lina kasim dari toraja melanglang dunia · dah kembali ke tanah air, dari total yang akan kembali...

1
S EBANYAK 60,47% atau 120.761 jemaah haji Indonesia hingga kemarin pukul 11.12 waktu Arab Saudi (WAS) atau 15.12 WIB su- dah kembali ke Tanah Air, dari total yang akan kembali sebanyak 199.693 orang. “Jumlah jemaah yang kembali ke Tanah Air setiap hari terus bertambah, dan sebaliknya yang berada di Arab Saudi kian berkurang,” kata Kepala Seksi Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Sis- kohat) Mekah Kementerian Agama Evi Al Hudhori di Mekah, Senin (28/11). Ia menuturkan, jemaah terbanyak yang sudah kembali ke Tanah Air mendarat di debarkasi SUB (Surabaya) 22.271 orang, debarkasi SOC (Solo) 21.318 orang, debarkasi JKS (Bekasi) 21.047 orang, debarkasi JKG (DKI Jakarta) 12.260 orang, serta debarkasi BTH (Batam) 8.045 orang. Sementara itu, jemaah Indonesia yang masih berada di Mekah mencapai 11.331 orang, dan dari jumlah itu akan ada yang diarahkan ke Jeddah untuk selanjutnya kembali ke Tanah Air, dan sebagian ada yang ke Madinah untuk Arbain. Adapun jemaah haji Indonesia yang ada di Madinah, kata Evi, mencapai 61.230 orang dan seusai Arbain akan pu- lang ke Tanah Air, baik melalui bandara di Madinah maupun melalui bandara di Jeddah. “Jemaah yang kembali ke Tanah Air menggunakan dua maskapai pener- bangan, yaitu Garuda Indonesia dan Saudi Airlines,” paparnya. Dikatakannya, jumlah jemaah yang wafat hingga saat itu adalah 459 orang. Mereka kebanyakan menderita penyakit sistem sirkulasi 303 orang, penyakit sistem pernapasan 112 orang, serta penyakit en- dokrin nutrisi dan metal 14 orang. Jemaah wafat terbanyak usia 60 tahun ke atas 338 orang, usia 50-59 orang 99 orang, usia 40-49 orang 20 orang, serta usia di bawah 40 orang sebanyak dua orang. Lokasi wafat terbanyak ada di Mekah 355 orang, di Madinah 54 orang, serta di Mina 25 orang. Sementara itu, klausul kontrak per- janjian sewa pondokan haji Indonesia pada 2012 akan dipelajari hati-hati dan diperjelas sehingga jika ada pelanggaran bisa dimintakan ganti rugi. “Penjelasan dan keterangan klausul per klausul akan kami pelajari secara hati-hati dan diper- jelas lagi dengan pengelola atau pemilik pondokan,” kata Kepala Daerah Mekah Arsyad Hidayat di Mekah, Senin. Menurutnya, sekalipun kontrak sewa pondokan menggunakan bahasa dan huruf Arab, hal itu tidak akan menyulit- kan bagi Kementerian Agama RI untuk mempelajari klausul per klausul yang dibuat dan disepakati. Beberapa klausul kontrak lain yang perlu dipertegas adalah soal layanan petugas keamanan dan kebersihan pon- dokan yang harusnya terus ada selama 24 jam. Dari laporan jemaah dan ketua kelom- pok terbang (kloter) maupun ketua sektor masih ditemui ada gedung yang tidak memiliki petugas keamanan untuk meng- awasi gedung selama 24 jam, demikian juga petugas kebersihan yang sering lalai menjalankan tugasnya. (Ant/S-1) 60,47% Jemaah Haji Kembali ke Tanah Air IWAN KURNIAWAN D I satu dari puluhan stan pameran pada ajang World Nature and Cultural Heri- tage (WNCH) di Bali Interna- tional Convention Center, Nusa Dua, Bali, pekan lalu, Lina Kasim menyuguhkan berbagai barang bernuansa etnik khas Toraja. Dari sofa, meja, tempat tidur, lumbung, lemari, vas, mangkuk, hingga tanduk tedong (ker- bau), juga patung tau-tau, rompi perang, serta miniatur rumah adat tongkonan. Harga barang- barang tersebut bervariasi dari Rp80 ribu hingga lebih dari Rp10 juta. “Saya menggunakan motif etnik karena ingin ikut meles- tarikan. Lewat barang interior ini, orang akan semakin menge- tahui budaya Toraja,” ujar Lina kepada Media Indonesia di sela- sela pameran. Dalam barang-barang produk- sinya, Lina tidak meninggalkan motif etnik asli yang khas, misal- nya bentuk matahari, lumbung, delapan penjuru dunia, dan mo- tif khas pak kapu bakah--berupa motif seperti sulur-sulur meling- kar, sesuai istilah motif tribal. Menurut Lina, motif itu me- miliki nilai losos sebagai ba- gian dari rumah tinggal. Proses mendirikan fondasi rumah harus dimulai dengan ikatan yang keras dan kuat seperti digambarkan dalam motif. Ikat- an atau simpul diyakini akan menghindarkan seseorang dari berbagai gangguan. Begitulah Lina memandang kerajinan etnik sebagai warisan budaya yang mengandung ke- arifan lokal yang harus selalu Kerajinan tradisional Toraja bukan sekadar barang dagangan buat Lina, melainkan kekayaan leluhur sekaligus pengobat rasa rindu. MI/RAMDANI 12 RABU, 30 NOVEMBER 2011 S O SOK LINA KASIM DARI TORAJA MELANGLANG DUNIA dijaga dan dilestarikan. Koleksi Selain berpameran, Lina juga menyimpan ratusan barang koleksinya di gerai seni berna- ma Tina Tator, di Jalan Toyaning, Kedonganan, Bali. Sebagian dijual, sebagian lagi disimpan sebagai barang koleksi pribadi Lina. Di gerai seni itu pula Lina membangun rumah khas Toraja. Di sana pengunjung bisa merasa seakan tengah berada di Tana Toraja sebenarnya. “Ini semua saya bawa dari kampung,” tutur Lina. Setelah sempat menekuni industri garmen, Lina memutus- kan untuk terjun ke dunia kera- jinan pada 2006. Kekayaan Tora- ja--tanah kelahirannya--yang sudah mendunia mendorong Lina bertekad untuk melestari- kan budaya leluhurnya. Budaya itu, tutur Lina, merupakan ciri khas sebuah bangsa. Dengan tujuan memperkenal- kan dan melestarikan kerajinan Toraja, Lina terjun di dunia kera- jinan interior. Ia pun mengikuti berbagai pameran di dalam dan luar negeri. Pada 2008, saat mengadakan pameran di Brussels, Belgia, Lina malahan diminta mendiri- kan miniatur lumbung khas To- raja di halaman belakang rumah seorang kolektor. “Di rumah itu hanya ada tiga buah miniatur dari Indonesia, selain lumbung buatan saya, ada Candi Borobudur dan pura Bali,” ucapnya riang. Miniaturnya dihargai Rp145 juta kala itu, yang ia gunakan untuk membiayai pendidikan anak-anaknya di perguruan tinggi. Raut kebanggaan juga tersirat di wajah ibu tiga anak itu saat menunjukkan potongan koran New York Times yang memuat artikel tentang kerajinan Toraja dan dirinya. Kangen kampung Buat Lina, sebuah karya kera- jinan ialah bentuk seni dengan nilai tidak terhingga. Ini yang membuat Lina terkadang sulit untuk mematok harga tetap. “Saya kira dalam seni tidak ada harga tetap. Ini yang mem- buat sebuah karya diminati atau tidak diminati,” tutur lulusan sekolah dasar itu. Barang seni buat Lina merupa- kan bisnis sekaligus penghibur. “Saat kangen kampung, misal- nya, hati saya bisa terobati de- ngan sendirinya saat melihat motif-motif ukiran Toraja. Ini yang membuat saya sangat me- nyukai seni,” kata dia. Semenjak menetap di Bali pada 1986, Lina banyak bela- jar tentang budaya setempat. Pe ngaruh budaya di Pulau Dewata yang kuat semakin memperteguh tekad Lina untuk mengangkat nama Toraja. Maka, ia mendirikan rumah adat tongkonan di atas lahan seluas 800 m2, lengkap dengan ukiran-ukiran khas. Jika di Pulau Jawa ada batik tulis, Lina menyebut barang- barang kerajinannya sebagai batik kayu, motif-motif tradisio- nal yang diaplikasikan pada media kayu. Lina memang tidak menge- nyam pendidikan tinggi un- tuk melestarikan budaya lelu- hurnya. BIODATA Nama: Lina Kasim Tempat, tanggal lahir: Baruppu, Toraja, Sulawesi Selatan, 25 Desember 1958 Anak: Ludia, 36, Julia, 34, dan Agustina, 14 Cucu: 1 Pekerjaan: Seniman, pengusaha interior etnik, pemilik galeri seni Tina Tator Pendidikan: Sekolah dasar Pengalaman pameran di antaranya: Pameran di Sydney, Australia (2009) Pameran di Brussels, Belgia (2008) Pameran di Yokohama, Jepang (2006) “Saat masih kecil, saya sela- lu mengikuti ayah ke berbagai daerah. Saya tidak bersekolah. Jadi untuk menunjang profesi saya, dulunya saya mengikuti kursus. Bahasa Inggris pun saya kursus, sehingga bisa berko- munikasi dengan bule-bule,” ungkap Lina. Lina yang orangtua tunggal ini pun terus mendorong anak- anaknya untuk mendapatkan pendidikan lebih baik daripada dirinya. “Anak-anak saya juga menyu- kai unsur etnik Toraja. Ini juga yang membuat saya bersema- ngat memasukkan budaya ke dalam barang-barang yang kami buat,” pungkasnya. (M-3) [email protected] Saya menggunakan motif etnik karena ingin ikut melestarikan. Le- wat barang interior ini, orang akan semakin mengetahui budaya Toraja.”

Upload: nguyenkiet

Post on 08-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LINA KASIM DARI TORAJA MELANGLANG DUNIA · dah kembali ke Tanah Air, dari total yang akan kembali sebanyak 199.693 orang. ... bau), juga patung tau-tau, rompi perang, serta miniatur

SEBANYAK 60,47% atau 120.761 jemaah haji Indonesia hingga kemarin pukul 11.12 waktu Arab Saudi (WAS) atau 15.12 WIB su-

dah kembali ke Tanah Air, dari total yang akan kembali sebanyak 199.693 orang.

“Jumlah jemaah yang kembali ke Tanah Air setiap hari terus bertambah, dan sebaliknya yang berada di Arab Saudi kian berkurang,” kata Kepala Seksi Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Sis-kohat) Mekah Kementerian Agama Evi Al Hudhori di Mekah, Senin (28/11).

Ia menuturkan, jemaah terbanyak yang sudah kembali ke Tanah Air mendarat di debarkasi SUB (Surabaya) 22.271 orang, debarkasi SOC (Solo) 21.318 orang, debarkasi JKS (Bekasi) 21.047 orang, debarkasi JKG (DKI Jakarta) 12.260 orang, serta debarkasi BTH (Batam) 8.045 orang.

Sementara itu, jemaah Indonesia yang masih berada di Mekah mencapai 11.331 orang, dan dari jumlah itu akan ada yang diarahkan ke Jeddah untuk selanjutnya kembali ke Tanah Air, dan sebagian ada

yang ke Madinah untuk Arbain.Adapun jemaah haji Indonesia yang

ada di Madinah, kata Evi, mencapai 61.230 orang dan seusai Arbain akan pu-lang ke Tanah Air, baik melalui bandara di Madinah maupun melalui bandara di Jeddah.

“Jemaah yang kembali ke Tanah Air menggunakan dua maskapai pener-bangan, yaitu Garuda Indonesia dan Saudi Airlines,” paparnya.

Dikatakannya, jumlah jemaah yang wafat hingga saat itu adalah 459 orang. Mereka kebanyakan menderita penyakit sistem sirkulasi 303 orang, penyakit sistem pernapasan 112 orang, serta penyakit en-dokrin nutrisi dan metal 14 orang.

Jemaah wafat terbanyak usia 60 tahun ke atas 338 orang, usia 50-59 orang 99 orang, usia 40-49 orang 20 orang, serta usia di bawah 40 orang sebanyak dua orang. Lokasi wafat terbanyak ada di Mekah 355 orang, di Madinah 54 orang, serta di Mina 25 orang.

Sementara itu, klausul kontrak per-janjian sewa pondokan haji Indonesia

pada 2012 akan dipelajari hati-hati dan diperjelas sehingga jika ada pelanggaran bisa dimintakan ganti rugi. “Penjelasan dan keterangan klausul per klausul akan kami pelajari secara hati-hati dan diper-jelas lagi dengan pengelola atau pemilik pondokan,” kata Kepala Daerah Mekah Arsyad Hidayat di Mekah, Senin.

Menurutnya, sekalipun kontrak sewa pondokan menggunakan bahasa dan huruf Arab, hal itu tidak akan menyulit-kan bagi Kementerian Agama RI untuk mempelajari klausul per klausul yang dibuat dan disepakati.

Beberapa klausul kontrak lain yang perlu dipertegas adalah soal layanan petugas keamanan dan kebersihan pon-dokan yang harusnya terus ada selama 24 jam.

Dari laporan jemaah dan ketua kelom-pok terbang (kloter) maupun ketua sektor masih ditemui ada gedung yang tidak memiliki petugas keamanan untuk meng-awasi gedung selama 24 jam, demikian juga petugas kebersihan yang sering lalai menjalankan tugasnya. (Ant/S-1)

60,47% Jemaah Haji Kembali ke Tanah Air

IWAN KURNIAWAN

DI satu dari puluh an stan pameran pada ajang World Nature and Cultural Heri-

tage (WNCH) di Bali Interna-tional Convention Center, Nusa Dua, Bali, pekan lalu, Lina Kasim menyuguhkan berbagai barang bernuansa etnik khas Toraja.

Dari sofa, meja, tempat tidur, lumbung, lemari, vas, mangkuk, hingga tanduk tedong (ker-bau), juga patung tau-tau, rompi perang, serta miniatur rumah adat tongkonan. Harga barang-barang tersebut bervariasi dari Rp80 ribu hingga lebih dari Rp10 juta.

“Saya menggunakan motif etnik karena ingin ikut meles-tarikan. Lewat barang interior ini, orang akan semakin menge-tahui budaya Toraja,” ujar Lina kepada Media Indonesia di sela-sela pameran.

Dalam barang-barang produk-sinya, Lina tidak meninggalkan motif etnik asli yang khas, misal-nya bentuk matahari, lumbung, delapan penjuru dunia, dan mo-tif khas pak kapu bakah--berupa motif seperti sulur-sulur meling-kar, sesuai istilah motif tribal.

Menurut Lina, motif itu me-mi liki nilai fi losofi s sebagai ba-gian dari rumah tinggal. Proses mendirikan fondasi rumah ha rus dimulai dengan ikatan yang keras dan kuat seperti di gambarkan dalam motif. Ikat-an atau simpul diyakini akan menghindarkan seseorang dari berbagai gangguan.

Begitulah Lina memandang kerajinan etnik sebagai warisan budaya yang mengandung ke-arif an lokal yang harus selalu

Kerajinan tradisional Toraja bukan sekadar barang dagangan buat Lina, melainkan kekayaan leluhur sekaligus pengobat rasa rindu.

MI/RAMDANI

12 RABU, 30 NOVEMBER 2011SOSOKL I N A K A S I M

DARI TORAJA MELANGLANG DUNIA

di jaga dan dilestarikan.

KoleksiSelain berpameran, Lina juga

menyimpan ratusan barang koleksinya di gerai seni berna-ma Tina Tator, di Jalan Toyaning, Kedonganan, Bali. Sebagian dijual, sebagian lagi disimpan sebagai barang koleksi pribadi Lina.

Di gerai seni itu pula Lina mem bangun rumah khas Toraja. Di sana pengunjung bisa merasa seakan tengah berada di Tana Toraja sebenarnya.

“Ini semua saya bawa dari kam pung,” tutur Lina.

Setelah sempat menekuni in dustri garmen, Lina memutus-kan untuk terjun ke dunia kera-jinan pada 2006. Kekayaan Tora-

ja--tanah kelahirannya--yang sudah mendunia mendorong Lina bertekad untuk melestari-kan budaya leluhurnya. Budaya itu, tutur Lina, merupakan ciri khas sebuah bangsa.

Dengan tujuan memperkenal-kan dan melestarikan kerajinan Toraja, Lina terjun di dunia kera-jinan interior. Ia pun mengikuti berbagai pameran di dalam dan luar negeri.

Pada 2008, saat mengadakan pameran di Brussels, Belgia, Lina malahan diminta mendiri-kan miniatur lumbung khas To-raja di halaman belakang rumah seorang kolektor.

“Di rumah itu hanya ada tiga buah miniatur dari Indonesia, selain lumbung buatan saya, ada Candi Borobudur dan pura

Bali,” ucapnya riang.Miniaturnya dihargai Rp145

juta kala itu, yang ia gunakan untuk membiayai pendidikan anak-anaknya di perguruan tinggi.

Raut kebanggaan juga tersirat di wajah ibu tiga anak itu saat menunjukkan potongan koran

New York Times yang memuat artikel tentang kerajinan Toraja dan dirinya.

Kangen kampungBuat Lina, sebuah karya kera-

jinan ialah bentuk seni dengan nilai tidak terhingga. Ini yang membuat Lina terkadang sulit untuk mematok harga tetap.

“Saya kira dalam seni tidak ada harga tetap. Ini yang mem-buat sebuah karya diminati atau tidak diminati,” tutur lulusan sekolah dasar itu.

Barang seni buat Lina merupa-kan bisnis sekaligus penghibur. “Saat kangen kampung, misal-nya, hati saya bisa terobati de-ngan sendirinya saat melihat motif-motif ukiran Toraja. Ini yang membuat saya sangat me-

nyu kai seni,” kata dia.Semenjak menetap di Bali

pada 1986, Lina banyak bela-jar tentang budaya setempat. Pe ngaruh budaya di Pulau De wata yang kuat semakin mem perteguh tekad Lina untuk meng angkat nama Toraja.

Maka, ia mendirikan rumah adat tongkonan di atas lahan seluas 800 m2, lengkap dengan ukiran-ukiran khas.

Jika di Pulau Jawa ada batik tulis, Lina menyebut barang-barang kerajinannya sebagai batik kayu, motif-motif tradisio-nal yang diaplikasikan pada media kayu.

Lina memang tidak menge-nyam pendidikan tinggi un-tuk melestarikan budaya lelu-hurnya.

BIODATA

Nama: Lina Kasim

Tempat, tanggal lahir: Baruppu, Toraja, Sulawesi Selatan, 25 Desember 1958

Anak: Ludia, 36, Julia, 34, dan Agustina, 14

Cucu: 1

Pekerjaan: Seniman, pengusaha interior etnik, pemilik galeri seni Tina Tator

Pendidikan: Sekolah dasar

Pengalaman pameran di antaranya:

• Pameran di Sydney, Australia (2009)

• Pameran di Brussels, Belgia (2008)

• Pameran di Yokohama, Jepang (2006)

“Saat masih kecil, saya sela-lu mengikuti ayah ke berbagai daerah. Saya tidak bersekolah. Jadi untuk menunjang profesi saya, dulunya saya mengikuti kursus. Bahasa Inggris pun saya kursus, sehingga bisa berko-munikasi dengan bule-bule,” ungkap Lina.

Lina yang orangtua tunggal ini pun terus mendorong anak-anaknya untuk mendapatkan pendidikan lebih baik daripada dirinya.

“Anak-anak saya juga menyu-kai unsur etnik Toraja. Ini juga yang membuat saya bersema-ngat memasukkan budaya ke dalam barang-barang yang kami buat,” pungkasnya. (M-3)

[email protected]

Saya menggunakan

motif etnik karena ingin ikut melestarikan. Le-wat barang interior ini, orang akan semakin mengetahui budaya Toraja.”