lp ekstraksi forsep

25
EKSTRAKSI FORSEP/CUNAM Definisi Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang dikepalanya. Forsep mempunyai sejarah yang panjang. Mulai dengan penemuan Albucasis pada tahun 1112, yang lengkungannya mempunyai gigi, sehingga hanya dipakai untuk janin yang telah amti. Selanjutnya Chamberlein pada abad 17 menemukan forsep yang hanya mempunyai lengkungan kepala saja. Forsep Chamberlein dikembangkan oleh Kiellan. Lengkungan pelvis dikembangkan oleh Levret pada tahun 1747 dan Smellie pada tahun 1751 dan selanjutnya disempurnakan menjadi forsep Naegle. Prinsip forsep adalah: a. kedua daun forsep dapat dipisahkan, kanan dan kiri. b. terjadi persilangan saat mengunci. c. setiap daun forsep mempunyai: blade-pemegang kepala dengan pintunya tangkai kunci pemegang untuk melakukan tarikan d. daun forsep mempunyai: lengkungan kepala untuk menjepit. lengkungan pelvis sesuai denngan jalan lahir. e. bentuk kuncinya sistem Inggris tanpa menyangga, dapat bergeser. sistem Prancis, dengan penyangga, tidak mungkin bergeser. Fungsi forsep Fungsi forsep yang sampai sekarang masih berlaku ialah: 1. esktraktor 2. rotator 3. ekstraktor dan rotator bersama-sama Pemilihan jenis cunam yang akan dipakai hendaknya disesuaikan dengan fungsi cunam Tujuan pertolongan persalinan forsep: 1. melakukan putaran sehingga hipomoklion terletak pada posisi yang tepat 2. tarikan untuk pertolongan persalinan Bentuk dan bagian-bagian forsep

Upload: abdul-aziz

Post on 01-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

maternitas

TRANSCRIPT

EKSTRAKSI FORSEP/CUNAMDefinisi

Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang dikepalanya.

Forsep mempunyai sejarah yang panjang. Mulai dengan penemuan Albucasis pada tahun 1112, yang lengkungannya mempunyai gigi, sehingga hanya dipakai untuk janin yang telah amti. Selanjutnya Chamberlein pada abad 17 menemukan forsep yang hanya mempunyai lengkungan kepala saja. Forsep Chamberlein dikembangkan oleh Kiellan. Lengkungan pelvis dikembangkan oleh Levret pada tahun 1747 dan Smellie pada tahun 1751 dan selanjutnya disempurnakan menjadi forsep Naegle.

Prinsip forsep adalah:a. kedua daun forsep dapat dipisahkan, kanan dan kiri.b. terjadi persilangan saat mengunci.c. setiap daun forsep mempunyai:

blade-pemegang kepala dengan pintunya tangkai kunci pemegang untuk melakukan tarikan

d. daun forsep mempunyai: lengkungan kepala untuk menjepit. lengkungan pelvis sesuai denngan jalan lahir.

e. bentuk kuncinya sistem Inggris tanpa menyangga, dapat bergeser. sistem Prancis, dengan penyangga, tidak mungkin bergeser.

Fungsi forsepFungsi forsep yang sampai sekarang masih berlaku ialah:

1. esktraktor2. rotator3. ekstraktor dan rotator bersama-sama

Pemilihan jenis cunam yang akan dipakai hendaknya disesuaikan dengan fungsi cunamTujuan pertolongan persalinan forsep:1. melakukan putaran sehingga hipomoklion terletak pada posisi yang tepat2. tarikan untuk pertolongan persalinan

Bentuk dan bagian-bagian forsep1. Sepasang cunam terdiri dari 2 sendok, yaitu sendok kiri dan sendok kanan. Sendok kiri

ialah sendok yang dipegang oleh tangan kiri dan diletakkan dis ebelah kiri panggul ibu. Sendok kanan ialah sendok yang dipegang oleh tangan kanan dan diletakkan dise belah kanan panggul ibu.

2. Sendok cunam mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:a. Daun cunam.

Bagian yang dipakai untuk mencengkam kepala janin. Umumnya mempunyai 2 lengkungan, yaitu lengkungan panggul (pelvic carve) ialah lengkungan daun cunam yang sdisesuaikan dengan lengkungan panggul dan lengkungan kepala (chepalic curve) ialah lengkungan daun cunam yang disesuaikan dengan lengkungan kepala janin.

Contoh daun cunam yang mempunyai lengkungan panggul dan hanya mempunyai lengkungan kepala saja, yaitu pada cunam Kielland.Daun cunam dapat berlubang (fenstra) misalnya cunam Simpson dan cunam Naegele, dan solid, misalnya cunam Tucker Mc. Lane. Daun cunam yang solid dapat mencekam kepala lebih kuat.

b. Tangkai cunam (shank)Bagian antara daun dan kunci cunam. Terdiri 2 macam : tangkai terbuka dan tangkai tertutup

c. Kunci cunam (lock)Terdiri dari:Kunci Prancis : tangkai cunam dipersilangkan kemudian disekrup.Kunci Inggris : kedua tangkai cunam disilangkan dan dikunci dengan cara kait mengkait (interlocking) misalnya cunam Naegele.Kunci Jerman : bentuk kunci cunam yang merupakan kombinasi antara bentuk kunci Perancis dan kunci Inggris, misalnya cunam Simpson.Kunci Norwegia : bentuk kunci cunam yang dapat diluncurkan (slidinglock) misalnya cunam Kielland.

d. Pemegang cunam (handle)Bagian yang dipakai memegang pada waktu ekstraksi.

Jenis forsep berdasarkan bentuknya :1. Tipe Simpson

Bentuk cunam ini mempunyai tangkai cunam yang terbuka, sehingga lengkungan kepala lebih mendatar dan lebih besar. Bentuk cunam ini baik untuk kepala janin yang sudah mengalami moulase.

2. Tipe ElliotBentuk tipe cunam ini mempunyai tangkai yang tertutup, sehingga lengkungan kepala lebih bundar dan lebih sempit. Cunam jenis ini baik untuk kepala yang bundar dan belum mengalami moulase.

3. Tipe khususAda bentuk khusus cunam, misalnya: cunam Piper yang dipakai untuk melahirkan kepala janin pada letak sungsang.

EtiologiMelakukan tindakan ekstraksi forsep perlu memperhitungkan petunjuk (indikasi) yang tepat,

sehingga komplikasinya ringan. Indikasi pertolongan ekstraksi forsep adalah:1. Indikasi Ibu

a. Persalinan distosia (kemacetan persalinan) persalinan terlantar rupture uteri imminen kala dua lama

b. Profilaksis penyakit sistemik ibu gestosis hipertensi penyakit jantung penyakit paru-paru

2. Indikasi Bayia. Distres janin

b. Kedudukan ganda kepala dengan anggota badan (ekstremitas) prolapsus funikuli

3. Indikasi Waktua. Indikasi Pinard

2 jam mengejan tidak lahirb. Modifikasi Remeltz

setelah kepala di dasar panggul diberikan 5 unit oksitosin tunggu 1 jam tidak lahir dilakukan ekstraksi forsep

Tindakan Pertolongan Persalinan ForsepBentuk persalinan forsep dapat dibagi menjadi:

1. forsep rendah dilakukan setelah kepala bayi mencapai Hodge III atau lebih kepala bayi mendorong perineum, forsep dilakukan dengan ringan disebutkan outlet

forsep2. forsep tengah

pada kedudukan kepala antara Hodge II/III salah satu bentuk forsep tengah adalah forsep percobaan untuk membuktikan

disproporsi panggul dan kepala. Bila aplikasi dan tarikan forsep berat, membuktikan terdapat disproporsi kepala-panggul. Forsep percobaan dapat diganti dengan ekstraksi vakum.

3. forsep tinggi dilakukan pada kedudukan kepala di antara Hodge I/II forsep tinggi sudah diganti dengan seksio sesarea

Aplikasi Ekstraksi Forsep1. Persiapan

a. persiapan untuk ibu1. posisi lithotomic2. rambut vulva dicukur3. kandung kemih dan rectum dikosongkan4. desinfeksi vulva5. infuse bila diperlukan6. narcosis bila diperlukan7. kain penutup pembedahan8. gunting episiotomi9. alat-alat untuk menjahit robekan jalan lahir10. uterotonika

b. persiapan untuk janin1. alat-alat pertolongan persalinan2. alat penghisap lendir3. oksigen4. alat-alat untuk resusitasi bayi

c. persiapan untuk penolong1. mencuci tangan2. sarung tangan suci hama3. baju operasi suci hama

2. ProsedurUntuk meningkatkan keamanan operasi ekstraksi forsep hanya pada letak belakang kepala dalam operasi forsep rendah. Daun forsep dipasang melintang terhadap kepala dan melintang terhadap jalan lahir.Aplikasi forsep dapat dilakukan sebagai berikut:1. Operator membayangkan pemasangan daun forsep melintang terhadap kepala bayi

dan melintang terhadap jalan lahir.2. Daun forsep kiri dipasang di sebelah kiri penderita dan dipegang oleh tangan kiri.3. Pemasangan daun forsep kanan dengan tangan kanan dan dipasang di sebelah kanan

penderita.4. Teknik pemasangan daun forsep sebagai berikut:

Dua jari tangan kanan masuk vagina sedalam mungkin Forsep dipegang tangan kiri seolah-olah memegang pensil, dengan gagang forsep

berada di atas pelipatan paha. Daun forsep dipasang dengan tuntutan dua jari kanan Daun forsep didorong perlahan-lahan, sampai lengkungan forsep berada di tulang

parietalis Setelah terpasang gagang forsep dijepit antara jari amnis dan kelingking tangan

kiri. Dua jari tangan kiri dimasukkan ke dalam liang senggama. Forsep kanan

dipegang dengan cara sama seperti forsep kiri, dimasukkan dengan tuntunan dua jari tangan kiri.

Setelah kedua forsep ditempatkan sesuai dengan posisinya, forsep dikunci. Setelah terkunci dilakukan evaluasi, guna mencari apakah tidak terdapat bagian

ibu (serviks) yang terjepit antara kepala janin dan daun forsep. Dilakukan tarikan percobaan, dengan ringan serta jari menyentuh kepala bayi Tarikan percobaan berhasil bila kepala bayi ikut tertarik Setelah tarikan percobaan berhasil, dilakukan tarikan definitive dengan

melakukan tarikan cunam ke abwah sehingga hpomoklion berada di bawah simfisis

Dilakukan tarikan ke atas untuk melahirkan ubun-ubun besar, hidung, muka-dagu, kepala bayi seluruhnya.

Setelah kepala lahir daun forsep dilepaskan Kepala diberikan kesempatan untuk melakukan putar paksi luar Kepala bayi ditarik curam ke bawah dank e atas untuk melahirkan bahu depan dan

bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikaitkan untuk emlahirkan badan bayi Lendir pada jalan nafas dibersihkan Setelah bayi menangis tali pusat dipotong dan bayi diserahkan untuk drawat

sebagaimana mestinya Persalinan plasenta ditunggu sampai terdapat tanda lepasnya plasenta atau

dilakukan tes plasenta lepas dengan metode Kustner, Straassman, Klein, atau Manuaba.

Plasenta dilahirkan dengan tekanan ringan pada fundus uteri secara Crese atau dengan plasenta manual.

Dilakukan eksplorasi ke dalam rahim untuk mencari kemungkinan rupture uteri, sisa plasenta, atau membrane.

Selanjutnya luka bekas episiotomi dijahit kembali Pada kala IV dilakukan observasi intensif terhadap kesadaran penderita; tekanan

darah; nadi; pernapasan; dan suhu; kontraksi rahim untuk menhentikan perdarahan; pengeluaran darah dari vagina atau luka episiotomi.

Observasi dilakukan selama 2 jam. Bila semua berjalan dengan baik, penderita dipindahkan ke ruangan.

Komplikasi Ekstraksi ForsepA. Komplikasi langsung akibat aplikasi forsep dibagi menjadi:

1. Komplikasi ibuKomplikasi ibu bersumber dari “trias komplikasi” ibu.

a. perdarahan terjadi karena: Atonia uteri Retensio plasenta Trauma jalan lahir: rupture uteri, rupture serviks, robekan

forniks-kolpoforeksis, robekan vagina, hematoma luas, robekan perineum

b. infeksi terjadi karena: sudah terdapat sebelumnya Aplikasi alat menimbulkan infeksi Plasenta rest atau membrane bersifat benda asing, yang dapat

memudahkan infeksi dan menyebabkan subinvolusi uteri Saat melakukan pemeriksaan dalam

c. Robekan jalan lahir: ruptura uteri rupture serviks robekan forniks-kolpoforeksis robekan perineum sinfisiolisis

2. Komplikasi segera pada bayi: “Trias komplikasi bayi.”a. Asfiksia

terlalu lama di dasar panggul, terjadi rangsangan pernapasan menyebabkan aspirasi lender dan air ketuban

jepitan langsung forsep yang menimbulklan perdarahan intracranial, edema intracranial, kerusakan pusat vital di emdulla oblongata, trauma langsung jaringan otak.

a. Infeksi oleh karena infeksi pada ibu menjalar ke bayib. Trauma langsung forsep

fraktura tulang kepala dislokasi sutura tulang kepala: kerusakan pusat vital di medulla

oblongata, trauma langsung pada mata, telinga dan hidung, trauma langsung pada persendian tulang leher, gangguan fleksus brakialis/paralysis Erb

kerusakan saraf trigeminus dan fasialis

hematoma pada daerah tertekan B. Komplikasi kemudian atau terlambat

1. komplikasi terlambat untuk ibubersumber juga pada “tria komplikasi ibu” dengan penjabaran sebagai berikut:

a. Perdarahan Plasenta rest Atonia uteri sekunder Jahitan robekan jalan lahir yang terlepasb. Infeksi

Penyebaran infeksi makin meluasc. Tauma jalan lahir terjadi fistula vesiko-vaginal terjadi fistula rekto-vaginal terjadi fistula utero-vaginal

2. komplikasi terlambat pada bayia. Trauma ekstraksi forsep cacat karena aplikasi forsepb. Infeksi Infeksi yang berkembang menjadi sepsis dan dapat menyebabkan

kematian Ensefalitis sampai meningitisc. Gangguan susunan saraf pusat Trauma langsung pada susunan saraf pusat dapat menimbulkan

gangguan intelektual Gangguan pendengaran dan keseimbangan

PatofisiologiAdanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi forsep/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Untuk melahirkan secara per vaginam maka perlu tindakan ekstraksi vacum/forsep. Tindakan ekstraksi foesep/vacuum menyebabkan terjadinya laserasi pada servuk uteri dan vagina ibu. Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan intrakranial.WOCTerlampirTerapiPada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan postpartum biasa, hanya memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat karena kemungkinan terjadinya trias komplikasi lebih besar, yaitu perdarahan, robekan jalan lahir, dan infeksi. Oleh karena itu, perawatan setelah ekstraksi forsep memerlukan profilaksis pemberian infus sampai terjadi keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi otot rahim menjadi kuat, dan pemberian antibiotika untuk menghindari infeksi.Yang cukup penting untuk diperhatikan adalah kemungkinan terjadi “fistel”, sehingga memerlukan pemasangan dauer kateter selama tiga sampai lima hari. Fistel vesiko-vaginal, rekto-vaginal merupakan komplikasi yang serius dan memerlukan tindakan operasi yang sulit.

Pertimbangan KeperawatanPerawat menyiapkan forsep yang ditentukan dokter. Denyut jantung janin diperiksa, dilaporkan, dan dicatat sebelum forsep dipasang. Ibu diberi informasi bahwa bilah forsep akan digunakan seperti dua sendok makan yang mengelilingi telur. Bilah ini akan masuk sampai ke telinga bayi.denyut jantung janin akan diperiksa kembali, dilaporkan, dan dicatat sebelum traksi dipasang setelah forsep dipasang. Penekanann tali pusat di antara kepala dan forsep akan menyebabkan frekuensi denyut jantung janin turun mendadak. Dokter kemudian akan melepas dan memasang kembali forsep tersebut.Pemeriksaan FisikA Keadaan umum

* Kesadaran* TTV : Tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu

B.Keadaan khusus (syarat-syarat ekstraksi forsep):1. Besar dan konsistensi kepala dalam batas normal2. Janin dapat lahir pervaginam (tidak ada disproporsi sefalopelvik)3. Pembukaan serviks lengkap4. Kepala janin sudah cakap (mencapai letak = sudah terjadi engagement)5. Kepala janin harus dapat dipegang oleh cunam6. Janin hidup7. Ketuban sudah pecah/dipecahkan

EKSTRAKSI VAKUMDefinisi

Suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negative (vakum) pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse.Sejarah

Gagasan untuk melahirkan kepala janin dengan memakai tenaga vakum, mula-mula dipelajari oleh Young (1706) dari Inggris, yang kemudian secara berturut-turut dikembangkan oleh ahli-ahli obstetrik di negara-negara Eropa dalam bentuk yang bermacam-macam. Bentuk ekstraktor vakum bermacam-macam inti ternyata kurang popular dalam pemakaiannya, karena banyak hambatan-hambatan teknik. Akhirnya pada tahun 1952-1954 Tage Malmstrom dari Gothenberg, Swedia menciptakan ekstraktor vakum yang setelah emngalami percobaan-percobaan dan modifikasi dalam bentuknya, sejak tahun 1956 menjadi sangat populer dipakai dalam klinik-klnik obstetrik sampai saat ini. Bentuk dan Bagian-bagian Ekstraktor Vakum

1. Mangkuk (cup)Bagian yang dipakai untuk membuat kaput suksedaneum artifisialis. Dengan mangkuk inilah kepala diekstraksi. Diameter mangkuk : 3,4,5,6 cm. pada dinding belakang mangkuk terdapat tonjolan, untuk tanda letak denominator.

2. BotolTempat membuat tenaga negative (vakum). Apda tutup botol terdapat manometer, saluran menuju ke pompa pemghisap, dan saluran menuju ke mangkuk yang dilengkapi dengan pentil.

3. Karet Penghubung4. Rantai penghubung antara mangkuk dengan pemegang

5. Pemegang (extraction handle)6. Pompa Penghisap (vacuum pump)

EtiologiA. Ibu

memperpendek kala II. misalnya:a. Penyakit jantung kompensatab. Penyakit paru-paru fibrotik

waktu: kala II yang memanjang.B. Janin

gawat janin (masih kontroversi)Kontra Indikasi

A. Ibu Ruptura uteri membakat Pada penyakit-penyakit di mana ibu secara mutlak tidak boleh mengejan, misalnya

payah jantung, preeklamsia beratB. Janin

Letak muka After coming head Janin preterm

Komplikasi Ekstraksi vakumA. Ibu

1. Perdarahan2. Trauma jalan lahir3. Infeksi

B. Janin1. Ekskoriasi kulit kepala2. Sefalhematoma3. Subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat direabsorbsi tubuh janin. Bagi janin

yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus neonatorum yang agak berat.

4. Nekrosis kulit kepala (scapnecrosis), yang dapat menimbulkan alopesia. Prosedur Ekstraksi Vakum

1. Ibu tidur dalam posisi lithotomi2. Pada dasarnya tidak diperlukan narcosis umum. Bila pada waktu pemasangan mangkuk,

ibu mengeluh nyeri, dapat diberi anesthesia infiltrasi atau pudendal nerve block. Apabila dengan cara ini tidak berhasil, boleh diberi anesthesia inhalasi, namun hanya terbatas pada waktu memasang amngkuk saja.

3. Setelah semua bagian-bagian ekstraktor vakum terpasang, maka dipilih mangkuk yang sesuai dengan pembukaan serviks. Pada pembukaan serviks lengkap biasanya dipakai mangkuk nomor 5. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina dengan posisi miring dan dipasang pada bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Tonjolan pada mangkuk, diletakkan sesuai dengan letak denominator.

4. Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga -0,2 kg/cm2 dengan interval 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan adalah : -0,7 sampai -0,8 kg/cm2. ini membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 menit. Denagn adanya tenaga negatif ini, maka pada mangkuk akan terbentuk kaput suksedaneum artifisial (chignon).

5. Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang, apakah ada bagian-bagian jalan lahir yang ikut terjepit.

6. Bersamaan dengan timbulnya HIS, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik searah dengan arah sumbu panggul. Pada waktu melakukan tarikan ini ahrus ada koordinasi yang baik antara tangan kiri dan tangan kanan penolong.

7. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk, sedang tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada pemegang. Maksud tangan kiri menahan mangkuk ialah agar mangkuk selalu dalam posisi yang benar dan bila sewaktu-waktu mangkuk lepas, maka mangkuk tidak akan meloncat kea rah muka penolong.

8. Traksi dilakukan terus selama ada HIS dan ahrus mengikuti puaran apksi dalam, sampai akhirnya suboksiput berada di bawah simfisis. Bila HIS berhenti, maka traksi juga dihentikan. Berarti traksi dikerjakan secara intermitten, bersama-sama dengan HIS.

9. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk ke arah atas, sehingga kepala janin melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomoklion dan berturut-turut lahir bagian-bagian kepala sebagaimana lazimnya. Pada waktu kepala melakukan gerakan defleksi ini, maka tangan kiri penolong segera menahan perineum. Setelah kepala lahir, pentil dibuka, udara masuk ke dalam botol, tekanan negatif menjadi hilang, dan mangkuk lepas.

10. Bila diperlukan episiotomi, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk atau pada waktu kepala membuka vulva.

Kriteria Ekstraksi Vakum Gagal1. Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali.

Mangkuk lepas pada waktu traksi, kemungkinan disebabkan:a. tenaga vakum terlalu rendahb. tenaga negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput suksedaneum

sempurna yang mengisi seluruh mangkuk.c. selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga mangkuk tidak

dapat mencengkam dengan baik.d. bagian-bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada yang terjepit ke dalam mangkuk.e. kedua tangan kiri dan tangan kanan penolong tidak bekerja sama dengan baik f. traksi terlalu kuatg. cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung.h. adanya dispropporsi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas pada waktu traksi, harus

diteliti satu persatu kemungkinan-kemungkinan di atas dan diusahakan melakukan koreksi.

2. Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, janin tidak lahir. PatofisiologiAdanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi forsep/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Untuk melahirkan secara per vaginam maka perlu tindakan ekstraksi vacum/forsep. Tindakan ekstraksi foesep/vacuum menyebabkan terjadinya laserasi pada servuk uteri dan vagina ibu. Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan intrakranial.

WOCTerlampirTerapiPada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan postpartum biasa, hanya memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat karena kemungkinan terjadinya komplikasi lebih besar, yaitu perdarahan, robekan jalan lahir, dan infeksi. Oleh karena itu, perawatan setelah ekstraksi vacum memerlukan profilaksis pemberian infus sampai terjadi keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi otot rahim menjadi kuat, dan pemberian antibiotika untuk meng hindari infeksi.Pertimbangan KeperawatanDalam membantu wanita yang melahirkan melaluui penggunaan ekstraksi vacum, perawat berperan sebagai pendukung dan pendidik. Perawat dapat menyiapkan ibu untuk melahirkan dan mendorongnya untuk tetap aktif dalam proses melahirkan yakni dengan menganjurkan ibu untuk mendorong saat kontraksi. Denyut jantung janin juga harus sering dinilai selama prosedur tersebut. Setelah lahir, bayi harus diobservasi untuk melihat tanda infeksi pada tempat pemasangan mangkuk dan iritasi serebral (misalnya, akibat pengisapan yang buruk, ketidakberdayaan). Orang tua perlu diyakinkan bahwa kaput suksedaneum akan hilang setelah beberapa jam. Para tenaga perawatan neonatus harus menyadari bahwa bayi tersebut dilahirkan dengan ekstraksi vakum. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan umum Kesadaran TTV : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu.

B. Keadaan khusus (syarat-syarat ekstraksi vakum) Pembukaan lebih dari 7 cm (hanya pasa multigravida) Penurunan kepala janin (boleh) pada hodge II Kontraksi rahim dan tenaga mengejan.

Keunggulan dan Kerugian Ekstraksi Vakum1. Keunggulan

pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi) tidak diperlukan narkosis umum mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang ahrus melalui jalan lahir ekstraksi vakum dapat dipakai pada kepala yang masih tinggi dan pembukaan serviks

belum lengkap trauma pada kepala janin lebih ringan

2. Kerugian persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama tenaga traksi tidak sekuat seperti pada cunam. Sebenarnya hal ini dianggap sebagai

keuntungan, karena kepala janin terlindung dari traksi dengan tenaga yang berlebihan. Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet dan

harus selalu kedap udara.

ASUHAN KEPERAWATANI. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Nama :Usia :Alamat :Pekerjaan :No. Telp :Suami :Pekerjaan :No. Telp :

2. Riwayat Kesehatana. RKD

- Adanya riwayat abortus- Section secarea pada persalinan sebelumnya

b. RKS- Distosia (kesulitan persalinan).- Penyakit jantung, eklampsia- Fetal distres - Janin berhenti berotasi- Posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse- Ketidakmampuan mengejan- Keletihan- Kala II yang lama

c. RKK- Adanya penyakit keturunan (jantung)

d. Riwayat Obstetri3. Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda vital- Tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhuEliminasi- Retensi urineMakanan/cairanSeksualitas- adanya laserasi servik uteri dan vaginaPada janin/bayi- DJJ sebelum forsep dipasang.- DJJ sebelum traksi dipasang setelah forsep dipasang.- Fraktur tengkorak, subdural hematoma, edema- Perdarahan intrakranial- Adanya lecet dan abrasi pada pemasangan bilah/laserasi kulit kepala- Paralisis fasial

II. ANALISA DATANO DATA PENUNJANG MASALAH KEPERAWATAN1. DO:

- hipotensiKekurangan volume cairan

- peningkatan frekuensi nadi- penurunan tekanan nadi- urin menurun/terkonsentrasi- penurunan pengisian vena- perubahan mental

2. DO:- laserasi kemerahan- adanya pus pada laserasi- leukosit meningkat

Resti infeksi

3. - adanya perdarahan- adanya laserasi serviks uteri dan vagina

Resti cedera

4. - meminta informasi- pernyataan salah konsep- perilaku berlebihan

Kurang pengetahuan

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.2. Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan

terhadap patogen.3. Resti cedera b.d trauma jaringan, perubahan motilitas, efek-efek obat/penurunan

sensasi.4. Kurang pengetahuan.

IV. RENCANA KEPERAWATANDiagnosa I : Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.Tujuan : Mendemonstrasikan kestabilan/perbaikan keseimbangan cairan.Kriteria hasil: Tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, dan

haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.INTERVENSI RASIONALMandiriTinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatikan factor-faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi (mis: laserasi, fragmen plasenta tertahan, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amniotic, atau retensi janin mati selama lebih dari 5 mgg).

Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut; simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter.

Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan kedua tepat di atas

Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah atau membatasi terjadinya komplikasi.

Perkiraan kehilangan darah, arterial versus vena; dan adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan penggantian. (1 gram peningkatan berat pembalut sama dengan kira-kira 1ml kehilangan darah.

Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam

simfisis pubis.

Perhatikan hipotensi atau takikardi, pelambatan pengisian kapiler, atau sianosis dasar kuku, membrane mukosa, dan bibir.

Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan baji arteri pulmonal, bila ada.Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh horizontal.

Pertahankan aturan puasa saat menentukan status/kebutuhan klien.

Pantau masukan dan haluaran; perhatikan berat jenis urin.

Hindari pengulangan / gunakan kewaspadaan bila melakukan pemeriksaan vaginal dan/atau rectal.Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis.

Kaji terhadap nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina. Berikan tekanan balik pada laserasi labial atau perineal.

Pantau klien dengan akreta plasenta (penetrasi sedikit dari miometrium dengan jaringan plasenta), HKK, atau abrupsio plasenta terhadap tanda-tanda KID.

KolaborasiMulai infuse 1 atau 2 I.V. dari cairan isotonic atau elektrolit dengan kateter 18G atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau produk darah

diagnosa banding. Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan kehilangan darah. Penempatan satu tangan di atas simfisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus selama masase.

Tanda-tanda ini menunjukkan hipovolemik dan terjadinya syok. Perubahan pada TD tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30%-50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.

Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan pengisian.

Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi aktivitas. Pengubahan posisi yang tepat meningkatklan aliran balik vena, menjamin persediaan darah ke otak dan organ vital lainnya lebih besar.

Mencegah aspirasi isi lambung dalam kejadian di mana sensorium berubah dan atau intervensi pembedahan diperlukan.

Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukkan dengan haluaran 30-50 ml/jam atau lebih besar.

Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal, vaginal atau perineal atau hematoma terjadi.

Meningkatkan relaksasi, menurunkan ansietas dan kebutuhan metabolik.Hematoma sering merupakan akibat dari perdarahan lanjut pada laserasi jalan lahir.

Tromboplastin dilepaskan selama upaya pengangkatan plasenta secara manual yang dapat mengakibatkan koagulopati.

Perlu untuk infus cepat atau multipel dari

(missal: plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi.

Berikan obat-obatan sesuai indikasi:- oksitosin, metilergononovin maleat, prostaglandin

F2ά.

- Magnesium sulfat (MgSO4)

- Heparin

- Terapi antibiotic (berdasarkan pada kultur dan sensitivitas terhadap lokhia)

- Natrium bikarbonat. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi:- Hb dan Ht

- Kadar pH serum

- Trombosit, FDP, fibrinogen, dan APTT.

- Pasang kateter urinarius indwelling.

Bantu dengan prosedur-prosedur sesuai indikasi:- separasi manual dan penglepasan plasenta

- pemasangan kateter indwelling besar ke dalam kanal servikal.

cairan atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.

Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang menonjol dan miometrium, menutup sinus vena yang terpajan, dan menghentikan hemoragi pada adanya atoni.

Beberapa penelitian melaporkan penggunaan MgSO4 memudahkan relaksasi uterus selama pemeriksaan manual.

Bila cara-cara lain gagal, heparin dapat digunakan dengan kewaspadaan untuk menghentikan siklus pembekuan.

Antibiotik bertindak secara profilaktik untuk mencegah infeksi atau mungkin diperlukan untuk infeksi disebabkan atau diperberat pada subinvolusi uterus atau hemoragi.

Mungkin perlu untuk memperbaiki asidosis

Membantu dalam menentukan jumlah kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mgHb.

Pada syok lama, hipoksia jaringan dan asidosis dapat terjadi sebagai respon terhadap metabolisme anaerobik.

Membantu menentukan beratnya masalah dan efek dari terapi.

Memberikan pengkajian lebih akurat terhadap fungsi ginjal dan perfusi relatif volume cairan.

Hemoragi berhenti bila fragmen-fragmen plasenta dilepaskan dan uterus berkontraksi, menutup sinus-sinus vena.

Beberapa pemeriksaan telah melaporkan

- Penempatan kembali uterus atau tampon bila inverse kira-kira akan terjadi.

Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi, missal, penggalian/perbaikan untuk menutup sobekan, laserasi atau pelebaran episiotomi, evakuasi hematoma, dilatasi dan kuretase (D dan K), ligasi bilateral dari arteri hipogastrik, histerektomi sepraservikal, atau histerektomi abdominal segera.

keberhasilan dalam pengontrolan hemoragi yang disebabkan oleh implantasi plasenta ke dalam segmen servikal nonkontraktil dengan menempatkan kateter indwelling dalam kanal servikal dan mengisi balon dengan larutan salin 60 ml untuk bekerja sebagai tamponade.

Penempatan kembali uterus memungkinkan uterus berkontraksi, menutup sinus-sinus vena dan mengontrol perdarahan.

Perbaikan pembedahan terhadap lasersi/episiotomi, insisi/evakuasi hematoma, dan pengangkatan jaringan tertahan akan menghentikan perdarahan. Histerektomi abdominal segera diindikasikan untuk perlekatan plasenta abnormal.

Diagnosa 2 : Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan terhadap patogen

Tujuan : Bebas dari infeksi.Pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi.

INTERVENSI MASALAH KEPERAWATANMandiriTinjau ulang kondisi/faktor risiko yang ada sebelumnya.

Kaji terhadap tanda/gejala infeksi (mis. peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina.

Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam.

KolaborasiLakukan persiapan kulit praoperatif, scruc sesuai protokol.

Dapatkan kultur darah, vagina, dan plasenta sesuai indikasi.Catat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht), catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahan. Berikan antibiotik spektrum luas parenteral

Kondisi dasar ibu, seperti diabetes atau hemoragi, menimbulkan potensial risiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk.Infeksi dapat mengubah penyembuhan luka.

Menurunkan resiko infeksi asenden.

Menurunkan resiko kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkan risiko infeksi pascaoperasi.

Mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan.

Risiko infeksi pasca-melahirkan dan penyembuhan buruk meningkat bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan.

Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah terjadinya proses infeksi, atau

pada praoperasi. sebagai pengobatan pada infeksi yang teridentifikasi.

Diagnosa 3: Resti cedera b.d trauma jaringan, perubahan motilitas,efek-efek obat/penurunan sensasi

Tujuan : Bebas dari cederaINTERVENSI MASALAH KEPERAWATANMandiriLepaskan alat prostetik (mis, lensa kontak, gigi palsu/kawat gigi) dan perhiasan.

Tinjau ulang catatan persalinan, perhatikan frekuensi berkemih, haluaran, penampilan, dan waktu berkemih pertama.

Pantau haluaran dan warna urin setelah insersi kateter indwelling. Perhatikan adanya darah dan urin.

KolaborasiDapatkan specimen urin untuk analisis rutin, protein, dan berat jenis.

Menurunkan resiko cedera kecelakaan.

Dapat menandakan retensi urin atau menunjukkan keseimbangan cairan atau dehidrasi pada klien yang sedanga bersalin.

Menunjukkan tingkat hidrasi, status sirkulasi dan kemungkinan trauma kandung kemih.

Risiko meningkat pada klien bila proses infeksi atau keadaan hipertensif ada.

Diagnosa 4: Kurang pengetahuanTujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang indikasi ekstraksi forsep/vakum. Mengenali ini sebagai metode alternatif kelahiran bayi.

INTERVENSI MASALAH KEPERAWATANMandiriKaji kebutuhan belajar

Catat tingkat stress dan apakah prosedur direncanakan atau tidak.

Berikan informasi akurat dengan istilah-istilah sederhana. Anjurkan pasangan untuk mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan pemahaman mereka.

Metode kelahiran ini didiskusikan pada kelas persiapan melahirkan anak, tetapi banyak klien gagal untuk menyerap informasi karena ini tidak mempunyai makna pribadi pada waktunya. Klien yang mengalami lagi kelahiran melalui ekstraksi forsep/vakum tidak dapat mengingat dengan jelas atau memahami detil-detil melahirkan sebelumnya.

Mengidentifikasi kesiapan klien/pasangan untuk menerima informasi.

Memberikan informasi dan mengklarifikasi kesalahan konsep. Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi pemahaman

Tinjau ulang indikasi-indikasi terhadap pilihan alternatif kelahiran.

Gambarkan prosedur sebelum tindakan dengan jelas, dan berikan rasional dengan tepat.

Berikan penyuluhan setelah tindakan, termasuk instruksi latihan kaki, batuk dan napas dalam.Diskusikan sensasi yang diantisipasi selama melahirkan dan periode pemulihan

klien/pasangan terhadap situasi.

Perkiraan satu dari 5 atau 6 kelahiran melalui ekstraksi forsep/vakum, seharusnya dilihat sebagai alternative bukan cara yang abnormal, untuk meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan maternal/janin.Informasi memungkinkan klien mengantisipasi kejadian dan memahami alasan intervensi/tindakan.Memberikan teknik untuk mencegah komplikasi yang berhubungan dengan stasis vena dan pneumonia hipostatik.

Mengetahui apa yang dirasakan dan apa yang “normal” membantu mencegah masalah yang tidak perlu.

Daftar PustakaBobak,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas, ed 4.Jakarta:EGC.Reeder,dkk.1997.Maternity Nursing, ed 18.Philadelphia:Lipincott.Scott, James.R,dkk.2002.Buku Saku Obstetri & Gynekologi.

Jakarta:Wedia Medika.Doenges, Marilynn.E.2001.Rencana Perawatan Maternal/Bayi, ed 2.

Jakarta: EGC.Murray,Sharon Smith.2002.Foundations of Maternal-Newborn Nursing.Philadelphia: WB

Saunders Company.White,Ann.2006. Emergency Care of Postpartum Patients with Preeclampsia and Eclampsia.

http//www.nursingcenter.comMayes,M.2007.Eclampsia.http//wikipedia.com