ltm ghany 3.doc

5
LTM 3 Diagnosis dan Pemeriksaan HIV -AIDS Oleh Ghany Hendra Wijaya !"!#$%&3"% Pendahuluan Salah satu gejala imunodefsiensi yang paling menonjol dan yang membawa penderita ke dokter adalah ineksi berulang atau berkelanjutan yang tidak dapat diatasi dengan terapi yang adekuat. 1 Oleh karena itu, untuk memastikan diagnosis secara lebih akurat dan eekti diperlukan suatu pemeriksaan menye luruh berup a anamnesis , pemer iksa an fsik, dan algor itme pemer iksa an labor ator ium pada penderita imuno defs iensi mencakup uji saring maupun rencana rinci untuk mempelajari kelainan neutrofl, ungsi limosit B, limosit , dan komplemen, serta tes serologi. !namnesis !namnesis dalam diagnosis "#$%!#&S dilakukan terkait aktor risiko epidemiologis ineksi "#$ seperti perilaku berganti%ganti pasangan dalam hubungan seksual, kontak seks per anal, pengguna narkotika intra'ena, terutama bila pemakaian jarum secara bersama tanpa sterilisasi yang memadai, riwayat menerima transusi darah berulang tanpa tes penapisan, riwayat perlukaan kulit, tato, tindik, atau sirkumsisi dengan alat yang tidak disterilisasi. ( )ejala *linis &iagnosis ineksi "#$%!#&S dapat ditegakkan berdasarkan klasifkasi klinis +"O dan atau &. &i #nd one sia dia gno sis !#&S dit ega kka n bil a men unj ukk an tes "#$ pos iti dan sek ura ng%k urangn ya didapatkan ( gejala mayor dan satu gejala minor . (   abel 1. )ejala *linis "#$%!#&S ( -ji saring *elompok uji saring termasuk hitung leukosit, trombosit, dan hitung jenis leukosit dengan memper hat ikan moro log i eri tr osit dan leuko sit , serta bia kan ku man. 1  *u man piogenik bias anya menun jukk an ke laina n ago sit, ko mplemen, dan limo sit B, seda ngka n 'irus atau jamur umumnya menunjukkan kelainan imunitas seluler /limosit 0. Pada penemuan jumlah neutrofl kurang dari 1223 1

Upload: ghany

Post on 07-Jul-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ltm ghany 3.doc

8/18/2019 ltm ghany 3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/ltm-ghany-3doc 1/5

LTM 3

Diagnosis dan Pemeriksaan HIV-AIDS

Oleh Ghany Hendra Wijaya !"!#$%&3"%

Pendahuluan

Salah satu gejala imunodefsiensi yang paling menonjol dan yang membawa penderita ke dokter

adalah ineksi berulang atau berkelanjutan yang tidak dapat diatasi dengan terapi yang adekuat.1 Oleh

karena itu, untuk memastikan diagnosis secara lebih akurat dan eekti diperlukan suatu pemeriksaanmenyeluruh berupa anamnesis, pemeriksaan fsik, dan algoritme pemeriksaan laboratorium pada

penderita imunodefsiensi mencakup uji saring maupun rencana rinci untuk mempelajari kelainan

neutrofl, ungsi limosit B, limosit , dan komplemen, serta tes serologi.

!namnesis

!namnesis dalam diagnosis "#$%!#&S dilakukan terkait aktor risiko epidemiologis ineksi "#$

seperti perilaku berganti%ganti pasangan dalam hubungan seksual, kontak seks per anal, pengguna

narkotika intra'ena, terutama bila pemakaian jarum secara bersama tanpa sterilisasi yang memadai,

riwayat menerima transusi darah berulang tanpa tes penapisan, riwayat perlukaan kulit, tato, tindik,

atau sirkumsisi dengan alat yang tidak disterilisasi.(

)ejala *linis

&iagnosis ineksi "#$%!#&S dapat ditegakkan berdasarkan klasifkasi klinis +"O dan atau &. &i

#ndonesia diagnosis !#&S ditegakkan bila menunjukkan tes "#$ positi dan sekurang%kurangnya

didapatkan ( gejala mayor dan satu gejala minor.(

  abel 1. )ejala *linis "#$%!#&S(

-ji saring

*elompok uji saring termasuk hitung leukosit, trombosit, dan hitung jenis leukosit dengan

memperhatikan morologi eritrosit dan leukosit, serta biakan kuman.1  *uman piogenik biasanya

menunjukkan kelainan agosit, komplemen, dan limosit B, sedangkan 'irus atau jamur umumnyamenunjukkan kelainan imunitas seluler /limosit 0. Pada penemuan jumlah neutrofl kurang dari 1223

1

Page 2: ltm ghany 3.doc

8/18/2019 ltm ghany 3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/ltm-ghany-3doc 2/5

mikroliter atau jumlah limosit absolut kurang dari 14223mikroliter menimbulkan dugaaan ke arah

imunodefsiensi selular dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.!kan tetapi, bila uji saring di atas tidak menunjukkan kelainan, pemeriksaan dilanjutkan dengan

uji imunitas humoral, yaitu pengukuran kadar imunoglobulin /#g), #g!, #g5, #g60, titer isohemaglutinin

serta kadar komplemen terutama 7 dan 8, serta uji hemolitik. Penurunan kadar imunoglobulin

merupakan parameter kelainan sel B, sedangkan peningkatan kadar #g6 menunjukkan sindrom hiper%

#g6. Penurunan kadar dan ungsi komplemen berarti hipokomplementemia yang mungkin juga

disebabkan ko%eksistensi penyakit autoimun di samping imunodefsiensi. *elainan sel B dapat juga

diamati di tingkat selular, dan pengujiannya dilakukan pada pemeriksaan lanjutan.*adar normal pemeriksaan darah perier 7

1. "emoglobin /17 9 1: gr3d;0 :. Basofl /2%1<0(. "ematokrit /82%8 <0 =. 6osinofl /1%7<07. 6ritrosit /8,4%4,4 > 12:3mikroliter0 . ?eutrofl /4(%=:<08.rombosit /142%822 > 1273mikroliter0 @. ;imosit /(2%82<04.;eukosit /4%12 > 1273mikroliter0 12.5onosit /(%<0

*adar imunoglobulin normal8 #g! /=%7:= mg3d;0, #g) /47%1=:1 mg3d;0, #g5 /47%774 mg3d;0A kadar

&8 normal /422%1:22 sel3mikroliter0, &/7=4%1122 sel3mikroliter0A kadar komplemen 7 /:8%1::

mg3d;0, 8 /14%84 mg3d;0.

  abel (. -ji saring1

Pemeriksaan lanjutanBila hasil pengujian humoral normal, pertimbangkan kelainan pada sel dengan melakukan uji

imunitas selular.1 Perlu diingat juga bahwa uji kuantitati saja seringkali tidak menunjukkan korelasi

dengan ungsi sel. -ji imunitas selular kualitati yang sering dilakukan adalah uji kulit dan uji ungsi

limosit, misalnya uji stimulasi limosit dengan rangsangan mitogen /transormasi blast0 atau pengujian

migration inhibitory factor . umlah sel dapat dihitung dengan berbagai cara diantaranya dengan

mendeteksi petanda spesifk pada permukaan sel menggunakan antibodi monoklonal dengan prinsip

imunoCuoresensi. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan mikroskop Cuoresensi atau alat

yang lebih canggih yang dapat memilah%milah setiap populasi dan subpopulasi limosit secara otomatis

berdasarkan penanda permukaannya /&0 yaitu dengan owcytometer  atau uorescence activated cell

sorter  /D!S0. Pada penderita defsiensi sel dapat dijumpai hasil uji kulit negati, jumlah sel rendah

atau hasil uji stimulasi negati.-ntuk menguji limosit B di tingkat selular dapat digunakan prinsip yang sama, misalnya akti'asi

dengan mitogen atau antigen, dan mengukur kadar antibodi yang diproduksi. Pada uji biosintesis ini

yang diuji adalah kemampuan sel B yang telah distimulasi dan menjadi sel plasma, untuk mensintesis

atau mensekresi imunoglobulin. "al ini dilakukan dengan mengukur kadar imunoglobulin yang

disekresikan dengan cara radioimunoassay, atau mempelajari imunoglobulin intra%sitoplasmik yang

2

Page 3: ltm ghany 3.doc

8/18/2019 ltm ghany 3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/ltm-ghany-3doc 3/5

diwarnakan dengan anti%imunoglobulin berlabel Cuoresin di bawah mikroskop -$ atau dengan

Cowcytometer.Penilaian ungsi agositosis dapat dilakukan bertahap sesuai dengan ase proses agositosis,

seperti diuraikan sebelumnya, tetapi yang paling mudah adalah uji nitroblue tetraEolium /?B0. -ji ?B

menguji kemampuan neutrofl untuk mereduksi ?B menjadi ormaEan yang berwarna biru. "al ini

menggambarkan kemampuan neutrofl untuk membentuk hidrogen peroksida dan superoksida, dengan

demikian menggambarkan kemampuan membunuh kuman intraselular. "asil uji ?B abnormal antara

lain dijumpai pada chronic granulomatous disease /)&0.Penilaian ungsi limosit maupun agosit umumnya merupakan uji biologik dan pada bermacam%

macam kelainan intrinsik cara ini umumnya hanya dapat mendeteksi gangguan dengan kelainan ungsi

yang lengkap, karena pada kelainan ungsi yang parsial, hasil pengujian ini sulit ditasirkan. ?amun,

bila dilengkapi dengan anamnesis dan pemeriksaan fsik yang cermat, hasil pengujian di atas dapat

digunakan untuk menunjang diagnosis secara lebih akurat dan efsien.

Pemeriksaan Serologi

&alam menegakkan diagnosis "#$%!#&S diperlukan tes serologi berupa Enzyme linked

immunosorbent assay  /6;#S!0 dan kemudian dilakukan tes konfrmasi dengan menggunakan Western

blot  /+B0. Selain itu dapat juga dilakukan metode polymerase chain reaction, bila pada beberapa tes

serologi tidak konklusi.4

&iagram 1. !lgoritma serologi

"#$%!#&S4

6;#S!5erupakan metode skrining yang

paling sering digunakan. 5etode ini

digunakan untuk mendeteksi antigen atau antibodi spesifk tertentu.

4

  Paling sering digunakan untukmendeteksi antibodi spesifk tertentu. Prinsip dan langkah kerja

1. ;arutan antigen F buGer spesifk ditaruh pada masing%masing lubang dari microplate  /wadah

6;#S!0.(. *emudian ditambahkan serum antibodi yang akan dicek pada masing%masing lubang dari

microplate tersebut.7. Bila cocok, maka akan terbentuk kompleks antigen%antibodi, yang dapat dideteksi dengan

menambahkan lagi antibodi F enEim yang dapat berikatan dengan kompleks antigen%antibodi

tersebut.8. Setelah itu ditambahkan substrat ke dalamnya, apabila terjadi katalisis oleh enEim maka

ditandai dengan adanya perubahan warna pada microplate.

3

Page 4: ltm ghany 3.doc

8/18/2019 ltm ghany 3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/ltm-ghany-3doc 4/5

)ambar 1. 5ikrotiter pada ELISA:

+estern Blot

Western blot  merupakan uji yang memanaatkan reaksi antigen%antibodi yang spesifk pada

pasien yang terineksi "#$. #neksi "#$ menginduksi respon antibodi yang spesifk pada pasien. &engan

memanaatkan respon yang spesifk tersebut, uji ini dapat mengkonfrmasi ineksi "#$.

!ntigen dapat dipisahkan berdasarkan berat molekulnya. !ntibodi kemudian akan bereaksi

terhadap antigen yang sesuai dan membentuk gambaran pita yang khas. iri khas dari uji Western blot 

negati adalah tidak adanya antibodi spesifk yang terbentuk terhadap antigen "#$, sementara itu

terbentuknya antibodi terhadap komponen antigen pol, en', dan gag dari "#) merupakan penanda

positi defnit dari "#$.

 

)ambar ( dan 7.

Western lot 4

&eterminasi H?! "#$

&eterminasi H?! "#$ yang paling sering digunakan adalah P%PH dan b&?!. H%PH

memanaatkan spesimen H?! dari plasma dan membentuk c&?! menggunakan reverse transcriptase.

c&?! kemudian akan diamplifkasi dan diamplifkasi kemudian dicirikan dengan menggunakan teknik

PH standard. Pemeriksaan b&?! melibatkan penggunaan sistem penangkapan ase solid asam

nukleat, dan kemudian amplifkasi sinyal melalui hibridiasi asam nukleat untuk mendeteksi H?! "#$

dalam jumlah yang sangat kecil.

4

Page 5: ltm ghany 3.doc

8/18/2019 ltm ghany 3.doc

http://slidepdf.com/reader/full/ltm-ghany-3doc 5/5

)ambar :. PH "#$%!#&S4

"al yang perlu diperhatikan dalam

melakukan tes terhadap antibodi "#$ ini yaitu adanya

masa jendela. 5asa jendela adalah waktu sejak

tubuh terineksi "#$ sampai mulai timbulnya

antibodi yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan. !ntibodi mulai terbentuk pada 8% minggu setelah

ineksi. adi, jika pada masa ini hasil tes "#$ pada seseorang yang sebenarnya sudah terineksi "#$

dapat memberikan hasil yang negati. -ntuk itu jika kecurigaan akan adanya risiko terineksi cukup

tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan ulangan 7 bulan kemudian.

=

*esimpulan berdasarkan pemicuPada pemicu didapatkan pasien mempunyai riwayat aktor risiko yang mendukung yaitu mantan

pemakai narkoba suntik, pada pemeriksaan fsik juga ditemukan gejala dan tanda ineksi oportunistik

berupa diare, sakit tenggorokan, dan sariawan. Oleh karena itu selanjutnya perlu dilakukan

pemeriksaan darah perier lengkap beserta hitung jenis lengkap kemudian diikuti dengan pemeriksaan

serologi "#$ berupa  ELISA  dan Western lot atau !"# untuk memastikan diagnosis. Selain itu juga

diperlukan pemeriksaan untuk menentukan status imun secara lebih spesifk /hitung jumlah &80,

e'aluasi terhadap ineksi sekunder sehingga dapat ditetapkan stadium penyakit, prognosis serta

strategi pelaksanaan.&atar Pustaka

1. *resno SB. Pemeriksaan laboratorium pada imunodefsiensi. #nA #munologi&iagnosis dan

prosedur laboratorium. akartaBalai Penerbit D*-#A(221A(47%4(. ?asronuddin. &iagnosis ineksi "#$ dan !#&S. #n "#$ I !#&S Pendekatan Biologi 5olekuler,

*linis, dan Sosial. Surabaya!irlangga PressA7. ;aboratorium &epartemen Patologi *linik D*-#3HS5. ;embar pemeriksaan patologi klinik.

 akartaD*-#3HS5A(2128. ?icoll &. Pocket guide to diagnostic test. San Dransiscohe 5c)raw%"ill ompaniesA(2284. Dauci !S, ;ane ". "uman immunodefcienccy 'irus disease !#&S and related disorder. #n Dauci

!S, Braunwald 6, *asper &;, "auser S;, ;ongo &;, ameson ;, et al. "arrisonJs principle o internal medicine. 1=th ed. -S! 5c)raw "ill, (22. p 1:@%1:@8.

:. !#&S 6ducation. !icture of microtiter . &iunduh dari httpwww.aids.org A = !pril (211

=. &joerban K. "#$3!#&S di #ndonesia. #n Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid ###.6disi 4.

 akarta#nterna PublishingA(212A(:8%4

5