lp kejang demam

14
KEJANG DEMAM A. Konsep Dasar 1. Pengertian Istilah kejang demam digunakan untuk bangkitan kejang yg timbul akibat kenaikan suhu tubuh. “Kejang demam ialah bangkitan kejang yg terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Hasan, 1995). Banyak pernyataan yang dikemukakan mengenai kejang demam, salah satu diantaranya adalah : “Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi pada umur 3 bulan sampai 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang demam harus dapat dibedakan dengan epilepsi, yaitu ditandai dengan kejang berulang tanpa demam (Mansjoer, 2000). 2. Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan Seperti yang dikemukakan Syaifuddin (1997), bahwa system saraf terdiri dari system saraf pusat (sentral nervous system) yang terdiri dari cerebellum, medulla oblongata dan pons (batang

Upload: zuhir-manto

Post on 11-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

zuhir

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Kejang Demam

KEJANG DEMAM

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Istilah kejang demam digunakan untuk bangkitan kejang yg timbul

akibat kenaikan suhu tubuh. “Kejang demam ialah bangkitan kejang yg

terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal 38C) yang disebabkan oleh

suatu proses ekstrakranium (Hasan, 1995).

Banyak pernyataan yang dikemukakan mengenai kejang demam,

salah satu diantaranya adalah : “Kejang demam adalah suatu kejadian pada

bayi atau anak, biasanya terjadi pada umur 3 bulan sampai 5 tahun,

berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi

intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa

demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang

demam harus dapat dibedakan dengan epilepsi, yaitu ditandai dengan

kejang berulang tanpa demam (Mansjoer, 2000).

2. Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan

Seperti yang dikemukakan Syaifuddin (1997), bahwa system saraf

terdiri dari system saraf pusat (sentral nervous system) yang terdiri dari

cerebellum, medulla oblongata dan pons (batang otak) serta medulla

spinalis (sumsum tulang belakang), system saraf tepi (peripheral nervous

system) yang terdiri dari nervus cranialis (saraf-saraf kepala) dan semua

cabang dari medulla spinalis, system saraf gaib (autonomic nervous

system) yang terdiri dari sympatis (sistem saraf simpatis) dan

parasymphatis (sistem saraf parasimpatis).

Otak berada di dalam rongga tengkorak (cavum cranium) dan

dibungkus oleh selaput otak yang disebut meningen yang berfungsi untuk

melindungi struktur saraf terutama terhadap resiko benturan atau

guncangan. Meningen terdiri dari 3 lapisan yaitu duramater, arachnoid dan

piamater.

Sistem saraf pusat (Central Nervous System) terdiri dari :

Page 2: Lp Kejang Demam

a. Cerebrum (otak besar)

Merupakan bagian terbesar yang mengisi daerah anterior dan

superior rongga tengkorak di mana cerebrum ini mengisi cavum

cranialis anterior dan cavum cranialis media.

Cerebrum terdiri dari dua lapisan yaitu : Corteks cerebri dan

medulla cerebri. Fungsi dari cerebrum ialah pusat motorik, pusat

bicara, pusat sensorik, pusat pendengaran / auditorik, pusat penglihatan

/ visual, pusat pengecap dan pembau serta pusat pemikiran.

Sebagian kecil substansia gressia masuk ke dalam daerah

substansia alba sehingga tidak berada di corteks cerebri lagi tepi sudah

berada di dalam daerah medulla cerebri. Pada setiap hemisfer cerebri

inilah yang disebut sebagai ganglia basalis.

Yang termasuk pada ganglia basalis ini adalah :

1) Thalamus

Menerima semua impuls sensorik dari seluruh tubuh, kecuali

impuls pembau yang langsung sampai ke kortex cerebri. Fungsi

thalamus terutama penting untuk integrasi semua impuls sensorik.

Thalamus juga merupakan pusat panas dan rasa nyeri.

2) Hypothalamus

Terletak di inferior thalamus, di dasar ventrikel III

hypothalamus terdiri dari beberapa nukleus yang masing-masing

mempunyai kegiatan fisiologi yang berbeda. Hypothalamus

merupakan daerah penting untuk mengatur fungsi alat demam

seperti mengatur metabolisme, alat genital, tidur dan bangun, suhu

tubuh, rasa lapar dan haus, saraf otonom dan sebagainya. Bila

terjadi gangguan pada tubuh, maka akan terjadi perubahan-

perubahan. Seperti pada kasus kejang demam, hypothalamus

berperan penting dalam proses tersebut karena fungsinya yang

mengatur keseimbangan suhu tubuh terganggu akibat adanya

proses-proses patologik ekstrakranium.

3) Formation Reticularis

Page 3: Lp Kejang Demam

Terletak di inferior dari hypothalamus sampai daerah batang

otak (superior dan pons varoli) ia berperan untuk mempengaruhi

aktifitas cortex cerebri di mana pada daerah formatio reticularis ini

terjadi stimulasi / rangsangan dan penekanan impuls yang akan

dikirim ke cortex cerebri.

b. Serebellum

Merupakan bagian terbesar dari otak belakang yang menempati

fossa cranial posterior. Terletak di superior dan inferior dari cerebrum

yang berfungsi sebagai pusat koordinasi kontraksi otot rangka.

System saraf tepi (nervus cranialis) adalah saraf yang langsung

keluar dari otak atau batang otak dan mensarafi organ tertentu. Nervus

cranialis ada 12 pasang :

1) N. I : Nervus Olfaktorius

2) N. II : Nervus Optikus

3) N. III : Nervus Okulamotorius

4) N. IV : Nervus Troklearis

5) N. V : Nervus Trigeminus

6) N. VI : Nervus Abducen

7) N. VII : Nervus Fasialis

8) N. VIII : Nervus Akustikus

9) N. IX : Nervus Glossofaringeus

10) N. X : Nervus Vagus

11) N. XI : Nervus Accesorius

12) N. XII : Nervus Hipoglosus.

System saraf otonom ini tergantung dari system sistema saraf

pusat dan system saraf otonom dihubungkan dengan urat-urat saraf

aferent dan efferent. Menurut fungsinya system saraf otonom ada 2 di

mana keduanya mempunyai serat pre dan post ganglionik yaitu system

simpatis dan parasimpatis.

Yang termasuk dalam system saraf simpatis adalah :

1) Pusat saraf di medulla servikalis, torakalis, lumbal dan seterusnya

Page 4: Lp Kejang Demam

2) Ganglion simpatis dan serabut-serabutnya yang disebut trunkus

symphatis

3) Pleksus pre vertebral : Post ganglionik yg dicabangkan dari

ganglion kolateral.

System saraf parasimpatis ada 2 bagian yaitu :

Serabut saraf yang dicabagkan dari medulla spinalis:

1. Serabut saraf yang dicabangkan dari otak atau batang

otak

2. Serabut saraf yang dicabangkan dari medulla spinalis.

3. Etiologi

Penyebab Febrile Convulsion hingga kini belum diketahui dengan

Pasti, demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis

media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak

selalu tinbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak

begitu tinggi dapat menyebabkan kejang (Mansjoer, 2000).

Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami hipoksemia

(penurunan oksigen dalam darah) berat, hipoglikemia, asodemia,

alkalemia, dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi. Kejang yang

disebabkan oleh gangguan metabolik bersifat reversibel apabila stimulus

pencetusnya dihilangkan (Corwin, 2001).

4. Patofisiologi

Sel neuron dikelilingi oleh suatu membran. Dalam keadaan normal

membran sel neuron dapat dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium

dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan ion lain, kecuali ion clorida.

Akibatnya konsentrasi natrium menurun sedangkan di luar sel neuron

terjadi keadaan sebaliknya.

Dengan perbedaan jenis konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka

terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dan ini dapat

dirubah dengan adanya :

a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler

b. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya

mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya

Page 5: Lp Kejang Demam

c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena

penyakit atau keturunan.

Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan

keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi

dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat

terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya

sehingga meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya

sehingga terjadi kejang.

Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda, tergantung dari

tinggi rendahnya ambang kejang tersebut. Pada anak dengan ambang

kejang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38 C, sedang pada ambang

kejang tinggi baru terjadi pada suhu 40 C atau lebih. Untuk lebih jelas

dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

Page 6: Lp Kejang Demam

Kejang demam

Inflamasi

Infeksi

Peningkatan suhu tubuh

Metabolisme basal meningkat

Kebutuhan O2 meningkat

Glukosa ke otak menurun

Perubahan konsentrasi dan jenis ion

di dalam dan di luar sel

Difusi ion Na+ dan K+

Kejang

Durasi pendek Durasi lama

Sembuh Apnea

O2 menurun

Kebutuhan O2 meningkat

Hipoxemia

Aktivitas otot meningkat

Hiperkapnia

Hipotensi arterial

Page 7: Lp Kejang Demam

Hipoxia

Permeabilitas meningkat

Edema otak

Kerusakan sel neuron otak

Epilepsi

5. Tanda dan Gejala

Secara teoritis pada klien dengan Kejang Demam didapatkan data-data

antara lain klien kurang selera makan (anoreksia), klien tampak gelisah,

badan klien panas dan berkeringat, mukosa bibir kering (Ngastiyah, 1997).

6. Komplikasi

Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya

terjadi hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang

terjadi. Mula – mula kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu

timbul spastisitas.

Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan

anatomis di otak sehingga terjadi epilepsy.

Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan

kejang demam :

a. Pneumonia aspirasi

b. Asfiksia

c. Retardasi mental

Page 8: Lp Kejang Demam

7. Penatalaksanaan / Pengobatan

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :

a. Memberantas kejang secepat mungkin

Bila penderita datang dalam keadaan status convulsion, obat

pilihan utama adalah diazepam secara intravena. Apabila diazepam

tidak tersedia dapat diberikan fenobarbital secara intramuskulus.

b. Pengobatan Penunjang

Semua pakaian yang ketat dibuka. Posisi kepala sebaiknya miring

untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan jalan nafas bebas agar

oksigen terjamin, penghisapan lendir secara teratur dan pengobatan

ditambah dengan pemberian oksigen. Tanda – tanda vital diobservasi

secara ketat, cairan intravena diberikan dengan monitoring.

c. Pengobatan di rumah

Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumah.

Pengobatan ini dibagi atas 2 golongan yaitu :

1) Profilaksis intermitten

Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari

diberikan obat campuran anti konvulsan dan anti piretik yang harus

diberikan pada anak bila menderita demam lagi

2) Profilaksis jangka panjang

Gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang

stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah

terulangnya kejang di kemudian hari.

d. Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab dari kejang demam baik sederhana maupun epilepsy

yang diprovokasi oleh demam, biasanya infeksi traktus respiratorius

bagian atas dan otitis media akut.

Page 9: Lp Kejang Demam

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Media

Aesculapius, Jakarta

Doenges, Marillyn E, dkk (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa

Keperawatan, EGC, Jakarta

Doenges, Marillyn E, et all (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,

EGC, Jakarta

Gaffar, La Ode Jumadi (1997), Pengantar Keperawatan Profesional, EGC,

Jakarta

Hasan, Dr. Rusepno (1995), Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta

Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Pusponegoro, Titut S., dkk (2000) Perinatologi, EGC, Jakarta

Saifuddin (1997), Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, EGC, Jakarta

Susan Martin, dkk (1998), Standar Perawatan Pasien, Proses Keperawatan,

Diagnosa dan Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta

Sylvia A. Price, dkk (1995), Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4,

EGC, Jakarta

Page 10: Lp Kejang Demam