lembar hasil penilaian sejawat sebidang atau peer...

16
LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW KARYA ILMIAH : Disajikan dalam seminar/simposium/ lokakarya, tetapi tidak dimuat dalam prosiding yang dipublikasikan Judul Karya Ilmiah (Artikel) : Aplikasi Metode Spasial Durbin Model (SDM) Untuk Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pencemaran Udara Di Kabupaten Bantul, DIY Nama Penulis : Kris Suryowati, Rokhana Dwi Bekti, dan Khaifa Zulfenia Jumlah Penulis : 3 (tiga) orang Status Pengusul : Penulis kedua Identitas Seminar : a. Nama : Seminar Nasional Statistika b. Pelaksanaan : 15 September 2018 c. Alamat Web : http://repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2018/suryowati_22922.pdf Kategori Publikasi Prosiding (beri pada kategori yang tepat) Seminar Internasional Seminar Nasional Hasil Penilaian Peer Review : Komponen Yang Dinilai Nilai Maksimal Prosiding Seminar Nilai Akhir Yang Diperoleh Internasional Nasional a. Kelengkapan dan Kesesuaian unsur isi prosiding (10%) 0,3 0,3 b. Ruang lingkup dan kedalaman pembahasan (30%) 0,9 0,8 c. Kecukupan dan kemutahiran data/informasi dan metodologi (30%) 0,9 0,8 d. Kelengkapan unsur dan kualitas penerbit (30%) 0,9 0,8 Total = (100%) 3 2,7 Kontribusi Pengusul 13,33% 0,36

Upload: others

Post on 29-Nov-2020

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER …repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2018/bekti... · 2020. 6. 11. · LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER

LEMBAR

HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW

KARYA ILMIAH : Disajikan dalam seminar/simposium/ lokakarya, tetapi tidak dimuat

dalam prosiding yang dipublikasikan

Judul Karya Ilmiah (Artikel) : Aplikasi Metode Spasial Durbin Model (SDM) Untuk Analisis

Faktor Yang Mempengaruhi Pencemaran Udara Di

Kabupaten Bantul, DIY

Nama Penulis : Kris Suryowati, Rokhana Dwi Bekti, dan Khaifa Zulfenia

Jumlah Penulis : 3 (tiga) orang

Status Pengusul : Penulis kedua

Identitas Seminar :

a. Nama : Seminar Nasional Statistika

b. Pelaksanaan : 15 September 2018

c. Alamat Web :

http://repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2018/suryowati_22922.pdf

Kategori Publikasi Prosiding

(beri �pada kategori yang tepat)

Seminar Internasional � Seminar Nasional

Hasil Penilaian Peer Review :

Komponen Yang Dinilai

Nilai Maksimal

Prosiding Seminar Nilai Akhir

Yang

Diperoleh

Internasional

Nasional

a. Kelengkapan dan Kesesuaian unsur isi

prosiding (10%) 0,3 0,3

b. Ruang lingkup dan kedalaman pembahasan

(30%) 0,9 0,8

c. Kecukupan dan kemutahiran data/informasi

dan metodologi (30%) 0,9 0,8

d. Kelengkapan unsur dan kualitas penerbit

(30%) 0,9 0,8

Total = (100%) 3 2,7

Kontribusi Pengusul 13,33% 0,36

Page 2: LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER …repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2018/bekti... · 2020. 6. 11. · LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER

Komentar

Peer Review

a. Tentang kelengkapan dan kesesuaian unsur:

semua unsur penulisan lengkap dan sesuai

b. Tentang ruang lingkup dan kedalaman pembahasan

ruang lingkup memadai dan dibahas cukup mendalam

c. Kecukupan dan kemutahiran data/informasi dan metodologi

Menggunakan data dan informasi serta metodologi yang cukup

d. Kelengkapan unsur dan kualitas penerbit

Tidak diterbitkan

e. Indikasi plagiasi

Tidak ditemukan indikasi plagiasi

f. Kesesuaian bidang ilmu

Materi sesuai dengan kompetensi bidang ilmu penulis

Yogyakarta, 9 Juni 2020

Reviewer 1

Nama : Drs. Yudi Setyawan, MS., M.Sc.

NIK/NIDN : 02.1262.569.E/ 0517126202

Jabatan fungsional : Lektor Kepala

Unit Kerja : Jurusan Statistika, Fakultas Sains Terapan

Institut Sains & Teknologi AKPRIND

Yogyakarta

Page 3: LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER …repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2018/bekti... · 2020. 6. 11. · LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER
Page 4: LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER …repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2018/bekti... · 2020. 6. 11. · LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER
Page 5: LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER …repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2018/bekti... · 2020. 6. 11. · LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 7%

Date: Selasa, April 07, 2020

Statistics: 266 words Plagiarized / 3611 Total words

Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement.

-------------------------------------------------------------------------------------------

A-1 APLIKASI METODE SPASIAL DURBIN MODEL (SDM) UNTUK ANALISIS FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI PENCEMARAN UDARA DI KABUPATEN BANTUL, DIY Kris

Suryowati1, Rokhana Dwi Bekti2, Khaifa Zulfenia3 1,2,3Jurusan Statistika, Fakultas Sains

Terapan, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta e-mail

:[email protected], [email protected], [email protected] ABSTRACT

The continuously increasing population will have an impact on increasing industrial

activities, technological developments and so on, thus impacting on the deterioration of

the quality of health and the environment, especially air.

Bantul Regency in Special Region of Yogyakarta (DIY), which consists of 17 sub-districts,

is an area that continues to grow and has increased population activities. In 2014, 16

sub-districts had been contaminated by air quality. To find out things that can affect air

pollution in the area, this study conducted Spatial Autoregressive Models (SAR).

This method is used as an alternative OLS method that does not meet assumptions

when used in the case of spatial data. The reason for using SAR is because there is an

autocorrelation in air quality among sub-districts. By OLS regression model, a significant

factor influencing is the number of villages according to the type of transportation

infrastructure.

However, this model does not pay attention to the geographical location factor and the

residual assumption that normal distribution is not met. The results of SAR model show

that if the population density is high, transportation infrastructure is high, and the

number of landfills in the hole or burned high then the number of villages polluted. also

high.

Page 6: LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER …repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2018/bekti... · 2020. 6. 11. · LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER

A sub-district will have a high number of polluted villages if it is adjacent to other

sub-districts with a high number of polluted villages. However, the variable that has a

sig nninen 5o ir otionis uer f es according to the type of transportation infrastructure.

Keywords : air pollutant, regression analysis, Spatial Autoregressive Model ABSTRAK

Peningkatan jumlah penduduk berdampak pada peningkatan aktifitas industri,

perkembangan teknologi, yang berakibat menurunnya kualitas lingkungan hidup

khususnya udara sehingga dapat menurunkan tingkat kesehatan masyarakat.

Salah satu di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yaitu Kabupaten Bantul terdiri dari 17

kecamatan, merupakan daerah yang terus berkembang dan aktifitas penduduk

meningkat juga terdapat alih fungsi lahan, pariwisata juga mengalami peningkatan.

Berdasarkan data bahwa pada tahun 2014, dari 17 kecamatan 16 diantaranya telah

tercemar kualitas udaranya.

Untuk mengetahui hal yang dapat mempengaruhi pencemaran udara di wilayah Bantul,

maka penelitian ini digunakan analisis regresi Spatial Durbin Models (SDM). Metode ini

digunakan sebagai alternatif metode OLS yang tidak memenuhi asumsi ketika

digunakan pada kasus data spasial. Alasan penggunaan SDM dikarenakan kualitas udara

antar wilayah saling berhubungan.

Berdasarkan model regresi dengan metode OLS, faktor yang signifikan berpengaruh

adalah jumlah desa menurut jenis prasarana transportasi, tetapi model ini tidak

memperhatikan faktor lokasi geografis dan asumsi residual tidak terpenuhi distribusi

normal. Melalui model SDM, diperoleh hasil bahwa jika kepadatan penduduk

meningkat, prasarana transportasi meningkat, dan jumlah jenis tempat pembuangan

sampah dalam lubang atau dibakar tinggi maka jumlah desa yang tercemar udara juga

meningkat.

Berkaitan dengan letak geografis sehingga kecamatan yang memiliki jumlah desa

tercemar tinggi maka kecamatan-kecamatan lain yang bertetanggan akan memiliki

jumlah desa tercemar yang tinggi juga. Tetapi, variabel yang memberikan pengaruh

signifikan (a%) pada pencemaran udara adalah variabel jumlah desa menurut jenis

prasarana transportasi.

Kata kunci : pencemaran udara, analisis regresi, Spatial Durbin Model A-2 1.

PENDAHULUAN Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan

Hidup No. 02 tahun 1988, pencemaran udara adalah masuk atau dimasukannya makhluk

hidup, zat, energi dan komponen lain ke udara atau berubahnya tatanan udara oleh

kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas udara turun hingga ke tingkat

tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi

Page 7: LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER …repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2018/bekti... · 2020. 6. 11. · LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER

sesuai dengan peruntukannya.

Banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya potensi pencemaran udara,

diantaranya dapat disebabkan oleh aktivitas manusia seperti yang berasal dari pabrik,

kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian dan peristiwa alam seperti

kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas dan awan panas.

Kabupaten Bantul di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang terdiri dari 17 kecamatan,

merupakan daerah yang terus berkembang dan mengalami peningkatkan aktifitas

penduduk. Pertumbuhan penduduk terus meningkat, dimana laju pertumbuhan

penduduknya pada 2000 – 2010 adalah 1,56%.

Sementara itu, dengan luas wilayah 506,85 km2 , kepadatan penduduk Kabupaten

Bantul tahun 2016 adalah 1.940 jiwa per km2 (BPS, 2017). Menurut data Buku Potensi

Desa, pada tahun 2011 terdapat 7 kecamatan yang mengalami pencemaran udara

kemudian pada tahun 2014 meningkat menjadi 16 kecamatan. Menurut data

pemantauan kualitas udara ambient di Kabupaten Bantul sejak tahun 2004 hingga 2015,

parameter Total Suspenden Particulate (TSP) telah melampaui baku mutu yang

dipersyaratkan. Sementara itu, konsentrasi SO2 dan CO di udara ambien juga terus

mengalami peningkatan sejak tahun 2014 hingga 2016.

Peningkatan konsentrasi zat tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya

penurunan kualitas udara. Banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya pencemaran

udara di Kabupaten Bantul. Untuk mengetahui faktor-faktor dominan, maka penelitian

ini melakukan analisis statistik regresi spasial.

Analisis regresi spasial merupakan pengembangan dari metode regresi linier klasik

Ordinary Least Square (OLS) berdasarkan hukum Tobler y ang ntaka“ ah gses

nbhubgsatdgayag lainya,tetapsesu nlebdakameuyai engaryanlebdipa u nj Ini berarti

adanya pengaruh tempat atau spasial pada data yang dianalisis. Metode OLS tidak

memperhatikan posisi geografi data yang digunakannya atau tidak memperhatikan

unsur spasial dalam analisisnya.

Dalam permodelan, apabila metode OLS digunakan sebagai alat analisis pada data

spasial, maka dapat menyebabkan kesimpulan yang kurang tepat karena asumsi error

saling bebas dan asumsi homogenitas tidak terpenuhi. Begitu juga pada analisis

pemodelan pencemaran udara. Kualitas udara dan pencemarannya juga sangat

dipengaruhi oleh faktor posisi geografi. Setiap daerah memiliki kondisi geografi dan

pencemaran udara yang berbeda-beda.

Selain itu, pencemaran kualitas udara antar daerah juga dapat saling berhubungan.

Page 8: LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER …repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2018/bekti... · 2020. 6. 11. · LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER

Dengan demikian, regresi spasial perlu digunakan. Salah satu jenis model regresi spasial

adalah Spatial Durbin Model (SDM) merupakan penyempurnaan model SAR dengan

memberikan lag pada variabel yang berpengaruh menurut Anselin dan Rey (2010), SDM

adalah model yang mengkombinasikan model SAR dengan lag spasial pada variabel

dependen artinya spasial lag muncul saat nilai observasi variabel dependen pada suatu

lokasi berkorelasi dengan nilai observasi variabel dependen di lokasi sekitarnya.

Beberapa penelitian yang menggunakan metode ini diantaranya Melati dkk A-3 (2016)

serta Bekti, Nurhadiyanti, Irwansyah. (2014). Penelitian yang menggunakan metode

regresi spasial lainnya diantaranya Saputri dan Suryowati (2018), Suryowati, Bekti, dan

Faradila (2018). Penelitian ini menggunakan metode regresi spasial SDM untuk

mendapatkan faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi pencemaran udara di

Kabupaten Bantul.

Dengan analisis ini diharapkan dapat memberikan informasi pencemaran udara dari segi

pola dan faktor spasial. 2. METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian

adalah data sekunder yang didasarkan pada tahun 2014 dengan 17 Kecamatan di

Kabupaten Bantul. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kaupaten Bantul.

Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari variabel dependen (Y) yang

berupa jumlah desa menurut jenis pencemaran lingkungan yakni pencemaran udara.

Data ini diperoleh dari Buku Statistik Potensi Desa Kabupaten Bantul 2014. Sementara

itu, variabel independen yang terdiri dari kepadatan penduduk (X1), prasarana

transportasi (X2), dan jenis tempat pembuangan sampah (X3).

Kepadatan penduduk didefinisikan sebagai Jumlah penduduk tiap wilayah (km2).

prasarana transportasi didefinisikan sebagai Jumlah desa menurut jenis prasarana

transportasi darat berupa jalan yang dilalui oleh kendaraan. Jenis tempat pembuangan

sampah didefinisikan sebagai Jumlah desa menurut jenis tempat pembuangan sampah

dalam lubang atau dibakar.

Metode analisis yang digunakan adalah regresi Spatial Durbin Model (SDM). Analisis

regresi spasial digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan

variabel independen dengan mempertimbangkan keterkaitan antar wilayah dalam artian

memperhitungkan ketergantungan antar pengamatan yang satu dengan pengamatan

yang lain.

Pengamatan yang dikumpulkan bisa berasal dari suatu titik atau area di suatu wilayah

tertentu. Menurut Anselin (2013), LeSage dan Pace (2009) model umum regresi spasial

dapat ditunjukkan pada persamaan sebagai berikut: (1) dengan u ?W 2 e N (0, ? 2I)

Page 9: LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER …repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2018/bekti... · 2020. 6. 11. · LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER

Keterangan: y : vektor variabel dependen, ukuran (n x 1) X : matriks variabel independen,

ukuran (n x (k+1)) ß : vektor parameter koefisien regresi, berukuran (k+1) x 1 ? :

parameter koefisien lag variabel dependen ? : parameter koefisien lag pada error u :

vektor error berukuran (n x 1) : vektor error berukuran (n x 1) W1,W2 : Matriks

pembobot, berukuran (n x n) Pa ern 1,jnilai ? ? 0mam enjadi Spatial Autoregressive

Model (SAR) seperti pada persamaan (2) yang mengasumsikan bahwa proses

autoregressive hanya pada variabel dependen y ?W 1 y Xe (2) dan e N(, ? 2I) A-4 Model

SAR dalam bentuk matriks ?? = ?? ?? 1y + ?? ?? + ?? (3) dengan Spasial durbin model

(SDM) merupakan kasus khusus dari SAR yaitu dengan menambahkan pengaruh lag

pada variabel independen sehingga ditambahkan spasial lag pada model.

Pembobotan dilakukan pada variabel independen maupun dependen. Bentuk model

SDM adalah sebagai berikut (Anselin, 1988)& (Rokhana, 2017): (4) Memenihi dan

Estimasi Parameter Spatial Durbin Model Maximum Likelihood Estimation, dengan

persamaan sebagai berikut: (5) dengan (6) Estimasi adalah: dengan Z =[I X W1X] (7)

DenganZ =[I X W1X] (Anselin,1988) 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1 berikut menunjukkan karakteristik pencemaran

udara pada tahun 2011 dan 2014. Pada tahun 2011 di Kabupaten Bantul terdapat 7

kecamatan yang memiliki desa tercemar udara. Selanjutnya jumlah desa tercemar

semakin meningkat hingga tahun 2014, dimana terdapat 16 kecamatan yang memiliki

desa tercemar udara.

Secara rata-rata, terdapat 4 desa tercemar udara (mengalamai pencemaran lingkungan

yakni pencemaran udara) di setiap kecamatan. Dengan demikian dari tahun 2011

menjadi 2014 terdapat peningkatan pencemaran udara. Tahun 2011 Tahun 2014

Gambar 1. Peta Tematik Presentase Jumlah Desa Tercemar Tahun 2011 dan 2014 A-5

Selanjutnya Gambar 1 juga menunjukkan pola spasial Kecamatan yang tercemar

menurut Jumlah Desa dengan Jenis Pencemaran Udara di Kabupaten Bantul tahun 2014.

Pengelompokan kelas interal dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut: 1) Angka 0-3

menunjukkan Kecamatan yang memiliki 0-3 desa tercemar yaitu terdapat di Kecamatan

Pajangan dan Srandakan. 2) Angka 4-5 menunjukkan Kecamatan yang memiliki 4-5 desa

tercemar yaitu terdapat di Kecamatan Sedayu, Kasihan, Sewon, Piyungan, Pleret, Bantul,

Pleret, Jetis, Pandak, Bamanglipuro, Pundong, Sanden dan Kretek 3) Angka 6-8

menunjukkan Kecamatan yang memiliki 6-8 desa tercemar yaitu terdapat di Kecamatan

Banguntapan, Imogiri dan Dlingo Menurut pola spasial, dapat diketahui bahwa

Kecamatan dengan banyak desa tercemar adalah saling mengelompok dan berdekatan,

sebagai contoh adalah Kecamatan Imogiri dan Dlingo. Sementara itu, Kecamatan yang

berada di wilayah timur lebih memiliki banyak desa tercemar dibandingkan dengan

Page 10: LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER …repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2018/bekti... · 2020. 6. 11. · LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER

wilayah lainnya. Gambar 2.

Pola spasial Jumlah Desa Menurut Jenis Pencemaran Udara Gambaran pola spasial

variabel independen juga dapat dilihat di Gambar 3. Kecamatan yang memiliki

kepadatan penduduk tinggi terletak pada kelas interval 3.388-4.755 jiwa/km2 yaitu

berada pada kecamatan Kasihan, Sewon dan Banguntapan. Ketiga kecamatan

cenderung mengelompok dan berada Kab. Bantul bagian utara.

Kecamatan dengan jumlah desa yang memiliki banyak prasarana transportasi, yaitu

yang berupa berupa jalan yang dilalui oleh kendaraan, berada pada kelas interval 7-8

desa yaitu terdapat di Kecamatan Banguntapan dan Imogiri. Kecamatan yang memiliki

banyak desa menurut jenis tempat pembuangan sampah dalam lubang atau dibakar

terletak pada kelas interval 7-8 yaitu berada di Kecamatan Imogiri.

A-6 Kepadatan Penduduk Prasarana Transportasi Jenis Pembuangan Sampah Gambar 3.

Pola spasial Kepdatan Penduduk, Prasarana Transportasi, dan Jenis Pembuangan

Sampah. 3.1 Pemodelan Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS) Pada gambar pola

spasial menunjukkan adanya indikasi pengaruh spasial antara kecamatan yang satu

dengan lainnya.

Dengan demikian, perlu juga dibuktikan dengan melakukan pengujian efek spasial guna

mengetahui apakah terdapat keterkaitan antar Kecamatan di Kabupaten Bantul. Namun

demikian, sebelum dilakukan pemodelan spasial terlebih dahulu melakukan pemodelan

regresi dengan metode OLS serta menguji asumsi residual normalitas, multikolinearitas,

heteroskedastisitas dan autokorelasi Estimasi parameter model regresi metode Ordinary

Least Square (OLS) yang tidak melibatkan efek spasial disajikan di Tabel 1.

Tabel 1. Output Regresi Metode OLS Variabel ? P - value Konstanta - 1,0620 0,7795 -

1,362 0,1962 0,0002 0,0003 0,890 0,3898 0,8777 0,3409 2,574 0,0231 * 0,2405 0,3837 0,6

27 0,5415 A-7 R-Square = 0,8756 P-value = Berdasarkan tabel 1 diperoleh estimasi

pemodelan regresi OLS sebagai berikut: (8) Secara umum, model dapat

diinterpretasikan bahwa jika kepadatan penduduk (X1) di Kabupaten Bantul naik sebesar

10.000 jiwa/km2 maka jumlah desa yang tercemar di Kabupaten Bantul naik sebesar 2

desa.

Jika jumlah desa menurut jenis prasarana transportasi darat berupa jalan (X2) naik

sebesar satu jenis prasarana transportasi maka dapat jumlah desa yang tercemar di

Kabupaten Bantul naik sebesar 0,8777 desa. Jika jumlah desa menurut jenis tempat

pembuangan sampah dalam lubang atau dibakar (X3) naik sebesar satu jenis tempat

pembuangan sampah dalam lubang atau dibakar maka jumlah desa yang tercemar

Page 11: LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER …repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2018/bekti... · 2020. 6. 11. · LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER

Kabupaten Bantul naik sebesar 0,2405 desa.

Model regresi OLS yang terbentuk mempunyai nilai R2 sebesar 0,8756 atau 87,56% yang

berarti ketiga variabel independen penelitian dapat menjelaskan pencemaran udara di

Kabupaten Bantul sebesar 87,56% sedangkan sisanya sebesar 12,44% dijelaskan oleh

variabel lain diluar model. Hasil pengujian asumsi klasik pada model regresi OLS

dilakukan dengan uji Shapiro Wilks, Uji Durbin Watson, nilai VIF, dan Breusch-Pagan.

Hasil pengujian menunnjukkan bahwa asumsi yang terpenuhi adalah residual

independen, identik, dan tidak terjadi multikolinearitas. Sementara itu, asumsi residual

berdistribusi normal tidak terpenuhi. Melalui pengujian pengujian signifikansi parameter

menggunakan uji t diperoleh kesimpulan bahwa terdapat satu variabel penelitian

signifikan pada taraf a =5%, yakni variabel jumlah desa menurut jenis prasarana

transportasi darat (X2).

Sedangkan kepadatan penduduk (X1) dan jumlah desa menurut jenis tempat

pembuangan sampah dalam lubang/dibakar (X2) tersebut tidak signifikan berpengaruh.

3.2 Uji Efek Spasial Uji efek spasial dilakukan dengan 2 uji yaitu uji Laan lier( an rI nuruj

LM di Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat dependensi spasial dalam lag

maupun error.

Sedangkan hasil i rIdTel 3 memberikan kesimpulan bahwa ada autokorelasi spasial yang

signifikan pada a=5dvarel adpudk terapketern addkepatan udk i up Bantul. Sementara

itu, variabel dependen dan independen yang lain tidak memiliki autokorelasi spasial.

Namun demikian, berdasarkan perbandingan nEI an rn’I apdhbwanilaiMoanIpa variabel

dependen (Y) dan jenis tempat pembuanangan sampah (X3) lebih besar dari E(I).

Hal ini menunjukkan ada pola mengelompok antar lokasi pada variabel tersebut. Tabel

2. Output Lagrange Multiplier No Uji dependensi spasial Nilai P-value 1 Lagrange

Multiplier lag 0,022 0,882 2 Lagrange Multiplier error 0,004 0,948 A-8 Ta.Hsil Ujons’

Variabel Moans’I E(I) p-value Y 0,0760 -0,0625 0,3626 X1 0,2350 -0,0625 0,04162 * X2

-0,2502 -0,0625 0,7958 X3 0,0314 -0,0625 0,4948 3.3

Hasil Spatial Durbin Model (SDM) Pada penelitian ini diawali pemodelan spasial SAR,

selanjutnya untuk model SDM merupakan pengembangan model lag vareabel bebas

dan tidak bebas karena model SDM merupakan pengembangan model sar yaitu

melibatkan lag digunakan sebab pada Asumsi pengujian regresi metode OLS terdapat

asumsi yang tidak dipenuhi yaitu distribusi normal residual yang tidak terpenuhi.

Selanjutnya hasil estimasi model SAR disajikan di Tabel 4.

Page 12: LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER …repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2018/bekti... · 2020. 6. 11. · LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER

Model yang didapatkan adalah (9) Tabel 4. Estimasi Parameter Model SAR Variabel

Koefisien Std.error Pr(|Z|) Konstanta -1,1021 0,9855 -1,1183 0,2634 X1 0,0002 0,0002

1,0224 0,3066 X 2 0,8781 0,2984 2,9421 0,0033* X 3 0,239 8 0,3358 0,7141 0,4751 0,0094

0,1674 0,0651 0,9553 AIC = 46,55 Dari model dapat diinterpretasikan bahwa jika

kepadatan penduduk tinggi, prasarana transportasi tinggi, dan jumlah jenis tempat

pembuangan sampah dalam lubang atau dibakar tinggi maka jum lah desa tercemar

udara juga tinggi.

Koefisien ? menunjukkan spasial lag variabel jumlah desa tercemar, memiliki nilai

estimasinya adalah 0,0094. Angka ini menunjukkan bahwa kecamatan yang

bertetanggan dengan kecamatan lain yang memiliki jumlah desa tercemar tinggi maka

akan memiliki jumlah desa tercemar yang tinggi. Pada uji signifikansi parameter dn 5%,

variabel independen yang memberikan pengaruh adalah variabel jumlah desa menurut

jenis prasarana transportasi (X2).

Setelah dilakukan uji efek spasial SAR diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat

autokorelasi spasial pada lag sehingga dilakukan pengujian menggunakan model SDM

yang bertujuan untuk mendapatkan hasil adanya efek spasial lag pada variabel

dependen dan independen. Hasil perhitungan berdasarkan output untuk model SDM ,

maka hasil perhitungan parameter diperoleh pada tabel 5 berikut A-9 Tabel 5 Hasil

perhitungan parameter model SDM Parameter Estimate (intercept) 1,9903 1,3535 1,4705

0,1414 0,0004 0,0001 2,9378 0,0033* 1,1694 0,2147 5,4459 * -0,1721 0,2479 -0,6944

0,4874 -0,0021 0,0005 -4,4604 * 1,5129 0,4733 3,1962 0,0013* -0,9838 0,5682 -1,7316

0,0833 -0,3626 0,2777 -1,3057 0,19164 AIC = 33,058 *) signifikan pa da Persamaan

modelnya adalah sebagai berikut, N i l a i e s t ima si pa rame t e r , , menunjukkan

koefisien regresi non spasial dan nilai estimasi parameter , , menunjukkan parameter lag

spasial pada variabel independen. Nilai estimasi parameter ? menunjukkan pengaruh

spasial lag variabel dependen.

Estimasi parameter ? bernilai -0,3626 dan koefisien parameter bernilai negatif

menunjukkan bahwa suatu Kecamatan akan memiliki jumlah desa yang tercemar yang

rendah jika berdekatan dengan Kecamatan yang memiliki jumlah desa tercemar tinggi.

Estimasi parameter bernilai 0,0004 dan nilai estimasi parameter bernilai -0,0021.

Koefisien parameter lag kepadatan penduduk bernilai negatif, menunjukkan bahwa

Kecamatan yang kepadatan penduduknya rendah dan bersebelahan dengan Kecamatan

yang kepadatan penduduknya rendah akan memiliki kecamatan dengan jumlah desa

yang tercemar tinggi.Sehingga hal ini menunjukkan jika kepadatan penduduk menurun

maka Kecamatan dengan jumlah desa yang tercemar akan meningkat.

Estimasi parameter bernilai 1,1694 dan nilai estimasi parameter bernilai 1,5129. Koefisien

Page 13: LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER …repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2018/bekti... · 2020. 6. 11. · LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER

parameter lag jumlah desa menurut prasarana transportasi bernilai positif, menunjukkan

bahwa Kecamatan yang memiliki jumlah desa menurut prasarana transportasi tinggi dan

bersebelahan dengan Kecamatan yang memiliki jumlah desa menurut prasarana

transportasi tinggi akan memiliki kecamatan dengan jumlah desa yang tercemar tinggi

juga.

Sehingga hal ini menunjukkan jika Kecamatan yang memiliki jumlah desa menurut

prasarana transportasi tinggi maka akan meningkatkan jumlah desa yang tercemar.

Estimasi parameter bernilai -0,1721 dan nilai estimasi parameter bernilai -0,9838.

Koefisien parameter lag jenis tempat pembuangan sampah dalam lubang atau dibakar

bernilai negatif, menunjukkan bahwa Kecamatan yang memiliki jumlah desa menurut

jenis tempat pembuangan sampah dalam lubang atau dibakar rendah dan bersebelahan

dengan Kecamatan yang memiliki jumlah desa menurut jenis tempat pembuangan A-10

sampah dalam lubang atau dibakar rendah juga.

Sehingga hal ini menunjukkan jika Kecamatan yang memiliki jumlah desa menurut

prasarana transportasi rendah maka jumlah desa yang tercemar akan meningkat.

Berdasarkan uji residual dengan menggunakan uji Shapiro Wilk atau nilai p-value

sehingga diperoleh dan artinya residual berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji

signifikansi parameter model SDM.

Dari tabel 5 dengan taraf signifikansi variabel yang memberikan pengaruh pada

pencemaran udara adalah variabel kepadatan penduduk ditunjukkan nilai dan .

Kemudian variabel jumlah desa menurut jenis prasarana transportasi darat ( ) yang

ditunjukkan olehnilai dan maka ditolak. Selanjutnya variabel jumlah desa menurut jenis

tempat pembuangan sampah dalam lubang atau dibakar ditunjukkan oleh nilai dan

maka tidak ditolak.

Kemudian variabel lag kepadatan penduduk yang ditunjukkan olehnilai dan p-value

variabel lag kepadatan penduduk maka ditolak. Dan variabel lag jumlah desa menurut

jenis prasarana transportasi darat yang ditunjukkan olehnilai p-value variabel lag jumlah

desa menurut jenis prasarana transportasi darat = maka ditolak. Selanjutnya dilakukan

estimasi parameter kembali menggunakan variabel yang signifikan.

Hasil untuk masing-masing parameter signifikan dapat dilihat pada tabel 6 berikut:

Tabel 6 Output Spatial Durbin Model untuk vareabe sifnifikan Parameter (intercept)

0,0102 0,7469 0,0137 0,9890 0,0004 0,0001 3,8784 0,0001 * 1,0320 0,0642 16,0633 *

-0,0015 0,0005 -5,5194 * 1,0574 0,0002 3,3537 0,0007 * -0,6608 0,2577 -2,5647 0,0103*

AIC = 33,058 *) signifikan pada Setelah diperoleh estimasi parameter model SDM yang

signifikan adalah maka didapatkan model : Sehingga dapat disimpulkan adanya

Page 14: LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER …repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2018/bekti... · 2020. 6. 11. · LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER

pengaruh variabelkepadatan penduduk, jumlah desa menurut jenis prasarana

transportasi, lag kepadatan penduduk, lag jumlah desa menurut jenis prasarana

transportasi, dan lag variabel dependen terhadap jumlah desa yang tercemar. Dengan

kata lain terdapat pengaruh spasial lag variabel A-11 dependen dan independen. 4.

KESIMPULAN Kejadian pencemaran udara di Kabupaten Bantul mengalami peningkatan

dari tahun 2011 ke tahun 2014., yang menunjukkan bahwa kualitas udara di wilayah

tersebut kurang baik dan perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Melalui

model regresi OLS, faktor yang signifikan berpengaruh adalah jumlah desa menurut

jenis prasarana transportasi, tetapi model ini memiliki kelemahan yaitu tidak

memperhatikan faktor spasial atau lokasi geografis dan asumsi residual tidak terpenuhi

distribusi normal.

Melalui identifikasi pola spasial sehingga dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh /

efek spasial pada kasus penelitian, yaitu adanya pola mengelompok pada data jumlah

desa tercemar udara di setiap kecamatan serta terdapat keterkaitan kepadatan

penduduk antar kecamatan. Dengan demikian, sebagai alternatif OLS adalah model

regresi Spatial Durbin Model (SDM).

Melalui model ini didapatkan hasil bahwa jika kepadatan penduduk tinggi, prasarana

transportasi tinggi, dan jumlah jenis tempat pembuangan sampah dalam lubang atau

dibakar tinggi maka jumlah desa tercemar udara juga tinggi. Suatu kecamatan akan

memiliki jumlah desa tercemar tinggi jika bertetanggaan dengan kecamatan-kecamatan

lain dengan jumlah desa tercemar tinggi pula.

Tetapi vareabel yang memberikan pengaruh signifikan pada pencemaran udara yaitu

kepadatan penduduk, jumlah desa menurut jenis prasarana transportasi, lag kepadatan

penduduk, lag jumlah desa menurut jenis prasarana transportasi. UCAPAN TERIMA

KASIH Penelitian ini merupakan bagian dari Hibah Penelitian Kerjasama antar Perguruan

Tinggi (PKPT) dari Kemenristek Dikti Pendanaan tahun 2018.

Terimakasih kami ucapkan kepada Kemenristek Dikti atas dana yang diberikan, kepada

IST AKPRIND Yogyakarta yang telah memberikan sarana dan prasarana penelitian, serta

Jurusan Statistika dan Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII) sebagai Tim

Peneliti Mitra (TPM). DAFTAR PUSTAKA Anselin, L. (2013). Spatial econometrics: methods

and models(Vol. 4). Springer Science & Business Media. Anselin, L&S.J. Rey, 2010.

Perspectives on Spatial Data Analysis.

Santa Barbara,C, USA. Bekti RD. (2011). Spatial Durbin Model (SDM) Untuk Mengetahui

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Diare di Kabupaten Tuban.Jurnal

Page 15: LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER …repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2018/bekti... · 2020. 6. 11. · LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER

diterbitkanSurabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Bekti, R. D., Nurhadiyanti, G.,

& Irwansyah, E. (2014, October). Spatial pattern of diarrhea based on regional economic

and environment by spatial autoregressive model. In AIP Conference Proceedings (Vol.

1621, No. 1, pp. 454-461).

AIP. LeSage, J., & Pace, R. K. (2009). Introduction to spatial econometrics. Chapman and

Hall/CRC Melati, P. M., Ramadhan, F., Nasution, A. Y., Mahardia, N. F. R., Setyaningsih, P.

E., & Beksti, R. D. (2016). Model Regresi Spasial Untuk Analisis Persentase Penduduk

Miskin di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Jurnal Statistika Industri dan Komputasi,

1(1). Saputri, W. A. K., & Suryowati, K. (2018).

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GINI RATIO DI PROVINSI PAPUA

DENGAN MODEL SPASIAL DATA PANEL. Jurnal Statistika Industri dan Komputasi, 3(2).

Suryowati, K., Bekti, R. D., & Faradila, A. (2018, April). A Comparison of Weights Matrices

on Computation of A-12 Dengue Spatial Autocorrelation. In IOP Conference Series:

Materials Science and Engineering (Vol. 335, No. 1, p. 012052). IOP Publishing.

-------------------, 2017.

Kabupaten Bantul dalam Angka 2017. Jakarta : BPS ------------------,2017, Statistika

Potensi Desa Kab. Bantul, BPS, Jakarta

INTERNET SOURCES:

-------------------------------------------------------------------------------------------

3% - https://snast.akprind.ac.id/ocs236/index.php/snast/2018/paper/viewPaper/395

<1% -

https://puskesmastaman.blogspot.com/2014/01/kegiatan-penyehatan-lingkungan-dala

m.html

<1% -

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1001/hutan-edi%20batara13.pd

f;sequence=1

<1% - https://tl3201.wordpress.com/2015/02/27/sumber-sumber-pencemar-udara/

<1% -

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/media_statistika/article/download/9200/7433

<1% - http://eprints.unm.ac.id/11159/1/PAPER%20AFIF%20ARIF.pdf

<1% - https://ojs.unm.ac.id/pinisi/article/download/7638/4408

1% - http://oaji.net/articles/2015/2656-1449686101.pdf

<1% -

https://diperpautkan.bantulkab.go.id/filestorage/dokumen/2017/08/peraturan-daerah-2

016-11%20ttg%20RPJMD.pdf

<1% -

Page 16: LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER …repository.akprind.ac.id/sites/files/personal/2018/bekti... · 2020. 6. 11. · LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER

https://edoc.pub/buku-panduan-penelitian-dan-pengabdian-edisi-xii-tahun-2018pdf-p

df-free.html

<1% -

https://en.wikibooks.org/wiki/Transportation_Geography_and_Network_Science/Spatial_

Econometrics

<1% -

https://www.researchgate.net/publication/268344191_Spatial_pattern_of_diarrhea_based

_on_regional_economic_and_environment_by_spatial_autoregressive_model

<1% - https://www.science.gov/topicpages/s/spatial+weighting+functions.html

<1% - https://iopscience.iop.org/journal/1757-899X