lporan davi hasil revisi

56
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Landasan idiil pembangunan nasional adalah Pancasila, dan landasan konstitusionalnya adalah Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Oleh karenanya, pembangunan kesehatan diselenggarakan pula dengan berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kesehatan sebagai hak asasi manusia secara tegas diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945, di mana dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Hal ini melandasi pemikiran bahwa sehat sebagai hak asasi manusia dan sehat sebagai investasi. Keinginan untuk tercapainya kesehatan Indonesia tersebut melahirkan ide untuk pembangunan kesehatan dilandaskan kepada Paradigma Sehat dalam ‘Visi Indonesia Sehat 2025’ yaitu lebih mengutamakan upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), tanpa mengesampingkan usaha kuratif 1

Upload: davira-azzahra-firjananti

Post on 28-Nov-2015

40 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Landasan idiil pembangunan nasional adalah Pancasila, dan landasan

konstitusionalnya adalah Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan

kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Oleh

karenanya, pembangunan kesehatan diselenggarakan pula dengan

berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Kesehatan sebagai hak asasi manusia secara tegas diamanatkan oleh

Undang-Undang Dasar 1945, di mana dinyatakan bahwa setiap orang

berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak

memperoleh pelayanan kesehatan. Hal ini melandasi pemikiran bahwa

sehat sebagai hak asasi manusia dan sehat sebagai investasi.

Keinginan untuk tercapainya kesehatan Indonesia tersebut

melahirkan ide untuk pembangunan kesehatan dilandaskan kepada

Paradigma Sehat dalam ‘Visi Indonesia Sehat 2025’ yaitu lebih

mengutamakan upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif),

pencegahan penyakit (preventif), tanpa mengesampingkan usaha kuratif

dan rehabilitatif. Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia

Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi

diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sadar hukum,

serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk

menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community). Oleh

karena itu, pemerintah mencanangkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

untuk menilai status kesehatan pada tingkat rumah tangga.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tersebut dioperasionalkan

pada level individu, keluarga, dan masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar

PHBS menjadi budaya hidup setiap individu agar mampu untuk selalu

1

memelihara dan meningkatkan kesehatan secara mandiri sehingga tercapai

tujuan Misi Indonesia Sehat 2025.

Dalam teori HL. Blum disebutkan bahwa faktor penyebab penyakit

ada 4, yaitu genetik, perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Ini

menunjukkan terjadinya penyakit dapat dipengaruhi faktor tunggal

ataupun multifaktoral. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh

multifaktoral, yaitu genetik dan perilaku, adalah hipertensi. Hipertensi

adalah tekanan darah tinggi, yaitu keadaan yang mana arteri

mengalami kenaikan baik sementara atau berkelanjutan ke

tingkat kemungkinan untuk menyebabkan kerusakan

kardiovaskular atau konsekuensi yang merugikan lainnya,

biasanya dengan tekanan ≥140/≥90mmHg.

Dalam rangka mengidentifikasi strata PHBS ditingkat Rumah

Tangga, maka perlu dilakukan penilaian strata PHBS, khususnya di Desa

Pandak RT 04 RW 02 Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas. Data

dan informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar untuk

menentukan upaya tindak lanjut untuk meningkatkan kesehatan bahkan

kesejahteraan masyarakat khususnya warga Desa Pandak RT 04 RW 02

Kecamatan Baturraden.

B. Tujuan

1.Tujuan Umum:

Mahasiswa mampu mengintegrasikan konsep determinan sehat sakit,

upaya promotif dan preventif dengan menerapkan prinsip-prinsip

pendekatan survei epidemiologi.

2.Tujuan Khusus:

a. Mahasiswa mampu melakukan penilaian tekanan darah

b. Mahasiswa mampu melakukan penilaian fungsi fisiologis keluarga

(Family APGAR)

c. Mengetahui prevalensi hipertensi dan Fungsi Fisiologis keluarga

d. Mahasiswa mampu menilai PHBS

2

e. Mahasiswa mampu melakukan metode pengumpulan, pengolahan,

analisis, penyajian, dan pelaporan data secara benar sesuai prinsip-

prinsip epidemiologi deskriptif

f. Mahasiwa mampu menjelaskan metode rapid survey sebagi salah

satu metode pengumpulan data/informasi dari sebagian populasi

yang dianggap mewakili (representative)

C. Manfaat

1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengintegrasikan konsep

determinan sehat sakit, upaya promotif dan preventif dengan

menerapkan prinsip-prinsip pendekatan survei epidemiologi.

2. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar dapat melakukan

penilaian tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan cara

observasi langsung dan wawancara.

3. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang penilaian fungsi

keluarga (Family APGAR).

4. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang prevalensi strata PHBS dan

Fungsi Fisiologis Keluarga.

5. Melatih mahasiswa agar mampu melakukan metode pengumpulan,

pengolahan, analisis, penyajian dan pelaporan data secara benar sesuai

prinsip-prinsip epidemiology (statistik deskriptif).

6. Memperdalam pemahaman mahasiswa tentang metode rapid survey

sehingga dapat menjelaskan metode tersebut sebagai salah satu metode

pengumpulan data/ informasi dari sebagian populasi yang dianggap

mewakili (representative).

7. Mengetahui riwayat hidup dalam keluarga dengan menggunakan

genogram.

3

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Desa Pandak Kabupaten Baturraden RT 04 RW 02

a) Keadaan Geografis

Gambar 1. Peta Wilayah Desa Pandak Tahun 2013

Peta di atas menunjukkan wilayah keseluruhan dari Desa

Pandak, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas. Desa

Pandak memiliki total luas wilayah 87,360 Ha dengan jumlah

4

penduduk 2.680 jiwa yang terdiri dari 1.305 orang laki-laki dan

1.375 orang perempuan. Wilayah desa terbagi menjadi 18 RT

dan saat ini dikepalai oleh Bapak Muritno. Wilayah yang

menjadi lokasi praktik lapangan adalah RT 04 RW 02, yang

memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Batas Utara : sungai dan RT 03 RW 02 Desa Pandak

Batas Timur : RT 01 RW 04 Desa Pandak

Batas Selatan : persawahan dan Kelurahan Pabuwaran

Batas Barat : Jalan Raya Baturraden dan RT 04 RW 01

b) Keadaan Demografi

Berdasarkan data yang diperoleh dari database RT 04 RW

02, terdapat 37 kepala keluarga (KK). Kami melakukan survei

terhadap 35 KK dengan jumlah total anggota keluarga 100

orang. Hal ini dikarenakan 35 KK ini adalah keluarga yang

menetap (bukan mengontrak). Namun dari 100 anggota keluarga

tersebut ada beberapa individu yang tidak dapat ditemui untuk

disurvei dengan keterangan sebagai berikut:

a. 2 orang tidak dapat ditemui untuk survei hipertensi karena

sedang sakit.

b. 5 orang tidak dapat ditemui untuk survei fungsi keluarga

ataupun hipertensi karena sedang bekerja di luar kota.

c. 2 orang tidak dapat ditemui untuk survei fungsi keluarga

ataupun hipertensi karena sedang bekerja di luar negeri.

d. 1 orang sedang berada di luar kota.

Dari penduduk yang berhasil kami survei dapat dilihat

data demografisnya. Berikut merupakan klasifikasi penduduk

berdasarkan beberapa kategori:

a. Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Penduduk RT 04 RW 02 yang berhasil kami data dalam

praktik lapangan selama tiga hari dapat dilihat keadaan

5

demografisnya terkait dengan jenis kelamin melalui tabel

berikut ini:

Tabel 1. Populasi RT 04 RW 02 Desa Pandak tahun 2013.

Laki-laki Perempuan Total

51 49 100

b. Penduduk Menurut Usia

Sementara penduduk RT 04 RW 02 berdasarkan usia

yang dapat didata selama pelaksanaan praktik lapangan dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Populasi RT 04 RW 02 Desa Pandak tahun 2013.

Kategori Umur Jumlah

0 - 4 8

5 - 9 15

10 -14 5

15 - 19 4

20 - 24 5

25 - 29 5

30 - 34 11

35 - 39 12

40 - 44 2

45 - 49 7

50 - 54 8

55 - 59 2

60 - 64 6

65 - 69 7

70 - 74 3

75 - 79 0

80 + 0

TOTAL 100

6

Maka berdasarkan data demografi penduduk Desa

Pandak berdasarkan jenis kelamin dan usianya yang telah

dibuat tabel sebelumnya, dapat digambarkan piramida

penduduk sebagai berikut:

0 - 45 - 9

10 - 1415 - 1920 - 2425 - 2930 - 3435 - 3940 - 4445 - 4950 - 5455 - 5960 - 6465 - 6970 - 7475 - 79

80 +

20.0 15.0 10.0 5.0 0.0 5.0 10.0 15.0

PL

Gambar 2. Piramida Penduduk RT 04 RW 02 Desa Pandak

Tahun 2013.

Berdasarkan piramida penduduk di atas, dapat

disimpulkan bahwa angka harapan hidup cukup rendah,

untuk angka kelahirah (natalitas) tinggi.

7

c. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dari penduduk Desa Pandak RT 04

RW 02 yang telah didata dapat dilihat pada diagram berikut:

36%

6%

50%

3%6%

Pendidikan Tertinggi

PAUDTKSDSMPSMAD3S1S2

Gambar 3. Diagram Tingkat Pendidikan Penduduk yang

Sudah Tidak Sekolah di RT 04 RW 02 pada

tahun 2013.

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa ada

36% penduduk yang memiliki pendidikan tertinggi SD. 5%

penduduk yang memiliki pendidikan tertinggi SMP. 50%

penduduk memiliki pendidikan tertinggi SMA. 3% penduduk

memiliki pendidikan tertinggi D3. 6% penduduk memiliki

pendidikan tertinggi S1. Sementara untuk yang memiliki

pendidikan tertinggi PAUD, TK, dan S1 adalah 0%.

Sementara untuk penduduk yang masih sekolah,

klasifikasi berdasarkan tingkat pendidikan yang sedang

dijalaninya adalah sebagai berikut:

8

26%

6%

15%29%

12%

9%

3%

Pendidikan

Belum SekolahPAUDTKSDSMPSMAKuliah

Gambar 4. Diagram Tingkat Pendidikan Penduduk yang

Masih Sekolah di RT 04 RW 02 pada tahun 2013.

Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa ada

26% penduduk yang masih belum sekolah. 6% penduduk

yang masih mengenyam pendidikan di PAUD. 15%

penduduk yang masih mengeyam pendidikan di bangku TK.

29% penduduk yang masih mengenyam pendidikan di

bangku SD. 12% penduduk yang masih mengenyam

pendidikan di bangku SMP. 9% penduduk yang masih

mengenyam pendidikan di bangku SMA. Dan 3% penduduk

yang masih mengenyam pendidikan di bangku kuliah.

Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan

untuk penduduk yang sudah tidak sekolah di RT 04 RW 02

Desa Pandak termasuk menengah ke atas dengan mayoritas

memiliki pendidikan tertinggi SMA. Sementara untuk

penduduk yang masih bersekolah termasuk menengah ke

bawah, dengan mayoritas masih mengenyam pendidikan di

bangku sekolah dasar (SD).

9

d. Penduduk Menurut Pekerjaan

Penduduk RT 04 RW 02 Desa Pandak yang dapat

didata berdasarkan pekerjaannya dapat dilihat pada diagram

berikut ini:

4%

17%

8%

5%

6%

60%

Pekerjaan

PNSPegawai BUMNPegawai SwastaPetaniBuruhWiraswastaLain-lain

Gambar 5. Diagram Pekerjaan Penduduk RT 04 RW 02 Desa

Pandak Tahun 2013.

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 4%

penduduk RT 04 RW 02 Desa Pandak bekerja sebagai PNS.

0% penduduk yang bekerja sebagai pegawai BUMN. 17%

penduduk yang bekerja sebagai pegawai swasta. 8%

penduduk yang bekerja sebagai petani. 5% penduduk yang

bekerja sebagai buruh. 6% penduduk yang bekerja sebagai

wiraswasta. Dan 60 % penduduk yang pekerjaannya

termasuk kategori lain-lain, misalnya bekerja sebagai pelaut

ataupun pengajar (PAUD atau TK) yang bukan PNS.

Kemudian setelah melihat pekerjaan anggota keluarga,

kita dapat mengklasifikasikan penduduk berdasarkan

penghasilan rata-rata keluarga per bulan, yang dapat dilihat

pada diagram berikut ini:

10

18%

27%

27%

14%

14%

Penghasilan

≤Rp 650.000Rp 700.000 - Rp 1.500.000Rp 1.500.000 - Rp 3.000.000>Rp 3.000.000Tidak Bersedia

Gambar 6. Diagram Penghasilan Penduduk RT 04 RW 02

Desa Pandak Tahun 2013.

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa 18%

KK dengan penghasilan rata-rata per bulan kurang dari Rp

650.000,00. 27% KK dengan penghasilan rata-rata Rp

700.000,00 – Rp 1.500.000,00. 27% KK dengan penghasilan

rata-rata per bulan Rp 1.500.000,00 – Rp 3.000.000,00. 14%

KK dengan penghasilan rata-rata per bulan diatas Rp

3.000.000,00. Dan 14% KK tidak bersedia untuk memberikan

keterangan mengenai penghasilan rata-rata per bulan

keluarganya.

Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat ekonomi

berdasarkan penghasilan penduduk di RT 04 RW 02 Desa

Pandak termasuk menengah dengan mayoritas penghasilan

Rp 700.000,00 – Rp 3.000.000,00.

11

c) Sarana dan Prasarana

a. Sarana Pendidikan

Tabel 3. Daftar Sarane Pendidikan Desa Pandak Tahun 2013.

NO PRASARANAKETERANGAN

( ada / tidak )

JUMLAH

( buah )

1 PAUD ada 1

2 TK ada 1

3 SD ada 3

4 SLTP tidak ada 0

5 SLTA tidak ada 0

6 Universitas/Akademi/

Sekolah Tinggi

tidak ada 0

b. Sarana Kesehatan

Tabel 4. Daftar Sarana Kesehatan Desa Pandak Tahun 2013.

NO PRASARANAKETERANGAN

( ada / tidak )

JUMLAH

( buah )

1 Rumah Sakit

Umum/Klinik

ada 1

2 RS Bersalin tidak ada 0

3 Puskesmas tidak ada 0

4 Puskesmas Pembantu tidak ada 0

5 Poliklinik tidak ada 0

6 Dokter Praktek ada 1

7 Polindes ada 1

8 Bidan ada 2

2. Epidemiologi Deskriptif

Karakteristik penduduk yang telah didata, dapat dibedakan

berdasarkan beberapa kategori sebagai berikut:

a) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

12

Penduduk di RT 04 RW 02 Desa Pandak yang termasuk

responden dapat dilihat pengetahuan dan sikap mengenai PHBS

keluarganya melalui diagram berikut ini:

79%

21%

Skor PHBS

Sehat PratamaSehat MadyaSehat UtamaSehat Paripurna

Gambar 7. Diagram Skor PHBS Keluarga Penduduk RT 04 RW

02 Desa Pandak Tahun 2013.

Dari 24 rumah dengan 35 KK yang telah disurvei, dapat

dilihat bahwa secara keseluruhan PHBS dari penduduk RT 04

RW 02 Desa Pandak sudah baik dengan persentase KK yang

termasuk kategori Sehat Utama adalah 79% dan kategori Sehat

Paripurna adalah 21%. TIdak ada KK yang masuk dalam

kategori Sehat Pratama dan Sehat Madya (0%), hal ini

menunjukkan pengetahuan dan perilaku hidup sehat penduduk

sudah cukup baik.

b) Fungsi Keluarga (APGAR Score)

Keluarga penduduk RT 04 RW 02 Desa Pandak yang

diwakili oleh anggota keluarga dengan usia minimal telah duduk

di bangku kelas 7 menjadi responden untuk dilihat fungsi

keluarganya melalui skor APGAR dan didapathan hasil sebagai

berikut:

13

80%

16%

4%

Skor APGAR

Keluarga SehatKeluarga Kurang SehatKeluarga Tidak Sehat

Gambar 8. Diagram Skor APGAR Keluarga Penduduk Desa

Pandak RT 04 RW 02 Tahun 2013.

Dapat dilihat bahwa 80% keluarga di RT 04 RW 02

termasuk kategori keluarga sehat (Healthy Family). 16%

keluarga yang masuk kategori keluarga kurang sehat. Dan 4%

Keluarga yang masuk dalam kategori keluarga tidak sehat

(Unhealthy Family).

c) Faktor Risiko Hipertensi pada Responden Usia ≥40 Tahun

Faktor resiko Hipertensi pada penduduk diatas usai 40

tahun yang berhasil dan bersedia untuk dijadikan responden

dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kategori, yaitu

sebagai berikut:

a. Terkait Jenis Kelamin

14

38.89 %

61.11 %

Gambar 9. Grafik Faktor Risiko Hipertensi Penduduk Desa

Pandak RT 04 RW 02 Berdasarkan Jenis

Kelamin Tahun 2013.

Jumlah responden hipertensi terkait jenis kelamin di

Desa Pandak RT 04 RW 02 Kecamatan Baturraden, terdapat

laki-laki hipertensi 7 orang dengan presentasi 38,89 % dan

perempuan hipertensi sebanyak 11 orang dengan presentasi

61,11 %.

b. Terkait Perilaku Merokok

Gambar 10. Grafik Faktor Risiko Hipertensi Penduduk Desa

Pandak RT 04 RW 02 Berdasarkan Perilaku

Merokok Tahun 2013.

Berdasarkan data praktik lapangan di Desa Pandak RT

04 RW 02 Kecamatan Baturraden, jumlah penduduk

15

laki-laki perempuan02468

1012

Jenis Kelamin

KategoriJu

mla

h Pe

ndud

uk

perokok bukan perokok02468

10121416

Perilaku Merokok

Kategori

Jum

lah

Pend

uduk

16,67 %

83,33 %

hipertensi yang merokok terdapat 3 orang dengan presentasi

16,67 % dan jumlah penduduk hipertensi yang tidak merokok

terdapat 15 orang dengan presentasi 83,33%.

c. Terkait Perilaku Olahraga

Gambar 11. Grafik Faktor Risiko Hipertensi Penduduk Desa

Pandak RT 04 RW 02 Berdasarkan Perilaku

Olahraga Tahun 2013.

Penduduk Desa Pandak RT 04 RW 02 Kecamatan

Baturraden yang termasuk responden, terdapat penduduk

hipertensi yang melakukan olahraga sebanyak 14 orang

dengan presentasi 77,78 % dan penduduk hipertensi yang

tidak berolahraga berjumlah 4 orang dengan presentasi 22,22

%.

d. Terkait Adanya Riwayat Penyakit Hipertensi dalam Keluarga

16

Olahraga Tidak Olahraga02468

10121416

Olahraga

Kategori

Jum

lah

Pend

uduk

77,78 %

22,22%

Ada Riwayat Tidak Riwayat0

2

4

6

8

10

12

14

Riwayat Keluarga

Kategori

Jum

lah

Pend

uduk

Gambar 12. Grafik Faktor Risiko Hipertensi Penduduk Desa

Pandak RT 04 RW 02 Berdasarkan Riwayat

Penyakit Hipertensi dalam Keluarga Tahun

2013.

Jumlah penduduk yang termasuk responden hipertensi

Desa Pandak RT 04 RW 02 Kecamatan Baturraden yang

memiliki riwayat hipertensi sejumlah 6 orang dengan

presentasi 33,33% dan penduduk yang tidak memiliki riwayat

hipertensi sebanyak 12 orang dengan presentasi 66,67%.

e. Terkait Konsumsi Makanan Asin

17

33,33 %

66,67 %

Gambar 13.Faktor Risiko Hipertensi Penduduk RT 04 RW 02

Desa Pandak Berdasarkan Konsumsi Makanan

Asin Tahun 2013.

Berdasarkan data praktik lapangan di RT 04 RW 02

Desa Pandak Kecamatan Baturraden tahun 2013, pada

penderita hipertensi, terdapat data sebagai berikut terkait

frekuensi konsumsi makanan asin:

a) Setiap hari : 5 penderita (27,77 %)

b) 3 x seminggu : 2 penderita (11,11 %)

c) 1-2x seminggu : 2 penderita (11,11 %)

d) Tidak setiap minggu : 4 penderita (22,22 %)

e) Tidak pernah : 5 penderita (27,77 %)

18

a b c d e0

1

2

3

4

5

6

1

2

3

4

527,77%

11,11% 11,11%

22,22%

27,77%

Konsumsi Asin

Kategori

Jum

lah

Pend

uduk

f. Terkait Konsumsi Gorengan dengan Minyak Jelantah

a b c d e0

2

4

6

8

10

12

Konsumsi Gorengan

Kategori

Jum

lah

Pend

uduk

Gambar 14. Grafik Faktor Risiko Hipertensi Penduduk RT 04

RW 02 Desa Pandak Berdasarkan Konsumsi

Gorengan dengan Minyak Jelantah Tahun 2013.

Pada penduduk Desa Pandak RT 04 RW 02 pada

penderita hipertensi, terdapat data sebagai berikut terkait

frekuensi konsumsi gorengan dengan minyak jelantah:

a) Setiap hari : 0 penderita (0%)

b) 3 x seminggu : 0 penderita (0%)

c) 1-2x seminggu : 3 penderita (16,6%)

d) Tidak setiap minggu : 4 penderita (22,22%)

e) Tidak pernah : 11 penderita (61,11%)

Sehingga dapat dilihat kecenderungan lebih besar

menderita hipertensi bagi responden pada sampel yaitu

dengan tidak pernah mengkonsumsi minyak jelantah.

19

d) Hasil Pengukuran Tekanan Darah Pada Penduduk Beresiko

Hipertensi

a. Terkait Perilaku Merokok

Tabel 5. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Responden

Terkait Perilaku Merokok di RT 04 RW 02 Desa

Pandak Tahun 2013.

Kategori Perokok Bukan Jumlah

Tekanan Darah

≥140/≥90 mmHg

3

(16,66%)

15

(83,33%)

18

(100%)

Tekanan Darah

<140/<90 mmHg

0

(0)

9

(100%)

9

(100%)

Dapat dilihat bahwa persentasi penduduk yang

mengalami hipertensi adalah 16,66% perokok dan 83,33%

bukan perokok. Hal ini menunjukkan kecenderungan perokok

tidak mengalami hipertensi pada sampel pengamatan di RT

04 RW 02 Desa Pandak Kecamatan Baturraden.

b. Terkait Perilaku Olahraga

Tabel 6. Jumlah Responden Terkait Perilaku Olahraga Di RT

04 RW 02 Desa Pandak pada Tahun 2013.

Kategori Olahraga Tidak Jumlah

Tekanan Darah

≥140/≥90 mmHg

14

(77%)

4

(23%)

18

(100%)

Tekanan Darah

<140/<90 mmHg

4

(44%)

5

(56%)

9

(100%)

Dapat dilihat bahwa persentasi penduduk yang

mengalami hipertensi adalah 77% gemar berolahraga dan

23% tidak berolahraga. Hal ini menunjukan kecenderungan

orang yang berolahraga mengalami hipertensi pada sampel

pengamatan di RT 04 RW 02 Desa Pandak.

20

c. Terkait Adanya Riwayat Penyakit Keluarga

Tabel 7. Jumlah Responden Terkait Riwayat Hipertensi di RT

04 RW 02 Desa Pandak pada Tahun 2013.

Kategori Riwayat Tidak Jumlah

Tekanan Darah

≥140/≥90 mmHg

6

(33,33%)

12

(66,66%)

18

(100%)

Tekanan Darah

<140/<90 mmHg

0

(0%)

9

(100%)

9

(100%)

Dapat dilihat bahwa persentasi penduduk yang

mengalami hipertensi adalah 33,33% yang memiliki riwayat

penyakit keluarga dan 66,66% tidak memiliki riwayat

penyakit keluarga. Namun, pada penduduk yang tidak

mengalami hipertensi, tidak ada penduduk yang memiliki

riwayat penyakit keluarga dan 100% tidak memiliki riwayat

penyakit keluarga. Hal ini menunjukkan kecenderungan

orang yang tidak memiliki riwayat penyakit keluarga

mengalami hipertensi pada sampel pengamatan di RT 04 RW

02 Desa Pandak Kecamatan Baturraden.

d. Terkait Frekuensi Konsumsi Makanan Asin

Tabel 8. Jumlah Responden Terkait Konsumsi Makanan Asin

di RT 02 RW 01 Desa Pandak pada Tahun 2013.

KategoriKonsumsi Makanan Asin

a b C d e Jml.

Tekanan Darah

≥140/≥90 mmHg

5 3 1 4 5 18

Tekanan Darah

<140/<90 mmHg

1 0 5 3 0 9

Dapat dilihat bahwa persentasi penduduk yang

mengalami hipertensi adalah 27,77% mengkonsumsi

makanan asin setiap hari dan tidak pernah, 16,6%

21

mengkonsumsi makanan asin 3 kali seminggu, 5,55 %

mengkonsumsi 1-2 kali seminggu dsn 22,22%

mengkonsumsinya tidak setiap minggu. Hal ini menunjukkan

kecenderungan orang yang mengkonsumsi makanan asin

setiap hari mengalami hipertensi pada sampel pengamatan di

RT 04 RW 02 Desa Pandak Kecamatan Baturraden.

Keterangan :

a = Setiap hari

b = 3 x seminggu

c = 1-2x seminggu

d = Tidak setiap minggu

e = Tidak pernah

e. Terkait Risiko Konsumsi Gorengan Dengan Minyak Jelantah

Tabel 9. Jumlah Responden Terkait Konsumsi Gorengan

dengan Minyak Jelantah di RT 04 RW 02 Desa

Pandak pada Tahun 2013.

Kategori

Konsumsi Gorengan Dengan

Minyak Jelantah

a b c d e Jml.

Tekanan Darah

≥140/≥90 mmHg

0 0 3 5 10 18

Tekanan Darah

<140/<90 mmHg

0 0 2 2 5 9

Dapat dilihat bahwa persentase penduduk yang

mengalami hipertensi adalah tidak ada yang mengkonsumsi

gorengan dengan minyak jelantah setiap hari dan 3 kali

seminggu, 16,6% mengkonsumsinya tidak rutin yaitu 1-2 kali

perminggu, 27,77% mengkonsumsi tidak setiap minggu dan

55,5% tidak pernah mengkonsumsi. Hal ini menunjukkan

kecenderungan orang yang tidak mengkonsumsi gorengan

dengan minyak jelantah mengalami hipertensi pada sampel

22

pengamatan di RT 04 RW 02 Desa Pandak Kecamatan

Baturraden.

Keterangan :

a = Setiap hari

b = 3 x seminggu

c = 1-2x seminggu

d = Tidak setiap minggu

e = Tidak pernah

B. Pembahasan

a) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk

perwujudan paradigma sehat dalam budaya perorangan, keluarga, dan

masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan,

memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual,

maupun sosial. Selain itu, program perilaku hidup bersih dan sehat juga

bertujuan memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi

bagi perorangan, kelompok, keluarga, dengan membuka jalur komunikasi,

informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan

perilaku sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu mempraktikkan

perilaku hidup bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy),

bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat

(empowerment). Dengan demikian, masyarakat dapat mengenali dan

mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing

(Depkes RI, 2002).

Adapun sasaran dari program PHBS tersebut mencakup lima

tatanan, yaitu : tatanan rumah tangga, institusi pendidikan,  tempat kerja,

tempat umum, dan sarana kesehatan (Puspromkes Depkes RI, 2006).

Menurut Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI (2006), PHBS di

rumah tangga adalah upaya memberdayakan anggota  rumah tangga agar

tahu, mau mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta

23

berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Adapun tujuan

PHBS di rumah tangga adalah sebagai berikut:

1.  Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan,

petugas lintas sektor, media massa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh

masyarakat, tim penggerak PKK dan dunia usaha dalam pembinaan

PHBS di rumah tangga.

2.  Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS

berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga

secara keluarga, yaitu: pasangan usia subur, ibu hamil dan atau ibu

menyusui, anak dan remaja, usia lanjut, dan pengasuh anak (Puspromkes

Depkes RI, 2006).

Indikator adalah suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian suatu

penilaian. Adapun indikator PHBS tatanan rumah tangga (Puspromkes

Depkes RI, 2006) adalah:

a.  Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu pertolongan

pertama pada persalinan balita termuda dalam rumah tangga dilakukan

oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan dan paramedis lainnya)

b.  Bayi diberi ASI ekslusif, adalah bayi termuda usia 0-6 bulan mendapat

ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan

c.  Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, adalah anggota-anggota

rumah tangga mempunyai pembiayaan praupaya kesehatan seperti

askes, kartu sehat, dana sehat, Jamsostek dan lain sebagainya

d.  Ketersediaan air bersih, adalah rumah tangga yang memiliki akses

terhadap air bersih dan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari

yang berasal dari air dalam kemasan, air leding, air sumur terlindung

dan penampungan air hujan. Sumber air pompa, sumur dan mata air

terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran

atau limbah

24

e.  Ketersediaan jamban sehat, adalah rumah tangga yang memiliki atau

menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang

penampung kotoran sebagai pembuangan akhir

f.  Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, adalah rumah tangga

yang mempunyai luas lantai rumah yang ditempati dan digunakan untuk

keperluan sehari-hari dibagi dengan jumlah penghuni (9m² per orang)

g.  Lantai rumah bukan tanah, adalah  rumah tangga yang mempunyai

rumah dengan bawah atau dasar terbuat dari semen, papan ubin dan

kayu.

h.  Tidak merokok dalam rumah, adalah  penduduk/anggota keluarga umur

10 tahun keatas tidak merokok dalam rumah selama ketika berada

bersama anggota keluarga selama 1 bulan terakhir.

i.   Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah penduduk/anggota keluarga

umur 10 tahun keatas dalam 1 minggu terakhir melakukan aktifitas fisik

(sedang maupun berat) minimal 30 menit setiap hari

j.   Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota keluarga umur 10

tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi

sayuran atau sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir

Dalam bidang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga,

terdapat berbagai indikator yang digunakan sebagai alat ukur dalam

menilai keadaan atau kesehatan di rumah tangga. Indikator tersebut terdiri

dari indikator nasional dan indikator lokal Jawa Tengah yang disesuaikan

dengan keadaan di daerah ini. Variabel-variabel yang ada terdiri dari KIA

dan gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup, dan upaya kesehatan

masyarakat (Depkes RI, 2004).

1. KIA dan gizi: Pengetahuan warga mengenai pentingnya kesehatan ibu

dan anak serta gizi

2. Kesehatan lingkungan: Pengetahuan warga mengenai aspek kesehatan

lingkungan

3. Gaya hidup: Kebiasaan hidup sehari-hari responden

4. Upaya kesehatan masyarakat (UKM): Pengetahuan responden tentang

hal-hal yang berkaitan dengan upaya kesehatan, mulai dari

25

keikutsertaan dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dan upaya

Pemberantasan Sarang Nyamuk.

Pada hasil survey, dapat dilihat terdapat interpretasi dari hasil

penilaian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Berdasarkan borang penilaian

yang menilai berbagai kriteria PHBS, apabila menjawab ya, maka aka

mendapat skor 1. Melalui skor total, kita dapat membagi menjadi beberapa

strata rumah tangga yaitu sehat pratama, sehat madya, sehat utama, dan

sehat paripurna. Kualifikasinya sebagai berikut :

1. Skor 0-5 : Sehat Pratama

2. Skor 6-10 : Sehat Madya

3. Skor 11-15 : Sehat Utama

4. Skor 16 : Sehat Paripurna

Terlihat bahwa secara keseluruhan PHBS dari penduduk sudah

baik dengan persentase 85,71% KK yang termasuk kategori Sehat Utama

dan 14,29% KK yang termasuk kategori Sehat Madya. Dapat kita lihat

bahwa strata sehat paripurna merupakan bentuk sempurna dari perilaku

hidup bersih dan sehat. Yang dimaksud dengan sehat paripurna adalah

bentuk sehat secara komprehensif atau menyeluruh. Jadi, pada rumah

tangga yang memperoleh strata sehat paripurna, dapat diketahui memiliki

status gizi yang baik serta terpeliharanya kesehatan ibu dan anak.

Menurut Gochman dalam Notoatmodjo (2003), perilaku sehat

(health behaviour) dapat dilihat sebagai  atribut-atribut personal seperti

kepercayaan-kepercayaan, harapan-harapan, motif-motif,  nilai-nilai,

persepsi dan unsur-unsur kognitif lainnya, sebagai karakteristik individu

meliputi unsur-unsur dan keadaan afeksi dan emosi dan sebagai pola-pola

perilaku yang tampak yakni tindakan-tindakan dan kebiasaan-kebiasaan

yang berhubungan dengan mempertahankann, memelihara dan untuk

meningkatkan kesehatan. 

Berdasarkan indikator tersebut dapat ditentukan klasifikasi PHBS

di rumah tangga. Klasifikasi PHBS ditentukan berdasarkan cakupan jumlah

indikator yang bisa dipenuhi oleh keluarga dari 10 indikator PHBS yang

ada dengan pengklasifikasian sebagai berikut :

26

1. Sehat Pratama atau klasifikasi I yaitu bila keluarga melakukan sampai 3

indikator dari 10 indikator PHBS yang ada pada rumah tangga.

2. Sehat Madya atau Klasifikasi II yaitu bila keluarga melakukan 4 sampai

5 dari 10 indikator PHBS yang ada pada rumah tangga.

3. Sehat Purnama atau Klasifikasi III yaitu bila keluarga melakukan 6

sampai 7 dari 10 indikator PHBS yang ada pada rumah tangga.

4. Sehat Mandiri atau klasifikasi IV yaitu bila keluarga melakukan 8 sampai

10 indikator PHBS yang ada pada rumah tangga (Depkes RI, 2008).

b) Fungsi Keluarga (APGAR Score)

APGAR score merupakan suatu metode yang digunakan untuk

menilai fungsi suatu kelurga yang direfleksikan oleh 5 dimensi pertanyaan

pada questionare (Smilkstein, 1978). Penilaiain ini dilakukan pada salah

seorang anggota keluarga bersangkutan untuk mengetahui apakah

keluarganya itu sehat atau tidak. APGAR keluarga pertama kali

diperkenalkan oleh Gabriel Smilkstein pada tahun 1978 untuk menilai

tingkat kepuasan sosial dengan dukungan dari keluarga.

Metode APGAR ini dilakukan dengan cara wawancara salah

seorang anggota keluarga bersangkutan yang akan dinilai dan waktu yang

dibutuhkan untuk pelaksanaan ini cukup singkat atau kurang lebih 5 menit

(Smilkstein, 1978).

Tes APGAR keluarga dilakukan untuk mengukur fungsi keluarga

dimana nantinya akan dapat diketahui keluarga yang sehat dan keluarga

yang tidak sehat. Sebagaiman yang sudah dijelaskan bahwa peran dari

keluraga itu dalam mengenal masalah kesehatan yaitu mampu mengambil

keputusan dalam kesehatan, Ikut merawat anggota keluarga yang sakit,

memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

sangatlah penting dalam mengatasi kecemasan klien (Friedman, 2003 :

146).

Untuk mengetahui hal ini maka sebagai seorang dokter umum

perlu pendekatan sederhana dan praktis. Ada beberapa metode yang

27

digunakan dokter umum untuk menilai fungsi keluarga. Salah satunya

adalah dengan APGAR score keluarga.

Pada metode ini dilakukan penilaian terhadap 5 fungsi pokok

keluarga yang kemudian tergantung dari pelaksanaan kelima fungsi

keluarga tersebut dapat diketahui tingkat kesehatan keluarga yang dinilai.

Kelima fungsi keluarga dalam APGAR keluarga tersebut adalah :

1.) Adaptasi (Adaptation): Dapat dinilai dari tingkat kepuasan anggota

keluarga dalam menerima bantuan yang diperlukan dari anggota

keluarga yang lain.

2.) Kemitraan (Partnership): Merupakan tingkat kepuasan keluarga dalam

hal komunikasi, dalam mengambil keputusan, dan atau penyelesaian

masalah dalam keluarga.

3.) Pertumbuhan (Growth): Merupakan tingkat kepuasan anggota

keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam

mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan.

4.) Kasih Sayang (Affection): Merupakan tingkat kepuasan anggota

keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang

berlangsung dalam keluarga.

5.) Kebersamaan (Resolve): Merupakan tingkat kepuasan anggota

keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan, dan

ruang antar anggota keluarga sangat memuaskan dimana waktu

kumpul bersama dengan keluarga setiap hari dan minimal 12 jam

untuk setiap harinya.

Setiap pertanyaan dari kuesionare mempunyai nilai yang sesuai

dengan jawaban dari responden itu sendiri, point nilai tertinggi adalah 2

dan point nilai terendah adalah 0. Apabila responden menjawab

pertanyaan tersebut dengan kata ”sering/selalu/hampir selalu” maka nilai

untuk jawaban tersebut adalah 2. Dan apabila jawaban responden ”kadang-

kadang” untuk pertanyaan itu maka nilainya adalah 1. Sedangkan untuk

jawaban ” hampir tidak pernah/tidak pernah” maka nilai pertanyaannya

adalah 0.

28

Sesuai dengan interpretasi hasilnya bahwa APGAR score dari 7-10

menunjukkan fungsi keluarga yang baik, score 4-6 menunjukkan fungsi

keluarga yang sedang/moderate dysfunctional dalam keluarga dan 0-3

merupakan tahap severelly dysfunctional dalam keluarga atau fungsi

keluarga yang tidak baik.

Menurut hasil survey yang kami lakukan, sebanyak 80 % keluarga

di RT 04 RW 02 merupakan keluarga sehat(healthy family), 4 %

merupakan keluarga tidak sehat (unhealthy family), dan 16 % untuk

keluarga kurang sehat. Keluarga yang digolongkan ke dalam keluarga

yang sehat memiliki kedekatan antara anggota keluarga yang satu dengan

yang lainnya. Mereka selalu menyelesaikan permasalahan secara bersama-

sama, mereka juga saling mendukung satu sama lain, dan selalu

mempunyai waktu untuk berkumpul bersama setiap harinya. Sedangkan

untuk keluarga yang digolongkan ke dalam keluarga yang tidak sehat

ataupun kurang sehat tidak memenuhi semua ataupun beberapa indikator

keluarga sehat tersebut.

c) Faktor Risiko Hipertensi

Secara umum, hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg

(Palmer, 2007). Menurut WHO, batas normal tekanan darah adalah 120-

140 mmHg dan 80-90 mmHg untuk tekanan diastolik. Tekanan darah

manusia secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi

menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan

darah tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai

darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Palmer, 2007).

Jenis tekanan darah tinggi terbagi menjadi dua jenis, yaitu (Palmer, 2007) :

1. Hipertensi esensial (primer)

Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi, sekitar

95%. Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, walaupun dikaitkan

dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak dan pola

makan.

29

2. Hipertensi sekunder

Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus

tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi tipe ini disebabkan oleh

kondisi medis lain (misalnya penyakit ginjal) atau reaksi terhadap

obat-obatan tertentu (misalnya pil KB).

Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien

umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian

menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan

perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun

dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60

tahun(Menurut Sharma S et al, 2008 dalam Anggreini AD et al, 2009).

Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui

dengan pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan

khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan.

Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu

seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan

vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada penderita

hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif

hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang

dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang

tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin,

dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres,

obesitas dan nutrisi (Yogiantoro M, 2006).

Banyak faktor-faktor resiko hipertensi. Faktor-faktor resiko

hipertensi merupakan faktor-faktor yang dapat mengakibatkan timbulnya

hipertensi. Secara umum, faktor resiko hipertensi dapat dibagi menjadi

dua, yaitu faktor yang dapat di ubah dan faktor yang tidak dapat diubah.

30

Faktor Risiko Hipertensi yang Tidak Dapat Diubah :

Umur

Penderita hipertensi esensial sebagian besar timbul pada usia 24-45

tahun hanya 20% yang menimbulkan kenaikan tekanan darah di bawah

usia 20 tahun dan di atas 50 tahun. Menurut Kaplan (1991) prevalensi

penderita hipertensi umumnya paling tinggi dijumpai pada usia > 40

tahun. Penderita kemungkinan mendapat komplikasi (kelainan) pembuluh

darah otak 6-10 kali lebih besar pada usia 30-40 tahun.

Jenis Kelamin

Prevalensi penderita hipertensi lebih sering ditemukan pada kaum

pria daripada kaum wanita, hal ini disebabkan secara hormonal laki-laki

lebih berisiko terjadi hipertensi. Pada saat mengatasi masalah pria

cenderung emosi dan mencari jalan pintas seperti merokok, mabuk

minum-minuman alkohol, dan pola makan yang tidak baik sehingga

tekanan darahnya dapat meningkat.

Sedangkan pada wanita dalam mengatasi masalah atau stres, masih

dapat mengatasinya dengan tenang dan lebih stabil. Sugiri (1990) dalam

penelitiannya menemukan di Sumatera Barat lebih banyak penderita

hipertensi pada pria (18,6%) daripada wanita (17,4%)11 Dari umur 55 s/d

74 tahun, perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibanding laki-

laki. Tekanan darah cenderung meningkat pada wanita setelah menopause

daripada sebelum menopause, hal ini disebabkan oleh faktor psikologis

dan adanya perubahan dalam diri wanita tersebut.

Genetika

Faktor-faktor genetika telah lama dikatakan penting dalam genesis

dari hipertensi. Salah satu tindakan penyelidikan yang dilakukan adalah

menilai korelasi tekanan darah dalam keluarga (familial aggregation)

individu dengan orang tua yang menderita hipertensi. Beevers dan O’Brien

(1994) menyatakan bahwa faktor keturunan akan menyumbang sebesar

31

60% untuk terjadinya hipertensi. Lebih jauh diutarakan bahwa apabila

salah satu saudaranya hipertensi maka resiko hipertensi sebesar 30%.

Ras atau suku bangsa

Orang berkulit hitam dari semua umur lebih besar peluang terjadi

hipertensi daripada orang berkulit putih. Perbedaan ini paling besar terjadi

pada umur 55-64 tahun. Pada kelompok umur ini prevalensi dari hipertensi

pada orang berkulit hitam dua kali lebih besar daripada orang berkulit

putih. Pada umur ≥ 75 tahun 54% orang berkulit hitam terjadi hipertensi,

berbeda halnya hanya 38% kejadian hipertensi pada orang berkulit putih.

Faktor Risiko Hipertensi yang Dapat Dihindarkan atau Diubah :

Lemak dan kolesterol

Pola makan penduduk yang tinggal di kota-kota besar berubah

dimana fastfood dan makanan yang kaya kolesterol menjadi bagian yang

dikonsumsi sehari-hari. Mengurangi diet lemak dapat menurunkan tekanan

darah 6/3 mmHg dan bila dikombinasikan dengan meningkatkan konsumsi

buah dan sayuran dapat menurunkan tekanan darah sebesar 11/6 mmHg.

Makan ikan secara teratur sebagai cara mengurangi berat badan akan

meningkatkan penurunan tekanan darah pada penderita gemuk dan

memperbaiki profil lemak.

Konsumsi Garam

Diet tinggi garam dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah

dan prevalensi hipertensi. Efek diperkuat dengan diet kalium yang rendah.

Penurunan diet natrium dari 180 mmol (10,5 gr) perhari menjadi 80-100

mmol (4,7-5,8 perhari) menurunkan tekanan darah sistolik 4-6 mmHg.

Tetapi pengaruh lebih kuat pada orang kulit hitam, obesitas dan umur tua.

WHO-ISH (1999) membuat tujuan diet rendah natrium ialah sampai < 100

mmol (5,8 gr) perhari atau < 6 gr NaCl perhari.

Minuman beralkohol

32

Terdapat hubungan linier antara konsumsi alkohol, tingkat tekanan

darah dan prevalensi hipertensi pada masyarakat. Alkohol menurunkan

efek obat antihipertensi, tetapi efek presor ini menghilang dalam 1-2

minggu dengan mengurangi minum alkohol sampai 80%. Pada penderita

hipertensi konsumsi alkohol dibatasi 20-30 gr etanol perhari untuk pria

dan 10-20 gr etanol perhari pada wanita.

Kelebihan Berat Badan (Overweight)

Dari data observasional WHO tahun 1996, regresi multivariat dari

tekanan darah menunjukkan sebuah peningkatan 2-3 mmHg tekanan darah

sistolik dan 1-3 mmHg tekanan darah diastolik pada setiap 10 kg kenaikan

berat badan. Mereka yang memiliki lemak yang bertumpuk di daerah

sekitar pinggang dan perut (bentuk buah apel) lebih mungkin terkena

tekanan darah tinggi bila dibandingkan dengan mereka yang memiliki

kelebihan lemak di paha dan panggul.

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah kombinasi antara tinggi dan

berat badan untuk mengukur kadar kegemukan yang melibatkan seluruh

berat badan. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Indeks Massa Tubuh (IMT) = Berat Badan/Tinggi badan (m) X Tinggi

badan

Dimana dikatakan kurus bila IMT ≤ 20, berat badan sehat bila IMT

20-25, kawasan peringatan bila IMT 25-27 dan obesitas bila IMT ≥ 27.

Rokok dan Kopi

Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang paling

kuat untuk mencegah penyakit kardiovaskuler dan nonkardiovaskuler pada

penderita hipertensi. Merokok dapat menghapuskan efektifitas beberapa

obat antihipertensi, misalnya pengobatan hipertensi yang menggunakan

terapi beta blocker dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke

hanya bila pemakainya tidak merokok.20 Kopi juga berakibat buruk pada

jantung. Kopi mengandung kafein yang meningkatkan debar jantung dan

naiknya tekanan darah. Meminum kopi lebih dari empat cangkir kopi

33

sehari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sekitar 10 mmHg dan

tekanan darah diastolik sekitar 8 mmHg.

Stres

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas

saraf simpatik yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten.

Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah

menetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada

binatang percobaan dibuktikan bahwa pemaparan terhadap stres membuat

binatang menjadi hipertensi.

Olahraga

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi

karena olahraga isotonik (seperti bersepeda, jogging, aerobik) yang teratur

dapat menurunkan tahanan perifer yang akan dapat menurunkan tekanan

darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi.

Dengan kurangnya olahraga kemungkinan timbulnya obesitas akan

meningkat dan apabila asupan garam bertambah akan mudah timbul

hipertensi.

KLASIFIKASI PENGUKURAN TEKANAN DARAHDari International Society of Hypertension (ISH)

For Recently Updated WHO tahun 2003Kategori Sistolik

(mmHg)

Diastolik

(mmHg)

Optimal

Normal

Normal Tinggi / Pra

Hipertensi

Hipertensi Derajat I

Hipertensi Derajat II

Hipertensi Derajat III

<120

<130

130-139

140-159

160-179

≥180

dan

dan

ata

u

ata

u

ata

u

ata

<80

<85

85-89

90-99

100-109

≥110

34

u

Sumber: Linda Brookes, 2004

Berdasarkan data hasil pengamatan praktik lapangan kali ini, didapatkan

kecenderungan yang mengalami hipertensi sebagai berikut:

1. Jenis kelamin : laki-laki (42%) dan wanita (58%)

Hal ini dapat terjadi karena kebanyakan responden yang dapat

dijumpai pada saat PL adalah wanita yang umumnya bekerja

sebagai ibu rumah tangga.

2. Perilaku merokok : perokok (16,66%) dan bukan perokok

(83,33%)

Hal ini tidak sesuai dengan teori, kemungkinan disebabkan

karena adanya faktor lain yang lebih berpengaruh.

3. Olahraga : berolahraga (77%) dan tidak berolahraga (23%)

Hal ini tidak sesuai dengan teori, kemungkinan disebabkan

karena adanya faktor lain yang lebih berpengaruh.

4. Riwayat hipertensi keluarga : memiliki riwayat (33,33%) dan

tidak memiliki riwayat (66,66%)

Hal ini sesuai dengan teori HL Blum dimana genetika

berperan namun tidak besar dan lebih dipengaruhi oleh perilaku.

5. Konsumsi makanan asin

a. setiap hari : 5 penderita (27,77%)

b. 3 x seminggu : 3 penderita (16,6 %)

c. 1-2x seminggu : 1 penderita (5, 56%)

d. Tidak setiap minggu : 4 penderita (22,22%)

e. tidak pernah : 5 penderita (27,77%)

Hal ini tidak sesuai dengan teori, dimana tidak terlihat

kecenderungan hipertensi pada warga yang mengkonsumsi

makanan asin dengan intensitas yang lebih sering, kemungkinan

dapat disebabkan karena adanya faktor lain yang lebih

berpengaruh.

6. Konsumsi gorengan jelantah

35

a. setiap hari : 0 penderita (0%)

b.3 x seminggu : 0 penderita (0%)

c. 1-2x seminggu : 3 penderita (16,6%)

d.tidak setiap minggu : 5 penderita (27,77%)

e. tidak pernah : 10 penderita (55,5%)

Hal ini tidak sesuai dengan teori, dan dapat terjadi karena

adanya faktor lain yang lebih berperan pada populasi yang diamati

dalam PL di RT 04 RW 02 Desa Pandak.

Terapi dari hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan

farmakologis seperti penjelasan dibawah ini.

1. Terapi Non Farmakologis

a. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih.

Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap

tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat

penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.

b. Meningkatkan aktifitas fisik.

Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50%

daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45

menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari

hipertensi.

c. Mengurangi asupan natrium.

Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian

obat anti hipertensi oleh dokter.

d. Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol

Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga

mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara

konsumsi alcohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko

hipertensi.

2. Terapi Farmakologis

36

Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC

VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron

antagonis, beta blocker dan calcium chanel blocker.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil praktek lapangan pada tanggal 17 – 19 Juni 2013 di Desa Pandak RT 04 RW 02 dapat disimpulkan :

1. Setiap rumah yang memiliki 1 sampai dengan 3 KK per rumahnya

didominasi oleh keluarga sehat utama dan sehat paripurna urutan

keduanya.

2. Pada responden RT 04 RW 02 cenderung termasuk kategori keluarga

sehat (Healthy Family)

3. Terdapat 18 jumlah responden hipertensi terkait jenis kelamin di Desa

Pandak RT 04 RW 02 Kecamatan Baturraden, penderita hipertensi ini

di dominasi oleh perempuan dan responden hipertensipun di dominasi

oleh prempuan.

4. Pada penderita hipertensi, jumlah responden yang mengkonsumsi asin setiap hari dan tidak pernah mengkonsumsinya seimbang.

B. Saran

1. Pengamatan lebih lanjut terhadap fungsi fisiologis keluarga hubungan

antara faktor hereditas, perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan

terhadap kejadian hipertensi dimasyarakat.

2. Proses survei yang lebih cepat dengan memperbaiki kemampuan

berkomunikasi menjadi lebih efisien.

3. Penghitungan/rekap data yang lebih cermat.

4. Diadakan penyuluhan terhadap warga pada saat akhir survey sehingga

diharapkan warga dapat semakin memperbaiki kualitas hidup mereka.

37

5. Memberikan data/laporan hasil praktik lapangan kepada kepala desa

setempat agar dapat digunakan oleh beliau sebagai alat bantu untuk

mengembangkan Desa Pandak.

38