lp appendicitis

20
LAPORAN PENDAHULUAN APPENDISITIS ABSES A. Konsep Medis 1. Pengertian a.Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. b.Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. c.Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. d.Abses periapendikular ditemukan lebih dari 10% pada penderita appendicitis. Apendisitis abses merupakan lanjutan dari proses infiltrate jika infiltrate tidak remisi, sehingga terjadi perforasi dan terbentuk abses appendik. 2. Klasifikasi a.Apendisitis akut

Upload: rendhut

Post on 05-Dec-2014

239 views

Category:

Documents


57 download

DESCRIPTION

Konsep dan Asuhan Keperawatan pada Appendicitis

TRANSCRIPT

Page 1: LP Appendicitis

LAPORAN PENDAHULUANAPPENDISITIS ABSES

A. Konsep Medis1. Pengertian

a. Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah

kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.

b. Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan

dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan

penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup

tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi

hancur.

c. Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing

(apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah,

usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu

dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya

sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian

usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa

mengeluarkan lendir.

d. Abses periapendikular ditemukan lebih dari 10% pada penderita appendicitis.

Apendisitis abses merupakan lanjutan dari proses infiltrate jika infiltrate tidak remisi,

sehingga terjadi perforasi dan terbentuk abses appendik.

2. Klasifikasi a. Apendisitis akut

Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendisitis akut pada

dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh proses infeksi dari

apendiks.

Penyebab obstruksi dapat berupa :

1) Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.

2) Fekalit

3) Benda asing

4) Tumor

Adanya obstruksi mengakibatkan mucin/ cairan mukosa yang diproduksi tidak dapat

keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan intra luminer sehingga

menyebabkan tekanan intra mukosa juga semakin tinggi.

Page 2: LP Appendicitis

Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks sehingga

terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus/ nanah pada dinding

apendiks.Selain obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi

dari organ lain yang kemudian menyebar secara hematogen ke apendiks.

b. Appendicitis Purulenta (Supurative Appendicitis)

Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan

terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis.

Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks. Mikroorganisme yang

ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi serosa

sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada appendiks dan

mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat

fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri

lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri

dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda

peritonitis umum.

c. Apendisitis kronik

Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat : riwayat

nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara

makroskopikdan mikroskopik, dan keluhan menghilang satelah apendektomi.

Kriteria  mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks,

sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama

dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis kronik antara 1-5

persen.

d. Apendisitis rekurens

Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di

perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan hasil patologi menunjukan

peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila serangn apendisitis akut pertama kali sembuh

spontan. Namun, apendisitis tidak perna kembali ke bentuk aslinya karena terjadi

fribosis dan jaringan parut. Resiko untuk terjadinya serangn lagi sekitar 50 persen.

Insidens apendisitis rekurens biasanya dilakukan apendektomi yang diperiksa secara

patologik.

Pada apendiktitis rekurensi biasanya dilakukan apendektomi karena sering penderita

datang dalam serangan akut.

e. Mukokel Apendiks

Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin akibat adanya

obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa jaringan fibrosa. Jika isi lumen

Page 3: LP Appendicitis

steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi. Walaupun jarang,mukokel dapat disebabkan

oleh suatu kistadenoma yang dicurigai bisa menjadi ganas.

Penderita sering datang dengan keluhan ringan berupa rasa tidak enak di perut kanan

bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan. Suatu saat bila terjadi

infeksi, akan timbul tanda apendisitis akut. Pengobatannya adalah apendiktomi.

f. Tumor Apendiks

1) Adenokarsinoma apendiks

Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan kebetulan sewaktu apendektomi atas

indikasi apendisitis akut. Karena bisa metastasis ke limfonodi regional, dianjurkan 

hemikolektomi kanan yang akan memberi harapan hidup yang jauh lebih baik

dibanding hanya apendektomi. 

2) Karsinoid Apendiks

Ini merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang didiagnosis

prabedah,tetapi ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan patologi atas

spesimen apendiks dengan diagnosis prabedah apendisitis akut. Sindrom karsinoid

berupa rangsangan kemerahan (flushing) pada muka, sesak napas karena spasme

bronkus, dan diare ynag hanya ditemukan pada sekitar 6% kasus tumor karsinoid

perut. Sel tumor memproduksi serotonin yang menyebabkan gejala tersebut di atas.

Meskipun diragukan sebagai keganasan, karsinoid ternyata bisa memberikan residif

dan adanya metastasis sehingga diperlukan opersai radikal. Bila spesimen patologik

apendiks menunjukkan karsinoid dan pangkal tidak bebas tumor, dilakukan operasi

ulang reseksi ileosekal atau hemikolektomi kanan.

3. Anatomi dan Fisiologi

Usus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai

Appendix vermiformis. Appendiks terletak di

Page 4: LP Appendicitis

ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior

ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan

medial dari saekum.

Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia

anterior, medial dan posterior. Secara klinik

appendiks terletak pada daerah Mc. Burney

yaitu daerah 1/3 tengah garis yang

menghubungkan sias kanan dengan pusat.

Posisi apendiks berada pada Laterosekal yaitu

di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal:

membelok ke arah di dinding abdomen.

Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi

ujung umbai cacing bisa berbed bisa di

retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum. Ukuran

panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa

mengandung amilase dan musin. Pada kasus apendisitis, apendiks dapat terletak

intraperitoneal atau retroperitoneal. Apendiks disarafi oleh saraf parasimpatis (berasal dari

cabang nervus vagus) dan simpatis (berasal dari nervus thorakalis X). Hal ini

mengakibatkan nyeri pada apendisitis berawal dari sekitar umbilicus.

Saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif

berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi

kelenjar limfoid. Apendiks menghasilkan suatu imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan

oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue), yaitu Ig A. Imunoglobulin ini sangat efektif

sebagai perlindungan terhadap infeksi, tetapi jumlah Ig A yang dihasilkan oleh apendiks

sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah Ig A yang dihasilkan oleh organ saluran

cerna yang lain. Jadi pengangkatan apendiks tidak akan mempengaruhi sistem imun

tubuh, khususnya saluran cerna

4. Epidemiologi a. Richardson (2004) : penelitian di Afrika Selatan menunjukkan angka kejadian

apendicitis:

1) 5/1000 penduduk di pedesaan

2) 9/1000 penduduk di peri urban

3) 18/100 penduduk di perkotaan

b. Addins (1996) : penelitian di USA menunjukkan kejadian apendicitis tertinggi pada usia

10-19 tahun.

c. Omran (2003) penelitian di Kanada menunjukkan perbandingan apendicitis pria : wanita

adalah 8,8 : 6,2 per 1000 penduduk.

Page 5: LP Appendicitis

d. Dombal (1994) : penelitian di USA, terjadi penurunan kasus apendicitisdari 100 menjadi

52 per 100.000 penduduk pada tahun 1987-1994.

5. Etiologi a. Menurut Syamsu Hidayat (2004)

1) Fekalit

2) Tumor appendiks

3) Cacing askaris

4) Erosi mukosa appendiks

5) Hiperplasi jaringan limfe

b. Menurut Mansjoer (2000)

1) Hiperplasi folikel limfoid

2) Fekalit

3) Benda asing

4) Striktur karena fibrosis

5) Neoplasma

c. Menurut Markum (1996)

1) Fekalit

2) Parasit

3) Hiperplasia limfoid

4) Stenosis fibrosis

5) Tumor karsinoid

6. Patofisiologi

Pembedahan

Inflamasi sekunder di tempat lain, stenosis, tumor, fekalit, diet rendah serat

Obstruksi intraluminal

Terhambatnya aliran mukus

Kompresi dari pembuluh darah, iskemia

Ulserasi dari epitel apendiks

Invasi bakteri menyebabkan inflamasi

Nekrosis

Perforasi apendiks, abses apendiks, ruptur apendiks

- Mual, muntah- Peningkatan

suhu- Nyeri tekan di

titik Mc Burney- Leukositosis- Diare

- Absorbsi tidak sempurna feses tidak terbentuk seperti biasanya

- Motilitas usus menurun karena obstruksi

- Letak apendiks yg menempel pada saluran kemih disuria

Diare

Konstipasi

Nyeri

Defisit Volume Cairan

Hipertermi

Page 6: LP Appendicitis

(Karla, L. Luxner, 2005)

7. Tanda dan Gejala Gejala utama pada appendisitis adalah nyeri perut. Rasa sakit ini disebabkan oleh

penyumbatan appendiks, karena itu sifatnya sama seperti pada obstruksi usus. Pada

mulanya nyeri perut ini hilang timbul seperti kolik (mulas mendadak dan hebat) dan terasa

di epigastrium atau regio umbilikus. Bila penderita flatus atau buang air besar, rasa

sakitnya berkurang. Biasanya disertai mual, anoreksia dan muntah merupakan hal yang

khas. Muntah terjadi segera setelah rasa sakit dan pada mulanya timbul secara refektoris.

Biasanya terjadi konstipasi, tetapi pada anak-anak dan pada penderita yang appendiksnya

dekat dengan rektum sering terjadi diare karena omentum masih pendek dan tipis,

appendiks yang relatif panjang, dinding appendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh

yang masih kurang.

Bila proses radang telah menjalar ke peritonium parietal setempat, maka akan timbul nyeri

lokal pada perut kanan bawah di daerah Mc Burney seperti nyeri tekan, nyeri lepas, defens

muskuler dan timbul nyeri rangsangan peritonium tidak langsung, yaitu nyeri tekan bawah

pada tekanan kiri (rovsing). Nyeri perut kanan bawah bila ditekan di sebelah kiri dilepaskan

(Blumberg) dan setiap gerakan yang menyebabkan daerah itu ikut bergerak atau teregang

akan menimbulkan nyeri seperti saat berjalan, batuk, mengejan, bahkan nafas dalam.

Nyeri bersifat tajam dan terus-menerus.

Gejala klasik Appendic Abses adalah rasa nyeri yang hebat pada perut kanan bawah satu

sampai dua hari yang disertai demam dan kemudian terjadi penurunan intensitas nyeri dan

demam, disertai kenaikan nadi, mual dan muntah . Setelah 7 sampai 10 hari demam

kembali muncul dan disertai intensitas nyeri ringan hingga sedang dengan perasaan tidak

enak pada perut kanan bawah. serta kenaikan angka leukosit.

Dari pemeriksaan fisik umum didapatkan peningkatan suhu tubuh, jika pada proses

appendisitis infiltrative peningkatan suhu tubuhnya berkisar antara 37,5 – 38,5 0C, pada

abses appendiks

Pada perut kanan bawah akan teraba massa yang berfluktuasi jika dipalpasi, nyeri dan

harus disertai dengan demam.

Peritonitis, obstruksi usus, syok hipovolemik,

ileus, sepsis

Pembedahan untuk mengeringkan rongga peritoneum

menghilangkan tekanan abdomen

Resolusi

Kerusakan integritas Jaringan

Resiko Sepsis

Page 7: LP Appendicitis

Biasanya pasien mempunyai riwayat pertambahan ukuran massa dalam beberapa hari

pada perut kanan bawah, yang diperlukan USG dan Ct Scan untuk diagnosis pasti.

Peristaltic usus dapat normal ataupun berkurang, terutama jika telah terjadi appendicitis

perforata.

8. Pemeriksaan diagnostika. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi : adanya distensi pada abdomen

2) Auskultasi : jika terjadi peritonitis maka akan terjadi penurunan peristaltik

3) Perkusi : akan terasa nyeri jika sudah terjadi peritonitis

4) Palpasi : Nyeri tekan pada perut kanan bagian bawah

5) Obturator: Fleksi panggul dan rotasi interna panggul

6) Uji psoas: hiperekstensi sendi panggul

b. Laboratorium

1) Darah lekosit akan terjadi peningkatan lekosit lebih dari 10.000.

2) Jika telah terbentuk abses maka nilai leukosit pasien akan jauh lebih meningkat dari

pada proses appendicitis infiltrat, yaitu lebih dari 13.000 / mm3. Hitung jenis leukosis

nilainya dapat bergeser ke kiri. Diperlukan pemeriksaan darah rutin untuk menilai

peningkatan angka leukosit.

3) Urin ditemukan jumlah lekosit dan bakteri yang diterlihat.

c. Radiologi

1) Foto polos abdomen setelah enema barium akan nampak jika appendik tidak terisi

oleh kontras dicurigai adanya sumbatan.

2) Ultrasonografi akan terlihat adanya sumbatan atau infeksi.

9. Penataksanaan medikPembedahan diindikasikan bila diagnosa appendisitis telah ditegakkan. Pada abses

appendiks dilakukan drainase. Antibiotik dan cairan intra vena diberikan diberikan sampai

pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan.

Appendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.

Appendiktomi dapat dilakukan di bawah anestesi umum atau spinal dengan insisi abdomen

bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.

Jika keadaan memungkinkan appendiks dibuang sekaligus, tapi jika keadaan tidak

memungkinkan harus ditunggu 2-3 bulan baru appendiksnya diangkat melalui operasi

kedua. Perawatan pasca operasi yaitu puasa sampai terdengar bising usus dan flatus baru

boleh diberi bubur saring.

10. Komplikasia. Peritonitis

b. Ruptur Appendik

Page 8: LP Appendicitis

c. Syok Hipovolemik

d. Illeus

e. Sepsis

11. Prognosis Dilakukan tindakan appendiktomy akan lebih baik sebelum terjadi perforasi.Setelah infeksi

masih dapat terjadi infeksi lagi 30% dari kasus appendik perforasi dan appendik

ganggrenosa.

Prognosa mortalitas 0,1% jika appendik tidak pecah,dan 15% jika appendik

pecah.kematian biasanya oleh karena sepsis atau emboli paru.

B. Konsep dasar Keperawatan1. Pengkajian Keperawatan

a. Dapatkan riwayat penyakit dengan cermat.

b. Observasi adanya manifestasi klinis appendicitis.

1) Nyeri abdomen kuadran kanan bawah.

2) Demam,abdomen kaku

3) Bising usus menurun atau tidak ada

4) Muntah (umumnya mengikuti awitan nyeri )

5) Konstipasi atau diare dapat terjadi.

6) Anorexia.

7) Takikardi atau diare dapat terjadi.

8) Pucat,letargi.

9) Peka rangsang

10) Postur bungkuk.

c. Observasi adanya tanda-tanda peritonitis

1) Demam

2) Hilangnya nyeri secara tiba-tiba setelah perforasi

3) Peningkatan nyeri,yang biasanya menyebar dan disertai kaku abdomen.

4) Distensi abdomen progresif

5) Takikardi

6) Pernafasan cepat dan dangkal

7) Pucat

8) Mengigil

9) Peka rangsang

d. Bantu dengan prosedur diagnostik seperti hitung darah putih dan radiografi abdomen.

2. Diagnosa Keperawatan

Pre op

Page 9: LP Appendicitis

a. Nyeri Akut berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi atau adanya insisi

bedah.

b. Hipertermi

c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

d. Intoleransi aktivitas

e. Ansietas

f. Defisiensi pengetahuan

g. Risiko cedera

h. Konstipasi

i. Diare

j. Resiko syok

k. Resiko kekurangan volum cairan

l. Mual, muntah

m. Disfungsi motilitas gastrointestinal

Post op

a. Resiko Infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama; perforasi/

rupture pada appendiks; peritonitis; pembentukan abses, Prosedur infasif, insist bedah.

b. Kekurangan tidur

c. Kurang prngetahuan tentang kondisi dan pengobatan berhubungan dengan terbatasnya

informasi yang didapat.

3. Prioritas Diagnosa Keperawatan

a. Resiko kekurangan volum cairan

b. Mual

c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

d. Hipertermi

e. Nyeri akut

f. Ansietas

g. Defisit pengetahuan

h. Intoleransi aktivitas

i. Resiko cedera

j. Disfungsi motilitas gastrointestinal

4. Rencana keperawatan

NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI

Page 10: LP Appendicitis

HASIL

Pre-operatif

1 Defisit volume

cairan

berhubungan

dengan kehilangan

volume cairan

secara aktif,

kegagalan

mekanisme

pengaturan

NOC :

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

Menejemen cairan selama

3 x 24 jam, diharapkan

keseimbangan cairan pada

pasien adekuat dengan

status cairan skala 4.

Kriteria hasil:

a. Keseimbangan intake &

output dalam batas

normal

b. Elektrolit serum dalam

batas normal

c. Tidak ada mata cekung

d. Tidak ada hipertensi

ortostatik

e. Tekanan darah dalam

batas normal

Skala :

a. Tidak pernah

menunjukkan

b. Jarang menunjukkan

c. Kadang menunjukkan

d. Sering menunjukkan

e. Selalu menunjukkan

NIC: Manajemen Cairan

a. Pertahankan intake &

output yang adekuat

b. Monitor status hidrasi

(membran mukosa

yang adekuat)

c. Monitor status

hemodinamik

d. Monitor intake output

yang akurat

e. Monitor berat badan

2 Mual berhubungan

dengan nyeri

NOC :

a. Comfort level

b. Hidrasil

c. Nutritional Status

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama ….x

24 jam, mual pasien

NIC : Fluid Managemet

a. Monitor status nutrisi

b. Catat intake dan output

secar akurat

c. Anjurkan untuk makan

pelan-pelan

d. Jelaskan untuk

Page 11: LP Appendicitis

teratasi dengan kriteria

hasil:

a. Melaporkan bebasdari

mual

b. Mengidentifikasihal-hal

yangmengurangi mual

c. Nutrisi adekuat

d. Status hidrasi:hidrasi

kulitmembran

mukosabaik, tidak ada

rasahaus yangabnormal,

panas,urin output

normal, TD, HCT normal

menggunakan napas

dalam untuk menekan

reflek mual

e. Batasi minum 1 jam

sebelum, 1 jam

sessudah dan selama

makan

f. Instruksikan untuk

menghindari bau

makanan yang

menyengat

g. Kolaborasi pemberian

antiemetik

3 Ketidakseimbanga

n nutrisi kurang

dari kebutuhan

berhubungan

dengan

ketidakmampuan

untuk memasukkan

atau mencerna

nutrisi oleh karena

faktor biologis,

psikologis atau

ekonomi

NOC :

a. Nutritional status :

adequacy of nutrient

b. Nutritional status : foood

and fluid intake

c. Weight control

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama ....x24

jam nutrisi kurang teratasi

dengan indikator :

a. Albumin serum

b. Pre albumin serum

c. Hematokrit

d. Hemoglobin

e. Total iron binding

capacity

f. Jumlah limfosit

NIC :

a. Monitor intake dan

output

b. adanya penurunan BB

dan gula darah.

c. Monitor kekeringan,

rambut kusam, total

protein, Hb dan kadar

Ht

d. Kaji adanya alergi

makanan

e. Jelaskan pada pasien

dan keluarga tentang

manfaat nutrisi

f. Anjurkan banyak

minum

g. Kolaborasi dengan

dokter tentang

kebutuhan suplemen

makanan

h. Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan

Page 12: LP Appendicitis

pasien

4 Hipertermi

berhubungan

dengan penyakit

NOC :

Thermoregulasi

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama ....x 24

jam pasien menunjukkan

suhu tubuh dalam batas

normal dnegan kriteria hasil

:

a. Suhu 36-37o C

b. Nadi dan RR adlam

rentang normal

c. Tidak ada perubahan

warna kulit dan merasa

nyaman

NIC :

a. Monitor tanda vital (TD,

nadi, suhu, RR)

b. Monitor intake dan

output

c. Monitor WB, Hb, Hct

d. Kompres pasien pada

lipat paha dan aksila

e. Berikan cairan

intravena

f. Selimuti pasien

g. Berikan antipiretik

5 Nyeri akut

berhubungan

dengan agen injuri

(biologi, kimia, fisik,

spikologis),

kerusakan jaringan

NOC :

a. Pain level

b. Pain control

c. Comfort level

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan

selama ....x24 jam

pasien tidak mengalami

nyeri dengan kriteria :

a. Mampu mengontrol nyeri

b. Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan

menggunakan

manajemen nyeri

c. Mampu mengenali nyeri

d. Menyatakan rasa

nyaman setelah nyeri

berkurang

e. Tanda vital dalam

rentang normal

NIC : Manajemen Nyeri

a. Kaji nyeris ecara

komprehensif (lokasi,

durasi, frekuensi,

intensitas)

b. Observasi isyarat-

isyarat non verbal dari

ketidaknyamanan

c. Berikan pereda nyeri

dengan manipulasi

lingkungan (misal,

ruangan tenang dan

batasi pengunjung)

d. Berikan analgesik

sesuai ketentuan

e. Kontrol faktor-faktor

yang dapat

mempengaruhi

Page 13: LP Appendicitis

f. Tidak mengalami

gangguan tidur

Post-operatif

6 Resiko infeksi

berhubungan

dengan prosedur

invasif.

NOC :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama

….x24jam masalah teratasi

dengan criteria:

a. Pasien memahami

tentang pencegahan dan

pengendalian infeksi.

b. Terbebas dari tanda

atau gejala infeksi.

NIC :

a. Observasi vital sign,

penampilan luka dan

daerah sekitar luka.

b. Observasi kecukupan

nutrisi pasien & hasil

laboratprium.

c. Rawat luka dengan

memperhatikan tehnik

steril (septic &

antiseptic), cuci tangan

sesuai procedure

sebelum dan sesudah

melakukan interaksi

terhadap pasien.

d. Bersihkan lingkungan

dengan benar selama

dan setelah digunakan

oleh pasien, terapkan

universal precaution.

e. Ajarka pasien tehnik

mencuci tangan yang

benar, ajarkan

keluarga dan

pengunjung untuk

mencuci tangan

sewaktu masuk dan

keluar kamar pasien .

f. Kolaborasi pemberian

antibiotic.

7 Deprivasi tidur

berhubungan

ketidaknyamanan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama

….x24jam masalah teratasi

a. Observasi adanya

konfusi akut, agitasi,

ansietas, gangguan

Page 14: LP Appendicitis

fisik. dengan criteria:

a. Pasien mengatakan

segar setelah bangun

tidur.

b. Tidak ada gangguan

pada pola, kualitas dan

rutinitas tidur.

c. Tidak ada gangguan

pada jumlah jam tidur.

d. Bangun pada waktu

yang sesuai.

persepsi, respon

lambat dan iritabilitas.

b. Ciptakan lingkungan

tenang, damai dan

minimalkan gangguan.

c. Bantu pasien

mengidentifikasi faktor

– faktor yang mungkin

menyebabkan

gangguan tidur.

d. Kolaborasi dengan

dokter untuk

pemberian obat.

Daftar Rujukan

Carpenito, Lynda Juall, 1996, Diagnosa Keperawatan, Edisi 6, Jakarta : EGC.

Doenges Marilyn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi III, Jakarta : EGC.

Lindseth, Glenda N. 2005. Gangguan Usus Halus Dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses –

proses Penyakit, Edisi 6, Volume 1, Jakarta : EGC.

Mansjoer Arif, Trihartiti Kuspiji, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Media Aesculapius,

Jakarta : EGC.

Price, A. Wilson, 1992. Patofisiologi Konsep Proses-Proses Penyakit, Edisi 4, Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzana C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 2, Alih Bahasa

dr. H. Y. Kureasa, Editor Monica Ester, SKp. Jakarta : EGC.