lp air permukaan2 (tnpa danau)
TRANSCRIPT
![Page 1: LP Air Permukaan2 (Tnpa Danau)](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022100600/5571f8ba49795991698df63c/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air
kehidupan tidak akan dapat berlangsung. Menurut Suprapto (2003), air mampu
menopang kehidupan manusia, termasuk kehidupan dan kesinambungan rantai pangan
mahluk hidup di bumi. Namun, faktanya sekarang ini masalah utama sumber daya air
meliputi kuantitas dan kualitas air. Dari segi kuantitas, air sudah tidak mampu
memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat. Sedangkan dari segi kualitas,
pemenuhan kualitas air untuk keperluan domestik terus menurun.
Penurunan kualitas air terutama disebabkan karena kerusakan lingkungan.
Menurut Suwondo, dkk (2004), kerusakan hutan disebabkan oleh adanya perambahan
hutan, pengalihan fungsi lahan hijau yang merupakan daerah tangkapan air dan lahan
pertanian menjadi pemukiman, serta kegiatan industri dan kegiatan lain yang
berdampak negatif terhadap sumber daya air. Oleh karena itu untuk menjaga kualitas
air, perlu dilakukan suatu pemantauan kualitas air.
Anonim (2003) mengemukakan bahwa pemantauan kualitas air, baik pengamatan
permanen maupun survei kualitas air, merupakan bagian dari pengelolaan kualitas air.
Pengelolaan air tersebut dimulai dari pengelolaan sumber airnya. Sumber air utama
makhluk hidup, salah satunya berasal dari air permukaan. Air permukaan meliputi air
sungai (rivers), saluran (streams), sumber (springs), danau dan waduk.
Dalam praktikum ini, akan dilakukan pengambilan air permukaan, khususnya
sungai guna dianalisa kualitasnya, baik berdasarkan parameter fisik, maupun kimia. Hal
ini penting untuk dilakukan guna mengetahui potensi sumber daya air di perairan
tersebut. Sedangkan pengukuran debit air kran penting untuk dilakukan guna
menentukan standar pemanfaatan perairan dan mengendalikan pengaliran sumber
pencemar dari kegiatan industri/ penduduk. Pada kegiatan praktikum, sampel air
diambil menggunakan alat pengambil contoh, kemudian dianalisa suhu, kekeruhan, pH,
dan oksigen terlarutnya.
![Page 2: LP Air Permukaan2 (Tnpa Danau)](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022100600/5571f8ba49795991698df63c/html5/thumbnails/2.jpg)
1.2. Tujuan Penelitian
1. Memahami teknik sampling air permukaan dengan benar sesuai dengan variabel
yang dianalisis.
2. Mengetahui kualitas air permukaan berdasarkan variabel suhu, kekeruhan, pH, dan
oksigen terlarut di Sungai jalan Srikana.
1.3. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara melakukan teknik sampling air permukaan dengan benar?
2. Bagaimana cara mengetahui kualitas air permukaan berdasarkan variabel suhu,
kekeruhan, pH dan oksigen terlarut?
1
![Page 3: LP Air Permukaan2 (Tnpa Danau)](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022100600/5571f8ba49795991698df63c/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Raini, dkk (2004), air merupakan sumber daya alam yang sangat penting
dalam kehidupan manusia dan digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan sehari-hari,
termasuk kegiatan pertanian, perikanan, peternakan, industri, pertambangan, rekreasi, olah
raga dan sebagainya. Menurut Anonim (2009), sumber air adalah wadah air yang terdapat di
atas dan di bawah permukaan tanah. Salah satu sumber air yang akan dibahas adalah air
permukaan.
2.1. Tinjauan Umum mengenai Air Permukaan dan Teknik Samplingnya
Menurut Limbong (2008), air permukaan adalah air hujan yang mengalir di
permukaan bumi. Sedangkan menurut Soegianto (2005), air permukaan adalah air yang
berasal dari hujan yang jatuh ke permukaan tanah, sebagian menguap dan sebagian
lainnya mengalir ke sungai, saluran air, lalu disimpan di dalam danau, waduk dan rawa-
rawa yang terdapat dalam suatu wilayah yang disebut watershed atau dranage basin
(daerah aliran sungai atau DAS). Pada umumnya air permukaan akan mendapat
pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-
daun, kotoran industri kota, dan sebagainya.
Limbong (2008) menyatakan bahwa air permukaan ada dua macam, yakni:
a. Air sungai
Sungai merupakan perairan mengalir dengan air berasal dari limpasan salah
satu satuan hidrologi (DAS). Perubahan kondisi permukaan air sungai dalam jangka
waktu yang panjang akan dapat diketahui dengan mengadakan pengamatan
permukaan air sungai dalam jangka waktu yang panjang.
b. Air waduk/ danau
Waduk/ danau merupakan perairan buatan dan alami yang dapat dibedakan
dari perairan mengalir atas dasar ditemukannya stratifkasi lapisan perairan.
Kebanyakan air jenis ini berwarna karena adanya zat-zat organik yang membusuk,
misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat.
Jadi untuk pengambilan air sebaiknya pada kedalaman tertentu dan sulit untuk
dilakukan.
2
![Page 4: LP Air Permukaan2 (Tnpa Danau)](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022100600/5571f8ba49795991698df63c/html5/thumbnails/4.jpg)
2.2. Tinjauan Umum mengenai Kualitas Air Permukaan
Pemantauan parameter-parameter kualitas air perlu dilakukan dalam melakukan
pengelolaan kualitas air pada suatu air permukaan, seperti Daerah Aliran Sungai
(DAS). Menurut Erianto, E.W. dan B. Machbub (2004) pada umumnya pemantauan
kualitas air dilakukan baik secara berkelanjutan maupun berkala (time series)
tergantung kebutuhan dan dana yang ada. Pemantauan kualitas air tersebut, diharapkan
dapat memberikan gambaran tentang kondisi umum kualitas air secara cepat, sehingga
data dapat disajikan secara tepat waktu (real time).
Parameter yang dapat digunakan dalam pemantauan kualitas air terdapat dalam
berbagai jenis. Parameter tersebut meliputi:
a. Suhu
Suhu adalah besaran untuk mengukur panas atau dinginnya suatu benda. Alat
ukurnya biasa disebut thermometer. Pada awalnya skala yang di gunakan dalam
pengukuran adalah celcius tapi dengan berkembangnya jaman skala pengukuran
menjadi bervariasi seperti Kelvin, Reamur dan Fahrenheit. Begitu pula termometer,
ada termometer laboratorium, klinis, ruangan sampai termometer digital. Suhu
merupakan salah satu faktoryang penting dalam suatu perairan karena suhu
merupakan faktor pembatas bagi ekosistem perairan dan akan membatasi kehidupan
organisme akuatik (Odum, 1971).
Menurut Hariyanto,dkk. (2008), air bersifat bipolar. Oleh karena itu, air
bersifat sebagai stabilitator sehingga perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan
perubahan yang terjadi lebih lambat dibandingkan di udara. Dengan keadaan inilah
jarang sekali kita mendapatkan adanya perbedaan suhu yang mencolok pada
perairan.
Hariyanto, dkk. menambahkan bahwa pada sungai yang cukup deras alirannya,
suhunya relatif konstan. Sedangkan pada sungai yang besar, suhu air tidak jauh
berbeda dengan suhu udara tahunan. Hal ini dikarenakan aliran yang konstan tidak
mendukung terjadinya gradien suhu vertikal.
b. Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan
organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh
buangan industri (Hanum, 2002). Zat yang terlarut dalam air tersebut sering
mempengaruhi penetrasi cahaya matahari. Menurut Hariyanto, dkk. (2008),
3
![Page 5: LP Air Permukaan2 (Tnpa Danau)](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022100600/5571f8ba49795991698df63c/html5/thumbnails/5.jpg)
terbatasnya penetrasi cahaya akan membatasi organisme air untuk berfotosintesis,
sehingga oksigen yang terlarut dalam air rendah. Tetapi jika kekeruhan disebabkan
oleh organisme hidup dapat dipakai sebagai indikasi produktivitas perairan yang
tinggi. Pengukuran kekeruhan ini dapat dilakukan dengan menggunakan transmisi
cahaya yang bersumber dari cahaya standar.
c. pH
Menurut Anonim (2008), pH merupakan derajat keasaman air. pH
menunjukkan ukuran konsentrasi ion Hidrogen (mol per liter). pH juga mampu
menunjukkan suasana asam atau basa suatu perairan.
Anonim (2008) juga menambahkan bahwa terdapat hubungan antara pH air
dengan kehidupan organisme perairan, misalnya ikan. Hubungan tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1 Hubungan antara pH air dan kehidupan organisme (ikan)
d. DO (Dissolved Oxygen)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan
absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin
baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi (Hanum, 2002).
Menurut Hariyanto, dkk. (2008), air yang mengalir pada umumnya kandungan
oksigennya cukup karena gerakannya menjamin berlangsungnya difusi antara udara
dan air. Bila terjadi pencemaran organik pada badan air, oksigen terlarut digunakan
bakteri untuk mengoksidasi bahan pencemar tersebut.
2.3. Tinjauan Umum mengenai Teknik Sampling Air Permukaan
A. Alat Pengambilan Contoh
Menurut Anonim (2008), alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
4
![Page 6: LP Air Permukaan2 (Tnpa Danau)](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022100600/5571f8ba49795991698df63c/html5/thumbnails/6.jpg)
a) Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh
b) Mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya
c) Contoh mudah dipindahkan ke dalam wadah penampung tanpa ada sisa bahan
tersuspensi di dalamnya
d) Mudah dan aman di bawa
e) Kapasitas alat tergantung dari tujuan pengujian
Anonim (2008) juga menyatakan bahwa jenis alat pengambil contoh terdiri
dari:
a. Alat pengambil contoh sederhana
Alat pengambil contoh sederhana dapat berupa ember plastik yang
dilengkapi dengan tali, gayung plastik yang bertangkai panjang. Dalam
praktiknya, alat sederhana ini paling sering digunakan dan dipakai untuk
mengambil air permukaan atau air sungai kecil yang relatif dangkal.
Gambar 1. Contoh alat pengambil contoh sederhana gayung bertangkai panjang
Keterangan gambar :
A. Pengambil contoh terbuat dari polietilen.
B. Handle (tipe teleskopi yang terbuat dari aluminium atau stanlestil.
Gambar 2. Contoh alat pengambil air botol biasa secara langsung
5
![Page 7: LP Air Permukaan2 (Tnpa Danau)](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022100600/5571f8ba49795991698df63c/html5/thumbnails/7.jpg)
b. Alat pengambil contoh pada kedalaman tertentu
Alat pengambil contoh untuk kedalaman tertentu atau point sampler
digunakan untuk mengambil contoh air pada kedalaman yang telah ditentukan
pada sungai yang relatif dalam, danau atau waduk. Ada dua tipe point sampler
yaitu tipe vertikal dan horisontal
Gambar 3. Contoh alat pengambil contoh air point sampler tipe horizontal.
B. Titik Pengambilan Contoh Air Permukaan
Anonim (2003) menyatakan bahwa lokasi sampling di sungai dilakukan
dengan arah memanjang, seperti gambar berikut:
Menurut Anonim (2008), titik pengambilan sampel air sungai ditentukan
berdasarkan debit air sungai (debit air sungai didapatkan dari hasil praktikum
kelompok sebelumnya) yang diatur sebagai berikut:
a) Sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik, contoh diambil pada satu titik
ditengah sungai pada kedalaman 0,5 kali kedalaman dari permukaan.
b) Sungai dengan debit antara 5-150 m3/detik, contoh diambil pada dua titik masing-
masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada kedalaman 0,5 kali kedalaman
dari permukaan.
c) Sungai dengan debit lebih dari 150 m3/detik, contoh diambil minimum pada enam
titik masing-masing pada jarak ¼, ½ dan ¾ lebar sungai pada kedalaman 0,2 dan
0,8 kali kedalaman dari permukaan.
6
![Page 8: LP Air Permukaan2 (Tnpa Danau)](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022100600/5571f8ba49795991698df63c/html5/thumbnails/8.jpg)
Gambar 5. Titik pengambilan contoh sungai
7
![Page 9: LP Air Permukaan2 (Tnpa Danau)](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022100600/5571f8ba49795991698df63c/html5/thumbnails/9.jpg)
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
8
![Page 10: LP Air Permukaan2 (Tnpa Danau)](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022100600/5571f8ba49795991698df63c/html5/thumbnails/10.jpg)
Bab III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2010 di sungai daerah Srikana pukul
13.30 WIB - selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada saat sampling air permukaan adalah:
1. Meteran
2. Tongkat kayu
3. Alat pengambil sampel
4. Wadah penyimpan sampel
5. Botol KOB
Sedangkan, bahan yang digunakan pada saat sampling air permukaan adalah sampel
air sungai di daerah Srikana.
3.3 Cara Kerja
1. Pengambilan contoh untuk pengujian kualitas air secara umum
2. Pengambilan contoh untuk pengujian oksigen terlarut
9
![Page 11: LP Air Permukaan2 (Tnpa Danau)](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022100600/5571f8ba49795991698df63c/html5/thumbnails/11.jpg)
10
![Page 12: LP Air Permukaan2 (Tnpa Danau)](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022100600/5571f8ba49795991698df63c/html5/thumbnails/12.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Pemantauan Kualitas Air. Bandung: Balai Lingkungan Keairan, Departemen
Pemukiman dan Prasarana Wilayah.
Anonim. 2008. SNI 6989.57:2008 Air dan Air Limbah – Bagian 57: Metoda Pengambilan
Contoh Air Permukaan. Jakarta: Standar Nasional Indonesia.
Anonim. 2009. Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. Bandung: Program Alih Jenjang D4
Bidang Akuakultur ITB.
Erianto, E.W. dan B. Machbub. 2004. Pengaruh Multiparameter Kualitas Air Terhadap
Parameter Indikator Oksigen Terlarut dan Daya Hantar Listrik (Studi Kasus Citarum Hulu).
JLP. Vol. 18. No. 54.
Hanum, F. 2002. Proses Pengolahan Air Sungai Untuk Keperluan Air Minum. Medan:
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara.
Hariyanto, dkk. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya: Airlangga University Press.
Limbong, A. 2008. Alkalinitas: Analisa dan Permasalahannya Untuk Air Industri. Medan:
Program Diploma III Kimia Analisis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara.
Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology, Third Edition. -: Saunders College Publishing.
Raini,dkk. 2004. Kualitas Fisik dan Kimia Air PAM di Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi
Tahun 1999 – 2001. Media Litbang Kesehatan Volume XIV Nomor 3.
Soegianto, Agoes. 2005. Ilmu Lingkungan Sarana Menuju Masyarakat Berkelanjutan.
Surabaya: Airlangga University Press.
Suprapto, A. 2003. Pemanfaatan Air dan Sumber Air untuk Pertanian dalam Kondisi
Keterbatasan Air dan Lingkungan. Jakarta: Tidak diterbitkan.
Suwondo, dkk. 2004. Kualitas Biologi Perairan Sungai Senapelan, Sago dan Sail di Kota
Pekanbaru Berdasarkan Bioindikator Plankton dan Bentos. Jurnal Biogenesis Vol. 1(1).
11