lp kehamilan etopik terganggu

20
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST OPERASI LAPAROTOMI DENGAN KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU DI RUANG ANGGREK RST dr. SOEJONO MAGELANG PENYUSUN: CATUR SINGGIH MAHARDIKA, S.Kep 3213036 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2013

Upload: daffaa-mahardika

Post on 26-Nov-2015

258 views

Category:

Documents


34 download

DESCRIPTION

KET

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Kehamilan Etopik Terganggu

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST OPERASI

LAPAROTOMI DENGAN KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGUDI RUANG ANGGREK RST dr. SOEJONO MAGELANG

PENYUSUN:CATUR SINGGIH MAHARDIKA, S.Kep

3213036

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

2013

Page 2: Lp Kehamilan Etopik Terganggu

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST OPERASI LAPAROTOMI DENGAN KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU

DI RUANG ANGGREK RST dr. SOEJONO MAGELANG

Disahkan Pada :

Hari/Tanggal :

Oleh :

Pembimbing Klinik, Mahasiswa,

( ) (Catur Singgih Mahardika,

S.Kep)

Pembimbing Akademik,

( )

Page 3: Lp Kehamilan Etopik Terganggu

KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU

A. Definisi

1. Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi,

tumbuh dan berkembang diluar endometrium kavum uteri. Bila kehamilan

tersebut mengalami proses pengakhiran (abortus) maka disebut kehamilan

ektopik terganggu (KET). (Achadiat, 2004)

2. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi terjadi diluar

endometrium kavum uteri. Hamper 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba

uteria. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau rupture apabila masa

kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya tuba)

dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu. (Saifudin, dkk,

2006)

3. Suatu kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi di lokasi-

lokasi selain cavum uteri, seperti ovarium, tuba, seviks, bahkan rongga

abdomen. Istilah kehamilan ektopik terganggu (KET). Merujuk pada keadaan

dimana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus

maupun rupture yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien.

(Anik Maryunani. Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan, 2009)

B. Kehamilan Ektopik Terganggu

Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak (akut) biasanya

tidak sulit. Keluhan yang sering disampaikanadalah haid yang terlambat untuk

beberapa waktu atau terjadi gangguan siklus haid disertai nyeri perut bagian

bawah dan tenesmus. Dapat terjadi perdarahan vagina.

Yang menonjol adalah penderita tampak kesakitan, pucat dan pada

pemeriksaan ditemukan tanda-tanda syokserta perdarahan dalam rongga perut.

Pada pemeriksaan ginekologikditemukan serviksyang nyeri bila digerakkan dan

Cavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba.

Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan ektopik terganggu jenis

atipik atau menahun. Kelambatan haid tidak jelas, tanda dan gejala kehamilan

muda tidaktidak jelas, demikian pula nyeri perut tidak nyata dan sering penderita

Page 4: Lp Kehamilan Etopik Terganggu

tampak tidak terlalu pucat. Hal ini dapat terjadi apabila perdarahan pada

kehamilan ektopik yang terganggu berangsung lambat. Dalam keadaan demikian,

alat bantu diagnostic amat diperlukan untuk memastikan diagnostic. (Sarwono

Prawirohardjo, 2009)

C. Epidemologi

Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara

20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan

ektopik terjadi pada wanita 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan

tinggal didaerah dengan prevalensi gonore dan prevalensi tuberkulosa yang

tinggi.

(Wibowo, 2007)

D. Etiologi

Kehamilan ektopik terganggu dapat disebabkan oleh :

a. Faktor uterus

1) Tumor uterus yang menekan tuba

2) Uterus hipoplasia

3) Tuba sempit dan berlekuk – lekuk sering disertai dengan gangguan fungsi

silia endosalping

b. Faktor tuba

1) Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalping

2) Tuba sempit, panjang dan berlekuk – lekuk

3) Gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba

4) Diventrikel tuba dan kelainan konginetal lainnya

5) Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna (lumen tuba

menyempit)

c. Faktor ovum

1) Migrasi eksterna dari ovum

2) Perlekatan membrane granulose

3) Migrasi interna ovum

(Anik Maryunani. Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan, 2009 : 41)

d. Faktor lain

1) Hamil saat berusia lebih dari 35 tahun

2) Fertilisasi in vitro

Page 5: Lp Kehamilan Etopik Terganggu

3) Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

4) Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya

5) Infertilitas

6) Mioma uteri

7) Hidrosalping

(Rachimhadhi, 2005)

E. Patofisiologi

Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba (lokasi

tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium, rongga

abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada

sel kolumnar tuba maupun secara interkolumnar. Pada keadaan yang pertama,

zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot endosalping yang relatif sedikit

mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian diresorbsi.

Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua jonjot. Zigot

yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang

menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah

menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak

integritas pembuluh darah di tempat tersebut.

Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang, dan perkembangannya tersebut

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat

implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.

Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopik pun mengalami

hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda

kehamilan seperti tanda Hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometrium pun

berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometrium

menjadi hipertrofik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya

bervakuol. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella.Karena

tempat implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya

kehamilan, suatu saat kehamilan ektopik tersebut akan terkompromi.

Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah:

1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi

2. Abortus ke dalam lumen tuba

3. Ruptur dinding tuba.

(Anik Maryunani. Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan, 2009 : 39)

Page 6: Lp Kehamilan Etopik Terganggu

F. Pathway

Faktor Uterus Faktor Tuba Faktor Ovarium

Kehamilan Ektopik

Operasi Eksplorasi Laparatomi

Masalah Keperawatan :

G. Gejala Klinik

Trias gejala dan tanda dari kehamilan ektopik adalah riwayat keterlambatan

haid atau amenorrhea yang diikuti perdarahan abnormal (60-80%), nyeri

abdominal atau pelvik (95%). Biasanya kehamilan ektopik baru dapat ditegakkan

pada usia kehamilan 6 – 8 minggu saat timbulnya gejala tersebut di atas. Gejala

lain yang muncul biasanya sama seperti gejala pada kehamilan muda, seperti

mual, rasa penuh pada payudara, lemah, nyeri bahu, dan dispareunia. Selain itu

pada pemeriksaan fisik didapatkan pelvic tenderness, pembesaran uterus dan

massa adneksa (Saifiddin, 2002; Cunninghametal, 2005).

Dikenal dengan sebutan “trias” adapun gejala kliniknya adalah :

a. Amenorhoe

Lamanya amenorhoe bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa bulan.

Dengan amenorhoe terdapat tanda hamil muda yaitu : morning sickness,

mual-mual, perasaan ngidam .

b. Terjadi nyeri abdomen

Nyeri abdomen disebabkan kehamilan tuba yang pecah. Rasa nyeri dapat

menjalar keseluruhan abdomen tergantung dari perdarahan didalamnya. Bila

rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma dapat terjadi nyeri

didaerah bahu. Bila darahnya membentuk hematokel yaitu timbunan

didaerah Cavum Dauglass akan terjadi rasa nyeri dibagian bawah dan saat

buang air besar.

kerusakan integritas jaringan.Kurang pengetahuan

Resiko infeksi

Nyeri

Page 7: Lp Kehamilan Etopik Terganggu

c. Perdarahan

Terjadinya abortus atau rupture kehamilan tuba terdapat pendarahan kedalam

cavum abdomen dalam jumlah yang bervariasi. Darah yang tertimbun dalam

cavum abdomen tidak berfungsi sehingga terjadi gangguan dalam sirkulasi

umum yang menyebabkan nadi meningkat, tekanan darah menurun, sampai

jatuh kedalam ke keadaan syok. Hilangnya darah dari peredaran darah umum

yang mengakibatkan penderita tampak anemia, ekstrimitas dingin,

berkeringan dingin, kesadaran menurun dan pada abdomen terdapat tumpukan

darah. Setelah kehamilannya mati, desidua dalam cavum uteri dikeluarkan

dalam bentuk desidua seperti seluruhnya dikeluarkan bersama dalam bentuk

perdarahan hitam seperti menstruasi. (Anik Maryunani. Asuhan

kegawatdaruratan dalam kebidanan, 2009)

H. Diagnosis Banding

Keadaan – keadaan patofisiologis baik didalam maupun di luar bidang

kebidanan dan kandungan (obstetric ginekologi) perlu dipikirkan sebagai

diagnosis banding kehamilan ektopik terganggu.

a. Kelainan di bidang kebidanan dan penyakit kandungan yang didiagnosis

banding dengan KET antara lain :

1) Abortus

2) Kista ovary juga terpuntir, pecah atau terinveksi baik dengan atau tanpa

kehamilan muda

2) Perdarahan uteri disfungsional atau metroraghia karena kelainan

ginekologik atau organic lainnya

3) Endometriosis

4) Salpingitis

5) Rupture kista kiteal

6) Penyakit trofoblastik gestasional

b. Kelainan atau penyakit diluar bidang kebidanan dan penyakit di luar bidang

kebidanan dan penyakit kandungan yang manifestasinya menyerupai KET

adalah :

1) Apendisitis

2) Penyakit radang panggul

(Anik Maryunani. Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan, 2009)

Page 8: Lp Kehamilan Etopik Terganggu

I. Alat Bantu Diagnostik

1. Tes kehamilan

Yang dimaksut tes kehamilan disini adalah reaksi imunologik untuk

mengetahui ada atau tidaknya hormone human chorionic gonadotropin (HCG)

dalam air kemih.

2. Kuldosentesis

Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam

kavum Douglas ada darah atau cairan lain. Cara ini tidak digunakan pada

kehamilan ektopik belum terganggu.

A. Teknik

1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.

2. Vuva dan vagina dibesihkan dengan antiseptic.

3. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan

tenakulum, kemudian dilakukan traksi ke depan swhingga forniks

posterior ditampakkan.

4. Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan

sempit 10 ml dilakukan pengisapan.

B. Hasil

1. Positif

Apabila dikeluarkan darah tua berwarna coklat sampai hitam yang

tidak membeku, atau yang berupa bekuan kecil-kecil. Darah ini

menunjukkan adanya hematokel retrouterin. Untuk memudahkan sifat

pengamatan sifat darah, sebaiknya darah yang dihisap disemprotkan

pada kain kasa.

2. Negative

Apabila cairan yang dihisap bersifat :

a) Cairan jernih, yang mungkin berasal dari cairan peritoneum

normal atau kista ovarium yang pecah.

b) Nanah, yang mungkin berasal dari penyakit radang pelviks atau

radang apendiks yang pecah (nanah harus dikultur).

c) Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan

membeku, darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk.

Page 9: Lp Kehamilan Etopik Terganggu

3. Nondiagnostik

Apabila pada pengisapan tidak berhasil dikeluarkan darah atau cara

lain.

3. Ultrasonografi

Aspek yang terpenting dalam penggunaan ultrasonografi pada penderita yang

diduga mengalami kehamilan ektopik adalah evaluasi uterus. Atas dasar

pertimbangan bahwa kemungkinan kehamilan ektopik yang terjadi bersama-

sama kehamilan uterin adalah 1:30.000 kasus, maka dalam segi praktis, maka

dalam segi praktis dapat dikatakan bahwa apabila dalam pemeriksaan

ultrasonografi ditemukan kantung gestasi intrauterine, kemungkinan

kehamilan ektopik dapat disingkirkan.

4. Laparoskopi

Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir unntuk

kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic yang lain

menragukan. Melalui prosedur laparoskopik, lat kandungan dalam dapat

dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum

Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin

mempersulit vistualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk

dilakukanlaparotomi. (Srawono Prawirohardjo, Ilmu Bedah Kebidanan, 2009)

J. Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik Terganggu

Bagaimana sikap bidan / perawatan kebidanan dalam menggapai

kahamilan ektopik terganggu, Kehamilan ektopik tergantung merupakan

masalah klinis yang memerlukan penanganan spesialistik, sehingga rujukan

merupakan langkah yang sangat penting. Dengan gambaran klinis kehamilan

ektopik terganggu, kiranya bidan dapat menegakkan diagnosis

kemungkinannya sehingga sikap yang paling baik diambil adalah segera

merujuk penderita (ibu) kefasilitas yang lebih lengkap seperti puskesmas,

dokter atau langsung ke rumah sakit. Sebagai gambaran penanganan

spesialistis tersebut yang akan dilakukan adalah penatalaksanakaan kehamilan

ektopik terganggu tergantung dalam beberapa hal, antara lain : lokasi

kehamilan dan tampilan klinis. Sebagai contoh, penatalaksanaan kehamilan

tuba berbeda dari penatalaksanaan kehamilan abdominal. Selain itu, perlu

dibedakan pula penatalaksanaan kehamilan ektopik yang belum terganggu dari

Page 10: Lp Kehamilan Etopik Terganggu

kehamilan ektopik terganggu. Tentu saja penatalaksanaan penderita dengan

kehamilan ektopik yang belum terganggu berbeda dengan penatalaksanaan

dengan kehamilan ektopik yang menyebabkan syok.

Adapun prinsip umum penatalaksanaan kehamilan ektopik adalah sebagai

berikut :

a. Segera rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap (rumah sakit)

b. Obtimalisasi keadaan umum ibu dengan pemberian cairan dan trasfusi

darah untuk mengkoreksi hipofolemia dan anemia, pemberian oksigen

atau bila dicurigai ada infeksi deberi juga antibiotic (pada keadaan syok

segera diberikan infuse cairan dan oksigen sambil menunggu darah.

Kondisi penderita harus diperbaiki, control tekanan darah, nadi dan

pernafasan).

c. Penatalaksanaan yang ideal adalah menghentikan sumber perdarahan segera

dengan penatalaksanaan bedah (operasi/laparatomi) setelah diagnosis

dipastikan.

(Anik Maryunani, Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan, 2009)

K. Penangana Kehamilan Ektopik Terganggu

1. Upaya stabilisasi dengan merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid

NS atau RL (500ml dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam

pertama.

2. Kemoterapi. Kriteria khusus diobati dengan cara ini kehamilan di pars

ampullaris tuba belum pecah, diameter kantung gestasi ≤ 4 cm, perdarahan

dalam rongga perut ≤ 100ml, tanda vital baik dan stabil. Obat yang

digunakan metotrexate 1mg/kg IV dan sitrovorum vactor 0,1mg/kg IM

berselang-seling setiap hari selama

8 hari.

3. Kuretase.

4. Laparatomi. Memperhatikan berbagai hal diantaranya kondisi penderita,

keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik,

kondisi anatomik organ pelvik, kemampuan teknik bedah micro dokter

operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi in vitro setempat.

5. Salpingektomia. Pada kondisi yang buruk seperti syok.

Page 11: Lp Kehamilan Etopik Terganggu

L. Asuhan keperwatan

1. Pengkajian

a. Biodata

b. Riwayat Kehamilan

2. Diagnosa keperawatan

a) Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder

akibat sectio caesaria ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada

daerah bekas operasi.

b) Ansietas yang berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang

dirasakan dari kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien

mengatakan sulit tidur

3. Rencana keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder

akibat sectio caesaria ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah

bekas operasi

  Tujuan : Nyeri berkurang

  Intervensi :

a) Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal

dan non verbal setiap 6 jam

b) Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 6 jam

c) Kaji stress psikologis ibu dan respons emosional terhadap kejadian

d) Terapkan tehnik distraksi (berbincang-bincang)

e) Ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) dan sarankan untuk

mengulangi bila merasa nyeri

f) Beri dan biarkan pasien memilih posisi yang nyaman

g) Kolaborasi dalam pemberian analgetika.

  Rasional

a. Menentukan tindak lanjut intervensi.

b. Nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah meningkat,

nadi, pernafasan meningkat

c. Ansietas sebagai respon terhadap situasi dapat memperberat

ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan dan nyeri.

d. Mengalihkan perhatian dari rasa nyeri

Page 12: Lp Kehamilan Etopik Terganggu

e. Relaksasi mengurangi ketegangan otot-otot sehingga

nmengurangi penekanan dan nyeri.

f. Mengurangi keteganagan area nyeri.

g. Analgetika akan mencapai pusat rasa nyeri dan menimbulkan

penghilangan nyeri.

b. Ansietas yang berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang

dirasakan dari kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien

mengatakan sulit tidur

  Tujuan :

Ansietas berkurang, pasien dapat menggunakan sumber/system

pendukung dengan efektif.

  Intervensi :

a. Kaji respons psikologi pada kejadian dan ketersediaan sitem

pendukung.

b. Tetap bersama ibu, dan tetap bicara perlahan, tunjukan empati.

c. Beri penguatan aspek positif pada dari ibu

d. Anjurkan ibu pengungkapkan atau mengekspresikan perasaan.

e. Dukung atau arahkan kembali mekanisme koping yang

diekspresikan.

f. Berikan masa privasi terhadap rangsangan lingkungan seperti

jumlah orang yang ada sesuai keinginan ibu.

  Rasional

a. Makin ibu merasakan ancaman, makin besar tingkat ansietas.

b. Membantu membatasi transmisi ansietas interpersonal dan

mendemonstrasakan perhatian terhadap ibu/pasangan.

c. Membantu membawa ancaman yang dirasakan/actual ke dalam

perspektif.

d. Membantu mengidentifikasikan perasaan dan memberikan

kesempatan untuk mengatasi perasaan ambivalen atau berduka.

Ibu dapat merasakan ancaman emosional pada harga dirinya

karena perasaannya bahwa ia telah gagal, wanita yang lemah.

e. Mendukung mekanisme koping dasar dan otomatis meningkatkan

kepercayaan diri serta penerimaan dan menurunkan ansietas.

Page 13: Lp Kehamilan Etopik Terganggu

f. Memungkinkan kesempatan bagi ibu untuk memperoleh

informasi, menyusun sumber-sumber, dan mengatasi cemas

dengan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : PT.

Bina Ustaka Sarwono Prawirohardjo

Achadiat, M. 2004. Prosedur tetap obstetr & genekologi. Jkarta: EGC

Marmi, Dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Bedah. Jakarta : PT. Bina Ustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal

Neonatal. JHPIEGO. Jakarta. 

Rachimhadhi T. 2005. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi I.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta : CV.

Trans Info Media

Cunningham, F, G, Mc. Donal Pc. Gant Nf, 2005. Obstetri William. Edisi ke 18. EGC. Jakarta.

Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal Dan Patologi.

Yogyakarta : Nuha Medika