lp1 isolasi mikroba
DESCRIPTION
laporan isolasi mkikrobaTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
APLIKASI BIOTEKNOLOGI PANGAN
ISOLASI MIKROBA
OLEH
NAMA : ULFHI DWI SIMTADEGI
NIM : G311 11 270
KELOMPOK : 4 ( EMPAT )
ASISTEN : ANDI ANGGARENI
‘
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN BIOTEKNOLOGI PANGANPROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bioteknologi adalah proses pemanfaatan sel atau organisme hidup
dengan berbagi teknik untuk menghasilkan satu produk yang memiliki nilai
ekonomi tinggi dan berguna bagi kesejahteraan manusia. Bioteknologi
merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk
hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup
(enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Bioteknologi terbagi atas bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern.
Bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi yang memanfaatkan
mikroorganisme untuk memproduksi alkohol, asam asetat, gula, atau bahan
makanan. Bioteknologi modern merupakan praktik bioteknologi dengan teknik
rekayasa genetika.
Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, bioteknologi juga
mengalami perkembangan semakin pesat dan prosesnya semakin canggih,
misalnya dalam bidang teknologi pangan yaitu bioteknologi fermentasi yang
dapat mengahasilkan biakan tersendiri untuk menciptakan suatu produk hasil
fermentasi. Produk yang dapat dihasilkan dari bioteknologi fermentasi yaitu
antara lain tape, oncom atau tempe, yakult, nata de coco, gamxantan, kecap,
keju dan lain-lain salah satunya adalah yougurt.
Yoghurt merupakan salah satu produk pangan yang memanfaatkan
mikroorganisme untuk menghasilkan komponen tertentu sehingga diperoleh
kekhasan tekstur, rasa, warna maupun aromanya. Yoghurt tak hanya memiliki
kekhasan fisik saja, kandungan probiotiknya pun menguntungkan,
diantaranyamencegah kanker usus serta berfungsi sebagai pengganti susu
bagi penderita lactose intolerance. Berdasarkan latar belakang diatas maka di
adakanlah praktikum ini untuk menginokulasi dan isolasi mikroorganisme yang
dapat mendegrasi protein menjadi asam laktat.
B. Tujuan dan Kegunaan Praktikum
Tujuan dari prkatikum ini adalah untuk mengetahui cara isolasi mikroba
yang baik dan benar. Kegunaan dari praktikum ini yaitu dapat memudahkan
para praktikan untuk mengetahui cara menghasilkan mikroorganisme baik itu
jamur, khamir, maupun bacteri yang digunakan dalam mengahasilkan suatu
produk hasil fermentasi melalui teknik inokulum dan isolasi mikroba.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Aplikasi Bioteknologi Pangan mengenai Inokulasi dan
Isolasi Mikroba dilakukan pada hari Kamis, 05 – 12 September 2013 pada
pukul 09.50 -12.50 WITA, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan
Bioteknologi Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut:
- cawan petri - tabung reaksi
- timbangan analitik - batang pengaduk
- erlenmeyer - bulp
- pipet volum - bunsen gas
- gelas kimia - autoklaf
- vorteks - desikator
- pipet tetes - batang ose
- hockey stik
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sebagai
berikut:
- yougurt - alkohol 95%
- media Na ( Nutrien Agar) - aquadest
- garam fisologis ( NaCl ) - label
- tissue roll - aluminium foil
C. Prosedur Praktikum
Prosedur yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
A. Metode Gores
1. Pembuatan larutan garam fisiologis
Ditimbang garam NaCl sebanyatk 8.50 gram di atas timbangan
analitik.
Ditambahkan 1 liter atau 1000 ml aquadest kemudian masukkan
ke dalam gelas kimia, aduk hingga homogen.
2. Preparasi alat
Disiapkan alat yang akan di sterilisasikan berupa 2 cawan petri, 2
pipet volum, dan 4 tabung reaksi yang masing – masing berisi 9,9 ml
garam fisiologis dan tutup dengan kapas serta bungkus dengan
aluminium foil.
Dimasukkan alat ke dalam autoklaf untuk di sterilisasi kurang lebih 2
jam dengan suhu 1210 C.
3. Preparasi media Na
Ditimbang media Na sebanyak 4,6 gram NA kemudian masukkan ke
dalam tabung erlenmeyer 250 ml.
Ditambahkan dengan 200 ml aquadest, kemudian masukkan
magnetic stirer ke dalam erlemeyer kemudian panaskan diatas
hotplate hingga mendidih.
Dimulai dari mensterilkan meja kerja dan tangan sebelum memulai
isolasi mikroba dengan menyemprotkan alkohol 95%.
Dituangkan media NA yang telah mendidih dan homogen
kedalam 2 cawan petri yang sudah disterilkan kemudian diamkan
hingga media tersebut keras memadat.
4. Pengenceran
Dibuat larutan pengenceran awal dengan konsentrasi pengenceran
10-1 yaitu dipipet 5 ml yougurt dan masukkan ke dalam erlenmeyer,
kemudian tambahkan dengan 45 ml garam fisiologis, homgenkan.
Dipipet larutan tersebut sebanyak 0,1 ml kedalam tabung reaksi mulai
dengan konsentrasi terendah yaitu 10-3 dan divorteks, kemudian
larutan dengan konsentrasi 10-3 dipipet lagi sebanyak 0,1 ml kedalam
tabung reaksi dengan konsentrasi 10-5 perlakuan tersebut dilakukan
sampai konsentasi 10-9
Setelah pengenceran selesai, pengenceran dengan konsentrasi 10-7
dan 10-9 dipipet masing-masing 0,1 ml lalu dimasukkan kedalam
cawan petri yang sudah diisi media agar dan diratakan menggunakan
hockey stick kemudian dibungkus dengan kertas dan diberi label.
B. Metode Agar Miring
Dimasukkan media NA (Nutrien Agar) ke dalam tabung rekasi
sebanyak ½ volume tabung reaksi, lalu ditutup dengan kapas dan
dibungkus dengan aluminium foil.
Disterilkan media tersebut selama 2 jam dengan suhu 121 0 C.
Disimpan dalam keadaan miring 1/2 bagian dan ditunggu hingga keras
memadat.
Diambil satu sampel bagian mikroorganisme dari media cawan petri
dengan konsentrasi pengenceran 10-7 dan 10-9 .
Dimasukkan mikroorganisme tersebut ke dalam tabung reaksi yang
berisi agar miring yang sudah memadat dan keras dengan
menggunakan ose dan di buat seperti zigzag dalam tabung reaksi
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Yoghurt
Yoghurt adalah susu asam yang merupakan hasil fermentasi susu oleh
bakteri asam laktat (BAL). Yoghurt biasanya dibuat dengan menggunakan dua
jenis BAL yaitu Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus
sebagai starter. Yoghurt merupakan susu hasil fermentasi yang dibuat
dengan bantuan dua jenis bakteri menguntungkan, satu dari keluarga
lactobacillus yang berbentuk batang (Lactobacillus bulgaricus) dan lainnya
dari keluarga streptococcus yang berbentuk bulat (Streptococcus
thermophilus). Kedua bakteri yogurt ini merupakan bakteri penghasil asam
laktat, sehingga terbentuk Yoghurt dengan aroma yang khas. Asam yang
terbentuk menyebabkan penggumpalan protein susu dan membantu
mengawetkan yoghurt. Bakteri asam laktat juga dapat menekan pertumbuhan
bakteri pembusuk susu, sehingga yoghurt lebih tahan lama selama masa
penyimpanan dibandingkan susu lainya (Wahyu Widodo, 2002).
Lactobacillus bulgaricus lebih berperan dalam pembentukan aroma,
sedangkan streptococcus thermophillus lebih berperan dalam pembentukan
cita rasa. Komponensusu yang paling berperan dalam pembuatan yoghurt
adalah laktosa dan kasein. Laktosa yang merupakan carbohydre
susu digunakan sebagai sumber energi selama pertumbuhan biakan bakteri
dan akan menghasilkan asam laktat (Darma, 2010).
Yoghurt mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi daripada susu segar
sebagai bahan dasar dalam pembuatan yoghurt, terutama karena
meningkatnya total padatan sehingga kandungan zat-zat gizi lainnya juga
meningkat. Selain itu, yoghurt sesuai bagi penderita lactose intolerance atau
yangntidak toleran terhadap laktose. Fermentasi susu menjadi yoghurt
dilakukan dengan bantuan bakteri asam laktat yaitu Lactobacilus bulgaricus
dan Streptococcus thermophilus. Lactobacillus bulgaricus adalah bakteri
gram positif berbentuk batang dan tidak membentuk endospora. Dalam
susu, Lactobacilus bulgaricus akan mengubah laktosa menjadi asam laktat.
Bakteri ini bersifat termodurik dan homofermentatif, dengan suhu optimum
untuk pertumbuhannya sekitar 45oC. Kondisi optimum untuk pertumbuhannya
adalah sedikit asam atau sekitar pH 5,5. Streotococcus thermophilus
adalah bakteri gram positif berbentuk bulat, sering pertumbuhannya
berbentukrantai. Bakteri ini dapat diklasifikasikan sebagai bakteri
homofermentatif dan termodurik dengan pH optimum untuk pertumbuhannya
sekitar 6,5 (Helferich dan Westhoff 1980).
B. Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus
Bakteri yogurt membutuhkan kondisi pertumbuhan yang cocok terutama
suhu yang tepat. Umumnya bakteri tumbuh baik pada keadaan hangat.
Bakteri yogurt Steptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus
paling cepat tumbuh di sekitar suhu 40– 44°C (bergantung pada galurnya).
Jika suhu terlalu rendah bakteri "kedinginan" dan berkembang biak lambat
atau tidak sama sekali. Sementara jika suhu terlampau panas bakteri tidak
hanya kepanasan tetapi juga bisa rusak dan mati. Bahaya lain, yaitu
merajalelanya mikroba berbeda yang kondisi optimumnya di suhu lebih
tinggi atau rendah. Karena lebih cepat berkembang biak di suhu tersebut,
jumlah mikroba penyusup tadi dapat menyusul bahkan menyisihkan bakteri
yogurt semula (Wahyu widodo, 2002).
Pembuatan yoghurt menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus
dan Steptococcus thermophilus. Kedua bakteri itu mengurai laktosa (gula
susu) menjadi asam laktat dan berbagai komponen aroma dan citarasa.
Lactobacillus bulgaricus lebih berperan pada pembentukan aroma,
sedangkan Steptococcus thermophilus lebih berperan pada pembentukan
citarasa. Yoghurt dibuat dengan memasukkan bakteri spesifik ke dalam
susu di bawah temperatur dan kondisi lingkungan yang dikontrol. Bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Steptococcus thermophlillus merombak
gula susu alami dan melepaskan asam laktat sebagai produk sisa. Keasaman
yang meningkat menyebabkan protein untuk membuat susu menjadi
menggumpal (Munawar, 2009).
Menurut Micheal 1988, karakteristik mikroba pada susu fermentasi
yougurt yaitu:
1. Bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus
Lactobacillus bulgaricus berbentuk batang. Pembentukan rantai umum
dijumpai, terutama pada fase pertumbuhan logaritma lanjut. Motilitas tidak
umum. Tidak membentuk spora. Gram positif berubah menjadi gram
negatif dengan bertambahnya umur dan derajat keasaman. Metabolisme
fermentatif. Kisaran suhu optimum biasanya 30 – 40 oC. Dijumpai dalam
produk persusuan.
2. Streptococcus thermophilus berbentuk bola. Berdiameter kurang
dari 2 mm, terdapat berpasangan atau dalam rantai bila ditumbuhkan
dalam medium cair. Gram positif. Kemoorganotrof. Metabolisme fermentatif
anaerobik fakultatif. Suhu optimum sekitar 37 oC.
3. Campuran atau kombinasi dari Lactobasillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophilus sering digunakan pada beberapa macam produksi yoghurt.
Selain menyebabkan tingkat produksi asam yang lebih tinggi,
Streptococcus thermophilus tumbuh lebih cepat dan menghasilkan asam
dan karbondioksida. Seperti diketahui pula, dalam proses pembuatan
yoghurt, susu menggumpal disebabkan oleh derajat keasaman yang turun.
Streptococcus thermophilus berperandahulu untuk menurunkan pH
sampai sekitar 5,0 dan baru kemudian disusul Lactobasillus bulgaricus
menurunkan lagi sampai mencapai 4,0. Selain itu beberapa zat hasil
fermentasi mikroorganisme yang berperan dalam menentukan rasa produk
adalah asam laktat, asetaldehida, asam asetat dan diasetil. Intinya adalah
jenis dan jumlah mikroorganisme dalam starter yang digunakan sangat
berperan dalam pembentukan dan formasi rasa serta tekstur yoghurt.
C. Medium NA (Nutrien Agar)
Media adalah suatu substrat dimana mikroorganisme dapat tumbuh
yang disesuaikan dengan lingkungan hidupnya. Media kultur berasarkan
konsistensinya dibedakan atas tiga macam, yaitu media cair, media semi
padat, dan media padat. Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan
produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari
mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof.
Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton,
dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam
prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk
membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk
mengisolasi organisme dalam kultur murni (Harry, 2010).
D. Larutan Garam Fisiologis
Larutan fisiologis adalah larutan yang digunakan untuk mengencerkan.
Contoh pada analisis mikrobiologi adalah garam fisiologis (0,85 % NaCl).
Larutan pengencer/ larutan fisiologis adalah larutan yang digunakan untuk
mengencerkan contoh pada analisis mikrobiologi. Pengenceran dilakukan
untuk memperoleh contoh dengan jumlah mikroba terbaik untuk dapat
dihitung yaitu antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml. Pengenceran
biasanya dilakukan 1:10, 1:100, 1:1000, dan seterusnya (Zakiah, 2012).
E. Sterilisasi
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan
semua organisme yang terdapat di dalam atau ada pada suatu benda. Ketika
bakteri melakukan perpindahan untuk pertama kalinya secaara aseptik,
sesungguhnya hal demikian telah menggunakan salah satu cara sterilisasi,
yaitu pembakaran. Sterilisasi sendiri merupakan metode praktis yang
dirancang untuk membersihkan dari mikroorganisme , atau sengaja untuk
menghambat pertumbuhannya, yang nyata dari kepentingan dasar di banyak
keadaan. Cara kerja sterilisasi adalah cara kerja agar terhindar dari
kontaminasi, cara kerja steril ini di gunakan pada pembuatan media,
pemeriksaan kultur dan pembuatan preparat. Steril sendiri merupakan
keadaan bebas dari pertimbuhan mikroba beserta sporanya dan pada
prakteknya kita berbicara sterilisasi sebagai proses pembunuhan seluruh
oirganisme yang ada pada preparat ( Jawetz,etc. 2001 ).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Pengenceran 10-9 Gambar 2. Pengenceran 10 -7
B. Pembahasan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu yoghurt. Yoghurt
merupakan salah satu produk olahan susu terfermentasi yang mengubah
protein menjadi asam laktat dengan menggunakan bantuan mikroorganisme
Lactobaciilus bulgariccus dan Sterptoccus thermopillus. Yoghurt dibuat
dengan memasukkan bacteri spesifik Lactobacillus bulgaricus yang diman
bacteri ini lebih berperan pada pembentukan aroma yoghurt, sedangkan
Steptococcus thermophilus lebih berperan pada pembentukan citarasa
yoghurt. Hal ini sesuai dengan Widodo (2002), bahwa yoghurt adalah susu
asam yang merupakan hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat (BAL),
yaitu bacteri Lactobaciilus bulgariccus dan Sterptoccus thermopillus. sehingga
terbentuk yoghurt dengan aroma yang khas. Asam yang terbentuk
menyebabkan penggumpalan protein susu dan membantu mengawetkan
yoghurt. Bakteri asam laktat juga dapat menekan pertumbuhan bakteri
pembusuk susu, sehingga yoghurt lebih tahan lama selama masa
penyimpanan dibandingkan susu lainya
Mikroorganime terdiri dari berbagai jenis salah satunya yaitu bacteri.
Bacteri yang diinginkan pada praktikum kali ini yaitu Lactobaciilus bulgariccus
dan Sterptoccus thermopillus yang digunakan dalam pembuatan susu
fermentasi yoghurt Kedua jenis bacteri ini mampu mendegradsi protein
menjadi asam laktat sehingga menyebabkan rasa asam pada susu. Selain itu
Lactobaciilus bulgaricus berperan dalam memberikan aroma pada yoghurt
dan Sterptoccus thermophilus berperan dalam cita rasa. Hal ini sesuai dengan
Munawar (2009), bahwa dalam pembuatan susu fermentasi atau yoghurt
menggunakan bakteri Lactobaciilus bulgaricus dan Sterptoccus thermophilus.
Kedua bakteri itu mengurai laktosa (gula susu) menjadi asam laktat dan
berbagai komponen aroma dan citarasa. Lactobaciilus bulgaricus lebih
berperan pada pembentukan aroma, sedangkan Sterptoccus thermophilus.
lebih berperan pada pembentukan citarasa. Selain itu, pertumbuhan mikroba
yang diingikan juga kurang maksimal. Hal ini dikarenakan suhu ruang tempat
penumbuhan mikrobanya yang kurang tepat dengan kondisi mikroba, yang
dapat menyebabkan kondisi stres sehingga mikroba yang diinginkan tidak
tumbuh dan berkembang. Hal ini sesuai dengan Widodo (2002), yang
menyatakan bahwa bakteri yogurt membutuhkan kondisi pertumbuhan yang
cocok terutama suhu yang tepat pada umumnya bakteri tumbuh baik pada
keadaan hangat. Bakteri yogurt Steptococcus thermophilus dan Lactobacillus
bulgaricus paling cepat tumbuh di sekitar suhu 40– 44°C (bergantung pada
galurnya). Jika suhu terlalu rendah bakteri "kedinginan" dan berkembang biak
lambat atau tidak sama sekali. Sementara jika suhu terlampau panas bakteri
tidak hanya kepanasan tetapi juga bisa rusak dan mati.
Pada praktikum kali ini prosedur yang digunakan dalam isolasi
mikroba yaitu terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan pertama yang
dilakukan adalah membuat larutan garam fisiologis. Pembuatan larutan
garam fisoiologis yaitu dengan adanya pencamburan garam NaCl
sebanyak 8,50 gram dengan pemabahan aquadest murni 1000 ml,
hingga membentuk garam fisologis yang diiingkan yaitu 0,85 %.
Penggunaan larutan garam fisologis disini memiliki fungsi yang sama
dengan larutan buffer, dimana dari larutan baffer itu sendiri dapat
mempertahankan pH suatu larutan. Selain itu fungsi larutan fisiologis
yaitu dapat mengurangi jumlah mikroorganisme yang berkembang biak.
Hal ini sesuai dengaan Zakiah (2012), bahwa larutan pengencer/ larutan
fisiologis adalah larutan yang digunakan untuk mengencerkan contoh pada
analisis mikrobiologi. Pengenceran dilakukan untuk memperoleh contoh
dengan jumlah mikroba terbaik untuk dapat dihitung yaitu antara 30 sampai
300 sel mikroba per ml. Tahapan kedua yaitu proses sterilisasi alat.
Proses sterilisasi di awali dengan penyiapan 2 cawan petri dan 2 pipet
volum yang dibungkus dengan kertas, 4 tabung reaksi yang telah berisi
9,9 ml larutan garam fisiologis kemudian ditutup dengan kapas dan
dibungkus dengan aluminium foil, setelah itu alat dimasukkan ke dalam
autoklaf untuk dilakukan proses sterilisasi dengan suhu 1210C selama 2
jam. Sterilisasi merupakan proses penghilangan semua jenis
organisme dalam hal ini yang dimaksud adalah mikroorganisme
(protozoa, jamur, bacteri maupun virus) yang terdapat dalam suatu
benda. Tujuan dari sterilisasi itu sendiri yaitu membunuh atau
menghilangkan mikroorganisme yang bersifat pategenik. Hal ini sesuai
dengan Jawetz,etc. (2001), bahwa sterilisasi dalam mikrobiologi adalah
suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat di dalam atau
ada pada suatu benda. Ketika bakteri melakukan perpindahan untuk pertama
kalinya secaara aseptik, sesungguhnya hal demikian telah menggunakan
salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran.
Tahapan ketiga adalah pengnceran larutan. Dpipet larutan sebanyak 0,1
ml kedalam tabung reaksi mulai dengan konsentrasi terendah yaitu 10-3 dan
divorteks, kemudian dengan konsentrasi 10-5 10-7 10-9 dengan perlakuan yang
sama. Setelah pengenceran selesai, pengenceran dengan konsentrasi 10-7
dan 10-9 dipipet masing-masing 0,1 ml lalu dimasukkan kedalam cawan petri
yang sudah diisi media agar dan diratakan menggunakan hockey stick
kemudian dibungkus dengan kertas dan diberi label.
Tahapan selanjutnya adalah inokulasi media padat ke cawan petri. Ada
beberapa metode yang dapat dilakukan saat melakukan inokulasi
mikroorganisme pada media, diantaranya metode tuang dan metode gores.
Mula-mula ose dibakar sampai steril, dinginkan. Diambil sampel atau bakteri
kultur pada media agar, dipulaskan pada salah satu tepi dari media,jangan
sampai menyentuh dinding cawan petri. Pengenceran dengan konsentrasi
10-7 dan 10-9 dari hasil inokulasi tersebut didapatkan hasil media
cawan konsentrasi 10-7 gagal sedangkan media konsentrasi 10-9
berhasil ditumbuhi mikroba. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1 dan
gambar 2. Kegagalan pertumbuhan mikroba pada media 10-7
disebabkan oleh kesalahan kami yang melakukan penanaman mikroba
pada media agar yang belum padat total. Meskipun mengalami
kesalahan saat penanaman, sesuai dengan teori pengenceran bahwa
semakin tinggi tingkat pengenceran maka jumlah mikroba yang tumbuh
pada media semakin sedikit.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini adalah cara isolasi miroba
yang baik dan benar dilakukan dengan mengetahui semua teknik dalam
mulai dari tahap pengenceran sampai melakukan inokulasi dan isolasi
mikroba, selain itu menjaga kondisi mikroba supaya tidak berada dalam
kondisi stres sehingga mikrooranisme yang diinginkan berhasil di peroleh.
B. Saran
Diharapkan agar praktikan selanjutnya dapat lebih baik lagi dalam
melakukan pembuatan yoghurt, sehingga dapat meminimalisirkan
kesalahan-kesalahan kecil yang mungkin terjadi pada saat praktikum
berlangsung. Selain itu, praktikan membutuhkan arahan yang jelas sebelum
melakukan isolasi media cawan.
DAFTAR PUSTAKA
Darma, 2010. Bioteknologi Fermentasi. [online]. Tersedia http://wartawarga.
gunadarma.ac.id/2010/01/bioteknologi-fermentasi/-diakses-12-11-2011
Helferich, W. and D. Westhoff. 1980. All About Yoghurt. Prentice Hall, Inc.,
Englewood Cliffs, New Jersey.
Haryy, 2010. Media Nutrien Agar. http://asalkamutahuaja.blogspot.
com/2012/10/komposisi-nutrient-agar-dan-nutrient.html.
Jawetz E., Melnick J.L., Alderberg E.A., 2001. Mikrobiologi kedokteran.
Surabaya, Airlangga University Press.
Michael J.P., Pelczar C., Merna Foss. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press.
Jakarta
Munawar, Taufik 2009. Bacteri Yoghurt. http://muhtaufiqmunawar.blogspot.
com/2009/01/bakteri-pada-yoghurt.html. Diakses pada hari Minggu
tanggal 16 September 2013, Makassar.
Wahnyu Widodo, 2002. Fermentasi Susu. http://wahyuwidodo.staff.
umm.ac.id/files/2010/01/FERMENTASI-SUSU.pdf
Zakiah, 2012. Larutan Fisoiolgis. http://khiashawol.blogspot.com/2012/04/
midas-pembuatan-medium-dan-larutan.html Diakses pada hari Minggu
tanggal 16 September 2013, Makassar.