lo 2 sk 6 fix

4
LO 2 PERTIMBANGAN PERIODONTAL DARI RENCANA PERAWATAN Dalam melakukan perawatan pada kasus gingivitis hiperplasi kita harus mengetahui keparahan dari jaringan gingival tersebut. Dan untuk mengetahui keparahan dari gingivitis hiperplasi ini, dokter gigi dapat melakukan beberapa pemeriksaan yaitu plaque index (PI), Hyperplasia index (HI), dan Gingival index (GI). Pada saat pemeriksaan Plaque index (PI) dokter gigi dapat melihat keparahan dari akumulasi plak pada pasien. Sehingga dokter gigi dapat dengan pasti menentukan perawatan yang akan diberikan. Plaque index (PI) diukur pada 4 permukaan tiap gigi (sisi bukal yang meliputi mesial, mid, distal, dan sisi lingual) dengan menggunakan probe atau sonde . Semua sekor dijumlah dan dibagi dengan jumlah permukaan yang diperiksa. Skor sebagai berikut : 0 = tidak ada plak pada gingival, 1= tidak ada plak yang dapat diamati dengan telanjang mata namun plak tampak pada ujung probe atau sonde , 2 = ginggiva ditutupi oleh selapis tipis plak sampai sedang yang tampak dengan mata telanjang, 3 = penumpukan yang banyak dari deposit lunak didalam saku gingival dan pada tepi gingival dan permukaan gigi. Pada pemeriksaan Hyperplasi index (HI) dokter gigi dapat menentukan keparahan dari pembesaran gingival, sehingga dapat ditentukan jenis perawatan yang tepat. Menurut Seymour hyperplasi index ditentukan dengan skor sebagai berikut : skor 0 = tidak ada pembesaran interdental papil kearah permukaan gigi , skor 1 = sedikit pembesaran interdental papil dengan ujung papil membulat, skor 2 = pembesaran sedang papil mengembang meliputi bagian lateral dan melintas ke permukaan bukal gigi kurang dari ¼ mahkota, skor 3 = tanda pembesaran papil lebih dari ¼ mahkota gigi bentuk normal papil hilang.

Upload: meidi-kurnia-ariani

Post on 17-Sep-2015

223 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

g

TRANSCRIPT

LO 2 PERTIMBANGAN PERIODONTAL DARI RENCANA PERAWATAN

Dalam melakukan perawatan pada kasus gingivitis hiperplasi kita harus mengetahui keparahan dari jaringan gingival tersebut. Dan untuk mengetahui keparahan dari gingivitis hiperplasi ini, dokter gigi dapat melakukan beberapa pemeriksaan yaitu plaque index (PI), Hyperplasia index (HI), dan Gingival index (GI).

Pada saat pemeriksaan Plaque index (PI) dokter gigi dapat melihat keparahan dari akumulasi plak pada pasien. Sehingga dokter gigi dapat dengan pasti menentukan perawatan yang akan diberikan. Plaque index (PI) diukur pada 4 permukaan tiap gigi (sisi bukal yang meliputi mesial, mid, distal, dan sisi lingual) dengan menggunakan probe atau sonde . Semua sekor dijumlah dan dibagi dengan jumlah permukaan yang diperiksa. Skor sebagai berikut : 0 = tidak ada plak pada gingival, 1= tidak ada plak yang dapat diamati dengan telanjang mata namun plak tampak pada ujung probe atau sonde , 2 = ginggiva ditutupi oleh selapis tipis plak sampai sedang yang tampak dengan mata telanjang, 3 = penumpukan yang banyak dari deposit lunak didalam saku gingival dan pada tepi gingival dan permukaan gigi.

Pada pemeriksaan Hyperplasi index (HI) dokter gigi dapat menentukan keparahan dari pembesaran gingival, sehingga dapat ditentukan jenis perawatan yang tepat. Menurut Seymour hyperplasi index ditentukan dengan skor sebagai berikut : skor 0 = tidak ada pembesaran interdental papil kearah permukaan gigi , skor 1 = sedikit pembesaran interdental papil dengan ujung papil membulat, skor 2 = pembesaran sedang papil mengembang meliputi bagian lateral dan melintas ke permukaan bukal gigi kurang dari mahkota, skor 3 = tanda pembesaran papil lebih dari mahkota gigi bentuk normal papil hilang.

Pada pemeriksaan Gingival index (GI) dokter gigi dapat menentukan keparahan dari keradangan pada gingival tersebut, sehingga dapat memberikan perawatan secara tepat. Pemeriksaan gingival index ditentukan dengan skor seperti berikut : skor 0 = tidak ada keradangan pada tepi gingival, skor 1 = keradangan ringan pada gingival terdapat perubahan tekstur, tidak ada perdarahan pada saat probing, skor 2 = keradangan sedang pada gingival, kemerahan, edema dan mengkilat, adanya perdarahan saat probing. Skor 3 = keradangan parah pada gingival, tanda kemerahan, edema, dan ulcerasi.

Salah satu etiologi pembesaran gingiva adalah penggunaan obat-obatan tertentu, yaitu obat anti-konvulsan, anti-hipertensi, dan imunosupresan. Contoh obat yang dimaksud masing-masing adalah phenytoin, nifedipine dan cyclosporin. Untuk pasien yang membutuhkan obat tersebut, penghentian konsumsi obat dapat membahayakan kesehatan bahkan nyawa. Perlu dikonsultasikan dengan dokter yang merawat pasien, untuk dilakukan substitusi obat yang diberikan. Phenytoin dapat diganti dengan carbamazepin dan asam valproat, nifedipine dengan verapamil dan diltiazem. Setelah substitusi dilakukan, pasien diberikan perawatan periodontal fase 1 dan fase evaluasi selama 6-12 bulan. Jika lebih dari waktu itu tidak terjadi perubahan kondisi gingiva, maka diindikasikan untuk perawatan fase 2, bedah periodontal.

Jika sudah diindikasikan untuk dilakukan bedah, pemilihan teknik bedah didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut.

a. Luas area gingiva yang membesar

Jika telah terdapat poket dan resorpsi disertai pembesaran gingiva yang melibatkan enam gigi, maka diindikasikan untuk teknik gingivektomi. Jika yang terlibat lebih dari enam gigi, maka diindikasikan untuk teknik flap periodontal.

b. Tipe bone lossJika tipe bone lossnya vertikal atau angular, maka terdapat defek tulang yang dapat menyebabkan kekambuhan poket dan menyebabkan rekurensi pembesaran gingiva. Kondisi ini diindikasikan untuk dilakukan flap periodontal sehingga tulang dapat diakses. Akses terhadap tulang ini memudahkan prosedur penghalusan atau pemotongan tulang, dan pemberian graft.

Terdapat beberapa kondisi yang dapat dipertimbangkan untuk dilakukan gingivektomi, yaitu :

Apabila terdapat poker supraboni 4 mm yang tetap ada walaupun telah dilakukan scalling dan root planing.

Apabila terdapat pembengkakan atau hiperplasi gingiva yang menetap, dimana poket sesungguhnya dangkal namun terdapat penambahan kedalaman poket, pembesaran, dan deformasi gingiva yang cukup besar.

Selain itu, persyaratan yang perlu dipertimbangkan sebelum dilakukannya gingivektomi, antara lain :

Zona attached gingiva harus cukup lebar sehingga apabila gingival telah dieksisi pada saat gingivektomi, sebagian dari attached gingiva ini tetap dapat menyisakan zona yang masih dapat berfungsi dengan baik.

Krista alveolar dibawahnya harus normal, tidak boleh ada defek ataupun poket infraboni.

Daftar Pustaka

Newman, Takei, Klokkevold dan Carranza. Carranzas Clinical Periodontology. 11th Edition. Missouri: Saunders

Ruhadi Iwan. 2005. Kekambuhan Gingivitis Hiperplasi Setelah Gingivektomi. Maj Ked. Gigi. (Dent.J.). Vol.38 (3):108-111