llaappoorraann ttaahhuunn 22001144 - selamat datang di ... tahun 2014.pdf · pelaporan...
TRANSCRIPT
DDiinnaass ppeerrttaanniiaann,, ppeerrkkeebbuunnaann ddaann
kkeehhuuttaannaann
KKaabbuuppaatteenn BBaanndduunngg
LLaappoorraann TTaahhuunn
22001144
Laporan Tahun 2014
1
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Dengan berakhirnya tahun anggaran 2014 Dinas Pertanian, Perkebunan,
dan Kehutanan telah menyusun Laporan Tahunan tahun 2014 yang isinya
merupakan salah satu bentuk laporan tentang berbagai program/kegiatan/
proyek pembangunan khususnya pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung
selama tahun 2014.
Laporan Tahun 2014 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bandung merupakan potret dari Performance sector pertanian di
Kabupaten Bandung yang merupakan resultante atau hasil dampak dari berbagai
upaya, program/kegiatan yang dilaksanakan oleh jajaran Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan mulai dari Kepala Dinas sampai dengan para petugas
tingkat lapangan (kecamatan dan desa) yang secara bersama-sama dengan para
petani/kelompok tani Kabupaten Bandung serta berbagai pihak terkait terus
berupaya tiada henti untuk mewujudkan ataupun melangkah menuju ke arah
tercapainya sasaran serta gambaran ideal sektor pertanian/agribisnis yang telah
dicita-citakan bersama dan dinyatakan dalam Visi Dinas Pertanian, Perkebunan
dan Kehutanan Kabupaten Bandung, yaitu “Meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui pengembangan agribisnis berkelanjutan berbasis
sumberdaya lokal menuju keunggulan bersaing global, maju, mandiri
dan berwawasan lingkungan”
Kami yakin bahwa apa yang telah dilaksanakan oleh Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung sampai dengan saat ini masih
jauh dari sempurna tentang arah/tercapainya Visi tersebut serta belum
sepenuhnya mampu mewujudkan seluruh aspirasi berbagai pihak yang terkait
(stakeholder) dengan pembangunan pertanian, khususnya masyarakat tani di
Kabupaten Bandung. Hal ini disebabkan oleh masih adanya beberapa faktor
pembatas yang dihadapi dan tentunya terus kami upayakan untuk dilakukan
penanganan dan pemecahan masalahnya guna perbaikan dan penyempurnaan di
tahun-tahun yang akan datang.
Laporan Tahun 2014
2
Semoga Laporan Tahun 2014 ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta
pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan referensi, penilaian dan
informasi mengenai kegiatan pada sub sektor pertanian di Kabupaten Bandung.
Soreang, Januari 2015 Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan
dan Kehutanan Kabupaten Bandung
Ir. H. A. Tisna Umaran, MP Pembina Utama Muda
NIP. 19640923 199203 1 005
Laporan Tahun 2014
3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… i DAFTAR ISI ……………………………………………..…………………………… iii DAFTAR TABEL .…………………………………………………………………….. iii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………. iv DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………….. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………… 1 1.2 Dasar-dasar Penyusunan Laporan ……………………………………. 2 1.3 Gambaran Umum SKPD 1.3.1 Susunan Organisasi …………………………………….......... 5 1.3.2 Bidang Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi …………… 9 1.4 Sumberdaya Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan …… 12 1.5 Permasalahan Utama (Strategic Issue) yang Dihadapi 1.5.1 Identifikasi Masalah ……………………………………………. 13 1.5.2 Isu-isu Strategis …………………………………………......... 21
BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis 2.1.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan ………………………………………………………….
21 2.1.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah ………………… 22 2.1.3 Strategi, Kebijakan dan Penetapan Rencana Kinerja
Lima Tahunan Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2010–2015 ……………………...........
23 2.1.4 Kerangka Kebijakan, Strategi dan Penentapan
Kinerja Tahunan Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2013 ……………………………………....
31
BAB III TARGET PENDAPATAN DAN REALISASI ANGGARAN 3.1 Gambaran Umum Target Pendapatan dan Realisasi Anggaran 3.1.1 Anggaran Pendapatan ………………………………………... 56 3.1.2 Anggaran Belanja ………..…………………………………….. 57
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 4.1 Analisis Pengukuran Kinerja 4.1.1 Analisa Pencapaian Kinerja Sasaran Tahun 2014...... 62 4.2.2
4.2 Analisa Pencapaian Kinerja Kegiatan ………………....... Analisa Pencapaian Struktur Ekonomi......................
101 123
BAB V PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH
5.1 Permasalahan dan Upaya Pemecahannya ………………………….. 133
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan............................................………………………….. 135 6.2 Saran.....................................................………………………….. 129
Laporan Tahun 2014
4
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Sumber daya Aparatur Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Bandung…….........................................
6
Tabel 2.1 Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja sampai dengan
Periode 2015..................................................…………………….
24
Tabel 2.2 Prioritas Komoditas Unggulan …………………………………………….. 31
Tabel 2.3 Penetapan Rencana Kerja Tahunan Dinas Pertanian, Perkebunan
dan Kehutanan Tahun 2014................………..…….......................
37
Tabel 2.4 Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Tahun 2014..…………………………………………………………................
43
Tabel 2.5 Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Pemasaran Hasil
Pertanian/Perkebunan…………………………………………………………...
49
Tabel 2.6 Sasaran Kegiatan pada Program Penerapan Teknologi
Pertanian/Perkebunan…………………………………………………………...
50
Tabel 2.7 Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Produksi
Pertanian/Perkebunan…………………………………………………………….
54
Tabel 2.8 Sasaran Kegiatan pada Program Pemanfaatan Potensi Sumber
Daya Hutan ………………………………………………………………………....
55
Tabel 2.9 Sasaran Kegiatan pada Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan.... 57
Tabel 2.10 Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Kesejahteraan
Petani....................................................................................
60
Tabel 3.1 Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2014.….
56
Tabel 3.2 Target dan Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung Tahun
2014.......................................................................................
57
Tabel 3.3 Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung SKPD Tahun
2014.......................................................................................
58
Tabel 3.4 Target dan Realisasi Belanja Langsung Program Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2014....................................
60
Laporan Tahun 2014
5
Tabel 4.1 Pengukuran Sasaran Kinerja Tahunan 2014 .…………………........... 64
Tabel 4.2 Target dan Realisasi Jumlah Produksi Padi Palawija di Kabupaten
Bandung Tahun 2014........................................................……..
66
Tabel 4.3 Realisasi Penyaluran Pupuk Thn 2012-2013 .………………………...... 69
Tabel 4.4 Fasilitasi Pengembangan Unit Pengolahan Pupuk Organik Tahun
2013-2014...................................................................………….
71
Tabel 4.5 Perbandingan Jumlah Alat Mesin Pertanian di tingkat petani
Kabupaten Bandung Tahun 2013 dan Tahun 2014 ..............……..
75
Tabel 4.6 Rencana dan Realisasi Stimulan Pengendalian OPT Tahun 2014... 77
Tabel 4.7 Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang sudah mempunyai
SK Bupati dan Berbadan Hukum.....................................….……..
78
Tabel 4.8 Potensi Air Permukaan Bendungan Desa di Kabupaten Bandung.. 81
Tabel 4.9 Penerapan Teknologi di Tingkat Petani Tahun 2012-2014 ……..... 83
Tabel 4.10 Realisasi Tingkat Kehilangan Hasil Komoditas Padi dan Jagung
Tahun 2011 s.d 2014................................................................
85
Tabel Pengukuiran sasaran Strategis 2 Tahun 2014 ...………………………. 87
Tabel 4.12 Realisasi Luas Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas
Komoditas Sayuran di Kabupaten Bandung Tahun 2014..………….
89
Tabel 4.13 Realisasi Produksi Tanaman Buah-buahan di Kabupaten Bandung
Tahun 2014 ………………………………………………………………………….
92
Tabel 4.14 Realisasi Produksi Tanaman Hias di Kabupaten Bandung Tahun
2014 .......................................................................................
94
Tabel 4.14a Realisasi Tanaman Hias di Kabupaten Bandung Tahun 2014 ….... 94
Tabel 4.15 Realisasi Produksi Tanaman Obat Tahun 2014 …………........……... 95
Tabel 4.16 Realisasi produksi komoditi perkebunan………………………………….. 96
Tabel 4.17
Tabel 4.18
Rumah Kemasan Hortikultura Kabupaten Bandung ………………....
Unit Pengolahan Hasil Perkebunan Kabupaten Bandung..............
97
97
Tabel 4.19 Pengukuran Sasaran Strategis 3 Tahun 2014 ………………………..... 98
Tabel 4.20 Luas Penanaman Hutan dan Lahan Kritis .....................…………… 99
Tabel 4.21 PDRB Kabupaten Bandung Berdasarkan Harga Berlaku ……………. 124
Tabel 4.22
Tabel 4.22
PDRB Kabupaten Bandung Berdasarkan Harga Konstan ..………….
PDRB berdasarkan harga konstan.............................................
124
125
Tabel 4.23 Dristribusi Persentase PDRB Kabupaten Bandung ……………………. 125
Laporan Tahun 2014
6
Tabel 4.24 Persentase Lapangan Pekerjaan Penduduk berumur 15 Tahun
keatas Kabupaten Bandung Tahun 2008-2011 ……......................
128
Tabel 4.25 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kab. Bandung Thn 2010-2014. 129
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1 Struktur organisasi Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan ……………………………………………………………………. 6
Gambar 1.2 Struktur organisasi UPTD Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan ……………………………………………………………........
8 Gambar 2.1 Kerangka migrasi strategi pembangunan sub-sektor
tanaman pangan dan perkebunan Kabupaten Bandung …....
25 Gambar 2.2 Kerangka migrasi strategi pembangunan sub-sektor
kehutanan Kabupaten Bandung ……………………………………...
28 Gambar 4.1 Perkembangan Produktivitas Padi Kabupaten
Bandung......... 68
Gambar 4.2 Perkembangan Indeks Pertanaman Padi Kabupaten
Bandung...........................................................................
69 Gambar 4.3 Unit Pengolahan Pupuk Organik KUEP Taruna
Mukti............. 72
Gambar 4.4 Gambar 4.5
Pengembangan Pertanian Organik Kelompok tani Sarinah.... Struktur Ekonomi Rumah Tangga Pertanian.........................
84
127
Laporan Tahun 2014
7
Laporan Tahun 2014
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bandung
BAB I PENDAHULUAN
Laporan Tahun 2014
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelaksanaan kegiatan tahun 2014 diarahkan menjaring kerjasama dan
kemitraan di antara para pelaku yang terlibat dalam pembangunan pertanian
perkebunan, dan kehutanan. Bahwa sebagai salah satu upaya mengevaluasi
kinerja pelaksanaan pembangunan dan dalam rangka meningkatkan pelaksanaan
pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung
jawab serta untuk memantapkan pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan
instansi pemerintah, serta dalam rangka perwujudan good governance yang
merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi
masyarakat dan untuk mencapai tujuan serta cita-cita berbangsa dan bernegara.
Disamping itu, sesuai yang diamanatkan dalam Instruksi Presiden
Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
Peraturan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29
Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Surat Edaran
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2013 tentang Penyampaian Laporan
Akuntabilitas Kinerja dan Laporan Tahun, bahwa Laporan akuntabilitas
kinerja dan Laporan Tahun merupakan kewajiban dari setiap instansi
pemerintahan pada akhir tahun berlaku sebagai laporan
pertanggungjawaban secara sistematik dan melembaga. Laporan tersebut
untuk mengukur seberapa jauh tingkat kinerja dan keberhasilan
pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dan tertuang dalam
Rencana Kerja Tahunan Instansi Pemerintahan.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Bandung menyusun laporan akuntabilitas kinerja (LAKIP)
Laporan Tahun 2014
9
dan juga laporan Tahun (LAPTAH) 2014, sebagai upaya pertanggungjawaban
keuangan dan kinerja dinas untuk menilai tingkat keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan organisasi yang terkait dengan pembangunan pertanian,
perkebunan, dan kehutanan yang tertuang dalam Rencana Strategis Tahun
2010-2015 dan Renja tahun 2014. Diharapkan Laporan Akuntabilitas Kinerja
tersebut dapat digunakan sebagai barometer Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan dalam memprediksi, memproyeksi, dan conjectures program/kegiatan
di tahun-tahun berikutnya, secara efektif, efisien dan responsif.
1.2. Dasar-dasar Penyusunan Laporan
Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) dan Laporan Tahun 2013 mempertimbangkan landasan hukum,
sebagai berikut:
a. Landasan Idiil Pancasila
b. Landasan Konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
c. Landasan Operasional :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286).
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara.
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400).
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
Laporan Tahun 2014
10
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437).
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438).
7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan
Penylenggaraan Pemerintahan Daerah, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4124
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004
tentang Rencana Kerja Pemerintah;
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004
tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian
Negara/Lembaga;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2005 Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 – 2009.
13. Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.
14. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah;
15. Kepmendagri Nomor 050-188/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman
Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah/RPJMD).
Laporan Tahun 2014
11
16. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan
Nomor 28 Tahun 2010; Nomor 0199/M PPN/04/2010; Nomor PMK
95/PMK 07/2010, tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.
17. Peraturan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja
dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
18. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011
tentang Penyampaian Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2011;
19. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 6 Tahun 2004
tentang Transparansi dan Partisipasi dalam Penyelenggaraan
Pemerintah di Kabupaten Bandung.
20. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 8 Tahun 2005 tentang
Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunaan Daerah.
21. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2006
tentang Alokasi Dana Perimbangan Desa di Kabupaten Bandung
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Bandung Nomor 24 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2006 tentang Alokasi
Dana Perimbangan Desa di Kabupaten Bandung.
22. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 3 Tahun 2006
tentang Pedoman Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten
Bandung.
23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2007
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.
Laporan Tahun 2014
12
24. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 17 Tahun 2007
tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Bandung.
25. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 11 tahun 2011
tentang Rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun 2011-2015.
26. Peraturan Bupati Bandung Nomor 41 Tahun 2011 tentang Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Bandung Tahun
2012 beserta perubahannya Nomor 26 Tahun 2012.
27. Surat Edaran Bupati Bandung Nomor 130.04/22/Org tentang
Penetapan Kinerja dan Penyusunan LAKIP SKPD.
1.3. Gambaran Umum SKPD
1.3.1. Susunan Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor
20 tahun 2007 tanggal 17 Desember 2007 tentang “Pembentukan
Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung” dibentuk Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan yang dipimpin oleh pejabat setingkat eselon
II dengan susunan unit kerja eselon III terdiri dari : Sekretaris Dinas,
Bidang Pertanian Tanaman Pangan, Bidang Hortikultura, Bidang
Perkebunan dan Bidang Kehutanan. Selain itu terdapat 3 UPTD eselon IV
yaitu UPTD Alat Mesin Pertanian dan Proteksi Tanaman, UPTD Benih
Tanaman dan UPTD Pengembangan Usaha Tani, seperti terlihat pada
Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.
Laporan Tahun 2014
13
KEPALA
DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN, DAN
KEHUTANAN
SEKRETARIS DINAS
SUB BAGIAN
PENYUSUNAN PROGRAM
SUB BAGIAN
UMUM DAN KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN
KEUANGAN
BIDANG TANAMAN PANGAN
PERTANIAN
BIDANG
HORTIKULTURA
BIDANG
PERKEBUNAN
BIDANG
KEHUTANAN
SEKSI
SARANA DAN PRASARANA
SEKSI
PENGEMBANGAN PRODUKSI
SERELIA, KACANG-KACANGAN,
DAN UMBI-UMBIAN
SEKSI
PASCA PANEN, PENGOLAHAN,
DAN PEMASARAN HASIL
SEKSI
PENGEMBANGAN PRODUKSI
SAYURAN
SEKSI
PENGEMBANGAN PRODUKSI
TAN. HIAS, TAN. BUAH, DAN
TAN. OBAT
SEKSI
PASCA PANEN, PENGOLAHAN,
DAN PEMASARAN HASIL
SEKSI
PENGEMBANGAN PRODUKSI
PERKEBUNAN
SEKSI
PASCA PANEN, PENGOLAHAN,
DAN PEMASARAN HASIL
SEKSI
PENGENDALIAN
SEKSI
PENGEMBANGAN DAN
PEMANFAATAN SD HUTAN
SEKSI
REHABILITASI LAHAN DAN
KONSERVASI TANAH
SEKSI
PERLINDUNGAN DAN
PENGENDALIAN HUTAN
UPTD
JAFUNG
Gambar 1.1 struktur organisasi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Laporan Tahun 2014
14
KEPALA
DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN, DAN
KEHUTANAN
KEPALA UPTD
ALSINTAN DAN PENGENDALIAN OPT
KEPALA UPTD
PENGEMBANGAN BENIH
KEPALA UPTD
PENGEMBANGAN USAHA
KEPALA SUB BAGIAN
TATA USAHA
KEPALA SUB BAGIAN
TATA USAHA
KEPALA SUB BAGIAN
TATA USAHA
JAFUNG
Gambar 1.2 struktur organisasi UPTD Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
1.3.2. Bidang Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi
Tugas pokok Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan berdasarkan
Perda Kab. Bandung No. 20 tahun 2007 adalah merumuskan kebijakan
teknis operasional di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan yang
meliputi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan
serta melaksanakan ketatausahaan Dinas.
Menindaklanjuti Perda tersebut, maka pada tanggal 26 Februari 2008
terbentuk Peraturan Bupati Bandung tahun 5 tahun 2008 tentang
“Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Daerah kabupaten Bandung”.
Berdasarkan Peraturan Bupati tersebut, tugas pokok kepala dinas pertanian,
perkebunan dan kehutanan adalah memimpin, merumuskan, mengatur,
membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggung-
jawabkan kebijakan teknis pelaksanaan urusan pemerintahan daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan sebagian bidang pertanian
dan ketahanan pangan serta bidang kehutanan.
Adapun tugas pokok dan Fungsi Kesekretariatan: memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan
pelayanan kesekretariatan yang meliputi pengkoordinasian penyusunan
program, pengelolaan umum dan kepegawaian serta pengelolaan keuangan:
a. penetapan penyusunan rencana dan program kerja pengelolaan pelayanan
kesekretariatan;
b. penetapan rumusan kebijakan koordinasi penyusunan program dan
penyelenggaraan tugas-tugas Bidang secara terpadu;
c. penetapan rumusan kebijakan pelayanan administratif Dinas;
d. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi umum dan
kerumahtanggaan;
e. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan kelembagaan dan
ketatalaksanaan serta hubungan masyarakat;
f. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi kepegawaian;
g. penetapan rumusan kebijakan administrasi pengelolaan keuangan;
h. penetapan rumusan kebijakan pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan tugas Dinas;
Laporan Tahun 2014
21
i. penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian publikasi pelaksanaan tugas
Dinas;
j. penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian penyusunan dan
penyampaian bahan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Dinas;
k. pelaporan pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan;
l. evaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan;
m. pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;
n. pelaksanaan koordinasi/kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/
lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan pelayanan kesekretariatan.
Sedangkan, tugas pokok dan fungsi Bidang-bidang dalam Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan adalah diantaranya:
1. Bidang Pertanian Tanaman Pangan
Tugas pokok Kepala Bidang Pertanian Tanaman Pangan adalah memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan
pertanian tanaman pangan yang meliputi sarana dan prasarana,
pengembangan produksi serealia, kacang-kacangan dan umbi-umbian serta
pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil.
Fungsi Bidang Pertanian Tanaman Pangan adalah :
a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan pertanian
tanaman pangan,
b) menyelenggarakan pelamkasanaan tugas di bidang pengelolaan
pertanian tanaman pangan,
c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan tanaman
pangan,
d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
pertanian tanaman pangan,
e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
pertanian tanaman pangan,
f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan pertanian tanaman pangan,
g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pertanian tanaman
Laporan Tahun 2014
22
pangan, melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas
da fungsinya serta
h) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit
kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan pertanian
tanaman pangan.
2. Bidang Hortikultura
Tugas pokok Kepala Bidang Hortikultura adalah memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan
hortikultura yang meliputi pengemangan produksi sayuran, tanaman hias,
buah-buahan dan obat-obatan serta pasca panen, pengolahan dan
pemasaran hasil.
Fungsi Bidang Hortikultura adalah :
a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan hortikultura
b) menyelenggarakan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan hortikultura
c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan
hortikultura
d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
hortikultura
e) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan hortikultura
f) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan hortikultura
g) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas da
fungsinya serta
i) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit
kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan
hortikultura
3. Bidang Perkebunan
Tugas pokok Kepala Bidang Perkebunan adalah memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan
perkebunan yang meliputi pengembangan produksi perkebunan, pasca
panen, pengolahan dan pemasaran hasil serta pengendalian.
Laporan Tahun 2014
23
Fungsi Bidang Perkebunan adalah :
a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan perkebunan
b) menyelenggarakan pelamkasanaan tugas di bidang pengelolaan
perkebunan
c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan
perkebunan
d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
perkebunan
e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
perkebunan
f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan perkebunan
g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan perkebunan
h) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas da
fungsinya serta
j) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit
kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan
perkebunan
4. Bidang Kehutanan
Tugas pokok Kepala Bidang Kehutanan adalah memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan
kehutanan yang meliputi pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya
kehutanan, rehabilitasi lahan dan konservasi tanah serta perlindungan dan
pengendalian hutan.
Fungsi Bidang Kehutanan adalah :
a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan kehutanan
b) menyelenggarakan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan kehutanan
c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan kehutanan
d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
kehutanan
e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
kehutanan
Laporan Tahun 2014
24
f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan kehutanan
g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan kehutanan
h) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas da
fungsinya serta
i) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit
kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang kehutanan.
1.4. Sumberdaya Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Sumberdaya manusia setiap instansi harus cakap dan memiliki sikap
mental dan moral yang baik. Tahun 2014 jumlah personil di Dinas Pertanian,
perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung berjumlah 65 orang dengan
perincian pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Sumber daya Aparatur Dinas Pertanian perkebunan dan kehutanan
Kabupaten Bandung
No
Klasifikasi berdasarkan
Uraian Jumla
h Keterangan
1 2 3 4 5
1 Tingkat Pendidikan Formal Yang Ditamatkan
S2 7 S1 29
D3 5 SLTA 23
SLTP 1
2 Pangkat/Jabatan IV.c IV.b
1 1
IV.a 5
III.d 11
III.c 9
III.b 14
III.a 6 II.d 4
II.c 0
II.b II.a I.d
12 1 1
I.c I.b I.a
0 0 0
3 Berdasarkan Jabatan Eselon II.b 1
eselon III.a 1
Laporan Tahun 2014
25
No
Klasifikasi berdasarkan
Uraian Jumla
h Keterangan
1 2 3 4 5
Eselon III.b 4
Eselon IV.a 17
Eselon IV.b 4
1.5. Permasalahan Utama (Strategic Issued) yang Dihadapi
1.5.1. Identifikasi Masalah
a. Keterbatasan dan Penurunan Kapasitas Sumberdaya Pertanian
Pembangunan pertanian dihadapkan kepada permasalahan permintaan
produk pertanian terutama pangan yang semakin meningkat sejalan dengan
meningkatnya pertambahan penduduk, sementara kapasitas sumberdaya alam
pertanian terutama lahan dan air terbatas dan bahkan semakin menurun. Luas baku
lahan pertanian semakin menurun karena pembukaan lahan pertanian baru sangat
lambat sementara konversi lahan pertanian terus meningkat. Masalah konversi lahan
cukup berat.
Sumber air untuk pertanian semakin langka akibat kerusakan alam, terutama
di daerah aliran sungai (DAS). Sementara itu, kompetisi pemanfaatan air juga
semakin ketat dengan meningkatnya penggunaan air untuk rumah tangga dan
industri. Besarnya tekanan penambahan penduduk terhadap lahan berakibat
pemilikan dan penggarapan semakin terfragmentasi, sehingga jumlah petani gurem
meningkat dengan rataan pemilikan lahan yang semakin kecil.
Tingkat urbanisasi yang tinggi menyebabkan masyarakat yang terlibat
pertanian menurun drastis, yang juga berarti bahwa pangsa penduduk yang tinggal
di wilayah pedesaan akan cenderung semakin kecil. Implikasinya adalah masyarakat
yang membutuhkan pangan akan berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan
masyarakat yang memproduksi pangan. Hasilnya adalah tuntutan terhadap
ketersediaan dan kontinuitas produksi pangan. Hal ini dapat menjustifikasi lebih
cepatnya laju pertumbuhan industri agro dibandingkan dengan sektor pertanian.
Selain itu, pergeseran pola demografis menyebabkan munculnya sektor-sektor
ekonomi baru dalam rantai pasok pangan; seperti pada lembaga-lembaga dalam
rantai tersebut.
Laporan Tahun 2014
26
b. Sistem Alih Teknologi Masih Lemah dan Kurang Tepat Sasaran
Sistem adopsi atau alih teknlogi dinilai masih lemah karena lambatnya
diseminasi teknologi baru (invention) dan pengembangan teknologi yang sudah ada
(innovation) di tingkat petani. Rendahnya diseminasi teknologi disebabkan oleh
beberapa hal. Sebelum diberlakukannya kebijakan otonomi daerah, sistem
penyampaian hasil teknologi dilakukan oleh penyuluh melalui proses aplikasi
teknologi di area percontohan. Pada era desentralisasi, kegiatan penyuluhan menjadi
kewenangan pemerintah daerah dan permasalahan pada sistem penyampaian
teknologi menjadi lebih kompleks akibat dorongan fungsi penyuluhan di tingkat
lapangan masih kurang
c. Kualitas, Mentalitas, dan Keterampilan Sumberdaya Petani Rendah
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia merupakan kendala yang serius
dalam pembangunan pertanian. Tingkat pendidikan dan keterampilan rendah.
Selama 10 tahun terakhir kemajuan pendidikan berjalan lambat. Tahun 1992, 50
persen tenaga kerja di sektor pertanian tidak tamat SD, 39 persen tamat SD,
sedangkan yang tamat SLTP hanya 8 persen (BPS, 1993). Tahun 2002, yang tidak
tamat SD menjadi 35 persen tamat SD 46 persen dan tamat SLTP 13 persen (BPS,
2003). Rendahnya mentalitas petani antara lain dicirikan oleh usaha pertanian yang
berorientasi jangka pendek, mengejar keuntungan sesaat, serta belum memiliki
wawasan bisnis luas. Selain itu banyak petani menjadi sangat tergantung pada
bantuan/pemberian pemerintah. Keterampilan petani yang rendah terkait dengan
rendahnya pendidikan dan kurang dikembangkannya kearifan lokal (indigenous
knowledge).
Selama ini masalah di atas diatasi melalui peningkatkan kemampuan SDM
petani dan aparat melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan. Untuk
mendukung kegiatan tersebut sarana yang digunakan adalah Unit Pelaksana Teknis
(UPT) yang berada di Daerah seperti Balai Diklat, Sekolah Tinggi Penyuluhan
Pertanian, dan Sekolah Pembangunan Pertanian.
Ketertinggalan petani dalam hal pendidikan diatasi dengan pendekatan
penyetaraan pendidikan yang selanjutnya dikaitkan dengan pelatihan keterampilan
berusahatani. Disamping itu, berbagai upaya penguatan kapasitas petani juga perlu
dilakukan terutama dalam hal pengembangan sikap kewirausahaan, kemampuan
Laporan Tahun 2014
27
dalam pemasaran dan manajemen usaha. Hal ini juga menimbulkan ketergantungan
yang sangat besar dari petani terhadap lembaga-lembaga donor, termasuk institusi
pemerintahan.
d. Lemahnya Koordinasi Antar Lembaga Terkait Dan Birokrasi
Kinerja pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh keterpaduan diantara
subsistem pendukungnya, yaitu mulai dari subsistem hulu (industri agro-input, agro-
kimia, agro-otomotif), subsistem budidaya usahatani (onfarm), subsistem hilir
(pengolahan dan pemasaran) dan subsistem pendukung (keuangan, pendidikan, dan
transportasi). Keterkaitan antar subsistem sangat erat namun penanganannya terkait
dengan kebijakan berbagai sektor. Sementara itu, Departemen Pertanian hanya
memiliki kewenangan dalam aspek budidaya/usahatani. Berbagai kebijakan yang
terkait dengan produk pertanian sering tidak harmonis dari hulu hingga ke hilir,
seperti kasus penanganan impor produk pertanian (paha ayam, daging illegal, benih
kapas transgenik).
Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya kesamaan persepsi dan
komitmen tentang peranan sektor pertanian dalam pembangunan nasional. Apabila
disepakati bahwa sektor pertanian merupakan penggerak utama ekonomi nasioanal
maka koordinasi antar instansi menjadi hal yang sangat penting dalam menyusun
kebijakan maupun implementasinya. Untuk itu perlu perbaikan menejemen
pembangunan pertanian dengan mengacu pada UU dan Peraturan Pemerintah.
e. Kebijakan Makro Ekonomi Yang Belum Berpihak Kepada Petani
Salah satu faktor penting yang menentukan kelanjutan dan kemampuan
dayasaing usaha pertanian adalah adanya kebijakan makro yang kondusif. Saat ini
kebijakan makro ekonomi baik fiskal, moneter, perdagangan, maupun prioritas
dalam pengembangan ekonomi nasional dinilai belum kondusif bagi keberlanjutan
dan kemampuan dayasaing usaha pertanian.
Kebijakan pemerintah yang belum memihak sektor petanian antara lain: (1)
penerapan pajak ekspor komoditas pertanian yang bertujuan untuk mendorong
industri pengolahan produk pertanian dalam negeri; (2) kredit perbankan yang
disediakan pemerintah, porsi terbesar diserap oleh pengusaha konglomerat, sisanya
adalah untuk koperasi, usaha kecil menengah termasuk petani; (3) alokasi dana
Laporan Tahun 2014
28
APBD untuk pembangunan sektor pertanian kurang memadai; (4) beberapa daerah
menarik biaya retribusi yang tinggi termasuk pada komoditas pertanian sehingga
mengurangi dayasaing dan menjadi penghambat dalam investasi di sektor pertanian;
(5) pembangunan sarana dan prasarana lebih besar di perkotaan dibanding dengan
perdesaan; dan (6) liberalisasi perdagangan telah menyebabkan membanjirnya
produk pertanian yang disubsidi berlebih oleh negara maju membuat petani kita
tidak mampu bersaing. Untuk itu diperlukan: (a) advokasi kebijakan dengan instansi
terkait, dan (b) dukungan legislatif dan stakeholders lainnya.
f. Pesatnya Pertumbuhan Industri Ritel Modern
Laju pertumbuhan industri ritel modern tidak terlepas dari pola
perubahan struktur demografis; terutama di negara berkembang. Beberapa
alasan yang mendasari pertumbuhan tersebut adalah; (1) Urbanisasi, yang
merupakan stimulan utama pertumbuhan; (2) pergeseran pola konsumsi
masyarakat pada pangan olahan dan (3) lebih rendahnya harga komoditas
pertanian di ritel modern dibandingkan dengan pasar tradisonal (harga riil).
Pada masa 10 tahun mendatang, supermarket diprediksi dapat menguasai
lebih dari 75 persen pangsa pasar komoditas ritel; terutama di negara-negara
berkembang. Proyeksi ini dilakukan berdasarkan kecenderungan yang terjadi
di negara-negara Amerika Latin dan Asia yang memiliki angka pertumbuhan
sampai dengan 30 persen per tahun. Faktor utama lainnya sebagai
pendorong pertumbuhan industri ritel modern tersebut adalah integrasi
perdagangan dunia; terutama flow keuangan dunia (FDI). Semakin terbuka
pasar sebuah negara maka semakin besar peluang pertumbuhan ritel modern
ini.
Beberapa tren perubahan fundamental pada sektor pertanian yang
disebabkan oleh pertumbuhan supermarket ini adalah; (1) sistem rantai pasok
untuk komoditas pertanian yang tersentralisasi ditandai dengan meningkatnya
peran teknologi informasi dan manajemen rantai pasok; (2) hilangnya
ketergantungan dan keberadaan spot market ditandai dengan semakin
terspesialisasinya pelaku-pelaku dalam sistim rantai pasok pertanian; (3)
inovasi bersifat institusional yang bersumber dari top leader firm di dalam
Laporan Tahun 2014
29
industri tersebut; dan (4) standarisasi kualitas dan keamanan produk
pertanian yang selalu dinamis.
g. Pergeseran Pola Permintaan Pangan
Pada konteks global, tren perubahan pada pola konsumsi pangan
diindikasikan akan dan sedang membawa perubahan di dalam pasar produk-
produk pertanian yang memberikan peluang kepada Indonesia beserta
wilayah sentra pertaniannya. Salah satu perubahan yang dapat diamati secara
empiris ditunjukkan oleh fakta bahwa sektor agro-industri memiliki laju
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian; sektor
pertanian menghasilkan bahan baku pangan (unprocessed food) sementara
industri agro menghasilkan pangan olahan (processed food). Kondisi ini dapat
dijustifikasi dengan melihat bahwa selalu terdapat kecenderungan laju
peningkatan pendapatan per kapita masyarakat. Implikasinya adalah belanja
pangan masyarakat juga mengalami peningkatan. Namun, proporsi laju
peningkatan per kapita diindikasikan lebih cepat dibandingkan dengan
proporsi belanja pangan sehingga terjadi pergeseran pola belanja pangan;
dari staple food yang merupakan sumber kalori paling murah ke arah pangan
yang harganya lebih mahal per unit kalori; seperti pada pangan sumber
protein serta buah-buahan dan sayuran.
Sebagai bagian dari pergeseran ini, masyarakat akan mengkonsumsi
lebih banyak pangan olahan dengan beberapa alasan: (1) rasio pendapatan
masyarakat dan biaya pangan menjadi lebih besar karena pangan yang
unprocessed dapat diderivasi menjadi beragam jenis pangan sehingga secara
riil menjadi lebih murah; (2) pangan olahan cenderung memiliki kualitas yang
seragam dan lebih tahan lama sehingga dapat menghasilkan opportunity cost
yang lebih rendah.
h. Tuntutan Keamanan Pangan
Sejalan dengan pergeseran produk pertanian segar kepada produk
olahan maka fakta menunjukkan bahwa sisi konsumsi telah memberikan
perhatian lebih terhadap proses industrialisasi pertanian terutama di negara
Laporan Tahun 2014
30
berkembang. Konsumen pangan cenderung lebih memprioritaskan kualitas
dan keamanan pangan. Hal ini berkaitan dengan semakin tingginya kesadaran
konsumen terhadap potensi gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh
pangan yang dikonsumsi dan kandungan pestisida dalam pangan; dimana
proses produksi komoditas olahan berkaitan erat dengan tuntutan efisiensi
pada industri yang berimplikasi pada penggunaan input-input modern,
teknologi dan rekayasa biologis; yang diindikasikan akan menimbulkan resiko
teknis dalam penggunaanya (technological risks). Tuntutan konsumen atas
keamanan pangan sangat jelas terlihat dari fenomena semakin tingginya
permintaan pangan yang bersifat organik dan ”bersih”. Selain itu, lembaga-
lembaga pemberi sertifikasi tingkat dunia semakin banyak terberntuk dan
keikutsertaan suatu negara dalam perdagangan internasional komoditas
pertanian ditentukan oleh lembaga-lembaga tersebut.
i. Prioritas terhadap Lingkungan dan Hutan
(a). Sampah dan Limbah Pertanian
Salah satu komponen yang sangat terkait dengan sektor pertanian di
masa depan adalah sampah (organik). Selain menghasilkan manfaat ekonomi,
sektor pertanian diindikasikan merupakan sektor yang memiliki kontribusi
yang tidak sedikit dalam konteks permasalahan persampahan yang dihadapi
oleh banyak wilayah terutama kota besar.
(b). Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan
Hutan menjadi salah isu yang paling penting dalam konteks
permasalahan lingkungan global. Kecenderungan terjadinya bencana alam;
terutama banjir dan kekeringan, memberikan indikasi tidak lagi berfungsinya
hutan sebagai penyangga ekosistem. Paradigma hutan sebagai penghasil
devisa tampaknya tidak lagi menjadi kerangka utama negara-negara
Laporan Tahun 2014
31
penghasil produk hutan mengingat nilai kerusakan infrastruktur dan tingginya
biaya mitigasi bencana akibat tidak berfungsinya hutan. Adanya pembagian
kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah sebagai daerah otonom
dalam pelaksanaan pengelolaan hutan menyebabkan terjadinya distorsi
kebijakan di tingkat daerah.
j. Kemunculan Industri Biofarmaka
Peran komoditas tanaman obat cenderung semakin meningkat dalam
perdagangan local dan internasional. WHO telah secara eksplisit memberikan
berbagai advokasi mengenai pemanfaatan tanaman obat dalam program-
program kesehatan di Negara-negara berkembang. Fakta menunjukkan
bahwa terdapat lebih dari 50 ribu spesies tanaman yang diindikasikan
bermanfaat sebagai tanaman penghasil obat-obatan namun baru sekitar 1000
spesies yang dapat dimanfaatkan secara penuh. Kondisi ini berimplikasi pada
sangat besarnya potensi pasar komoditas tanaman obat. Karakteristik produk
dan nilai transaksi industri tanaman obat dipaparkan berikut ini.
Pertama (1) adalah fitofarmaka; berupa isolat aktif yang berasal dari
tanaman obat. Nilai transaksi jenis produk ini diestimasi mencapai 13.5 milyar
dolar dengan pertumbuhan sebesar 6.3 persen per tahun. (2) Ekstrak botani
atau herbal; merupakan jenis produk tanaman obat non ekstrak. Beberapa
negara tujuan ekspor utama adalah AS, Jerman, Perancis dan negara-negara
Eropa lainnya. Nilai transaksi produk tersebut diestimasi sebesar 35 milyar
dolar dengan laju pertumbuhan sebesar 20 persen per tahun. (3)
Nutrasetikal; berupa produk suplemen pada pangan dengan nilai transaksi
sebesar 5.5 milyar dolar. (4) Bahan mentah (raw) tanaman obat dengan nilai
transaksi mendekati 30 milyar dolar per tahunnya.
Berkaitan dengan karakter industri tanaman obat tersebut,
pertumbuhan diciptakan melalui berbagai bentuk bio-partnerships antara
industri dan petani. Hubungan ini lebih bersifat sebagai suatu perpaduan yang
strategis antara ilmu farmasi modern dan tradisional (indigenous knowledge);
Laporan Tahun 2014
32
yang merupakan domain dari masyarakat tradisional. Kondisi ini menunjukkan
bahwa pembangunan dan pengembangan komoditas tanaman obat
dititikberatkan pada eksplorasi lebih jauh pada tanaman obat yang belum
termanfaatkan dengan dukungan kesinergian dari indutri-industri farmasi.
k. Label Perdagangan Etis dan Adil (Ethics and Fair Trade)
Semakin terbukanya pasar dunia dan semakin luasnya pergerakan
komoditas pertanian berimplikasi kepada konvergensi tuntutan konsumen
terhadap komoditas tersebut. Selain tuntutan konsumen yang mengarah pada
aspek keamanan pangan, standarisasi sosial dari sebuah komoditas pertanian
yang diperdagangkan semakin keras disuarakan. Beberapa standar sosial
yang harus dipenuhi oleh sebuah produk pertanian sebagai syarat untuk
diterima oleh konsumen global berkaitan dengan aspek perdagangan yang
etis dan adil.
Salah satu opsi strategis masa depan yang harus diambil industri
pertanan adalah memperluas pangsa pasar. Industri pertanian di India dan
Cina telah menginisiasi penggunaan label ethical trade (ETI) dan fair trade
(FTI) dengan tujuan merebut pangsa pasar produk pertanian di pasar Eropa.
ETI dan FTI merupakan badan sertifikasi yang memberikan jaminan terhadap
suatu produk agar dapat diterima konsumen. Sertifikat dari ETI akan
menjamin produsen (pengolah) suatu komoditas telah memenuhi syarat-
syarat dalam menggunakan tenaga kerja sesuai dengan standar yang telah
diratifikasi bersama ILO, sementara FT memberikan jaminan bahwa manfaat
ekonomi yang terdapat dalam transaksi suatu komoditas (pertanian)
terdistribusi merata pada setiap komponen pasok rantai komoditas tersebut.
1.5.2. Isu-isu Strategis
Laporan Tahun 2014
33
Berdasarkan permasalahan utama di sektor pertanian tersebut, isu-isu
strategis dan mendasar yang harus tertangani dalam periode 2011-2015 dan esensial
untuk menunjang terciptanya pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan
yang berkelanjutan dan memiliki competitiveness dan comparativeness adalah (1)
identifikasi dan penguatan potensi sumberdaya lokal; (2) menicptakan kemitraan dan
konsolidasi yang solid di antara para pelaku usaha, stakeholders, dan pemerintahan;
(3) peningkatan kualitas dan kuantitas yang konsisten dan berkelanjutan melalui
penerapan teknologi dan SOP; dan (4) membangun infrastruktur dasar
pembangunan pertanian, perkebunan dan kehutanan. Selain itu, penguatan
kelembagaan dinas, aparatur dan institusi, menjadi isu strategis yang harus secara
konsisten ditingkatkan, sehingga cepat tanggap, informatif, regulatori, dan
fasilitatori.
BAB II RENCANA STRATEGIS
Laporan Tahun 2014
34
Laporan Tahun 2014
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bandung
DAN PENETAPAN KINERJA
Laporan Tahun 2014
35
BAB II
RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
2.1. Rencana Strategis
2.1.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Visi pembangunan dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung periode 2012-2015 adalah “Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan agribisnis berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal menuju keunggulan bersaing global, maju, mandiri, dan berwawasan lingkungan”
Elemen-elemen yang menjadi jiwa dari visi tersebut adalah;
(a) Mensejahterakan masyarakat yang berarti bahwa prioritas pembangunan pertanian ditempatkan pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya; dan khususnya pada masyarakat pertanian; dimana kemampuan tukar output pertanian yang dihasilkan petani diharapkan selalu meningkat antar waktu.
(b) Pengembangan agribisnis berkelanjutan yang mengandung pengertian bahwa agribisnis merupakan suatu bentuk usahatani yang harus dikembangkan dengan meningkatkan kapasitas sumberdaya pertanian dari waktu ke waktu dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai dasar pengambilan keputusannya; yang pada gilirannya memiliki dampak positif terhadap status kesejahteraan masyarakat pertanian dalam terminologi kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.
(c) Berbasis sumberdaya lokal yang artinya memanfaatkan semaksimal mungkin segenap potensi yang dimiliki wilayah yang meliputi beragam sumberdaya alam, manusia dan kapital serta derajat keterkaitan wilayah yang dimiliki.
(d) Memiliki keunggulan bersaing global yang berarti bahwa output sektor pertanian dihasilkan melalui pola-pola yang terstandarisasi sehingga dapat menjamin keamanan dan kesehatan konsumen sebagai dasar dari keunggulan komparatif dan kompetitif di pasar lokal, nasional dan internasional.
Untuk mencapai visi Pembangunan Pertanian tersebut, Dinas Pertanian
Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung mengemban misi yang harus
dilaksanakan, yaitu:
1. Mendorong peningkatan peran sektor pertanian Kabupaten Bandung dalam
perekonomian regional dan nasional.
2. Meningkatkan akses dan ketersediaan sumberdaya pertanian yang bersifat lokal
Laporan Tahun 2014
36
dengan memanfaatkan teknologi untuk menjamin keberlanjutan usaha
pertanian.
3. Meningkatkan peran dan keterkaitan antar pelaku usaha melalui integrasi
wilayah produksi dan konsumsi komoditas serta produk pertanian.
4. Meningkatkan partisipasi setiap usaha pertanian terhadap pasar bebas melalui
pembenahan pola produksi, kelembagaan dan pasar.
5. Membangun agribisnis berwawasan lingkungan
2.1.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah
Tujuan:
1. Menumbuhkembangkan sistem manajemen terpadu antar komoditas pertanian
dan wilayah sentra produksi
2. Menciptakan sistem produksi pertanian yang menghasilkan nilai tambah dan
memiliki keunggulan kompetitif.
3. Menjaga kualitas lingkungan dalam pembangunan pertanian, perkebunan, dan
kehutanan yang berkelanjutan
Secara lebih spesifik, tujuan dari implementasi Rencana Strategis Pembangunan Pertanian jangka lima tahun di Kabupaten Bandung memiliki sasaran sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesejahteraan kelompok masyarakat yang mata
pencahariannya berkaitan langsung dengan sumberdaya pertanian
terutama sub-sistem hulu dan produksi yang pada gilirannya juga pada
sub-sistem hilir.
2. Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan
produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
3. Meningkatkan posisi tawar petani melalui penguatan kelembagaan petani
serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani sehingga
mampu meningkatkan partisipasi dan aksesibilitas terhadap inovasi
teknologi, perkreditan, informasi pasar, dan kelestarian sumberdaya
pertanian
4. Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian
baik produk primer maupun olahan, sehingga mampu berdaya saing di
pasar, khususnya pasar ekspor melalui pengembangan agribisnis dalam
aglomerasi ekonomi pertanian.
5. Mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi pada pembangunan
pertanian, pengembangan agribisnis, dan informasi pasar
6. Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas kualitas
lingkungan hutan dan lahan
Rencana Strategis ini setelah disepakati oleh semua stakeholder harus
merupakan pedoman dasar bagi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di
Laporan Tahun 2014
37
sektor pertanian selama sepuluh tahun kedepan. Setiap lima tahun dokumen rencana
strategis harus ditinjau kembali dan kemudian direvisi apabila diperlukan. Pedoman
ini setelah disahkan akan menjadi dokumen arahan bagi penyusunan rencana
pembangunan tahunan dengan target dan sasaran pembangunan yang lebih terarah,
efektif, dan efisien. Selanjutnya, Rencana Strategis juga harus dijadikan sebagai
bahan evaluasi setiap tahun, merupakan masukan bagi perbaikan program tahun
berikutnya.
2.1.3. Strategi, Kebijakan dan Penetapan Rencana Kinerja Lima Tahunan
Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2010-2015
Kerangka migrasi strategi pembangunan pertanian menunjukkan proses penetapan dan perubahan strategi pembangunan antar waktu. Dalam hal ini, migrasi strategi pembangunan pertanian ditetapkan dalam jangka waktu 5 tahun dengan harapan bahwa strategi-strategi yang terpilih pada setiap jangka waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan migrasi tersebut. Kelebihan dari arsitektur strategi ini adalah sifatnya yang sensitif dalam menghadapi perubahan-perubahan yang dinamis pada sektor pertanian dan perkebunan.
Berdasarkan strategic foresight dan identifikasi kesenjangan sektor pertanian di Kabupaten Bandung, proses pembangunan pertanian dapat dibagi menjadi tiga jangka waktu dalam tiga dimensi pembangunan; yaitu dimensi produk, pasar dan institusional. Secara umum, pengembangan subsektor tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan diarahkan pada terciptanya komoditas dan produk yang memiliki standar global. Pencapaian standar tersebut ditujukan untuk memperbesar peluang pasar produk tersebut; meskipun mungkin pada faktanya produk tersebut belum dapat menembus pasar global tetapi barriers to entry terhadap pasar internasional telah dapat dieliminasi. Pencapaian standar tersebut dapat dicapai dengan mengikuti pola produksi komoditas dan proses pembentukan produk yang juga terstandarisasi internasional; beberapa diantaranya adalah good agricultural practices dan good manufacturing practices yang telah diratifikasi pada tingkat internasional. Sementara untuk subsektor kehutanan, strategi-strategi yang disusun diarahkan untuk menciptakan kawasan hutan yang berkelanjutan; dimana implikasinya adalah harus adanya perubahan pola produksi, dari produksi fisik (kayu dan non-kayu) menjadi produksi barang dan jasa lingkungan (dalam hal ini adalah ekowisata). Di samping itu, hutan dapat memberikan nilai perlindungan exsitu dan insitu.
Dalam jangka pendek, strategi-strategi yang disusun untuk setiap dimensi bersifat penentuan dan identifikasi komponen pengembangan untuk masing-masing subsektor. Strategi identifikasi sangat dibutuhkan sebagai dasar untuk strategi berikutnya; atau untuk perubahan (dan migrasi) strategi pada jangka waktu berikutnya. Pada subsektor tanaman pangan, penentuan komoditas pertanian yang akan menjadi fokus pengembangan dan pemetaan pelaku usaha dalam komoditas tersebut (beserta stakeholders-nya) dirasakan sangat relevan sebagai dasar pengembangan selanjutnya. Selain dari komoditas, wilayah dimana komoditas tersebut dapat dikembangkan juga
Laporan Tahun 2014
38
menjadi dasar dari pengembangan komoditas. Sebagai justifikasi, pengembangan suatu komoditas memerlukan keterkaitan antara aspek spasial dengan jaringan usahatani komoditas tersebut. Keunggulan komoditas dapat dicapai dengan memanfaatkan dampak tumpahan (spillover effect) yang cenderung terjadi pada wilayah-wilayah sentra produksi pertanian yang berkelompok membentuk cluster. Cluster sentra produksi berbagai komoditas pertanian yang terbentuk secara alami di Kabupaten Bandung.
Pada subsektor perkebunan, inventarisasi teknologi produksi dan upaya penerapannya menjadi komponen yang cukup penting mengingat permasalahan yang dihadapi bermuara pada sisi produksi dan pengolahan hasil. Sementara pada subsektor kehutanan, komponen-komponen kelembagaan merupakan komponen penting karena permasalahan yang dihadapi adalah mengenai konflik pemanfaatan sumberdaya alam dan penanganan lahan dan air.
Strategi identifikasi tersebut selanjutnya dilengkapi dengan upaya-upaya mengembangkan pola produksi yang konvergen pada konsep good agricultural practices (GAP). GAP harus dijadikan dasar pada proses pembangunan pertanian karena konsep ini memuat pola produksi yang bersifat holistik dan dapat diterapkan secara spesifik pada setiap jenis sistem agroekologis. Pengadopsian konsep ini dapat dilakukan setelah wilayah dan komoditas utama telah teridentifikasi. Selanjutnya diperlukan proses penerjemahan prinsip-prinsip GAP tersebut sesuai dengan karakteristik wilayah dan komoditas yang bersangkutan.
Strategi jangka pendek juga akan diwarnai dengan upaya-upaya mengembangkan mekanisme supply chain (SCM) pada setiap komoditas. SCM merujuk pada kegiatan manajerial (koordinasi) antar pelaku dan lembaga yang terlibat dalam sektor pertanian (produksi, distribusi dan pemasaran) dengan tujuan mengahasilkan produk yang diminta oleh konsumen. Yang menjadi penekanan pada mekanisme ini adalah proses kolaborasi perencanaan dan keterkaitan antar pelaku usahatani tersebut. Strategi ini sangat relevan dengan Dinas Pertanian Kabupaten Bandung yang berfungsi sebagai fasilitator pembangunan pertanian.
Di dalam dimensi pasar, competitive intelligence (CI) menjadi kunci dari strategi-strategi jangka pendek. Strategi CI mencakup proses-proses yang berkaitan dengan mengumpulkan, menganalis, dan mengaplikasikan informasi yang diperoleh berkaitan dengan komoditas dan produk. Dalam operasionalisasinya, CI dapat dilakukan dengan membentuk jaringan formal dengan stakeholders yang terlibat dalam sektor pertanian. Dalam konteks ini, CI lebih ditekankan kepada penggalian informasi mengenai pasar komoditas dan produk pertanian. Pada gilirannya, informasi-informasi yang diperoleh akan diterjemahkan sebagai input dalam melakukan penyesuaian rencana strategis ketika pasar pertanian mengalami dinamika. Informasi-informasi yang dibutuhkan oleh Kabupaten Bandung terntunya berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan sektor pertanian serta peluang-peluang yang dapat dieksploitasi. Kerangka keterkaitan strategi dan migrasi stretegi disajikan
Laporan Tahun 2014
39
pada Gambar 10.
Sebagai hasil dari jangka pendek, terdapat beberapa komponen dasar strategi yang harus diterapkan. Pada jangka menengah diharapkan telah terciptanya arah menuju pola produksi komoditas dan pasar yang bersifat kontrak (contract based). Sebagai justifikasi, pasar yang bersifat kontrak akan memberikan peluang yang lebih besar terhadap usahatani berskala kecil untuk dapat berpartisipasi dalam pasar. Meskipun begitu, pola ini memerlukan jaringan usaha yang relatif telah terbangun; dimana usaha-usaha untuk membangun jaringan tersebut telah diinisiasi pada strategi jangka pendek. Selanjutnya, lingkungan yang dapat mendorong usahatani kecil untuk dapat memenuhi standar dalam pola kontrak harus dikembangkan.
Laporan Tahun 2014
40
Gambar 2.1. Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Perkebunan Kab. Bandung
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
PA
SA
RK
ELE
MB
AG
AA
NP
RO
DU
K
5 Penerapan Integral Chain Care selanjutnya
(penekanan pada good manufacturing
practices, HACCP dan sistim traceability).
6 Adopsi teknologi yang tersedia untuk
pengembangan komoditas menjadi produk
derivatif;.
1 Pemetaan komoditas aktual dan potensi.
2 Penentuan fokus pengembangan komoditas.
3 Inventarisasi dan inisisasi pemanfaatan teknologi yang
tersedia pada tingkat nasional dan internasional.
4 Penyesuaian dan penerapan standar komoditas dan
terdiferensiasi. Sosialisasi dan inisiasi penerapan Integral
Chain Care tahap awal (penekanan pada sektor budidaya;
good agricultural practices, good pesticide practices).
6 Penetrasi pasar nasional untuk
komoditas terfokus beserta
produk dan produk derivatifnya.
Pemanfaatan peluang pasar
global (extenderization).
12 Pemanfaatan kekuatan
kolaborasi dan SCNM untuk
menciptakan co-innovation pada
produk. Pengembangan sistem
inovasi agribisnis.
13 Proses regenerasi dan suksesi
pada generasi muda
agripreneur.
7 Pengembangan industri
pertanian di sektor hilir.
7 Pemetaan cluster komoditas dan produk.
8 Pengembangan sistem informasi cluster.
9 Pengarahan dan pemanfaatan dana corporate
social responsibility untuk pembentukan
cluster.
10 Menciptakan iklim kondusif untuk merangsang
pembentukan aliansi strategis antar pelaku
usaha dan stakeholders. Pengembangan
biopartnership pada industri agrofarmaka.
11 Pengembangan collaborative decision making.
4 Transformasi perilaku pasar yang informal
(open negotiation based) menjadi formal
(contract based).
5 Penetrasi pasar (penekanan pada niche
market dan pasar industri).
1 Competitive intelligent. Pemetaan karakteristik dan
perilaku pasar.
2 Inventarisasi kendala barriers to entry pada pasar.
3 Pengembangan promosi generik. Inisiasi penetrasi pasar
(penekanan pada pasar ritel moderen).
1 Inisiasi untuk mentransformasi kelembagaan petani
berbasis produksi menjadi berbasis pasar (nilai).
2 Pengembangan aglomerasi di sektor pertanian.
3 Pemetaan dan identifikasi keterkaitan di antara jaringan
pelaku usaha dan stakeholders di sektor pertanian.
4 Menginisiasi pembentukan forum pada (3.) dan
merancang proses kolaborasi di dalam rantai pasokan.
5 Pemetaan industri penunjang komoditas dan produk.
6 Inisiasi pembentukan klaster agribisnis pangan dan
perkebunan. Pengembangan supply chain and network
management (SCNM).
Laporan Tahun 2014
41
Salah satu prasyarat bagi terciptanya pasar kontrak adalah adanya standarisasi komoditas atau produk pertanian. Pada jangka pendek, upaya-upaya standarisasi telah diinisiasi salah satunya melalui strategi adopsi konsep GAP dan pada jangka menengah dikembangkan lebih lanjut dengan mengadopsi konsep traceability. Konsep ini merujuk pada kelengkapan informasi pada setiap tahap produksi komoditas pertanian. Konsep ini sangat perlu diadopsi mengingat bahwa preferensi konsumen telah berubah ke arah makanan yang aman dan sehat dimana perhatian konsumen terhadap proses produksi akan semakin besar pada masa mendatang. Isu-isu mengenai penggunaan komoditas pertanian transgenik dan bahan kimia akan memperbesar tekanan konsumen terhadap produsen. Sejalan dengan konsep traceability, secara paralel konsep HACCP (hazard analysis and critical control points)harus dapat diterapkan. HACCP merupakan suatu pendekatan yang sistematik terhadap keamanan pangan yang dilakukan pada setiap tahap produksi pangan tersebut. Pendekatan ini dianggap sangat perlu mengingat bahwa selama ini inspeksi pangan lebih sering dilakukan pada tahap akhir produksi.
Pada sisi kelembagaan, pembangunan jangka menengah harus diwarnai dengan pengembangan kolaborasi pengambilan keputusan usaha (collaborative decision making) diantara pelaku pada sektor pertanian untuk menjamin efektivitias dari serangkaian strategi-strategi yang telah dilakukan sebelumnya. Pengambilan keputusan usahatani secara kolaboratif merupakan strategi lanjutan dari strategi SCM; dimana kolaborasi menunjukkan bentuk hubungan antar pelaku dan lembaga dalam sektor pertanian yang bersifat partnership. Konsekuensi dari bentuk hubungan tersebut adalah adanya kontrak formal mengenai distribusi profit dan loss yang dialami dalam rantai produksi tersebut.
Dalam jangka panjang merupakan pengembangan dari strategi-strategi yang telah disusun pada jangka pendek. Dalam jangka menengah, strategi-strategi akan mengalami perubahan (penyesuaian) terhadap tujuan yang akan dicapai pada jangka panjang. Dari sekian banyak opsi strategi, pembentukan integral chain care (ICC) pada subsektor tanaman pangan dan perkebunan perlu mendapatkan prioritas karena ICC merupakan koridor utama dalam pencapaian target pengembangan. Pada subsektor perkebunan, pembentukan aliansi strategis dengan asosiasi-asosiasi perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan posisi tawar dari produk yang dihasilkan. Di antara beberapa dimensi pembangunan dalam kerangka migrasi strategi, dimensi kelembagaan tampaknya belum menjadi perhatian utama. Paradigma baru dalam pembangunan pertanian menyaratkan keseluruhan dimensi mendapatkan proporsi pengembangan yang seimbang. Pembangunan pertanian di dalam dimensi kelembagaan melalui aktivitas-aktivitas yang bersifat co-innovation, collaborative decision making dan beragam skema yang mengambil bentuk biopartnerships diharapkan akan menjamin tercapainya target pembangunan pertanian yang berkelanjutan.
Berkaitan dengan subsektor kehutanan, perencanaan dapat diterjemahkan sebagai sebuah
Laporan Tahun 2014
42
proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang berkesinambungan dalam menentukan alternatif pemanfaatan dan konservasi sumberdaya hutan dengan tujuan tertentu pada jangka menengah dan jangka panjang. Dalam konteks perencanaan strategis ini, pengembangan subsektor kehutanan diarahkan pada pemanfaatan hutan yang tidak bersifat eksploitatif sebagai altenatif dari pemanfaatan yang konvensional. Pada jangka pendek, strategi-strategi pengembangan kehutanan diarahkan pada upaya-upaya mengidentifikasi manfaat lain dari hutan dalam menghasilkan barang dan jasa lingkungan. Sebelumnya, telah dikemukakan bahwa dari sekian alternatif pemanfaatan hutan maka ekowisata (ecotourism) menawarkan peluang yang sangat besar untuk dikembangkan. Dalam konteks ini, peran utama dari Dinas adalah sebagai koordinator dan negoisator mengingat bahwa hutan adalah sebuah barang publik yang hingga saat ini selalu menghadapi masalah-masalah hak properti dan hak pemanfaatannya. Sebagai konsekuensi dari barang publik, terdapat banyak pelaku ekonomi yang sangat berkepentingan dalam memanfaatkan hutan; dan tidak jarang menimbulkan konflik sumberdaya. Fungsi negoisator menjadi sangat relevan dengan banyaknya pelaku ekonomi yang terlibat tersebut.
Pada jangka menengah, strategi pengembangan beralih pada aspek penyediaan infrastruktur yang berkaitan dengan ekowisata. Selain dari anggaran belanja pemerintah, penyediaan infrastruktur tersebut dapat dilakukan melalui pihak swasata yang distimulasi dengan pemberian insentif fiskal. Dalam pengembangannya, peranan masing-masing stakeholder dalam subsektor kehutanan menjadi sangat krusial. Keberhasilan pengelolaan hutan tentunya sangat bergantung pada komitmen dan partisipasi stakeholder. Selain itu, pendidikan informal yang berkaitan dengan konservasi sumberdaya alam harus telah disosialisikan; terutama ditujukan pada masyarakat yang berhubungan langsung dengan hutan. Pada jangka panjang, strategi-strategi diarahkan kepada pengintegrasian ekowisata di Kabupaten Bandung pada jaringan keparawisataan nasional dan internasional. Kegiatan-kegiatan promosi menjadi kunci bagi terlaksananya strategi ini. Selain itu, objek ekowisata tersebut telah terhubung dengan upaya-upaya konservasi lainnya yang mengarah pada proteksi wilayah yang bersangkutan.
Laporan Tahun 2014
43
Gambar 2.2. Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor Kehutanan Kab. Bandung Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
PA
SA
RK
ELE
MB
AG
AA
NP
RO
DU
K
1 Identifikasi pasar barang dan
jasa lingkungan; menyusun
target pasar. Penyusunan paket-
paket produksi barang dan jasa
lingkungan.
2 Pemenuhan kebutuhan
infrastruktur minimal dengan
memanfaatkan jaringan dengan
swasta.
3 Inisiasi pengintegrasian objek
hutan ke dalam jaringan
kepariwisataan nasional dan
internasional.
1 Pemetaan stakeholders
kehutanan; terutama masyarakat
sekitar hutan. Pembentukan
komunitas hutan. Inisiasi
pembentukan jaringan bisnis
dan pendidikan.
2 Pembakuan mekanisme sharing
manfaat dan tanggung jawab
dengan stakeholders.
Pengembangan sistim
pendidikan lingkungan.
3 Pemberlakuan audit sosial
terhadap stakeholders.
Pemanfaatan kekuatan
kolaborasi untuk
menciptakan co-innovation
pada produk lingkungan.
1 Inventarisasi detil mengenai
interaksi antara hutan dengan
objek lainnya (aspek tekno-
sosio-ekonomi).
2 Adopsi dan pembakuan standar
mengenai pengelolaan hutan
sesuai konvensi internasional.
3 Konvergensi sistim pertanian
dengan produk dan jasa
lingkungan.
Laporan Tahun 2014
44
Tabel 2.1 Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja sampai dengan Periode 2015
SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
TARGET KINERJA
TAHUN 2015
Meningkatkan
swasembada pangan
lokal melalui
peningkatan
produktivitas lahan
dan komoditas
pangan unggulan
lokal
1. Jumlah produksi komoditas
tanaman pangan unggulan:
- Padi (ton) 536.347 - Jagung (Ton) 53.386 - Ubi Kayu (Ton) 57.580
2. Jumlah produktivitas komoditas
tanaman pangan:
- Padi (kui/ha) 63,01 - Jagung (kui/ha) 64,15 - Ubi Kayu (kui/ha) 113,00
3. Prosentase kehilangan/kerusakan
hasil tanaman pangan 0,2 – 5%
4. Proporsi serangan OPT terhadap
luas tanam:
- Padi
- Jagung
11%
7%
1. Jumlah perluasan tanam yang telah
menerapkan teknologi
a. Padi
- SL-PTT
- SRI
b. SL-PTT Jagung
12.000 ha
5.000 ha
6.250 ha
2. Prosentase luas tanam yang telah
menerapkan teknologi:
a. Penggunaan Pupuk Berimbang
b. Penggunaan Benih Berlabel
- Padi
- Jagung
70%
65%
60%
Meningkatkan
keunggulan komparatif
dan kompetitif produk
pertanian melalui
pengembangan
agribisnis dalam
aglomerasi ekonomi
pertanian
1. Jumlah produksi komoditas
unggulan:
- Sayuran (ton)
- Buah-buahan (ton)
- Biofarmaka (ton)
- Tan. Hias (tangkai)
- Kopi (ton)
- Teh (ton)
- Cengkeh (ton)
1.091.180
594.473
894.960
397.543
4.407
3.495
124
Laporan Tahun 2014
45
SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
TARGET KINERJA
TAHUN 2015
2. Jumlah kelompok tani yang telah
memiliki registrasi kebun
a. Hortikultura
b. Perkebunan
55 kelompok
10 kelompok
3. Jumlah kelompok usaha rumah
kemasan dan UPH:
a. Hortikultura
b. Perkebunan
5 kelompok
7 kelompok
Mengembangkan
usaha ekonomi
produktif dalam upaya
stabilitas kualitas
lingkungan hutan dan
lahan
1. Jumlah usaha agribisnis hasil non-
kayu:
- Jamur
- Lebah Madu
- Ulat Sutera
5 unit
5 kel
4 kel
2. Jumlah usaha agribisnis hasil kayu 1 kelompok
3. Penanaman lahan kritis 22.906 ha
2.1.4. Kerangka Kebijakan, Strategis dan Penetapan Kinerja Tahunan
Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2014
Sejalan dengan visi dan misi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Kabupaten Bandung yang telah ditentukan sebelumnya, diperlukan beragam
kebijakan strategis untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran dari
pembangunan sektor pertanian. Secara garis besar, strategi, kebijakan dan program
yang disusun untuk meningkatkan kesejahteraan petani pada tahun 2014 bertujuan
untuk memfasilitasi peningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan,
peningkatan akses terhadap sumberdaya usaha pertanian, pengembangan
kelembagaan, dan perlindungan terhadap petani. Sedangkan sasaran yang ingin
Laporan Tahun 2014
46
dicapai adalah: (1) meningkatnya kapasitas dan kapabilitas petani, (2) semakin
kokohnya kelembagaan petani, (3) meningkatnya akses petani terhadap sumberdaya
produktif; dan (4) meningkatnya kualitas infrastruktur pertanian.
(a). Kebijakan yang berdasarkan strategi Produksi
Kerangka kebijakan yang termasuk di dalam dimensi produk dibentuk berdasarkan target pencapaian kinerja pertanian yang berkaitan dengan sisi produksi pertanian. Dalam rangka memperoleh keunggulan kompetitif komoditas dan produk pertanian, maka secara spesifik target jangka panjang yang akan dicapai adalah memperoleh komoditas yang telah mendapatkan standarisasi internasional dan bersifat terdiferensiasi. Tabel 2.2 Prioritas Komoditas Unggulan
Komoditas Kabupaten Bandung
Pangan Non Pangan
Tanaman Pangan Padi, Jagung, dan Ubi kayu
Hortikultura Cabe, Bawang merah, Kentang, Kubis, Tomat, Stroberi, Alpukat, Jambu, Biofarmaka
Tanaman hias
Perkebunan Kopi, Teh Cengkeh, Tembakau
Diantara berbagai opsi kebijakan di dalam dimensi pengembangan produk, kebijakan penetapan standar mutu produksi tampaknya belum mendapatkan prioritas. Sesuai dengan target yang akan dicapai, penetapan standar mutu produksi berfungsi sebagai benchmark dan indikator kinerja produksi komoditas dan produk pertanian. Penetapan standar mutu ini merupakan akumulasi dari beberapa komponen yang dapat dijadikan acuan dalam merencanakan program pengembangan yang lebih spesifik.
Di dalam subsektor kehutanan, kebijakan pengadopsian dan penetapan kerangka pengolahan dan pemanfaatan berdasarkan prinsip-prinsip konservasi hutan ditujukan untuk menciptakan produk dan jasa lingkungan yang dapat digunakan sebagai patokan dalam setiap jangka waktu pembangunan. Kebijakan ini mencakup beberapa komponen pengembangan; (1) pengkajian mengenai berbagai manfaat hutan yang kemudian dapat disosialisasikan kepada setiap stakeholders; (2) pengadopsian standar internasional mengenai kegiatan pemanfaatan hutan; dan (3) penetapan regulasi sebagai koridor terlaksananya kebijakan tersebut.
(b). Kebijakan yang berdasarkan strategi Pasar
Pencapaian utama pembangunan dalam dimensi pasar adalah menciptakan peluang dan keikutsertaan komoditas dan produk pertanian di pasar global. Kebijakan-kebijakan yang dapat memayungi proses pencapaian tersebut disajikan berikut ini.
Kebijakan Rencana Tindakan
Laporan Tahun 2014
47
Penetapan mekanisme yang berkaitan dengan riset pasar (identifikasi peluang pasar)
Pengembangan market-competitive
intelligence
Pengembangan inovasi pertanian
spesifik lokasi
Pengembangan alternatif sistim transaksi (pembiayaan, pengalihan resiko dan penjaminan)
Pengembangan pola contract farming.
Peningkatan fungsi fasilitasi dan advokasi antara pelaku pasar
Advokasi dan pendampingan dengan
tujuan meperkuat aspek legal usaha
pertanian
Beberapa dari kebijakan di atas yang belum mendapatkan prioritas adalah kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan riset pasar dan peningkatan fungsi fasilitasi dan advokasi. Riset pasar sangat dibutuhkan untuk tetap menjamin kedinamisan strategi dan keberlanjutan keunggulan komoditas dan produksi pertanian yang dihasilkan. Mengingat perilaku pasar (sisi permintaan) yang selalu berubah, maka dibutuhkan strategi yang juga dituntut untuk selalu dapat beradaptasi dengan perubahan. Dalam hal ini, riset pasar merupakan bahan bakar utama bagi upaya-upaya adaptasi yang harus dilakukan.
Kebijakan peningkatan fungsi fasilitasi dan advokasi antara pelaku pasar juga sangat penting untuk diprioritaskan. Kebijakan ini ditujukan untuk mengantisipasi kecenderungan terjadinya kegagalan pasar yang kerap terjadi pada sektor pertanian. Selain itu, fungsi fasilitasi tentunya sangat dibutuhkan untuk mengintegrasikan usahatani berskala kecil (tradisional) kepada alternatif-alternatif sistim transaksi moderen yang sedang mengalami pertumbuhan pesat pada saat ini.
Selain itu, sudah waktunya untuk juga dipikirkan mengenai: pengembangan manajemen resiko usahatani dan penciptaan iklim investasi usaha yang kondusif. Untuk itu, pemerintah daerah perlu menunjukan political will yang kuat dalam menunjang para pelaku agribisnis dengan dibuatnya program-program yang spesifik. Kebijakan dan program yang berkaitan dengan pengembangan pemasaran dilaksanakan melalui program pemasaran hasil produk pertanian/perkebunan.
(c). Kebijakan yang berdasarkan strategi kelembagaan
Pada jangka panjang, pembangunan pertanian dalam dimensi institusional ditujukan pada terciptanya sistem cluster pada sektor pertanian. Selanjutnya cluster akan berperan sebagai media dasar dalam mengembangkan kolaborasi antar stakeholders dalam rantai produksi komoditas. Kerangka
Laporan Tahun 2014
48
kebijakan pendukung pencapaian tersebut disajikan pada matriks kebijakan selanjutnya.
Kebijakan pertama yang harus dilakukan adalah menata kembali fungsi pemerintah sebagai kelembagaan penunjang yang didasari oleh kebutuhan sektoral, dengan demikian akan jelas struktur dan hirarki kelembagaan pemerintah dalam sektor pertanian. Langkah tersebut diharapkan akan berdampak pada koordinasi yang baik diantara para pengambil dan pelaksana kebijakan pengembangan pertanian. Selain itu, peningkatan profesionalisme aparatur Dinas Pertanian diharapkan menjadi akselerator terbentuknya proses kolaborasi tersebut.
Selanjutnya, kebijakan harus didukung pula dengan kebijakan pengembangan sistem koordinasi usahatani. Keragaan usahatani memerlukan dukungan yang bersifat lintas fungsional, administrasi dan disiplin disertai dengan penggunaan teknologi (teknik) di bidang manajemen yang akan memberikan dampak signifikan terhadap kinerja sektor pertanian di Kabupaten Bandung.
Kebijakan Rencana Tindakan
Penataan fungsi tugas pemerintah yang didasari oleh kebutuhan spesifik
Pendidikan dan pelatihan teknis SDM
Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan
Peningkatan profesionalisme SDM
Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan
Penetapan mekanisme keterkaitan lembaga peneltian dengan pelaku sektor pertanian dan pasar
Peningkatan koordinasi dengan
lembaga penelitian (nasional dan
internasional) dan perguruan tinggi
(perencanaan kolaboratif)
Pengembangan sistem koordinasi dan komunikasi pertanian (E-Government)
Pengembangan lembaga pertanian di
pedesaan
Penyebaran informasi mengenai
program pembangunan pertanian
(partisipatif)
Peningkatan peran pengawasan
partisipatif program pembangunan
pertanian
Penciptaan proses pengambilan
keputusan yang bersifat kolaboratif
Mendorong berfungsinya cluster-cluster
komoditas pertanian
Pemberdayaan masyarakat kehutanan
Peningkatan partisipasi masyarakat
Laporan Tahun 2014
49
Kebijakan Rencana Tindakan
dalam perumusan kebijakan dan
program pemanfaatan hutan
Peningkatan kewirausahaan
masyarakat kehutanan melalui
pendidikan informal
Masih berkaitan dengan dimensi institusional, permberdayaan masyarakat dalam rangka pembangunan sektor perkebunan dan kehutanan merupakan komponen yang paling relevan mengingat konflik sumberdaya yang sering timbul di kedua subsektor ini. Pada subsektor perkebunan, peningkatan kapasitas pekebun-pekebun berskala kecil dan buruh perkebunan dapat dilakukan melalui optimasi penggunaan isu corporate social responsibility pada perusahaan perkebunan berskala besar; termasuk di dalamnya perusahaan perkebunan milik pemerintah.
Di dalam sub sektor kehutanan, optimasi pemanfaatan hutan dapat dilakukan dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat, terutama masyarakat pinggiran hutan. Dengan rekayasa kelembagaan, diharapkan masyarakat menjadi aktif dalam melakukan kegiatan konservasi serta mengalihkan ekstraksi sumberdaya hutan menjadi bentuk-bentuk jasa lingkungan. Rekayasa kelembagaan tersebut dapat diinisiasi dengan mengidentifikasi hukum adat atau norma yang berlaku lokal. Selanjutnya, penentuan pengelolaan hutan dapat diformulasikan bersama-sama seluruh stakeholders primer; sementara peningkatan kapasitas kelembagaan dapat dilakukan melalui beragam bentuk pendampingan dan advokasi.
(d) Kebijakan yang berdasarkan Pengelolaan Lingkungan
Target pencapaian pembangunan pertanian dan kehutanan berkelanjutan sebagaimana diuraikan di atas akan sangat dipengaruhi oleh fenomena perubahan iklim yang telah menjadi isu global dan sangat berdampak terhadap kelangsungan pembangunan di masa yang akan datang. Perlu upaya mengurangi dampak negatif perubahan iklim terhadap sumberdaya dan sistem produksi pertanian serta terhadap sosial ekonomi petani dan juga peningkatan kualitas lingkungan, terutama kualitas lahan dan hutan. Oleh karena itu, untuk menyiapkan antisipasinya diperlukan analisis tentang kerentanan dampak perubahan iklim, inventarisasi dan delineasi wilayah yang terkena dampak, serta penyusunan road map rencana aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan lingkungan. Kebijakan ini tahun 2014, dilaksanakan melalui program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Pembangunan pertanian didesain dengan mencermati perkembangan lingkungan global sebagai respon terhadap pembangunan yang menyeluruh di bidang lain di dalam ekonomi nasional. Kenaikan standar hidup, perkembangan teknologi termasuk di dalamnya bioteknologi, serta perkembangan pasar domestik dan pasar dunia merupakan faktor yang
Laporan Tahun 2014
50
mendorong tumbuh kembangnya pertanian modern sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian modern yang dimaksud adalah pembangunan pertanian melalui pembangunan agribisnis dan agroindustri dengan penguatan pola kemitraan usaha tani dari industri hulu sampai industri hilir.
Di dalam memandang perencanaan pembangunan pertanian sebagai upaya peningkatan kesejahteraan petani, pembangunan harus diarahkan agar penduduk desa yang relatif miskin dapat menikmati buah dari kemajuan pembangunan nasional dan dapat memberdayakan dirinya sendiri untuk berpartisipasi secara penuh di dalam proses pembangunan. Pemberdayaan itu juga diarhakan ke dalam suatu proses di mana rakyat dapat bergerak untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang tersedia yang disiapkan untuk memperbaiki kualitas hidup secara bertahap.
Saat ini terdapat kecenderungan dan perubahan paradigma untuk mendesain pembangunan pertanian atas dasar perubahan dan perkembangan teknologi dan mekanisme pasar. Perubahan ini mendorong keseluruhan sektor ikut harus mampu mengubah arah dan strategi pembangunan termasuk di sektor pertanian.
Berdasarkan pertimbangan kondisi, potensi sumberdaya domestik, serta
peluang yang dimiliki, maka dapat dibuat arah pembangunan pertanian pada masa
datang di Kabupaten Bandung dengan tetap memperhatikan pola perubahan yang
terjadi di sepanjang proses kegiatan agribisnis melalui program kerja Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan.
Setiap program/kegiatan yang direncanakan ditujukan untuk mencapai
Rencana Kerja Lima Tahunan yang dievaluasi setiap tahun. Lebih lanjut, untuk
mencapai sasaran lima tahunan tersebut, perlu ditetapkan Rencana Kerja Tahunan.
Rencana Kinerja Tahunan merupakan penjabaran dari Rencana Kinerja Lima
Tahunan. Strategis pencapaian sasaran dan tujuan tahunan dirancang ke dalam
program/kegiatan tahunan. Pada tahun 2012, Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan menyusun Rencana Tindak ke dalam 8 program dan 22 kegiatan. Berikut
Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2014, antaralain (tabel 2.3):
Laporan Tahun 2014
51
Tabel 2.3. Penetapan Rencana Kinerja Tahunan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2014
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
PROGRAM/KEGIATAN
Meningkatkan swasembada pangan lokal
melalui peningkatan
produktivitas lahan dan komoditas pangan
unggulan lokal
1. Jumlah Pencapaian Produktivitas Komoditas:
- Padi (kuintal/ha)
64,14
1. Pengembangan Intensifikasi Padi Palawija 2. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
3. Pengembangan Diversifikasi Pangan
4. Pengembangan Perbenihan/Pembibitan 5. Penyusunan Database Produk Pangan
6. Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Tepat Guna Pertanian/Perkebunan
7. Pemeliharaan Rutin/Berkala Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna
- Palawija (kuintal/ha) 108,67
2. Jumlah Kelompok yang telah memiliki
sertifikat organik (Kel) 3
3. Tingkat kehilangan/kerusakan hasil tanaman pangan (%)
10,35
4. Prosentase luas tanam yang telah
menerapkan teknologi: a. Penggunaan Pupuk Berimbang (%)
b. Penggunaan Benih Berlabel (%)
70
68
5. Proporsi serangan OPT terhadap luas tanam
a. Padi b. Jagung
12 10
6. Pencapaian Indeks Pertanaman (IP) 2,29
7. Proporsi luas areal tanam yang terkena
puso (%)
1,12
8. Jumlah unit UPJA yang berkembang 17
Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif
produk pertanian melalui
pengembangan agribisnis dalam aglomerasi
ekonomi pertanian
1. Jumlah rata-rata pencapaian produktivitas komoditas unggulan:
- Sayuran (kuintal/ha)
- Buah-buahan (kuintal/ha) - Biofarmaka (kg/m2)
- Tan. Hias (tangkai/ha) - Kopi (kuintal/ha)
- Teh (kuintal/ha)
210,19
102,00 3,19
17,14 11,90
23,50
1. Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian
2. Peningkatan Mutu, Produksi dan Produktivitas
Produk Pertanian/Perkebunan 3. Penelitian dan Pengembangan Pemasaran Atas Hasil
Produk Pertanian/Perkebunan 4. Promosi Atas Hasil Produk Pertanian/ Perkebunan
5. Pembangunan Pusat-pusat penampungan hasil
Laporan Tahun 2014
52
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
PROGRAM/KEGIATAN
- Cengkeh (kuintal/ha) - Tembakau (kuintal/ha)
2,15 9,50
produk Pertanian/Perkebunan 6. Penyusunan database produk pangan
7. Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering
8. Penyediaan sarana dan Prasarana Produksi Pertanian/Perkebunan
9. Pengembangan bibit unggul pertanian/ perkebunan
2. Jumlah kelompok tani yang
menerapkan SOP GAP a. Sayuran
b. Buah-buahan
c. Tanaman Hias d. Biofarmaka
35
13
5 4
3. Jumlah komoditas yang dikembangkan: a. Sayuran (komoditas)
b. Buah-buahan (komoditas)
c. Tanaman Hias (komoditas) d. Biofarmaka (komoditas)
11
4 3
1
4. Jumlah kelompok yang telah memiliki registrasi kebun (kelompok)
30
Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam
upaya stabilitas kualitas
lingkungan hutan dan lahan
1. Prosentase luas lahan kritis yang tertanami (%)
47,58 1. Pengembangan hasil hutan non kayu 2. Pembuatan benih/bibit kehutanan
3. Pembinaan Pengendalian dan Pengawasan Gerakan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan 4. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam
Rehabilitasi Hutan dan Lahan
2. Jumlah luas areal hutan rakyat/
Agroforestry (ha)
7.910
3. Jumlah komoditas yang mengembangkan aneka usaha
kehutanan
4
4. Jumlah kelompok tani berbasis aneka usaha kehutanan dan AUK (kelompok)
118
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Salah satu tujuan dari pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung adalah meningkatkan produktivitas usahatani tanaman pangan melalui pola kemitraan dan meningkatkan ketahanan pangan di pedesaan. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya produktivitas tanaman komoditas pertanian unggulan per hektar dalam satu kali tanam, berkembangnya usahatani padi dan palawija dengan pola kemitraan, dan tersedianya pangan yang cukup dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, serta terwujudnya diversifikasi konsumsi pangan yang tercermin dari tersedianya berbagai komoditas pangan dan pangan olahan. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan pertanian ini, Dinas Pertanian Kabupaten Bandung mengajukan beberapa strategi perencanaan pembangunan melalui kegiatan:
1. Penyusunan Database Potensi Produk Pangan;
2. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian;
3. Pengembangan Intensifikasi Tanaman, Padi Palawija;
4. Pengembangan Diversifikasi Pangan
5. Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering;
6. Pengembangan Perbenihan dan Pembibitan;
7. Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian/Perkebunan;
8. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Pertanian /
Perkebunan;
Dengan upaya ini diharapkan mampu mencapai ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani dan gizi masyarakat yang seimbang sebagai prasyarat dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, juga meningkatkan usahatani pertanian dengan pola kemitraan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan indeks daya beli dan indeks kesehatan masyarakat, terutama masyarakat tani di pedesaan. Adapun teknis pelaksanaan, sebagai berikut:
a. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran
Kegiatan dilaksanakan oleh petugas lapangan untuk mengetahui potensi
sumber daya pangan, spesifikasi teknis teknologi pengembangan, kemampuan
SDM dan pengembangan bisnis pertanian. Selain itu, juga dikumpulkan data
dan informasi mengenai kelembagaan dan budaya lokal.
1) Seleksi peserta dan jenis usaha
Berdasarkan hasil identifikasi, dilakukan seleksi dan penentuan jenis
usaha pangan lokal kepada calon peserta. Penetapan jenis usaha dilakukan
dengan studi kelayakan usaha untuk mengetahui keuntungan dan
keberlanjutan usaha. Kegiatan ini harus dilakukan dengan hati - hati
karena hasilnya menentukan kegiatan selanjutnya.
2) Pelatihan Teknis Agribisnis
Setelah seleksi peserta, dilaksanakan pelatihan tentang
pengembangan pangan lokal yang disesuaikan dengan hasil seleksi dan
Laporan Tahun 2014
57
potensi wilayahnya.Mata pelajaran diberikan secara teori dan praktek baik
berupa teknis maupun manajemen usaha. Kegiatan ini akan berhasil baik
jika dilaksanakan dengan metode belajar sambil bekerja. Pelatihan teknis
agribisnis ditujukan untuk peningkatan kesiapan penerima manfaat dalam
manajerial usaha.
b. Pemberian bantuan
Bantuan dapat diberikan berupa uang, peralatan, sarana produksi atau
kombinasi keduanya.Sebaiknya bantuan tersebut diberikan secara bertahap
sesuai dengan kebutuhannya dalam kegiatan produksi/pengolahan
pangan/pertanian.
c. Pendampingan/pembinaan
Kelompok dalam mengelola usahanya, perlu diberikan
pendamping/pembina dengan keahlian sesuai dengan kebutuhan teknis dan
manajemen dari usahanya. Pendampingan dilaksanakan selama satu tahun
atau satu kali proses produksi/pengolahan pangan/pertanian sampai dengan
pemasarannya. Apabila dalam proses pendampingan menghadapi
permasalahan yang sulit dipecahkan ditingkat lapangan, maka dapat meminta
bantuan kepada dinas/instansi teknis terkait.
d. Pembinaan pasca proyek dan pengembangannya
Walaupun pendampingan sudah selesai, pembinaan tetap diberikan
selama beberapa bulan dengan frekwensi kunjungan sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan kelompok. Pembinaan akan terus dilanjutkan sampai kelompok
dapat mengembangkan usahanya menjadi kokoh dan mandiri termasuk
mengupayakan kemitraan dengan perusahaan mitra. Pembinaan pasca proyek
ini merupakan pembinaan rutin yang diberikan oleh petugas lapangan dari
dinas sesuai dengan bidangnya.
Adapun sasaran dari program peningkatan ketahanan pangan direncanakan tersebar di 31 kecamatan yang merupakan daerah sentra komoditas padi, palawija, dan hortikultura.
Sedangkan dampak yang diharapkan dari kegiatan tersebut, adalah: 1. Meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan.
2. Berkembangnya kegiatan perbenihan tanaman Pangan, hortikultura
dan perkebunan.
3. Berkembangnya daerah sentra produksi tanaman pangan, hortikultura
dan perkebunan.
4. Terbinanya kelompok tani dalam penerapan teknologi pertanian
Laporan Tahun 2014
58
organik.
5. Berkembangnya usahatani organik di pedesaan.
Kegiatan agribisnis mencakup empat subsistem, yaitu: subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yakni kegiatan ekonomi yang menghasilkan (agroindustri hulu) dan perdagangan sarana produksi pertanian primer (seperti industri pupuk, obat-obatan, bibit/benih, alat mesin pertanian, dan lain-lain); subsistem usahatani (on-farm agribusiness); subsistem agribisnis hilir (down-streamagribusiness). Keberhasilan pembangunan pertanian melalui pendekatan sistem agribisnis sangat tergantung pada tingkat kehandalan dari setiap komponen yang menjadi subsistemnya. Untuk mencapai kehandalan yang simultan dari setiap subsistem dalam sistem agribisnis dibutuhkan uluran dan campur tangan pemerintah melalui regulasi, koordinasi, perlindungan, stimulasi, pelayanan dan penilaian terhadap seluruh subsistem dalam sistem agribisnis beserta lingkungan yang mempengaruhinya. Selain itu, kondisi sumberdaya lingkungan serta sarana dan prasarana juga merupakan faktor yang menentukan kehidupan dan pengembangan sistem agribisnis tersebut, yang direncanakan tersebar di Kabupaten Bandung (31 kecamatan).
Sedangkan sasaran dan dampak yang diharapkan dari kegiatan ini, antara lain adalah :
1. Mendorong terbentuknya usaha agribisnis baru sebagai usaha
diversifikasi pangan;
2. Terbinanya kelompok tani dalam penerapan standar-standar mutu
produk dan teknologi pengolahan hasil; dan
3. Terfasilitasi alat mesin pengolahan pasca panen hasil pertanian dan
sarana prasarana agribisnis.
Kegiatan Pengembangan sistem informasi manajemen pertanian diarahkan untuk mencapai sasaran:
- Terkumpul, terolah, dan teranalisanya data primer komoditas
Pertanian serta peramalan produksi pertanian
- Teridentifikasinya data potensi wilayah dan agroekosistem
- Berkembangnya manajemen database pertanian
- Terlaksananya perencanaan pembangunan pertanian yang tepat
sasaran.
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas merupakan rincian tahapan kegiatan, sehingga dapat dicapai impact yang bermanfaat bagi masyarakat tani pada khususnya. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada tahun 2014, sebagai berikut:
Laporan Tahun 2014
59
Tabel 2.4. Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Ketahanan Pangan Tahun 2014
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Penyusunan Database produksi pangan
Pengembangan Websites 1 Paket Terlaksananya Advokasi Pengelolaan
Data Statistik Peranian Tanaman pangan dan Hortikultura
1 Kali
Terlaksananya Penetapan Sasaran Intensifikasi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
1 kali
Terlaksananya kegiatan sinkronisasi data statistik pertanian
2 Kegiatan
Terlaksananya Forum Komunikasi Pengelolaan Statistik Perkebunan
1 Paket
Terlaksananya ubinan produktivitas tanaman pangan utama
1 paket
Terlaksananya Pengembangan STA dan UPH Kabupaten Bandung
1 paket
Terlaksananya Identifikasi Penyebaran Lahan Sawah di Kabupaten Bandung
1 paket
Terlaksananya Penentuan Angka Ramalan/Prognosa Statistik Tanaman Pangan dan Hortikultura
1 Paket
Monitoring, evaluasi dan pelaporan kebijakan subsidi pertanian
Terlaksananya penyusunan RDKK 1 kegiatan
Rekapitulasi RDKK tk kecamatan 62 OH Rekapitulasi RDKK tk kabupaten 18 OH Pelaporan pupuk bersubsidi tk
kabupaten 12 bulan
Terlaksannya analisa pupuk dan pestisida
1 kegiatan
penguatan komisi pengawasan pupuk dan pestisida
1 paket
terlaksananya verifikasi dan validasi pupuk bersubsidi
1 paket
Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
Terlaksananya fasilitasi pengembangan padi organik fasilitasi sertifikat organik
2 paket
Terlaksananya fasilitasi pengembangan padi organik fasilitasi rumah kemasan padi organik
1 paket
Laporan Tahun 2014
60
Terlaksananya pengadaan stimulan alat pasca panen padi
1 paket
Terpal Power thresser polisher
100 lembar 4 unit 1 unit
Terlaksananya fasilitasi pasca panen dan pengolahan jagung Bintek pasca panen
1 paket
Terlaksananya fasilitas pasca panen dan pengolahan jagung stimulan alat pasca panen jagung (corn Sheller)
1 paket
Terlaksananya fasilitasi pasca panen dan pengolahan ubi kayu stimulan alat pengolahan ubi kayu
1 paket
stimulan alat pengolahan ubi kayu 1 paket Terlaksananya bimbingan teknis pasca
panen 1 paket
Terlaksananya fasilitasi Gudang Alsintan Pasca panen
1 paket
Pengembangan Intensifikasi Padi dan Palawija
Terlaksananya Workshop SLPTT 2 kali
Terlaksananya pengadaan benih padi 1.125 Kg Terlaksananya Bimbingan teknis
penerapan teknologi produksi Serelia dan Kabi
1 kali
Terlaksananya pengadaan jagung 3.000 kg Terlaksananya Bintek pengembangan
dan pemanfaatan Pupuk Organik 1 kali
Terlaksananya Mapping pencapaian dan pemanfaatan pupuk organik
1 kali
Terlaksananya Rakor P2BN 2 kali Pengembangan Diversifikasi Pangan
Terlaksananya Diversifikasi pola tanam dengan komoditas kedelai
8,000 Kg
Terlaksananya Diversifikasi pola tanam komoditas kedelai
1 Paket
Benih kedelai (150 Ha x 40 Kg) 6000 kg Pupuk ZPt (Rhizobium) 450 lt Terlaksananya Rapat Koordinasi 4 kali Terselenggaranya
Monitoring,Koordinasi, dan Evaluasi 4 Kecamatan
Laporan Tahun 2014
61
Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering
Terfasilitasinya kegiatan pengembangan buah-buahan di dataran rendah
2 lokasi
Mangga 500 pohon Durian 500 pohon Terfasilitasinya kebutuhan bibit buah-
buahan dalam mendukung pengembangan hortikultura ramah lingkungan
fasilitasi sarana jaringan pengairan budidaya hortikultura
1 paket
pipanisasi pengairan green house 2 unit pompa air 1 paket Adopsi teknologi budidaya
hortikultura 1000 pohon
bibit jambu Kristal 155 L sarana pengembangan pertanian
ramah lingkungan (pupuk organik cair)
534 L
Stimulan penerapan teknologi ramah lingkungan (bibit bakteri/ agensi hayati/isolate)
1 paket
Fasilitasi mesin pencacah sampah organik
1 Paket
pengembangan sarana pengairan di lahan kering
Pembagunan embung 1 unit Pengembangan produk olahan
kemasan
Fasilitasi pengemasan 1 paket Pengembangan pertanian pada lahan
kering
Terfasilitasinya sarana penyimpanan benih kentang
1 kelompok
Tersedianya kontainer plastik 200 buah Terfasilitasinya kegiatan
pengembangan kawasan strawberry 3 lokasi
Perbaikan produktivitas strawberry ( bibit)
1500 polybag
Pembangunan green house permanen 200m2 Penangkaran benih strawberry (bibit) 1500 polybag Demplot pengembangan strawberry
organik
- bibit strawberry 796 polybag
Laporan Tahun 2014
62
- pestisida organik 150 botol - pupuk organik cair 100 L Terfasilitasinya kegiatan
pengembangan kawasan jeruk 3 lokasi
Penangkaran bibit jeruk 1000 pohon Pengembangan budidaya jeruk 1000 pohon Terfasilitasinya kegiatan
pengembangan kawasan alpukat 2 lokasi
Pengembangan budidaya alpukat 1500 pohon Terfasilitasinya kegiatan
pengembangan budidaya tanaman hias 2 lokasi
Pemeliharaan kebun percobaan tanaman hias (pupuk organik cair)
180 L
Bibit Krisan 50.000 stek Bibit anggrek remaja 260 pot Operasional lainnya
Pengembangan Perbenihan/Pembibitan
Terlaksananya pengadaan benih padi VUB kelas SS (Label ungu) dan Benih Padi VUB ES (Label Biru)
6000 kg
Terlaksananya pengadaan benih padi VUB kelas SS (label ungu) dan benih padi VUB kelas ES (label biru)
1200 Kg
- Benih padi VUB kelas SS 7000 Kg - Benih padi VUB kelas ES 1 unit Terlaksananya pengadaan traktor 1 paket Tasilitasi pelepasan benih padi lokal 1 paket Terlaksananya pengadaan sarana
produksi 3500 kg
Pengadaan NPK 210 kg Pengadaan fungisida 10.295 kg Pengadaan pupuk organik / kompos 100 botol Pengadaan PPC Terlaksananya demplot padi gogo 1 paket Terfasilitasinya kegiatan
pengembangan klinik tanaman 2 lokasi
Fasilitasi perlengkapan klinik tanaman - Pipet tetes (50 buahx 2 kel) 100 buah/kel - Preparat (100 box x 2 kel) 200 box/kel - Gelas Kimia 250 ml 50 buah - Gelas Kimia 50 ml 50 buah - Gelas Ukur Plastik 30 buah - Cawan Petri Kaca 50 buah
Laporan Tahun 2014
63
- Jarigen 200 buah - Corong Plastik 20 buah - Gunting 20 buah - Kapas 200 Pcs - Toren Air 10 unit - Alat Gelembung Udara 10 unit - Platisin 100 buah - Mikroskop Binokuler 4 unit/kel - PH Meter 6 unit - Lemari Laboratorium 2 unit - Meja Laboratorium 2 unit - Kursi Laboratorium 20 unit Pengembangan klinik tanaman 2 lokasi Penyelenggaraan kerjasama Swakelola 1 paket Pengembangan klinik tanaman sayuran 1 unit Perencanaan 1 paket Pengawasan 1 paket Terfasilitasinya pelayanan klinik
tanaman keliling 8 kecamatan
Fasilitasi alat pendeteksi Geotaging 3 unit Kendaraan operasional klinik tanaman 1 unit Kendaraan operasional lapangan roda
dua 1 unit
Mikroskop Digital 3 unit PH Meter 3 unit Fasilitasi sarana pendukung dudidaya
tanaman hias dan buah-buahan (hand sprayer stainless/metal)
5 unit
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian/Perkebunan
Terlaksananya pengembangan usaha tani konservasi lahan terpadu
1 Paket
Terlaksananya kegiatan pendampingan 1 Paket Terlaksananya kegiatan forum
gangguan usaha perkebunan 1 Paket
Terlaksananya kegiatan IBK (Indikator Blok Kerja)
1 Paket
Terlaksananya kegiatan pengendalian hama dan penyakit
1 Paket
Laporan Tahun 2014
64
2. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/
Perkebunan
Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan menjadi keharusan dalam mempertahankan kontinuitas usaha agribisnis pada berbagai komoditas unggulan di sektor pertanian. Menurut Abdul Adjid, D (2001), pasar adalah suatu tempat yang terbentuk dari usaha dua pihak yang akan berinteraksi, yaitu pembelian dan penjualan. Dengan kata lain, pasar menjadi sentra aktivitas ekonomi di dalam lingkungan dunia usaha termasuk di sektor pertanian. Stabilitas dan mekanisme pasar termasuk ke dalam sasaran utama dalam menciptakan masyarakat ekonomi yang berswasembada. Maka dari itu, program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan merupakan hal mutlak yang harus dilaksanakan dalam pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung.
Salah satu sub sistem dalam sistem agribisnis adalah penataan jaringan pemasaran guna meningkatkan posisi tawar petani dan Program peningkatan pemasaran bertujuan untuk mengembangkan dan menata jaringan pemasaran komoditas pertanian. Hal ini dirasakan perlu karena salah satu penyebab rendahnya nilai jual produk pertanian di tingkat petani di Kabupaten Bandung disebabkan oleh ketidakteraturan dan panjangnya jalur pemasaran komoditas pertanian.
Kegiatan-kegiatan ini direncanakan tersebar di 31 kecamatan di Kabupaten Bandung. Sedangkan sasaran dan dampak yang diharapkan dari kegiatan tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Mendorong terbentuknya rumah kemasan hasil pertanian serta
mendorong meningkat nya permintaan konsumen;
2. Mengembangkan pusat-pusat penampungan Komoditas Pertanian
skala kecil di pedesaan;
3. Terlaksananya promosi produk hasil pertanian; dan
4. Tertatanya/teraturnya jalur pemasaran komoditas pertanian.
5. Meningkatnya kesadaran serta pengetahuan petani akan produk
bermutu/unggulan pertanian serta teknologi terbaru beserta
penerapannya dalam bidang pertanian.
Pada tahun 2014, program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan diarahkan untuk menyusun, mendeteksi dan
Laporan Tahun 2014
65
merestrukturisasi mekanisme dan stabilitas jaringan pasar komoditas hortikultura dan tanaman pangan di Kabupaten Bandung. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai, sebagai berikut:
Tabel 2.5. Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Pemasaran Hasil
Produksi Pertanian/ Perkebunan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pelatihan petani dan pelaku agribisnis
Terlaksananya Fasilitasi kemitraan dan pendampingan usaha kelompok tani
1 Paket
Terlaksananya sekolah lapang tanaman hias 1 Paket - Handsprayer stainles/metal 2 Buah - Gunting tanaman 10 Buah - Ember 5 Buah - Pupuk hayati 40 Pcs - Bibit krisan 7300 Stek
Forum kemitraan tanaman hias kerjasama swakelola
1 Paket
Terlaksananya adopsi penangkaran benih hortikultura
2 Paket
Terlaksananya penyusunan SOP GAP Tanaman Hias 1 Paket Terlaksananya pelatihan budidaya Strawberry
organik 1 Paket
Terlaksananya penyusunan SOP Budidaya Hortikultura
4 Kelompok
Evaluasi dan monitoring kegiatan, CPCL 1 Paket
3. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pemberdayan sumberdaya pertanian dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dan
kelompok tani tentang inovasi teknologi pertanian.
b. Mencukupi kebutuhan air yang terus meningkat dalam waktu, ruang,
jumlah serta mutu yang tepat sebagai akibat dari meningkatnya
jumlah penduduk dan pembangunan di segala bidang (industri,
pertanian, pariwisata dan lain-lain). Sedangkan ketersediaan air relatif
tetap dan bahkan pada daerah-daerah tertentu sumber daya airnya
cenderung menurun.
Laporan Tahun 2014
66
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan air melalui penerapan teknologi
hemat air.
d. Kelangkaan air yang selalu terjadi pada setiap musim kemarau yang
telah menyebabkan beberapa areal pertanian (terutama lahan sawah)
di Kabupaten Bandung mengalami kekeringan.
e. Mencukupi kebutuhan alat mesin pertanian untuk kegiatan produksi
dan pengolahan hasil.
f. Mencukupi ketersediaan sarana produksi berupa pupuk, obat-obatan
dan pestisida.
Adapun kegiatan yang diwadahi dalam program ini, adalah Pengadaan
Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/ Perkebunan. Kegiatan Pengembangan Ketersediaan sarana prasarana pertanian dalam rangka peningkatan produktivitas pertanian diarahkan untuk mencapai sasaran:
- Terfasilitasinya dan terpeliharanya alat mesin pertanian pengolahan
produksi;
- Terbinanya dan berkembangnya pelayanan jasa alat mesin pertanian;
- Terencananya kebutuhan pupuk, obat-obatan, dan pestisida;
Terbinanya kelompok tani dalam penerapan teknologi pengairan hemat;
Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan ditujukan sebagai usaha pendukungan dalam peningkatan produksi tanaman unggulan pertanian, seperti padi, jagung, kentang, cabe, tomat, bawang merah, kubis, alpukat, kopi, dan teh. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada tahun 2014, sebagai berikut:
Tabel 2.6. Sasaran Kegiatan pada ProgramPenerapan Teknologi Pertanian/
Perkebunan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Penelitian dan pengembangan teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
Pembangunan Jalan Usaha Tani 27 Paket Pembangunan cek dam/dam parit 27 paket Pengembangan irigasi air permukaan 6 paket Rehabilitasi balai benih pertanian
kabupaten bandung 17 paket
Terbangunnya peningkatan produksi tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan
1 paket
Laporan Tahun 2014
67
Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna
Terlaksananya Bimbingan Teknis Teknologi Agen Hayati
25 Orang
Terlaksananya pengembangan Desa PHT
25 Orang
Terlaksananya bintek perlindungan tanaman dalam rangka pengamanan produksi hasil pertanian
100 Orang
Terlaksananya Bintek penerapan teknologi tepat guna
50 Orang
Terlaksananya Bintek penerapan teknologi pertanian
30 Orang
Tersedianya bahan obat-obatan 1 PAket - Rodentisida anti koagulan 150 Kg - Insektisida 150 Lt - Fungisida 100 Kg - Rodentisida/pengasapan 40 Dus Tersedianya alat penunjang alat-alat
pengolahan pertanian (Brigade proteksi pertanian)
2 Paket
- Hand Sprayer 15 L 50 Unit - Alat pencacah organik 2 Unit - Traktor besar 40 Unit - Traktor kecil 3 Unit - Mesin pompa air 3" (bensin) 25 Unit - Mesin Pompa 4" (Diesel) 2 Unit - Mesin giling padi 2 Unit - Mesin pemipil jagung 1 Unit - Mesin penepung 2 Unit - Mesin potong rumput 50 Unit - Alat udidaya jamur/auti claf 1 Unit - Mesin roda tiga 1 Unit - Hand Stacker 1 Unit
Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
Terlaksananya Diseminasi LP2B 1 Kegiatan Terlaksananya Tindak lanjut
Diseminasi 1 Kegiatan
Terlaksananya Bimbingan Teknis Pengelolaan air
1 Kegiatan
Terlaksananya Identifikasi Kelembagaan P3A dan GP3A Mitra Cai
1 Paket
Terlaksananya Revitalisasi P3A Mitra Cai
2 Paket
Laporan Tahun 2014
68
Terlaksananya Revitalisasi GP3A Mitra Cai
2 Paket
Terlaksananya penguatan P3A dan GP3A mitra cai
1 Paket
Terlaksananya Rancangan perda tentang perlindungan lahan berkelanjutan
1 Paket
Terlaksananya pelatihan Dana Investasi Agribisnis (DIA)
1 Paket
Terlaksananya pelatihan GP3A dalam kegiatan pasca panen
1 Paket
Terlaksananya Pelatihan GP3A dalam berbagai kegiatan pasca panen dan pemasaran produk pertanian
1 Paket
Terlaksanannya pengesahan /legalisasi badan hukum P3A dan PG3A
14 Paket
Terlaksanananya kegiatan dem area 1 Paket Terlaksananya kegiatan sekolah
lapangan iklim 1 Paket
Terlaksananya rehabilitasi jaringan irigasi
248 Ha
4. Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan
Program peningkatan produksi pertanian/ perkebunan ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah komoditas hortikultura dan perkebunan spsesifik lokalita. Adapun teknis pelaksanaan kegiatan diarahkan dalam pemenuhan:
a. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran
Kegiatan dilaksanakan oleh petugas lapangan untuk mengetahui potensi
sumber daya pangan, spesifikasi teknis teknologi pengembangan, kemampuan
SDM dan pengembangan bisnis pertanian. Selain itu, juga dikumpulkan data
dan informasi mengenai kelembagaan dan budaya lokal.
1) Seleksi peserta dan jenis usaha
Berdasarkan hasil identifikasi, dilakukan seleksi dan penentuan jenis
usaha pangan lokal kepada calon peserta. Penetapan jenis usaha dilakukan
dengan studi kelayakan usaha untuk mengetahui keuntungan dan
keberlanjutan usaha. Kegiatan ini harus dilakukan dengan hati - hati
karena hasilnya menentukan kegiatan selanjutnya.
2) Pelatihan Teknis Agribisnis
Setelah seleksi peserta, dilaksanakan pelatihan tentang
pengembangan pangan lokal yang disesuaikan dengan hasil seleksi dan
Laporan Tahun 2014
69
potensi wilayahnya.Mata pelajaran diberikan secara teori dan praktek baik
berupa teknis maupun manajemen usaha. Kegiatan ini akan berhasil baik
jika dilaksanakan dengan metode belajar sambil bekerja. Pelatihan teknis
agribisnis ditujukan untuk peningkatan kesiapan penerima manfaat dalam
manajerial usaha.
b. Pemberian bantuan
Bantuan dapat diberikan berupa uang, peralatan, sarana produksi atau
kombinasi keduanya.Sebaiknya bantuan tersebut diberikan secara bertahap
sesuai dengan kebutuhannya dalam kegiatan produksi/pengolahan.
c. Pendampingan/pembinaan
Kelompok dalam mengelola usahanya, perlu diberikan
pendamping/pembina dengan keahlian sesuai dengan kebutuhan teknis dan
manajemen dari usahanya. Pendampingan dilaksanakan selama satu tahun
atau satu kali proses produksi/pengolahan hortikultura dan perkebunan
sampai dengan pemasarannya. Apabila dalam proses pendampingan
menghadapi permasalahan yang sulit dipecahkan ditingkat lapangan, maka
dapat meminta bantuan kepada dinas/instansi teknis terkait.
d. Pembinaan pasca proyek dan pengembangannya
Walaupun pendampingan sudah selesai, pembinaan tetap diberikan
selama beberapa bulan dengan frekuensi kunjungan sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan kelompok. Pembinaan akan terus dilanjutkan sampai kelompok
dapat mengembangkan usahanya menjadi kokoh dan mandiri termasuk
mengupayakan kemitraan dengan perusahaan mitra. Pembinaan pasca proyek
ini merupakan pembinaan rutin yang diberikan oleh petugas lapangan dari
dinas sesuai dengan bidangnya.
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan digulirkan untuk meningkatkan optimalisasi produktivitas komoditas unggulan dan indeks pertanaman lahan sawah dan lahan kering Kabupaten Bandung.
Adapun kegiatan yang diwadahi dalam program ini, sebagai berikut: 1. Penyuluhan peningkatan produksi pertanian/perkebunan; 2. Penyediaan sarana produksi pertanian dan perkebunan; dan 3. Peningkatan/Rehabilitasi saluran Irigasi.
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan diarahkan untuk mencapai sasaran:
- Meningkatkan hasil produksi komoditas pertanian/perkebunan
unggulan Kabupaten Bandung yaitu dari tanaman hortikultura;
Laporan Tahun 2014
70
sayuran 1.060.004 ton; buah-buahan 574.281 ton; tanaman hias
388.369 tangkai; obat-obatan 859.830 ton; tanaman perkebunan; teh
3.277 ton, kopi 4.087 ton, dan cengkeh 117 ton.
- (1) berkembangnya kelompok usaha agribisnis berbasis hortikultura 4
kelompok (2) berkembangnya kelompok usaha agribisnis berbasis
komoditas kopi 3 kelompok; teh 2 kelompok; dan cengkeh 1
kelompok;
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas merupakan rincian tahapan kegiatan, sehingga dapat dicapai impact yang bermanfaat bagi masyarakat tani pada khususnya. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada tahun 2014, sebagai berikut:
Tabel 2.7. Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Produksi Pertanian/
Perkebunan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan
Terlaksananya Pengadaan Bibit Kopi dan Cengkeh
- Bibit kopi 5.400 Phn - Bibit Cengkeh 176.000 bnh
Terlaksananya pengadaan benih kopi 1 Paket Terlaksananya sarana dan prasarana
pasca panen 3 Paket
Terlaksananya pembuatan SOP kopi dan cengkeh
2 Dokumen
Tersedianya SOP kopi, Cengkeh 1 paket Tercapainya luas pertanaman Kopi 10.000 Ha
Pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan
Terlaksananya penyediaan benih kentang bermutu
- Bantuan benih kentang G0 20.000 Knol - Bantuan benih kentang G3 3.500 Kg - Bantuan benih kentang G4 4.000 Kg
Terlaksananya pengadaan bibit jamur tiram
Bag log
Terlaksananya pengadaan bibit cabe 80 Pcs Terlaksananya pengembangan benih
Bawang Merah 800 Kg
Terlaksananya pengembangan sayuran dataran rendah
14 Kec
Laporan Tahun 2014
71
- Bantuan benih kangkung 700 Kg Terfasilitasinya pembangunan screen
house penangkar kentang 2 Unit
Terfasilitasinya pembangunan screen house penangkar cabe
1 Unit
Terfasilitasinya pembangunan kubung jamur
2 Unit
Terlaksananya pengembangan pemanfaatan pekarangan
Terlaksananya sarana pengairan irigasi springkle
1 Unit
Peningkatan kualitas dan pasca panen tanaman tembakau
Terlaksananya sosialisasi DBHCT 1 Kali Terlaksananya peningkatan kualitas
dan pasca panen tanaman tembakau
1 Kali
Terlaksananya kegiatan Bimtek budidaya tanaman tembakau
1 Kali
Terlaksananya kegiatan Bimtek pengendalian OPT tanaman tembakau
1 Kali
Terlaksananya bimtek pasca panen dan pengolahan tembakau
1 Kali
Terlaksananya sistem kebersamaan ekonomi (SKE)
1 Kali
Terlaksananya pemurnian benih tembakau tahap 1
1 Kelompok
Terlaksananya pembuatan dokumentasi pengolahan tembakau
1 Kali
Terlaksananya inventarisasi dan validasi data tembakau
1 Kali
Terlaksananya kegiatan workshop pemasaran tembakau
1 Kali
Terlaksananya peningkatan kualitas tembakau melalui sistem GAP
1 Kali
Terlaksananya peningkatan kualitas tembakau melalui sistem GAP
1 Kali
5. Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan
Program pemanfaatan potensi sumberdaya hutan merupakan salah satu kebijakan pembangunan kehutanan yang diarahkan untuk memberikan alternatif usaha bagi masyarakat di sekitar hutan, sekaligus dalam upaya rehabilitasi hutan dan lahan, selain langkah tindak vegetatif. Pada tahun
Laporan Tahun 2014
72
2014, program ini ditujukan untuk: (1) pengembangan agribisnis jamur dan (2) pengembangan agribisnis lebah madu.
Tabel 2.8. Sasaran Kegiatan pada Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Pengembangan Hasil Hutan Non-Kayu
Terlaksanya budidaya aneka usaha kehutanan non kayu
100 %
Terlaksanannya Budidaya Lebah Madu
- Stuf Lengkap dan Bibit Koloni (Lebah + Ratu) 60 Buah
- Pengasap (Smoker) 6 Buah
- Saringan madu 6 Buah
- Pisau Madu 6 Buah
- Sikat lebah 6 Buah
- Masker 6 Buah
- Sarung tangan karet 6 Buah
Terlaksananya Pengembangan ulat sutera
- Murbei 15000 Stek
- Pupuk kandang 1962 Kg
- Furadan/sejenisnya 3 Botol
- Pupuk NPK 50 Kg
- Rumah ulat kecil 15 M2
- Rak ulat dan inkubasi 2 Paket
- Rumah ulat besar 45 M2
- Rak ulat 30 M2
Terlaksananya Pemberdayaan Masyarakat Hutan 1 Paket
- Jamur tiram 45462 Log
- Jamur kuping 5000 Log
Laporan Tahun 2014
73
- Pestisida cair organik 15 Botol
Terlaksananya Pengembangan Buah-buahan Hutan 540 Polibag
- Konyal/markisa 600 Polibag
- Pupuk kandang 200 Kg
- Pupuk cair organik 2 Botol
- Pestisida organik 2 Botol
- Tali kaos/ majun 8 KG
Terlaksananya kontak bisnis 100 %
Jumlah kegiatan monitoring, evaluasi, dan sosialisasi perlindungan, pengendalian, dan konservasi hutan (pkt)
47,58 %
6. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Program rehabilitasi hutan dan lahan merupakan kebijakan yang ditujukan dalam pelestarian dan konservasi lingkungan, bertujuan untuk:
a. Meningkatkan akselerasi penanggulangan lahan kritis;
b. Mendukung dan mengembangkan program perbaikan lingkungan
melalui Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GRLK) melalui
pemberdayaan masyarakat tani di sekitar hutan dalam peningkatan
peran aktif masyarakat;
c. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Adapun sasaran yang diharapkan, adalah:
a. Terpenuhinya masalah kekurangan bibit tanaman untuk penanaman
pada lahan kritis seluas 4.415 hektar;
b. Tercapainya sasaran percepatan penanganan lahan kritis;
c. Mendorong tercapainya Kabupaten Bandung Hijau dan Lestari.
Tabel 2.9. Sasaran Kegiatan pada Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Laporan Tahun 2014
74
Fasilitasi Implementasi Green Province
Tersusunnya Dokume RTPKL dan RSPKL
40 Buku
Pembuatan bibit/benih tanaman kehutanan
Tersedianya benih tanaman kehutanan 20 Kg - Benih tanaman albazia 4 Kg - Benih tanaman gmelina 1 Kg - Benih jabon 5.800 Tunas - Bibit ecaliptus 500 Batang - Benih ecaliptus 2 Kg - Benih suren 5 KG - Indukan buah-buahan 60 Pohon - Benih mahoni 4 Kg - Bibit mahoni 600 Batang - Bibit alba 1.000 Batang
Pembuatan demplot UPSA Bibit rumput untuk terasering 500 Pengembangan budidaya tanaman jadi Polis Bibit tanaman jati 1.500 Batang Pengembangan budidaya tanaman bambu Bibit bambu 1.000 Tunas Pengembangan budidaya aren Bibit aren 1.000 Polibag Tersedianya sarana pembuatan pembibitan
tanaman kehutanan 1 Paket
Paranet 225 M Bambu gombong 16 Btg Bambu tiang 50 Buah Polybag besar 9 KG Selang plastik 100 M Embrat 2 Buah Cangkul 2 Buah Singkup 2 Buah Parang 2 Buah Drum plastik 2 Buah Papan nama persemaian 1 Buah Polybag kecil 22.000 Lembar Terfasilitasinya pupuk kandang 19.394 Kg Kegiatan pembibitatan 100 Kg pembuatan demplot UPSA 4.000 Kg Pengembangan budidaya tanaman jati (asli) 500 Kg
Laporan Tahun 2014
75
Pengembangan budidaya bambu 500 Kg Pengembangan budidaya aren 1.500 Kg Terfasilitasinya pupuk NPK 950 Kg Kegiatan pembibitan 20 Kg pembuatan demplot UPSA 1.500 Kg Pengembangan budidaya tanaman jati 1.500 Kg Sp 36 2 Paket Pestisida 10 Kg Pengembangan budidaya bambu 50 Kg Pengembangan budidaya aren 19.394 Kg Operasional lainnya
100 Kg
Peningkatan peran serta masyarakat dalam rehabilitasi hutan dan lahan
Mendukung terlaksananya lomba-lomba RTH 10 Lomba
Kegiatan lomba-lomba P2WKSS, sekolah sehat, Posyandu,TMMD
Kayu-kayuan 10.000 Pohon Mpts 6.000 Pohon Terlaksananya pemberdayaan
masyarakat/kelompok tani penghijauan 50 KTP
pengadaan benih/biji tanaman Albazia (sertifikat)
26 Kg
Pengadaan benih/biji tanaman Gmelina 100 Kg Pengadaan benih/biji tanaman Ecalyptus
(SKMB) 8 Kg
Pengadaan polybag 1.750 Kg Terlaksananya RHL melalui Kemah Kerja
Bupati 1 Desa
Bibit Penanaman Simbolis 100 Pohon bibit kayu-kayuan 10.000 Pohon Pengadaan pupuk kandang 200 Kg pengadaan peralatan lapangan Cangkul 20 Buah Ember Plastik 30 Buah Sepatu boot 30 Buah Payung 30 Buah Lap tangan 30 Buah Ajir 10.000 Buah Terlaksananya Bintek RHL 1 Lokasi bintek RHL 1 Paket
Laporan Tahun 2014
76
penyususnan RP -RHL dan RTn- RHL 1 Paket Terlaksananya FGD RHL 1 Lokasi Jumlah kegiatan monitoring, evaluasi, dan
sosialisasi perlindungan, pengendalian, dan konservasi hutan (pkt)
konservasi Lahan dan air (embung, Jalan tani, dam penahan, sapras pendukung) Bangub
Terbangunnya sarana pengairan (embung) 6 Unita
Terlaksananya pembangunan Gully Plug 23 Unit Terlaksananya pembuatan sumur resapan 25 Paket Terbangunnya dam penahan 7 paket Terfasilitasinya bibit tanaman keras dan
MPTS 163.000 Pohon
Pembuatan hutan rakyat 300 Ha Bibit tanaman keras 110.000 Pohon Pupuk organik 143000 Kg Bibit MPTS 33.000 Pohon Peningkatan usaha kehutanan Bibit kemiri 20.000 Pohon Pupuk Organik 20.000 kg
Pengadaan lahan leuweung sabilulungan (bangub)
Pengadaan lahan untuk hutan rakyat 550 Ha
Pengembangan "leuweung sabilulungan" (lahan)
1 paket
7. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Tabel 2.10 Sasaran Kegiatan Pada program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja
Laporan Tahun 2014
77
Pelatihan petani
dan pelaku
agribisnis
Terlaksananya Fasilitasi Kemitraan dan Pendampingan Usaha Kelompok
1 Paket
Terlaksananya sekolah lapang tanaman hias
1 Paket
handsprayer stainles/metal 2 Buah
gunting tanaman 10 Buah
ember 5 Buah
pupuk hayati 40 Pcs
bibit krisan 7.300 Stek
forum kemitraan tanaman hias kerjasama swakelola
1 Paket
Terlaksananya adopsi penangkaran benih hortikultura
2 Paket
Terlaksananya penyusunan SOP GAP Tanaman Hias
1 Paket
Terlaksananya pelatihan budidaya Strawberry organik
1 Paket
Terlaksananya penyusunan SOP Budidaya Hortikultura
4 Kelompok
Evaluasi dan monitoring kegiatan, CPCL 1 Paket
8. Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Hutan 9.
Tabel 2.10 Sasaran Kegiatan Pada program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Hutan
Kegiatan Sasaran Kegiatan Target
Kinerja
Pencegahan
dan
pengendalian
kebakaran
hutan dan
Terlaksananya upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan serta mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yg disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, daya-daya alam, hama dan penyakit
1 Paket
Laporan Tahun 2014
78
lahan
ATK penunjang 1 Paket
banner sarana dan cetak foto 20/230
Buah/Eksemplar
pengadaan kompas/navigasi 4 Unit
Altimeter barometer 4 Unit
Alat ukur laser 4 Unti
Terlaksananya upaya perlindungan dan pengamanan hutan
1 Paket
Jaket Raincoat 10 Buah
Pakaian lapangan 10 Buah
Celana lapangan 10 Buah
Tas Pinggang 10 Buah
Rompi 10 Buah
pengadaan alat masak 3 Unit
Terlaksananya upaya penyuluhan tentang undang-undang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan
1 Paket
kegiatan sosialisasi 1 Paket
Terlaksananya informasi kebakaran hutan
yang akan digunakan sebagai sumber air dalam pelaksanaan pemadaman
1 Paket
pembinaan masyarakat desa sekita hutan 1 Paket
Laporan Tahun 2014
80
Laporan Tahun 2014
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bandung
BAB III TARGET PENDAPATAN DAN REALISASI ANGGARAN
3.1. Gambaran Umum Target Pendapatan dan Realisasi Anggaran
3.1.1. Anggaran Pendapatan
Pada Tahun 2014 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Bandung ditargetkan untuk menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 150.930.450,-
(Seratus lima puluh juta sembilan ratus tiga puluh ribu empat ratus lima puluh
Rupiah) dari hasil pengelolaan balai benih pada; Lahan sawah di Jelekong
Kecamatan Baleendah dan Lahan sawah di Buah Batu Kecamatan Bojongsoang.
Tahun 2014, realisasi pendapatan dari balai benih tersebut mencapai Rp.
152.473.200,- (Seratus lima puluh dua juta empat ratus tujuh puluh tiga ribu dua
ratus Rupiah) atau 101,02% dari target pendapatan yang ditetapkan atau
peningkatan 1% serta bila dibandingkan dengan tahun 2013 terdapat penurunan
sebanyak Rp. 26.389.550.- (dua puluh enam juta tiga ratus delapan puluh Sembilan
Laporan Tahun 2014
81
ribu lima ratus lima puluh rupiah) dikarenakan ada pengurangan luas lahan sawah
untuk percobaan seluas 1,5 hektar di Kecamatan Solokanjeruk.
Adapun perincian anggaran pendapatan Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten bandung dan realisasinya Tahun 2014 dapat dilihat pada
Tabel 3.1. di bawah ini
Tabel 3.1. Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2014
No SUMBER PENDAPATAN Target (Rp) Realisasi (Rp) (%)
1 Balai Benih Padi Jelekong dan Buah Batu
156.420.000 161.422.800 100,00
J u m l a h 156.420.000 161.422.800 100,00
3.1.2. Anggaran Belanja
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2014 mendapatkan
alokasi anggaran Belanja sebesar Rp. 35.238.892.184,- (Tiga puluh lima milyar du
ratus tiga puluh delapan juta delapan ratus sembilan puluh dua ribu seratus delapan
puluh empat rupiah), yang terdiri dari belanja tidak langsung (BTL) Rp.
4.514.614.404,- dan belanja langsung Rp. 25.821.805.013.- (BL).
1. Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung merupakan alokasi belanja untuk membiayai gaji
pegawai beserta tunjangannya. Pada tahun 2014, Dinas Pertanian mendapatkan
alokasi BTL sebesar Rp. 4.706.102.375,- atau 13,35% dari total anggaran belanja.
Dari target tersebut, terealisasi sebesar Rp. 4.514.614.404,- (empat miliar lima
ratus empat belas juta enam ratus empat belas ribu empat ratus empat rupiah) atau
95,93 persen.
Laporan Tahun 2014
82
Tabel 3.2 Target dan realisasi belanja tidak langsung tahun 2014
No Uraian Belanja Target
(Rp)
Realisasi
(Rp) %
1. Gaji dan Tunjangan 3.679.347.000 3.520.856.615 95,69
2. Tambahan Penghasilan PNS 1.026.755.375 993.757.789 96,78
T o t a l 4.706.102.375 4.514.614.404 95,93
2. Belanja Langsung
Belanja langsung dialokasikan untuk membiayai belanja langsung peningkatan
kinerja aparatur dinas dan belanja langsung masyarakat. Pada tahun 2014, target
anggaran Belanja Langsung sebesar Rp 30.532.789.809,- dan terealisasi sebesar
Rp. 25.821.805.013,- atau 84.57% dari target yang telah ditetapkan, yang terdiri
dari belanja langsung SKPD Rp. 1.255.404.193,- dan belanja langsung urusan
pilihan Rp. 24.566.400.820,-. Berikut Rincian target dan realisasi pada belanja SKPD
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun Anggaran 2014.
Tabel 3.3. Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung SKPD Tahun 2014
No. URAIAN TARGET
TA.2014 (Rp)
REALISASI TA.2014 (Rp)
% SISA ANGGARAN
I. BELANJA SKPD
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
417.157.000
405.265.609
97.15 11.891.391
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
847.272.743
771.686.584
91.08 75.586.159
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
27.650.000
27.650.000
100.00
0
4. Program 53.775.00 50.802.00 94.47 2.973.000
Laporan Tahun 2014
83
Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan keuangan
0 0
Belanja Langsung Pilihan
Anggaran belanja langsung pilihan Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2014 adalah sebesar
Rp.30.532.789.809,- yang dialokasikan untuk membiayai sebanyak 9 program dan
26 kegiatan. Anggaran tersebut bersumber dari APBD Kabupaten Bandung Tahun
2014, Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Kehutanan, bidang perkebunan/pertanian,
bantuan gubernur dan Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau APBN 2014. Total realisasi
anggaran Belanja Langsung Pilihan sebesar Rp. 29.186.935.066,- dan terdapat sisa
anggaran sebesar Rp. 4.607.148.846,-. Rincian belanja dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Kegiatan Pengadaan Lahan Leuweung Sabilulungan dengan Anggaran berasal
dari Dana Bantuan Gubernur sebesar Rp. 2.500.000.000,- tidak dapat terlaksana di
Tahun 2014, Hal tersebut disebabkan oleh rangkaian waktu proses pengadaan tanah
dengan luas lebih dari 5 Ha tidak mencukupi, proses tersebut mulai penetapan
angggaran, persiapan pelaksanaan pengadaan tanah, proses penentuan harga oleh tim
apraisal, negosiasi, proses pembayaran dan sertifikasi tanah. Solusi atas hal tersebut
adalah Anggaran akan diluncurkan di Tahun 2015, hal tersebut sudah dikoordinasikan
dengan Kepala DPPK, BAPPEDA, serta telah disampaikan surat permohonan dan lampiran
berupa SP2D yang telah terbit dengan nilai Rp. 1.387.915.500,- kepada Bupati Bandung
dalam rangka peluncuran anggaran tersebut.
Terdapat sisa anggaran yang sangat besar pada kegiatan Penelitian dan
pengembanan teknologi pertanian/perkebunan tepat guna sebesar Rp. 933.980.500,-,
Laporan Tahun 2014
84
hal ini disebabkan karena beberapa hal, yaitu:
1. Dibatalkannya kegiatan Pembuatan Jalan Usaha Tani Hortikultura
2. Dibatalkannya kegiatan Pembuatan Jalan Usaha Tani Perkebunan.
3. Hasil negosiasi pengadaan peralatan dalam kegiatan irigasi permukaan,
terutama dalam pengadaan pompa
Laporan Tahun 2014
85
Tabel 3.4 Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung Program Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2014
PROGRAM /KEGIATAN ANGGARAN (RP) REALISASI (RP) PERSENTASE SISA (RP)
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 300.000.000 294.220.000 98% 5.780.000
(a) Pelatihan petani dan pelaku agribisnis 300.000.000 294.220.000 98% 5.780.000
Program Peningkatan Ketahan Pangan (pertanian/perkebunan) 5.243.144.066 5.061.375.440 97% 181.768.626
(a) Penyusunan data base potensi produksi pangan 507.294.066 492.058.050 97% 15.236.016
(b) Monitoring, evaluasi dan pelaporan kebijakan subsidi
pertanian
321.350.000 317.480.000 99% 3.870.000
(c) Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian 598.000.000 577.992.680 97% 20.007.320
(d) Pengembangan intensifikasi tanaman padi, palawija 824.000.000 792.353.760 96% 31.646.240
(e) Pengembangan diversifikasi tanaman 150.000.000 141.740.000 94% 8.260.000
(f) Pengembangan pertanian pada lahan kering 1.914.500.000 1.820.919.550 95% 93.580.450
(g) Pengembangan perbenihan/perbibitan 313.000.000 311.654.800 100% 1.345.200
(h) Penelitian dan pengembangan sumberdaya pertanian 615.000.000 607.176.600 99% 7.823.400
Program peningkatan pemasaran hasil produksi
pertanian/perkebunan
1.034.550.000 1.020.299.250 99% 14.250.750
(a) Promosi atas hasil produksi pertanian/perkebunan unggulan 541.250.000 535.113.250 99% 6.136.750
(b) Pembangunan pusat-pusat penampungan produksi hasil
pertanian/perkebunan masyarakat yang akan dipasarkan
493.300.000 485.186.000 98% 8.114.000
Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan 10.407.479.400 9.222.096.730 89% 1.185.382.670
(a) Penelitian dan pengembanan teknologi pertanian/perkebunan
tepat guna
5.922.753.400 4.988.772.900 84% 933.980.500
86
PROGRAM /KEGIATAN ANGGARAN (RP) REALISASI (RP) PERSENTASE SISA (RP)
(b) Pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian/
perkebunan tepat guna
3.020.750.000 2.904.070.930 96% 116.679.070
(c) Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi
pertanian/perkebunan tepat guna
1.463.976.000 1.329.252.900 91% 134.723.100
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan 5.087.871.600 4.663.539.620 92% 424.331.980
(a) Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan 2.079.292.000 1.737.271.150 84% 342.020.850
(b) Pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan 1.430.360.000 1.400.775.155 98% 29.584.845
(c) Peningkatan Kualitas dan Pasca Panen Tanaman Tembakau 1.578.219.600 1.525.493.315 97% 52.726.285
Program pemanfaatan potensi sumber daya hutan 378.260.000 364.874.600 96% 13.385.400
(a) Pengembangan hasil hutan non kayu 378.260.000 364.874.600 96% 13.385.400
Program rehabilitasi hutan dan lahan 6.491.099.000 3.750.213.620 58% 2.740.885.380
(a) Pembuatan bibit/benih tanaman kehutanan 489.481.000 468.518.660 96% 20.962.340
(b) Peningkatan peran serta masyarakat dalam rehabilitasi hutan
dan lahan
801.618.000 769.409.460 96% 32.208.540
(c) Konservasi Lahan dan Air (Embung, Jalan Tani, Dam
Penahan, Sapras Pendukung) (Bantuan Gubernur)
2.500.000.000 2.332.267.500 93% 167.732.500
(d) Pengadaan Lahan Leuweung Sabilulungan (Bantuan Gubernur) 2.500.000.000 - 0% 2.500.000.000
(e) Fasilitasi Implementasi Green Province ( Bantuan Gubernur ) 200.000.000 180.018.000 90% 19.982.000
(f) Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan 144.531.000 143.681.560 99% 849.440
(g) Pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan 144.531.000 143.681.560 99% 849.440
Program perencanaan dan pengembangan hutan 100.000.000 46.100.000 46% 53.900.000
(a) Pendampingan kelompok usaha perhutanan rakyat 100.000.000 46.100.000 46% 53.900.000
Laporan Tahun 2014
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bandung
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN
4.1. Analisis Pengukuran Kinerja
Untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan
misi Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung maka perlu
dilakukan pengukuran kinerja. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten dilakukan terhadap:
(a) Tingkat pencapaian sasaran, yang merupakan tingkat pencapaian target
(rencana tingkat capaian) dari masing-masing indikator sasaran yang telah
ditetapkanberdasarkan Rencana kerja tahunan dan rencana strategis lima
tahunan.
(b) Kinerja kegiatan, yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat
capaian) dari setiap kelompok indikator kinerja kegiatan, dan langkah-langkah
kegiatan.
Pengukuran kinerja ini merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik
didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan berupa masukan, keluaran, hasil,
manfaat, dan dampak. Penilaian tersebut tidak terlepas dari proses yang merupakan
kegiatan mengolah masukan menjadi keluaran dan hasil.
4.1.1 Analisa Pencapaian Kinerja Sasaran Tahun 2014
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan pertanian di
Kabupaten Bandungtahun 2014, yang telah ditetapkan dalam Indikator kinerja
utama, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan menetapkan beberapa
langkah rencana tindak lanjut tahun 2014 ke dalam 9 program dan 26 kegiatan.
Untuk mengevaluasi tingkat efektivitas program/kegiatan tersebut, indikator
kinerja menjadi acuan penilaian sasaran strategis.
Sasaran Strategis 1
Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan
produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
Salah satu sasaran strategis pembangunan pertanian adalah
meningkatnya swasembada pangan lokal melalui peningkatan lahan dan
komoditas pangan unggulan lokal. Hal ini merupakan salah satu langkah
perwujudan tercapainya ketahanan pangan sampai tingkat rumah tangga,
terutama dalam keberlanjutan ketersediaan pangan.Keadaan ini dicirikan antara
lain dengan tersedianya pangan yang cukup serta harga yang terjangkau oleh
daya beli masyarakat dan terwujudnya diversifikasi konsumsi pangan yang
tercermindari tersedianya berbagai komoditas pangan, baik produk segar
maupun produk olahan.
Untuk mewujudkan ketersediaan pangan sampai tingkat rumah tangga
tersebut, pemerintah mengupayakan strategi antara lain berbagai usaha
peningkatan produksi dan produktivitas lahan dan pangan. Selain itu,
peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat tani dalam desiminasi
teknologi mulai dari budidaya tanaman pangan pada sisi on-farm juga teknologi
pasca panen dan pengolahan hasil pada sisi off-farm.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran seperti yang
telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai fakta yang ada, baik berupa
keberhasilan maupun kekurangberhasilan pelaksanaan pembangunan pertanian
di Kabupaten Bandung,apabila dibandingkan dengan tahun 2014 maupun
terhadap sasaran/target yang telah ditentukan, ataupun juga terhadap realisasi
pencapaian dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun 2014 ini.
Tabel 4.1 pengukuran sasaran kinerja tahunan 2014
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
REALISASI
Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui
5. Jumlah produksi komoditas tanaman pangan unggulan: - Padi (ton)
509.667
543.078
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
REALISASI
peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal
- Jagung (Ton) 77.514 81.078
- Ubi Kayu (Ton) 121.579
127.846
6. Jumlah produktivitas komoditas tanaman pangan: - Padi (kui/ha) 64,14
62.87
- Jagung (kui/ha) 65,54 66.41
- Ubi Kayu (kui/ha) 197,40 185.47
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa ketersediaan pangan yang diindikasikan
oleh jumlah produksi tanaman pangan mengalami pertumbuhan positif dan
melebihi target kinerja yang telah ditetapkan. Pencapaian jumlah hasil produksi
padi sampai Desember 2014 ini mencapai 543.078 ton GKG atau dengan hasil
Produksi sebesar 91,62 % dari target produksi dengan produktivitas sebesar
62.87 kuintal/hektar. Pencapaian produksi berhasil melampaui target/sasaran
namun dalam hal produktivitas ternyata tidak mampu mencapai target hal ini
dimungkinkan karena gabah yang dihasilkan perhektarnya terkena dampak iklim
yang cukup ektrem serta adanya dampak serangan organisme pengganggu
tanaman walau tidak signifikan berpengaruh.
Sedangkanrealisasi produksi jagung mencapai 81.078 ton (Jagung pipilan
kering atau sebesar 94.00 % dari total target. Hasil panen jagung terbagi ke
dalam dua bentuk produk yaitu jagung dipanen muda dan jagung kering (bentuk
pipilan kering). Pada tahun 2014 ini hasil dari kerja keras para ketua kelompok
tani serta para stakeholder, berhasil panen kering seluas 12.029 ha melebihi
target sebesar 93,37 % atau dari luasan 11.828 hektar, walaupun dilapangan
masih sangat banyak petani yang lebih menginginkan panen muda karena kalau
dilihat dari sisi ekonomi lebih cepat dan mudah dalm pemeliharaan serta
pergulirannya sehingga lebih menguntungkan.
Dalam Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa peningkatan padi di Kabupaten
Bandung tahun 2014 ini terjadi dalam peningkatan produksi per satuan luas bila
dibandingkan dengan realisasi MT tahun tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan
kondisi iklim terutaman curah hujan ketersediaan air kurang mendukung
terutama untuk pertanaman padi serta tanaman pangan/palawija lainnya, yaitu
menyebabkan terjadinya pematangan biji padi menjadi sedikit terganggu karena
intensitas cahaya/panas matahari serta kelembabab udara cukup tinggi sehingga
sedikit mempengaruhi proses evavotraspirasi dan fotosintesis sehingga biji/bulir
padi berat massanya menjadi sedikit berkurang sehingga produktivitas per
hektarnya menjadi berkurang dari sasaran yang ditetapkan, kemudian pada
beberapa titik sentra produksi mengalami serangan hama penyakit tanaman
walaupun dalm intensitas rendah tapi cukup mempengaruhi hasil berat per
satuan luas tanam.
Lebih lanjut, peningkatan produksi tersebut juga didukung oleh
peningkatan luas tanam melalui peningkatan indeks pertanaman padi serta
penurunan persentase kehilangan hasil akibat proses pasca panen dan
pengolahan hasil. Peningkatan IP tersebut dilaksanakan melalui
perbaikan/rehabilitasi jaringan irigasi dan/atau pembangunan jaringan irigasi
baru, serta pembinaan yang dilakukan terhadap kelompok pengguna air melalui
berbagai program dan kegiatan baik yang bersumber dari APBD Kabupaten
Bandung, Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian serta Program WISMP
(Water Resources and Irrigation sector Management Project), sehingga luas
tanam padi dapat meningkat dan menggenjot Indeks Pertanaman (IP) dari 2.27
pada tahun 2013 menjadi 2.507 pada tahun 2014 atau melebihi target sebesar
9.48% dari target sebesar 2.29, dan semua itu dinilai cukup efektif. Dengan
demikian, dampak negatif dari alih fungsi lahan terhadap pencapaian jumlah
produksi tanaman pangan, khususnya padi masih bisa diminimalisasi melalui
peningkatan IP dan produktivitas komoditas, disamping pengendalian OPT secara
sabilulungan (Brigade Proteksi Tanaman).
Tabel 4.2 Target dan Realisasi Jumlah Produksi Padi Palawija di Kabupaten Bandung Tahun 2014
No
Uraian Komoditi Realisasi
2013 (Ha)
Target 2014 (Ha)
Realisasi 2014 (Ha)
Realisasi Thdp
Target 2014
% thdp 2013
A PADI
1 Padi Sawah
Luas Tanam (ha) 89,069 76,604 86,651 113.11 97.29
Luas panen (ha) 86,499 73,656 81,759 111.00 94.52
Produksi (ton) 570,703 486,127 524,355 107.86 91.88
Produktivitas (kwt/ha)
65.98 66.00 64.13 97.17 97.21
2 Padi Gogo
Luas Tanam (ha) 5,093 6,077 2,810 46.24 55.17
Luas panen (ha) 5,646 5,808 4,622 79.58 81.86
Produksi (ton) 22,079 23,540 18,723 79.54 84.80
Produktivitas (kwt/ha)
39.11 40.53 40.51 99.94 103.59
No
Uraian Komoditi Realisasi
2013 (Ha)
Target 2014 (Ha)
Realisasi 2014 (Ha)
Realisasi Thdp
Target 2014
% thdp 2013
JUMLAH PADI
Luas Tanam (ha)
94,162 82,681 89,461 108.20 95.01
Luas panen (ha) 92,145 79,464 86,381 108.70 93.74
Produksi (ton)
592,782
509,667
543,078
106.56 91.62
Produktivitas (kwt/ha)
64.33 64.14 62.87 98.02 97.73
B PALAWIJA
1 Jagung
Luas Tanam (ha) 13,589 13,143 12,319 93.73 90.65
Luas panen (ha) 13,076 11,828 12,209 103.22 93.37
Produksi (ton) 86,256 77,515 81,078 104.60 94.00
Produktivitas (kwt/ha)
65.97 65.54 66.41 101.33 100.67
2 Kedelai
Luas Tanam (ha) 364 250 295 118.00 81.04
Luas panen (ha) 159 150 275 183.33 172.96
Produksi (ton) 246 212 387 182.38 157.38
Produktivitas (kwt/ha)
15.46 14.14 14.07 99.48 90.99
3 Kacang Tanah
Luas Tanam (ha) 1,722 2,145 2,069 96.46 120.15
Luas panen (ha) 1,691 2,038 2,258 110.79 133.53
Produksi (ton) 2,437 3,018 3,198 105.95 131.20
Produktivitas (kwt/ha)
14.41 14.81 14.16 95.63 98.25
4 Ubi Kayu
Luas Tanam (ha) 6,886 6,483 5,952 91.81 86.44
Luas panen (ha) 6,506 6,159 6,893 111.92 105.95
Produksi (ton) 124,960 121,578 127,846 105.16 102.31
Produktivitas (kwt/ha)
192.07 197.40 185.47 93.96 96.57
5 Ubi Jalar
Luas Tanam (ha) 1,777 2,140 2,494 116.54 140.35
Luas panen (ha) 1,686 2,033 2,545 125.18 150.95
Produksi (ton) 22,267 27,527 29,009 105.38 130.28
Produktivitas (kwt/ha)
132.07 135.40 117.58 86.84 89.03
JUMLAH PALAWIJA
Luas Tanam (ha)
24,338 24,161 23,129 95.73 95.03
Luas panen (ha) 23,118 22,208 24,180 108.88
104.59
Produksi (ton)
236,166
229,850
241,517
105.08 102.2
7
Produktivitas (kwt/ha)
102.16 103.50 99.88 96.51 97.77
Sumber: Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung, 2014
Indikator kinerja lain yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
pencapaian sasaran strategis 1: “Meningkatkan swasembada pangan lokal
melalui peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal”
untuk mendorong tercapainya pengamanan produksi pangan diantaranya adalah
:
1. Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana
produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida, benih
serta sarana dan prasarana lainnya.
2. Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian.
3. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui desiminasi teknologi
budidaya tanaman: (1) Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu;
(2) System Rice of Intesification; (3) penggunaan pupuk berimbang.
4. Peningkatan sarana prasarana pasca panen.
5. Pemberdayaan kelembagaan pertanian tanaman pangan.
Melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana tersebut
di atas secara langsung dapat berdampak pada peningkatan luas pertanaman
pertanian tanaman pangan yang merupakan upaya dalam pencapaian
peningkatan produksi 5% terutama komoditas padi di Kabupaten Bandung.
Grafik Indeks Pertanaman (IP) dibawah menunjukkan adanya peningkatan nilai
dari 1,92 di tahun 2009, 1,98 di tahun 2011, 2.01 pada tahun 2012, 2,27 pada
Tahun 2013 dan 2.52 pada tahun 2014 serta produktivitas padi meningkat dari
55,63 kuintal/ha di tahun 2005 menjadi 61,20 kuintal/ha di tahun 2011, dan
menjadi 64,33 kuintal/ha pada Tahun 2013 tetapi mengalami penurunan menjadi
62.87 kuintal/ha pada tahun 2014.
Gambar 4.2 perkembangan indeks pertanaman padi Kabupaten Bandung
Pada tahun 2014 sekarang ini, selain meningkatkan
produksi/produktivitas padi, program/kegiatan ditujukan pula untuk
mengidentifikasi komoditi-komoditi lain selain dari komoditas padi sebagai
pangan alternatif. Ubi kayu dan Ubi jalar memang sudah dikembangkan
sebelumnya serta merupakan komoditas lokal penduduk yang diusahakan
menjadi komoditi alternatif dan komoditi yang khusus dikembangkan adalah
kedelai. Ubi kayu sentra pengembanganya di daerah cileunyi, cilengkrang,
Cikancung, Nagreg dan Cicalengka. Lebih lanjut, pengembangan kedelai ini
dilaksanakan di Kecamatan Cimaung, Cikancung, Cicalengka, Baleendah,
Margaasih dan Kutawaringin dengan total luas tanam pada tahun 2014 ini seluas
295 Ha dan luas panenmencapai 275 ha dengan provitas yang lumayan masih
relative kecil yaitu sebesar 13,90 Kuintal/Ha.
Secara garis besar, pengembangan komoditi tersebut dievaluasi cukup
memberikan hasil yang positif terutama untuk komoditi ubi kayu, dan ubi jalar
karena sudah biasa petani melakukan penanaman, Namun, untuk komoditas
kedelai ternyata masih belum cukup menggembirakan karena ternyata para
petani lebih suka memanen kedelai dalam keadaan muda (dijadikan
makanan/kacang bulu). Selain itu, hasil dari kegiatan tahun 2013 yang
mengujicobakan talas jepang ternyata tidak berhasil seperti yang diharapkan
yang disebabkan oleh beberapa kendala diantaranya dari segi suhu/iklim kursng
mendukung, pemasaran serta ketertarikan petani ternyata minim sekali, akan
tetapi pada komoditas sorgum terdapat kelompok usaha pengolahan sorgum dan
ganyong dan telah memiliki spesifik pasar, walaupun masih dalam skala rumah
tangga. Ubi kayu di Kecamatan Cimenyan menjadi produk olahan populer yaitu
tape singkong.
Sayuran dataran rendah dialokasikan untuk mengganti tanaman padi
pada periode kering tahun 2014 sebagai upaya untuk mengurangi dampak
negatif kekeringan pada petani. Sehingga dapat memberikan multifier effects
bagi petani itu sendiri. Komoditi yang dikembangkan terutama kangkung,
mentimun, cabe dan bawang merah.
Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan
sarana produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk,
pestisida, benih serta sarana dan prasarana lainnya
1. Pupuk
Keberadaan pupuk sangat penting artinya bagi keberhasilan kegiatan
pengembangan agribisnis. Secara teknis kebutuhan pupuk setiap tahun
meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan pangan masyarakat, akan
tetapi seperti halnya pada tahun sebelumnya, Tahun 2014 merupakan periode
mengurangi penggunaan pupuk kimia mulai dengan tujuan untuk mengurangi
tingkat degradasi lahan/mengembalikan tingkat kesuburan tanah, karena pupuk
organic mampu memperbaiki tekstur serta struktur tanah agar sifat-sifat fisik,
biologi maupun kimia tanah nya menjadi lebih baik lagi dan otomatis
ketersediaan unsur hara serta penyerapannya oleh tanaman menjadi maksimal,
juga bisa membentuk iklim mikro yang sesuai dengan perakaran tanaman,
namun ternyata penggunan pupuk organik (tabel) mengalami penurunan, ini
tidak serta merta menandakan bahwa pemakaian pupuk organik tidaklah
berhasil, melainkan menunjukan suatu indikasi keberhasilan dari program yang
ada yaitu diantaranya berarti di lapangan ternyata para petani banyak yang
menggunakan pupuk organik hasil buatan sendiri petani/kelompok tani. Cara
yang ditempuh diantaranya yaitu dengan cara mensosialisasikan kembali
penggunaan pupuk organik terutama pupuk organik buatan sendiri/kompos
maupun buatan pabrik yang lebih ramah terhadap lingkungan ataupun dengan
cara melakukan pemupukan yang berimbang antara pupuk an organik dan pupuk
organik. Realisasi penyaluran pupuk tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.3
berikut.
Tabel 4.3 Realisasi penyaluran pupuk tahun 2013 – 2014 (Ton)
No
Jenis Sarana Produksi
Realisasi
Tahun 2013
Sasaran
Tahun 2014
Realisasi
Tahun 2014
% Tase Realisasi- Target
2014
Sisa Aloka
si 2014
1 Urea 24,701 24,406 24,864 101.87
1,543
2 SP- 36 5,929 5,080 4,113 80.95
968
3 ZA 6,534 4,608 3,859 83.74
749
4 NPK 18,239 18,256 16,751 91.76
1,505
5 Organik 1,300 1,345 787 58.51
558
Sumber : Bidang Tanaman Pangan DISTANBUNHUT 2014
Lebih lanjut, sebagaimana sebagian diatas dipaparkan upaya penerapan
pupuk organic itu diantaranya adalah tetap diadakanya pengembangan unit-unit
pengolahan pupuk organik dalam bentuk rumah kompos, disamping
mensosialisasikan penggunaan kembali pupuk organik dan menjaga kualitas
lingkungan melalui pemanfaatan kembali limbah peternakan dan pertanian, juga
memberikan alternatif usaha bagi kelompok masyarakat tani di luar agribisnis.
Langkah strategis yang telah dilakukan sampai dengan Tahun 2014, adalah:
1. Memfasilitasi pembangunan rumah kompos dan Memfasilitasi alat-alat
pengolahan pupuk organik.
2. Memfasilitasi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan teknologi
pengolahan pupuk organik bagi kelompok usaha.
3. Revitalisasi komisi Pengawasan Penyaluran Pupuk Kabupaten Bandung
(KP3)
Tabel 4.4 Fasilitasi Pengembangan Unit Pengolahan Pupuk Organik Tahun
2013-2014
No Jenis Sarana Volume Lokasi 1. Alat Pengolahan Pupuk Organik 8 unit Cicalengka, Cimenyan, Pasirjambu,
Pameungpeuk, Kertasari, Ibun
Sumber: Bidang Teknis Distanbunhut, 2014
Melalui upaya pengembangan Unit Pengolahan Pupuk Organik, Kelompok
Usaha Ekonomi Pedesaan (KUEP) “Taruna Mukti” Kampung Papakmanggu Desa
Cibodas Kecamatan Pasirjambu telah berhasil menyalurkan pupuk organik kurang
lebih 7.000 Ton/tahun. Penyaluran produk pupuk organik tersebut tersebar dari
Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang, juga telah
bekerjasama dengan PT. PN VIII dan PT. Agrimas sebagai pasar/pengguna
produk.
Gambar 4.3 Unit Pengolahan Pupuk Organik KUEP
Taruna Mukti
2. Pengelolaan Benih
Kegiatan pada tahun 2013/2014 ini Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan membantu/memfasilitasi BKPPP dan BPSB dalam melakukan
pengawasan dan sertifikasi benih terhadap para penangkar benih. Selanjutnya,
Balai benih Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan di Solokan Jerukdan
Jelekong sebagai UPTD dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan terus
mengembangkan dan memantau penggunaan benih bermutu/berlabel di
lapangan. Pada musom tanam 2013/2014, telah dapat menyalurkan benih padi
sebanyak 525 Ton untuk kegiatan SLPTT dan 20,20 Ton benih jagung.
Disamping itu,13,5 Ton benih kedelai disalurkan sebagai upaya uji coba budidaya
kedelai di Kabupaten Bandung guna mendukung tercapainya swasembada
kedelai nasional.Cadangan Benih Daerah dan Bantuan Penggantian Bencana
sebanyak 11,5 Ton dari APBD Kabupaten Bandung.
Pada Tahun 2014, dalam upaya mengejar penyerapan teknologi
pertanian, UPTD Benih menampung serta menyediakan benih berlabel/bermutu
untuk disebar/ditanam oleh para petani di wilayah kabupaten bandung, dan
menurut data dari UPTD benih bermutu/berlabel yang banyak
ditanam/digunakan oleh para petani di Kabupaten Bandung ini adalah Varietas
Ciherang (67%), Sintanur (3%), Mekongga (10%), IR-64 (10%) dan benih Lokal
sebanyak 10%.
Lebih lanjut, pengelolaan benih/bibit tanaman lainnya seperti hortikultura,
perkebunan dan kehutanan sebelum disebar ke lapangan dikontrol dan
dikendalikan kualitasnya melalui upaya penyertaan sertifikasi benih/bibit
tersebut. Penyaluran benih harus melalui uji lapangan dan adaptasi sehingga
tidak berdampak negative terhadap pertanaman lainnya di lapangan.
Upaya menciptakan benih/bibit baru khas lokal mulai menempati prioritas
target kinerja, dari tahun 2013 beberapa komoditi unggulan kabupaten
dikembangkan sistem penangkarannya melalui kerjasama dengan balai
penelitian. Jeruk besar cikoneng di Desa Cibiru Wetan Kecamatan Cileunyi
menjadi sasaran pertama dikarenakan komoditi ini memiliki spesifik unik. Krisan
dan tanaman hias lainnya dilaksanakan melalui pengembangan kebun percobaan
seluas 1,5 hektar dengan berbagai sarana prasarana yang telah dibangun untuk
menunjang pengembangan penangkaran dan uji adaptasi khusus tanaman hias
di Kecamatan Pasirjambu. Penangkaran kentang dan stroberi juga mulai dikelola
secara intensif dan tersebar di Kecamatan Pangalengan, Kertasari, Rancabali dan
Pasirjambu.
3. Pengelolaan Alat Mesin Pertanian
Alat Mesin Pertanian sangat mempengaruhi tingkat pencapaian
ketersediaan pangan di Kabupaten Bandung. Melalui hal tersebut, akan
mempercepat waktu tanam, waktu olah, dan waktu simpan dengan kuantitas
dan kualitas yang relatif lebih bila dibandingkan dengan secara manual.
Perkembangan Alat Mesin Pertanian dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan baik dari jumlah alat maupun ketrampilan operator. Peningkatan
tersebut disebabkan adanya swadaya masyarakat maupun dukungan dari
pemerintah Pusat, Propinsi ataupun Kabupaten. Meskipun demikian, program
mekanisasi pertanian secara bertahap perlu terus dikembangkan karena semakin
terbatasnya tenaga kerja di pedesaan terutama buruh tani, meningkatnya
efisiensi dan efektivitas pemanfaatan alat itu sendiri, meningkatnya tuntutan
konsumen terhadap mutu dan kualitas produk pertanian. Pada tahun 2014 ini
jumlah alat mesin pertanian yang diberikan ke tingkat petani mengalami
kenaikan dari tahun 2013, hal ini dikarenakan alat mesin lebih spesifik dalam
penggunaan dari tahun-tahun sebelumnya seperti traktor atau alt penanaman
padi.
Pengembangan kegiatan mekanisasi pertanian diharapkan dapat
berdampak positif terhadap kualitas penerapan teknologi usaha tani, pendapatan
usaha tani, peningkatan minat generasi muda untuk terus bekerja di sektor
pertanian, sehingga diharapkan usaha tani dan bisnis pertanian dapat terus
berkembang serta dapat meningkatkan minat para generasi muda agar tidak
merasa minder dalam bergumul dengan lumpur dan bercinta dengan tanah dan
terus bekerja pada sektor pertanian dalam merajut masa depan keluarga.
Pada tahun 2014 ini, sebagai langkah strategis dalam mengelola alat
mesin pertanian di Kabupaten Bandung, Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan terus mengembangkan dan meningkatkan Unit Pelayanan Jasa
Alsintan yang bertujuan untuk mengelola dan memelihara alat dan mesin
pertanian yang telah ada di lapangan. Dengan UPJA ini, kelompok-kelompok
masyarakat mendapatkan alternatif usaha dalam bidang penyewaan alat mesin
pertanian tersebut. Hal tersebut dapat memberikan efek positif pada kedua belah
pihak. Di sisi petani, akan mempermudah pekerjaan dan mempercepat waktu
usahanya dengan pembayaran sewa setelah panen, di sisi lain, UPJA akan
mendapatkan keuntungan sebagai penghasilan dan pemeliharaan aset UPJA.
Kehadiran UPJA di perdesaan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan petani,
kelompok tani dan gabungan kelompok tani dalam rangka penyediaan pelayanan
jasa alsintan guna mendukung tercapainya pemenuhan produksi pertanian yang
terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, menurunnya
daya dukung lahan, rendahnya intensitas pertanaman, dan kepemilikan alsintan
secara individu yang kurang menguntungkan.
Tabel 4.5 Perbandingan Jumlah Alat Mesin Pertanian di tingkat petani
Kabupaten Bandung Tahun 2013 dan Tahun 2014
No
Jenis Alsintan
Tahun 2013 (Unit) Tahun 2014 (Unit)
Total
Yang dapat diguna
kan
Rusak
Total
Yang dapat diguna
kan
Rusak
1 Alat Pengolahan Lahan
456 402 54 833 746 87
2 Alat Pemupukan 243 135 108 243 135 108
3 Alat Pemberantasan OPT
46.472
45.669 803 46.55
6 45.753 803
4 Pompa Air 425 411 14 571 533 38
5 Sabit Bergerigi 219 194 25 998 987 11
6 Alat Pengolah Padi
1.726 1.519 207 1.750 1.543 207
7 Alat Pengolah Jagung
18 18 0 18 18 0
8 Alat Pengolah Non Jagung
154 135 19 154 135 19
9 Perajang 3 3 0 3 3 0
10
Grader 409 363 46 409 363 46
Sumber: UPTD Alat mesin Pertanian dan Pengendalian OPT; Statistik DISTANBUNHUT Kab. Bandung 2014.
Pada Tahun 2014, pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan telah merencanakan memberikan stimulan
berupa alat mesin pertanian kepada kelompok tani sebagai langkah dalam
pengembangan UPJA, berupa alat dan mesin baik pada sub sistem on-farm
maupun sub sistem pasca panen dan pengolahan hasil. Hal tersebut dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas usaha kelompok tani. Stimulan
alat tersebut berupa:
1. Traktor besarsebanyak 40 unit.
2. Pompa Air 3” sebanyak 25 Unit
3. Pompa Air 4” sebanyak 2 Unit
4. Mesin giling padi sebanyak 2 unit
5. Mesin Pemipil Jagung sebanyak 1 Unit
6. Mesin Penepung sebanyak 2 unit
7. Mesin Potong Rumput sebanyak 50 unit
8. Alat Budidaya Jamur sebanyak 1 unit
9. Motor Roda Tiga sebanyak 1 unit
Lebih lanjut, pengembangan UPJA di Kabupaten telah dilaksanakan di
Kecamatan Kutawaringin dan Ciparay. Kedua UPJA center tersebut diharapkan
dapat memberikan efek positif untuk menjawab kebutuhan masyarakat tani akan
alat dan mesin pertanian, dan sampai dengan tahun 2014 ini UPJA yang
berkembang di Kabupaten Bandung ini telah terbentuk sebanyak 17 unit.
Strategi
lainnya, yaitu
melalui kegiatan dari
tahun 2013 sampai
sekarang yaitu
pengembangan
bengkel keliling
kabupaten dan
sekarang telah
terealisasi namun
belum 100 %
terealisasi dalam hal pelayanan dan kelengkapan alatnya, Tujuan dari bengkel
keliling ini adalah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat tani dalam
merenovasi/memperbaiki alat mesin pertanian yang mengalami kerusakan.
Operasionalisasi bengkel keliling akan dibangun kerjasama antara Distanbunhut,
BKPPP, dan swasta sebagai supplier spare part.
4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Salah satu upaya pengamanan produksi beras daerah adalah
pengendalian OPT. Pemerintah Kabupaten Bandung berupaya seefektif dan
seefisien mungkin dalam mengendalikan serangan OPT maupun menangani
bencana alam. Hal ini memberikan efek positif dalam meminimalisasi
kemungkinan terjadinya puso yang diakibatkan oleh serangan OPT dan bencana
alam kekeringan/banjir. Melalui pembentukan Brigade Proteksi Tanaman di
tingkat kecamatan dan desa se-Kabupaten Bandung pengendalian dan
penanganan tersebut dapat segera dilakukan secara cepat, tepat, dan akurat.
Brigade proteksi tanaman merupakan agen pemerintah yang bertugas
sebagai pemantau, pengendali, dan pelaksana pengamanan produksi pangan di
Kabupaten Bandung, terutama yang diakibatkan oleh serangan OPT dan bencana
alam. Agen tersebut terdiri dari Petugas Pengendali OPT (POPT) dinas dan para
petani di desa dan kecamatan se-Kabupaten Bandung. Setiap kejadian di
lapangan akan segera ditangani secara cepat dan tepat dengan memotong jalur
koordinasi/birokrasi. Teknologi pengendalian OPT yang telah dilaksanakan
adalah: (1) Spot Stop; (2) Trips Barrier System; (3) Agen hayati.
Selain itu, pengembangan desa-desa PHT yang bekerjsama dengan
BPTPH Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu prioritas langkah untuk
mengendalikan serangan OPT. Melalui kombinasi Desa PHT dan brigade proteksi
tanaman diharapkan akan mengurangi dampak negatif dari serangan OPT dan
bencana alam terhadap jumlah produksi dan keadaan puso. Berikut rencana
stimulan yang telah disalurkan untuk pengendalian OPT, yang berasal dari APBD
Kabupaten Bandung dan APBN, adalah:
Tabel 4.6. Rencana dan Realisasi Stimulan Pengendalian OPT Tahun 2014
No Sarana Rencana Realisasi
1. Sarana pengendali agen hayati
a. Trichogaamma sp
b. metharizium sp
c. Beauveria sp
952 pias
800 bungkus
800 bungkus
952 pias
800 bungkus
800 bungkus
2. Teknologi trip barrier system 10 paket 10 paket
3. Obat-obatan pengendalian OPT
a. Rodentisida anti oagulan
b. Insektisida
c. Fungisida
d. Rodentisida/pengasapan
150 kg
150L
100 kg
40 dus
150 kg
150L
100 kg
40 dus
4. Masker 100 buah 100 buah Sumber: UPTD Alat mesin Pertanian dan Pengendalian OPT
Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian
1. Pengelolaan Infrastruktur Pengairan
Pada sisi pengelolaan infrastruktur pengairan, Pelaksanaannya ditentukan
oleh beberapa peraturan termasuk pengaturan kewenangan
diantaranya.Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang SDA dan Peraturan
Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi mengamanatkan bahwa tanggung
jawab pengelolaan jaringan irigasi tersier sampai ke tingkat usahatani (JITUT)
dan jaringan irigasi desa (JIDES) menjadi hak dan tanggung jawab petani
pemakai air (P3A) sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota
disebutkan bahwa kewenangan pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi
tingkat usahatani dan jaringan irigasi desa menjadi kewenangan dan tanggung
jawab instansi tingkat kabupaten/kota yang menangani urusan pertanian.
Tabel 4.7 Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang sudah mempunyai SK Bupati dan Berbadan Hukum
Kecamatan
Desa Daerah
Irigasi (DI)
Nama Kelompok
P3A
S.K Bupati Bandung
Berbadan Hukum
Ket
B / SB / BB
Sudah
Belum
Sudah
Belum
Arjasari Wargaluyu Gunung Karung
Wargi Mukti - - SB
Baleendah Warga Mekar Cisarea Banyu Wangi - - SB Jelekong Cisarea Suka Jadi 2 - - SB Manggahang Cisarea Sari Mukti - - SB Bojong Malaka Andir Ciherang Wargi Saluyu - - SB Ciherang Tani Mulya - - SB Ciherang Jati Mekar - - SB Rancamanyar Ciherang Madia Mulya - - SB Ciherang Madia Mulya - - SB Banjaran Kiangroke Ciherang Cibolerang - - SB Ciherang Lemah Duhur - - SB Cangkuang Cangkuang Ciherang Pa Sarwan 1 - - SB Ciherang Kubang - - SB
Kecamatan
Desa Daerah
Irigasi (DI)
Nama Kelompok
P3A
S.K Bupati Bandung
Berbadan Hukum
Ket
Sudah
Belum
Sudah
Belum
B / SB / BB
Ciluncat Ciherang Pa Sarwan 2 - - SB Ciherang Bebera - - SB Ciherang Gulaweng - - SB Tanjungsari Ciherang Tirta Karya - - SB
Ciherang Tirta Abadi - - SB Nagrak Ciherang Plantap - - SB Cicalengka Bbkn. Peuteuy Loa Jogo Mekar Harapan - - SB Dampit Loa Jogo Tunas Harapan - - SB Cikancung Cikasungka Cikasungka Mutiara Bumi - - SB Mandalasari Cikasungka Biru - - SB Hegarmanah Cikasungka Endek Yusuf - - SB Cimaung Cikalong Cikalong Banyumukti - - SB Ciparay Ciparay Cirasea Sumber Rejeki - - SB Sumbersari Cirasea Sumber Jaya - - SB Cirasea Sumber Tangan - - SB Cirasea Sumber rahayu - - SB Cirasea Sumber bakti - - SB Cirasea Tani Mukti - - SB Cirasea Sumber Hurip - - SB Sarimukti Cirasea Sri Mahi - - SB Ciheulang Cirasea Sariwangi 1 - - SB Cirasea Sariwangi 2 - - SB Cirasea Sariwangi 3 - - SB Serang Mekar Cirasea Galih Mukti - - SB Cikoneng Wanir Suka Galih 1 - - SB Wanir Suka Galih 2 - - SB Sagara Cipta Wanir Tirta Gara - - SB Pakutandang Wanir Rarandang - - SB Manggu Harja Wanir Cinta Jamri 1 - - SB Gunung Leutik Wanir Bukit Culah - - SB Katapang Banyusari Kiaraeunyeuh Dewi Suci - - SB Sangkanhurip Juntihilir Tirta Rahayu - - SB Pacet Mekarjaya Pamunggaran Cipta Mekar - - SB Toblolera Tirta Jaya - - SB Jamla Mekar Jaya - - SB
Kecamatan
Desa Daerah
Irigasi (DI)
Nama Kelompok
P3A
S.K Bupati Bandung
Berbadan Hukum
Ket
Sudah
Belum
Sudah
Belum
B / SB / BB
Mekarsari Cikatulampa Sugih Mukti - - SB Cijambe Sumber Asri - - SB Sawah Asem Mekar Hasil - - SB Maruyung Bj. Cipatat Tirta Sejati - - SB Sukarame Cijagra Tunas Harapan - - SB Cijamburaya Cigura - - SB Rumbia Rumbia - - SB Mandala Haji Sawah Jeruk Tirta arum - - SB Nagrak Cidodol Gerak 1 - - SB Cipanbanteng Gerak 2 - - SB Cikawao Tasulampa Gumati - - SB Girimulya Pasanggrahan Giri mukti 1 - - SB Cipeujeuh Wanir Saluyu - - SB Wanir Barokah - - SB Tanjung Wangi Wanir Mekar Wangi - - SB Giri Mulya Cihejo 1 Sayuran - - SB Cikitu Cihejo 2 Marga Laksana - - SB
Pangauban Geudeum Pangauban - - SB Cipamekar Mekar Mukti - - SB
Cinangela Ciharupat Sumber Harapan - - SB
Rancabali Alamendah Cibodas Alenda - - SB Rancaekek Sukamanah Citarik Mekarwangi - - SB
Sumber: Bidang Pangan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2013
Keterangan : SB; Sudah Berkembang, SDB; Sedang Berkembang, BB; Belum Berkembang
Potensi sumber daya air permukaan di wilayah Kabupaten Bandung dari
sisi kuantitas dapat dikatakan cukup baik apabila hanya dilihat secara jumlah
volume keseluruhan dalam setahun. Namun apabila ditinjau dari periode waktu
dan lokasi setiap Satuan Wilayah Sungai (SWS), kondisi ketersediaan sumber air
ini diperkirakan mempunyai 3 macam fluktuasi yaitu fluktuasi tinggi, Sedang dan
Rendah. Potensi sumber daya air yang dimiliki oleh Kabupaten Bandung berupa
mata air dan situ-situ serta curah hujan. Untuk pemanfaatan sumber air
tersebut telah dibangun bangunan pengambilan utama berupabendungan,
embung dan bangunan irigasi-irigasi, bendungan-bendungan yang ada ini
dimanfaatkan selain untuk mengairi lahan pertanian juga untu pembangkit
tenaga listrik.
Potensi air permukaan sungai dan air permukaan bendungan yang ada di
Kabupaten Bandung dapat dilihat pada dibawah ini.
Tabel 4.8 Potensi Air Permukaan Bendungan Desa di Kabupaten Bandung
No Lokasi Nama Sungai/
DAM
Volume
(Juta m3) Kecamatan Desa
1 Soreang - Sadu - Cibeureum 20,0947
- Buninagara - Leuwikuya 97,4462
2 Pasirjambu - Buninagara - Leuwikuya -
3 Ciwidey - Panyocokan - Cigadog 30,2745
4 Margaasih - Lagadar - Malang 20,1326
5 Katapang - Parungserab - Leuwikuya 18,6567
- Banyusari - Kiarawuyeuh 8,7039
- Juntigirang - Juntihilir 6,5847
- Banyusari - Baros 2,1192
6 Majalaya - Wangisagara - Wangisagara 63,8793
7 Ciparay - Pakutandang - Cirasea 93,5105
8 Pacet - Maruyung - Wanir 71,1452
9 Rancaekek - Rancaekek kulon - Ciajasana 46,1848
10 Ibun - Lampegan - Cikaro 125
11 Cangkuang - Jatisari - Ciherang 95,7811
Pengelolaan sumberdaya air ini, dilaksanakan program pengontrolan dan
pemeliharan juga rehabilitasi saluran-saluran irigasi tersier yang ada melalui
pengembangan jaringan irigasi dan pembuatan cek dam/dam parit, agar supaya
tidak terjadi kekeringan pada musim kemarau dan banjir pada musim penghujan
dan juga pembuatan sumur pantek serta embung. Tujuan utama
pengelolaan/pemeliharaan air irigasi ini adalah untuk (1) meningkatkan indeks
pertanaman (IP) dan (2) mengurangi dampak bencana alam kekeringan dan
banjir.Upaya pemeliharaan saluran irigasi tersebut, dianggarkan baik berasal dari
APBD Kabupaten Bandung, APBD Provinsi Jawa Barat, maupun APBN.
Pada Tahun 2014, telah direalisasikan beberapa kegiatan pengelolaan air
irigasi tersier di beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Bandung, baik itu
kegiatan rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa (JIDES) maupun Jaringan Tingkat
Usaha Tani (JITUT) sebagai usaha rehabilitasi jaringan air. Tahun 2014 ini
terealisasi dibeberapa wilayah yaitu : (1) Kecamatan Rancaekek sebanyak 4
paket, (2) Kecamatan Bojongsoang sebanyak 4 paket, (3) Kecamatan Ciparay
sebanyak 1 Paket, (4) Kecamatan Solokanjeruk sebanyak 5 Paket, (5) Kecamatan
Kutawaringin 1 paket, dan (6) Kecamatan Cicalengka 1 paket. Sedangkan untuk
mendukung kestabilan supply air, maka dibangun juga 6 paket cekdam, masing-
masing lokasi 1 paket yaitu di Kecamatan : (1) Rancabali, (2) Cimaung, (3)
Arjasari, (4) Kutawaringin, (5) Cangkuang, dan (6) Cicalengka.
Pengelolaan Lahan
Pengelolaan lahan ditujukan untuk mengoptimal penggunaan lahan bagi
pengusahaan agribisnis tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, sehingga
dapat meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan berproduktif. Lebih lanjut,
pengotimalisasi lahan tersebut termasuk pembangunan infrastruktur dasar/jalan,
optimalisasi dan konservasi.
Pengelolaan lahan tersebut juga merupakan langkah strategis yang
dilakukan oleh Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan untuk menjaga dan
mengamankan ketersediaan pangan lokal. Langkah strategis yang dilakukan
bersumber dari APBD Kabupaten Bandung dan APBN Kementerian Pertanian,
yang meliputi:
1 Irigasi Air Permukaan
a. - Pembangunan Rumah Pompa 25 unit
- Pengadaan Pompa 6" 25 Unit
b. Pipanisasi
- Pengadaan Paralon + Pemasangan Paket
2 Pembangunan Dam Parit
- Cek Dam 20 unit
Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui desiminasi teknologi budidaya tanaman
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa pada tahun 2014
penerapan teknologi budidaya pertanian terutama padi dan palawija melalui
metode PTT/SLPTT (Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu)
mengalami kenaikan dalam skala presentase di tingkat petani terutama dalam hal
pemupukan berimbang, begitupun dalam hal penggunaan benih bermutu, namun
demikian ternyata penggunaan benih bermutu pun terkadang hasilnya tidak
semua menunjukan penigkatan hasil signifikan ini dimungkinkan karena benih
tersebut tidak sesuai dengan iklim mikro di tempat/lahan para petani itu berada.
Penerapan teknologi pertanian tanaman pangan melalui metode PTT
(Pengelolaan Tanaman Terpadu) di tingkat petani dapat dilihat pada Tabel 4.9
Tabel 4.9 Penerapan Teknologi di Tingkat Petani thn 2012-2014
No Metode Teknologi
Penerapan
Tahun
2013 (Ha)
Penerapan
Tahun
2014 (Ha)
Perkembangan
Tahun 2014
thdp 2013
1 Pupuk Berimbang 22.637 25.000 110,44
2 Benih Bermutu/Berlabel 24.477 25.000 102,14
3 Penerapan SRI 2.500 1.000 40,00
4 S L P T T 16.600 27.000 162,65 Sumber: Bidang Pangan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2014
Berdasarkan data Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa desiminasi teknologi
khususnya pada peningkatan produktivitas tanaman pangan dapat dikatakan
telah menyebar hampir ke seluruh kawasan/lahan pertanian terutama lahan
sawah di Kabupaten Bandung. Hal ini terbukti penggunaan pupuk berimbang dan
benih bermutu/berlabel meningkat menjadi 25.000 hektar dari luas lahan sawah
yang telah menerapkan teknologi pupuk berimbang dan benih berlabel atau
70,06% dari total luas lahan sawah di Kabupaten Bandung.
Lebih lanjut, 27.000 hektar atau 75,67% dari total luas lahan sawah telah
mengikuti dan menerapkan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). SL-
PTT tersebut termasuk didalamnya SL-PTT padi sawah non/inbrida seluas 25.000
Ha, padi sawah hibrida seluas 1.000 Ha, padi lading seluas 1.000 Ha dan SL-PTT
jagung juga seluas 1.000 hektar. Kemudian 1.000 hektar lahan juga telah
menerapkan teknologi System Rice of Intensification (SRI) yang merupakan
bakal pengembangan padi organik di Kabupaten Bandung.
Pada Tahun 2013 dan 2014, Penerapan SRI fokus pengembangan
pertaniannya tetap dilaksanakan di Kecamatan Bojongsoang, Ciparay, Baleendah,
Banjaran, dan Solokanjeruk, yang memberikan dampak positif bagi petani. Petani
secara antusias mengembangkan pertanian padi organik.Jumlah kelompok tani
yang telah mendapat sertifikasi organik dari Inofice sebanyak 2 kelompok di
Kecamatan Ciparay dan Bojongsoang. Salah satu diantaranya telah mendapatkan
kerjasama dengan eksportir PT. Amazing Farm dan PT. Sarinah Agro Mandiri
dalam hal pemasaran, yaitu Kelompok Tani “Organik Sarinah” Kecamatan Ciparay
dengan produksi rata-rata 11,44 kuintal/ha GKP.
Lebih lanjut, untuk meningkatkan keberdayaan kelembagaan pertanian
organik di Kabupaten Bandung berkembang ke wilayah Kecamatan Bojongsoang
melalui gabungan kelompok tani (Gapoktan) harapan jaya. Berbagai fasilitasi
telah diberikan seperti, SL-Iklim, SLPTT, SLPHT, SRI dan pengamatan rutin oleh
Brigade Proteksi “sabilulungan”. Rata-rata produksi mencapai 10 ton/ha dan
serta saat ini telah memproduksi beras sehat dan bermitra dengan koperasi R.S.
Hasan Sadikin Bandung dalam sistem pemasaran.
Gambar 4.4 pengembangan pertanian organik Kelompok tani Sarinah
Peningkatan Sarana Prasarana Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
Penanganan panen dan pasca panen di Kabupaten Bandung pada tahun
2014 untuk komoditas padi dan jagung menunjukkan penurunan tingkat
kehilangan/kerusakan hasil tanaman pangan sebesar 3,82%, hal ini salah
satunya dapat dilihat dari tingkat penurunan angka kehilangan hasil dalam hal
pemanenan serta pengolahan pasca panennya. Berdasarkan data yang ada,
tingkat kehilangan hasil komoditas padi pada tahun 2013 dalam penanganan
pasca panen mencapai 10,47% dan pada tahun 2014 ini menurun 3,82%
menjadi 10,07%. Sedangkan pada komoditas jagung angka kehilangan hasil
tahun 2013 sebesar 4,14%, pada tahun 2014 masih tetap sebesar 4.14%
ditunjukkan pada Tabel 3.11. Nilai-nilai penurunan kehilangan hasil tersebut
diukur pada kelompok tani yang mendapatkan intervensi bantuan.
Penurunan tingkat kehilangan hasil tersebut didukung adanya penggunaan
alat mesin pertanian yang semakin modern, tingkat kesadaran petani dan
ketrampilan petani yang semakin meningkat sejalan dengan upaya pembinaan
yang cukup intensif dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Bandung.
Tabel 4.10. Realisasi Tingkat Kehilangan Hasil Komoditas Padi dan Jagung Tahun 2011 s.d 2014
No Komponen Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Padi Jagung Padi Jagung Padi Jagung Padi Jagung
1 Panen 2,35 0,29 0,58 0,27 0,51 0,27 0,50 0,27
2 Perontokan 3,35 2,76 3,33 2,76 3,28 2,76 3,15 2,75
3 Pengeringan 3,03 0,71 3,83 0,70 3,82 0,70 3,75 0,70
4 Pengilingan 2,42 0,41 3,01 0,41 2,86 0,41 2,67 0,40
JUMLAH 11,52 4,17 10,75 4,14 10,47 4,14 10,07 4,12
Sumber : Bidang Tanaman Pangan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2014
Pada tahun 2014, Pemerintah Kabupaten Bandung yang didukung oleh
anggaran yang bersumber dari APBN Kementerian Pertanian dan APBD Provinsi
Jawa Barat telah memberikan stimulan barang dan peningkatan keterampilan
dan pengetahuan teknologi pasca panen dan pengolahan hasil tanaman pangan
sebagai upaya dalam pengembangan dan pemberdayaan kelompok-kelompok
pengolahan hasil berbasis komoditas tanaman pangan, berupa:
Penggilingan padi/power thresher/peda thresher sebanyak 4 unit
Terpal sebanyak 100 lembar
Pemipil Jagung sebanyak 1 Unit
Combine harvester sebanyak 1 unit di Kecamatan Solokanjeruk;
Mesin pengolahan tanaman pangan hasil 1 paket
Fasilitasi rumah kemasan Padi Organik 1 Paket
Revitalisasi penggilingan padi 1 paket.
Sasaran Strategis 2
Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian
melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi ekonomi pertanian
Sasaran strategis ini diarahkan untuk mengembangkan kelompok-
kelompok usaha agribisnis yang berbasis komoditas hortikultura dan perkebunan
unggul lokal Kabupaten Bandung. Agribisnis hortikultura dan perkebunan
dikembangkan berdasarkan pada potensi satu kawasan tertentu.Pengembangan
Kawasan Pertanian menekankan transformasi desa-desa dengan
memperkenalkan unsur-unsur urbanisme ke dalam lingkungan pedesaan yang
spesifik yang didalamnya menekankan kekuatan lokal untuk berkembang aktif
dalam struktur ekonomi wilayah.
Selain itu, pertimbangan kaidah-kaidah konservasi air dan tanah menjadi
prioritas dalam pengembangan kawasan hortikultura dan perkebunan di
Kabupaten Bandung. Penentuan kawasan-kawasan didasarkan pada: (1) potensi
yang dimiliki; (2) sumberdaya pertanian yang memadai; (3) sesuai kaidah
konservasi dan tercantum dalam RTRW Kabupaten Bandung; dan (4) memiliki
peluang komparatif dan kompetitif.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran strategis 2
seperti yang telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai fakta yang ada,
baik berupa keberhasilan maupun kekurangberhasilan pelaksanaan
pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung,apabila dibandingkan dengan
tahun 2014 maupun terhadap sasaran/target yang telah ditentukan,ataupun juga
terhadap realisasi pencapaian dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun 2014 ini.
Tabel 4.11 pengukuran sasaran strategis 2 Tahun 2014
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Target Kinerja
Realisasi
Meningkatkan
keunggulan
komparatif dan
kompetitif produk
pertanian melalui
pengembangan
agribisnis dalam
aglomerasi
ekonomi pertanian
2. Jumlah produksifitas
komoditas unggulan:
- Sayuran (kui/ha)
- Buah-buahan (kui/ha)
- Biofarmaka (kg/m2)
- Tan. Hias (tangkai/ha)
- Kopi (Ton/ha)
- Teh (Ton/ha)
- Cengkeh (Ton/ha)
- Tembakau
210,19
102,00
3,19
17,14
1,19
2,35
0,22
178.61
117.74
5.612
22.60
1.017
2,282
0.209
0.4
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Target Kinerja
Realisasi
0,95
3. Jumlah kelompok tani
yang telah memiliki
registrasi kebun
a. Hortikultura (kel)
45
65
4. Jumlah kelompok usaha
rumah kemasan dan UPH:
a. Hortikultura (kel)
b. Perkebunan (kel)
10
8
13
9
Pencapaian Jumlah Produksi Komoditas Hortikultura dan
Perkebunan
Produksi serta produktivitas komoditas pertanian khususnya komoditas
hortikultura dan perkebunan yang diunggulkan di Kabupaten Bandung tahun
2014 ini mengalami peningkatan yang cukup baik walaupun tidak signifikan
seperti tahun sebelumnya karena di tahun 2014 menghadapi kendala-kendala
yang cukup sulit seperti keadaan alam yang cukup ekstreem khususnya iklim
yang kering, namun disisi lain iklim tersebut membantu dalam pertumbuhan
serta perkembangan bunga dan pembuahan komoditas hortikultura dan
perkebunan sehingga umumnya mampu menaikan produksi dan produktivitasnya
asalkan kondisi air nya tetap terjaga dan terpenuhi. Selain itu, muncul pula
tantangan internal diantaranya adalah peralihan komoditas karena alasan-alasan
tertentu, pengurangan lahan produktif karena digunakan untuk keperluan lainnya
serta terkadang penanaman/pertanian komoditas hortikultura berbenturan
dengan isu-isu lingkungan tentang kaidah-kaidah konservasi.
Berikut diantaranya peningkatan produksi dari komoditas hortikultura dan
perkebunan antara lain; Bawang merah dari 31.699 ton menjadi 32.770 ton,
Kubis dari 100.150 ton menjadi 107.192 ton, cabe rawit dari 8.142 ton menjadi
12.363 ton, tetapi pada komoditas unggulan yang lain ternyata mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya yaitu kentang menurun lebih kurang 14%,
cabe besar sekitar 0.11%, tomat menurun sekitar 25,7% dan stroberi juga
mengalami penurunan sekitar 54% an ini dimungkinkan karena tahun
sebelumnya stroberi terus digenjot sehingga produksi sekarang menjadi titik
jenuh dari tanaman itu sendiri ataupun juga dikarenakan tanaman/bibit mungkin
kualitas nya sudah menurun. Kemudian produksi tanaman perkebunan rakyat
yaitu; hasil olahan teh 3.612 ton naik 1,03% dari tahun 2013, kopi mencapai
6.803 ton naik 1,02%, cengkeh naik 1,08% menjadi 118 ton serta tembakau naik
sebesar 0,36% dari tahun 2013.
Lima komoditas utama sayuran di kabupaten Bandung adalah kentang,
tomat, cabe, bawang merah, dan kubis. Kelima komoditas tersebut kecuali
kentang, tomat dan cabe seperti dibahas diatas mengalami peningkatan dalam
hal produksi dan produktivitas. Disamping itu, terdapat komoditas-komoditas
spesifikasi lokal dan eksklusif yang dikembangkan atas kerjasama antara petani
dengan pelaku pasar (ritel, industri, dan eksportir), seperti wortel, brokoli,
paprika, dan sayuran eksklusif lainnya. Komoditas tersebut tersebar di
Kecamatan Pangalengan, Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali, Cimenyan, dan
Kertasari.
Penetapan Kabupaten Bandung sebagai kabupaten stroberi pada Tahun
2012 membawa perubahan terhadap fokus strategis pembanganun hortikultura.
Pada Tahun 2013, stroberi menjadi prioritas pengembangan yang
diimplementasikan ke dalam beberapa program/kegiatan, yaitu (1)
pengembangan penangkaran stroberi yang tersebar di Kecamatan Rancabali dan
Pasirjambu.Identifikasi benih/bibit unggul stroberi merupakan salah satu langkah
aksi untuk menghasilkan benih/bibit spesifik lokal Kabupaten Bandung, namun
pada tahun 2014 ini ternyata produksi stroberi mengalami penurunan tetapi dari
segi penanaman dan panen ternyata mengalami kenaikan ini disebabkan karena
pada awal dan akhir tahun 2014 terjadi kenaikan curah hujan sehingga buah
banyak yang busuk kemudian menjelang akhir tahun terjadi kemarau yang cukup
panjang sehingga kelembapan dan evapotranspirasi tinggi kemudian
menyebabkan busuk buah atau buah menjadi belah (luka) kemudian membusuk,
selain itu dari kualitas bibit juga ternyata sudah lama sehingga buah yang ada
menjadi rendah produksinya. Mudah-mudahan tahun 2015 yang akan datang,
melalui melalui kerjasama sister city pada 2013 dengan pemerintah Korea
Selatan yang berupaya untuk mengadopsi benih stroberi yang berasal dari Korea
ke Kabupaten Bandung, bisa berhasil dan kembali menaikan produksi.
Tabel 4.12 Realisasi Luas Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Sayuran di Kabupaten Bandung Tahun 2014
No
Uraian Komoditi Realisasi 2012
(Ton)
Realisasi 2013
(Ton)
Realisasi 2014
(Ton)
% Th.2014
thdp Th.2013
1 2 3 4 5 6
1 Bawang Merah
Luas Tanam (ha) 3,116 2,911 3,086 106.01
Luas panen (ha) 3,265 2,915 3,027 103.84
Produksi (ton) 39,222 31,699 32,770 103.38
Produktivitas (kwt/ha)
120.13 108.74 108.26 99.55
2 Kentang
Luas Tanam (ha) 6,711 4,814 4,380 90.98
Luas panen (ha) 7,036 5,372 4,676 87.04
Produksi (ton) 131,007 108,832 93,968 86.34
Produktivitas (kwt/ha)
186.19 202.59 200.96 99.19
3 Kubis
Luas Tanam (ha) 5,266 4,004 4,457 111.31
Luas panen (ha) 5,242 4,331 4,683 108.13
Produksi (ton) 125,606 100,150 107,192 107.03
Produktivitas (kwt/ha)
239.61 231.24 228.90 98.99
4* Cabe
Luas Tanam (ha) 226 718 753 104.87
Luas panen (ha) 691 596 702 117.79
Produksi (ton) 20,376 17,598 17,579 99.89
Produktivitas (kwt/ha)
29.49 295.26 250.41 84.81
No
Uraian Komoditi Realisasi 2012
(Ton)
Realisasi 2013
(Ton)
Realisasi 2014
(Ton)
% Th.2014
thdp Th.2013
1 2 3 4 5 6
5* Tomat
Luas Tanam (ha) 1,174 1,189 1,125 94.62
Luas panen (ha) 1,097 1,215 1,105 90.95
Produksi (ton) 94,486 67,900 49,749 73.27
Produktivitas (kwt/ha)
861.31 229.15 450.22 196.47
6 Bawang Daun
Luas Tanam (ha) 3,549 1,189 4,117 346.26
Luas panen (ha) 3,512 1,215 4,112 338.44
Produksi (ton) 54,115 67,900 68,401 100.74
Produktivitas (kwt/ha)
154.086 229.15 166.34 72.59
7 Kembang Kol
Luas Tanam (ha) 512 575 592 102.96
Luas panen (ha) 511 602 573 95.18
Produksi (ton) 9,958 9,777 11,258 115.15
Produktivitas (kwt/ha)
194.88 162.40 196.48 120.98
8 Petsai/Sawi/Sosin
Luas Tanam (ha) 3,176 3,635 2,938 80.83
Luas panen (ha) 3,218 3,476 3,145 90.48
Produksi (ton) 67,581 71,079 66,486 93.54
Produktivitas (kwt/ha)
210.01 204.48 211.40 103.38
9 Wortel
Luas Tanam (ha) 1,745 2,212 1,914 86.53
Luas panen (ha) 1,796 2,003 1,924 96.06
Produksi (ton) 40,316 42,507 40,950 96.34
Produktivitas (kwt/ha)
224.48 212.22 212.84 100.29
10 Lobak
Luas Tanam (ha) 306 643 504 78.38
Luas panen (ha) 313 512 493 96.29
Produksi (ton) 7,228 10,977 10,798 98.37
Produktivitas (kwt/ha)
230.91 214.39 219.03 102.17
11 Kacang Merah
Luas Tanam (ha) 1,690 1,421 1,837 129.28
Luas panen (ha) 1,538 1,684 1,795 106.59
Produksi (ton) 9,833 16,150 18,663 115.56
Produktivitas (kwt/ha)
63.93 95.90 103.97 108.41
12*
Kacang Panjang
Luas Tanam (ha) 119 116 142 122.41
Luas panen (ha) 156 145 127 87.59
Produksi (ton) 3,620 3,538 3,050 86.20
Produktivitas (kwt/ha)
232.03 243.97 240.12 98.42
13*
Jamur
Luas Tanam (m2) 11,413 12,715 48,979 385.21
Luas panen (m2) 20,205 12,749 41,565 326.03
Produksi (ku) 29,530 232,460 44,113 18.98
Produktivitas (kg/m2)
14.62 18.23 10.61 58.21
No
Uraian Komoditi Realisasi 2012
(Ton)
Realisasi 2013
(Ton)
Realisasi 2014
(Ton)
% Th.2014
thdp Th.2013
1 2 3 4 5 6
14*
Terung
Luas Tanam (ha) 160 176 214 121.59
Luas panen (ha) 186 157 202 128.66
Produksi (ton) 4,964 4,475 6,801 151.97
Produktivitas (kwt/ha)
266.89 285.04 336.68 118.11
15*
Buncis
Luas Tanam (ha) 850 749 654 87.32
Luas panen (ha) 789 786 660 83.97
Produksi (ton) 18,279 18,230 16,572 90.90
Produktivitas (kwt/ha)
231.68 231.94 251.09 108.26
16*
Ketimun
Luas Tanam (ha) 460 471 554 117.62
Luas panen (ha) 538 460 525 114.13
Produksi (ton) 18,164 17,340 19,039 109.80
Produktivitas (kwt/ha)
337.62 213.96 362.64 169.49
17*
Labu Siam
Luas Tanam (ha) 87 73 37 50.68
Luas panen (ha) 69 78 42 53.85
Produksi (ton) 60,089 59,990 61,666 102.79
Produktivitas (kwt/ha)
8,708.49 830.59 14,682.3
6 1,767.70
18*
Kangkung
Luas Tanam (ha) 260 457 408 89.28
Luas panen (ha) 255 473 384 81.18
Produksi (ton) 9,495 9,326 6,856 73.52
Produktivitas (kwt/ha)
372.37 126.50 178.53 141.13
19*
Bayam
Luas Tanam (ha) 259 206 156 75.73
Luas panen (ha) 267 212 159 75.00
Produksi (ton) 2,953 2,124 1,645 77.43
Produktivitas (kwt/ha)
110.61 92.90 103.45 111.36
20*
Seledri
Luas Tanam (ha) 1,516 1,692 1,902 112.41
Luas panen (ha) 1,441 1,565 1,842 117.70
Produksi (ton) 28,516 30,099 39,191 130.21
Produktivitas (kwt/ha)
197.89 191.82 212.76 110.92
21*
Cabe Rawit
Luas Tanam (ha) 282 398 530 133.17
Luas panen (ha) 324 331 452 136.56
Produksi (ton) 8,150 8,142 12,363 151.85
Produktivitas (kwt/ha)
251.54 75.37 273.51 362.88
Jumlah Sayuran
Luas Tanam (ha) 42,877 43,170 30,430 70.49
Luas panen (ha) 52,449 43,523 30,773 70.71
Produksi (ton) 783,488 927,418
6,821,105
735.49
Produktivitas (kwt/ha)
14.94 213.09 2,216.59 1,040.23
No
Uraian Komoditi Realisasi 2012
(Ton)
Realisasi 2013
(Ton)
Realisasi 2014
(Ton)
% Th.2014
thdp Th.2013
1 2 3 4 5 6
22*
Strowberry**)
Luas Tanam (ha) 148 94 214 227.66
Luas panen (ha) 141 91 108 118.68
Produksi (ton) 151,959 154,316 71,443 46.30
Produktivitas (kwt/ha)
10,777.21
1,918.16 6,615.10 344.87
Sumber : Bidang hortikultura Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung 2014
Ket **) Termasuk dalam komoditas tanaman buah-buahan semusim
Produksi komoditas buah-buahan unggulan seperti alpukat, durian, pisang
di Kabupaten Bandung pada tahun 2014 umumnya dapat melampaui target serta
memperlihatkan realisasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2013,
tetapi ada juga yang tidak bisa melampaui realisasi tahun 2013, ini disebabkan
oleh kondisi alam yang cukup kering sehingga dalam proses pembungaan dan
pembuahan tanaman banyak yang gugur karena evavotranspirasi dari tanaman
itu sendiri cukup tinggi, disamping itu pula sudah banyak tanaman yang tua dan
tidak produktif lagi, serta tanaman muda sebagai penggatinya belum produktif
menghasilkan buah. Untuk selengkapnya mengenai realisasi produksi, dapat
dilihat pada Tabel 4.13 di bawah ini.
Tabel 4.13 Realisasi Produksi Tanaman Buah-buahan di Kabupaten Bandung Tahun 2014
N
O
KOMODIT
AS
Produksi
Thn 2012
(Ton)
Produksi
Thn 2013
(Ton)
Tanam
Baru Thn
2014
(Pohon)
Tan. yg
Menghsilkan
Thn 2014
(Pohon)
Produksi
Thn 2014
(Ton)
1 Alpukat 32,982 46,997 18,158 108,350 63,848
2 Belimbing 1,533 6,183 253 9,571 1,806
3 Duku 321 384 140 24,228 37
4 Jambu Air 3,217 12,441 1,151 29,773 5,817
5 Jambu Biji 11,016 30,848 16,301 57,734 20,253
6 Jeruk Siam 0 0 18,835 18,725 3,246
7 Jeruk Besar 4,991 7,850 1,832 55,585 999
8 Mangga 10,674 43,626 2,426 44,782 9,578
9 Manggis 316 112 269 77,428 99
10 Nangka 22,605 36,922 1,332 50,386 42,231
11 Nenas 3 30 20 53,841 9
12 Pepaya 4,107 8,257 9,865 16,822 2,972
13 Pisang 63,028 122,958 63,778 386,185 210,884
14 Rambutan 4,598 3,272 620 13,136 10,920
15 Salak 147 156 25 5,174 113
16 Sawo 2,080 5,021 246 17,133 2,831
17 Markisa 0 0 1,000 33,332 20
N
O
KOMODIT
AS
Produksi
Thn 2012
(Ton)
Produksi
Thn 2013
(Ton)
Tanam
Baru Thn
2014
(Pohon)
Tan. yg
Menghsilkan
Thn 2014
(Pohon)
Produksi
Thn 2014
(Ton)
18 Sirsak 2,260 2,963 57 159,880 575
19 Sukun 8,688 15,537 658 35,386 9,988
21 Durian 5,647 8,556 1,772 18,839 6,165
22
Jumlah 178,213 352,113 138,738 1,216,290 392,391
Sumber : Bidang Hortikultura,DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2014
Tahun 2014 menjadi ajang untuk menciptakan kawasan buah-buahan
lokal di Kabupaten Bandung. Alpukat, jambu kristal, dan jeruk menjadi komoditi
unggulan yang dikembangkan. Kertasari dipusatkan dalam pengembangan
alpukat. Mulai dari penangkaran bibit alpukat hingga pengembangan kawasan.
Cileunyi merupakan salah satu produsen jeruk besar di Kabupaten Bandung
diarahkan untuk menghasil bibit spesifik lokal melalui jeruk besar cikoneng.
Stimulan green house, bibit, dan sarana prasarana pendukung lainnya. Cimaung
dan Banjaran dikembangkan sebagai sentra jambu kristal/jambu biji.
Bila dilihat dari potensi tanaman hias. Kabupaten Bandung merupakan
salah satu sentra produksi tanaman hias di tingkat Provinsi Jawa Barat dan
Nasional. Produksi komoditas tanaman hias dan obat-obatan unggulan seperti
Anggrek, Krisan, Mawar dan Gerbera. Krisan menjadi primadona pengembangan
tanaman hias. Kawasan 3.000 m2 diperuntukan bagi pengembangan krisan.
Penangkaran benih, intensifikasi, dan ekstensifikasi merupakan langkah strategis.
Pada Tahun 2013, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan mengembangkan
kebun percobaan yang diperuntukan khusus sebagai laboratorium lapangan
tanaman hias.Adopsi teknologi dan adaptasi benih/bibit tanaman hias baru di
Kabupaten Bandung diujicobakan di kebun percobaan tersebut. Dengan luas
kurang lebih 1 hektar yang berlokasi di Kecamatan Pasirjambu, berbagai
tanaman hias dikembangkan, dan dari usaha tersebut dapat terlihat pada tahun
2014 ini komoditas yang dikembangkan tersebut diatas mengalami kenaikan
yang cukup besar baik dilihat dari luas tanam baru, panen serta produksinya.
Komoditas tanaman obat di Kabupaten Bandung tahun 2014 yaitu
diantaranya jahe, lengkuas dan yang lainnya kecuali kencur memperlihatkan
realisasi produksi yang meningkat dibanding target dan realisasi tahun 2013, ini
disebabkan karena selain bantuan program/kegiatan dari dinas untuk
mendukung produksi tanaman obat dan juga dikarenakan tanaman/tambah
tanam baru yang ditanam baru tahun 2013 sebagian baru menghasilkan
produksi di tahun 2014. Realisasi produksi tanaman hias tersaji pada tabel 4.14
Tabel 4.14 Realisasi Produksi Tanaman Hias di Kabupaten Bandung Tahun 2014
Sumber : Bid. Hortikultura, DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2013
Tabel 4.14.a Realisasi Tanaman Hias di Kabupaten Bandung Tahun 2014
No Komoditas Luas Tanam
Baru
Luas Panen ( m² ) Produksi (Kilogram)
Habis
dibongkar
Belum habis
dibongkar
Habis
dibongkar
Belum habis
dibongkar
1 Anggrek 10,543 13,242
5,100 98,938 23,916
2 Anthurium 16
161
90 850 559
3 Anyelir 55
75
42 641 717
4 Gerbera 63
642
851 3,326 5,084
5 Gladiol -
64
40 320 258
6 Heliconia 101
822
1,850 2,425 8,426
7 Krisan 10,130 14,175 748,174 1,578,460
No Komoditas Luas Tanam
Baru (m2)
Realisasi Produksi
2013 (Tangkai)
1 Anggrek 2,335 58,538
2 Anthurium Bunga 119 3,082
3 Gladiul 219 3,710
4 Helicania 396 5,303
5 Krisan 12,490 431,558
6 Mawar 1,142 32,661
7 Melati 140 2,274
8 Palem 375 1,771
9 Sedap Malem 9,234 62,519
10 Gerbera 1,435 11,893
11 Anyelir 267 11,192
12 Dracaena - 34
Jumlah 28,152 624,535
24,590
8 Mawar 97
721
2,832 11,299 20,346
9 Sedap Malam 7,545
8,518
14,589 107,248 64,666
10 Dracaena 30
-
- - -
11 Melati -
117
185 116 248
12 Palem 65
49
342 114 4,077
13 Aglanome -
63
166 83 2,012
14 Adenium 30
63
170 602 1,925
15 Euphorbia 138
214
290 1,300 3,219
16 Phylodendron -
-
- - -
17 Pakis -
26
- 269 -
18 Monstera -
12
55 48 55
19 Ixora/Soka -
61
- 60 53
20 Cordyline -
-
- - -
21 Diffenbachia 50
4
700 4 17,500
22 Sansieviera 164
997
1,355 4,902 28,732
23 Anthurium
daun 12
12
12 116 194
24 Caladium -
-
- - -
Total 29,039
40,038
53,259
980,835
1,760,447 Sumber : Bid. Hortikultura, DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2014 Total Provitas 2,741,282
Tabel 4.15 Realisasi Produksi Tanaman Obat Tahun 2014
N
o KOMODITAS
Tahun 2013 Tahun 2014
Luas
Tanam
Baru
Produks
i habis
dibongk
ar
Tanam
Baru
(m²)
Panen (m2) Produksi (Kg)
Habis/
dibongka
r
Belum
Habis
Habis/
dibongkar
Belum
Habis
1 JAHE 103,71
0
269,910 479,58
4
222,482 - 828,002 -
2 LAOS 97,950 101,729 66,124 109,193 - 489,199 -
3 KENCUR 18,126 38,892 14,861 20,760 - 35,276 -
4 KUNYIT 24,300 104,213 92,338 67,000 - 157,556 -
5 LEMPUYANG 1,656 8,756 21,151 3,400 - 8,029 -
6 TEMULAWAK 3,952 11,963 24,450 6,620 - 19,857 -
7 TEMUIRENG 930 1,628 - 12,700 - 3,495 -
8 TEMUKUNCI 0 0 475 20 - 35 -
9 DLINGGO 0 0 - - - - -
10 KAPULAGA 12,835 11,691 197,83
5
31,015 80,874 41,439 67,609
11 MENGKUDU 323 25,891 14,552 235 1,647 763 5,189
12 MAHKOTA
DEWA
0 0 2,203 292 1,392 729 5,768
13 KEJIBELING 360 2,462 7,225 310 2,979 242 1,882
14 SAMBILOTO 78 725 5,027 3,357 470 3,689 338
15 LIDAH BUAYA 0 0 30,893 427 173,836 745 1,011,618
JUMLAH 264,22
0
577,860 956,71
8
477,811 261,198 1,589,056 1,092,404
Produktivitas (Kg/M²) 5.612
Sumber : Bid. Hortikultura, DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2014
Tanaman Perkebunan
Upaya peningkatan fungsi lahan serta penanaman baru komoditas
(Replanting) perkebunan di Kabupaten Bandung dilaksanakan dalam rangka
optimalisasi penggunaan lahan perkebunan yang telah ada, supaya terjadi
peningkatan produksi komoditas perkebunan, terutama produksi tanaman
perkebunan unggulan Kabupaten Bandung, yaitu Teh, Kopi, cengkeh dan Tembakau.
Dikarenakan kondisi iklim yang sedikit kurang mendukung untuk terjadinya
proses pembuahan serta adanya serangan OPT komoditi perkebunan seperti karat
daun, hama Pbko, embun jelaga dan kutu dompolan mengakibatkan produktivitas
kopo tidak signifikan meningkat walaupun sebenarnya mencapai target dan naik dari
tahun sebelumnya. Pencapaian produksi tanaman Perkebunan unggulan
(Perkebunan Rakyat) tahun 2014 di Kabupaten Bandung adalah diantaranya
terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.16 Realisasi produksi komoditi perkebunan
Komoditi
Produksi 2012
(berdasar Ton Hasil)
Produksi 2013
(berdasar Ton Hasil)
Produksi 2014
(berdasar Ton Hasil)
%
Olahan
2014/
2013
Provitas
2014 Hasil
Olahan
Bahan
Mentah
Hasil
Olahan
Bahan
Mentah
Hasil
Olahan
Bahan
Mentah
Cengkeh 62 248 110 440 118 474 1.08 0.21
Kopi 6,362 25,450 6,638 26,550 6,803 27,212 1.02 1.02
Teh 3,142 15,708 3,518 17,592 3,612 18,060 1.03 2.28
Tembakau 1,321 6,603 1,678 8,393 610 3,048 0.36 0.40
Jumlah 10,887 48,010 11,944 52,975 11,143 48,793 0.93 0.98
Sumber. Bid. Perkebunan DISTANBUNHUT 2014
Pengembangan Agribisnis Berbasis Komoditas Hortikultura dan
Perkebunan
Sejalan dengan pemenuhan dalam pencapaian jumlah produksi,
pengembangan agribisnis berbasis komoditas hortikultura juga menjadi sasaran
dalam pembangunan pertanian, perkebunan dan kehutanan. Pengembangan
agribisnis ditujukan untuk meningkatkan keberdayaan kelembagaan petani.
Manajemen kelembagaan petani dikelola, sehingga terjalin kerjasama/kemitraan
bisnis di antara para pelaku usaha dalam satu kesatuan system agribisnis, di
mulai dari sistem off-farm hulu, on-farm, on-farm hilir dan pasar.
Seperti halnya komoditas tanaman pangan, pengembangan agribisnis
hortikultura dan perkebunan tidak lepas dari pengelolaan faktor-faktor yang
mempengaruhi pada sisi pencapaian produksi. Pengembangan pupuk organik,
pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi dan pengembangan dan penyediaan
sarana produksi benih menjadi fokus utama pada sub sistem off-farm hulu.
Melalui pengembangan agribisnis berbasis hortikultura dan perkebunan
tersebut, beberapa kelompok usaha telah berhasil mengembangkan unit-unit
pasca panen dan pengolahan hasil dalam bentuk rumah kemasan (packing
house) pada komoditas hortikultura dan UPH pada komoditas perkebunan.
Kelompok-kelompok tersebut telah bekerjasama/berkemitraan dengan
perusahaan, ekportir, dan industry pengolahan lainnya. Lebih lanjut, kelompok
usaha Jaya Alam Lestari Kecamatan Pasirjambu telah mendapatkan sertifikat
organik untuk produk hortikulturan – sayuran – organik.
Pengembangan unit-unit pengolahan hasil dan rumah kemasan diarahkan
untuk meningkatkan nilai tambah produk. Berbagai fasilitasi telah digulirkan pada
kelompok-kelompok usaha hortikultura dan perkebunan. Peningkatan kapasitas
pelaku usaha, stimulan mesin dan alat pasca panen dan pengolahan hasil dan
pengembangan jaringan kerjasama kemitraan. Berikut unit rumah kemasan di
Kabupaten Bandung.
Tabel 4.17 Rumah Kemasan Hortikultura Kabupaten Bandung
No Unit Rumah Kemasan Lokasi Komoditi Tujuan Pasar/
Kemitraan
1. Jaya Alam Lestari Pasirjambu Sayuran Supermarket
2. Madani Pasirjambu Sayuran Lyco Farm
3. Lyco Farm Pasirjambu Sayuran Supermarket
4. Adi Farm Pangalengan Sayuran Alamandah
5. Barokah Tani Agro Pasirjambu Sayuran, Stroberi
Luar Bandung
6. Hataki Pasirjambu Sayuran
7. Abo Farm Ciwidey Sayuran Lyco Farm
8. Katata Pangalengan Sayuran
9. Al-ittifaq Rancabali Sayuran
10. Taruna Mulya Pangalengan Sayuran
11. Bongkor Cimenyan Sayuran
12. Patarema Pangalengan Kentang PT. MOU
13. Putra Sari Bumi Kertasari Sayuran
14. Mekartani Cikancung Sayuran MTJ
15. Mandalawangi Cikancung Sayuran
16. Muttaqin Cileunyi Sayuran
Keterangan: profil kelompok rumah kemasan bidang hortikultura, 2014
Tabel 4.18 Unit Pengolahan Hasil Perkebunan Kabupaten Bandung
No UPH Lokasi Produksi Tujuan Pasar/
Kemitraan
1. Rahayu Pangalengan 612 Ton Luar Negeri
2. Trikarya Mandiri Ciwidey 360 Ton Luar negeri
3. Pancawargi Ibun 100 Ton Lokal
4. Mekar Saluyu Ciparay 612 Ton Lokal
5. Mekar Tani Kertasari 200 Ton Regional
6. Giri Senang Cilengkrang 84 Ton Regional
7. Margamulya Pangalengan 300 Ton Luar Negeri
Keterangan: profil unit pengolahan hasil kopi bidang perkebunan, 2014
Pada tahun 2013, kegiatan gebyar promosi kopi java preanger Kabupaten
Bandung memberikan dampak positif terhadap pengembangan kemitraan
pemasaran hasil kopi, kemudian pada tahun 2014 ini Dinas Pertanian Perkebunan
da Kehutanan kembali mengadakan festival kopi yang bertajuk “Bandung Coffe
Festival II 2014” yang bertaraf Internasional. Melalui unit pemasaran Provinsi
Jawa Barat, telah dilaksanakan kerjasama pemasaran kopi dengan Negara
Maroko, kemudian 2014 ini dengan Korea sebanyak 18 ton untuk komoditi kopi
java preanger Kabupaten Bandung.
Sasaran Strategis 3
Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas
kualitas lingkungan hutan dan lahan
Rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Bandung dilaksanakan melalui
2 mekanisme pendekatan: (1) pendekatan vegetatif dan (2) pendekatan ekonomi
dengan mengembangkan agribisnis di sekitar hutan. Kedua mekanisme tersebut
saling berkesinambungan dan ketergantungan satu dengan yang lainnya.
Tabel 4.19 Pengukuran sasaran strategis 3 Tahun 2014
Indikator Kinerja Uraian Tahun 2014 Realisasi
Target Realisasi % 2013 2012 Prosentase luas lahan kritis yang ditanami
47,58 66,37 139,49 63,72 32,86
Luas hutan rakyat/agroforesty
7.910 6.251 79,027 4.659 2,335
Rata-Rata 65,74
Pengelolaan Lahan Kritis
Adanya praktek-praktek budidaya pertanian yang tidak memperhatikan
kaidah-kaidah konservasi tanah dan air serta banyaknya penelantaran lahan-lahan
kering yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama telah meningkatkan
rusaknya keseimbangan, daya dukung wilayah penyangga serta daya tampung
lingkungan terutama pada lahan-lahan yang terdapat di daerah-daerah hulu dengan
fungsi sebagai daerah resapan air. Kondisi yang sama,dan dengan ditambah
banyaknya pemukiman pendudukpun terjadi di daerah sepanjang aliran sungai (DAS),
keadaan ini pada akhirnya turut berpengaruh sebagai faktor penyebab atau faktor
yang mempercepat terjadinya bencana alam di Kabupaten Bandungseperti banjir,
longsor, kekeringan serta makin tingginya kualitas pencemaran yang terjadi di
beberapa badan sungai di Kabupaten Bandung, baik pencemaran dari rumah tangga
maupun industri.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan pada tahun 2012 dan tahun 2014 ini telah melakukan upaya-upaya
untuk mengurangi luas lahan kritis di Kabupaten Bandung melalui penanaman
komoditas tanaman tahunan produktif seperti buah-buahan dan kayu-kayuan,
baik melalui kegiatan yang dibiayai APBD Kabupaten, Propinsi maupun APBN TA.
2014. Upaya-upaya tersebut telah dilakukan Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan dan berhasil menanami lahan kritis serta tegalan sampai dengan
tahun 2014 seluas 39.804,57 Ha.
Tabel 4.20 Luas Penanaman Hutan dan Lahan Kritis
NO LUAS PENANAMAN HUTAN DAN LAHAN
KRITIS (KECAMATAN) 2011 (Ha) 2012 (Ha) 2013 (Ha) 2014 (Ha)
1 Soreang 160.00 200.91 245.50 93
2 Pasirjambu 113.00 547.25 223.86 5
3 Ciwidey 50.00 356.82 72.50 2
4 Nagreg 125.00 97.15 198.86 43
5 Rancabali 160.00 230.00 121.61 44
6 Margaasih - - 115.45 -
7 Bojongsoang - 77.27 - -
8 Dayeuhkolot - 11.81 - -
9 Banjaran 285.00 - 40.45 112
10 Pameungpeuk - - 1.27 5
11 Pangalengan 505.00 306.82 493.05 330
12 Katapang - 38.35 - -
13 Majalaya - 2.27 0.90 1
14 Ciparay 55.00 256.82 177.91 -
15 Pacet 445.00 716.77 287.04 61
16 Kertasari 25.00 212.50 154.76 56
17 Cicalengka 200.00 203.41 470.67 295
18 Cikancung 100.00 305.19 333.40 77
19 Rancaekek 1.00 - - 1
NO LUAS PENANAMAN HUTAN DAN LAHAN
KRITIS (KECAMATAN) 2011 (Ha) 2012 (Ha) 2013 (Ha)
2014 (Ha)
NO
20 Paseh 125.00 160.23 414.32 240
21 Ibun 135.00 2.27 237.04 45
22 Cileunyi 225.00 484.30 115.45 43
23 Cimenyan 185.00 297.05 21.60 1
24 Cilengkrang 235.00 169.32 239.32 43
25 Margahayu 1.00 - - 4
26 Baleendah 70.00 198.56 82.49 2
27 Arjasari 470.00 446.89 276.14 40
28 Cimaung 285.00 207.73 174.78 46
29 Solokan Jeruk - - 48.87 4
30 Cangkuang 131.00 422.50 76.36 -
31 Kutawaringin 81.00 108.64 35.91 1
32 Tersebar di Kab.
Bandung**
- 147.73 11,098.22
JUMLAH 4,167.00 6,208.56 15,757.73 1.592
Sumber; Bidang Kehutanan Distanbunhut Kab. Bandung 2014.
Saat ini upaya mempertahankan dan melestarikan hutan rakyat diakui
cukup berat dan masih mengalami banyak kendala. Hasil kajian LPM ITB (2001)
menunjukkan gambaran kondisi kerusakan lahan yang diakibatkan oleh
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi tanah dan
air serta terjadinya penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya
di Kabupaten Bandung cukup memprihatinkan sehingga menyebabkan tingkat
erosi yang terjadi di Kabupaten Bandung berkisar mulai dari kategori sedang
sampai dengan berat.
Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan dan Kebun
Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan dan kebun salah satunya
diarahkan untuk menambah penghasilan/pendapatan masyarakat/petani dan
juga diharapkan dapat mengurangi jumlah perambah dan penjarah hutan serta
mencegah terjadinya kembali aktivitas perambahan hutan. Upaya ini dilakukan
melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Kontribusi
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung dalam
mendukung PHBM di antaranya dilaksanakan melalui:
- Penyediaan bibit Kopi;
- Pemberian bantuan peralatan pengolahan Kopi;
- Penyediaan bibit kayu-kayuan; Kicangkudu, Kikancing, Jabon, Kihoe,
Manglid, Maesopsi, Campoleh, Petai, Sukun, Nangka, Gamelina, Mangga
dan Mahoni Uganda.
- Terfasilitasinya budidaya jamur tiram
- Memfasilitasi perkembangan Usaha AUK masyarakat disekitar hutan untuk
usaha budidaya Ulat Sutra dan Jamur Kayu tani diantaranya 2 kelompok
tani dari petani ulat sutra dan 7 kelompok tani jamur kayu.
Pemberdayaan masyarakat disekitar hutan dan kebun ini secara tidak
langsung mampu menurunkan jumlah perambah hutan dimana para perambah
itu umumnya merusak/mengganggu keseimbangan ekosistem hutan, kemudian
dampak lainnya adalah semakin terkendalinya berbagai gangguan terhadap
sumber daya hutan sehingga kerusakan lingkungan dapat diminimalisir dan yang
paling utama adalah mampu meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan
petani/masyarakat disekitar hutan.
4.1.2 Analisis Pencapaian Kinerja Kegiatan
Program/kegiatan Tahun 2014 lebih kurang sama dengan tahun 2013
diarahkan pada penataan kelembagaan pelaku usaha pertanian tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan dan kehutanan termasuk didalamnya penguatan
kemitraan atau kerjasama dengan pihak-pihak lain yang dapat mendukung
pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Bandung. Berikut analisi
pencapaian kinerja kegiatan Tahun 2014.
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
1. Pelatihan Petani dan Pelaku Agribisnis
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.
300.000.000,- (Tiga ratus juta rupiah) dan terealisasi sebesar Rp. 294.220.000,- atau
sebesar 98,07% dari target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan.
Adapun langkah/proses kegiatannya adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
- Pelaksanaan rapat koordinasi;
- Identifikasi CP/CL;
b. Pelaksanaan kegiatan, meliputi:
1. Terlaksananya fasilitasi kemitraan dan pendampingan usaha kelompok
2. Terlaksananya sekolah lapang tanaman hias
3. Pelatihan penangkaran stroberi
4. Terlaksananya adopsi penangkaran benih hortikultura
5. Terlaksananya penyusunan SOP/GAP tanaman hias
6. Terlaksananya penyusunan SOP budidaya Hortikultura
c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;
d. Evaluasi dan pelaporan.
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan ini diantaranya adalah:
(1) Meningkatnya kemampuan petani terhadap teknik budidaya tanaman
hias, sayuran biofarmaka umumnya tanaman hortikultura
Adapun hasil dari pelaksanaan kegiatan Pelatihan Petani dan Pelaku
Agribisnis adalah meningkatnya pemahaman masyarakat petani Hortikultura
tentang agribisnis serta Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman
Hortikultura, sehingga memiliki motivasi untuk melaksanakan penyusunan SOP
GAP dan SOP hortikultura dalam rangka memperoleh sertifikasi registrasi kebun,
dan samapai 204 ini terdapat beberapa komoditas yang telah memiliki registrasi
kebun, yaitu buah naga, lidah buaya, stroberi, berbagai jenis sayuran, jambu biji
dan tanaman obat.
Program Peningkatan Ketahanan Pangan
1. Penyusunan Database Potensi Produk Pangan
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.
507.294.066,- (Lima ratus tujuh juta dua ratus Sembilan puluh empat ribu enampuluh
enam rupiah) dan terealisasi sebesar Rp. 492.058.050.- atau sebesar 96,99 % dari
target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses
kegiatannya adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
- Pelaksanaan rapat koordinasi;
- Identifikasi CP/CL;
- Petunjuk Teknis;
b. Pelaksanaan kegiatan, meliputi:
1. Berkembangnya teknologi pengelolaan data dan informasi Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan seperti:
a. Pengembangan dan pemeliharaan jaringan (network) computer
2. Tersusunnya laporan perkembangan dan sasaran pelaksanaan rapat
koordinasi Perstatistikan dan peningkatan seperti :
a. Apresiasi Statistik Pertanian
b. Sinkronisasi data Statistik Pertanian
3. Terciptanya rapat koordinasi perencanaan pembangunan
4. Tersusunnya rencana kerja Dinas tahunan
5. Terlaksananya pengembangan kajian STA dan UPH Kabupaten Bandung
c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;
d. Evaluasi dan pelaporan.
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan ini diantaranya adalah:
(1) Tersajinya Data Laporan Tahunan, Semesteran, Triwulanan dan Bulanan,
Perkembangan/peningkatan indeks pertanaman, Panen, Produksi dan
Produktivitas komoditas padi palawija
(2) Meningkatnya pemahaman petugas pengumpul data dalam penyusunan statistik
pertanian
(3) Tersajinya Data Pokok realisasi produksi pertanian
Adapun hasil dari pelaksanaan kegiatan penyusunan database potensi produk
pangan daerah, adalah sebagai berikut:
(1) Lebih lancarnya kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian
(2) Meningkatnya pemahaman petugas statistik tingkat kecamatan (terutama
yang baru) mengenai pengumpulan dan pengolahan data statistik
pertanian seperti pengisian format data statistik pertanian SP Padi, SP
Palawija, SP Benih Tanaman Pangan dan SP Alat mesin pertanian
tanaman pangan secara rutin serta SP hortikultura dalam periode
tertentu.
(3) Menetapkan angka sasaran luas tanam, luas panen, produksi, dan
produktivitas kecamatan setiap bulan untuk masing-masing kecamatan.
(4) Menyeragamkan komitmen prosedur pengumpulan antara petugas
dilapangan dengan petugas tingkat kabupaten.
(5) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produktivitas kinerja petugas pengumpul
data statistik pertanian tingkatkecamatan.
(6) Tersusunnya laporan kegiatan pembangunan pertanian, yaitu laporan bulanan,
laporan triwulanan, laporan tahunan dan rencana kinerja.
Pelaksanaan kegiatan ini dapat bermanfaat dalam mendukung penyediaan
data dan informasi pembangunan pertanian secara akurat dan tepat waktu.
2. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kebijakan Subsidi Pertanian
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.
321.350.000.-(Tiga ratus duapuluh satu juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah), dan
terealisasi sebesar Rp. 317.480.000,- atau sebesar 96,65% dari target anggaran, yang
digunakan untuk membiayai kegiatan. Langkah/proses kegiatannya adalah, sebagai
berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
- Pelaksanaan rapat koordinasi;
- Identifikasi CP/CL;
- Penyusunan juklak dan juknis.
b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:
1. Terlaksananya penyusunan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok)
2. Terlaksananya analisa pupuk dan pestisida
3. Terlaksananya penguatan Komisi pengawasan pupuk dan pestisida.
4. Terlaksannya pelatihan pengolahan hasil
5. Terlaksananya verifikasi dan validasi pupuk bersubsidi
c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;
d. Evaluasi dan pelaporan.
Pelaksanaan kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tentang
penyaluran pupuk bersubsidi, serta terkumpulnya RDKK tiap kecamatan.
3. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.
598.000.000., dan terealisasi sebesar Rp. 577.992.680,- atau sebesar 96,66% dari
target anggaran, yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Langkah/proses
kegiatannya adalah, sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
- Pelaksanaan rapat koordinasi;
- Identifikasi CP/CL;
- Penyusunan juklak dan juknis.
b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:
1. Terlaksananya pengadaan stimulant alat mesin pasca panen pengolahan
jagung (Corn Sheller)
2. Terlaksananya fasilitasi gudang alsin pasca panen tanmanam pangan
3. Terlaksananya revitalisasi penggilingan padi kecil
c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;
d. Evaluasi dan pelaporan.
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan penanganan pasca panen dan pengolahan
hasil pertanian, adalah sebagai berikut:
(1) Meningkatnya pengetahuan petani dalam pengolahan hasil terutama
komoditas tanaman pangan
(2) Tersedianya data lossiss padi
(3) Capaian penurunan hasil dari produksi padi dan jagung
(4) Meningkatnya daya saing petani/pelaku usaha dalam memasarkan
produk-produk hasil olahannya.
(5) Meningkatnya kualitas produk pertanian segardan olahan komoditi padi,
palawija dan tanaman hortikultura.
Pelaksanaan kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas dan jenis olahan hasil
tanaman pangan, yang pada akhirnya dapat mencapai target prsentase kehilangan
hasil padi pada saat panen dan pasca panen sebesar 10,07%.
3. Pengembangan Intensifikasi Tanaman Padi Palawija
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.
824.000.000.- dan terealisasi sebesar Rp. 792.353.760.- atau sebesar 96,16% dari
target. Anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses
kegiatan, sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
- Pelaksanaan rapat koordinasi;
- Identifikasi CP/CL;
- Penyusunan juklak dan juknis.
b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:
1. Terlaksananya bimbingan teknis penerapan teknologi produksi serealia dan
kabi
2. Terlaksananya bimbingan teknis pengembangan dan pemanfaatan pupuk
organik
3. Terlaksananya rapat koordinasi P2BN
4. Terlaksananya workshop SLPTT
5. Terlaksananya rakor P2BN di tingkat Kabupaten
6. Terlaksananya mapping pencapaian dan pemanfaatan pupuk organik
7. Stimulan lahan pertanian abadi berupa traktor dan hand sprayer
8. Terlaksananya pengadaan benih padi dan jagung
c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;
d. Evaluasi dan pelaporan.
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan pengembangan intensifikasi tanaman padi
palawija, adalah:
(1) Penerapan pupuk organik
(2) Peningtkatan dan penerapan benih bermutu
(3) Terlaksananya Sosialisasi SLPTT
(4) Tercapainya peningkatan produksi padi dan palawija
Adapun hasil yang didapat dari pelaksanaan kegiatan pengembangan
intensifikasi tanaman padi dan palawija, adalah:
Pelaksanaan kegiatan ini dapat bermanfaat dalam peningkatan aktivitas
ekonomi masyarakat terutama kelompok tani padi dan palawija antara lain:
- Penerapan Teknologi pertanian di tingkat Petani mendorong peningkatan
Produksi padi mencapai 2 - 5%.
4. Pengembangan Diversifikasi Tanaman
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.
150.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 141.740.000,- atau sebesar 95,11% dari
target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses
kegiatan, sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
- Pelaksanaan rapat koordinasi;
- Identifikasi CP/CL;
- Penyusunan juklak dan juknis.
a. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:
1. Terlaksananya diversifikasi pola tanam tanaman pangan dengan komoditas
kedelai
2. Terlaksananya rapat koordinasi mapping akabi lainnya
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pengembangan Diversifikasi Tanaman,
adalah Terlaksananya pengembangan alternative pangan selain beras
Pelaksanaan kegiatan tersebut dapat bermanfaat dalam peningkatan aktivitas
ekonomi masyarakat terutama kelompok tani dan sebagai dasar untuk
pengembangan komoditi alternatif pangan pengganti beras.
5. Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.
1.914.500.000,-, dan terealisasi sebesar Rp. 1.820.919.550.- atau sebesar 95,11%
dari target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun
langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
- Pelaksanaan rapat koordinasi;
- Identifikasi CP/CL;
- Penyusunan juklak dan juknis.
b. Pelaksanaan dan monitoring kegiatan;
d. Evaluasi dan pelaporan.
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan pengembangan pertanian pada lahan
kering, adalah ;
1) Terfasilitasinya sarana penyimpanbenih kentang
2) Terfasilitasinya kegiatan pengembangan kawasan stroberi
3) Terfasilitasi pengembangan kawasan jeruk
4) Terfasilitasinya kegiatan pengembangan alpukat
5) Terfasilitasinya kebutuhan bibit buah-buahan dalam mendukung
pengembangan hortikultura ramah lingkungan.
6) Terfasilitasinya budidaya pengembangan tanaman hias
7) Terfasilitasinya kegiatan pengembangan dan pelayanan klinik tanaman
8) Aterlaksananya pengembangan buah-buahan di lahan kering
6. Pengembangan Perbenihan dan Pembibitan
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.
313.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 311.654.800.- atau sebesar 99,57% dari
target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses
kegiatannya, sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
- Pelaksanaan rapat koordinasi;
- Identifikasi CP/CL;
- Penyusunan juklak dan juknis.
a. Pelaksanaan kegiatan, berlokasi di Kecamatan Baleendah dan Bojongsoang, yang
meliputi:
1. Terlaksananya pengadaan Benih Padi VUB Kelas SS (Label Ungu) dan kelas ES
(label biru)
2. Terlaksananya demplot padi gogo
3. Terlaksananya sebagian dari proses sertifikasi benih unggul lokal dan
bersertifikat
4. Terfasilitasinya alat pengolah tanah dan benih untuk komoditas tanaman
pangan.
c. Pelaksanaan monitoring kegiatan.
d. Evalusi dan Pelaporan.
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pengembangan Perbenihan dan
Pembibitan pertanian/perkebunan, adalah terlaksananya pengembangan benih/bibit
pertanian/ perkebunan dan hasil yang didapat dari kegiatan Pengembangan
Perbenihan dan Pembibitan pertanian/perkebunan tersebut, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Terlaksananya revitalisasi balai benih padi jelekong;
2) Tercapainya pendapatan dinas sebesar Rp. 161.422.800,-.
7. Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian/Perkebunan.
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.
615.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 607.176.600,- atau sebesar 98,73%dari
target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan.Adapun langkah/proses
kegiatannya, sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
- Pelaksanaan rapat koordinasi;
- Penyusunan juklak dan juknis.
b. Pelaksanaan kegiatan meliputi:
1. Terlaksananya musyawarah perencanaan pembangunan perkebunan dan
rapat evaluasi;
2. Terlaksananya pengembangan usaha tani konservasi lahan terpadu
3. Terfasilitasinya sosialisasi kegiatan simakit;
4. Terfasilitasinya koordinasi gangguan usaha perkebunan;
5. Terlaksananya kegiatan IBK (Indikator Blok Kerja)
6. Terlaksananya kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman
perkebunan.
c. Monitoring, Evalusi dan Pelaporan.
d. Evalusi dan Pelaporan
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Pertanian / Perkebunan adalah:
Tercapainya produktivitas komoditi perkebunan unggulan: kopi (1,02
kuintal/ha), teh (2,28 kuintal/ha), cengkeh (0,21 kuintal/ha) dan tembakau
(0,40 kuintal/ha);
Berkembangnya 8 unit usaha kelompok tani.
Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/
Perkebunan
1. Penelitian dan Pengembangan Pemasaran Hasil Produksi
Pertanian/ Perkebunan
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.
541.250.000,, dan terealisasi sebesar Rp.535.113.250.- atau sebesar 98,87% dari
target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses
kegiatan, sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
- Pelaksanaan rapat koordinasi;
- Identifikasi CP/CL;
- Penyusunan juklak dan juknis.
a. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:
1. Terlaksananya workshop asosiasi pasar tani Kabupaten Bandung
2. Terlaksananya workshop asosiasi petani dan pengolah jamur
3. Terlaksananya workshop asosiasi pengolah hasil produk pertanian
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Penelitian dan Pengembangan
Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan, adalah:
(1) Terlaksananya penguatan kelembagaan pasar tani
(2) Terjalinnya kerjasama usaha
Adapun hasil dari pelaksanaan kegiatan Penelitian dan Pengembangan
Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan, adalah pedoman dan acuan arah
kebijakan dalam pengembangan dan pembangunan komoditas unggulan pertanian di
Kabupaten Bandung dan penguatan lembaga perbenihan komoditas pertanian unggul,
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam penguasaan teknologi
pasca panen yaitu dalam pengolahan serta pemasaran hasilnya.
Pelaksanaan kegiatan ini dapat bermanfaat dalam pendukungan dan
penyediaan informasi pembangunan pertanian, sehingga segala data tentang
pertanian dapat tersediasecara cepat, akurat dan tepat, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan keakuratan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program serta
kegiatan pembangunan pertanian yang akuntabel. Selain itu kegiatan ini juga dapat
bermanfaat dalam peningkatan kapasitas produksi dan pemasaransebesar
±2%,dalam perkembangan kegiatan usaha agribisnis serta terciptanya masyarakat
tani yang mampu bersinergi, berintergrasi dan berkemitraan dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat tani, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis usaha agribisnis lokal unggulan.
2. Promosi Atas Hasil Produksi Pertanian/perkebunan Unggulan
Daerah
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.
541.250.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 535.113.250,- atau sebesar 98,87% dari
target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses
kegiatan, sebagai berikut:
b. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
- Pelaksanaan rapat koordinasi;
- Identifikasi CP/CL;
- Penyusunan juklak dan juknis.
c. Pelaksanaan kegiatan, serta keluaran dari kegiatan tersebut diantaranya meliputi:
1. Terfasilitasinya pameran/gelar pasar tani tingkat lokal kabupaten, propinsi dan
nasional;
2. Terfasilitasinya gelar pasar tani/pameran/festival komoditas unggulan
pertanian produk unggulan lokal (Jamur dan Stroberi) tingkat kabupaten
3. Terfasilitasinya agro expo tingkat kabupaten
4. Terfasilitasinya sarana kelembagaan promosi.
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Penelitian dan Pengembangan Pemasaran
Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan, adalah: Terpromosikannya produk komoditas
unggulan lokal kabupaten ketingkat nasional serta mendapatkan rekor muri dari
produksi dodol stroberi terpanjang yang diselenggarakan di TMII DKI Jakarta.
3. Pembangunan Pusat-pusat Penampungan Produksi Hasil
Pertanian/ Perkebunan
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.
493.300.000,- dan terealisasi di sebesar Rp. 485.186.000.- atau sebesar 98,35% dari
target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses
kegiatan, sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
- Pelaksanaan rapat koordinasi;
- Identifikasi CP/CL;
- Penyusunan juklak dan juknis.
b. Pelaksanaan kegiatan meliputi:
1. Terlaksananya bimbingan penggunaan teknologi digital marketing
2. Terfasilitasinya penyusunan database/profil kelompok PUA hortikultura
3. Terfasilitasinya pengembangan legalitas asosiasi pengolahan hasil
hortikultura dan asosiasi petani sayuran
4. Terlaksananya adopsi teknologi pengolahan hasil hortikultura
5. Terfasilitasinya pendampingan dan sarana kelompok rumah kemasan
6. Terfasilitasinya bangunan gudang penyimpanan bawang
7. Terfasilitasinya alat pengolahan produk segar
c. Pelaksanaan monitoring kegiatan.
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pembangunan Pusat-pusat
Penampungan Produksi Hasil Pertanian/Perkebunan, adalah:
(1) Meningkatnya nilai jual dan mutu produk hortikultura
(2) Meningkatnya nilai tambah dan berkurangnya resiko kerusakan produk
hortikultura
(3) Terfasilitasinya lebih kurang 16 unit kelompok usaha rumah kemasan di
Kabupaten Bandung
Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan
1. Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/Perkebunan
Tepat Guna
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.
3.020.750.000.-, dan terealisasi sebesar Rp. 2.904.070.930,- atau sebesar 96,14%
dari target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan.
Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
- Pelaksanaan rapat koordinasi;
- Identifikasi CP/CL;
- Penyusunan juklak dan juknis.
b. Pelaksanaan sertankeluaran dari kegiatan ini, meliputi:
1. Terlaksanany bimbingan Desa PHT (Pengendalian Hama Terpadu)
2. Terlaksananya bintek perlindungan tanaman dalam rangka pengamanan
produksi hasil pertanian
3. Terfasilitasinya kelengkapan mobil bengkel keliling
4. Terfasilitasinya bintek penerapan teknologi tepatguna pertanian
5. Terfasailitasinya penguatan brigade proteksi tanaman perkebunan dan
kehutanan melalui penyediaan/ pengadaan Bahan obat-obatan pertanian yaitu
:
- Rodentisida 150 kg;
- Insektisida 150 liter;
- Fungisida 100 kg;
- Rodentisida / pengasapan 40 dus;
d. Pelaksanaan monitoring kegiatan;
e. Evaluasi dan pelaporan.
Adapun hasil dari pelaksanaan kegiatan pengadaan sarana dan prasarana
teknologi pertanian/perkebunan tepat guna, adalah meningkatnya pengetahuan
dan keterampilan kelompok tani serta terpenuhinya kebutuhan alat dan mesin
pertanian bagi petani sehingga diharapkan mampu mempermudah dan meningkatkan
hasil produksi dan produktivitas pertanian.
2. Pemeliharaan Rutin Berkala Sarana dan Prasarana Teknologi
Pertanian/ Perkebunan
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan Rp. 1.463.976.000,- dan
terealisasi sebesar Rp. 1.329.252.000 atau sebesar 90,80% dari target anggaran yang
digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses kegiatannya, sebagai
berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
- Pelaksanaan rapat koordinasi;
- Identifikasi CP/CL;
- Penyusunan juklak dan juknis.
b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:
1. Terlaksananya bintek teknis pengelolaan air
2. Terlaksananya identifikasi kelembagaan P3A dan GP3A mitra cai
3. Terlasananya revitalisasi P3A dan GP3A mitra cai
4. Terlaksananya penguatan kelembagaan P3A dan GP3A mitra cai
5. Terfasilitasinya pelatihan GP3A dalam kegiatan pasca panen dan
pemasaran produksi pertanian
6. Terlaksananya rancangan perda tentang perlindungan lahan berkelanjutan
7. Terlaksananya pelatihan Dana Investasi Agribisnis (DIA)
8. Terlaksananya Pengesahan/legalisasi P3A dan GP3A mitra cai
9. Terlaksananya kegiatan sekolah lapangan iklim
10. Terlaksananya rehabilitasi jaringan irigasi
c. Evaluasi dan pelaporan.
Manfaat dari pelaksanaan kegiatan Pemeliharaan rutin/berkala sarana
prasarana teknologi pertanian/perkebunan, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Tercapainya Indeks Pertanaman (IP) sebesar 2,52.
- Tercapainya produksi komoditas pangan utama lebih kurang 2 s.d 5 %.
3. Kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi pertanian dan
perkebunan tepat guna
Pada tahun anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan Rp. 5.922.753.400,-
untuk membiayai kegiatan di bidang Tanaman pangan dan terealisasi sebersar Rp.
4.988.772.900,- atau sebesar 84,23% dari target anggaran yang digunakan untuk
membiayai kegiatan. Adapun langkah/ proses kegiatan nya adalah :
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
- Pelaksanaan rapat koordinasi;
- Identifikasi CP/CL;
- Penyusunan juklak dan juknis.
b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:
1. Pembangunan Jalan Usaha Tani sebanyak 27 paket
2. Pembangunan cekdam/dam parit sebanyak 27 paket;
3. Pengembangan irigasi air permukaan sebanyak 6 paket;
4. Rehabilitasi bangunan balai benih pertanian Kab. Bandung.
c. Evaluasi dan pelaporan,
Hasil dari penelitian dan pengembangan teknologi pertanian dan perkebunan
tepat guna adalah diantaranya meningkatnya kualitas infrastruktur dasar pertanian.
Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan
(1) Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/Perkebunan
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan Rp. 2.079.292.000,- dan
untuk membiayai kegiatan pembangunan perkebunan dan terealisasi sebesar Rp.
1.737.271.150 atau sebesar 83,55% dari target anggaran yang digunakan untuk
membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
1. Pelaksanaan rapat koordinasi;
2. Identifikasi CP/CL;
3. Penyusunan juklak dan juknis.
Pelaksanaan kegiatan, meliputi:
1. Terfasilitasinya rehabilitasi areal pengembangan perkebunan
2. Terlaksananya pengadaan bibit kopi, benih kopi, bibit cengkeh
3. Terfasilitasi dan terlaksananya sarana prasarana pasca panen perkebunan
4. Terlaksananya pembuatan SOP kopi dan Cengkeh
d. Evaluasi dan pelaporan.
Pelaksanaan kegiatan ini dapat bermanfaat dalam peningkatan aktivitas
ekonomi masyarakat kelompok tani:
- Tercapainya produksi komoditas utama kopi, teh, cengkeh, tembakau
- Tersdianya SOP kopi dan cengkeh
(2) Pengembangan Bibit Unggul Pertanian/ Perkebunan
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan Rp. 1.430.360.000,- dan
terealisasi sebesar Rp. 1.400.775.155,- atau sebesar 97,93% dari target anggaran
yang digunakan untuk membiayai kegiatan terutama di bidang hortikultura.
Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
(1) Pelaksanaan rapat koordinasi;
(2) Identifikasi CP/CL;
(3) Penyusunan juklak dan juknis.
b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:
1. Terlaksananya penyediaan benih kentang bermutu
2. Terlaksananya pengadaan bibit jamur tiram dan cabe
3. Terlaksananya pengembangan benih bawang merah
4. Terlaksanaya pengembangan sayuran dataran rendah
5. Terfasilitasinya screen house penangkaran bibit kentang dan cabe
6. Terfasiltasinya pengembangan jamur dan pembangunan kubung jamur
7. Terfasilitasinya relokasi dan renovasi green house pembibitan tanaman
hortikultura
8. Terfasilitasinya gerakan pemanfaatan lahan pekarangan sekolah dengan
dengan tanaman sayuran khususnya tanaman cabe
9. Terlaksananya sarana pengairan irigasi sprinkle
c. Evaluasi dan pelaporan.
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pengembangan Bibit Unggul Pertanian
/Perkebunan diantaranya, adalah:
(1) Tercapainya kawasan sayuran khas local
(2) Berkembangnya benih local kentang
(3) Bertambahnya kapasitas dari green house pembibitan hortikultura
(3) Kegiatan peningkatan kualitas dan pasca panen tanaman tembakau
Pada anggaran Tahun 2014 kegiatan ini dianggarkan dari pembiayaan dana
bagi hasil sebesar Rp. 1. 578.219.600.- dan terealisasi sebesar Rp. 1.525.493.315,-
atau sebesar 96,66% dari target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan
terutama di bidang Perkebunan. Adapun langkah/ proses kegiatan, sebagai berikut:
- Terlaksananya kegiatan sosialisasi, monitoring serta evaluasi DBHCT.
- Terlaksananya pengembangan kualitas tanaman pasca panen tembakau
- Terlaksananya bintek dan aplikasi pengendalian OPT tembakau
- Pengembangan pasca panen dan pengolahan hasil tembakau
- Peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya petani tembakau
- Terlaksananya system kebersamaan ekonomi
- Terlaksananya pemurnian benih tembakau tahap I
- Terlaksananya inventarisasi dan validasi data tembakau
- Terlaksananya workshop serta peningkatan hasil tembakau melalui system
GAP
Evaluasi dan pelaporan
Keluaran dari peningkatan kualitas dan pasca panen tembakau adalah:
Meningkatnya pemahaman petani tembakau dalam melaksanakan kegiatan
DBHCT di lapangan
Meningkatnya PSK (pengetahuan, sikap dan keterampilan) petani dalam
menangani/mengendalikan OPT dilapangan
Meningkatkan kualitas serta produksi tanaman tembakau
Berkembangnya kelompok usaha berbasis perkebunan
Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan -
Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.
378.260.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 364.874.600,- atau sebesar 96,46 % dari
target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan terutama di bidang
Kehutanan. Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
(1) Pelaksanaan rapat koordinasi;
(2) Identifikasi CP/CL;
(3) Penyusunan juklak dan juknis.
b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:
1. Terlaksananya Budidaya Aneka Usaha Kehutanan Non Kayu meliputi
usaha budidaya jamur dan lebah madu
2. Terlaksananya kontrak bisnis
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu
adalah; Meningkatnya pendapatan masyarakat pedesaan di sekitar hutan serta
terlaksananya pembibitan tanaman kehutanan.
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
1. Pembuatan Benih / Bibit Tanaman Hutan
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.
489.481.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 468.518.660-. atau sebesar 95,72% dari
target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses
kegiatan, sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
- Pelaksanaan rapat koordinasi;
- Identifikasi CP/CL;
- Penyusunan juklak dan juknis.
b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi;
1. Tersedianya benih tanaman kehutanan
2. Tersedianya sarana pembuatan pembibitan tanamn kehutanan
3. Terfasilitasinya pupuk kandang, NPK dan pengadaan bibit jeruk
c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;
d. Evaluasi dan pelaporan
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pembuatan Benih/Bibit Tanaman Hutan,
adalah:
(1) Terlaksananya pembibitan tanaman kehutanan
2. Peningkatan Peran serta Masyarakat dalam Rehabilitasi Hutan dan
Lahan
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan Rp. 801.618.000,- dan
terealisasi sebesar Rp. 769.409.460.- atau sebesar 95,98 % dari target anggaran yang
digunakan. Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
(1) Pelaksanaan rapat koordinasi;
(2) Identifikasi CPCL;
(3) Penyusunan juklak dan juknis
b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:
1) Memfasilitasi/mendukung terlaksananya lomba-lomba RTH
2) Terlaksananya pemberdayaan masyarakat/kelompok tani penghijauan
3) Terlaksananya RHL (rehabilitai lahan) melalui kegiatan kemah kerja bupati
4) Terlaksanaya bintek RHL serta FGD RHL
5) Terlaksananya pembuatan Gully Plug
c. Pelaksanaan pengawasan, pembinaan dan monitor kegiatan;
d. Evaluasi dan pelaporan.
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Peran Serta Masyarakat dalam
Rehabilitasi Hutan dan Lahan adalah:
(1) Meninhkatnya kesejahteraan masyarakat/kelompok tani penghijauan
(2) Berkurangnya lahan kritis
(3) Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan
(4) Tertanaminya lahan kritis seluas 1.592 hektar.
3. Konservasi Lahan dan Air
Pada tahun anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan dari pembiayaan Ban
gub Rp. 2.500.000.000.- dan terealisasi sebesar Rp. 2.332.267.500,- atau sebesar
93,29% dari target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun
langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:
a. Pelaksanaan kegiatan yang meliputi:
1) Terlaksananya pembangunan sarana pengairan embung
2) Terbangunnya gully-plug
3) Terlaksananya pembangunan sumur resapan
4) Terbangunnya dam penahan
5) Terfasilitasinya bibit tanaman keras dan MPTS
4. Pengadaan leuweung sabilulungan
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini berasal dari Ban Gub dianggarkan Rp.
2.500.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 000.000.000.- atau sebesar 0 % dari
target anggaran yang digunakan. Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
(1) Pelaksanaan rapat koordinasi;
(2) Identifikasi CPCL;
(3) Penyusunan juklak dan juknis
c. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:
c. Pelaksanaan pengawasan, pembinaan dan monitor kegiatan;
d. Evaluasi dan pelaporan.
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan ini tidak ada karena kegiatan ini tidak jadi
direalisasikan karena Kegiatan Pengadaan Lahan Leuweung Sabilulungan pada
rekening 2.02.16.10 dengan total anggaran berasal dari Dana Bantuan Gubernur
sebesar Rp. 2.500.000.000,- tersebut tidak dapat terlaksana di Tahun 2014, Hal
tersebut disebabkan oleh rangkaian waktu proses pengadaan tanah dengan luas lebih
dari 5 Ha tidak mencukupi, proses tersebut mulai penetapan angggaran, persiapan
pelaksanaan pengadaan tanah, proses penentuan harga oleh tim apraisal, negosiasi,
proses pembayaran dan sertifikasi tanah. Solusi atas hal tersebut adalah Anggaran
akan diluncurkan di Tahun 2015, hal tersebut sudah dikoordinasikan dengan Kepala
DPPK, BAPPEDA, serta telah disampaikan surat permohonan dan lampiran berupa
SP2D yang telah terbit dengan nilai Rp. 1.387.915.500,- kepada Bupati Bandung
dengan tembusan ke DPPK dan BAPPEDA dalam rangka peluncuran anggaran
tersebut untuk dilaksanakan pada tahun 2015.
5. Fasilitasi Implementasi Green Province
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini berasal dari Ban Gub dianggarkan Rp.
200.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 180.018.000.- atau sebesar 90,01 % dari
target anggaran yang digunakan. Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
(1) Pelaksanaan rapat koordinasi;
(2) Identifikasi CPCL;
(3) Penyusunan juklak dan juknis
b. Pelaksanaan kegiatan,
c. Pelaksanaan pengawasan, pembinaan dan monitor kegiatan;
d. Evaluasi dan pelaporan.
Keluaran dari kegiatan ini adalah tersedianya Dokumen Rencana Strategis
Pengelolaan Kawasan Lindung (RSPKL) dan Rencana Tindak Pengelolaan Kawasan
Lindung (RTPKL) untuk jangka waktu 2015 – 2019 wilayah kabupaten.
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan
Pencegahan Dan Dampak Kebakaran Hutan Dan Lahan
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan dari pembiayaan APBD
sebesar Rp. 100.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 46.100.000,- atau sebesar
46,10% dari target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun
langkah/proses kegiatanya adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
Identifikasi CP/CL;
Penyusunan juklak dan juknis.
b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:
- Terlaksananya Sosialisasi Pencegahan Dan pengendalian Kebakaran Hutan
Dan Lahan serta mencegah bertambahnya kerusakan hutan akibat
perbuatan manusia dan hewan
- Terlaksananya informasi kebakaran hutan yang akan digunakan sebagai
sumber air untuk pelaksanaan pemadaman
c. Sosialisasi, koordinasi dan konsultasi
d. Pelaksanaan pengawasan, pembinaan dan monitoring kegiatan;
e. Evaluasi dan pelaporan.
Hasil dari pelaksanaan kegiatan sosialisasi Pencegahan dan Dampak
Kebakaran Hutan dan Lahan adalah tersedianya peralatan monitoring kegiatan
dan pengendalian kebakaran hutan dn lahan, tersosialisasikanya undang-undang
tentang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan melalui himbauan dan
penyuluhan, mengetahui tipe aktifitas masyarakat yang memungkinkan menjadi
sumber api dalam kebakaran hutan dan lahan.
Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan
Pendampingan kelompok usaha perhutanan rakyat
Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.
100.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 46.100.000,- atau sebesar 46,10% dari
target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses
kegiatanya adalah sebagai berikut:
f. Pelaksanaan persiapan kegiatan;
Identifikasi CP/CL;
Penyusunan juklak dan juknis.
g. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:
- Terlaksananya pengembangan kelembagaan petani
- Terbentuknya kelompok masyarakat pecinta lingkungan
- Terlaksananya workshop PLKSDA – BM
Hasil dari pelaksanaan kegiatan sosialisasi pendampingan kelompok usaha
perhutanan rakyat adalah diantaranya terbentuknya kelompok masyarakat
pecinta lingkungan yang produktif.
4.2. Analisa Pencapaian Struktur Ekonomi
Perkembangan sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura)
perkebunan dan kehutanan dalam pembangunan daerah Kabupaten Bandung
khususnya di bidang perekonomian diantaranya dapat dilihat melalui
perkembangan indikator-indikator yang mengusungnya, seperti kontribusinya
dalam pembentukan PDRB, LPE, kesempatan kerja dan perdagangan, disamping
itu perkembangan sektor pertanian juga dapat dilihat dari kontribusinya dalam
pembangunan ekonomi, ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan hidup di
Kabupaten Bandung.
Hasil pelaksanaan Program Pembangunan Pertanian pada Tahun 2012
dan 2013, secara nyata memberikan konstribusi terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) pada tahun 2013 mencapai Rp. 4.550.897,00 juta bila
dibandingkan dengan realisasi pencapaian PDRB sektor pertanian pada tahun
2012 sebesar Rp. 3.939.399,23 juta (berdasarkan harga berlaku), namun ditahun
2014 ini sector pertanian mengalami perlambatan nilai LPE. Sektor pertanian
yang merupakan salah satu penggerak ekonomi Kabupaten Bandung mengalami
perlambatan pertumbuhan dari 4.93 % di tahun 2013 menjadi 2.24%, di tahun
2014, melemahnya sektor pertanian di tahun 2014 ini dipengaruhi oleh
menurunnya pertumbuhan dari sub sector tanaman bahan makanan dan sub
sector kehutanan, tapi ditunjang juga oleh pelemahan sub sector listrik bahkan
mengalami pertumbuhan yang negative (PDRB/Analisis Pembangunan Ekonomi
BPS Kab. Bandung 2014)
Tabel 4.21 PDRB Kabupaten Bandung Berdasarkan Harga Berlaku
N
o Lapangan Usaha
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014**
A1
Pertanian (Tan Bahan Makanan, Perkebunan dan
Kehutanan)
3,007,028.13 3,452,210.59 3,939,399.23 4,550,897.00 4,907,635.29
1 Pertanian 3,471,661.92 3,978,936.25 4,518,784.28 5,171,870.00 5,672,739.51
2 Pertambangan dan Penggalian 580,783.81 642,359.10 686,014.49 673,133.71 657,379.05
3 Industri pengolahan 27,471,535.02 30,116,379.01 32,915,231.13 36,721,871.46 40,595,513.08
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 741,188.33 824,630.98 954,918.90 1,166,432.32 1,282,638.54
5 Bangunan/Kontruksi 764,990.68 852,508.61 947,236.94 1,143,674.37 1,294,611.80
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
7,796,200.55 8,920,233.69 10,436,027.24 11,795,595.18 14,326,868.98
7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,933,148.22 2,159,485.64 2,374,097.92 2,659,942.03 3,046,424.06
8 Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan 898,354.49 990,504.14 1,123,606.62 1,217,604.86 1,337,369.83
9 Jasa-jasa 2,434,375.72 2,806,725.22 3,115,489.15 3,783,648.37 4,731,802.73
PDRB Tanpa Migas 45,586,296.79 50,735,042.57 56,484,180.32 63,759,934.76 72,384,593.19
PDRB dengan Migas 46,092,238.72 51,291,762.65 57,071,406.68 64,333,772.50 72,945,347.59
Tabel 4.22 PDRB berdasarkan harga konstan
No Lapangan Usaha Tahun
2010 2011 2012 2013 2014**
A1
Pertanian (Tan Bahan
Makanan, Perkebunan dan Kehutanan)
1,379,154.21 1,445,611.39 1,536,322.36 1,618,127.00 1,627,319.21
1 Pertanian 1,602,050.01 1,688,263.14 1,787,255.22 1,875,353.00 1,917,297.12
2 Pertambangan dan Penggalian 282,922.47 291,397.20 286,309.40 274,200.00 267,532.18
3 Industri pengolahan 13,173,587.93 13,857,488.88 14,605,911.06 15,340,747.00 16,115,189.76
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 396,026.30 428,521.96 482,230.40 521,716.00 450,910.38
5 Bangunan/Kontruksi 381,103.63 411,973.98 432,749.38 471,553.00 515,076.89
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
3,474,795.78 3,748,625.24 4,073,645.70 4,444,168.00 4,897,376.79
7 Pengangkutan dan Komunikasi
892,448.05 960,418.42 1,036,304.54 1,103,080.00 1,192,305.82
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
474,864.56 508,799.47 550,913.19 572,224.00 608,133.47
9 Jasa-jasa 1,056,862.46 1,130,748.84 1,187,903.28 1,298,130.00 1,471,892.96
PDRB Tanpa Migas 21,495,196.73 22,782,763.18 24,208,462.46 25,676,876.00 27,215,195.03
PDRB dengan Migas 21,734,661.19 23,026,237.14 24,443,222.17 25,901,172.00 27,435,715.37
Tabel 4.23 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bandung
No Lapangan Usaha
Tahun - Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun - Atas Dasar Harga Konstan
2013 2014 2013 2014**
A1 Pertanian (Tan Bahan Makanan, Perkebunan dan Kehutanan)
7.07 6.73 7.07 5.94
1 Pertanian 8.00 7.78 7.24 6.99
2 Pertambangan dan Penggalian 1.04 0.90 1.06 0.98
3 Industri pengolahan 56.79 55.65 59.23 58.74
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.80 1.76 2.01 1.64
5 Bangunan/Kontruksi 1.77 1.77 1.82 1.88
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 18.75 19.64 17.16 17.85
7 Pengangkutan dan Komunikasi 4.11 4.18 4.26 4.35
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
1.88 1.83 2.21 2.22
9 Jasa-jasa 5.85 6.49 5.01 5.36
PDRB Tanpa Migas 99.11 99.23 99.13 99.20
PDRB dengan Migas 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : Produk Domestik regional Bruto Kabupaten bandung 2014, BPS Kabupaten Bandung (**Angka
Sementara).
PDRB sektor pertanian Kabupaten Bandung tahun 2014 mengalami
peningkatan dari tahun 2012 dan 2013, namun dari segi kontribusi PDRB seperti
dibahas sebelumnya diatas Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bandung
mengalami penurunan sebesar 0,25 (Bhn Makanan, Perkebunan dan Kehutanan)
bila dibandingkan dengan Tahun 2013. Sampai saat ini, penyumbang terbesar
terhadap PDRB tahun 2014 (harga berlaku) sektor pertanian di Kabupaten
Bandung adalah produksi pertanian tanaman pangan, disusul oleh produksi
perkebunan, peternakan, perikanan dan terakhir produksi kehutanan, dan PDRB
Kabupaten Bandung juga dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dan
Sektor Pertanian masih tetap menempati posisi ketiga terbesar dibawah Sektor
Industri Pengolahan serta Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.
Sektor Pertanian dalam Struktur Ekonomi Kabupaten
Bandung Tahun 2014
Hasil Sensus Pertanian 2003 (2012 belum keluar. BPS Kabupaten
Bandung) menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sumber
matapencaharian dari 535.120 Rumah Tangga atau 52,2 % dari total jumlah
Rumah Tangga di Kabupaten Bandung sebesar 1.024.871, sisanya 47,8 %
didominasi oleh kegiatan industri, buruh dan perdagangan.Informasi ini
menunjukkan peran dominan kegiatan pertanian dalam struktur ekonomi rumah
tangga pedesaan dan pertumbuhan perkonomian daerah.
Pertanian 52,2%
Non-Pertanian 47,8%
Pengguna Lahan 285.916
Bukan Pengguna Lahan 3.793
Petani Pemilik Lahan 245.411
Pertanian Non-Pertanian
Sejalan dengan meningkatkan peran sektor pertanian terhadap PDRB
Kabupaten Bandung serta meningkatnya kinerja sektor pertanian pada tahun
2014, yang ditandai dengan adanya akserelasi ertumbuhan PDRB terutama ADH
Berlaku, penting pula dilihat struktur mata pencaharian penduduk berdasarkan
lapangan usaha, dan berdasarkan data dari BPS (suseda 2008), sektor pertanian
mampu menyerap/menyediakan lapangan kerja bagi 20,66 % penduduk
Kabupaten Bandung. Selain berperan dalam memberikan lapangan pekerjaan
bagi masyarakat, sektor pertanian pun terbukti relatif paling tahan terhadap
krisis dibandingkan dengan sektor lainnya.
Dengan berdasarkan pada hal-hal tersebut diatas maka sektor pertanian
masih sangatlah layak untuk lebih dikembangkan lagi menjadi core bisnis di
Kabupaten Bandung. Selain itu Sektor pertanian pun merupakan sektor yang
cukup stategis yang harus didukung keberlangsungannya sebagai faktor
pendorong paling utama dalam percepatan pembangunan perdesaan.
Tabel 4.24 Persentase Lapangan Pekerjaan Penduduk berumur 15 Tahun keatas
Kabupaten Bandung Tahun 2008 – 2011.
Lapangan Pekerjaan 2008 2009 2010 2011
Angkatan Kerja yang Bekerja
Pertanian 20.66 21.87 18.91 22.2
Industri 27.08 29.87 29.23 32.47
Perdagangan 19.51 18.75 20.5 19.29
Jasa 10.21 12.49 14.14 10.79
Lainnya 22.54 17.02 17.22 15.24
Angkatan Kerja yang Menganggur 13.19 12.51 10.2 10.69
489.751 535.120
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
Dalam mengukur upaya kemajuan pembangunan di bidang pertanian
adalah dengan mengamati konstribusi PDRB sub sektor pertanian terhadap PDRB
Kabupaten Bandung yang ditandai dengan meningkat, menurun atau tetap
sebagai hubungan timbal balik antara nilai PDRB dengan konstribusi kinerja
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan. Pada Tahun 2014 terjadi kondisi
iklim yang ekstreem sehingga curah hujan menjadi sangat sedikit juga masih
terjadinya fluktuasi harga minyak mentah dunia dan munculnya gejolak ekonomi
global bencana alam yang tak diduga-duga sehingga secara tidak langsung
mempengaruhi pencapaian Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan ternyata LPE
sektor pertanian mengalami penurunan, ini dikarenakan selain oleh kendala
diatas juga dikarenakan tinginya inflasi di Kabupaten Bandung yang mencapai
6,38 %, lebih tinggi dari tahun 2012 (4,82 %) (PDRB BPS, BAPPEDA) yang salah
satu diantaranya adalah dipicu oleh naiknya TDL Listrik, BBM dan Gas, oleh
karena itu hanya sektor perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa lah
yang mengalami kenaikan. Namun LPE Kabupaten Bandung secara keseluruhan
pada tahun 2010 sampai tahun 2014 terus mengalami peningkatan walapun
masih mengalami akserelasi perlambatan dalam laju pertumbuhannya.
Tabel 4.25 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kab. Bandung Tahun 2010-2014
o Lapangan Usaha Tahun (Persen) Atas Dasar Harga Konstan
2010 2011 2012 2013* 2014**
1 Pertanian 6.66 5.38 5.23 4.93 2.24
2 Pertambangan dan Penggalian 4.87 3.00 - - 0.00
3 Industri pengolahan 5.24 5.19 5.40 5.03 5.05
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5.32 8.21 12.53 8.19 0.00
5 Bangunan/Kontruksi 7.17 8.10 5.04 8.97 9.23
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 8.21 7.88 8.86 9.10 10.20
7 Pengangkutan dan Komunikasi 5.78 7.62 7.90 6.44 8.09
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5.26 7.15 9.09 3.87 6.28
9 Jasa-jasa 5.60 6.99 5.05 9.28 13.39
PDRB Tanpa Migas 5.88 5.94 6.15 6.07 5.99
No Lapangan Usaha Tahun (Persen) Atas Dasar Harga Berlaku
2010 2011 2012 2013* 2014**
1 Pertanian 7.53 7.76 7.92 8.00 7.78
2 Pertambangan dan Penggalian 1.26 1.25 1.20 1.04 0.90
3 Industri pengolahan 59.60 58.72 57.67 56.79 55.65
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.61 1.61 1.67 1.80 1.76
5 Bangunan/Kontruksi 1.66 1.66 1.66 1.77 1.77
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 16.91 17.39 18.29 18.75 19.64
7 Pengangkutan dan Komunikasi 4.19 4.21 4.16 4.11 4.18
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.95 1.93 1.97 1.88 1.83
9 Jasa-jasa 5.28 5.47 5.46 5.85 6.49
PDRB Tanpa Migas 98.90 98.91 98.97 99.11 99.23
Dalam perdagangan, baik lokal (regional/nasional) maupun ekspor, sektor
pertanian Kabupaten Bandung merupakan salah satu pemasok utama komoditi
beras dan sayuran dataran tinggi maupun dataran rendah bagi daerah
perkotaan/konsumen potensial seperti : Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi,
serta pasar lokal baik di Kota Bandung, Kota Cimahi ataupun di Kabupaten
Bandung Barat serta pasar-pasar di Kabupaten Bandung sendiri.
Untuk komoditas beras, sampai saat ini Kabupaten Bandung memasok
kurang lebih 50-70 ton per hari ke Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta.
Sedangkan pada komoditas sayuran, 50% produksi sayuran Kabupaten Bandung
dijual ke pasar Jakarta dan sekitarnya, 25% dijual ke pasar Kota Bandung dan
sisanya dijual ke pasar lokal di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat, khusus
untuk komoditas kentang, Kabupaten bandung merupakan penghasil produksi
tertinggi di Jawa Barat, yaitu mencapai 70% dan sisanya sebesar 30% untuk
tingkat Nasional. Sedangkan sebagian dari komoditas Perkebunan (sepert teh,
kopi, cengkeh) dan Hortikultura (sayuran dan buah-buahan) baik yang berasal
dari perkebunan Negara, perkebunan besar swasta dan perkebunan rakyat
merupakan komoditas yang sebagian di ekspor.
Petani
Rumah Tangga Petani (RTP)
Petani dankeluarga tani perlu mengetahui dan meyakini adanya
kemungkinan-kemungkinan untuk memperbaiki penghidupan dan kehidupan,
serta berkeinginan untuk itu, maka mereka perlu menerapkan teknologi baru
untuk hasil produksi yang tinggi dan bermutu, mengorganisasikan dan mengelola
serta memanfaatkan perkembangan dari permintaan usaha taninya secara lebih
efektif juga efisien, dan memanfaatkan perkembangan dari permintaan dan
harga pasar untuk keuntungan yang lebih besar. Secara umum pembinaan
penyuluh pertanian diarahkan untuk memantapkan kemampuan, peranan dan
peran serta petani beserta keluarganya sebagai upaya mencapai pertanian yang
tangguh.
Kelompok Tani dan Gapoktan
Kelompok tani merupakan kumpulan orang-orang yang bergerak dalam
bidang pertanian yang terikat secara informal dalam satu wilayah kelompok yang
bekerja samaatas dasar saling percaya, saling asah dan saling asuh untuk
keberhasilan usaha taninya yang diketuai oleh seorang kontak tani dan berperan
sebagai uit produksi, wahana kerjasama dan kelas belajar. Peranan Kelompok
tani dalam pelaksanaan prongam pembangunan pertanian semakin penting dan
strategis, sehingga pembinaannya perlu lebih diarahkan dan diintensifkan.
Berdasarkan jenisnya, kelompok tani di Kab. Bandung tahun2013 dibagi
menjadi tiga yaitu Tani Dewasa (terbagi dalam kelas pemula, lanjut, madya dan
utama), Wanita Tani dan Pemuda Tani.
Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas yang lebih tinggi dalam
mengelola usaha taninya, kelompok tani bergabung menjadi Gabungan
Kelompok Tani (GAPOKTAN). Selain itu, beberapa petani atau Kelompok Tani
juga saling bergabung membentuk Asosiasi atau Paguyuban dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan, meningkat kuantitas dan kualitas produk serta
meningkatkan pemasaran baik di tingkat lokal, regional ataupun eksport ke
mancanegara. Asosiasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi Asosiasi Industri
Kecil Menengah Agro (AIKMA) dan Asosiasi Pedagang Komoditi Agro (APKA).
Pada tahun 2013, telah dibentuk asosiasi petani sayuran Kabupaten
Bandung. Asosiasi tersebut merupakan wadah komunkasi dan transfer
sumberdaya diantara para pelaku usaha sayuran.
Kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
Dalam rangka meningkatkan efesiensi dan efektivitas pengunaan air di
tingkat Kelompok Tani maka diharapkan adanya peran serta aktif dari organisasi
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dalam kegiatan pengaturan air ditingkat
usahatani, yaitu dalam pengelolaan air irigasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
tersier dan pedesaan yang sasarannya adalah terlaksananya pemberian air yang
optimal untuk setiap jenis tanaman guna menunjang peningkatan produksi
pangan. Selain tujuan tersebut P3A Mitra Cai juga diharapkan dapat menunjang
pelaksanaan Iuran Pelayanan Air Irigasi (IPAIR) dalam rangka menggerakan
partisipasi mesyarakat petani pemakai air dalam pembiayaan Operasi dan
Pemeliharaan jaringan irigasi.
Kelompok Usaha Pelayanan Jasa Alsin (UPJA)
Pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alsin dimulai Tahun 2013 Yang
dilaksanakan di 3 Kecamatan, sampai Tahun 2014 telah berkembang hingga 9
Kecamatan. Pengembangan sentra penumbuhan Usaha Pelayanan Jasa Alsin
merupakan salah satu alternative dalam rangka meningkatkan efektivitas dan
evisiensi usahatani dan memasyarakatkan penggunaan alat panen dan pasca
panen. Kondisi saat ini di Kabupaten Bandung telah terbentuk sebanyak 13
Kelompok UPJA.
BAB V PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA
Laporan Tahun 2014
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bandung
BAB V PERMASALAHAN
DAN UPAYA PEMECAHANNYA
5.1. Permasalahan dan Upaya Pemecahannya
Dalam pelaksanaan berbagai program kerja pembangunan pertanian di
Kabupaten Bandung tahun 2014 dihadapi berbagai hambatan dan permasalahan
yang pada dasarnya masih banyak kesamaan dengan tahun sebelumnya, di
antaranya yaitu :
a. Fluktuasinya iklim di Kabupaten Bandung seperti terjadinya kemarau yang
cukup panjang sehingga menimbulkan kekeringan pada lahan pertanian,
ataupun pada musim hujan yang cukup deras serta panjang sehingga
menimbulkan banjir dan menggenangi sawah. Hal ini coba diatasi dengan
mendirikan/membangun embung-embung yang jika musim hujan dengan air
berlimpah bisa dijadikan tempat penampungan air sehingga banjir bisa
diminimalisasi dan jika kemarau tiba air dalam embung tersebut bisa
digunakan untuk mengairi/menyiram tanaman pertanian, pembangunan
sumur pantek serta membangun/memperbaiki saluran-saluran air/irigasi baik
itu dengan kirmir ataupun JITUT dan JIDES sehingga tingkat kehilangan air
pada musim kemarau bisa diminimalisasi, penyedian pompa-pompa air untuk
antisipasi kekeringan, dan juga dilakukannya pergeseran/pergantian pola
tanam.
b. Penerapan Teknologi belum Optimal. Penerapan teknologi terutama teknologi
unggul tepat guna, spesifik lokasi, efisien dan ramah lingkungan, baik pada
tahapan pra produksi, produksi, pengamanan hasil, maupun pasca panen masih
belum optimal dan merata diterapkan di berbagai lokasi. Paket teknologi yang
diterapkan sebagian besar masih bersifat rekomendasi umum. Rendahnya
penggunaan teknologi ini disebabkan berbagai keterbatasan seperti permodalan,
aksesibilitas terhadap sumber informasi, teknologi spesifik lokasi, keterampilan
petani, dan insentif harga yang diterima. Selain itu, teknologi yang
dikembangkan selama ini masih terfokus pada tipologi lahan sawah, sedangkan
pada lahan kering yang cukup potensial belum banyak berkembang. Untuk
menanggulanginya, terus melakukan penyuluhan, sosialisasi serta bimbingan
teknis dan terus pula meningkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga
pendidikan dan latihan/perguruan tinggi.
c. Belum optimalnya distribusi bahan pangan terutama antar daerah di
kabupaten bandung. Upaya penanggulangan ini dilakukan melalui
peningkatan sarana dan prasarana distribusi.
d. Belum tercapainya kontinuitas serta kualitas produksi yang maksimal
sehingga dipasaran bebas kita masih kalah bersaing dengan yang lain dan
mengakibatkan harga jual pun menjadi minimal, Hal ini coba diatasi dengan
pembentukan forum/kemitraan dengan para pelaku pasar serta
pembangunan rumah kemasan diantaranya melalui penerapan SOP
(Standard Operasional Prosedur) GAP (Good Agriculture Practise), GHP
(Good Handling Practise), dan GMP (Good Manufacturing Practise).
e. Masih terjadinya fluktasi harga akibat dari cara serta pola tanam para petani,
untuk mengatasi hal tersebut dilakukan kerjasama/kemitraan dengan pihak
lain serta secara intensif malakuan penyuluhan akan pentingnya cara, jadwal
serta pola tanam yang dilakukan, dan juga dilakukannya perbaikan dan
peningkatan insfrastruktur pengairan pertanian.
f. Belum optimalnya diversifikasi konsumsi pangan penduduk yang masih
didomonasi oleh kelompok bahan pangan padi-padian. Untuk mengatasi hal
tersebut ditempuh melalui peningkatan diversifikasi baik produksi bahan
pangan maupun diversifikasi konsumsi melalui penyuluhan yaitu pentingnya
diversifikasi pangan yang berasal dari kelompok pangan hewani.
g. Masih terjadinya peralihan fungsi dari lahan pertanian ke non pertanian.
Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan kegiatan program peningkatan
intensifikasi pertanian (SL-PTT, SL-PHT dll), penaikan indeks pertanaman
(IP) dan diversifikasi usaha tani, antara lain dengan pemupukan yang
berimbang, pembuatan embung, sumur resapan dan pompanisasi.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari uraian yang telah disajikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara
keseluruhan baik kinerja kegiatan maupun kinerja pencapaian sasaran dalam
pelaksanaan APBD, APBD I, APBD II maupun APBN di Kabupaten Bandung yang
dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan pada tahun 2014 dapat
dikatakan telah memperlihatkan kinerja / hasil yang cukup baik dan maksimal sesuai
dengan rencana tingkat capaian (target) yang telah ditetapkan, baik pada indikator
input, output, outcome, benefit maupun impact. Demikian pula halnya dengan kinerja
pencapaian sasaran pembangunan pertanian yang umumnya telah mampu memenuhi
bahkan melebihi sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan rencana strategis dan
arah kebijakan umum.
Pada tahun 2014, ketersediaan pangan yang diindikasikan oleh jumlah
produksi tanaman pangan mengalami pertumbuhan positif dan melebihi target
kinerja yang telah ditetapkan. Pencapaian jumlah hasil produksi padi sampai
Desember 2014 ini mencapai 543.078 ton dari sasaran yang ditetapkan yaitu
509.667 ton GKG dengan produktivitas sebesar 62,87 kuintal/hektar. Pencapaian
ini melebihi target yang telah ditetapkan yang disebabkan oleh adanya perlakuan
dan langkah strategis dalam peningkatan produktivitas lahan dan komoditas padi
serta penurunan persentase kehilangan hasil akibat proses pasca panen dan
pengolahan hasil.
Sedangkan realisasi produksi jagung mencapai 81.078 ton pipilan kering.
Hasil panen jagung terbagi ke dalam dua bentuk produk yang jagung dipanen
muda dan jagung dalam bentuk pipilan kering. Pada tahun 2014 ini panen
jagung pipilan kering ternyata menurun bila dibandingkan dengan tahun 2013,
karena panen jagung mudanya untuk pakan tenak serta dijadikan sayuran cukup
besar karena budidaya jagung muda ternya dianggap petani dari segi ekonomi
lebih menguntungkan daripada pipilan kering apalagi dari segi waktu budidaya
yang cukup singkat serta sedikit/minimalnya perlakuan terhadap jagung yang
dipanen muda.
Lebih lanjut, Penanganan panen dan pasca panen di Kabupaten Bandung
pada tahun 2014 untuk komoditas padi dan jagung memperlihatkan
perkembangan yang cukup mengembirakan, hal ini salah satunya dapat dilihat
dari tingkat penurunan angka kehilangan hasil dalam hal pemanenan serta
pengolahan pasca panennya.
Disamping itu, pengembangan hortikultura memperlihatkan geliat laju
pertumbuhan. Buah-buahan lokal telah menjadi primadona pengembangan di
Kabupaten Bandung. Berbagai kegiatan telah dilaksanakan seperti pengembangan
intensifikasi dan ekstensifikasi termasuk pengembangan penangkaran benih/bibit.
Pengembangan intensifikasi dan ekstensifikasi stroberi melalui fasilitas green
house, benih/bibit, dan sarana pengairan menuju stroberi organik; dan fasilitasi
pengembangan pasca panen dan pengolahan hasil stroberi termasuk rumah
kemasan stroberi..
Tahun 2014 juga menjadi ajang untuk menciptakan kawasan buah-
buahan lokal di Kabupaten Bandung. Alpukat, jambu kristal, dan jeruk menjadi
komoditi unggulan yang dikembangkan. Kertasari dipusatkan dalam
pengembangan alpukat. Mulai dari penangkaran bibit alpukat hingga
pengembangan kawasan. Cileunyi merupakan salah satu produsen jeruk besar di
Kabupaten Bandung diarahkan untuk menghasil bibit spesifik lokal melalui jeruk
besar cikoneng. Stimulan green house, bibit, dan sarana prasarana pendukung
lainnya. Cimaung dan Banjaran dikembangkan sebagai sentra jambu
kristal/jambu biji.
Pengembangan unit-unit pengolahan hasil dan rumah kemasan diarahkan
untuk meningkatkan nilai tambah produk. Berbagai fasilitasi telah digulirkan pada
kelompok-kelompok usaha hortikultura dan perkebunan. Peningkatan kapasitas
pelaku usaha, stimulan mesin dan alat pasca panen dan pengolahan hasil, dan
pengembangan jaringan kerjasama kemitraan. Berikut unit rumah kemasan di
Kabupaten Bandung.
Pada sektor kehutanan, luas lahan kritis yang mampu tertanami seluas
1.592 hektar. Pola kemitraan antara pemerintah, stakeholder, dan masyarakat
diterapkan untuk mempercepatkan proses penanaman lahan kritis tersebut.
Disamping itu, pendekatan vegetatif dan ekonomi dipilih sebagai upaya langkah
aksi untuk merehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Bandung.
Namun demikian, tercatat juga beberapa kekurang berhasilan dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung tahun 2014 ini,
di antaranya adalah masih adanya beberapa komoditas pertanian yang belum mampu
mencapai produksi sesuai dengan target yang ditentukan. Kondisi tersebut sebagian
besar diakibatkan oleh keadaan alam yang berfluktuasi sacara ekstreem dan belum
mampu kita tangani serta memanipulasinya secara baik.
kondisi iklim pada MT. 2014 cukup bersahabat walau cuaca terkadang
ekstreem untuk membudidayakan padi/tanaman pangan lainnya, walaupun pada
beberapa titik sentra produksi mengalami puso akibat kekeringan. Lebih lanjut,
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan luas tanam melalui peningkatan
indeks pertanaman padi. Peningkatan IP tersebut dilaksanakan melalui
perbaikan/rehabilitasi jaringan irigasi dan atau pembangunan jaringan irigasi
baru, dinilai efektif. Dengan demikian, dampak negatif dari alih fungsi lahan
terhadap pencapaian jumlah produksi tanaman pangan, khususnya padi masih
bisa diminimalisasi melalui peningkatan IP dan peningkatan produktivitas
komoditas, disamping pengendalian OPT secara bersama-sama/sabilulungan
(Brigade Proteksi Tanaman).
Selain itu kondisi petani yang umumnya memiliki lahan usahatani yang
sempit dan permodalan yang minim, mengakibatkan produktivitas, efisiensi dan
pendapatannya sulit untuk dtingkatkan secara maksimal. Kondisi ini diperkirakan akan
menjadi masalah serius di masa yang akan datang mengingat alih fungsi lahan
pertanian menjadi non-pertanian terutama oleh pemukiman penduduk sampai saat ini
terus berlangsung dan sulit dihindarkan. Penerapan Teknologi pertanianpun belum
Optimal terutama teknologi unggul tepat guna, spesifik lokasi, efisien dan ramah
lingkungan, baik pada tahapan pra produksi, produksi, pengamanan hasil, maupun
pasca panen.
6.2 Saran
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pelaksanaan kegiatan pembangunan
pertanian di Kabupaten Bandung di tahun-tahun mendatang masih perlu difokuskan
pada upaya-upaya untuk:
a. Lebih meningkatkan akses para petani ataupun Kelompok Tani dalam
kepemilikan sarana produksi.
b. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan SDM pertanian, baik
petugas maupun petani melalui upaya-upaya pembinaan dan bimbingan teknis,
penyuluhan pertanian, serta pengembangan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan.
c. Memperkuat kelembagaan tani dan usahatani melalui upaya-upaya fasilitasi,
baik pada subsistem hilir, produksi maupun off-farm.
d. Adanya dukungan dari semua pihak terkait terutama pemerintahan dalam
memfasilitasi serta menjalankan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dan
mendukung keberhasilan program-program yang dilakukan dan dilaksanakan
agar mendapatkan hasil yang maksimal dan dapat diteruskan secara
berkesinambungan ditahun-tahun selanjutnya.