lovi sps3
TRANSCRIPT
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 1/39
PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
SMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
Proposal Skripsi
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam perkuliahan,
Mata kuliah: Seminar Praskripsi
Dosen : Marchasan L.E. Judah Riajanto. M.Pd
Oleh :
Nama : Lovi Olivia
Nim : 0813150005
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2012
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 2/39
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI …………………………………………………………..…. i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………………4
C. Pembatasan Masalah ……………………………………………...4
D. Rumusan Masalah ………………………………………………...5
E. Hipotesis …………………………………………………………. 5
F. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 5
G. Manfaat Penelitian ………………………………………………..6
H. Definisi Operasional ……………………………………………...7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakekat Belajar ………………………………………………….. 10
B. Belajar Matematika ……………………………………………….12
C. Hasil Belajar Matematika ………………………………………... 14
D. Pembelajaran Kooperatif ………………………………………… 16
E. Numbered Head Together (NHT) ………………………………...17
F. Penelitian yang Relevan …………………………………………. 19
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 3/39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel …………………………………………...... 20
1. Populasi ………………………………………………………20
2. Sampel ………………………………………………………..20
B. Jenis dan Desain Penelitian ……………………………………… 20
C. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………. 21
1. Variabel Penelitian …………………………………………...21
2. Sumber Data ………………………………………………….21
D. Pengembangan Pembelajaran ……………………………………. 22
Pembelajaran Kooperatif tipe NHT …………………………. 22
E. Pengembangan Instrumen ………………………………………...23
1. Pengujian Validitas …………………………………………..24
2. Pengujian Reliabilitas ………………………………………..25
3. Pengujian Taraf Kesukaran …………………………………. 26
4. Pengujian Daya Pembeda Soal ………………………………27
F. Teknik Analisis Data …………………………………………….. 28
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..35
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 4/39
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan begitu
pesat dan membawa pengaruh besar dalam segala bidang kehidupan.
Perkembangan ini juga mendorong adanya perbaikan kualitas dalam dunia
pendidikan. Memperbaiki kualitas pembelajaran pada tahun 2006 Pemerintah
melalui Depdiknas telah menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
sebagai kurikulum yang berlaku untuk sekolah-sekolah di Indonesia. Dalam hal ini
sekolah dapat menetapkan sendiri kriteria ketuntasan hasil belajar sesuai dengan
situasi dan kondisi masing-masing.
Ketuntasan hasil belajar dalam hal ini khususnya ketuntasan belajar
matematika yang di ukur dari tingkat pemahaman dan kemampuan berfikir siswa
sehingga mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa yang merupakan
bagian penting dari penyelenggaraan pendidikan. Banyak sekali faktor yang
mempengaruhi hasil belajar matematika siswa didalam pembelajaran, diantaranya
yaitu model pembelajaran yang digunakan.
Model pembelajaran yang biasa digunakan memunculkan paradigma bahwa
dalam proses pembelajaranya siswa dituntut sebagai subjek belajar, sehingga
dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas, siswa masih mendengarkan
penjelasan guru, ataupun mencatat apa yang ada di papan tulis, guru belum
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 5/39
menciptakan situasi dan kondisi agar siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan
belajar.
Rendahnya hasil belajar matematika ini ada kemungkinan disebabkan
ketidak-tepatan pemilihan pendekatan pembelajaran oleh guru. Oleh sebab itu,
perlu dicari model maupun pendekatan pembelajaran yang mampu meningkatkan
kemampuan menyelesaikan masalah matematika. Pemilihan model pembelajaran
yang tepat dalam pembelajaran matematika dimungkinkan dapat mengaktifkan
siswa serta memberikan peluang kepada siswa bahwa belajar matematika
menyenangkan. Guru menempatkan dirinya sebagai fasilitator yang memberikan
fasilitas kepada siswa untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan itu
sendiri, bukan untuk memindahkan pengetahuan.
Eggen dan Kauchak (dalam Fauzi : 2002) mengemukakan bahwa
“Pembelajaran yang efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam
pengorganisasian dan penentuan informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya pasif
menerima pengetahuan yang diberikan guru. Hasil belajar ini tidak hanya
meningkatkan pemahaman siswa saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan
berfikir siswa.”
Salah satu model pembelajaran yang akan digunakan adalah pembelajaran
kooperatif. Melalui pembelajaran tersebut dimungkinkan siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan masalah-masalah
matematika. Sebagai upaya meningkatkan keaktifan siswa, perlu digunakan model
pembelajaran yang tepat guna menyampaikan berbagai konsep dalam
pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertukar pendapat,
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 6/39
bekerja sama dengan teman, berinteraksi dengan guru, dan merespon pemikiran
siswa lain sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat konsep tersebut.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan
untuk mengkolaborasikan pengembangan diri di dalam proses pembelajaran dan
banyak melibatkan keaktifan siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Ide
penting dalam pembelajaran kooperatif adalah memberikan pengajaran kepada
siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting
bagi siswa, karena pada dunia kerja sebagian besar dilakukan secara kelompok.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yaitu
siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan
tingkat kemampuan yang berbeda. Jadi dalam setiap kelompok terdapat peserta
didik yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam menyelesaikan tugas,
anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran.
Salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif adalah tipe NHT
( Numbered Head Together ). Pendekatan NHT adalah suatu model pembelajaran
yang lebih melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi dalam suatu pelajaran
dan mengecek pemahaman siswa tentang isi pelajaran tersebut. Dalam
pembelajaran ini guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari siswa-siswa yang bekerja sama dalam suatu perencanaan kegiatan.
Dalam pembelajaran setiap anggota kelompok diharapkan dapat saling bekerja
sama dan tanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun kelompoknya.
Dalam pembelajaran ini akan lebih meningkatkan kerja sama antar siswa.
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 7/39
Berdasarkan yang telah diuraikan di atas maka penulis mencoba melakukan
penelitian yang berjudul“ Peningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa SMA
melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe N umbered Head Together (NHT)”
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang diatas yang telah dipaparkan, dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam
menyampaikan materi sehingga mempengaruhi hasil belajar matematika
siswa
2. Kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga
mempengaruhi hasil belajar matematika siswa
3. Guru belum menciptakan situasi dan kondisi agar siswa dapat berperan
aktif dalam kegiatan belajar.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan masalah-masalah yang teridentifikasi, maka di buat batasan
masalah penelitian ini ditunjukkan agar tidak menimbulkan penafsiran yang
berbeda-beda.
Penelitian ini dibatasi pada masalah peningkatkan hasil belajar matematika
siswa sma melalui model pembelajaran kooperatif tipe numbered head
together (NHT) pada pokok bahasan dimensi 3 di kelas X SMA NEGERI 1
SUKABUMI”
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 8/39
D. Rumusan Masalah
Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah peningkatan
hasil belajar matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) lebih tinggi dari pada hasil belajar matematika
siswa yang menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran matematika
pokok bahasan dimensi 3 pada siswa kelas X SMA NEGERI 1 SUKABUMI ?
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga hasil belajar
matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan
metode konvensional.
F. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah untuk :
a. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan prestasi matematika siswa sma
jika diajar dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) pokok bahasan dimensi 3.
b. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan keaktifan belajar matematika
siswa jika diajar dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) pokok bahasan dimensi 3.
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 9/39
G. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam upaya
meningkatkan hasil belajar matematika SMA, secara terperinci manfaat yang dapat
diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti:
Dapat menambah wawasan dalam problematika dunia pendidikan
matematika
2. Bagi Guru :
Dapat diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dalam proses pembelajaran diharapkan dapat membantu guru
memperbaiki proses pembelajaran, berkembang secara professional, dan
memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan untuk mengingkatkan hasil belajar matematika siswa.
3. Bagi Sekolah :
Dapat memberikan sumbangan yang baik kepada sekolah dalam upaya
peningkatan kualitas dan mutu pendidikan khususnya dalam pembelajaran
matematika.
4. Bagi Pembaca :
Dapat menjadi bahan kajian untuk mengembangkan penelitian yang
menerapkan metode team teaching melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil
belajar matematika siswa.
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 10/39
H. DEFINISI OPERASIONAL
Variabel merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Dalam penelitian ini meliputi satu variabel bebas yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) dan variabel terikat
tentang hasil belajar matematika siswa kelas X SMA NEGERI 1 SUKABUMI.
1. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar dalam penelitian ini berbentuk skor atau nilai yang diperoleh
siswa setelah mengerjakan tes berbentuk uraian dikaitkan pada pokok bahasan
dimensi 3 yang hedak diteliti adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh
siswa setelah menerima pengalaman belajar yang ditunjukkan melalui penguasaan
pengetahuan, keterampilan, atau tingkah laku. Hasil belajar yang harus dicapai
oleh setiap siswa adalah :
1) Siswa mampu menentukan kedudukan titik, garis dan bidang dalam ruang
2) Siswa mampu menentukan luas permukaan dan volume bangu ruang
3) Siswa mampu menjelaskan penerapan rumus-rumus volume dan luas
permukaan bangun ruang
4) Siswa mampu menentukan proyeksi titik dan garis pada bidang.
5) Siswa mampu menjelaskan bidang frontal, bidang ortogonal, garis frontal,
garis ortogonal, sudut surut, dan perbandingan proyeksi dalam
menggambarkan bangun ruang.
6) Siswa mampu mengerjakan soal dengan baik berkaitan dengan materi
mengenai titik, garis, dan bidang, kedudukan titik, garis, dan bidang pada
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 11/39
bangun ruang, luas permukaan dan volume bangun ruang, proyeksi, dan
penggambaran bangun ruang.
2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kerjasama antar
siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta
meningkatkan kemampuan akademik melalui aktifitas kelompok. Dalam
pembelajaran kooperatif terdapat ketergantungan positif di antara siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran
Proses belajar terjadi dalam kelompok kecil yang terbentuk dari 3-4 orang
siswa dalam satu kelompok. Kelompok tersebut membentuk interaksi antaranggota
yang bertujuan mengembangkan intelegensi antaranggota. Intelegensi ini berupa
kemempuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, motivasi, watak,
dan tempramen orang lain. Secara umum inteligensi interpersonal berkaitan
dengan kemampuan seseorang menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai
orang. Interaksi kelompok dalam interaksi pembelajaran kooperatif dengan kata
lain bertujuan mengembangkan keterampilan sosial (social skill). Beberapa
komponen keterampilan sosial adalah kecakapan berkomunikasi, kecakapan
bekerja kooperatif dan kolaboratif, serta solidaritas.
3. Numbered Head Together (NHT)
Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor ( Numbered Heads)
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberikan kesempatan
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 12/39
kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban
yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan
semangat kerja sama mereka (Anita Lie, 2008: 59).
Langkah-langkah dalam pelaksanaan Numbered Head Together menurut
Yatim Riyanto (2009: 277) adalah sebagai berikut :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerja sama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang
lain.
6. Kesimpulan.
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 13/39
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakekat Belajar
Herman Hudjono (1988 : 1) menyatakan belajar adalah suatu proses
kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah
laku tersebut dapat diamati dan berlaku dalam jangka waktu yang relatif lama.
Dengan demikian, ada proses perubahan dari belum mampu mengerjakan sesuatu
menjadi mampu mengerjakanya, dan proses perubahan tersebut terjadi dalam
jangka waktu yang relatif lama.
Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat diperhatikan secara
langsung dari luar. Bahkan hasil belajar orang itu tidak langsung terlihat, tanpa
orang itu melakukan sesuatu yang menunjukan kemampuan yang telah diperoleh
melalui hasil belajar. Menurut Wina Sanjaya (2008 : 89), belajar adalah proses
mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya
perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu
dengan lingkungan yang disadari. N.K. Roestiyah (1986 : 8) mengemukakan,
“belajar itu sendiri adalah suatu proses aktivitas yang dapat membawa perubahan
pada individu.”
Perubahan yang terjadi dalam diri individu banyak sekali baik sifat maupun
jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri individu
merupakan perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 14/39
aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk perubahan
dalam pengertian belajar (Slameto, 1991: 78).
Sedangkan Rahmat Abror (1993 : 67) berpendapat, bahwa belajar yaitu: (1)
menimbulakn suatu perubahan yang relatif tetap, (2) perubahan itu membedakan
antara keadaan sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah
diperlalkukan belajar, (3) perubahan itu dilakukan lewat kegiatan usaha atau
praktek yang disengaja atau diperkuat.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melakukan kegiatan belajar,
misalnya saja Seorang anak yang baru mulai belajar berjalan, kemudian dengan
adanya proses belajar yang mengakibatkan perubahan dari belum mampu berjalan
menjadi mampu berjalan dalam jangka waktu yang relatif lama. Demikian pula
dengan berbicara, makan dengan alat-alat makan, mengendarai kendaraan dan lain
sebagainya.
Belajar akan membawa suatu perubahan pada diri individu yang belajar.
Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan saja.
Perubahan akibat belajar akan tahan lama dan tidak akan hilang begitu saja, akan
menjadi milik pribadi untuk jangka waktu yang relatif lama. Hal ini sesuai dengan
pendapat Morgan dalam buku Introduction to Psychology yang dikutip oleh M.
Ngalim purwanto (1992 : 84) bahwa belajar adalah setiap perubahan uang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 15/39
B. Belajar Matematika
Berbagai definisi tentang matematika telah banyak dijelaskan oleh para ahli
atau mamematikawan. Akan tetapi definisi matematika hanya befokus pada tujuan
pembuatan definis itu. Jadi tidak terdapat definisi matematika yang tunggal.
Mengutip ucapak Abraham S Luchins dan dith N Luchins (1973 : 17): “ In
short, the question what is mathematics? May be difficulty depending on when the
question is answered, who answer it, and what is regarded as being included in
mathematics.” Singkatnya: “ Apakah matematika itu? Dapat dijawab berbeda-beda
tergantung pada kapan pertanyaan itu dijawab, dimana dijawabnya, siapa yang
menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika.”
Sampai saaat ini belum ada kesepakatan bulat, diantara para mematikawan,
apa yang disebut mateamtika itu. Sasaran penelaahan matematika tidaklah konkrit,
tetapi abstrak (Herman hudjono, 1988 : 2). Matematika berasal dari bahasa latin
Manthanein atau mathem yang berarti “ belajar atau hal yang dipelajari”,sedang
dalam bahasa belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang keseluruhanya
berkaitan dengan penalaran (BPPD RI, 2009:7).
Herman Hudjono (1988 : 1) menyatakan secara singkat bahwa matematika
berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis
dan penalaran deduktif. Ilmu matematika pada dasarnya adalah ilmu penalaran.
Hal ini seperti yang dikatakan Locke, yang dikutip oleh Sudjono (1988 : 8) , yaitu
bahwa matematika merupakan sarana untuk menanamkan kebiasaaan menalar di
dalam pikiran seseorang. Sedangkan menurut Ruseffendi (1980 : 148), matematika
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 16/39
timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan
penalaran.
Menurut R. Soedjadi (2000 : 13), matematika memiliki karakteristik
tertentu. Karakteristik tersebut adalah:
a. memiliki objek kajian abstrak
b. bertumpu pada kesepakatan
c. berpola pikir deduktif
d. memiliki simbol yang kosong dari arti
e. memperhatikan semesta pembicaraan
f. konsisten dalam sistemnya
Jadi matematika merupakan ilmu pengetahuan yang tersusun secara
sistematik, berhubungan dengan konsep-konsep abstrak dan penalaranya deduktif.
Sedangkan belajar matematika adalah suatu proses kegiatan yang berkenaan
dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis
penalaranya deduktif yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku pada
individu dalam jangka waktu yang relatif lama.
Dengan mempelajari matematika diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan berfikir dan kemampuan penalaran siswa serta keaktifan siswa dalam
proses belajar agar siswa dapat mengolah pengetahuan atau pengalaman yang
diperolehnya untuk memecahkan masalah matematik (soal) sehingga siswa mampu
meraih hasil belajar matematika yang memuaskan.
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 17/39
C. Hasil Belajar Matematika
Dalam bukunya, Herman Hudjono (1988 : 1) menyatakan bahwa kegiatan
dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku tersebut merupakan proses
belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar
dengan demikan, belajar akan menyangkut proses belajar dan hasil belajar. Jadi
tidak akan mungkin ada kegiatan kegiatan belajar tanpa melalui proses belajar, dan
setelah melakukan kegiatan belajar pasti aka nada hasil belajar. Menurut Nana
Sudjana (2001 : 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Nasution (1982 : 25)
mendefinisikan hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu
yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga
pengetahuan untuk mengetahui kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, dan
penghargaan dalam diri pribadi individu yang belajar.
Perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang atau siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran di sekolah bersifat menetap dan tidak akan hilang
begitu saja dalam jangka waktu yang relatif lama. Jadi jika seseorang sudah bisa
menyelesaikan operasi hitung perkalian, orang tersebut tidak akan lupa jika
diminta kembali untuk menyelesaikan operasi hitung perkalian dalam jangka
waktu yang relatif lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Kimble dan Garmezy
yang dikutip oleh Tabrani Rusyan (1989 : 80), yaitu sifat perubahan perilaku dalam
belajar relatif permanent .
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 18/39
Dari definisi-definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku yang terjadi setelah mengalami proses belajar yang
bersifat relatif konstan. Jadi, hasil belajar matematika adalah perubahan tingkah
laku yang terjadi akibat proses yang berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep
abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalaran yang deduktif. Dalam
penelitian ini, hasil belajar diambil atau diamati dari nilai tes formatif berbentuk
uraian yang disesuaikan menurut silabus dan dikembangakan melalui indikator-
indikator hasil belajar yang hendak di capai pada materi dimensi 3.
Indikator-indikator pokok bahasan dari materi dimensi 3 tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Menentukan kedudukan titik, garis dan bidang dalam ruang
2) Menentukan luas permukaan dan volume bangu ruang
3) Menjelaskan penerapan rumus-rumus volume dan luas permukaan bangun
ruang
4) Menentukan proyeksi titik dan garis pada bidang.
5) Menjelaskan bidang frontal, bidang ortogonal, garis frontal, garis
ortogonal, sudut surut, dan perbandingan proyeksi dalam menggambarkan
bangun ruang.
6) Mengerjakan soal dengan baik berkaitan dengan materi mengenai titik,
garis, dan bidang, kedudukan titik, garis, dan bidang pada bangun ruang,
luas permukaan dan volume bangun ruang, proyeksi, dan penggambaran
bangun ruang.
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 19/39
D. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui
berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar
siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta
meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam
pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil
belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan
pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model
pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interdependensi peserta didik
dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward -nya. Struktur tugas
berhubungan dengan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward pada
derajat kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun
reward .
Proses belajar terjadi dalam kelompok-kelompok kecil (3-4 orang anggota),
bersifat heterogen tanpa memperhatikan perbedaan kemampuan akademik, jender,
suku, maupun kekurangan yang lainnya.
Salah satu aksentuasi model pembelajaran kooperatif adalah interaksi
kelompok. Interaksi kelompok merupakan interaksi interpersonal (interaksi
antaranggota). Interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif bertujuan
mengembangkan inteligensi interpersonal. Interligensi ini berupa kemampuan
untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak,
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 20/39
temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang
lain juga termasuk dalam inteligensi ini. Secara umum inteligensi interpersonal
berkaitan dengan kemampuan seseorang menjalin relasi dan komunikasi dengan
berbagai orang. Interaksi kelompok dalam interaksi pembelajaran kooperatif
dengan kata lain bertujuan mengembangkan keterampilan sosial (social skill).
Beberapa komponen keterampilan sosial adalah kecakapan berkomunikasi,
kecakapan bekerja kooperatif dan kolaboratif, serta solidaritas.
Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan
tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan
masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif siswa lebih termotivasi, percaya
diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu
membangun hubungan interpersonal. Model pembelajaran kooperatif
memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan
yang relatif sama atau sejajar.
E. Numbered Head Together (NHT)
Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor ( Numbered Heads)
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban
yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan
semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik (Anita Lie, 2008: 59).
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 21/39
Pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Head Together
diawali dengan Numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok
kecil. Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang
dipelajari. Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terdiri dari 40 orang dan
terbagi menjadi 5 kelompok berdasarkan konsep yang dipelajari, maka tiap
kelompok terdiri dari 8 orang. Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap kelompok diberi
nomor 1-8.
Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang
harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan kepada tiap-tiap
kelompok menemukan jawaban. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok
menyatukan kepalanya “ Heads Together ” berdiskusi memikirkan jawaban atas
pertanyaan dari guru.
Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki
nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi
jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus
hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing
kelompok mendapatkan giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru.
Berdasarkan jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam,
sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai
pengetahuan yang utuh.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan Numbered Head Together menurut
Yatim Riyanto (2009: 277):
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 22/39
1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor.
2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan.
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabannya.
4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerja sama mereka.
5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang
lain.
6) Kesimpulan.
H. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Azkha Annisa dalam skripsinya yang
berjudul “Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa” terjadi
peningkatan pembelajaran matematika baik dari segi proses maupun dari segi hasil
setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan menggunakan Model Kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT). Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya
kemandirian belajar siswa dan adanya perubahan pada diri siswa terutama dari
meningkatnya kemandirian belajar siswa. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT menjadikan siswa lebih efektif dalam
belajar
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 23/39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan populasi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA NEGERI 1
SUKABUMI Tahun Pelajaran 2011/2012
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang di teliti. Sampel
yang diambil adalah 2 kelas dari populasi yang ada. Pengambilan sampel ini
dilakukan untuk mendapatkan kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dapat
mewakili populasi tersebut. kelas yang dipilih sebagai kelas sampel yaitu kelas XA
sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang dan kelas X B
sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang.
B. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu karena peneliti tidak
mungkin melakukan kontrol atau manipulasi pada semua variable yang relevan
kecuali, beberapa variable yang diteliti.
Pada penelitian ini eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan
dalam model pembelajaran. Pada kelompok eksperimen diberi perlakuan khusus
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 24/39
dalam proses pembelajaran dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe numbered head together (NHT), sedangkan pada kelompok kontrol
diberikan pembelajaran secara konvensional.
Dalam percobaan ini, digunakan dua kelompok ujicoba yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai
berikut :
O X O
O O
Keterangan:
X : Perlakuan Untuk Kelas model kooperatif tipe NHT
O : Pre / Posttest
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Variable Penelitian
Variable Bebas : kegiatan belajar mengajar melalui model pemebelajaran
kooperatif tipe numbered head together (NHT)
Variable Terikat : Hasil belajar matemtika siswa yang berupa tes akhir yang
dicapai siswa.
2. Sumber Data
Data-data informasi dalam penelitian ini diambil melalui tes.
Metode pemberian tes ini dipergunakan untuk mengukur hasil belajar siswa
baik yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe numbered
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 25/39
head together (NHT). Test ini diberikan melalui postes setelah kelompok
eksperimen diberikan perlakuan. Hasil pengolahan data ini untuk menguji
kebenaran hipotesis
D. Pengembangan Pembelajaran
Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Togerther (NHT)
Tahapan Kegiatan Guru
Tahap-1
Pengajaran
1) Peserta didik diberikan stimulus berupa
pemberian materi oleh guru
2) Guru menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan
yang harus dilakukan siswa, dan
3) Guru memberikan motivasi agar siswa lebih aktif
dan bersemangat dalam mengerjakan tugas
Tahap-2
Belajar kelompok
1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam
setiap kelompok mendapat nomor.
2) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar
dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakan/mengetahui jawabannya.
3) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan
nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja
sama mereka.
4) Anggota kelompok lain memberikan tanggapan,
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 26/39
kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
Tahap-3
Penghargaan kelompok
Guru memberikan penghargaan atau reward kepada
kelompok yang bisa mengerjakan tugas dengan baik
berupa ucapan selamat dan tepuk tangan dari seluruh
kelompok yang ada dikelas sebagai bentuk motivasi
serta lembar penghargaan yang dicetak di kertas
untuk setiap kelompok agar dapat mengetahui nilai
yang telah dicapai tiap-tiap kelompok
Tahap-4
Evaluasi
Guru menjelaskan kembali hasil kerja dari tiap-tiap
kelompok tentang materi yang sudah dipelajari
E. Pengembangan Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian untuk
mengukur hasil belajar dari ranah kognitif, yang meliputi ingatan, pemahaman,
aplikasi, dan analisis pada pokok bahasan dimensi 3 yang berbentuk uraian sebanyak 5
butir soal. Instrumen yang dibuat harus mencakup indikator-indikator pokok
bahasan yaitu:
1) Menentukan kedudukan titik, garis dan bidang dalam ruang
2) Menentukan luas permukaan dan volume bangu ruang
3) Menjelaskan penerapan rumus-rumus volume dan luas permukaan bangun
ruang
4) Menentukan proyeksi titik dan garis pada bidang.
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 27/39
5) Menjelaskan bidang frontal, bidang ortogonal, garis frontal, garis
ortogonal, sudut surut, dan perbandingan proyeksi dalam menggambarkan
bangun ruang.
6) Mengerjakan soal dengan baik berkaitan dengan materi mengenai titik,
garis, dan bidang, kedudukan titik, garis, dan bidang pada bangun ruang,
luas permukaan dan volume bangun ruang, proyeksi, dan penggambaran
bangun ruang.
Agar dalam penelitian diperoleh kesimpulan dan data yang akurat, maka
dibututhkan instrumen yang valid dan reliabel. Untuk mengetahui hal tersebut,
sebelum instrumen tersebut digunakan pada sampel, terlebih dahulu instrumen
tersebut dikonsultasikan dengan dosen pembimbing kemudian diuji cobakan pada
kelas lain di luar kelas sampel untuk di uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran,
dan daya pembeda soal. Langkah penganalisannya adalah sebagai berikut:
1. Pengujian Validasi
Sebuah tes disebut valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak di
ukur. Uji validasi yang digunakan adalah validasi butir soal atau validasi item
dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment sebagai berikut:
∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ ∑ ∑ (Suharsimi Arikunto, 2001 : 97)
Keterangan:
: Koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y
N : Jumlah peserta tes
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 28/39
∑ : Jumlah skor setiap item
∑ : Jumlah skor total siswa∑ : Jumlah perkalian antara X dan Y
∑ : Jumlah kuadrat tiap item
∑ : Jumlah kuadrat skor total
Validitas item test dikualifikasikan sebagai berikut:
0,00 0,20 : Sangat Rendah
0,21 0,40 : Rendah
0,41 0,60 : Cukup
0,61
0,80 : Tinggi
0,81 1,00 : Sangat Tinggi
2. Pengujian Reliabilitas
Untuk menguji reliabilitas dalam instrument ini. Digunakan rumus KR-20
(Kuder Richardson) sebagai berikut:
( ) ∑ Keterangan:
: Reliabilitas secara keseluruhan
: Proporsi subjek yang menjawab item benar
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 29/39
: Proporsi subjek yang menjawab item salah
∑ : Jumlah hasil perkalian antara p dan q : Banyak item
: Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
Klasifikasi koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut:
0,91 1,00 : sangat tinggi
0,71 0,90 : tinggi
0,41 0,70 : cukup
0,21 0,40 : rendah
0,20 : sangat rendah
3. Pengujian Taraf Kesukaran Soal
Uji taraf kesukaran dilakukan untuk mengetahui soal-soal yang mudah,
sedang, atau sukar. Bilangan yang menunjukan tingkat kesukaran suatu soal
disebut indeks kesukaran. Untuk menghitung indeks kesukaran, digunakan rumus
sebagai berikut:
(Ign Masdijo, 1995 : 209)
Keterangan:
IK : Indeks Kesukaran
B : Jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa dari tiap item
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 30/39
N : Banyaknya siswa
Skor maksimal : Besar skor yang ditentukan untuk setiap jawaban yang benar
Klasifikasi:
0,81 – 1,00 : mudah sekali
0,61 – 0,80 : mudah
0,41 – 0,60 : sedang
0,21 – 0,40 : sukar
0,00 – 0,20 : sukar sekali
4. Penguji Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah). Angka yang menunjukan daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, disingkat D. rumus yang digunakan untuk menentukan indeks
diskriminasi adalah sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 2001 : 213 – 214)
Keterangan :
D = Daya pembeda soal
JA = Banyak peserta kelompok atas
JB = Banyak peserta kelompok bawah
BA = Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang bernilai benar
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 31/39
PB = Proporsi peserta kelompok atas yang bernilai salah
Klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut:
D : 0,00 – 0,20 = jelek ( poor )
D : 0,20 – 0,40 = cukup (satisfactory)
D : 0,40 – 0,70 = baik (good )
D : 0,70 – 1,00 = baik sekali (excellent )
D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D
negarif sebaiknya dibuang saja.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
1. Uji Prasyarat Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih ahulu dilakukan pengujian
analisis prasyarat yaitu:
a. Rata-rata hasil test yang diperoleh dihitung dengan rumus:
Teknik analisis data untuk menghitung rata-rata hasil tes hasil belajar
matematika dari kelas sampel dengan rumus:
∑ ∑ . h. 210)
Keterangan :
Rata-rata kelas
Frekuensi yang sesuai dengan batas kelas
Skor ke-i
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 32/39
b. Teknik analisis data untuk menghitung standar deviasi (simpangan baku)
dari tes hasil belajar matematika untuk mengetahui penyebaran data dengan
rumus:
∑
Keterangan :
= Simpangan Baku
= banyaknya subjek
2. Analisis Uji Hipotesis
a. Menguji Normalitas
Uji normalitas di gunakan untuk mengetahui apakah data yang dipilih
berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji kenormalan dengan
menggunakan uji chi-kuadrat, Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan :
= Nilai uji normalitas yang di cari = Frekuensi pengamatan
= Frekuensi harapan
Rumusan hipotesis normalitas adalah sebagai berikut:
Ho = Data berdistribusi normal
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 33/39
Ha = Data tidak berdistribusi normal
Jika maka Ho di terima atau data dinyatakan berdistribusi
normal.
b. Uji Homogenitas
Jika salah satu atau kedua data tes hasil belajar matematika
berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan nilai F dengan rumus:
Keterangan :
Vb = Varians besar
Vk = Varians kecil
2) Menentukan derajat kebebasan dengan rumus:
Keterangan:
= Derajat kebebasan pembilang
= Derajat kebebasanpenyebut
= Ukuran sampel yang variansnya besar
= Ukuran sampel yang variansnya kecil
3) Menentukan nilai F dari daftar
4) Menentukan homogenitas, dengan kriteria sebagai berikut :
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 34/39
Hasil kemudian dibandingkan dengan jika ,
maka varians bersifat homogen.
3. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Ada tidaknya pengaruh dapat dilihat dari ada tidaknya perbedaan,
karena itu dilakukan uji kesamaan dua rata-rata.
a. Jika kedua kelompok data berdistribusi normal dan variansnya homogen,
maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan
rumus uji t, sebagai berikut:
1) Mencari nilai t dengan rumus
( )
Dsg dicari dengan rumus :
2) Mencari standar deviasi gabungan dengan rumus:
:Keterangan :
Deviasi standar gabungan
Ukuran sampel yang variansnya besar
Ukuran sampel yang variansnyakecil
varians terbesar
varians terkecil
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 35/39
3) Mencari derajat kebebasan , dengan rumus
4) Pengujian hipotesis
Hipotesis yang di uji:
Kriteria pengujian
Jika maka Ho diterima dan Ha ditolak
Artinya nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen kurang dari atau sama
dengan kelas kontrol dari perlakuan yang diberikan sehingga perlakuan
yang diberikan tidak memberikan pengaruh lebih baik terhadap hasil
belajar matematika siswa
Jika maka Ho ditolak dan Ha diterima
Artinya nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih dari kelas
kontrol dari perlakuan yang diberikan sehingga perlakuan yang diberikan
memberikan pengaruh lebih baik terhadap hasil belajar matematika siswa.
4. Uji Non Parametrik
Jika kedua kelompok data tidak berdistribusi normal maka uji perbedaan
rata-rata yang digunakan adalah uji non parametrik. Dalam hal ini digunakan
uji Mann Whitney, Statistik non parametrik Uji Mann Whitney digunakan
untuk menguji hipotesis komparatif dari dua sampel yang saling bebas,
rumusnya sebagai sebagai berikut:
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 36/39
(Supranto J, 2001:304)
Keterangan:
= jumlah sampel 1
= jumlah sampel 2
= jumlah peringkat 1
= jumlah peringkat 2
= jumlah rangking pada sampel
= jumlah rangking pada sampel
5. Uji t’
Jika kedua kelompok data berdistribusi normal tapi variansnya tidak
homogen maka uji perbedaan rataan yang digunakan adalah uji t’ dengan
rumus :
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 37/39
Keterangan:
= Rata-rata hitung kelompok eksperimen = Rata-rata hitung kelompok kontrol
= Varians data kelompok eksperimen
= Varians data kelompok control
= Jumlah kelompok eksperimen
= Jumlah kelompok control
Jika , maka hipotesis ditolak
Dimana
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 38/39
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Rahmat Abror , Psikologi Pendidikan (Yogyakarta; PT. tiara wacana, 1993).
Agus Suprijono. 2009. Cooperatif Learning: Teori dan Aplikasi Paikem.
(Yogyakarta:Pustaka Pelajar)
Anita Lie. 2002. “Cooperatif Learning”. ( Jakarta: Grasindo)
Buchari Alma & Ratih Hurriyati. 2008. “ Manajemen Corporate dan Strategi
Pemasaran Jasa Pendidikan Fokus pada Mutu dan Layanan.” ( Bandung:
Alfabeto)
E.T. Ruseffendi, Pengarang Matematika Modern Untuk Orang Tua Murid, Guru,
SPG (Bandung: Tarsito, 1988)
Herman Hudjono, “ Mengajar Belajar Matematika” (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1988)
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992)
N.K Roestiyah,” Didaktik Metodik Jakarta”: Bumi Aksara, 1986)
Nana Sudjana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001)
Pusat Kurikulum, KTSP Mata Pelajaran Matematika SMU ( Jakarta: BadanPenelitian Dan Pengembangan Depdiknas RI, 2009)
R. Soerjadi, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia: Konsistansi Keadaan
Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan Bangsa (Jakarta: Dirjendikti
Depdiknas, 2000)
Roestiyah NK dan Yumiarti Suharto. 1985. Strategi Relajar Mengajar . (Jakarta:
Bina Aksara)
5/14/2018 lovi sps3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lovi-sps3 39/39
S. Nasution, Didaktik Aza-Azas Mengajar (Bandung: Jemmars, 1982)
Sartono Wirodikromo. 2001. Matematika untuk SMA kelas XII Program Ilmu
Sosial.(Jakarta: Erlangga)
Slameto, “Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS)”
(Jakarta: Bumi Aksara,1991)
Sudjono, Pengarang Matematika Untuk Sekolah Menengah (Jakarta: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan, 1988)
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D). (Bandung: Alfabeta)
Sugiyono. 2010. “ Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D”.
(Bandung: Alfabeta)
Suharsimi, Arikunto. 2002. Manajemen Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Tabrani Rusyan, Dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung:
Remaja Karya, 1989)
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer (Bandung:JICA-UPI,2001)
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
(Jakarta: Prenada Media Group,2008).
Yatim Riyanto. 2009. “ Paradigma Baru Pembelajaran”. (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group)
Email : [email protected]
No tlp: 089637808850