ltm mpk agama islam

5
LTM MPK AGAMA ISLAM Islam Agama Universal dan Fleksibel Disusun oleh: Feri Rahmat Chandra Piliang 1006701320 Program Studi Prancis

Upload: feri-rahmat-chandra-piliang

Post on 30-Jun-2015

684 views

Category:

Documents


35 download

TRANSCRIPT

LTM MPK AGAMA ISLAM

Islam Agama Universal dan Fleksibel

Disusun oleh:

Feri Rahmat Chandra Piliang 1006701320 Program Studi Prancis

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Islam Agama Universal dan Fleksibel Oleh Feri Rahmat Chandra, 1006701320

Islam merupakan agama terbesar yang dianut oleh penduduk di Indonesia. Hampir 88% penduduk Indonesia memeluk keyakinan yang diwahyukan oleh Allah S.W.T bagi seorang Rasul-Nya yang ummi di jazirah arab ini. Islam sebagaimana halnya agama-agama besar yang diyakini dan dipeluk oleh sebagian penduduk Indonesia bukanlah agama yang asli diturunkan di wilayah nusantara ini. Sebelum Islam datang, ajaran Hindu-Buddha yang datang dari anak benua India telah lama mempengaruhi kebudayaan sebagian besar masyarakat di Indonesia. Membentuk watak dan kepribadian awal masyarakat Indonesia. Begitu pun dengan agama Masehi atau Nasrani yang datang bersamaan dengan kolonialisme bangsa barat yang semula berhasrat menguasai wilayah penghasil rempah-rempah yang kala itu amat dibutuhkan oleh pasaran Eropa. Penduduk Nusantara jaman itu terdiri dari berbagai suku bangsa yang saling berbeda tiap daerahnya. Di pulau sumatera bahagian barat hiduplah sebuah suku bangsa yang sangat berbeda dengan suku bangsa di utara, timur, atau pun selatan mereka. Mereka amat berbeda dalam pentadbiran tamadun mereka. Disaat tetangga mereka yang patrilineal berkembang, mereka tetap mempertahankan adat leluhur moyang yang berazaskan matrilineal. Lalu, bagaimanakah suku bangsa ini dapat mengapdosi nilai-nilai Islam dan bahkan para putera-puterinya mampu menjadi para mubaligh yang mampu mengislamkan seluruh nusantara? Suku yang dimaksud adalah suku bangsa Minangkabau. Suatu suku bangsa dengan bahasanya yang oleh para ahli Linguistik dan Anthropologi dianggap masih berkerabat dengan suku bangsa Melayu. Suku bangsa ini adalah suku yang amat unik di dunia dimana menjadi suku bangsa terbesar di dunia yang mempraktekan alur nasab diambil berdasarkan garis keturunan ibu. Satu hal yang pasti dalam identitas mereka adalah Islam. Bukanlah orang Minang kalau ia bukan seorang muslim. Lalu bagaimana Islam yang identik dengan patrialineal ini mampu bersatu dengan orang Minangkabau yang matrilineal ini? Salah satu sifat agama Islam adalah fleksibel. Islam tidak strict atau ketat bagi para pemeluknya untuk menjalankan ibadah sesuai dengan cara Islam. Islam memberikan kemudahan bagi para pemeluknya untuk menjalankan syariah Islam sesuai dengan alam pikiran dan lingkungan para pemeluknya tersebut karena Islam datang bukan untuk bangsa Arab saja. Islam itu universal. Islam datang ke tanah Minangkabau diperkirakan pada abad ke 7 M dengan bukti permukiman bangsa Arab Islam di pesisir pantai barat sumatera melalui pedagangan. Namun secara tertulis Islam disebarkan oleh seorang ulama bernama Syekh Burhanudin di Ulakan, Pariaman. Islam dengan mudah dapat diterima oleh orang Minangkabau karena cara berpikir Islam yang moderat dan terbuka itu sama dengan cara berpikir orang Minangkabau yang lebih egaliter dan open-minded. Dengan cepat Islam di anut oleh masyarakat Minangkabau saat itu setelah Yang di-Pertuan Sultan Bakilap Alam telah diislamkan oleh Syekh Burhanuddin. Namun dalam perkembangannya Islam memiliki banyak benturan dengan adat istiadat orang asli ini. Kedudukan Islam makin bertambah kuat disaat diangkat suatu otoritas agama dalam kerajaan yang di sebut Raja Ibadat yang sama kedudukannya dengan Raja Adat dan Raja Alam. Seperti yang diketahui berkaitan dengan masalah nasab, dalam ajaran adat seorang anak yang lahir otomotis akan mengikuti nasab ibu nya, bukan bapaknya. Masalah akan mulai timbul di saat si bapak harus mengasuhnya secara hukum Islam, padahal dalam adat seorang anak menjadi tanggung jawab mamak atau paman. Bukankah dalam Islam, ayahlah yang bertanggungjawab membesarkan si

anak? Dalam ajaran adat Minangkabau terdapat kata pepatah Anak dipangku kamanakan di bimbiang Mamak lah yang memberikan pengajaran budi pekerti pada kemenakannya. Besarnya peran mamak bagi kemenakannya dikarenakan realitas sosial masyarakat Minangkabau di masa itu yang menempatkan orang semenda atau suami sebagai abu di atas tunggu,l maksudnya sang suami suatu waktu dapat saja meninggalkan keluarga semaunya, biasanya hal ini terjadi karena sikap yang kurang simpatik keluarga istri terhadap suami (di Minangkabau suami harus tinggal di rumah sang istri). Namun seiring waktu terjadi penyesuian dimana sang anak mendapatkan pengajaran adat dan sopan santun oleh mamaknya sedangkan untuk masalah lainnya sang ayah lah yang bertanggung jawab. Masalah mulai timbul disaat pembagian harta warisan sepasang suami istri. Sesuai hukum adat, harta jatuh dari tangan mamak pada kemenakannya. Sengketa masalah warisan bisa menjadi berlarutlarut apabila tidak ditemukan pemecahan yang adil bagi kedua belah pihak. Oleh karena itu dikenal pembagian harta warisan yang disebut dengan harta pusaka tinggi dan harta pusaka rendah. Harta pusaka tinggi baik itu sawah ladang dan gelar adat merupakan hak seorang kemenakan yang diwariskan secara turun temurun berdasarkan garis nasab ibu dalam satu kaum, sedangkan harta pusaka rendah adalah harta yang berhasil dikumpulkan sepasang suami istri selama mereka membina rumah tangga. Harta ini lah yang kemudian menjadi hak bagi anak pasangan suami istri tersebut. Sehingga otomatis memuaskan kedua belah pihak keturunan langsung pasangan suami istri dan karib kerabat pihak istri. Baik ajaran Islam dan adat Minangkabau sama-sama memuliakan kaum perempuan. Dalam adat mereka mendapatkan tempat kedudukan yang amat istimewa dengan jaminan harta warisan yang layak dan kedudukan yang pantas, karena perempuanlah yang menanggung derita dalam melahirkan dan membesarkan si anak. Hal ini untuk menghindarkan perempuan terlunta-lunta nasibnya apabila telah diceraikan oleh suaminya. Kedudukan yang mulia ini menempatkan hanya kaum perempuan yang memiliki rumah gadang dan sawah ladang. Dan sudah hal yang lumrah kenapa jumlah kamar di dalam rumah gadang sesuai menurut jumlah kaum perempuan dalam keluarga tersebut. Inilah yang membuat kaum laki-laki untuk tidak tidur di rumah, mereka sesuai dengan aturan adat haruslah tidur di surau untuk memperdalam ilmu agama dan berlatih silat. Besarnya pengaruh perempuan ini dalam juga yang melatarbelakangi kaum laki-laki untuk mencari pengalaman dan kehidupan yang layak. Sungguh walau bagaimanapun Islam itu damai dan cinta kedamaian. Islam dapat membaur dengan adat asli orang pribumi dan menciptakan suatu nilai budaya yang unik. Orang Minang tahu benar makna hadits nabi, sampaikanlah walau satu ayat . . . oleh karena itu, dengan berbagai kebatasan adat budaya mereka mampu mencari celah-celah kesamaan untuk mengintegrasikan dua hal yang dipandang berlawanan. Tidaklah heran para mubaligh asal tanah Minangkabau mampu dengan sukses menyebarkan Islam ke seluruh Nusantara. Dato Ri Bandang mengislamkan Goa dan Tallo, Dato Bandaro menjadi raja di pertama islam di Sulu, dan bahkan seorang minang berhasil menjadi Imam Besar Masjidil Haram, Akhmad Khatib Al-Minangkabwi.