ltm 2 agama-1

Upload: nani-dwi-larasati

Post on 09-Jul-2015

168 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

LEMBAR TUGAS MAHASISWA SISTEM AKHLAK DAN IMPLEMENTASI AKHLAK DALAM KEHIDUPAN MATA KULIAH MPK AGAMA ISLAM

DISUSUN OLEH: NANI DWI LARASATI 1006680890 FOCUS GROUP 8 HOME GROUP 3

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

PENDAHULUAN Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awam, seperti ucapan: Wah udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua. Atau ucapan: Dia sih agamanya bagus tapi sama tetangga tidak pedulian, dan lain-lain.

Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan Islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa akhlak mempunyai hubungan yang erat dengan tauhid. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baiknya manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya. ISI SISTEM AKHLAK 1. PENGERTIAN DAN HAKIKAT AKHLAK Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah SAW: Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya. (HR. Tirmidzi, dari abu Hurairah radhiallahu anhu, diriwayatkan juga oleh Ahmad, dishahihkan Al Bani dalam Ash Shahihah No.284 dan 751). Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdillah bin amr bin Al Ash radhiallahu anhuma disebutkan: Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai kebiasaan, bahkan agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam Al-Quran. Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu khuluq yang tercantum dalam Al-Quran surat Al-Qalam ayat 4, Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung (QS. Al-Qalam: 4).

2

Kata akhlak banyak ditemukan di dalam hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, salah satunya hadis yang berbunyi: Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Bertitik tolak dari pengertian bahasa ini, akhlak bisa dimaknai sebagai kelakuan manusia yang beraneka ragam. Keanekaragaman kelakuan ini antara lain, nilai kelakuan yang berkaitan dengan baik dan buruk, serta dari objeknya, yakni kepada siapa kelakuan itu ditujukan. Kecenderungan manusia kepada kebaikan terbukti dari persamaan konsep-konsep pokok moral pada setiap peradaban dan zaman. Tidak ada peradaban yang menganggap baik kebohongan, penipuan, atau keangkuhan. Pun tidak ada manusia yang menilai bahwa penghormatan kepada kedua orang-tua adalah buruk. Tetapi, bagaimana seharusnya bentuk penghormatan itu?Boleh jadi cara penghormatan kepada keduanya berbeda-beda antara satu masyarakat pada generasi tertentu dengan masyarakat pada generasi yang lain. Perbedaanperbedaan itu selama dinilai baik oleh masyarakat dan masih dalam kerangka prinsip umum, maka ia tetap dinilai baik (maruf). Kembali kepada persoalan kecenderungan manusia terhadap kebaikan atau pandangan tentang kesucian manusia sejak lahir, hadis-hadis Nabi Muhammad SAW pun antara lain menginformasikannya: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci (fithrah), hanya saja kedua orang-tuanya (lingkungannya) yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi (HR. Bukhari). Seorang sahabat Nabi Muhammad SAW bernama Wabishah bin Mabad berkunjung kepada Nabi SAW lalu beliau menyapanya dengan bersabda: Engkau datang menanyakan kebaikan? Benar, wahai Rasul, jawab Wabishah. Tanyailah hatimu! Kebajikan adalah sesuatu yang tenang terhadap jiwa, dan yang tenteram terhadap hati. Sedangkan dosa adalah yang mengacaukan hati dan membimbangkan dada, walaupun setelah orang memberimu fatwa (HR Ahmad dan AdDarimi).

3

Pengertian akhlak menurut para ahli : 1. Imam Ghazali dalam kitab ulumuddin, akhlak adalah ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tidak memerlukan pertimbangan atau pikiran terlebih dahulu. 2. Ibnu Maskawaih dalam kitab tahzibul akhlaq watathirul araq mendefinisikan bahwa akhlak itu sebagai sikap jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran. 3. Prof. Ahmad Amin, mendefinisikan akhlak adalah adatul iradah (kehendak yang dibiasakan) lalu menjadi kelaziman (kebiasaan). Akhlak berbeda dengan moral, moral berbentuk adat kebiasaan ciptaan manusia, sedangkan akhlak berbentuk aturan yang mutlak dan pasti yang datang dari Allah SWT. Kenyataannya setiap orang yang bermoral belum tentu berakhlak, akan tetapi orang yang berakhlak sudah pasti bermoral. 2. RUANG LINGKUP AKHLAK Akhlak terbagi menjadi dua yaitu akhlak yang mulia atau akhlak yang terpuji (AlAkhlakul Mahmudah) dan akhlak yang buruk atau akhlak yang tercela (Al-Ahklakul Mazmumah). Dalam Al-Quran surat An-Nisa Allah SWT menjelaskan: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri (QS. An-Nisa[4]: 36). Ayat di atas menjelaskan tentang dua akhlak yang harus dimiliki manusia. Pertama, akhlak kepada Allah SWT, yaitu untuk beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya, serta memurnikan keimanan dengan tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apapun. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Quran: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu, bagi

4

siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang menyekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisa [4]: 48). Kedua, akhlak terhadap makhluk. Akhlak terhadap makhluk terbagi menjadi 3 bagian: a. Akhlak terhadap diri sendiri. Manusia yang bertanggung jawab ialah pribadi yang mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri (kesehatan, pakaian, minuman, makanan, dan apa pun yang menjadi miliknya) dan bertanggung jawab atas tugas dan kewajiban yang dipikul di atas pundaknya. b. Akhlak terhadap ibu dan bapak Seorang muslim wajib memberi penghormatan terhadap ayah dan ibunya. Memelihara mereka di hari tuanya, mencintai mereka dengan kasih sayang yang tulus serta mendoakan setelah mereka tiada. c. Akhlak terhadap sesama manusia Prinsip hidup dalam Islam termasuk kewajiban memperhatikan kehidupan antara sesama orang-orang beriman. Kedudukan seorang muslim dengan muslim lainnya adalah ibarat satu jasad, di mana satu anggota badan dengan anggota badan lainnya mempunyai hubungan yang erat. Hak orang Islam atas Islam lainnya ada 6 perkara: apabila berjumpa maka ucapkanlah salam, apabila ia mengundangmu maka penuhilah undangan itu, apabila meminta nasehat maka berilah nasihat, apabila ia bersin lalu memuji Allah maka doakanlah, apabila ia sakit maka tengoklah, apabila ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya. Islam selalu mengajarkan untuk selalu berbuat baik (ihsan) tanpa memiliki batasan, dan merupakan nilai yang universal terhadap manusia, agama bahkan terhadap musuh sekali pun. Perhatikan firman Allah SWT: Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. Al-Mumtahanah [60]: 8).

5

Oleh karena itu agama Islam tidak membenarkan memandang rendah orang lain. Sebagaimana Allah jelaskan dalam Al-Quran surat Abasa. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling karena telah datang seorang buta kepadanya, tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya dari dosa, atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? (QS. Abasa [80]: 1-4). Dan dalam hadits yang diriwayatkan dari Siti Aisyah r a, ia berkata, surat Abasa turun ketika Atikah binti Abdullah bin Ummi Maktum meminta petunjuk dan pengajaran dari Rasulullah saw, sedangkan Rasulullah saw tidak memperhatikannya karena pada saat itu dia sedang berdialog dengan para pembesar kaum Quraisy (HR. Tirmizi dan Hakim). Kalau kita perhatikan ayat dan hadist di atas, perbuatan berpaling muka dan tidak meperhatikan saja telah langsung diperingatkan oleh Allah SWT, yang menurut kita hal seperti itu adalah perbuatan yang biasa. Apalagi perbuatan serta sikap (akhlak) tercela lainya seperti, sombong, ingin menang sendiri, merasa paling benar, paling pandai, suka menghina dan merendahkan orang lain hanya dari tampilan fisiknya saja. 3. NILAI-NILAI AKHLAK Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara, yaitu bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan hawa nafsu), dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturrahim, berani mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida dengan kesengsaraan, berbicara benar, dan sebagainya. Masyarakat dan bangsa yang memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke arah pembinaan tamadun dan kejayaan yang diridai oleh Allah Subhanahu Wataala. Seperti kata pepatah seorang penyair Mesir, Syauqi Bei: "Hanya saja bangsa itu kekal selama berakhlak. Bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu". Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridhai oleh Allah SWT, akhlak yang baik itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, seperti firman Allah dalam surat Al-Imran 110 yang artinya Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia, menuju kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah.6

Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati, ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzan (berprasangka buruk), dan penyakitpenyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni kegagalan dalam membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti mengakibatkan kehancuran pada bumi ini, sebagai mana firman Allah SWT dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berarti: "Telah timbul pelbagai kerusakan dan bencana alam di darat dan di laut dengan sebab apa yang telah dilakukan oleb tangan manusia. (Timbulnya yang demikian) karena Allah hendak merusakkan mereka sebagai dari balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka lakukan, supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat)". IMPLEMENTASI AKHLAK DALAM KEHIDUPAN 1. PENERAPAN DAN TANTANGAN AKHLAK DALAM KEHIDUPAN Penerapan akhlakul karimah dalam kehidupan sangat banyak faedahnya salah satunya dalam pelaksanaan syariat Islam. Ajaran yang telah disampaikan dalam al-Quran dan Hadist bahwa Muslim hendaklah umat Islam tidak boleh menyakiti non-muslim karena Islam pada dasarnya adalah rahmat bagi sekalian alam. Maka, bila penerapan syariat Islam dengan akhlakul karimah, hal tersebut tidak akan mengganggu kalangan non-Muslim. Tantangannya yaitu sosialiasi akhlakul karimah yang sedianya menjadi agenda Muslim Indonesia. Selain itu, strategi penegakan lewat jalur atas dan bawah harus dilakukan secara bersama-sama. Maksudnya, pemimpin harus bisa dijadikan contoh, sedangkan di kalangan bawah dan masyarakat sekitar harus memonitori pelaksanaan syariat Islam. 2. 3. UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS AKHLAK PERAN AKHLAK DALAM MEMBENTUK MANUSIA TAQWA

PENUTUP Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat dari pada akhlak yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan seorang hamba) adalah akhlak yang baik (HR. Abu Daud dan Ahmad,7

dishahihkan Al Bani. Lihat ash Shahihah Juz 2 hal 535). Juga sabda beliau: Sesungguhnya sesuatu yang paling utama dalam mizan (timbangan) pada hari kiamat adalah akhlak yang baik. (HR. Ahmad). Dari Jabir radhiallahu anhu berkata: Rashulullah SAW bersabda: Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya (HR. Tirmidzi). Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslim mengambil akhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syariat atau sebaliknya. Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syariat dalam semua masalah termasuk akhlak. Allah sebagai pembuat syariat ini, Maha Tahu dengan keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-hamba-Nya.

8

REFERENSI Abdul Halim Mahmud, Ali. 1996. Karakteristik Umat Terbaik telaah manhaj, akidah, dan harakah. Jakarta: Gema Insani Press. Suhid, Asmawati. 2009. Pendidikan Akhlak dan Adab Islam. Kuala Lumpur: Utusan Publications & Distributors Sdn Bhd

9