lk3-makalah pertamina
DESCRIPTION
LK3 DI PERTAMINATRANSCRIPT
1
PENERAPAN LK3 DALAM INDUSTRI PERTAMINA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia telah
membawa dampak positif bagi perkembangan dunia industri di
Indonesia. Dengan menerapkan teknologi tinggi pada proses
produksi sangat membantu peningkatan kuantitas dan kualitas hasil
produksi. Tetapi di sisi lain penggunaan teknologi tinggi juga
membawa dampak negatif yang begitu komplek, antara lain
timbulnya faktor-faktor bahaya dan potensi bahaya. Faktor dan
potensi bahaya tersebut apabila tidak dikendalikan dapat
menimbulkan kerugian baik itu korban, harta benda, maupun
lingkungan sekitar. Melihat potensi bahaya dan akibat yang
ditimbulkan cukup besar, maka perlu diadakan upaya-upaya
pengendalian untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan
kerja.
PT Pertamina (Persero) adalah sebuah BUMN yang
bertugas mengelola penambangan minyak dan gas bumi di
Indonesia. Kegiatan Pertamina dalam menyelenggarakan usaha di
bidang energi dan petrokimia terbagi ke dalam sektor Hulu dan
Hilir, serta ditunjang oleh kegiatan anak-anak perusahaan dan
perusahaan patungan.
Makalah ini disusun untuk dapat memberikan gambaran
sejauh mana penerapan K3 di perusahaan tersebut juga dapat
memberikan tambahan informasi mengenai kondisi lingkungan
kerja yang bisa digunakan sebagai bahan masukan untuk
mengadakan tindakan koreksi dan perbaikan lingkungan di
perusahaan.
2
1.2 Rumusan masalah
1. Apa saja faktor bahaya dan potensi bahaya di PT. Pertamina?
2. Apa upaya untuk pengendalian faktor bahaya di PT.Pertamina?
3. Bagaimana penerapan LK3 di PT. Pertamina?
4. Bagaimana sistem pengendalian lingkungan yang diterapkan
oleh PT. Pertamina?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui faktor-faktor dan potensi bahaya yang terdapat di PT. Pertamina.
2. Mengetahui dan mempelajari upaya untuk pengendalian faktor-faktor dan potensi bahaya di PT. Pertamina.
3. Mengetahui dan mempelajari upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan kerja di PT. Pertamina.
4. Mengetahui dan mempelajari pelaksanaan program LK3 di PT. Pertamina.
3
BAB II
ISI
2.1 Definisi dan Kebijakan LK3
Komitmen Pertamina terhadap aspek lingkungan ditunjukkan
dengan dikeluarkannya kebijakan Dirut pada 11 Februari
2009.”Salah satu butirnya menggunakan teknologi terbaik untuk
mengurangi dampak dari kegiatan operasi terhadap manusia, aset
dan lingkungan.
Pertamina mengupayakan keberlanjutan lingkungan dan
ekosistem dalam jangka panjang antara lain dengan pengurangan
emisi gas rumah kaca. Dalam RJPP 2010 -2014 Pertamina
menetapkan sasaran HSSE Excellence yakni nihil insiden
(termasuk pencemaran), nihil gangguan operasi akibat insiden,
pematuhan terhadap aspek HSSE dan reputasi yang baik di mata
stakeholders.
Karena itu unit operasi didorong untuk
mengimplementasikan ISO 14001, sebagai parameter pengelolaan
lingkungan bertanggung jawab.ISO 14001 (International
Organization for Standardization) adalah seri standar internasional
yang berisi manajemen lingkungan yang bertujuan untuk
menyiapkan Sistem Manajemen Lingkungan yang efektif bagi
organisasi.ISO 14001 ini juga dapat membantu organisasi untuk
mencapai tujuan lingkungan dan ekonomi.Pertamina sampai saat
ini terdapat hampir 28 unit operasi yang sudah mendapatkan
sertifikasi ISO 14001.
a. Obyektif
Nihil Insiden
4
b. Tujuan
PT Pertamina (Persero) dan Anak Perusahaannya mempunyai
komitmen melindungi setiap orang, aset perusahaan, lingkungan
dan komunitas sekitar dari potensi bahaya yang berhubungan
dengan kegiatan PT Pertamina (Persero).
c. Komitmen
Manajemen lini maupun pekerja dengan sungguh-sungguh :
1. Memberikan prioritas pertama untuk aspek Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan.
2. Mengidentifikasi potensi bahaya dan mengurangi risikonya
serendah mungkin untuk mencegah terjadinya insiden.
3. Menggunakan teknologi terbaik untuk mengurangi dampak
dari kegiatan operasi terhadap manusia, aset dan lingkungan.
4. Menjadikan kinerja Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lindungan Lingkungan dalam penilaian dan penghargaan
terhadap semua pekerja.
5. Meningkatkan kesadaran dan kompetensi pekerja agar dapat
melaksanakan pekerjaannya dengan benar dan aman.
6. Menciptakan dan memelihara harmonisasi hubungan dengan
stakeholder di sekitar kegiatan usaha untuk membangun
kemitraan yang saling menguntungkan.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) bertanggung jawab
untuk menjamin agar Kebijakan Keselamatan, Kesehatan Kerja
dan Lindungan Lingkungan ini diimplementasikan dan
efektifitasnya ditinjau secara berkala.
Setiap manajemen lini maupun pekerja serta mitra kerja
disemua area kegiatan dibawah pengendalian PT Pertamina
(Persero) bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mentaati
5
Kebijakan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan
Lingkungan.
2.2 Beban yang Berpengaruh terhadap LK3 di PT. PERTAMINA
2.2.1 Tanggung Jawab
Karyawan SPPBE/SPPEK/SPBE juga mempunyai tanggung
jawab, yaitu harus :
a. Memperhatikan dan mematuhi segala peraturan dan
kebijakan PT PERTAMINA (PERSERO) tentangK3LL.
b. Mengikuti seluruh instruksi tentang K3LL yang diberikan
oleh Pengelola SPPBE/SPPEK/SPBE.
c. Melaporkan seluruh kecelakaan, kejadian, sumber-
sumber potensial bahaya dan kerusakan peralatan pada
SPPBE/SPPEK/SPBE kepada Pengelola
SPPBE/SPBE/SPPEK.
2.3 Aspek Penyebab Kecelakaan Kerja
2.3.1 Ketentuan Khusus dan Ketentuan Umum
a. Area SPPBE/SPBE/SPPEK merupakan daerah
berbahaya sehingga diberlakukan ketentuan-ketentuan
khusus untuk mencegah kecelakaan kebakaran dan
pencemaran.
b. Dalam area SPPBE/SPEB/SPPEK tidak diperkenankan
mengadakan kegiatan selain yang berkaitan dengan
penyaluran LPG dan usaha penunjangan kecuali dengan
izin PT. PERTAMINA (PERSERO)
c. Para pekerja SPPBE/SPEB/SPPEK harus mengenakan
Alat Pelindung Diri sesuai dengan analisa resiko dan
dampak kegiatan yang dilakukan.
6
d. Kebersihan areal SPPBE/SPBE/SPPEK harus selalu
terpelihara dan terjaga.
e. Dilarang merokok, membawa handphone (telepon
genggam), membuat api terbuka atau pekerjaan yang
menimbulkan bunga api di area SPPBE/SPBE/SPPEK
f. Area SPPBE/SPBE/ SPPEK harus aman dari sumber api
dengan cara pengaturan jarak aman (safety distance)
atau tembok pembatas
2.4 Dampak dari Aspek Kecelakaan dan Pengendaliannya
Kecelakaan yang sering terjadi di PT.PERTAMINA adalah
kebakaran.
2.4.1 Pencegahan Kebakaran
a. Semua perlengkapan listrik yang akan dipasang di
SPPBE/SPBE/SPPEK harus disesuaikan dengan
standard code yang umum dipakai ( IP Electircal Safety
Code) dan P.U.I.L. 2002.
b. Karyawan SPPBE/SPBE/SPPEK harus memastikan
bahwa tidak terdapat akumulasi uap LPG yang dalam
kondisi tertentu dapat terbakar atau meledak
a. Kesehatan
1. Mencegah Penyakit akibat Kerja.
2. Menciptakan Iklim Kerja yang sehat serta mendukung
Kesehatan Pekerja secara Optimal.
b. Keselamatan
1. Tanpa Insiden.
2. Menghilangkan faktor-faktor resiko Kecelakaan Kerja.
3. Mencegah Penyakit akibat Kerja.
4. Menciptakan Iklim Kerja yang sehat serta mendukung
Kesehatan Pekerja secara Optimal.
c. Keamanan
1. Tanpa Kehilangan Asset akibat Pencurian.
7
2. Tanpa terhentinya Operasi akibat gangguan Keamanan.
3. Tanpa Kehilangan Asset akibat Pencurian.
4. Tanpa terhentinya Operasi akibat gangguan Keamanan.
d. Lingkungan
1. Tanpa Pencemaran Lingkungan, tumpahan minyak.
2. Tanpa limbah berbahaya.
3. Komitmen dalam pengurangan Emisi terhadap lingkungan.
4. Komitmen dalam pemakaian Energi (Energy Eficiency).
e. TRAINING (HSE Training Center – Sei Gerong)
Statement: "Dalam hal pengembangan Kompetensi HSE,
Pertamina berkomitmen dalam meningkatkan kemampuan
maupun keahlian Pekerjanya, terutama dalam aspek HSE yang
memenuhi Persyaratan Lokal maupun Internasional."
Pengembangan Kompetensi dan keahlian dalam aspek
HSE merupakan prioritas dalam pengelolaan Sumber Daya
Manusia (SDM) di Pertamina, sehingga setiap pekerja wajib
menjalani Safety Mandatory Training, HSE Training Module
untuk aspek Operasi dan HSE Leadership Training dengan
Standar Internasional.
Untuk naik ke jenjang Jabatan yang lebih tinggi, maka
seorang pekerja wajib mengikuti pelatihan Modul HSE yang
sesuai dengan Jabatan yang akan dicapainya dalam waktu
tertentu.
2.5 Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
2.5.1 Kesehatan Kerja
a. Apabila LPG bersentuhan dengan kulit akan
menimbulkan luka bakar dingin yang serius. Sarung
tangan panjang harus selalu digunakan apabila
menangani LPG.
8
b. Uap LPG tidak boleh dihirup konsentrasi uap yang tinggi
akan menimbulkan kepeningan dan sesak nafas karena
kekurangan oksigen.
c. Semua karyawan/operator SPPBE/SPBE/SPPEK harus
mengikuti latihan pemadam kebakaran sebelum
SPPBE/SPBE/SPPEK dioperasikan
d. Latihan pemadam kebakaran bagi operator
e. SPPBE/SPBE/SPPEK harus dilakukan setiap 6 bulan.
2.5.2 Penanggulangan Kebakaran dan Pencemaran
Prosedur Pemadaman Kebakaran/Ledakan:
a. Karyawan atau petugas yang mengetahui terlebih dahulu
segera memadamkan api dengan menggunakan alat
pemadam portable yang terdekat.
b. Beritahukan yang lain dengan berteriak “KEBAKARAN”
c. Upayakan agar tidak timbul kepanikan pada konsumen
atau petugas yang berada di sekitar
SPPBE/SPBE/SPPEK.
d. Alat pemadam harus diperiksa setiap 6 bulan sekali oleh
petugas perusahaan yang berwenang meliputi kondisi
fisik tabung, kondisi slang dan nozzle kondisi tepung dan
tekanan gas. Hasil dan tanggal pemeriksaan harus
dicantumkan pada tabung pemadam.
e. Setiap karyawan SPPBE/SPBE/SPPEK harus
memahami dan terlatih menggunakan alat pemadam
kebakaran yang tersedia di SPPBE/SPBE/SPPEK. Tata
cara pengoperasian alat pemadam.
2.6 Alat Pelinding Diri (APD)
Definisi APD dalam HSE regulasi adalah semua peralatan
yang melindungi pekerja selama bekerja termasuk pakaian yang
harus di pakai pada saat bekerja, pelindung kepala (helmet),
9
sarung tangan (gloves), pelindung mata (eye protection), pakaian
yang bersifat reflektive, sepatu, pelindung pendegaran (hearing
protection) dan pelindung pernapasan (masker). [HSE, 1992]
Penggunaan APD di tempat kerja di sesuaikan dengan
pajanan bahaya yang di hadapi di area kerja. Berikut adalah jenis
bahaya dan APD yang diperlukan:
Tabel 1. Jenis bahaya dan APD yang diperlukan
No Tubuh Yang
Dilindungi
Bahaya APD
1 Mata Percikan bahan kimia, debu,
proyektil, gas, uap, radiasi
safety
spectacles,
goggles,
faceshields,
visors.
2 Kepala Kejatuhan benda, benturan,
rambut tertarik mesin
Helmet
3 Sistem pernapasan Debu, gas, uap, fume,
kekurangan oksigen
Respirator,
alat bantu
pernapasan
4 Melindungi badan Panas berlebihan, tumpahan
atau percikan bahan kimia
Cover all,
pakaian anti
panas/api
5 Tangan Panas, terpotong, bahan kimia,
sengatan listrik
Sarung
tangan
6 Kaki Tumpahan bahan kimia,
tertimpa benda, sengatan listrik
Sepatu
safety
10
2.6.1 Peralatan Pemadam Kebakaran
a. SPPBE/SPBE/SPPEK harus dilengkapi dengan fasilitas
fixed firesystem yang terdiri dari firepump, fireline,
firehydrant, dan water sprinkler sebagai upaya proteksi
dari bahaya kebakaran.
b. Di era SPPBE/SPBE/SPPEK harus selalu tersedia alat
pemadam api ringan maupun beroda dalam jumlah yang
cukup menurut ketentuan PT. PERTAMINA (PERSERO)
dan selalu dalam keadaan siap pakai.
c. Alat pemadam harus ditempatkan pada lokasi yang telah
ditentukan dan tidak dibenarkan dipindahkan tanpa izin
petugas setempat.
2.6.2 Peralatan dan Fasilitas
Peralatan yang digunakan dalam rangka menjaga
kondisi keselamatan, kesehatan kerja, dan lindungan
lingkungan di SPPBE/SPBE/SPPEK adalah :
1. Fixed Fire System, yang terdiri dari :
Fire pump dan jockey pump
Jockey pump memastikan bahwa fire line selalu
bersifat pressurized. Perlu dilakukanperformance test
terhadap fire pump setiap tahunnya untuk mengetahui
apakah kinerja pompamasih memenuhi standar yang
berlaku.
Kolam air pemadam
Kolam air pemadam harus selalu terisi penuh
untuk memenuhi kebutuhan pemadaman
denganskenario kebakaran terburuk. Perlu dilakukan
pengurasan kolam air pemadam setiap
tahunnyasebagai upaya untuk melakukan
pemeliharaan terhadap kolam air tersebut.
11
Fire line dan fire hydrant dan hose box
Jumlah fire hydrant dan hose box harus
memenuhi persyaratan minimum yang
diperlukanberdasarkan ketentuan yang berlaku yaitu
pemasangan hydrant dan hose box pada setiap 45-
60meter fire line. Setiap hose box harus diisi dengan
fire hose (selang pemadam) dan nozzle.
Water sprinkler
Terpasang pada tangki timbun dan filling hall
sebagai fasilitas untuk memadamkan
ataumendinginkan peralatan yang terkena api.
2. Alat pemadam kebakaran,
Merek dan jenis yang digunakan telah seusai dengan
vendor list PT.PERTAMINA (PERSERO), yaitu jenis Alat
pemadam api ringan jenis CO2 untuk ruang genset atau
ruang listrik. Posisi penempatan alat pemadam
kebakaran harus ditentukan sejak awall
SPPBE/SPBE/SPPEKberoperasi dan dilarang untuk
dipindahkan oleh siapapun tanpa izin dari pengelola
SPPBE/ SPBE/SPPEK.Perlu dilakukan pengecekan
berkala setiap 6 bulan sekali terhadap setiap alat
pemadam.
3. Tanda dan rambu peringatan :
Tanda-tanda peringatan dan rambu-rambu yang
harus ada di SPPBE/SPBE/SPPEK adalah :
Petunjuk tata cara pembongkaran LPG
Tanda dilarang merokok
Tanda harus mematikan mesin kendaraan saat
pengisian LPG
Tanda dilarang menyalakan hand phone/telepon
genggam
12
Tanda dilarang menggunakan kamera di area
SPPBE/SPBE/SPPEK
Alat pemadam api beroda
Jenis “Dry Chemical Powder”
Kapasitas 70 kg yangditempatkan di dekat
tangki timbun dan filling hall. (catatan : jumlah
racun apiberoda tergantung luas dan sarana di
SPPBE/SPBE/SPPEK)
Alat pemadam api ringan
Jenis “Dry Chemical Powder”
Kapasitas 9 kg yang ditempatkan di setiap
tiang filling hall, kantor dan gudang.
Rambu peringatan sedang dalam proses
pembongkaran LPG
Tanda dilarang untuk memasuki area tertentu di
SPPBE/SPBE/SPPEK
Tanda dilarang berjualan di area
SPPBE/SPBE/SPPEK
Rambu-rambu petunjuk arah lalu lintas di
SPPBE/SPBE/SPPEK
Tanda dan rambu peringatan tersebut harus dibuat
dengan gambar atau tulisan yang jelas dan mudah
dimengerti oleh setiap orang yang berada dilingkungan
SPPBE/SPBE/SPPEK
Berukuran cukup besar sehingga dapat dilihat dan
dibaca dengan jelas dalam jarak minimal 10 meter
Dipasang pada ketinggian yang sesuai (eye level
4. Grounding system
Grounding system dibuat untuk menghindari
terjadinya bahaya kebakaran akibat sambaran petir
danaliran listrik statis. Hal ini diterapkan pada tangki
timbun, dispenser, generator dan sistem kelistrikan.
13
Semua grounding system tersebut harus di periksa
setahun sekali.
Besar tahanan grounding maksimumyang
dipersyaratkan adalah maksimal 7 ohm untuk sarana
peralatan non listrik dan maksimal 4 ohm untuk
sarana peralatan listrik, kecuali ditentukan lain sesuai
spesifikasi peralatan.
2.7 Penerapan 5R PT. PERTAMNA
2.6.1 PenimbunanSetiap proses penimbunan produk bulk LPG haruslah
diperhatikan langkah-langkah pekerjaan yangbersifat teknis maupun administrasi dan keamanan pekerjaan tersebut. Kegiatan proses penimbunanproduk harus didukung oleh prosedur administrasi dan teknis yang merupakan pertanggung jawaban daripersediaan bulk LPG.
2.6.2 PengisianSebelum melakukan pengisian agar diyakinkan semua
peralatan dalam keadaan siap pakai.Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Drain semua tank air compressor (air receiver ), buang air yang ada.
b. Pelumasan selalu dijaga untuk transfer pump, air compressor, filling machine conveyor
c. Periksa/catat ukuran temperatur dan tekanan di storage tank
2.6.3 Proses Pengisian Tabung Operator/petugas harus memakai pakaian seragam, safety
helmet, safety shoes,masker dan sarung tangan. Periksalah berat tabung kosong sebelum tabung
ditempatkan di filling machine,karena setting timbangan pada filling machine didasarkan pada berat tabungkosong, berat hoses dan filling head serta berat LPG yang akan diisikan.
Tekanan pengisian tidak boleh mencapai tekanan buka dari katup keselamatanyang terpasang
Yakinkan bahwa filling machine dalam kondisi baik, periksa filling hoses danfilling head.
Lakukan setting timbangan pada berat yang dikehendaki secara otomatis. Untuk timbangan manual, diset sesuai berat tabung kosong, Proses pengisian akanberhenti bila isi tabung sudah cukup.
Tabung agar diisi dengan teliti dan tepat, lakukan pemeriksaan agar tidak terjadiselisih pengisian.
Pastikan koneksi antara filling head dan kerangan tabung terhubung dengan baik untuk menghindari kebocoran.
14
Lakukan tes kebocoran (leakage test) dengan direndam kedalam air, visual check dan alat tes kebocoran lainnya. Jika terdapat tabung yang bocor, agar dipisahkanuntuk dikosongkan (dengan evacuation pump), kemudian tabung dipindahkankelokasi tabung repair.
Lakukan penimbangan ulang untuk meyakinkan bahwa isi LPG dalam tabungtepat isi.10.
Pasang safety seal cap dan plastic wrap untuk tabung ukuran 3 kg, 6 kg, 12 kg dansafety plug dan segel untuk tabung ukuran 50 kg, sebagai jaminan isi dan mutuLPG.
Bila kegiatan pengisian selesai, tutup semua kerangan dan matikan fillingmachine.
Bersihkan area pengisian dan semprotkan udara bertekanan untuk menghilangkansisa-sisa LPG yang tertinggal dibawah conveyor.
2.8 JSA 2.8.1 Pengawasan, Pemantauan dan Pelaporan
Pemantauan aspek Lindungan Lingkungan berupa :
pemantauan kualitas udara yang dilakukanmengacu sesuai
dokumen UKL dan UPL yang telah disetujui oleh instansi
yang berwenang.
Pemeriksaan kondisi alat pemadam kebakaran
dilakukan setiap 6 bulan oleh petugas yang berwenang.
Pengukuran
Grounding dilakukan setiap tahun oleh petugas yang
berwenang.
Hasil pemantauan, pengukuran dan pemeriksaan
aspek K3LL dilaporkan kepada PT
PERTAMINA(PERSERO).
Setiap terjadi kecelakaan atau kebakaran yang terjadi
di SPPBE/SPBE/SPPEK harus dilaporkankepada LK3 / SR
PT PT PERTAMINA (PERSERO) dengan cara :- Lisan atau
melalui telpon segera setelah kejadian.- Dengan laporan
tertulis selambat-lambatnya 2 x 24 jam setelah
kejadian.Laporan dibuat rangkap sesuai dengan tembusan
menurut kebutuhan atau petunjuk Pertamina GasDomestik
Region setempat dan ditandatangani oleh pimpinan
15
SPPBE/SPBE/SPPEK.Copy laporan disimpan dengan baik
di SPPBE/SPBE/SPPEK dan dapat ditunjukkan bila
diperlukan
2.8.2 Kelengkapan dokumen
Dokumen yang digunakan dalam pemeliharaan
peralatan dan fasilitas SPPBE/SPPEK/SPBE terdiri dari:
1. Jadwal Pemeriksaan Rutin dan PemeliharaanJadwal
dibuat sebulan sekali yang didalamnya berisi detail
pekerjaan harian, mingguan dan bulanan.Setiap kali
selesai melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan,
Teknisi wajib mengisi checklist sehingga diketahui
sejauh mana pemeriksaan dan pemeliharaan tersebut
dilakukan.
2. 2.Laporan KerusakanLaporan kerusakan peralatan
diisi oleh Teknisi dan dilaporkan kepada
pengelolaSPPBE/SPPEK/SPBE.
3. 3.Kartu Riwayat Alat ( Historical Card )Kartu ini diisi
setiap kali pekerjaan pemeliharaan selesai dilakukan,
termasuk penggantian sukucadang. Kartu ini juga
digunakan untuk mengevaluasi peralatan,
memprediksi umur peralatan sertamenentukan kapan
jadwal pemeliharaan berikutnya.
4. 4.Kartu Stok Suku Cadang (spare part sstock
card )Kartu ini berisi nama peralatan, spesifikasi dan
jumlah suku cadang utama yang dibutuhkan.
2.9 Sistem Managemen K3 PT PERTAMINA
Segenap Pimpinan dan Pekerja PT. Pertamina (Persero) bertekad
meningkatkan Kinerja Perusahaan yang berkelanjutan untuk menjadi
Perusahaan yang Unggul dan Berdaya Saing Kuat dalam bidang Energi
mulai dari sektor Hulu hingga Hilir serta menciptakan alternatif baru
16
dalam penyediaan sumber energi yang lebih efisien dan berkelanjutan serta
berwawasan lingkungan serta ditunjang oleh kegiatan anak-anak
perusahaan dan perusahaan patungan dalam kesatuan Usaha yang Sehat
guna meningkatkan Nilai Perusahaan dalam memenuhi harapan
Shareholder dan Stakeholder, melalui penerapan :
1. Sistem Manajemen Mutu secara Konsisten.
2. Sistem Manajemen Resiko dalam pencapaian hasil usaha.
3. Manajemen Lingkungan, untuk Menciptakan Proses Kerja yang
Ramah Lingkungan.
4. Sistem Manajemen Perlindungan Informasi, untuk menjaga
Kerahasiaan dan menyediakan Informasi yang Handal.
5. Pedoman Tata Nilai Perusahaan berdasarkan Prinsip-prinsip Clean,
Competitive, Confidents, Customer Focused, Commercial dan
Capable.
Pertamina beserta Manajemen dan Pekerjanya sangat
memperhatikan Aspek-Aspek Keselamatan dan Keamanan dalam
bekerja dan beraktifitas.Pertamina menjamin lingkungan Kerja
yang ramah lingkungan, operasi tanpa limbah berbahaya dan
ramah lingkungan serta berusaha menekan emisi terhadap
lingkungan serta meningkatkan Efisiensi Energi. Pertamina
berkomitmen dalam meningkatkan kemampuan maupun keahlian
Pekerjanya, terutama dalam aspek HSE yang memenuhi
Persyaratan Lokal maupun Internasional.
OHSAS 18001 adalah suatu standar internasional untuk
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.Diterbitkan
tahun 2007, menggantikan OHSAS 18001:1999, dan dimaksudkan
untuk mengelola aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
daripada keamanan produk.
OHSAS 18001 menyediakan kerangka bagi efektifitas
manajemen K3 termasuk kesesuaian dengan peraturan
perundang-undangan yang diterapkan pada aktifitasaktifitas anda
dan mengenali adanya bahaya-bahaya yang timbul.
17
Manfaat pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di bawah yang berlaku dan kontrak sehingga
dapat memberikan nilai tambah bagi Perusahaan.
1. Secondary party audit
2. Third party audit
Mekanisme standar OHSAS 18001 adalah:
1. Perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
karyawan
2. Mengurangi resiko kecelakaan
3. Motivasi karyawan lebih tinggi
4. Pengurangan biaya operasi dan biaya kecelakaan kerja
5. Meningkatkan citra & image perusahaan
Dalam bidang kesehatan kerja, Pertamina telah membentuk
kerja sama sistem penyelamatan korban melalui kerja sama
MEDEVAC (Medical Evacuation) dikarenakan respon cepat sangat
penting dalam efektivitas penyelamatan nyawa dan minimasi
tingkat kecacatan dalam pengelolaan MERP.
18
Gambar 1. Management LK3 di PT. Pertamina
Gambar 2. Elemen Managemen LK3 di PT. PERTAMINA
2.10 Audit SMK3
Unsur Audit SMK3:
Audit SMK3 merupakan proses verifikasi secara sistematis dan
terdokumentasi untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
objektif.
Alat untuk mengukur besarnya keberhasilan pelaksanaan dan
penerapan SMK3 di tempat kerja dilakukan secara independen
atau Badan Audit independen.
2.10.1 Laporan Pelaksanaan Tugas Internal Audit Tahun 2013
Disepanjang tahun 2013, Internal Audit telah melakukan
berbagai kegiatan pengawasan yang diantaranya meliputi
kegiatan audit atas joint venture dan audit internal. Selain itu
19
Internal Audit juga melakukan audit ataupun special assignment
atas fungsi dan kegiatan tertentu di Perusahaan berdasarkan
kebutuhan manajemen Perusahaan. Kegiatan tersebut dapat
berbentuk audit, review ataupun verifikasi atas berbagai hal.
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
1. Audit atas Joint Venture dan Audit Internal
Direksi Perusahaan memiliki komitmen yang kuat dalam
pengamanan aset perusahaan terutama yang berkaitan dengan
investasi di anak-anak perusahaan dalam bentuk Joint
Operating Body, Participating Interest (PI), Pertamina
Participating Interest (PPI), dan Badan Operasi Bersama
(BOB),
investasi dalam akuisisi baru di dalam negeri, serta
beberapa investasi di luar negeri. Audit dilakukan oleh Internal
Audit sendiri atau secara bersama-sama dengan tim audit
Partner - non Operator dalam bentuk audit bersama (joint
audit). Tujuan audit untuk memastikan telah dipenuhinya
seluruh ketentuan dalam PSC/ JOA oleh Operator maupun
untuk diperolehnya suatu simpulan terkait dengan suatu
kesepakatan dengan partner atas suatu kegiatan operasional.
Kegiatan audit terdiri atas 2 (dua) yaitu:
b. Audit atas Joint Venture /Investasi JOB/IP/
PPI/BOB/GMB/Luar Negeri
Pada tahun 2013, Internal Audit sudah melakukan audit
Joint Venture Audit sebanyak 34 audit pada Anak Perusahaan
dengan rincian berikut:
JOIN VENTURE AUDIT
Anak Perusahaan Subsidiaries PI%
20
ONWJ* 52.28%
WMO* 80%
Nunukan 35%
Raja (JOB P-GSIL) 50%
Jambi Merang PSC 50%
SK-305 Block 30%
10 & 11.1 Block 10%
CPP PSC (BOB BSP) 50%
South Jambi PSC 25%
Randugunting PSC 40%
Makassar Strait PSC 10%
Block 3, Qatar 25%
Corridor PSC 10%
Tuban PSC (JOB P-PEJ) 50%
Salawati Basin PSC 10%
Tanjung II 100%
Tanjung IV 56%
Tabel 1. Audit Joint Venture
c. Temuan Audit atas Joint Venture Investasi
JOB/IP/PPI/BOB/GMB/Luar Negeri
Pada tanggal 31 Desember 2013, terdapat beberapa
temuan audit atas Entitas Anak Perusahaan yang terkait
dengan isu noncost recovery, isu pembebanan home office
overhead, isu inventory dead stock, cash call yang belum
21
dibayarkan dan isu-isu lainnya. Perusahaan berkeyakinan
bahwa isu-isu audit tersebut dapat diselesaikan dengan
pengaruh tidak signifikan terhadap laporan keuangan
konsolidasian PHE.
2. Audit Internal
Pada tahun 2013, kegiatan audit Internal yang telah
dilakukan oleh Internal Audit ada 2 (dua) kegiatan utama yaitu:
JOIN VENTURE AUDIT
AUDIT INTERNAL JENIS AUDIT
Audit Pengadaan Operasional
Audit Pengendalian Internal pada
Kas
Operasional
Tabel 2. Audit Internal
Temuan audit internal terkait dengan ketidakpatuhan
yang dilakukan oleh pekerja atas pedoman, kebijakan dan
prosedur baik keuangan maupun kegiatan operasional PHE
yang mempengaruhi kondisi keuangan dan operasi PHE.
Sampai saat ini belum dijumpai adanya temuan audit internal
yang mempengaruhi kondisi keuangan dan efektifitas serta
efisiensi operasi PHE.
22
Gambar 3. Mekanisme Audit SMK3
2.10.2 Komponen Pengendalian Internal Perusahaan:
1. Lingkungan Pengendalian;
2. Penilaian Risiko;
3. Aktivitas Pengendalian;
4. Informasi dan Komunikasi;
5. Monitoring.
2.10.3 Desain Sistem Pengendalian Internal
Manajemen puncak dan manajemen fungsi
bertanggungjawab untuk menjaga dan meningkatkan
efektivitas praktik-praktik bisnis dan efektivitas pengendalian
internal. Sistem tersebut akan berbeda-beda tergantung
pada aktivitas lingkungan operasional dan besarnya entitas,
keragaman operasi dan tingkatan sentralisasi manajemen
keuangan dan administrasi. Jika terdapat pembatasan
praktik penerapan beberapa pengendalian internal, setiap
fungsi Perusahaan harus menetapkan dan menjaga suatu
sistem pengendalian yang memenuhi persyaratan minimum
yang ditetapkan oleh Kebijakan Pengendalian Internal
Perusahaan.
2.10.4 Dokumentasi Sistem Pengendalian Internal
Sistem pengendalian internal harus
didokumentasikan. Sifat dan sejauh mana dokumentasi
tersebut dilaksanakan akan tergantung pada lingkungan
operasi masing-masing fungsi bisnis, dan dapat mengambil
berbagai bentuk, termasuk namun tidak terbatas, pada:
1. Kebijakan dan prosedur tertulis;
2. Diformalkannya pelaporan tanggungjawab atas aktivitas
dan dibuatnya uraian wewenang dantanggungjawab. Ini
23
mungkin dalam bentuk bagan organisasi, uraian tugas
dan narasi;
3. Tujuan-tujuan pengendalian dan teknik-teknik
pengendalian yang memberikan kontribusi pada
pencapaian tujuan tersebut ;
4. Flowchart dari sistem-sistem dengan identifikasi atas
titik-titik pengendalian;
5. Dukungan atas keputusan mengenai penerapan
pengendalian lebih baik jika dinyatakan dalam format
cost and benefit.
2.10.5 Administrasi Kebijakan Pengendalian Internal
Setiap pekerja Perusahaan bertanggungjawab untuk
penerapan kebijakan ini dan mendesain, mengembangkan,
menerapkan, mendokumentasikan, dan menjaga sistem
pengendalian internal dalam area tanggungjawabnya. Selain
itu, kecuali secara khusus dinyatakan dalam kebijakan,
semua pekerja yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang
mempengaruhi kecukupan pengendalian tunduk pada
ketentuan kebijakan ini.
2.10.6 Review dan Evaluasi Sistem Pengendalian Internal
Manajemen puncak serta seluruh manajemen
Perusahaan sebagai pimpinan fungsi-fungsi memiliki
tanggungjawab atas kecukupan dan efektivitas sistem
pengendalian internal, untuk itu Perusahaan wajib :
1. Membangun dan menjaga pembukuan, catatan-catatan, dan
akun-akun secara rinci, akurat, dan mencerminkan transaksi
dan penggunaan aset-aset yang wajar untuk unit-unit
operasional Perusahaan;
2. Menetapkan dan menjaga suatu sistem pengendalian
administrasi yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas
operasi dan menjamin ketaatan terhadap kebijakan-kebijakan
dan prosedur-prosedur Perusahaan. Pengendalian ini
24
mencakup, tapi tidak terbatas pada, penganggaran, skedul-
skedul, penugasan pekerjaan dan lembaran-lembaran
monitoring (timesheet), manual kebijakan dan prosedur,
bagan organisasi, job description, program pelatihan pegawai,
dan pengendalian-pengendalian mutu lainnya;
3. Menetapkan dan menjaga suatu sistem pengendalian
akuntansi yang mencukupi untuk menyajikan jaminan berikut:
- Transaksi-transaksi dilakukan sesuai dengan otorisasi;
- Transaksi-transaksi dicatat sesuai kebutuhan (a) untuk
memungkinkan penyiapan laporan keuangan yang sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku dan
kebijakankebijakan keuangan Perusahaan, dan (b)
untukmenjaga akuntabilitas aset-aset Perusahaan;
- Akses ke aset-aset Perusahaan hanya diberikan sesuai
dengan otorisasi yang ditetapkan manajemen. Internal Audit
bertanggungjawab untuk melakukan review dan mengukur
efektivitas pengendalianpengendalian yang ditetapkan dalam
kerangka xkebijakan ini yang berkaitan dengan sistem
akuntansi, keuangan dan operasi Perusahaan.
2.10.7 Tujuan dari review tersebut adalah untuk :
1. Memastikan keandalan dan integritas informasi akuntansi,
keuangan dan operasi dan caramenghasilkan dan melaporkan
informasi tersebut;
2. Memastikan bahwa sistem sesuai dengan kebijakan
perusahaan, tujuan, standar dan prosedur, dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
3. Melakukan evaluasi atas kecukupan pengamanan aset
Perusahaan.
Berdasarkan hasil audit/review terhadap operasional anak
perusahaan, operasional internal Perusahaan dan audit lainnya,
disimpulkan bahwa pengendalian internal Perusahaan secara umum
25
sudah memadai, efektif dan efisien namun masih terdapat
kelemahankelemahan yang memerlukan perbaikan sebagaimana yang
dijabarkan di Laporan Hasil Audit yang dilaksanakan oleh Fungsi Internal
Audit selama tahun 2013.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penerapan LK3 yang ada di PT Pertamina telah cukup baik
dan dilakukan secara optimal oleh semua perangkat perusahaan
dengan sistem yang ada di perusahaan itu sendiri.
3.2 Saran
Diperlukan komitmen serta konsistensi dari seluruh
perangkat dan Sumber Daya Manusia (SDM) perusahaan untuk
menerapkan K3 sesuai standar yang telah ada. Apabila terjadi
penyimpangan wajib memberi sanksi bagi pelanggaran sesuai jenis
pelanggaran.
27
DAFTAR PUSTAKA
http://riauheadline.com/view/Sosial/2844/Pertamina-RU-II-Dumai-Berhasil-
Selamatkan-Mitra-Kerja.html#.VFPhLKMj1qg. Diakses pada 25 Oktober
2014
http://budayasafety.blogspot.com/2014/04/pekerja-pertamina-tewas-
tersembur-air.html. Diakses pada 25 Oktober 2014
http://ptpertaminapn.blogspot.com/2014/09/safety-talk-oh-tbbm-
baturaja_25.html. Diakses pada 25 Oktober 2014
http://phe.pertamina.com/HSE/KegiatanHSE.aspx. Diakses pada 25
Oktober 2014
http://www.pertamina-ep.com/Berita/Warta-PEP/2014/01/06/Akibat-
Penambangan-Ilegal-Sumur-MJ-89-Keluarkan-Semburan-Gas-Kering.
Diakses pada 25 Oktober 2014
http://news.okezone.com/read/2010/10/11/340/381447/warga-cemaskan-
eksplorasi-minyak-di-kaliwedi. Diakses pada 25 Oktober 2014
http://www.pertamina-ep.com/Berita/Warta-PEP/2014/07/25/Utamakan-
Keselamatan-PT-Pertamina-EP-Papua-Field-Gelar-Fire-Drill. Diakses
pada 25 Oktober 2014
http://yanshicka.blogspot.com/2012/08/ptpertamina-persero-
perkapalan_7194.html. Diakses pada 25 Oktober 2014
http://lensaindonesia1.rssing.com/chan-7143079/all_p117.html. Diakses
pada 25 Oktober 2014
http://www.pertamina-ep.com/Berita/Warta-PEP/2014/01/23/Fenomena-
Semburan-Lumpur-Liar-Field-Bunyu-Bantu-Tanggulangi-Dampak-
Lingkungan. Diakses pada 25 Oktober 2014
28
http://www.aktual.co/energi/214852pertamina-sipakan-pengeboran-miring-
atasi-semburan-prabumulih-. Diakses pada 25 Oktober 2014
http://energitoday.com/2013/11/27/pertamina-ep-investigasi-kasus-
pencurian-minyak-di-peurlak/. Diakses pada 25 Oktober 2014
http://kesmas-unsoed.com/2011/04/studi-penerapan-sistem-manajemen-
keselamatan-dan-kesehatan-kerja-smk3-di-pt-pertamina-up-vi-balongan-
indramayu-contoh-laporan-magang-k3.html. Diakses pada 25 Oktober
2014
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CEEQ
FjAE&url=http%3A%2F%2Flib.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital
%2F126704-S-5593-Analisis%2520perbandingan-
Pendahuluan.pdf&ei=cl8zVJDQPM3luQSU34GgAw&usg=AFQjCNFEE0T
XVfIBphklucKJ3cvUqjMZOw&sig2=1FW9MIijfOxiXJBTf7nbxg. Diakses
pada 25 Oktober 2014
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8&ved=0CEUQ
FjAF&url=http%3A%2F%2Flib.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital
%2F126704-S-5593-Analisis%2520perbandingan-Analisis
%255D.pdf&ei=cl8zVJDQPM3luQSU34GgAw&usg=AFQjCNFgsnOkRz3I
RkgMFqVyKUALvCZu-g&sig2=O66P15NMzAvBCSdCgLumuA. Diakses
pada 25 Oktober 2014
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ved=0CFAQ
FjAH&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream
%2F123456789%2F34445%2F1%2FAppendix.pdf&ei=cl8zVJDQPM3luQ
SU34GgAw&usg=AFQjCNGxLt479GmgYmKWnmAtGLAwvkPTGw&sig2=
mmba8jpvnxfTKO40pWz_zA. Diakses pada 25 Oktober 2014
29
https://www.scribd.com/doc/122556637/Standar-Operasional-Dan-
Prosedur-SPPBE-SPPEK-SPBE. Diakses pada 25 Oktober 2014
http://www.pertamina.com/company-profile/k3ll/. Diakses pada 25 Oktober
2014
http://www.pertamina.com/company-profile/k3ll/kebijakan-manajemen-
sistem/kebijakan-hsse/. Diakses pada 25 Oktober 2014
http://www.pertamina.com/company-profile/k3ll/kebijakan-manajemen-
sistem/hsse-manajemen-sistem/. Diakses pada 25 Oktober 2014
http://www.pertamina.com. Diakses pada 25 oktober 2014
30
Lampiran
Kebakaran yang terjadi di area unibond 211 Pekerja Pertamina tewas tersembur
Kilang Dumay (Pertamina RU II Dumay) air panas saat las pipa
Safety Talk OH TBBM Baturaja APD yang digunakan oleh pakerja di PT. Pertamina
31
Illegal Drilling MJ 89 yang dilakukan oleh warga Eksplorasi minyak di Keluarkan semburan gas kering Kaliwedi
Para petugas saat sedang mengikuti pelatihan Latihan pencegahan pencemaran dilaut atau pemadaman tumpahan minyak
kebakaran di Papua Field di MT.PANDAN
APD yang digunakan oleh pekerja yg berada Fenomena semburan di migas Pertamina liar (Bunyu)
32
Pertamina Siapkan Pengeboran Miring Atasi investigasi pencurian minyak dan Semburan Gas Prabumulih pencemaran lingkungan di Peurlak
33