna, evaluasi layanan perpustakaan, analisa keuangan atau anggaran

    biaya, serta visi dan misi organisasi induk.

    4. Peningkatan kemampuan TIK Staf Perpustakaan perpustakaan dan

    organisasi induk harus secara aktif berupaya melakukan pengembangan

    dan peningkatan kemampuan TIK staf perpustakaan, terutama juga

    menyangkut penggunaan perangkat mobile untuk perpustakaan. Hal ini

    bisa dilakukan dengan cara mengikutsertakan staff dalam workshop,

    pelatihan atau sekedar benchmarking ke perpustakaan yang telah berhasil

    mengaplikasikan mobile libraries.

    21

  • 5. Sinergi dengan pihak-pihak terkait perpustakaan harus bersinergi

    dengan pihak lain misal ahli TIK, programmer maupun konsultan dalam

    bidang TIK mengingat bahwa implementasi m-libraries seringkali

    melibatkan hal-hal teknis mulai dari yang sederhana hingga sangat

    kompleks. Ini perlu dilakukan mengingat keterbatasan kemampuan

    pengelola perpustakaan dalam bidang pengembangan fasilitas TIK.

    Kajian ini masih jauh dari sempurna, maka ke depan perlu

    dipertimbangkan adanya kajian atau bahkan penelitian yang lebih komprehensif

    yang dapat memotret dengan lebih baik implementasi m-libraries dan

    permasalahan yang ada di Asia Tenggara. Tak kalah penting adalah kajian yang

    berhubungan dengan dampak dan efektifitas implementasi m-libraries terhadap

    fungsi dan tugas yang harus dijalankan oleh perpustakaan dalam memenuhi

    kebutuhan pengguna dan mendukung visi dan misi organisasi yang menaunginya.

    Sehingga akan terlihat apakah m-libraries cukup efisien dan efektif di

    implementasikan di perpustakaan saat ini. Namun hal terpenting dari keberadaan

    m-libraries ini adalah keberanian untuk memulai, walaupun baru pada tahap yang

    paling sederhana. Jadi Lets Go Mobile!

    DAFTAR PUSTAKA

    Ceynowa, Klaus. 2011. Library Services and Library Content for the Mobile Internet the Approach of the Bavarian State Library. Powerpoint presentasi pada The Third M-Libraries Conference, 11-13 May 2011 Diakses melalui http://www.usq.edu.au/~/media/USQ/m-libraries/Ceynova.ashx pada 26 Juli 2012.

    Lee, Cheng Ean. 2012. E-Services and Adoption of Mobile Technologies by Academics Libraries in Singapore. Powerpoint Presentasi pada 8th Annual Meeting AUNILO, 1-2 June 2012 at National University of Singapore (NUS). Diakses melalui http://aunilo.org/2012/06/07/presentation-8th-aunilo-meeting/ pada tanggal 9 Juni 2012.

    Mills, Keren. 2009. M-Libraries: Information Use on the Move. Acardia Programme April 2009. Cambridge: University of Cambridge and Open

    22

  • University. Diakses melalui http://arcadiaproject.lib.cam.ac.uk/docs/M-Libraries_report.pdf pada tanggal 1 September 2012.

    Mobile Internet Usage in the Asia Pacific. Diakses melalui http://www.statista.com/statistics/233956/mobile-internet-usage-in-the-asia-pacific-region/ pada tanggal 1 Oktober 2012.

    Mobile Technologies in Philippine Libraries: a Country Report. Powerpoint Presentasi pada 8th Annual Meeting AUNILO, 1-2 June 2012 at National University of Singapore (NUS). Diakses melalui http://aunilo.org/2012/06/07/presentation-8th-aunilo-meeting/ pada tanggal 9 Juni 2012.

    Nguyen, Hong Sinh. 2012. Possibilities in mobile technologies applied in VNU-HCM. Powerpoint presentasi pada 8th Annual Meeting AUNILO, 1-2 June 2012 at National University of Singapore (NUS). Diakses melalui http://aunilo.org/2012/06/07/presentation-8th-aunilo-meeting/ pada tanggal 9 Juni 2012.

    Nasir, Nor Edzan Che. 2012. Enhancing Information Discovery through Mobile Technologies: Malaysia country report. Powerpoint presentasi pada 8th Annual Meeting AUNILO, 1-2 June 2012 at National University of Singapore (NUS). Diakses melalui http://aunilo.org/2012/06/07/presentation-8th-aunilo-meeting/ pada tanggal 9 Juni 2012.

    Perkembangan Teknologi di Indonesia: Internet dan Mobile (part 1). Technology Update Paseban.Com, 04 Januari 2012. Diakses melalui http://portal.paseban.com/article/4752/perkembangan-teknologi-di-indonesia pada tanggal 1 Oktober 2012.

    Russell, Jon. 2010. Research: Asia worlds biggest mobile internet user. Techwire Asia, November 29, 2010. Diakses melalui http://www.techwireasia.com/1029/research-asia-worlds-biggest-mobile-internet-user/ pada tanggal 16 September 2012.

    Russell, Jon. 2011. Report: 512 million mobile internet users in Asia by 2015. Techwire Asia, August 24, 2011. Diakses melalui http://www.techwireasia.com/1384/report-512-million-mobile-internet-users-in-asia-by-2015/ pada tanggal 16 September 2012.

    Swasdee, Chaweewan et al. 2012. Enhancing Information Discovery Through Mobile Technologies, Country Report : Thailand. Powerpoint Presentasi pada 8th Annual Meeting AUNILO, 1-2 June 2012 at National University of Singapore (NUS). Diakses melalui http://aunilo.org/2012/06/07/presentation-8th-aunilo-meeting/ pada tanggal 9 Juni 2012.

    Vollmer, Timothy. 2010. Theres an App for that! Libraries and Mobile Technology: an introduction to public policy considertions. Policy Brief No. 3, June 2010. ALA Office for Information Technology.

    23

  • 24

    What is a m-Libraries. Diakses melalui http://www.m-libraries.info/2011/11/15/what-is-m-libraries/ pada tanggal 26 Juli 2012.

    2012-10-05T08:18:43+0700Arif Surachman