lp oksigenisasi
Post on 31-Jul-2015
91 views
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN OKSIGENASI
OLEH :
AYU INDAH CAROLINA (1002105073)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2011
I. PENDAHULUAN :KONSEP DASAR OKSIGENASI MANUSIA
FISIOLOGI PERNAFASAN
Sebagian besar sel dalam tubuh memperoleh energy dari reaksi kimia yang melibatkan oksigen
dan pembuangan karbondioksida. Pertukaran gas pernafasan terjadi antar udara di lingkungan
dan darah. Terdapat tiga langkah dalam proses oksigenasi yakni ventilasi, perfusi, dan difusi
(McCance dan Huether, 1994 dalam Potter & Perry, 2006). Pernafasan dapat berubah karena
kondisi atau penyakit yang mengubah struktur dan fungsi paru-paru. Otot-oto pernafasan, ruang
pleura, dan alveoli sangat penting dalam ventilasi, perfusi, dan difusi.
a. Ventilasi : merupakan proses untuk menggerakkan gas ke dalam dan keluar par-paru.
Ventilasi membutuhkan koordinasi oto paru dan toraks yang elastic dan persarafan yang
utuh. Oto pernafasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi olhe saraf
frenik, yang keluar dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.
Pernafasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan membuat paru
berkontraksi. Kerja pernafasan ditentkan oleh tingkat kompliansi paru, tahanan jalan nafas,
keberadaan ekspirasi yang aktif, dan penggunaan otot-otot bantu pernafasan. Kompliansi
merupakan kemampuan paru distensi atau mengembang sebagai respon terhadap peningkatan
tekanan intraalveolar. Kompliansi menurun pada penyakit, seperti edema pulmonar, interstisial,
fibrosis pleura, dan kelainan struktur traumatic, atau congenital seperti kifosis atau fraktur iga.
Surfaktan merupakan zat kimia yang diproduksi di paru oleh sel tipe dua alveolar yang
mempertahankan tegangan permukaan alveolar dan mecegahnya dari kolaps. Tahanan jalan
nafas merupakan perbedaan tekanan antara mulut dan alveoli terkait dengan kecepatan aliran
gas yang diinspirasi. Tahanan jalan nafas dapat mengalami peningkatan akibat obstruksi jalan
nafas, penyakit di jalan nafas kecil (seperti asma), dan edema trakeal. Jika tahanan meningkat,
jumlah udara, jumlah udara yang melalui jalan nafas anatomis menurun. Ekspirasi merupakan
proses pasif normal yang bergantung pada property recoil elastic dan membutuhkan sedikit kerja
otot atau tidak sama sekali. Recoil elastic dihasilkan oleh serabut elastic di jaringan paru dan
oleh tegangan permukaan dalam cairan yang melapisi alveoli. Klien yang mengalami penyakit
pulmonary obstruksi kronis lanjut akan kehilangan recoil elastic paru dan thoraks. Akibatnya
kerja nafas klien meningkat.
Otot bantu nafas dapat meningkatkan volume paru selama inspirasi. Klien yang mengalami
penyakit pulmonary obstruksi kronis sering menggunakan oto ini untuk meningkatkan volume
paru. Selama pengkajian perawat dapat mengobservasi peningkatan klavikula klien selama
respirasi. Kompliansi yang meningkat, tahanan jalan nafas yang meningkat, ekspirasi yang aktif,
atau penggunaan oto bantu nafas meningkatkan kerja pernafasan, ,menyebabkan penggunaan
energy meningkat. Untuk memenuhi penggunaan energy ini, tubuh meningkat kecepatan
mentabolismenya dan kebutuhan akan oksigem, sama seperti eliminasi karbondioksida.
Rangkaian ini merupakan siklus sebab akibat pada klien yang mengalami kerusakan ventilasi.
VOLUME PARU
Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi pulmonary. Spirometer mengukur
volume paru yang memasuki atau yang meninggalkan paru-paru. Variasi volume paru dapat
dihubungkan dengan status kesehatan, seperti kehamilan, latihan fisik, obesitas, atau kondisi
paru yang obstruktif. Jumlah surfaktan, tingkat kompliansi, dan kekuatan otot bantu pernafasan
mempengaruhi tekanan dan volume di dalam paru-paru.
TEKANAN PARU
Gas bergerak ke dalam dan keluar paru karena ada perubahan tekanan. Tekanan intrapleura
bersifat negative atau kurang dari tekanan atmosfer yakni 760 mmHg pada permukaan laut.
Supaya udara mengalir ke dalam paru-paru, maka tekanan intrapleura harus lebih negative
dengan gradient tekanan antara atmosfer dan alveoli.
b. Perfusi : fungsi utama sirkulasi paru adalah mengalirkan darah dan dari membrane kapiler
alveoli sehingga dapat berlangsung pertukaran gas. Sirkulasi pulmonary merupakan suatu
reservoar untuk darah sehingga paru dapat meningkatkan volume darahnya tanpa
peningkatan tekanan dalam arteri atau vena pulmonary yang besar. Sirkulasi pulmonary
juga berfungsi sebagai suatu filter yang menyaring thrombus kecil sebelum thrombus
tersebut mencapai organ-organ vital.
Sirkulasi pulmonary dimulai pada arteri pulmonary yang menerima darah vena yang
membawa campuran oksigen dari ventrikel kanan. Aliran darah yang melalui system ini
bergantung pada kemampuan pompa ventrikel kanan, yang mengeluarkan darah sekitar 4-6
l/menit. Darah mengalir dari arteri pulmonary melalui arteriol pulmonary ke kapiler
pulmonary tempat darah kontak dengan membrane kapiler-alveolar dan berlangsung
pertukaran gas pernafasan. Darah yang kaya oksigen kemudia bersirkulasi melalui venula
pulmonary dan vena pulmonary kembali ke atrium kiri. Tekanan dalam system sirkulasi
pulmonary adalah rendah jika dibandingkan dengan tekanan dalam system sirkulasi sistemik.
Tekanan arteri sistolik pulmonary yang normal antara 20-30mmHg, tekanan diastolic kurang
dari 12 mmHg dan tekanan rata-rata kurang dari 20 mmHg. Dinding pembuluh darah
pulmonary lebih tipis daripada dinding pembuluh darah di dalam sirkulasi sistemik dan berisi
lebih sedikit oto halus karena tekanan dan tahanan yang rendah. Paru-paru menerima curah
jantung total dari ventrikel kanan dan tidak meneruskan aliran darah dari sati daerah ke
daerah lain kecuali kasus hipoksia alveolar.
c. Difusi : gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke
daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernafasan terjadi di membrane
kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membrane.
Peningkatan ketebalan tersebut membuat gas lebih lama untuk melewati membrane
tersebut. Daerah permukaan membrane dapat mengalami perubahan sebagai akibat suatu
penyakit kronis. Apabila alveoli berfungsi lebih sedikit , maka daerah permukaan
menjadi berkurang.
System transportasi oksigen terdiri dari system paru dan system kardiovaskular. Proses
penghantaran ini bergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi),
aliran darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan difusi, dan kapasitas
membawa oksigen. Kapasitas darah tersebut dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut
dalam plasma, jumlah hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen. Jumlah oksigen
dalam plasma relative kecil hanya sekitar 3 %. Sebagian besar oksigen ditransportasikan
oleh hemoglobin yang berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbondioksida. Molekul
hemoglobin akan bercampur dengan oksigen menjadi oksihemoglobin. Pembentukan
oksihemoglobin dengan mudah berbalik (reversibel) sehingga memungkinkan
hemoglobin dan oksigem berpisah, membuat oksigen menjadi bebas, sehingga oksigen
ini bisa masuk ke dalam jaringan.
Karbondioksida berdifusi ke dalam eritrosit dan dengan cepat dihidrasi menjadi asam
karbonat H2CO3 akibat adanya anhidrasi karbonat. Asam karbonat kemudia berpisah
menjadi ion hydrogen H+ dan ion bikarbonat (HCO3-). Ion hydrogen dibufer oleh
hemoglobin dan HCO3- berdifusi ke dalam plasma. Selain itu beberapa karbondioksida
yang ada dalam eritrosit bereaksi dengan asam amino membentuk senyawa karbamino.
Reaksi ini dapat terjadi dengan cepat tanpa adanya enzim. Hemoglobin yang berkurang
(deoksihemoglobin) dapat bersenyawa dengan karbondioksida lebih mudah daripada
oksihemoglobin. Dengan demikian darah vena mentransportasikan sebagian besar
karbondioksida.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OKSIGENASI
1. Fisiologis
Tabel 1. Proses Fisiologis yang Mempengaruhi Oksigenasi (Potter & Perry, 2006)
PROSES PENGARUH PADA OKSIGENASI
Anemia Menurunkan kapasitas darah yang
membawa oksigen
Racun inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang
membawa oksigen
Obstruksi jalan nafas Membatasi pengiriman oksigen yang
diinspirasi ke alveoli
Dataran tinggi Menurunkan konsentrasi oksigen
inspirator karena konsentasi oksigen
atmosfer yang lebih rendah.
Demam Meningkatkan frekuensi metabolism dan
kebutuhan oksigen di jaringan.
Penurunan pergerakan dinding dada
(kerusakan muskulo)
Mencegah penurunan diafragma dan
menurunkan diameter anteroposterior
thoraks pada saat inspirasi, menurunkan
volume udara yang diinspirasi.
Adapun kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada :
- Kehamilan
- Obesitas
- Kelainan musculoskeletal
- Konfigurasi structural yang abnormal
- Trauma
- Penyakit otot
- Penyakit system persarafan
- Perubahan system saraf pusat
- Pengaruh penyakit kronis.
2. Perkembangan
a. Bayi premature : berisiko terkena penyakit membrane hialin, yang diduga
disebabkan defisiensi surfaktan. Kemampuan paru untuk mensintesis surfaktan
berkembang lambat pada masa kehamilan, yakni pada sekitar bulan ke tujuh dan
demikian bayi preterm tidak memiliki surfaktan.
b. Bayi dan toddler : berisiko mengalami infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
hasil pemaparan dari anak-anak lain dan pemaparan asap dari rokok. Selain itu,
selama proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi berkembang kongesti nasal yang
memungkinkan pertumbuhan bakteri dan meningkatkan potensi terjadinya ISPA.
ISPA yang sering doalami adalah nasofaringitis, faringitis, influenza, dan
tonsillitis.
c. Anak usia sekolah dan remaja : mengisap rokok dan asap rokok.
d. Dewasa muda dan dewasa pertengahan : factor risiko nya berupa diet yang tidak
sehat, kurang latihan fisik, obat-obatan, dan merokok.
e. Lansia : plak arteriosklerosis sehingga tekanan darah sistemik meningkat,
kompliansi dinding dada menurun pada klien lansia berhubungan dengan
osteoporosis, dan kalfisifikasi tulang rawan kosta, otot otot pernafasan melemah
dan sirkulasi pembuluh darah menjadi kurang dapat berdistensi, jumlah silia
fungsional menurun.
3. Perilaku
- Nutrisi : obesitas menyebabkan penurunan ekspansi paru, meningkatkan kebutuhan
oksigen karena metabolism, berisiko anemia.
- Latihan fisik : meningkatkan aktivitas metabolism dan kebutuhan oksigen. Individu yang
melakuka latihan fisik 3-4 kali dakam satu minggu selama 20-40 minggu memiliki
frekuensi nadi dan tekanan darah yang lebih rendah.
- Merokok : dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung, penyakit paru
obstrukti kronis, dan kanker paru.
- Penyalahgunaan substansi : kadang kala memiliki asupan nutrisi yang buruk akibat
penggunaan alcohol dan obat-obatan dan dapat mendepresi pernafasan, menurunkan
frekuensi dam kedalaman pernafasan dan jumlah oksigen yang diinhalasi.
4. Lingkungan
- Daerah perkotaan (polutan berupa debu)
- Ansietas : akan meningkatkan laju metabolism tubuh dan kebutuhan akan oksigen. Tubuh
berespon terhadap ansietas akan meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan.
KAPASITAS DAN VOLUME PARU
Volume paru dan kapasitas fungsi paru merupakan gambaran fungsi ventilasi sistem
pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume dan kapasitas fungsi paru dapat diketahui
besarnya kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya kelainan fungsi paru.
1. Volume Paru
Volume paru akan berubah-ubah saat pernapasan berlangsung. Saat inspirasi akan mengembang
dan saat ekspirasi akan mengempis. Pada keadaan normal, pernapasan terjadi secara pasif dan
berlangsung tanpa disadari
Beberapa parameter yang menggambarkan volume paru adalah :
a. Volume tidal (Tidal Volume = TV), adalah volume udara paru yang masuk dan keluar paru
pada pernapasan biasa. Besarnya TV pada orang dewasa sekitar 500 ml.
b. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve Volume = IRV), volume udara yang masih
dapat dihirup kedalam paru sesudah inpirasi biasa, besarnya IRV pada orang dewasa adalah
sekitar 3100 ml.
c. Volume Cadangan Ekspirasi (Expiratory Reserve Volume = ERV), adalah volume udara
yang masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa, besarnya ERV pada orang
dewasa sekitar 1000-1200 ml.
d. Volume Residu (Residual Volume = RV), udara yang masih tersisa didalam paru sesudah
ekspirasi maksimal sekitar 1100ml. TV, IRV, ERV dapat langsung diukur dengan spirometer,
sedangkan RV = TLC – VC
2. Kapasitas Fungsi Paru
Kapasitas paru merupakan jumlah oksigen yang dapat dimasukkan kedalam tubuh atau paru-paru
seseorang secara maksimal. Jumlah oksigen yang dapat dimasukkan ke dalam paru ditentukan
oleh kemampuan kembang kempisnya sistem pernapasan. Semakin baik kerja sistem pernapasan
berarti volume oksigen yang diperoleh semakin banyak. Yang termasuk pemeriksaan kapasitas
fungsi paru adalah :
a. Kapasitas Inspirasi (Inspiratory Capacity = IC), adalah volume udara yang masuk paru setelah
inspirasi maksimal atau sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal (IC =
IRV + TV).
b. Kapasitas Vital (Vital Capacity = VC), volume udara yang dapat dikeluarkan melalui
ekspirasi maksimal setelah sebelumnya melakukan inspirasi maksimal (sekitar 4000ml).
Kapasitas vital besarnya sama dengan volume inspirasi cadangan ditambah volume tidal (VC =
IRV + ERV + TV).
c. Kapasitas Paru Total (Total Lung Capasity = TLC), adalah kapasitas vital ditambah volume
sisa (TLC = VC + RV atau TLC = IC + ERV + RV).
d. Kapasitas Residu Fungsional (Functional Residual Capasity = FRC ), adalah volume ekspirasi
cadangan ditambah volume sisa (FRC = ERV + RV).
1) Asma
Penyakit asma berasal dari kata “Asthma” yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti
“sukar bernapas.” Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi
yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Asma juga disebut penyakit paru-paru
kronis yang menyebabkan penderita sulit bernapas. Hal ini disebabkan karena pengencangan
dari otot sekitar saluran pernafasan, peradangan, rasa nyeri, pembengkakan, dan iritasi pada
saluran nafas di paru-paru. Asma adalah suatu keadaan di mana terjadi penyempitan pada
aliran nafas akibat dari rangsangan tertentu(pemicu)sehingga menyebabkan peradangan dan
menyebabkan sulitnya bernafas dan berbunyi "ngik" setiap bernafas. Hal ini biasanya
mengurangi kualitas hidup seorang penderita karena bisa menyebabkan gampang lelah dan
gampang sakit. Pada saat seseorang penderita asma terkena faktor pemicunya, maka dinding
saluran nafasnya akan menyempit dan membengkak sehingga menyebabkan sesak nafas.
Kadang, dinding saluran nafas pun dilumuri oleh lendir yang lengket sehingga dapat
menyebabkan sesak nafas yang lebih parah. Jika tidak ditangani dengan baik, asma bahkan
dapat menyebabkan kematian. Secara umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak
dan suara napas yang berbunyi ngik-ngik dimana seringnya gejala ini timbul pada pagi hari
menjelang waktu subuh, hal ini karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang
kadarnya rendah ketika pagi dan berbagai faktor lainnya. Penderita asma akan mengeluhkan
sesak nafas karena udara pada waktu bernafas tidak dapat mengalir dengan lancar pada
saluran nafas yang sempit dan hal ini juga yang menyebabkan timbulnya bunyi ngik-ngik
pada saat bernafas. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan yang terjadi dapat
berupa pengerutan dan tertutupnya saluran oleh dahak yang dirpoduksi secara berlebihan dan
menimbulkan batuk sebagai respon untuk mengeluarkan dahak tersebut.
PERUBAHAN FUNGSI PERNAFASAN
Hiperventilasi Suatu kondisi ventilasi yang berlebih yang dibutuhkan untuk
mengeliminasi karbondioksida di atas normal di vena yang diproduksi
melalui metabolism selular.
Hipoventilasi Ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh atau mengeliminasi karbondioksida secara adekuat.
Hipoksia Oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan ditandai
dengan penurunan hemoglobin, konsetrasi oksigen inspirasi, perfusi
jaringan menurun, kerusakan ventilasi.
PATOFISIOLOGI
Contoh patofisiologi dari asma bronkialis adalah dijelaskan pada gambar di bawah.
PERUBAHAN POLA NAFAS
Penggunaan otot-otot tambahan merupakan tanda dari adanya kesulitan bernafas; pasien
sebaiknya segera dirujuk pada pemberi pelayanan kesehatan primer. Takipnea adalah
bernafas cepat (biasanya lebih dari 20 pernafasan per menit) dan bisa menjadi dangkap
ataupun tidak mengalami perubahan pada kedalaman bernafas. Hal ini dapat disebabkan oleh
nyeri, ansietas, demam, atau anemia. Bradipnea adalah bernafas lambat (biasanya kurang dari
12 pernafasan per menit) dan dapat terjadi pada depresi susunan saraf pusat yang diinduksi
oleh penggunaan sedasi berlebih atau gangguan vaskular serebral (misal stroke), tekanan
intrakranial yang meningkat, atau hiperkalemia. Hiperpnea, juga dikenal sebagai respirasi
Kussmaul, adalah pernafasan yang cepatm bernafas dalam yang terjadi secara normal pada
olah raga; walaupun hal ini juga dapat terjadi pada salah satu bentuk asidosis metabolik
(misal ketoasidosis diabetik). Respirasi Cheyne-Stokes adalah peningkatan irregular pada
irama dan berkurangnya kedalaman bernafas (dalam dan cepat, lalu pelan dan dangkal)
diselingi dengan episode apnea yang regular.
SUARA NAFAS TAMBAHAN
Suara nafas bronchial atau bronkovesikular yang terdengar di sepanjang area paru perifer
dapat menunjukkan adanya pemadatan (misal pneumonia). Berkurang atau menghilangnya
suara nafas dapat terjadi pada obesitas, pneumotoraks, atau efusi pleura. Suara nafas
tambahan adalah suara nafas yang terdengar menimpa atau ditambahkan pada suara nafas
normal. Suara nafas ini dapat didengar pada area paru, selama inspirasi dan ekspirasi, serta
meliputi ronkhi basah, ronkhi, mengi, dan friction rub.
Ronkhi basah Pendek, suara letupan kecil. Nada suara dan intensitasdapat
bervariasi.Didengar selama inspirasi, ekspirasi,atau keduanya. Suara
dihasilkan saat udara dipaksa untuk melewati saluran bronkus yang
dipersempit oleh adanya cairan, mukus, atau pus, atau dapat juga terjadi
dengan cara membuka alveolus yang sebelumnya tidak mengembang.
Ronkhi Suara yang dalam, kasar yang memiliki kualitas mendengkur, dan
terutama terdengar saat ekspirasi. Biasanya disebabkan oleh sekresi di
saluran nafas besar dan secara khas akan terdengar relatif lebih bersih
setelah dibatukkan
Mengi Suara seperti music yang bernada tinggi yang dapat terdengar selama
inspirasi atau ekspirasi. Menyempitnya saluran nafas
Friction rub Suara yang dalam, keras dan mengganggu atau suara berderik yang
biasanya terdegar lebih sering selama inspirasi daripada ekspirasi. Terjadi
saat permukaan pleura yang meradang kehilangan cairan pelumas yang
normalnya ada, dan secara bersamaan bergesekan selama respirasi.
II.KONSEP ASUAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual (sesua masalah dan
kebutuhan klien saat ini). Dalam menelaah status pernapasan klien, perawat melakukan
wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memaksimalkan data yang dikumpulkan tanpa harus
menambah distres pernapasan klien.
Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan klien diawali dengan mengumpulkan informasi tentang data biografi, yang
mencakup nama, usia, jenis kelamin, dan situasi kehidupan klien. Data demografi biasanya
dicatat pada formulir pengkajian rumah sakit atau klinik. Riwayat pernapasan mengandung
informasi tentang kondisi klien saat ini dan masalah-masalah pernapasan sebelumnya.
Wawancarai klien dan keluarga dan fokuskan pada manifestasi klinik tentang keluhan utama,
peristiwa yang mengarah pada kondisi saat ini, riwayat kesehatan terdahulu, riwayat keluarga,
dan riwayat psikososial.
Gejala Saat Ini
KELUHAN UTAMA
Keluhan utama dikumpulkan untuk menetapkan prioritas intervensi keperawatan dan untuk
mengkaji tingkat pemahaman klien tentang kondisi kesehatannya saat ini. Keluhan umum
penyakit pernapasan mencakup dispnea, batuk, pembentukan sputum, hemoptisis, mengi, dan
nyeri dada. Fokuskan pada manifestasi dan prioritaskan pertanyaan untuk mendapatkan suatu
analisis gejala.
Data objektif :
1. Dispnea : kesulitan bernapas dan merupakan persepsi subjektif kesulitan bernapas, yang
mencakup komponen fisiologis dan kognitif.
2. Batuk : refleks protektif yang disebabkan oleh iritasi pada percabang; trakheobronkhial.
3. Pembentukan sputum : Sputum secara konstan dikeluarkan ke atas menuju faring oleh
silia paru. Sputum yang terdiri atas lendir, debris selular, mikroorganisme, darah, pus,
dan benda asing akai dikeluarkan dari paru-paru dengan membatukkan atau
membersihkan tenggorok.
4. Hemoptisis : membatukkan darah, atau sputum bercampur darah.
5. Mengi : dihasilkan ketika udara mengalir melalui jalan napas yang sebagian tersumbat
atau menyempit pada saat inspirasi atau ekspirasi.
Data subjektif :
1. Gelisah2. Cemas3. Nyeri dada
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan masa lalu memberikan informasi tentang riwayat kesehatan klien dan anggota
keluarganya. Kaji klien terhadap kondisi kronis manifestasi pernapasan, misalnya batuk, dispnea,
pembentukan sputum, atau mengi, karena kondisi ini memberikan petunjuk tentang penyebab
masalah baru.
Riwayat Psikososial
Dapatkan informasi tentang aspek-aspek psikososial klien yang mencakup lingkungan,
pekerjaan, letak geografi, kebiasaan, pola olahraga, dan nutrisi. Identifikasi semua agens
lingkungan yang mungkin mempengaruhi kondisi klien, lingkungan kerja dan hobi. Tanyakan
tentang kondisi kehidupan klien, seperti jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah. Kondisi
kehidupan yang sumpek meningkatkan risiko penyakit per¬napasan seperti tuberkulosis. Kaji
terhadap bahaya lingkungan seperti sirkulasi udara yang buruk.
Pengkajian Fisik
Kondisi dan warna kulit klien diperhatikan selama pemeriksaan toraks (pucat, biru, kemerahan).
Kaji tingkat kesadaran klien dan orientasikan selama pemeriksaan untuk menentukan kecukupan
pertukaran gas.
- INSPEKSI. Perhatikan manifestasi distres pernapasan saat ini: posisi yang nyaman, takipnea,
mengap-mengap, sianosis, mulut terbuka, cuping hidung mengembang, dispnea, warna kulit
wajah dan bibir, dan penggunaan otot-otot asesori pernapasan. Perhatikan rasio inspirasi-ke-
ekspirasi, karena lamanya ekspirasi normal dua kali dari lamanya inspirasi normal, maka rasio
normal ekspirasi – inspirasi 2 : 1. Amati pola bicara.
- PALPASI dilakukan dengan menggunakan tangan untuk meraba struktur di atas atau di bawah
permukaan tubuh. Dada dipalpasi untuk mengevaluasi kulit dan dinding dada. Palpasi dada dan
medula spinalis adalah teknik skrining umum untuk mengidentifikasi adanya abnormalitas
seperti inflamasi.
-PERKUSI : Perkusi adalah teknik pengkajian yang menghasilkan bunyi dengan mengetuk
dinding dada dengan tangan. Pengetukan dinding dada antara iga menghasilkan berbagai bunyi
yang digambarkan sesuai dengan sifat akustiknya-resonan, hiperesonan, pekak, datar, atau
timpanik.
-AUSKULTASI : mendengarkan bunyi dengan menggunakan stetoskop. Dengan mendengarkan
paru-paru ketika klien bernapas melalui mulut, pemeriksa mampu mengkaji karakter bunyi
napas, adanya bunyi napas tambahan, dan karakter suara yang diucapkan atau dibisikan.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Computed Tomograph (CT)
2. Bronkoskopi
3. Analisa Gas darah
4. Biopsi
5. Laringoskopi
DAFTAR PUSTAKA
Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States of America :
Mosby.
Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes Classification. United
States of America : Mosby
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis Keperawatan 2009-
2011. Jakarta : EGC.
Potter, Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta :EGC.