leptospirosis · web viewterjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan...

46
MATERI LEPTOSPIROSIS A. PENGERTIAN Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Leptospira yang pathogen. Gejala leptospirosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya seperti influensa, meningitis, hepatitis, demam dengue, demam berdarah dengue dan demam virus lainnya. B. SEJARAH LEPTOSPIROSIS PADA MANUSIA Penyakit ini menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah beriklim tropis dan sub tropis, dengan curah hujan yang tinggi dan kelembaban tinggi. Di negara berkembang, dimana kesehatan lingkungannya kurang diperhatikan terutama pembuangan sampah. Kuman leptospira akan mudah berkembang dan sehubungan dengan itu leptospirosis sering disebut sebagai penyakit pedesaan. Case-fatality rates bervariasi < 5% sampai 30 %, tetapi angka ini masih diragukan, karena pencatan,pelaporan morbiditas dan mortalitas penyakit kurang baik. International leptospirosis society menyatakan Indonesia sebagi negara insiden leptospirosis tinggi 1

Upload: trantu

Post on 10-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

MATERI LEPTOSPIROSIS

A. PENGERTIAN

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Leptospira yang

pathogen.

Gejala leptospirosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya seperti influensa,

meningitis, hepatitis, demam dengue, demam berdarah dengue dan demam

virus lainnya.

B. SEJARAH LEPTOSPIROSIS PADA MANUSIA

Penyakit ini menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah

beriklim tropis dan sub tropis, dengan curah hujan yang tinggi dan

kelembaban tinggi.

Di negara berkembang, dimana kesehatan lingkungannya kurang

diperhatikan terutama pembuangan sampah. Kuman leptospira akan mudah

berkembang dan sehubungan dengan itu leptospirosis sering disebut sebagai

penyakit pedesaan.

Case-fatality rates bervariasi < 5% sampai 30 %, tetapi angka ini masih

diragukan, karena pencatan,pelaporan morbiditas dan mortalitas penyakit

kurang baik.

International leptospirosis society menyatakan Indonesia sebagi negara

insiden leptospirosis tinggi dan peringkat ke tiga di dunia untuk mortalitas,

berdasarkan data semarang tahun 1998-2000. angka sebenarnya mungkin

lebih tinggi, karena leptospirosis ditemukan juga di propinsi jawa barat,

yogyakarta, lampung, sumatera selatan, bengkulu, riau, sumatera barat,

sumatera utara, bali, kalimantan barat, kalimantan timur. Faine menduga

kuman leptospirosis lebih lama hidup karena airnya bersifat basa. Sedangkan

di jawa airnya bersifat asam, seharusnya kuman leptospira cepat mati.

Banjir besar di jakarta tahun 2002 dari data sementara 113 pasien leptospirosis

diantaranya 20 meninggal.

1

Page 2: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

Leptospirosis seringkali tidak terdiagnosis karena klinis tidaj spesifik dan

sulit dilakukan konfirmasi diagnosis tanpa uji laboratorium.

Kejadian luar biasa leptospirosis dalam dekade terakhir di beberapa negara

telah menjadikan leptospirosis sebagai salah satu penyakit yang termasuk the

emergency infektion diseases. Mengingat hal tersebut diatas, akan bahaya

leptospirosis sehingga perlu suatu buku pedoman tatalaksana kasus dan

laboratorium leptospirosis di rumah sakit

Kuman leptospira yang bentuknya berpilin seperti spiral. Tipis, lentur

dengan panjang 10-20 mikron dan tebal 0,1 mikron serta memiliki 2 lapisan

membran. Kedua ujungnya memiliki kait berupa flagelum periplasmik dan

berputar pada sumbu panjangnya. Organisme ini termasuk dalam ordo

spirachaetales, family leptospiraceae, genus leptospira. Kuman lepr bersifat

aerob dan tumbuh optimal pada suhu 28 – 30 derajat celsius.dan menghasilkan

katalase dan oksidas. Media untuk pertumbuhannya adalah media dasar yang

diperkaya dengan vitamin dan asam lemak rantai panjang sebagai sumber

karbon dan garam amonium.

Kuman leptospira memiliki 2 sistem klasifikasi dan sering menimbulkan

Gambar kuman leptospira dilihat dengan mikroskop elektron. (sumber: Chi

KW, 2003 )

Keracunan. Sebelum tahun 1970, kuman leptospira dikelompokkan dalam

spesies kuman leptospira interogans yang terdiri dari bifleksa complex.

Sebagai kelompok kuman-kuman leptospira non patogen dan interrogans

complex untuk pathogen. Tahun 1978 diterpkan klasifikasi secara serologi

2

Page 3: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

yang terdiri dari spesies patogen L Interrogans dan spesies non pathogen I

biflexa. Tahun 1978 ditetapkan secara genetik yang disusun atas dasar

kesamaan DNA sebesar lebih dari 70% dan perbedaan kurang atau sama

dengan 5%, yang mengklasifikasikan leptospira dalam berbagai

genomospecies. Secara taksonomi klasifikasi klasifikasi genetik benar, tapi

penerapannya sulit karena memerlukan teknologi molekuler.

Pengelompokkan serogroup tidak memiliki dasar taksonomi tapi dapat

diterpkan untuk tujuan diagnosis dan epidemiologi. Serogrup dapat ditulis

dengan awalan huruf besar misalnya serogrup isterohaemirhagiae termasuk

genomospecies. Satu serogrup dapat dimiliki oleh beberapa genomospecies

seperti Icterohaemorhagiae termasuk genonospecies L interogans sensu

stricho, L noguchi maupun L kirschneri. Klasifikasi genomospecies dan

korelasi dengan beberapa serogrup utama dapat dilihat pada tabel 3. pada

klasifikasi serologi, serogrup L interogans seneu lato adalah

icterohawmirrhagiae, hebdomadis, autumnalis, pyrogenes, manhao, bataviae,

gryppotyphosa, canicola, australis, pomona, javanica, sejroe, panama,

cynopteri, djasiman, sarmin, mini, tarasoovi, ballum, celledoni, lausiana,

ranarum, manhao dan shermani.

Beberapa strain ditemukan di indonesia yaitu di bankinang I, van tienen,

benyamin, binjae, 3522c, djasmin, hardjoprajitno, veldrat batavia 46,

mankarso, hond HC, naam, Paijan, rachmat, salinem, sarmin, vleemuis,veldrat

semaranga 173, sentot 90 c, k-21, 3705, x-47, 3859, dan azalia.

Sinomim.

Penyakit ini memiliki nama lain yaitu automal fever, canicola fever,

haemorhagic jaunaice, Icteric leptospirosis , mud fever, redwater of claves,

rice field fever, stutgard disease, swamp disease, swamp fever, swineherd’s

disease, trench fever dan demam kemih tikus.

3

Page 4: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

Tabel 3 klasifikasi genetik dan beberapa serogrup utama.

Spesies Serogrup

L. alexanderi ( genomospecies

2)

Hebdomadis, Manhao

L. Borgpetersenii Ballum, javanica, Sejroe, Tarassovi

L. Interrogans sensu stricto Australis, autumnalis, canicola,

icterohaemorrhagiae, panama,pyrogenes, sejroe

L. Kirchneri autumnalis, grippotyphosa, icterohaemorrhagiae

L Noguchi Australis, icterohaemorrhagiae

L. Santarosai Hebdomadis, mini, pyrogenes, sejroe, tarassovi

L. Weilii Celledoni, javanica, tarassovi

L. Fainei a Hursstbridge

L. Inadoi a Lyme, manhao

L. Meyeri a Javanica, mini, sejroe

L. Biflexa sensu stricho b andamana

L. Wolbachi b Codice, semaranga

Turmeria parva b(dulu L.

Parva)

Turneri

Laptonema illini b Leptonema

Genomospecies 1a Saprophytic serogrup ranarum

Genomospecies 3b Saprophytic tentative serogrup holland

Genomospecies 4 Icterohaemorragiae

Genomospecies 5 b Saprophytic serogrup ranaruma : status patogen belum jelasb : saprofit

sumber WHO, 2003

4

Page 5: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

C. EPIDEMIOLOGI

Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia

maupun hewan dan digolongkan sebagai zoonosis. Leptospirosis adalah

zoonosis bakterial berdasarkan penyebabnya, berdasarkan cara penularannya

merupakan direct zoonosis karena tidak memerlukan vektor dan dapat juga

digolongkan sebagai amfiksenosa karena jalur penularannya dapat dari hewan

ke manusia dan sebaliknya.

Penularan leptospirosis pada manusia ditularkan oleh hewan yang

terinfeksi kuman leptospira. Hewan pejamu kuman leptospira adalah hewan

peliharaan seperti babi, lembu, kambing, kucing, anjing, kelompok unggas

seperti beberapa hewan liar seperti tikus, bajing, ular dan lain-lain. Pejamu

reservoa dan dikeluarkan melalui urin saat berkemih.

Manusia merupakan hospes insidentil seperti terlihat pada gambar 2:

Gambar siklus penularan leptospirosis

Sumber faine, 1999

5

Page 6: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

BAB II

FAKTOR RESIKO

A. penularan penyakit leptospirosis

Penularan leptospirosis dapat secara langsung maupun tidak langsung.

a. Penularan langsung

- Melalui darah, urin atau cairan tubuh lain yang mengandung kuman

leptospira masuk kedalam tubuh

- Dari hewan ke manusia merupakan penyakit akibat pekerjaan. Terjadi

pada orang yang merawat hewan atau menangani organ tubuh hewan

misalnya pekerja pemotong hewan atau seseorang yang tertular dari

hewan peliharaan

- Dari manusia ke manusia meskipun jarang. Dapat terjadi melalui

hubungan sexual pada masa konvalensi atau dari ibu penderita

leptospirosis ke janin melalui sawar plasenta dan air susu ibu

b. Penularan tidak langsung

Terjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan

lumpur yang tercemar urin hewan.

B. Faktor Resiko

Faktor – faktor resiko terinfeksi kuman leptospira bila kontak langsung /

terpajan air dan rawa yang terkontaminasi.

1. Kontak dengan air yang terkontaminasi kuman leptospira / urin tikus, saat

banjir

2. pekerjaan tukang perahu, rakit bambu pemulung

3. mencuci atau mandi di sungai/ danau

4. peternak, pemelihara hewan dan dokter hewan yang terpajan karena

menangani ternak/ hewan, terutama saat memerah susu, menyentuh hewan

mati, menolong hewan melahirkan atau kontak dengan bahan lain seperti

6

Page 7: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

plasenta, cairan amnion dan bila kontak dengan percikan infeksius saat

hewan berkemih

5. tukang kebun/ pekerja di perkebunan

6. petani tanpa alas kaki di sawah

7. pekerja potong hewan, tukang daging yang terpajan saat memotong hewan

8. pembersih selokan

9. pekerja tambang

10. pemancing ikan,pekerja tambak udang/ ikan air tawar

11. tentara,pemburu dan pendaki gunung, bila mengarungi permukaan air atau

rawa

12. anak-anak yang bermain di taman, genangan air hujan atau kubangan

13. tempat rekreasi di air tawar: berenang, arung jeram dan olah raga air lain,

trilomba juang ( triathlon), memasuki gua, mendaki gunung.

14. petugas laboratorium yang sedang memeriksa spesimen kuman leptospira

dan zoonosis lainnya

15. petugas kebersihan di rumah sakit dan paramedis dianggap mempunyai

resiko tinggi terhadap penularan kuman leptospira.

Infeksi leptospirosis di indonesia umumnya dengan perantaraan tikus. Jenis

rattus norvegicus ( tikus selokan), rattus diardii ( tikus rumah ), rattus exulans

( tikus kandang ) dan suncus marinus ( cecurut)

C. Patogenesis

Patogenesis leptospirosis belum dimengerti sepenuhnya. Kuman leptospira

masuk kedalam tubuh pejamu melalui luka iris/ luka abrasi pada kulit,

konjunctiva atau mukosa utuh yang melapisi mulut, faring, osophagus,

bronchus, alveolus dan dapat masuk melalui inhalasi droplet infeksi dan

minum ait yang terkontaminasi.meski jarang dilaporkan penetrasi kuman

leptospira melalui kulit utuh yang lama terendam air, saat banjir.

Infeksi melalui selaput lendir lambung jarang terjadi, karena ada asam

lambung yang mematikan kuman leptospira.

7

Page 8: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

Kuman leptospira yang tidak virulen gagal bermultiplikasi dan

dimusnahkan oleh sistem kekebalan dari aliran darah setelah 1 atau 2 hari

terinfeksi. Organisme virulen mengalami multiplikasi di darah dan jaringan

dan kuman leptospira dapat diisolasi dari darah dan cairan cerebrospinal pada

hari ke 4 sampai 10 perjalanan penyakit.

Gambar patogenesis leptospirosis

Sumber : Gasem MH, 2003

Kuman leptospira merusak dinding pembuluh darah kecil sehingga

menimbulkan vaskulitis disertai kebocoran dan ekstravasasi sel.

Patogenesis kuman leptospira yang penting adalah perlekatannya pada

permukaan sel dan toksisitas selular. Lypopolysaccharide (LPS) pada kuman

leptospira mempunyai aktifitas endotoksin yang berbeda dengan endotoksin

bakteri gram negatif.dan aktifitas lainnya yaitu stimulasi perlekatan netrofil

8

Masuk melalui luka di kulit, konjunctiva, selaput mukosa utuh

Multiplikasi kuman dan menyebar melalui aliran darah

Kerusakan endotel pembuluh darah kecil: ekstravasasi sel dan

perdarahan

Perubahan patologi di organ / jaringana. Ginjal : nefritis interstisial dampai nekrosis tubulus,perdarahanb. Hati : gambaran non spesifik sampai nekrosis sentrilobular

disertai hipertrofi & hyperplasia sel kupfnerc. Otot lurik : nekrosis fokald. Jantung : petekie, endocarditis akut, miokarditis toksike. Mata : dilatasi pembuluh darah, uveitis, iritis, iridosiklitis

Page 9: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

pada sel endotel dan trombosit. Sehingga terjadi agregasi trombosit disertai

dengan trombositopenia.

Kuman leptospira mempunyai fosfolipase yaitu suatu hemolisin yang

mengakibatkan lisisnya eritrosit dan membran sel lain yangmengandung

fosfolipid.

Beberapa strain serovar ponama dan copenhageni mengaluarkan protein

sitotoksin. In vivo, toksin ini mengakibatkan perubahan histopatologik berupa

infiltrasi makrofag dan sel polimorfonuklear.

Organ utama yang terinfeksi kuman leptospira adalah ginjal dan hati. Didalam

ginjal kuman leptospira bermigrasi ke interstisium, tubulus ginjal dan lumen

tubulus.

Pada leptospirosis berat, vaskulitis akan menghambat sirkulasi mikro dan

meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan kebocoran cairan

dan hipovolemia. Hipovolemia akibat dehidrasi dan perubahan permeabilitas

kapiler salah satu penyebab gagal ginjal.

Iketerik disebabkan oleh kerusakan sel-sel hati yang ringan. Pelepasan

bilrubin darah dari jaringan yang mengalami hemolisis intravaskuler,

kolestasis intrahepatik sampai berkurang seksresi bilirubin.

Conjunctival suffision khususnya perikorneal terjadi karena dilatasipembuluh

darah, kelainan ini sering dijumpai dan patogenesis pada stadium dini.

Komplikasi lain berupa uvelitis, iritis dan iridosiklitis yang seing disertai

kekeruhan vitreus dan lentikuler. Keberadaan kuman leptospira di aquaeous

humor kadang menimbulkan uvelitis kronik berulang.

Kuman leptospira difagosit oleh sel-sel sistem retikulo endoteliel serta

mekanisme pertahanan tubuh. Jumlah organisme semakin berkurang dengan

meningkatnya kadar antibodi spesifik dalam darah. Kuman leptospira akan

dieliminasi dari semua organ kecuali mata, tubulus peosksimal ginjal dan

mungkin otak. Dimana kuman leptospira dapat menetap selama beberapa

minggu atau bulan.

9

Page 10: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

D. Gambaran Hispatologi

Gambaran patologi leptospirosis ditandai dengan terjadinya vaskulitis

kerusakan endotel dan infiltrasi inflamasi yang terdiri dari sel monosit, sel

plasma, histiosit dan netrofil.

Gambaran histologi leptospirosis yang mencolok yaitu kerusakan hati, ginjal

jantung dan paru

a. Kerusakan hati akibat nekrosis sentribular yang disertai proliferasi sel

kupffer

Sering ditemukan adanya disosiasi sel-sel hati, degenerasi sitoplasma, inti

sel –sel parenkim mengecil dan infiltrasi mononukleus pada daerah portal

b. Kerusakan ginjal lebih nyata dibandingkan dengan kerusakan hati yaitu

edema dan perdarahan dimedula. Adanya gambaran nefritis intersisial

yang berlanjut menjadi nekrosis tubulus pada kasus berat. Silinder

protein , pigmen darah, eritrosit dan sisa sel tubulus dapat ditemukan di

medula tubulus.

c. Invasi otot rangka oleh kuman leptospira mengakibatkan timbulnya

pembengkakan, vakuolisasi miofibril, nekrosis fokal, infiltrasi histiosit

netrofil dan sel plasma misalnya pada otot gastroknemius

d. Kerusakan pada jantung ditandai dengan ptekie di endokardium dan

epicardium, serabut otot sembab, disertai vakuolisasi degenerasi dan

infiltrasi sel radang. Pada beberapa kasus terjadi miokarditis toksik atau

endokarditis akut.

e. Kerusakan pada paru bervariasi dari inflamasi interstisial setempat disertai

ekstravasasi hingga infiltrasi brokopneumonia

E. Manifestasi Klinik

Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 7-12 hari dengan rerata 10 hari,

menurut keparahan penyakit leptospirosis dibagi menjadi ringan, sedang dan

berat.

10

Page 11: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

BAB III

PEMBAGIAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS

A. Pembagian penyakit leptospirosis

Untuk pendekatan diagnosis klinik dan penanganannya beberapa ahli

membagi menjadi leptospirosis antikterik dan leptospirosis ikterik

a. Leptospirosis Anikterik

Manifestasi klinik sebagian besar leptospirosis adalah anikterik.

Diperkirakan mencapai 90% dari seluruh kasus leptospirosis di

masyarakat. Bila ditemukan satu kasus leptospirosis berat, diperkirakan 10

kasus leptospirosis anikterik atau ringan. Perjalanan penyakit leptospirosis

anikterik maupun ikterik umumnya bifasik karena mempunyai 2 fase /

stadium yaitu fase septikemia dan fase imun, yang dipisahkan oleh periode

asimtomatik.

Ada juga yang membaginya menjadi 3 fase karena fase karena fase

penyembuhan dianggap fase tersendiri

Leptospirosis timbul mendadak dengan gejala :

o Demam ringan atau tinggi yang umumnya bersifat remitten

o Nyeri kepala

o Menggigil

o Mialgia

o Mual, muntah dan anoreksia

o Nyeri kepala berat, mirip yang terjadi pada infeksi dengan disertai

nyari retro-orbital dan fotofobia.

o Nyeri otot tertama di daerah betis sehingga pasien sukar berjalan,

punggung dan paha. Nyeri ini diduga akibat kerusakan otot

sehingga kreatinin fosfokinesa akan meningkat dan pemeriksaan

kreatini fosfokinase dapat membantu diagnosis klinik leptospirosis

11

Page 12: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

o Adanya conjumctival sufficien dan nyeri tekan didaerah betis.

Limpadenopati, splenomegali, hepatomegali dan ruam

makulopopular dapat ditemukan meskipun jarang.

o Kelainan mata berupa uvelitis dan iridoksiklitis dapat dijumpai

pada pasien leptospirosis anikterik maupun ikterik

Manifestasi klinik terpenting leptospirosis anikterik adalah meningitis

aseptik yang tidak spesifik sehingga sering tidak terdiagnosis. Pleitositosis

pada cairan cerebrospinal ditemukan pad 80% pasien, meskipun hanya

50% yang menunjukkan tanda dan gejala klinik meningitis aseptik.

Pada leptospirosis anikterik jarang diberi obat. Karena keluhan ringan,

gejala akan hilang dalam kurun waktu 2 sampai 2minggu. Manifestasi kl

menyerupai penyakit – penyakit demam akut lain, oleh karena itu pada

setiap kasus dengan keluhan demam, harus selalu dipikirkan leptospirosis

anikterik sebagai salah satu diagnosis bandingnya terutama didaerah

endeminya.

Leptospirosis anikterik merupakan penyebab utama fever if unknown

arigin di beberapa negara asia seperti thailand dan malaysia. Mortalitas

pada leptospirosis anikterik hampir nol, meskipun pernah dilaporkan kasus

leptospirosis yang meninggal akibat perdarahan masif paru dalam suatu

wabah di cina.

Pada tes pembendungan dapat positif sehingga leptospirosis anikterik

pada awalnya diduga sebagi pasien dengan infeksi dengue.

b. leptospirosis ikterik

pada leptospirosis ikterik demam dapat persisten dan fase imun

menjadi tidak jelas atau nampak tumpang tindih dengan fase septikemia.

Keberadaan fase imun dipengaruhi oleh jenis serovar dan jumlah kuman

leptospirosis yang meninfeksi. Status gizi pasien dan kesempatan

memperoleh terapi yang tepat.

Pasien tidak mengalami kerusakan hepatoselular, bilirubin meningkat,

kadar enzim transaminase serum hanya sedikit meningkat. Fungsi hati

12

Page 13: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

kembali normal setelah pasien sembuh. Komplikasi yang terjadi pada

leptospirosis merefleksikan leptospirosis sebagai suatu penyakit multi

sistem. Leptospirosis sering menyebabkan gagal ginjal akut. Ikterik dan

manifestasi perdarahan yang merupakan gambaran klinik khas penyakit

weil

Tabel perbedaan gambaran klinik leptospirosis anikterik dan ikterik

Sindroma, fase Gambaran klinik Spesimen laboratorium

Leptospirosis anikterik *

Fase leptospiremia (3-7

hari)

Fase imun (3-30 hari)

Demam tinggi, nyeri

kepala, mialgia. Nyeri

perut, mual, muntah,

conjunctival suffision

Demam ringan, nyeri

kepala, muntah,

meningitis aseptik

Darah, cairan

serebrospinal

urin

Leptospirosis ikterik

Fase leptospiremia dan

fase imun ( sering

menjadi satu atau

tumpang tindih )

Demam, nyeri kepala,

mialgia , ikterik, gagal

ginjal, hipotensi,

manifestasi perdarahan,

pneumonitis

hemorrhagik, leukositosis

Darh, cairan

cerebrospinal (mgg. I)

Urin (mgg II)

*antara fase leptospirosis dengan fase imun terdapat periode asimtomatik (1-3

hari)

suber : Gasem MH, 2003

Topenic purpura, kolesistitis akut, stenosis aorta, artritis reaktif, eritema

nodosum, epidimitis, arterial cerebral yang mirip penyakit moyamoya dan

sindroma guillin-barre

Kasus leptospirosis jarang dilaporkan pada anak. Hal ini mungkin

disebabkan karena tidak terdiagnosis atau karena manifestasi klinik yang

13

Page 14: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

berbeda dengan orang dewasa. Pada kasus yang berat dijumpai miokarditis,

ruam deskuamasi yang menyerupai penyakit kawasaki, dengan perdarahan

paru. Manifestasi klinik pada kasus ringan adalah demam dan gastroenteritis.

B. Diagnosis klinik dan diagnosis Banding

Langkah untuk menegakkan diagnosis dilakukan dengan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pola klinik leptospirosis di

berbagai rumah sakit tidak sama, tergantung dari jenis kuman leptospira,

kekebalan seseorang, kondisi lingkungan dan lain-lain.]

a. Anamnesis

Pada anamnesis identitas pasien, keluhan yang dirasakan dan data

epidemiologi penderita harus jelas karena berhubungan dengan

lingkungan pasien.

Identitas pasien ditanyakan: nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal,

jenis pekerjaan dan jangan lupa menanyakan hewan peliharaan maupun

hewan liar di lingkungannya, karena berhubungan dengan leptospirosis.

Daftar tilik

Manifestasi

klinik

Pekerjaan Kontak dengan air Kontak dengan hewan

o Conjunctival

suffision

o Sakit kepala

o Mialgia

(paha dan

betis )

o Demam

o Anoreksia

o Malaise

o Muntah

o Diare

o Gejala mirip

o Petani (padi/

tebu/ kelapa

sawit)

o Peternak

o Pekerja

lapangan :

- Dengan

hewan

- Tambak

ikan

- Rumah

potong

hewan

o Olahraga air

- Berenang

- Kano/

perahu

- Arung jeram

o Memancing di

air tawar

o Kontaminasi

lain:

o Kontak

langsung

- Sapi

- Babi

- Domba

- Bebek

- Anjing

- Kucing

- Tikus

- cecurut

o kontak tidak

langsung

- Lingkungan

14

Page 15: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

influensa

o Abnormalitas

fungsi hati

o Ikterik

o Hemoptesis

o Gagal hati

o Gagal ginjal

o Meningitis

o Ruam kulit

o Tanpa gejala

o Meninggal

o Diare

o Lain-lain

- Tukang

daging

o Kontak dengan

air dalam 3

minggu

terakhir

o Dokter hewan

o Tenaga medis

o Prajurit

o Pemulung

o Lainnya

(jelaskan)

tercemar urin

hewan sda

Biasa yang mudah terjadi pada usia produktif, karena kelompok ini

lebih banyak aktif di lapangan. Tempat tinggal dari alamar dapat

diketahui apakah tempat tinggal termasuk wilayah padat penduduk,

banyak pejamu reservoar, lingkungan yang sering tergenang air maupun

lingkungan kumuh.

Kemungkinan infeksi leptospirosis cukup besar pada musim hujan

lebih-lebih karena dengan adanya banjir

Keluhan – keluhan khas yang dapat ditemukan yaitu demam mendadak,

keadaan umum lemah tidak berdaya, mual,, muntah, nafsu makan

menurun dan merasa mata makin lama bertambah kuning dan sakit hebat

terutama di daerah betis.

b. Pemeriksaan fisik

Gejala klinik menonjol yaitu ikterik, demam, mialgia, nyeri sendi

serta conjunctiva suffision.

15

Page 16: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

Conjunctiva suffision dan mialgia merupakan gejala klinik yang paling

sering ditemukan. Conjunctiva suffision bermanifestasi bilateral di

palpebra pada hari ke 3 selambatnya hari ke 7 terasa sakit dan sering

disertai perdarahan conjunctiva unilateral ataupun bilateral yang disertai

fotofobia dan injeksi faring, faring terlihat merah dan bercak-bercak.

Mialgia dapat sangat hebat,pemijatan otot betis akan menimbulkan nyeri

hebat dan hiperestesi kulit.

Kelainan fisik lain yang ditemukan yaitu hepatomegali,

splenomegali, kaku kuduk, rangsang meningeal, hipotensi, ronki paru

dan adanya difus hemoragi. Diastesis hemoragi timbul akibat proses

vaskulitis, difus di kapiler disertai hipoprotrombinemia dan

trombositopenia, uji pembendungan dapat positif. Perdarahan seing

ditemukan pada leptospirosis ikterik dan manifestasi dan ruam kulit.

Ruam kulit berwujud eritema makula, makulopapula ataupun urtikaria

generalisata maupun setempat pada badan tulang kering atau tempat lain.

c. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium untuk leptospirosis dilakukan juga :

i. Pemeriksaan laboratorium umum

ii. pemeriksaan laboratorium khusus

1) Pemeriksaan laboratorium umum

Pemeriksaan laboratorium umum ini tidak terlalu spesifik untuk

menentukan diagnosis leptospirosis.

Termasuk pemeriksaan laboratorium umum yaitu :

a. Pemeriksaan darah

Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai leukositosis, normal,

atau menurun, hitung jenis leukosit, terdapat peningkatan jumlah

netrofil. Leukositosis dapat mencapai 26.000/mm3 pada keadaan

ikterik.

Morfologi darah terpi terlihat mielosit yang menandakan gambaran

pergeseran ke kiri.

16

Page 17: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

Faktor pembekuan darah normal. Masa perdarahan dan masa

pembekuan umumnya normal, begitu juga fragilitas osmotik

eritrosit keadaannya normal. Masa protrombin memanjang pada

sebagian kecil pasien namun dapat dikoreksi dengan vitamin k.

Trombositopenia ringan 80.000/mm3 sampai 150.000/mm3. laju

endap darah meningi dan pada kasus berat ditemua anemia

hipokromia mikrositik akibat perdarahan yang biasa terjadi pada

stadium lanjut perjalanan penyakit.

b. Pemeriksaan fungsi ginjal

Pada pemeriksaan urin, terdapat albuminuria dan peningkatan

silinder ( hialin, granular ataupun selular ) pada fase dini,

kemudian menghilang dengan cepat. Pada keadaan berat terdapat

pula bilirubinemia yang dapat mencapai 1g/hari dengan disertai

piuria dan hematuria. Gagal ginjal kemungkinan besar dapat

dipakai sebagai salah satu faktor prognosis, makin tinggi kadarnya

makin jelek prognosisnya. Peningkatan ureum sampai di atas 400

mg/dl. Proses perjalanan penyakit gagal ginjal berlangsung

progresif dan selang 3 hari kemudian akan terjadi amat total.

Gangguan ginjal pada pasien penyakit weil ditemukan proteinuria

serta azotemia dan dapat terjadi juga nekrosis tubulus akut,

oliguria, produksi urin kurang dari 600 ml/hari, terjadi akibat

hidrasi, hipotensi.

c. Pemeriksaan fungsi hati

Pada umumnya fungsi hati normal jika pasien tidak ada

gejala ikterik. Ikterik disebabkan karena bilirubin direk mening.

Gangguan fungsi hati ditunjukkan dengan meningkatnya serum

transaminase ( serum oxalaacetic transaminase=SGOT fan tidak

pasti, dapat tetap normal ataupun meningkat 2-3 kali nilai normal.

Berbeda dengan hepatitis virus yang selalu menunjukkan

peningkatan bermakna SGPT dan SGOT. Kerusakan jaringan otot

menyebabkan kreatinin fosfokinase juga meningkat. Peningkatan

17

Page 18: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

terjadi pada fase-fase awal perjalanan penyakit, rata-rata mencapai

nilai normal. Pada infeksi hepatitis virus tidak dijumpai

peningkatan kadar enzim kreatinin fosfokinase.

d. Pemeriksaan laboratorium khusus

Pemeriksaan laboratorium khusus untuk mendeteksi

keberadaan kuman leptospira dapat secara langsung dengan

mencari kuman leptospira atau antigennya dan secara tidak

langsung melalui pemeriksaan antibodi terhadap kuman leptospira

dengan uji serologis.

Pemeriksaan langsung meliputi kultur , mikroskopik, inokulasi

hewan (immuno) staining dan reaksi polimerase berantai.

Pemeriksaan langsung dengan isolasi kuman leptospira patogen

merupakan diagnosis pasti leptospirosis. Sedangkan interpretasi

pemeriksaan tidak langsung harus dikorelasi dengan gejala klinik

dan data epidemiologi seperti riwayat pajanan dan faktor resiko

lain.

Tabel jenis uji serologi

Microscopic agglutination test

(MAT)

Makroscopis slide agglutination test

( MSAT)

Uji carik celup :

- Lepto Dipstick

- LeptoTek Lateral Flow

Enzyme linked imunosorbent assay

(ELISA)

Aglutinasi lateks kering

( LeptoTek Dri_Dot)

Microcapsule agglutination test

Indirek flourescent antibody test

(IFAT)

Patoc slide agglutination test (PSAT)

Indirect haemogglutination test

(IHA)

Sensitized erythrocyt lysis test (SEL)

Uji aglutinasi lateks Counterimmanelectrophoresis (CLE)

Complikasi fixation test (CFT)

Sumber: WHO, 2003

18

Page 19: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

Berbagai uji serologi dapat dilihat pada tabel

Microscopik Agglutination Test ( MAT )

MAT adalah pemeriksaan aglutinasi secara mikroskopis untuk

mendeteksi titer antibodi aglutinasi yang terdiri dari Ig M atau IgG.

Prinsip uji MAT adalah serum diencerkan secara serial kemudian

dicampur dengan kuman leptospira hidup. Pada suhu dan waktu tertentu.

Dan dengan mikroskop lapang gelap dicari aglutinasi 50% sebagi end

point titre.

MAT merupakan baku emas pemeriksaan serologi kuman

leptospira dan sampai saat ini belum ada uji lain yang lebih spesifik. Uji

MAT bertujuan untuk mengidentifikasi jenis serovar pada manusia dan

hewan, diperlukan panel suspensi kuman leptospira hidup dan mencakup

semia jenis serovar.

Sampel untuk pemeriksaan MAT sebaiknya diambil secara

serialdengan rentang waktu 1-2 minggu dan sampel pertama diambil saat

pasien datang berobat.

Pemeriksaan sampel harus dilakukan di laboratorium yang sama oleh

pemeriksa yang sama pula.dan sisa spesimen peratama diperiksa lagi

bersama spesimen yang kedua.

Macroscopis Slide Aggultination Test (MSAT)

Prinsip uji MSAT samas dengan MAT namun secara makroskopis

di atas kaca objek. Hasil reaksi yang dinilai secara semi kuantitatif dengan

mata telanjang. Interpretasi hasil sama dengan MAT. Uji MSAT kurang

spesifik dibandingkan dengan MAT.

Uji Linked Immunosurbent Assay ( ELISA, EIA)

Uji ELISA sering dipakai dan dapat dilakukan dengan reagen

komersial maupun antigen yang dibuat sendiri. Uji ini memakai suatu

antigen yang bersifat spesifik pada genus dapat mendeteksi antibodi

dikelas IgM dan IgG.

19

Page 20: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

Keuntungan uji ELISA ini untuk mengetahui jenis antibodi apakah

IgM atau IgG. Antibodi IgM merupakan prediksi leptospirosis sebagai

infeksi akut. Dan IgG merupakan untuk infeksi terdahulu. Meskipun

demikian perlu diingat bahwa IgM kadang dapat menetap selama beberapa

tahun.

Diagnosis banding Leptospirosis anikterik

Influensa, demam dengue dan demam berdarah dengue, infeksi

virus hanta, demam kuning, riketsiosis, boreliosis, bruselosis, malaria,

pielonefritis, meningitis, aseptik dan penyakit demam enterik lain, fever of

unknow origin (FUO), serokonversi HIV primer, penyakit legioner,

toksoplasma, mononukleosis infeksiosa, faringitis dan infeksi virus lain.

Leptospirosis ikterik : malaria falcifarum berat, hepatitis virus, demam

tifus, dengan komplikasi ganda, hemorhagic fever with renal falilure

demam berdarah virus lainnya dengan komplikasi.

THERAPI

Kuman leptospira sensitif terhadap sebagian besar antibiotika

terkenali vankomisin, rifampisin dan metronidazole.

Pasien azotemia prarenal dilakukan rehidrasi dan pemantauan fungsi ginjal

sedangkan pasien gagal ginjal segera lakukan dialisis peritoneal.

Pemantauan fungsi jantung perlu dilakukan pada hari pertama rawat inap.

Dengan mencakup aspek terapi kausatif, simtomatik dan supportif.

Prinsip umum dengan terapi suportif dan simptomatik meliputi

pemberian analgetik untuk rasa sakit. Bila perlu diberikan analgesik kuat

seperti morfin atau petidin. Nyeri kepala hebat dapat dihilangkan dengan

pungsi lumbal. Pada pasien yang gelisah diberikan penenang. Anemia

berat diperbaiki dengan tranfusi darah. Keseimbangan cairan dan elektrolit

akibat diare dan muntah-muntah, memerlukan penanganan secara intensif

infus. Pada pasien gagal ginjal dan gangguan fungsi hati berat,

memerlukan terapi suportif intensif.

20

Page 21: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

Terapi leptospirosis ringan.

1. Pemberian antipiretik , teruatama apabila demamnya melebihi 38 0 c

2. pemberian antibiotik-antikuman leptospira. Pada leptospirosis rngan

diberikan terapi :

o Doksisiklin 100 mg yang diberikan 2 kali sehari, selama 7 hari.

Pada anak diatas 8 tahun; 2 mg/kg/hari. (maksimal 100 mg) atau

o Ampicilin 500-750 mg yang diberikan 4 kali sehari oral atau

o Amoxicillin 500 mg yang diberikan 4 kali sehari per oral

Pemberian antibiotik tersebut dapat mengurangi masa demam,

komplikasi ginjal / hati. Hal yang penting dan perlu diketahui as

waktu pemberiannya. Pemberian antibiotik antikuman leptospira

yang paling tepat pada fase leptospiremia, yang diperkirakan pada

minggu-minggu pertama infeksi. Antibiotik diberikan tanpa

menunggu hasil laboratorium.

Pada leptospirosis ringan yang belum ada komplikasi perlu

dilakukan pirasi pemantuaan tekanan darah, suhu, denyut nadi dan

respirasi secara berkala tiap jam atau empat jam. Seseuai dengan

kondisi klinik pasien disertai dengan pencatatan produksi urin.

Terapi leptospirosis berat.

1. Antipiretik

2. nutrisi dan cairan

pemberian nutrisi perlu diperhatikan. Karena nafsu makan pasien

menurun. Sehingga asupan nutrisi kurang. Pemberian nutrisi yang

seimbang dengan kebutuhan kalori sehingga tidak membebani fungsi

hati dan ginjal yang menurun. Kalori diberikan

denganmempertimbangkan keseimbangan nitrogen dengan

perhitungan :

berat badan 0-10 kg : 100 kalori/ kgBB/ hari

21

Page 22: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

berat badan 20-30 kg : ditambahkan 50 kalori/ kgBB/ hari

berat badan 30-40 kg : ditambahkan 25 kalori/ kgBB/ hari

berat badan 40-50 kg : ditambahkan 10 kalori/ kgBB/ hari

berat badan 50-60 kg : ditambahkan 5 kalori/ kgBB/ hari

Karbohidrat diberikan dalam jumlah cukup untuk mencegah

terjadinya ketosis protein. Protein yang mengandung asam amino

esensial, diberikan sebanyak 0,2-0,5 gram/kgbb/ hari. Pemberian

kalium dibatasi sampai 40mEq/hari, karena kemungkinan sudah terjadi

hiperkalemia. Kadar natrium tidak boleh terlalu tinggi pada fase

oliguria, maksimal 0,5 gram/hari. Pada fase oliguria pemberian cairan

dibatasi.

Hindari pemberian cairan terlalu banyak, karena akan membebani

kerja hati dan ginjal. Misalnya infus ringer laktat yang akan

membebani kerja hati. Pemberian cairan harus memadai dan tidak

berlebihan sehingga perlu dilakukan pemantauan keseimbangan cairan

secara tepat.

Pada pasien dengan muntah hebat atau tidak mau makan, diberi

makanan secara parenteral. (sekarang sudah tersedia kemasan cairan

infus yang praktis dan cukup mengandung nutrisinya.)

3. pemberian anti biotik

Prokain penisilina 6-8 juta unit sehari yang diberikan 4 kali sehari

intra muskuler

o Ampicilina 1 gram yang diberikan 4 kali sehari intravena atau

o Antibiotik pada anak:

o Prokain penisilin 50.000 IU/kg BB sehari intramuskular 2 juta IU

sehari yang diberikan 4kali sehari intramuskular atau

o Doksisiklin pada anak >8 tahun: 2 mg/KbBB: maksimal 100 mg

sehari yang diberikan per oral.

o Penelitian terakhir secara in vito menunjukkan bahwa antibiotik

golongan fluoroquiolone dan beta laktam (sefalosporin,

22

Page 23: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

ceftriaxone) lebih baik diberikan dibandingkan dengan

konvensional tersebut diatas, meskipun masih perlu dibuktikan

keunggulannya secara invito tersebut.

Reaksi jarisch-herxheimer pada pemberian penisilin kadang timbul,

misalnya reaksi demam akut antara 37,8-38,4 0 c, sakit kepala disertai

mialgia dan hipotensi. Reaksi umumnya timbul dalam waktu 4-5 jam

setelah pemberian penisillin intravena.mekanisme terjadinya reaksi belum

sepenuhnya jelas. Diduga lisisnya kuman leptospira oleh karena antibiotik

akan melepaskan toksin yang menginduksi sitoksin. Penatalaksanaan

reaksi jerisch –herxheimer hanya supportif dan simtomatik, reaksi bersifat

sementara danberkurang dalam waktu 24 jam berikutnya.

Leptospirosis dengan kegagalan ginjal / ginjal akut yang merupakan

salah saru komplikasi berat leptospirosis,pada ginjal ditemukan nekrosis

tubular akut. Terjadi nekrosis tubular akut dapat diketahui dengan :

- Kadar natrium urin > 40mEq/L

- Rasio kreatinin urin dan plasma < 20

- index gagal ginjal > 1 (index gagal ginjal =

kadar nartrium urin X kadar kreatinin plasma/ kadar natrium urin. )

kegagalan ginjal akut pada leptospirosis dapat dibagi menjadi 2 bentuk

yaitu :

- Type oliguria

- Tipe non oliguria

Tipe oliguria mempunyai prognosis yang jelek, terutama bila fase

oliguria berlangsung lama, kurang respon pada pemberian diuretik, rasio

ureum urin: darah meningkat dan kadar ureum/ kratinin darah tetap tinggi.

Perlu pemantauan karena akan timbul hiperkalemia dalam kurun waktu 48

jam pertama sakit. Dan mendahului uremia.

Lamanya fase oliguria dan kecepatan katabolisme protein merupakan

faktor penentu untuk melakukan dialisis. Dialisis dilakukan pada fase

penentu untuk melakukan dialisis. Dialisis dilakukan pada fase oliguria

23

Page 24: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

yang lama. Perlu pemantuaan yang baik tanpa kedua keadaan diatas,tidak

perlu dilakukan dialisis.

4. pengobatan terhadap infeksi sekunder

pasien leptospirosis sangat rentan terhadap infeksi sekunder

sebagai komplikasi penyakit sendiri atau akibat tindakan medik yang

dilakukan antara lain: brpn, infeksi saluran kemih, peritonitis

(komplikasi dalam dialisis peritoneal) dan sepsis

dilaporkan kelainan paru dalam leptospirosis sebesar 20-70 %.

Pengobatan disesuaikan dengan jenis komplikasi yang terjadi.

Pasien leptospirosis dengan sepsis/syok septikemia mempunyai angka

kematian yang tinggi.

5. penanganan khusus

a. Hiperkalemia

Merupakan keadaan yang harus segera ditangani karena

menyebabkan cardiac arrest. Sebagai tindakan darurat dapat

diberikan garam kalsium glukonas 1 gram atau glukosa insulin

(10-20 U reguler insulin dalam infus dekstrosa 40%)

b. Asidosis metabolik diberikan natrium bikarbonas dengan dosis

(0,3X kg BB x defisit HC03 plasma dalam mEq/L)

c. Hipertensi perlu diberikan anti hipertensi

d. Gagal jantung: pembatasan cairan, digitalis dan diuretik

e. Kejang dapat terjadi karena hiponatremia, hipokalsemia.

Hipertensi ensefalopati dan karena uremia. Kausa primer

diatasi, dipertahankan oksigenasi/ sirkulasi ke otak dan diberi

obat anti konvulsi.

f. Perdarahan diatasi dengan transfusi

Perdarahan merupakan komplikasi serius leptospirosis dan

terjadi akibat penumpukan bahan toksik dan trombositopati.

Manifestasi perdarahan bervariasi dari ringan sampai berat.

Perdarahan dapat terjadi saat melakukan dialisis peritoneal.

24

Page 25: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

Gambar bagan tatalaksana leptospirosis

25

Diagnosis suspect ( hanya didukung oleh gejala klinis &riwayat pajanan) demam, conjuctival suffusion, kaku&nyeri otot(betis dan paha), ikterik, sakit kepala, menggigil, oliguria, anuria, kaku kuduk, dll. Ditambah riwayat pajanan dengan hewan/ lingkungan terkontaminasi urin hewan factor resiko transmisi leptospirosisDiagnosis probable: diagnosis suspect didukung test serologi penyaring positifDiagnosis confirmed: peningkatan titer serial? 4 atau serokonvulsi MAT atau ELISA IgM (+)

ikterik anikterik

azotemia Tidak/ ringan

A:Nutrisi, terapi suportif

pencegahan & komplikasi keseimbangan air dan

elektrolitYa/ berat

Non oliguria (poliuria) urinUrin > 600 ml/ hari

Oliguria Urin < 600 ml/hari

Seperti A ditambah dengan: pemantauan intensif keseimbangan air & elektrolit

Seperti A ditambah dengan:Hidrasi dengan cairan & elektrolitDopamine: meningkatkan perfusi ginjalDiuretic (ARF oliguria poliuria)Keseimbangan asam basa, dialysis bila ada indikasi dialysis :

- Hiperkatabolik (Ureum>60mg/24 jam)- Hiperkalemia (serum K> 6mEq/l- Asidosis metabolic (HCO3<12 meq/L- Perdarahan tanda sindroma uremia lain

Page 26: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

Sumber adaptasi dari : Gasem MH, 2003

BAB IV

PENCEGAHAN

Pencegahan penularan kuman leptospira dpat dilakukan melalui tiga jalur

intervensi yang meliputi :

1. Intervensi sumber infeksi

2. intervensi pada jalur penularan.

3. intervensi pada pejamu manusia.

Intervensi sumber infeksi:

- Memberikan tindakan isolasi atau membunuh hewan yang terinfeksi

( sapi/ babi/ kambing dll)

- Memberikan antibiotik pada hewan yang terinfeksi seperti penisilin,

ampisilin, atau dihydrostreptomicin, agar tidak menjadi karier kuman

leptospira. Dosis dan cara pembrian berbeda-beda. Tergantung pada jenis

hewan yang terinfeksi.

- Mengurangi populasi tikus denga beberapa cara seperti panggunaan racun

tikus, pemasangan jebakan, penggunaan rodentisida dan predator roden.

- Menidakan akses tikus ke pemukiman, makanan dan air minum denga

membangun gudang penyimpanan hasil pertanian sumber penampungan

air dan pekarangan yang kedap tikus. Dan dengan membuang sisa

makanan serta sampah jauh dari jangkauan tikus

- Mencegah tikus dan hewan liar lain tinggal di habitat manusia dengan

memelihara lingkungan yang bersih, membuang sampah memangkas

rumput dan semak belukar, menjaga sanitasi, khususnya dengan

membangun sarana pembuangan limbah dan kamar mandi yang baik dan

menyediakan air minum yang bersih.

- Melakukan vaksinasi hewan termasuk ternak dan hewan peliharaan

26

Page 27: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

- Membuang kotoran hewan peliharaan sedemikian rupa sehingga tidak

menimbulkan kontaminasi, misalnya dengan pemberian desinfektan ,

dibakar dll

INTERVENSI PADA JALUR PENULARAN

Penularan dapat dicegah dengan :

- Memakai pelindung kerja (sepatu lars, sarung tangan,pelindung mata,

apron, masker)

- Mencuci luka dengan cairan antiseptik dan ditutup dengan plester kedap

air

- Mencuci atau mandi dengan sabun antiseptik setelah terpajan percikan

urin, tanah, dan air yang terkontaminasi

- Menumbuhkan kesadaran terhadap potensi resiko dan metoda untuk

mencegah atau mengurangi pajanan. Misal dengan mewaspadai percikan

urin atau aerosol. Tidak menyentuh bangkai hewan, janin, plasenta,organ

(ginjal, kandung kemih) dengan tangan telanjang dan jangan menolong

persalinan hewan dengan tangan telanjang.

- Mengenakan sarung tangan melakukan tindakan higienik saat kontak

engan urin hewan , cuci setelah selesai dan waspada terhadap

kemungkinan terinfeksi saat merawat hewan yang sakit.

- Melakukan sanitasi air minum penduduk dengan pengelolaan air minum

yang baik, filtrasi dan klorinasi untuk mencegah invasi kuman leptospira

- Menurunkan PH air sawah menjadi asam dengan pemakaian pupuk /

bahan-bahan kimia sehingga jumlah dan virulensi kuman leptospira

berkurang.

- Memberikan peringatan kepada masyarakat mengenai air kolam, genangan

air dan sungai yang relah atau diduga terkontaminasi kuman leptospira

- Mekanisme pekerjaan dengan reisiko terpajan tinggi seperti menanam padi

dan menebang tebu.

- Manajemen ternak yang baik (hindari menggembalakan ternak ditemoat

umum, membeli ternak dengan sertifikasi bebas kuman leptospira

27

Page 28: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

- Menerapkan prosedur kewaaspadaan standar di laboratorium dan bangsal

perawatan (merujuk pada buku pedoman lankah-langkah kewaspadaan

standar untuk pencegahan infeksi yang telah disusun oleh departemen

kesehatan.

BAB V

KESIMPULAN

Dalam upaya promotif untuk menghindari leptospirosis dilakukan dengan

cara –cara edukasi.lep merupakan zoonosis klasik pada hewan, sebagai sumber

infeksi utama, dengan jenis serovar dan cara penularan berbeda antara daerah satu

dengan daerah lainnya, oleh karena itu setiap program edukasi harus melibatkan

profesi kesehatan, dokter hewab dan kelompok lembaga sosial masyarakat yang

terlibat. Edukasi dengan tenaga kesehatan maupun masyarakat umum, mengenai

perkembangan terbaru leptospirosis didaerahnya. Harus selalu diberikan melelui

penyuluhan dengan tatap muka langsung, seminar dirumah sakit, maupun secara

tidak langsung melalui selebaran masmedia dan media elektronik. Upaya agar

leptospirosis tidak dilupakan oleh para klinikus akan meningkat identifikasi kasus.

Pendidikan masyarakat luas sangat berperan untuk mengidentifikasi faktor resiko,

pencegahan penyakit , mengurangi lama masa sakit dan tingkat keparahan

penyakit, melalui pengenalan gejala leptospirosis dan kesadaran untuk segera

berobat.

Berbagai cara edukasi yang dapat dipakai yaitu:

- memberikan selebaran ke kllinik kesehatan, departemen pertanian, institusi

militer dan lain-lain. Didalamnya diuraikan mengenai penyakit

leptospirosis, kriteria menegakkan diagnosis terapi dan cara

pajanan.dicantumkan pula nomor telpon yang dapat dihubungi untuk

informasi lebih lanjut

- melakukan penyebaran informasi pengendalian wabah

bila menjadi wabah seperti banjir atau angin topan , sesegera mungkin

diinformasikan kepada dokter dan masyarakat mengenai situasi dilapangan

28

Page 29: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

dan cara pencegahan penyakit. Informasi diberikan dalam bentuk publikasi

dan selebaran, agar dokter dapat mengenali suatu penyakit demam, yang

mungkin disebabkan oleh leptospirosis dan memberikan terapi yang tepat.

Selain itu melalui publikasi dimedia cetak dan elektronik, serta selebaran

di lokasi wabah, masyarakat diberi penyuluhan mengenali gejala

leptospirosis, resiko pejanan dan segera datang ke sarana kesehatan

karena penyakit ini dapat diobati dengan antibiotik. Diberikan juga

mengenai cara pencegahan, misalnya : mengingatkan masyarakat untuk

tidak melakukan kegiatan seperti mencuci atau berendam di air yang

mungkin terkontaminasi.

29

Page 30: LEPTOSPIROSIS · Web viewTerjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan. B. Faktor Resiko Faktor – faktor resiko terinfeksi

DAFTAR PUSTAKA

Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Pedoman Tatalaksana Kasus dan

Pemeriksaan Laboratorium Leptospirosis di Rumah Sakit,

Departemen kesehatan RI, 2003

Leptospira, available from URL: http://www.infeksi.com

30