lela meltin

Upload: thimoty-febriandi-ginting

Post on 06-Jul-2018

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    1/59

      i

    BUDIDAYA TANAMAN BAWANG DAUN

    ( Allium fistulosum L.)

    DI KEBUN BENIH HORTIKULTURA (KBH)

    TAWANGMANGU

    Tugas Akhir

    Untuk memenuhi sebagian persyaratan

    guna memperoleh Gelar Ahli Madya Pertanian

    di Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret

    Jurusan/Program Studi

    DIII Agribisnis Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan

    Oleh :

    Lela Meltin

    H 3306017

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2009

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    2/59

      ii

    BUDIDAYA TANAMAN BAWANG DAUN

    ( Allium fistulosum L.)

    DI KEBUN BENIH HORTIKULTURA (KBH)

    TAWANGMANGU

    yang dipersiapkan dan disusun oleh

    LELA MELTIN

    H 3306017

    telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji

    Pada tanggal : ..........................

    dan dinyatakan telah memenuhi syarat

    Susunan tim penguji

    Penguji I Penguji II

    Ir. Pratignya Sunu, MP

     NIP. 130 814 565

    Ir. Panut Sahari, MP

     NIP. 130 814 805

    Surakarta, .............................

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Fakultas Pertanian

    Dekan,

    Prof. Dr. Ir. H. Suntoro Wongso Atmojo, MS.

     NIP. 131 124 609

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    3/59

      iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala

    Hidayah dan Inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

    Tugas Akhir ini.

    Laporan Tugas Akhir ini penulis susun guna melengkapi syarat-syarat

    memperoleh gelar Ahli Madya Pertanian. Dengan Laporan Tugas Akhir ini semua

    kegiatan yang ada dalam pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) telah penulis

    uraikan secara lengkap.

    Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini tidak mampu penulis susun sendiri

    tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menghaturkan banyak terima

    kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Laporan Tugas

    Akhir ini. Rasa terima kasih penulis haturkan kepada :

    1)  Prof. Dr. Ir. H. Suntoro Wongso Atmojo, MS., selaku Dekan

    Fakultas Petanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    2) 

    Ir. Heru Irianto, MM., selaku Koodinator Program D III Fakultas

    Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    3)  Ir. Panut Sahari, MP., selaku Pembimbing Akademik Program D III

    Agribisnis Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan, Universitas

    Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dosen Penguji II.

    4)  Ir. Pratignya Sunu, MP., selaku Dosen Pembimbing dan Penguji I.

    5)  Seluruh staf karyawan (Bapak Tri Jumanto, SP., Bapak Slamet

    Suharso, A. Md., Bapak Pardjo, Bapak Sardjono, Bapak Samikun,Mbah Radji, Bapak Purwanto, dan Bapak Pardi ) yang turut

    membantu selama berlangsungnya kegiatan PKM di KBH

    Tawangmangu.

    6)  Bapak, Ibu, dan Adik tercinta yang telah memberi doa, semangat dan

    dorongan selama kuliah di Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas

    Maret Surakarta.

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    4/59

      iv

    Akhirnya semoga Laporan Tugas Akhir ini nantinya banyak membantu

    dan berguna bagi penulis dan semua yang membaca. Penulis menyadari, masih

     begitu banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Oleh

    sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan

    demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini. Akhir kata penulis sampaikan banyak

    terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Laporan

    Tugas Akhir ini.

    Surakarta, ………………….

    Penulis,

    Lela Meltin

    H 3306017

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    5/59

      v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL.....................................................................................

    HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................

    KATA PENGANTAR ..................................................................................

    DAFTAR ISI ................................................................................................

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

    DAFTAR TABEL.........................................................................................

    BAB I PENDAHULUAN.............................................................................

    A. 

    Latar Belakang ..................................................................................

    B.  Tujuan ...............................................................................................

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................

    A. 

    Sejarah Tanaman Bawang Daun .......................................................

    B.  Klasifikasi Tanaman Bawang Daun..................................................

    C.  Morfologi Tanaman Bawang Daun...................................................

    D. 

    Jenis Bawang Daun...........................................................................

    E.  Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Daun ..........................................

    F.  Teknik Budidaya Tanaman Bawang Daun .......................................

    BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN...........................................

    A.  Tempat dan Waktu Pelaksanaan .......................................................

    B.  Metodologi ........................................................................................

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................

    A. 

    Kondisi Umum Lokasi ......................................................................

    B.  Hasil Kegiatan dan Pembahasan .......................................................

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................

    A.  Kesimpulan .......................................................................................

    B.  Saran..................................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    i

    ii

    iii

    v

    vi

    vii

    1

    1

    3

    4

    4

    4

    5

    6

    7

    8

    15

    15

    15

    17

    17

    23

    36

    36

    36

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    6/59

      vi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1.1 Struktur organisasi KBH Tawangmangu ................................. 18

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    7/59

      vii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1.1 Analisa Usaha Tani Bawang Daun Skala 1.000m2 ...................... 33

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    8/59

      viii

    ABSTRACT

    Practice of this apprentice aim to obtain is skill and job experience in the

    field of agriculture especially on leaf onion crop cultivation. Execution of

    apprentice was done on Februari 9th until March 9th 2009 in KBH Tawangmangu,

    Karanganyar, Surakarta.

    Basic method applied in this practice was field practice, discussion,

    interview, data collecting and book study. While retrieval of location practice of

    apprentice was done intentionally. KBH TAWANGMANGU selected as place of

    apprentice because yielding a lot of seeds required by public either from vegetable

    commodity, fruits and ornamental plant.

    Cultivation of leaf onion in KBH applies its sapling because more

    efficient, economical in field farm and labor. Leaf onion clump taken as seed is

     better if which is easily born, its bar is joint, its leaf is big and thick. Before

     planted, the clump is eliminated some of its roots and leaf, then plunged at

    condensation containing atonic dose 2 ml and metallic with dose 1 ml during 10-

    15 minutes.

    Maintenance activity of leaf onion covers watering, mowing, bedding and

    additional fertilizing. Additional fertilizing in KBH was done 3 times that is 2

    MST, 1 month of after planting and 1,5 months after planted. Fertilizer applied is

    KNO3  and black NPK. Pest control is done mechanically and chemically.

    Harvesting of leaf onion is done at the age of 2,5 months with marking number of

    sapling per clump and some onion laminas starts turns yellow and drying.

    Keyword : cultivation of leaf onion crop

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    9/59

      ix

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. 

    Latar Belakang

    Pada saat terjadi krisis ekonomi di Indonesia, komoditas hortikultura

    yang meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias merupakan

    salah satu pemicu pertumbuhan ekonomi baru pada sektor pertanian. Bahkan

     beberapa produk komoditas sayuran Indonesia telah menjadi mata dagang

    ekspor dan sumber devisa negara. Oleh karena itu, produksi, produktivitas,

    dan kualitas sayuran nasional perlu ditingkatkan terutama untuk jenis sayuran

     potensial yang selama ini belum mendapat perhatian. Salah satu jenis

    komoditas sayuran potensial dan layak dikembangkan secara intensif dalam

    skala agribisnis adalah bawang daun ( Allium fistulosum L.). Tanaman ini

    diduga berasal dari kawasan Asia Tenggara, kemudian meluas ditanam di

     berbagai daerah (Negara) yang beriklim tropis maupun subtropis. Bawang

    daun merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang digunakan sebagai

     bahan penyedap rasa (bumbu) dan bahan campuran sayuran lain pada

     beberapa jenis makanan populer di Indonesia, seperti soto, sup, campuran

     bumbu mi instan, dan penyedap jenis makanan lainnya. Selain itu juga

     bermanfaat untuk memudahkan pencernaan dan menghilangkan lendir-lendir

    dalam kerongkongan. Tanaman yang dikonsumsi biasanya berdaun muda dan

     berbatang putih karena terpendam di dalam tanah (Anonim, 2009).

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    10/59

      x

    Daerah pusat penyebaran bawang daun di Indonesia semula

    terkonsentrasi pada lahan dataran tinggi dengan udara yang sejuk (suhu

    rendah) seperti di Cipanas, Pacet (Cianjur), Lembang (Bandung), dan Malang

    (Jawa Timur) (Rukmana, 1995). Dalam perkembangan selanjutnya, budidaya

     bawang daun meluas keberbagai daerah (wilayah) di seluruh nusantara, baik

    ditanam di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Luas areal panen bawang

    daun di Indonesia setiap tahun terus meningkat, karena prospek pemasaran

    komoditas ini menunjukkan kecenderungan yang semakin baik. Pemasaran

     produksi bawang daun segar tidak hanya untuk pasar dalam negeri (domestik)

    melainkan juga pasar luar negeri (ekspor). Produksi jenis bawang daun yang

    dinantikan oleh pasar ekspor Singapura dan Belanda adalah bawang prei.

    Disamping itu, permintaan bawang daun akan semakin meningkat seiring

    dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk.

    Bawang daun merupakan tanaman sayuran daun semusim yang

     berbentuk rumput. Disebut bawang daun karena yang dikonsumsi hanya

    daunnya atau bagian daun yang masih muda. Pangkal daunnya membentuk

     batang semu dan bersifat merumpun. Batangnya pendek dan membentuk

    cakram, di cakram ini muncul tunas daun dan akar serabut. Warna bunganya

     putih. Biji yang masih muda berwarna putih, setelah tua berwarna hitam. Bila

    kering, biji mudah menjadi tepung. Bawang daun mengandung vitamin C,

     banyak vitamin A dan sedikit vitamin B (Sunarjono, 2003).

    Bawang daun bisa tumbuh di dataran rendah maupun tinggi, namun

     paling umum dibudidayakan di dataran tinggi. Dataran rendah yang terlalu

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    11/59

      xi

    dekat pantai bukanlah lokasi yang tepat karena pertumbuhan bawang daun

    menginginkan ketinggian sekitar 900 - 1.700 m dpl. Di daerah dataran rendah

     produksi anakan bawang daun juga tak seberapa banyak. Curah hujan yang

    tepat sekitar 1.500 - 2.000 mm/tahun dan kelembaban udara berkisar 80% –

    90% Daerah tersebut sebaiknya juga memiliki suhu udara harian 190C - 240C.

    Persyaratan tumbuh lainnya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bawang

    daun adalah tanah harus subur, gembur, banyak mengandung bahan organic,

    tata udara dalam tanah (draenase dan aerasi) baik dan derajat keasaman tanah

    (pH) antara 6,5 – 7,5. Pada tanah pegunungan berapi (Andosol), Latosol,

    Regosol, tanaman tumbuh lebih baik, tetapi pada tanah lempung yang

    mengandung pasir, Mediteran, serta Aluvial dapat juga tumbuh baik

    Benih/bibit bawang daun bisa diperbanyak lewat biji maupun tunas anakan.

    Umumnya petani Indonesia menggunakan setek tunas. Caranya dengan

    memisahkan anakan dari induknya. Pilihlah induk yang sehat dan bagus

     pertumbuhannya. Kebutuhan setek untuk 1 ha areal penanaman bawang daun

    ialah 200.000 setek. Benih asal biji kebutuhannya sebanyak 1,5 - 2 kg/ha.

    Perbanyakan tanaman bawang daun dengan biji dilakukan melalui persemaian

    terlebih dahulu selama 2 bulan (Nazaruddin, 1994).

    B. Tujuan

    Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Magang (PKM) ini adalah

    sebagai berikut :

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    12/59

      xii

    1. Tujuan Umum :

    a. 

    Agar mahasiswa memperoleh pengalaman yang berharga dengan

    mengenali kegiatan-kegiatan di lapangan kerja yang ada di bidang

     pertanian secara luas.

     b.  Meningkatkan pemahaman kepada para mahasiswa mengenai

    hubungan antara teori dan penerapannya serta faktor-faktor yang

    mempengaruhinya sehingga dapat sebagai bekal bagi mahasiswa

    dalam terjun ke masyarakat.

    c.  Agar mahasiswa memperoleh ketrampilan kerja dan pengalaman kerja

    yang praktis yakni secara langsung dapat menjumpai, merumuskan

    serta memecahkan permasalahan yang ada dalam kegiatan di bidang

     pertanian.

    d. 

    Meningkatkan hubungan antara Perguruan Tinggi, Pemerintah, instansi

    terkait dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan mutu

     pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi.

    2. Tujuan Khusus :

    a.  Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja dalam bidang

     pertanian khususnya pada tanaman bawang daun ( Allium fistulosum L)

    yang dilakukan di Kebun Benih Hortikultura (KBH) Tawangmangu.

     b.  Melihat dan memahami secara langsung upaya dan pengembangan

    Agribisnis khususnya Agribisnis tanaman sayur dalam pokok bahasan

    tanaman bawang daun( Allium fistulosum L) .

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    13/59

      xiii

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. 

    Sejarah Tanaman Bawang Daun

    Bawang daun diduga berasal dari benua Asia yang memiliki iklim

     panas (tropis), terutama kawasan Asia Tenggara (Cina dan Jepang). Di

    Indonesia budidaya bawang daun mulanya hanya terpusat di pulau Jawa (Jawa

    Barat dan Jawa Timur), terutama di dataran tinggi (pegunungan) yang

     berhawa sejuk (dingin), seperti Cipanas, Pacet (Cianjur), Lembang (Bandung)

    dan Malang (Jawa Timur). Pada mulanya, bawang daun tumbuh secara liar.

    Kemudian, secara berangsur-angsur sesuai dengan perkembangan peradaban

    manusia dibudidayakan sebagai bahan sayur (daun dan batang) dan bahan obat

    (akar, batang dan daun) (Cahyono, 2005).

    B. Klasifikasi Tanaman Bawang Daun

    Kedudukan tanaman bawang daun dalam tatanama (sistematika)

    tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :

    Division : Spermatophyta

    Sub-division : Angiospermae

    Kelas : Monocotyledoneae

    Ordo : Liliflorae

    Famili : Liliaceae

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    14/59

      xiv

    Genus : Allium

    Spesies : Allium fistulosum L.

    Bawang daun masih sefamily dengan bawang merah (A. cepavar.

    ascalonicum L), bawang Bombay (A. cepa L), bawang putih (A. sativum L),

     bawang kucai (A. schoenoprasum L), bawang prei (A.  porum L.)dan bawang

    ganda (A. odorum L) (Rukmana, 1995).

    C. Morfologi Tanaman Bawang Daun

    Bawang daun ( Allium fistulosum L.) termasuk jenis tanaman sayuran

    daun semusim (berumur pendek). Tanaman ini berbentuk rumput atau rumpun

    dengan tinggi tanaman mencapai 60 cm atau lebih, tergantung pada

    varietasnya. Bawang daun selalu menumbuhkan anakan-anakan baru sehingga

    membentuk rumpun. Secara morfologi, bagian atau organ-organ penting

     bawang daun adalah sebagai berikut :

    1.  Akar

    Bawang daun berakar serabut pendek yang tumbuh dan

     berkembang ke semua arah dan sekitar permukaan tanah. Perakaran

     bawang daun cukup dangkal, antara 8-20 cm. Perakaran bawang daun

    dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur,

    subur, mudah menyerap air dan kedalaman tanah cukup dalam. Akar

    tanaman berfungsi sebagai penopang tegaknya tanaman dan alat untuk

    menyerap zat-zat hara dan air (Cahyono, 2005).

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    15/59

      xv

    2.  Batang

    Bawang daun memiliki dua macam batang, yaitu batang sejati dan

     batang semu. Batang sejati berukuran sangat pendek, berbentuk cakram

    dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Batang yang

    tampak di permukaan tanah merupakan batang semu, terbentuk (tersusun)

    dari pelepah-pelepah daun (kelopak daun) yang saling membungkus

    dengan kelopak daun yang lebih muda sehingga kelihatan seperti batang.

    Fungsi batang bawang daun, selain sebagai tempat tumbuh daun dan

    organ-organ lainnya, adalah sebagai jalan untuk mengangkut zat hara

    (makanan) dari akar ke daun sebagai jalan untuk menyalurkan zat-zat hasil

    asimilasi ke seluruh bagian tanaman (Cahyono, 2005).

    3.  Daun

    Bentuk daun dari bawang daun menurut Rukmana (1995)

    dibedakan atas dua macam, yaitu bulat panjang di dalamnya berlubang

    seperti pipa dan panjang pipih tidak berlubang. Cahyono (2005)

    menambahkan ukuran panjang daun sangat bervariasi, antara 18 - 40 cm,

    tergantung pada varietasnya. Daun berwarna hijau muda sampai hijau tua

    dan permukaan daun halus. Daun tanaman bawang daun merupakan

     bagian tanaman yang dikonsumsi (dimakan) sebagai bumbu atau penyedap

    sayuran dan memilki rasa agak pedas. Daun juga berfungsi sebagai tempat

     berlangsungnya fotosintesis dan hasil fotosintesis tersebut digunakan

    untuk pertumbuhan tanaman (Rukmana, 1995).

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    16/59

      xvi

    4.  Bunga

    Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang

     panjangnya antara 30 - 90 cm. Secara keseluruhan, bentuk bunga bawang

    daun seperti payung (umbrella) dan berwarna putih. Bawang daun dapat

    menyerbuk sendiri atau silang dengan bantuan serangga lalat hijau ataupun

    dengan bantuan manusia, sehingga menghasilkan buah dan biji (Rukmana,

    1995).

    5.  Biji

    Biji bawang daun yang masih muda berwarna putih dan setelah tua

     berwarna hitam, berukuran sangat kecil, berbentuk bulat agak pipih dan

     berkeping satu. Biji bawang daun tersebut dapat digunakan sebagai bahan

     perbanyakan tanaman (pembiakan) secara generatif (Cahyono, 2005).

    D. Jenis Bawang Daun

    Menurut Nazaruddin (1994) jenis bawang daun yang baik diusahakan

    adalah sebagai berikut :

    1.  Bawang Prei ( Allium porum L.)

    Di luar negeri jenis ini dikenal sebagai leek . Jenis ini tidak berumbi

    dan daunnya lebih lebar dari jenis bawang merah atau putih. Pelepahnya

     panjang dan liat, bagian dalam daun pipih.

    2. 

    Bawang Kucai ( Allium schoenoprasum L.)

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    17/59

      xvii

    Bawang kucai adalah jenis bawang daun yang cukup terkenal

    sebagai bahan sayuran. Daunnya kecil-kecil, panjang, pipih dan berwarna

    hijau tua. Daun berlubang kecil. Berbeda dengan bawang prei yang tak

     berumbi, bawang kucai berumbi meskipun kecil-kecil sekali.

    3.  Bawang Bakung ( Allium fistulosum L.)

    Daunnya berbentuk bulat panjang. Berlubang seperti pipa. Kadang-

    kadang berumbi juga, tetapi kecil.

    E. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Daun

    Syarat tumbuh tanaman bawang daun menurut Cahyono (2005) harus

    memperhatikan keadaan iklim dan tanahnya, yaitu :

    1.  Keadaan Iklim

    Keadaan iklim yang harus diperhatikan adalah suhu udara,

    kelembaban udara, curah hujan dan penyinaran cahaya matahari.

    a.  Suhu udara

    Bawang daun menghendaki suhu udara berkisar antara 190C - 240C.

    Suhu udara yang melebihi batas maksimal menyebabkan proses

    fotosintesis tidak dapat berjalan sempurna atau bahkan terhenti. Suhu

    udara yang rendah dapat menimbulkan kematian.

     b.  Kelembaban udara

    Kelembaban udara yang optimal bagi pertumbuhan bawang daun

     berkisar antara 80% - 90%.

    c. 

    Curah hujan

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    18/59

      xviii

    Curah hujan yang cocok bagi bawang daun adalah sekitar 1.500-2.000

    mm/tahun.

    2. 

    Keadaan tanah

    Keadaan tanah yang harus diperhatikan adalah :

    a.  Sifat fisik tanah

    Sifat fisik tanah yang paling baik untuk tanaman bawang daun adalah

    tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organic, tata air

    dan udara dalam tanah (drainase dan aerasi) baik. Di daerah produsen

     bawang daun, jenis tanah yang relatif baik untuk pertumbuhan

    tanaman ini adalah Andosol, Latosol, Regosol dan sebagaian kecil

     pada tanah Mediteran dan Aluvial.

     b.  Sifat kimia tanah

    Kondisi kimia tanah yang cocok untuk bawang daun adalah tanah

    dengan pH 6,5 - 7,5.

    c.  Sifat biologis tanah

    Sifat biologis tanah yang baik adalah tanah yang banyak, mengandung

     bahan organic (humus), unsur-unsur hara yang berguna untuk tanaman

    dan jasad renik (organisme tanah) yang menguraikan bahan organic

    tanah.

    d.  Ketinggian tempat

    Daerah dataran tinggi (pegunungan) dengan ketinggian 900 - 1.700 m

    dpl sangat cocok (ideal) untuk penanaman bawang daun.

    F. Teknik Budidaya Tanaman Bawang Daun

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    19/59

      xix

    1. Pengolahan Tanah

    Tatacara penyiapan lahan untuk bertanam bawang daun adalah

    sebagai berikut :

    a. 

    Buang rumput-rumput liar (gulma), batu kerikil ataupun sisa-sisa

    tanaman ke tempat penampungan limbah di sekitar lokasi.

     b.  Olah tanah dengan cara dicangkul atau dibajak sedalam 30 - 40 cm

    hingga strukturnya gembur.

    c.  Buat parit keliling untuk pemasukan dan pembuangan air.

    d.  Buat bedengan-bedengan selebar 80 - 100 cm, tinggi 30 cm dan lebar

     parit (antar bedengan) 25 - 30 cm.

    e.  Sebarkan pupuk kandang sebanyak 10 - 15 ton/ha atau pupuk organic

    dengan dosis 2,5 - 3,5 ton/ha di permukaan bedengan, kemudian

    campurkan hingga merata (homogen) dengan tanah.

    f.  Ratakan permukaan bedengan dengan cangkul atau bilah bambu.

    (Rukmana, 1995).

    2. Pembibitan

    Bawang daun bisa diperbanyak lewat biji maupun tunas anakan.

    Umumnya petani Indonesia menggunakan stek tunas. Caranya dengan

    memisahkan anakan dari induknya. Pilihlah induk yang sehat dan bagus

     pertumbuhannya. Tetapi untuk jenis bawang daun impor bibit yang

    digunakan adalah biji yang dibeli di toko pertanian. Umumnya jenis

     bawang daun introduksi ini tergolong hibrida yang memang tak baik

    diperbanyak dengan tunas anakan atau dari biji hasil penanaman sendiri.

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    20/59

      xx

    Kelemahan bibit asal biji adalah panen bisa lebih lama 1 bulan

    daripada dengan bibit asal tunas anakan. Kebutuhan stek untuk 1 ha areal

     penananaman bawang daun adalah 200.000 stek. Benih asal biji

    kebutuhannya sebanyak 1,5 - 2 kg/ha. Bibit asal stek anakan bisa langsung

    ditanam ke lahan. Akan tetapi, terlebih dahulu kurangi perakaran dan

     potong sebagian daun untuk mengurangi penguapan. Apabila

    menggunakan biji, lakukan persemaian untuk mendapatkan bibit. Caranya,

    cangkul tanah persemaian sampai gembur. Tambahkan pupuk kandang

    sepertiga bagian lapisan tanah. Kemudian taburkan benih secara merata,

    tak perlu dalam cukup 0,5 - 1 cm dari permukaan tanah. Tutupi dengan

    lapisan tanah tipis-tipis. Seminggu kemudian bibit tumbuh, biarkan hingga

    memiliki 2 atau 3 helai daun, baru dipindah ke lahan (Nazaruddin, 1994).

    2. 

    Penanaman

    Sebelum tanam, bibit bawang daun yang berasal dari semaian biji

    segera dicabut satu persatu secara hati-hati. Sebagian akar-akar dan daun-

    daunnya dipotong dengan pisau atau gunting pangkas yang tajam dan

     bersih steril. Demikian pula bibit yang berasal dari rumpun induk yang

    dipecah-pecah (anakan), sebagian akar-akarnya dibuang dan sepertiga

     bagian tanaman ujungnya dipotong. Hal ini bertujuan untuk mempercepat

     pertumbuhan tunas dan akar-akar baru, memperbanyak jumlah anakan dan

    daun sehingga produksinya akan tinggi. Bibit bawang daun yang siap

    ditanam, sebaiknya direndam dahulu dengan larutan fungisida pada

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    21/59

      xxi

    konsentrasi rendah (30% - 50%) dari dosis yang dianjurkan selama 10 - 15

    menit (Rukmana,1995).

    Bedengan-bedengan yang akan ditanami bawang daun dibuat

    lubang tanam dengan jarak 20 x 30 cm. Selanjutnya bibit ditanam pada

    lubang tanam dan akar-akarnya ditata secara menyebar. Lubang tanam

    ditutup dengan tanah dan dipadatkan pelan-pelan agar tanaman dapat

     berdiri tegak dan kuat. Setelah penanaman selesai, sebaiknya segera

    dilakukan penyiraman lahan dengan cara digenangi air (di-leb) (Cahyono,

    2005).

    3.  Pemeliharaan Tanaman

    Tanaman bawang daun tidak menuntut pemeliharaan khusus

    (ekstra). Namun, untuk mendapatkan produksi yang maksimal perlu

     perawatan yang intensif . Kegiatan pokok pemeliharaan tanaman bawang

    daun adalah sebagai berikut :

    a.  Penyiraman

    Pengairan bawang daun cukup dilakukan seperlunya. Pengairan

    yang berlebihan dapat menyebabkan busuk akar sehingga tanaman

    menjadi layu dan mati. Selain itu juga akan mendorong pertumbuhan

    cendawan dan bakteri yang dapat menyerang tanaman. Sebaliknya,

     pengairan yang kurang juga menyebabkan pertumbuhan bawang daun

    lambat, daun cepat tua dan kerontokkan bunga.

    Pengairan bawang daun dapat dilakukan dengan beberapa cara,

    antara lain sebagai berikut :

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    22/59

      xxii

    Penggenangan sesaat (sistem leb), yaitu penggenangan air melalui

     parit-parit hingga tanah bedengan cukup basah secara merata.

    Pengairan dengan metode sprinkle irrigation, yaitu system

     pengairan dengan penyemprotan bertekanan tinggi sehingga air

    terpecik seperti hujan buatan.

    Pengairan dengan metode irigasi tetes, yaitu air dialirkan melalui

    slang-slang utama yang kemudian dialirkan kesetiap tanaman

    melalui slang-slang sekunder.

    Pengairan dengan sistem manual, yaitu pengairan dengan

    menggunakan gembor (emrat) yang berlubang halus untuk

    menyiram tanaman yang masih kecil atau yang berlubang besar

    untuk tanaman yang telah dewasa (Cahyono, 2005).

     b.  Penyiangan

    Penyiangan merupakan kegiatan membersihkan rerumputan

    (gulma) dan jenis tanaman lain yang mengganggu tanaman bawang

    daun. Pendaringan dilakukan dengan cara pengolahan tanah secara

    ringan. Langkah ini bertujuan untuk menggemburkan tanah,

    memperbaiki drainase, memperbaiki peredaran udara (aerasi) dan

    memelihara struktur tanah agar tetap gembur (Cahyono, 2005).

    Pada waktu tertentu, saat bermunculan (tumbuh) tangkai bunga

    dan daun-daun tua ada yang menguning, sebaiknya dilakukan

     pemotongan (pembuangan). Hal ini bertujuan untuk menjaga

    kebersihan kebun atau tanaman, merangsang pertumbuhan anakan dan

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    23/59

      xxiii

    daun yang lebih banyak, sekaligus menghilangkan sarang hama atau

     penyakit yang bercokol pada daun-daun bawang. Tangkai bunga dan

    daun-daun tua tersebut segara dikumpulkan pada suatu tempat untuk

    dikubur atau dimusnahkan (Rukmana, 1995).

    c.  Pemupukan susulan

    Pemupukan susulan merupakan pemupukan kedua setelah

     pemupukan dasar yang dilakukan pada saat pengolahan tanah. Unsur

    hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N),

    Fosfor (P), dan Kalium (K). Nitrogen merupakan unsur hara utama

     bagi pertumbuhan tanaman. Fungsi nitrogen bagi tanaman yaitu :

    meningkatkan pertumbuhan tanaman; menyehatkan pertumbuhan

    daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau, kekurangan

     N menyebabkan khlorosis (pada daun muda berwarna kuning);

    meningkatkan kadar protein dan meningkatkan berkembangbiaknya

    mikroorganisme di dalam tanah. Kegunaan P dalam tanaman adalah

    mempercepat pertumbuhan akar semai, pembungaan dan pemasakan

     buah, biji atau gabah; meningkatkan produksi biji-bijian. Sedangkan

     peran K yaitu pembentukan protein dan karbohidrat; meningkatkan

    resistensi tanaman terhadap penyakit; mengeraskan jerami dan bagian

    kayu dari tanaman dan meningkatkan kualitas biji/buah (Sutejo, 1987)

    Cara pemupukannya dilakukan 2 macam yaitu cair dan padat.

    Pemupukan cair diberikan saat tanah dalam keadaan kering (musim

    kemarau), caranya yaitu dengan melarutkan pupuk kasar kedalam air

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    24/59

      xxiv

    dan disiramkan pada tanaman, ini dilakukan supaya kandungan pupuk

    cepat terserap oleh akar. Adapun pemupukan padat dilakukan dengan

    cara memberikan langsung pada tanaman. Cara pemupukan ini

    memakai system round   (melingkar) dan diberikan pada saat musim

    hujan. Setelah pupuk disebar, lalu ditutup dengan tanah agar pupuk

    tersebut tidak cepat menguap. Dan sesuai kegiatan pemupukan segera

    dilakukan penyiraman (pengairan) agar pupuk tersebut larut dengan air

    tanah sehingga dapat cepat dimanfaatkan oleh tanaman (Rukmana,

    1995).

    4.  Pengendalian Hama dan Penyakit Bawang Daun

    Hama dan penyakit yang menyerang bawang daun dapat merusak

    seluruh bagian tanaman. Kerugian yang diakibatkannya antara lain

     penurunan hasil panen, penurunan kualitas daun, peningkatan biaya

     produksi dan pada akhirnya penurunan pendapatan usaha tani. Oleh karena

    itu, pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan dengan baik dan

    sedini mungkin agar serangan hama dan penyakit dapat ditekan sekecil

    mungkin. Dengan demikian, kerusakan yang terjadi tidak melampaui batas

    ambang ekonomi (tidak menimbulkan kerugian terlalu besar) (Cahyono,

    2005).

    Pelaksanaan proteksi tanaman terhadap hama dan penyakit ini

    dapat menerapkan system pengendalian secara terpadu, yaitu :

    Pengendalian secara kultur teknik, merupakan usaha pengendalian

    yang bersifat pencegahan (preventif), yakni dilakukan agar populasi

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    25/59

      xxv

    organisme pengganggu tanaman (OPT) tidak meningkat sampai

    melebihi Ambang Kendali (AK).

    Pengendalian mekanik pada dasarnya adalah untuk mematikan OPT

    secara langsung, baik dengan tangan atau bantuan alat maupun bahan

    lain.

    Pengendalian secara biologi (hayati) adalah cara pengendalian dengan

    menggunakan musuh-musuh alami seperti parasit, predator atau

     pathogen.

    Pengendalian secara kimiawi adalah dengan menggunakan senyawa-

    senyawa kimia atau disebut pestisida yang disemprotkan pada tanaman

    (Rukmana, 1995).

    Hama yang sering menyerang tanaman bawang daun adalah ulat

    tanah ( Agrotis ipsilon Hfn.), ulat daun (Spodoptera axiqua Hbn.) dan kutu

     bawang (Thrips tabaci  Lind.). Ulat tanah biasanya merusak dengan cara

    memotong bagian dasar tanaman yang dilakukan pada malam hari. Hidup

    di bawah atau dekat permukaan tanah dan berwarna hitam, kelabu suram

    atau cokelat. Nama umum ulat daun adalah ulat grayak atau sering disebut

    ulat tentara. Serangga ini merusak saat stadia ulat, yaitu memakan daun,

    sehingga menjadi berlubang. Cara penyerangannya menggerombol. Kutu

     bawang mengisap cairan tanaman, baik pada daun maupun pada bagian

    tanaman yang lain. Daun yang terisap akan berubah warna menjadi kuning

    dan akhirnya berwarna keperak-perakan atau cokelat dan mengerut atau

    mengeriting, selanjutnya daun menjadi layu (Sudarmo, 1991).

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    26/59

      xxvi

    Penyakit yang sering ditemukan pada tanaman bawang daun adalah

    sebagai berikut : busuk leher batang yang disebabkan jamur  Botrys allii

    Munn, layu fusarium yang disebabkan jamur Fusarium sp., bercak ungu di

    sebabkan  Alternaria porri  (Ell. Cif.), antraknosa disebabkan jamur

    Collectotrichum gloeosporioides Penz., dan busuk daun disebabkan jamur

    Peronospora destructor (Berk.) Casp. (Semangun, 1989).

    5.  Panen

    Ciri-ciri tanaman bawang daun sudah saatnya panen adalah sebagai

     berikut :

    a.  Umurnya cukup tua, yaitu 2,5 bulan setelah tanam untuk tanaman yang

     bibitnya berasal dari anakan, sedangkan 5 bulan bila bibitnya berasal

    dari semaian biji (dihitung dari semai biji).

     b. 

    Jumlah anakan per rumpun telah maksimal (banyak).

    c.  Beberapa helai daun bawah mulai menguning atau mengering.

    d.  Garis tengah (diameter) batang telah mencapai maksimal sesuai

    dengan varietasnya (Rukmana, 1995).

    Waktu pemanenan bawang daun yang baik adalah pada pagi atau

    sore hari dan pada saat cuaca cerah (tidak mendung atau hujan). Waktu

     pemanenan yang tepat akan menghasilkan kualitas bawang daun yang

     baik, misalnya tidak layu, ukuran diameter batang optimal, kandungan

    nutrisi optimal dan sebagainya. Pemanenan yang dilakukan pada siang hari

    akan menghasilkan bawang daun yang kurang segar, sedikit layu,

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    27/59

      xxvii

    kandungan nutrisinya rendah, daya simpan pendek, cepat rusak,

    menguning dan membusuk (Cahyono, 1995).

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    28/59

      xxviii

    BAB III 

    TATA LAKSANA PELAKSANAAN

    A.  Tempat dan Waktu Pelaksanaan

    Pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) ini dilaksanakan di Kebun

    Benih Hortikultura (KBH) Tawangmangu, yang beralamat di Jl. Lawu No. 32

    Tawangmangu, Karanganyar 57792. KBH Tawangmangu terletak pada

    ketinggian 1100 m dpl. Adapun pelaksanaan magang ini kurang lebih satu

     bulan, yaitu dari tanggal 09 Februari – 09 Maret 2009.

    B.  Metodologi

    Pada Praktek Kerja Magang (PKM) ini metode yang digunakan adalah

    sebagai berikut :

    1.  Praktek Kerja Magang Di Lapang

    Praktek kerja magang secara langsung dilakukan dengan mengikuti

    kegiatan budi daya tanaman bawang daun ( Allium fistulosum L.). Selain

    itu juga mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan di KBH

    Tawangmangu.

    2.  Diskusi dan Wawancara

    Metode diskusi dan wawancara yang dilakukan dalam kegiatan

    PKM ini meliputi:

    a.  Melakukan tanya jawab dengan pembimbing lapangan atau pihak yang

    terkait menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan

     budidaya tanaman bawang daun.

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    29/59

      xxix

     b.  Identifikasi masalah dan mencari pemecahannya kemudian

    didiskusikan dengan pembimbing lapangan atau pihak yang terkait

    kemudian dibandingkan dengan kondisi yang ada di lapang.

    3. 

    Pengamatan dan Pengumpulan Data

    Kegiatan ini dilakukan secara rutin selama berlangsungnya

    kegiatan PKM. Tujuan kegiatan ini adalah untuk melengkapi data yang

    sudah diperoleh yang akan dipergunakan sebagai perlengkapan atau

    lampiran dalam penyusunan laporan praktek kerja magang.

    4.  Studi Pustaka

    Pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia

    yang berhubungan dengan kegiatan praktek magang. Data tersebut berupa

    internet, buku, arsip, dan lain sebagainya yang bersifat informatif dan

    relevan.

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    30/59

      xxx

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A.  Kondisi Umum Lokasi

    1. Sejarah Kebun Benih Hortikultura (KBH) Tawangmangu

    KBH Tawangmangu berdiri sejak zaman penjajahan Belanda pada

    tahun 1927. KBH Tawangmangu ini merupakan kebun yang berada di

    dataran tinggi yang membudidayakan berbagai jenis tanaman sayuran,

     berbagai jenis tanaman hias, serta mengusahakan bibit tanaman jeruk

    keprok Tawangmangu bersertifikat.

    Kebun tersebut pada mulanya merupakan milik Mangkunegaran

    yang diurusi oleh pegawai Mangkunegaran dengan nama kebun

    “Kismo Usaha “. Setelah Indonesia merdeka, nama kebun tersebut diganti

    menjadi “Jawatan Usaha Tani“ yang dikelola oleh Mangkunegaran.

    Beberapa tahun kemudian KBH Tawangmangu ini mengalami

     perkembangan status tanah kebun, selanjutnya diambil oleh Pemerintah

    Daerah Tingkat I Jawa Tengah dengan nama Perusahaan Daerah

    (Perusda), dalam hal ini penguasaannya ditangani oleh PPT (Perusahaan

    Pariwisata Tawangmangu).

    Dinas Pertanian Tanaman Pangan (DPTP) hanya mempunyai

    wewenang hak pakai saja, yaitu dengan jalan menyewa. Hal ini dirasakan

    terlalu berat oleh DPTP yang mengusahakan tanaman padi dan tanaman

    hortikultura, karena iklim yang tidak mendukung sehingga tanaman padi

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    31/59

      xxxi

    Pimpinan KBH

    Tawangmangu

    Bapak Tri Jumanto, SP.

    Pekerja

    Harian

    Mbah Radji.Pak Purwanto.

    Seksi

    Tan. Sayuran

    Pak Pardjo.Pak Sardjono.

    Seksi

    Tan. Kentang

    Pak Slamet S.,A. Md.

    Seksi

    Tan. Hias

    Pak Pardi.

    Se  ksi

    Tan. Jeruk

    Pak Slamet S.

    A. Md

    Gambar 1. Struktur organisasi KBH Tawangmangu

    tidak dapat diusahakan di KBH Tawangmangu, sehingga DPTP berusaha

    mengelola kebun dengan hak milik sendiri. Akhirnya pada tanggal

    10 September 1987, KBH Tawangmangu berhasil untuk disertifikatkkan

    dengan nomor sertifikat 318/Twn/1987 yang langsung dikelola oleh DPTP

    wilayah Surakarta.

    Setelah mengalami perkembangan dari tahun ketahun, KBH

    Tawangmangu banyak menghasilkan bibit-bibit yang dibutuhkan oleh

    masyarakat baik dari komoditi sayuran (kentang), tanaman hias

    (anggrek, berbagai macam anthurium, dan masih banyak lagi), hingga

     buah-buahan (jeruk, pisang, kelengkeng, durian, dan advokat).

    2. Struktur Organisasi

    Kebun Benih Hortikultura (KBH) Tawangmangu langsung di

     bawah DPTP Kodya Dati II Surakarta. Stuktur organiasasi di KBH

    Tamangmangu menggunakan sistem garis lurus dengan pembagian tugas

    dan pertanggung jawaban yang jelas. Struktur organisasi di KBH

    Tamangmangu adalah sebagai berikut :

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    32/59

      xxxii

    Dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan oleh Dinas

    Pertanian Jawa Tengah, terdapat koordinasi yang cukup baik. Tugas

    mereka masing-masing antara lain :

    a. 

    Pimpinan Kebun Benih Hortikultura (KBH) Tawangmangu

    Pengawasan langsung kebun maupun yang mengelola kantor

    sebagai atasan dilakukan oleh Bapak Tri Jumanto, SP. Selaku

     pimpinan KBH Tamangmangu, mempunyai tugas sebagai berikut :

    1)  Memberikan bimbingan kepada pegawai dan karyawan apa yang

    harus dikerjakan.

    2)  Mengawasi langsung di lapangan dan meneliti hasil kerja

    karyawan.

    3)  Mengurusi bidang administrasi di KBH Tawangmangu, mengenai

    daftar infentaris barang, obat dan pupuk, buku tamu, buku agenda

    surat keluar dan surat masuk, serta daftar gaji pegawai.

    4)  Membuat laporan pertanggung jawaban kepada Dinas Pertanian

    Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah.

     b.  Seksi Tanaman Sayuran

    Di KBH Tamangmangu ini bagian tanaman sayuran dijabat

    oleh 2 orang yaitu Bapak Pardjo dan Bapak Sardjono. Tugas dari seksi

    tanaman sayuran adalah sebagai berikut :

    1)  Mengadakan pengadaan benih, pengolahan tanah, penanaman,

     pemeliharaan tanaman, pengendalian hama dan penyakit, serta

     pemanenan.

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    33/59

      xxxiii

    2)  Memberikan masukan kepada pimpinan tentang sayuran yang

    cocok pada setiap musim.

    3) 

    Bertangung jawab atas hasil yang dicapai pada tanaman sayuran

    tersebut.

    c.  Seksi Tanaman Kentang

    Tanaman kentang merupakan tanaman yang membutuhkan

     perawatan yang cukup sulit, sehingga walaupun digolongkan tanaman

    sayuran, dibutuhkan orang-orang yang benar-benar mengerti dalam hal

     budi daya tanaman kentang, selain itu juga tanaman kentang di

    KBH Tamangmangu ini digunakan sebagai pembuatan benih kentang

     bersertifikat dan juga digunakan untuk konsumsi. Seksi tanaman

    kentang dijabat oleh Bapak Slamet Suharso, A. Md. Adapun tugas-

    tugasnya adalah sebagai berikut :

    1)  Membudidayakan benih tanaman kentang bersertifikat dan

    konsumsi.

    2)  Menangani pasca panen benih kentang.

    3)  Sortasi benih kentang.

    4) 

    Bertanggung jawab atas keberhasilan pembuatan benih kentang

     bersertifikat.

    d.  Seksi Tanaman Buah

    KBH Tamangmangu hanya mengusahakan mata entres

    tanaman jeruk dan pembuatan bibit jeruk keprok Tawangmangu

     bersertifikat untuk disalurkan kepada para petani. Seksi tanaman jeruk

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    34/59

      xxxiv

    ini dijabat oleh Bapak Slamet Suharso, A. Md. Adapun tugas-tugasnya

    adalah sebagai berikut :

    1) 

    Merawat induk tanaman jeruk keprok Tawangmangu yang akan

    digunakan sebagai mata entres.

    2)  Membuat bedengan tempat penanaman batang bawah tanaman

     jeruk.

    3)  Mengokulasi tanaman jeruk untuk menghasilkan bibit yang bagus.

    4)  Merawat bibit tanaman di lahan dengan melakukan pemupukan,

    serta mengendalikan hama dan penyakit.

    5)  Memasang label pada bibit jeruk keprok Tawangmangu.

    6)  Bertangung jawab atas keberhasilan bibit tanaman jeruk keprok

    Tawangmangu maupun induknya.

    e. 

    Seksi Tanaman Hias

    Tanaman hias di KBH Tamangmangu sangat banyak sekali,

    selain sebagai koleksi juga untuk dijual, karena daerah Tawangmangu

    merupakan salah satu pusat tanaman hias yang ada di Jawa Tengah.

    Bidang tanaman hias ini ditangani oleh Bapak Pardi, adapun

    tugas-tugasnya adalah sebagai berikut :

    1)  Membudidayakan tanaman hias.

    2)  Memelihara dan memupuk tanamana hias.

    3)  Merawat taman.

    4) 

    Bertangung jawab atas tanaman hias yang dibudidayakan.

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    35/59

      xxxv

    3. Kondisi Wilayah

    Kebun Benih Hortikultura (KBH) Tawangmangu terletak di

    sebelah timur kota Karangannyar, tepatnya ± 1 km sebelah timur Terminal

    Bus Tawangmangu yang mempunyai area seluas 3,3 Ha. Secara geografis

    KBH Tawangmangu dibatasi oleh 4 desa yaitu: sebelah utara dengan

    Dukuh Karang Sari, sebelah selatan dengan Dukuh Bener, sebelah timur

    dengan Dukuh Beji, dan sebelah barat dengan Karang Kulon.

    KBH Tawangmangu terletak pada ketinggian 1100 m dpl. Dengan

    keadaan suhu pada waktu pagi 190 C - 220 C, siang 220 C - 240 C, dan sore

    hari 220 C sedangkan malam hari 170 C - 210 C. Kelembapan rata-rata

    70 – 80 %, dengan banyaknya intensitas penyinaran 5 - 8 jam/hari. Curah

    hujan rata-rata 3200 mm/tahun.

    Jenis tanah di KBH Tawangmangu ini adalah tanah andosol.

    Dimana tanah di Tawangmangu ini stuktur atasnya menggumpal, tekstur

    lempung berat, tanahnya gembur, daya ikat tanah terhadap air tinggi,

     bahan organik di dalam tanah tidak cepat tercuci oleh air, dan

     pH tanah 5,82.

    4. Fungsi Kebun

    Kebun Benih Hortikultura (KBH) Tawangmangu mempunyai

    fungsi sebagai berikut :

    a. 

    Sebagai salah satu tempat penyedia benih kentang dan bibit jeruk

    keprok Tawangmangu bersertifikat untuk daerah Jawa Tengah.

     b. 

    Sebagai lahan percontohan bagi para petani di sekitarnya.

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    36/59

      xxxvi

    c.  Sebagi tempat informasi teknologi baru dari Dinas Pertanian untuk

     para petani.

    d. 

    Sebagai penghasil tanaman sayuran dan tanaman hias untuk

    masyarakat.

    5. Pengelolaan Kebun

    Ada beberapa kegiatan pengelolaan yang dilakukan di Kebun

    Benih Hortikultura (KBH) Tawangmangu ini, adapun pengelolaannya

    mencakup 3 hal yaitu :

    a.  Pengelolaan Lahan

    KBH Tamangmangu mempunyai areal keseluruhan lahan

    seluas 3,3 Ha. Kebun tersebut terbagi menjadi: 2,0 Ha untuk budidaya

    tanaman sayuran; 0,3 Ha untuk budidaya tanaman hias; 0,2 Ha untuk

     pembibitan jeruk keprok Tawangmangu bersertifikat; dan 0,8 Ha untuk

     bangunan seperti: rumah dinas, gudang bawang putih dan bawang

    merah, gudang kentang, screen house, green house, vila dinas, jalan,

    kolam, dan taman.

     b. 

    Pengelolaan Tenaga Kerja

    Tenaga kerja di KBH Tamangmangu merupakan pegawai

    negeri sipil yang digaji oleh pemerintah, diluar itu ada juga tenaga

    kerja honorer dimana honor yang diperoleh dibayar oleh Dinas

    Pertanian dan yang terakhir adalah tenaga kerja harian yang dibayar

    langsung oleh pimpinan, diambilkan dari hasil eksploitasi kebun.

    Tenaga kerja harian bertugas membantu para pegawai dalam

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    37/59

      xxxvii

    membudidayakan berbagai macam tanaman pada umumnya, dan

    tanaman sayuran pada khususnya. Jumlah tenaga kerja di KBH

    Tawangmangu ini ada 7 orang dengan rincian sebagai berikut :

    1) 

    Seksi tanaman hias : 1 orang.

    2)  Seksi tanaman sayuran : 2 orang.

    3)  Seksi tanaman jeruk : 1 orang.

    4)  Seksi tanaman kentang : 1 orang.

    5)  Tenaga kerja harian : 2 orang.

    c.  Pengelolaan Dana

    Dana yang diterima oleh KBH Tamangmangu, sebelum

    digunakan harus dibuat laporan Rencana Operasional Proyek (ROP)

    terlebih dahulu, kemudian baru disyahkan oleh koordinator Unit

    Pelaksana Teknik Daerah (UPTD) wilayah Surakarta, sehingga dana

    tersebut benar-benar terkontrol oleh atasan. Isi laporan ROP tersebut

    digunakan untuk kegiatan penanaman dan beberapa dana sesuai

    dengan kondisi iklim (musim tanamnya) dan berapa lama target yang

    harus dicapai untuk mengembalikan dana tersebut dan baru kemudian

    kebutuhan dari masing-masing kegiatan penanaman dirinci. Dana

    tersebut berasal dari anggaran APBD dan anggaran APBN. Anggaran

    rutin bersifat tetap yang berarti setiap tahun mendapatkan bagian uang

    kerja yang besarnya sudah ditetapkan oleh kantor cabang Dinas

    Pertanian Tanaman Pangan (DPTP) wilayah Surakarta. Sedangkan

    anggaran APBD dan APBN bersifat tidak tetap dan artinya tidak tentu

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    38/59

      xxxviii

    tiap bulan anggaran itu ada. Dana untuk memperoleh anggaran rutin

    dengan cara pimpinan kebun harus membuat ROP dan dana anggaran

    rutin tersebut dipergunakan sebagai dana pengelolaan tanaman

    sayuran, tanaman hias, dan tanaman buah-buahan.

    Dana yang dikeluarkan oleh APBD Tingkat I harus

    dikembalikan oleh KBH Tawangmangu setelah panen, yaitu sebesar

    25 % dari keuntungan yang diperoleh. Bila terjadi kegagalan karena

    serangan hama, penyakit, dan perubahan iklim yang tidak mendukung

    maka harus membuat proses verbal laporan kegagalan. Apabila

    kegagalan tersebut karena kesalahan teknis maka dalam hal ini

    merupakan tanggung jawab pimpinan kebun.

    B. 

    Hasil Kegiatan dan Pembahasan

    Teknik budidaya tanaman bawang daun meliputi tahapan: pengolahan

    tanah, pengadaan benih, penanaman, pemeliharaan tanaman, pengendalian

    hama dan penyakit, serta pemanenan.

    1.  Pengolahan Tanah

    Penyiapan lahan bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan

    yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil. Lahan

    yang telah memadat dan keras harus diolah kembali, agar menjadi tanah

    yang lebih halus sehingga berstruktur remah. Lahan juga harus dibersihkan

    dari semak belukar, rumput-rumput, gulma dan sisa-sisa tanaman lain.

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    39/59

      xxxix

    Dengan demikian akan tercipta kondisi lahan yang dapat menjamin

     pertumbuhan tanaman.

    Tatacara pengolahan tanah untuk tanaman bawang daun yang biasa

    dipakai di KBH Tawangmangu, yaitu :

    a.  Mengumpulkan rumput ke satu sisi sekaligus membersihkan lahan dari

     bahan-bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman seperti

     bongkahan gamping, batu-batuan, gulma dan sisa-sisa tanaman

    lainnya.

     b.  Membuat lubang pada sisi yang lain dengan cara mencangkul tanah

    sedalam 40 – 50 cm.

    c.  Memasukkan rumput pada lubang yang telah dibuat dan ditutup tanah

    tipis, lalu pupuk kandang dan ditutup tanah tipis dan ditambah dengan

     pupuk TSP dan ponska kemudian ditutup dengan tanah. Pupuk ini

    sebagai pupuk dasar bawang daun.

    d.  Membuat lubang pada sisi lainnya lalu masukkan rumput ditutup tanah

    tipis, pupuk kandang ditutup tanah tipis dan pupuk TSP dan ponska

    lalu ditutup tanah.

    e. 

    Menaikkan tanah yang ada pada selokan atau saluran air (parit) dengan

    menggunakan alat bantu cangkul, sehingga bedengan lurus dan

    diratakan.

    f.  Menggemburkan tanah di bawah bedengan dan di tepi bedengan yang

    tidak terolah kemudian diratakan.

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    40/59

      xl

    g.  Menaikkan sisa tanah yang ada pada selokan, sisa-sisa tanah ini

    diberikan pada bedengan yang kurang halus atau kurang banyak , rapi

    dan rata.

    Rumput yang dimasukan ke dalam lubang berfungsi sebagai pupuk

    organik serta dapat menjamin porositas tanah. Sehingga rumput ini nanti

    selain sebagai pupuk bagi tanaman juga berfungsi sebagai penggembur

    tanah. Bedengan dibuat dengan lebar ± 100 cm, karena dengan bedengan

    selebar ini maka proses penyiangan menjadi tidak terlalu sulit. Bila terlalu

    lebar maka proses penyiangan akan sulit dilakukan dan bila terlalu sempit

    (kurang dari 100 cm) maka akan memperbanyak jumlah selokan sehingga

    akan mengurangi luas lahan penanaman. Tinggi bedengan 25 - 30 cm,

    apabila di musim penghujan bedengan dibuat agak tinggi untuk mengatasi

    longsor pada saat hujan turun.

    2. Pengadaan Bibit

    Di KBH Tawangmangu, perbanyakan bibit bawang daun dilakukan

    secara vegetatif yaitu dengan menggunakan anakan-anakannya (rumpun

    induk yang dipisah-pisah/dipecah-pecah). Yang dicabut/diambil dari lahan

    tumpang sari antara tanaman bawang daun dan tanaman wortel karena

    lebih efisien, hemat lahan, tenaga dan lainnya.

    Perbanyakan bawang daun di KBH Tawangmangu dengan

    anakan/secara vegetatif dilakukan dengan cara:

    a. 

    Rumpun bawang daun yang hendak dijadikan bibit dipilih yang sudah

    cukup tua, yaitu telah berumur 2,5 bulan dan pertumbuhannya baik.

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    41/59

      xli

     b.  Rumpun bawang daun yang telah dipilih dibongkar/dicabut bersama

    akar dan tanahnya.

    c. 

    Rumpun tanaman yang telah dicabut dibersihkan dan sebagian akar

    dan daunnya yang telah tua dibuang.

    d.  Anakan bawang daun dipecah-pecah menjadi beberapa bagian, setiap

     bagian terdiri atas 1-3 anakan sebagai calon bibit dan sebagian

    daunnya dibuang.

    e.  Selanjutnya, bibit bawang daun berupa anakan tersebut dapat langsung

    ditanam di kebun/disimpan di tempat yang teduh dan lembab. Daya

    simpan bibit anakan adalah 5-7 hari.

    Rumpun bawang daun yang hendak dijadikan bibit bawang daun

    sebaiknya dipilih yang mudah beranak, batangnya kekar, daunnya besar

    dan tebal. Untuk mencabut rumpun bawang daun dapat dilakukan dengan

    tangan atau alat bantu, biasanya alat bantu ini seperti cangkul atau kored.

    Bibit bawang daun yang akan ditanam dipotong sebagian akar dan

    daunnya, hal ini bertujuan untuk mengurangi penguapan air dan untuk

    merangsang pertumbuhan tunas baru serta perakarannya.

    3. 

    Penanaman

    Bibit yang akan ditanam berasal dari anakan yang telah dipilih.

    Bibit yang akan ditanam tadi dibersihkan dengan cara sebagian akarnya

    dipotong, agar tidak sulit dalam penanamannya dan pembentukan akar

    yang baru lebih cepat. Lalu batang sampai akar dicelupkan pada larutan

    yang mengandung atonik dan metalik (pupuk daun yang mengandung

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    42/59

      xlii

    unsure hara makro, mikro dan zat perangsang tumbuh) dengan dosis atonik

    2 ml dan metalik 1 ml. Pencelupan dilakukan selama 10-15 menit. Manfaat

    dari pencelupan ini agar akar dapat terbentuk cepat dan untuk kekebalan

    tanaman.

    Kedalaman tanah untuk bawang daun 10 cm dan jarak tanamnya

    25 x 30 cm. Tata cara penanamannya adalah tanah ditugal terlebih dahulu

    lalu membenamkan 1 - 3 bibit bawang daun pada lubang tanam dengan

     posisi tegak berdiri. Kemudian tanah disekitar bibit dipadatkan pelan-pelan

    agar tanaman dapat berdiri kuat dan tegak, serta perakarannya dapat

    kontak langsung dengan air tanah. Setelah penanaman selesai, sebaiknya

    segera dilakukan penyiraman lahan dengan cara digenangi air (dileb).

    Penanaman bawang daun sebaiknya dilakukan pada sore hari, karena pada

    saat itu suhu udara dan penguapan air (respirasi) tidak terlalu tinggi, selain

    itu agar bibit sudah kuat pada saat terkena terik matahari pada pagi

    harinya. Dengan demikian bibit dapat tumbuh dengan baik.

    4.  Pemeliharaan Tanaman

    Bibit bawang daun yang telah ditanam di kebun perlu dipelihara

    lebih lanjut agar pertumbuhannya tetap baik. Kegiatan pemeliharaan

     bawang daun di KBH Tawangmangu meliputi penyiraman, penyiangan,

     pembubunan dan pemupukan susulan.

    a. 

    Penyiraman

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    43/59

      xliii

    Pada stadium awal pertumbuhan, bibit bawang daun perlu

    mendapatkan air tanah yang cukup. Oleh karena itu, penyiraman

    (pengairan) perlu dilakukan secara rutin satu sampai dua kali sehari,

    atau tergantung cuaca dan keadaan tanah. Sewaktu melakukan

     pengairan, keadaan tanah tidak boleh terlalu basah (becek), karena

    dapat menyebabkan busuknya akar tanaman.

    Pengairan berikutnya secara berangsur-angsur dikurangi, yakni

    3 - 5 hari sekali atau tergantung kering tidaknya keadaan tanah.

    Kegiatan pengairan ini sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.

     b.  Penyiangan dan pembubunan

    Selama pertumbuhan tanaman bawang daun di kebun, biasanya

    ditumbuhi rumput-rumput liar (gulma) yang dapat bersaing dalam hal

    kebutuhan air, unsur hara, sinar matahari dan lain-lain. Selain itu

     penyiangan dilakukan pada daun-daun yang berwarna kuning. Oleh

    karena itu, gulma-gulma tersebut perlu disiangi, baik yang tumbuh

     pada bedengan-bedengan maupun dalam parit antar bedengan.

    Kegiatan penyiangan gulma minimal dilakukan dua kali, yaitu

     pada waktu tanam berumur 3-4 minggu, dan diulang ketika berumur 6

    minggu setelah tanam. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut

    (membersihkan) gulma dengan tangan atau menggunakan cangkul

    secara hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman bawang daun

    dan pada daun-daun yang kuning dicabut dari atas ke bawah. Gulma

    yang tumbuh dalam parit antar bedengan dibersihkan dan diangkut ke

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    44/59

      xliv

    tempat penampungan sisa-sisa tanaman. Sambil menyiang dilakukan

     pula penggemburan tanah ala kadarnya secara hati-hati.

    c. 

    Pemupukan Susulan

    Pemupukan susulan merupakan pemupukan kedua setelah

     pemupukan dasar yang dilakukan pada saat pengolahan tanah.

    Pemupukan susulan bertujuan untuk memberi tambahan zat makanan

    (hara) pada tanaman yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan

    tanaman.

    Pada KBH Tawangmangu pemupukan susulan pada tanaman

     bawang daun dilakukan 3 kali yaitu : 2 minggu setelah tanam, 1 bulan

    setelah tanam dan 1,5 bulan setelah tanam. Aplikasi pupuk urea

    dengan cara pupuk disebar langsung pada lahan. Pupuk yang

    digunakan adalah pupuk KNO dan NPK Hitam (Mas Hitam) dengan

     perbandingan 1:4.

    Pemupukan pada umur 2 MST dilakukan dengan cara

    ditaburkan secara merata di atas permukaan tanah. Dosis yang

    digunakan NPK 12 kg dan KNO3 3 kg. Setelah itu pada umur 1 bulan

     pemupukan dilakukan dengan cara menugal tanah disebelah kanan

    atau kiri tanaman. Lalu pupuk dimasukkan pada tugal tersebut,

    kemudian ditutup dengan tanah. Dosis yang digunakan NPK 16 kg dan

    KNO3 4 kg. Pada umur 1,5 bulan pemupukan dilakukan sama seperti

    umur 1 bulan. Dosis yang digunakan NPK 20 kg dan KNO3 5 kg.

    5. 

    Pengendalian Hama dan Penyakit

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    45/59

      xlv

    Pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman

    merupakan kegiatan yang penting, karena dapat menurunkan hasil

     produksi tanaman bawang daun.

    Pengendalian hama pada KBH Tawangmangu menggunakan 2 cara

    yaitu, secara mekanik dan kimiawi. Pengendalian secara mekanik

    dilakukan dengan cara langsung membunuh hama yang ditemukan di

    lahan. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan cara penyemprotan

    insektisida dengan Curacron. Konsentrasi untuk penggunaan Curacron

    setiap kali penyemprotan adalah 1,5 - 2 ml/l. Setiap kali penyemprotan

    ditambah pupuk daun atonik 2 ml/l dan metalik 1 ml/l. Aplikasi

     pemakaiannya dicampur dengan perekat APSA dengan dosis 0,25 - 0,5

    ml/l. Perekat ini bertujuan agar insektisida dan fungisida tidak terbawa air

     pada waktu hujan. Jenis hama yang biasa ditemukan di KBH

    Tawangmangu adalah sebagai berikut :

    a.  Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon Hfn.)

    Tubuh ulat tanah berwarna cokelat tua kehitam-hitaman dan

     bagian perutnya berwarna lebih muda. Tubuh ulat ini beruas-ruas,

    lunak, liat dan berukuran panjang sekitar 5 cm. Telur kupu-kupu ini

     berwarna putih dan berbentuk bulat, diletakkan di atas tanah. Ciri-ciri

    lainnya adalah pada kedua sisi badannya terdapat garis berwarna

    cokelat. Ulat tanah ini hidup di dalam tanah dan pada malam atau sore

    hari aktif menyerang tanaman.

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    46/59

      xlvi

    Ulat tanah menyerang tanaman muda yang berumur antara 1 -

    30 hari. Bagian yang diserang adalah daun dan pucuk tanaman. Gejala

    serangannya berupa tanaman bawang daun yang terserang tampak

    terkulai karena pucuk-pucuknya dipotong pada bagian pangkalnya.

    Pada serangan yang berat dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman

     bawang daun terhambat sekalipun mampu bertunas kembali.

     b.  Ulat Daun (Spodoptera exiqua Hbn.)

    Ulat daun yang menyerang bawang daun juga dikenal dengan

    sebutan ulat grayak (Spodoptera spp.) Ulat ini berbentuk bulat panjang

    dengan ukuran panjang tubuh sekitar 2,5 cm. Kupu-kupu (ngengat)

    ulat daun berwarna kelabu dan sayap depan berbintik-bintik kuning.

    Kupu-kupu bertelur di permukaan daun bawang atau pada gulma yang

    tumbuh di sekitar kebun.

    Ulat daun sangat berbahaya bagi tanaman bawang-bawangan,

    karena serangannya memiliki daya rusak sangat tinggi dan

     perkembangannya sangat cepat. Kumpulan ulat yang masih kecil akan

    membuat lubang pada daun, kemudian masuk ke dalam daun dan

    merusak (memakan) daging daun sebelah dalam. Daun bawang yang

    diserang bercak-bercak putih memanjang seperti membrane. Lambat

    laun daun akan menjadi layu, berlubang dan dakat lubangan tersebut

    ada kotoran ulat. Pada tingkat serangan yang berat menyebabkan daun-

    daun rusak, sehingga menurunkan kualitas hasil panen atau tidak laku

    dijual.

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    47/59

      xlvii

    c.  Kutu Bawang (Thrips tabaci Lind .)

     Nama lain dari kutu ini adalah kutu loncat (Sunda) dan kemerki

    (Jawa). Kutu thrips tabaci dewasa berukuran 1 mm, berwarna kuning

    kecokelat-cokelatan, cokelat atau hitam. Trips jantan tidak bersayap,

    sedangkan yang betina mempunyai dua pasang sayap yang halus dan

     berumbai-rumbai. Hama ini berkembangbiak secara parthenogenesis,

    yaitu menghasilkan telur tanpa melalui perkawinan

    Hama ini meletakkan telur secara terpisah-pisah pada jaringan

    tanaman atau daun bagian bawah. Telur berbentuk oval (lonjong) dan

     berwarna putih. Penyebaran ke tanaman lain berlangsung sangat cepat

    dengan bantuan angin. Hama ini akan menyerang hebat bila didukung

    oleh kondisi suhu udara tinggi (di atas suhu normal) dan kelembaban

    udara diatas 70%. Bila keadaan suhu udara dingin sekali, hama ini

    akan menghilang dengan sendirinya. Gejala serangannya ditandai

    dengan adanya daun yang berwarna putih berkilat seperti perak. Pada

    serangan yang berat, daun bawang seluruhnya berwarna putih.

    Pengendalian penyakit pada bawang daun dilakukan dengan

    melakukan penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi 1,5

    - 2 gr/l. setiap penyrmprotan ditambahkan pupuk daun atonik 2 ml/l dan

    metalik 1 ml/l. Aplikasi pemakaiannya dicampur dengan perekat APSA

    dengan dosis 0,25 - 0,5 ml/l. Jenis penyakit yang biasa ditemukan di KBH

    Tawangmangu adalah sebagai berikut :

    a. 

    Busuk Leher Batang

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    48/59

      xlviii

    Penyebab penyakit busuk leher batang adalah cendawan

     Botrytis allii Munn. Spora cendawan ini berwarna abu-abu. Keadaan

    lingkungan yang mendukung perkembangan cendawan ini adalah

    tempat yang becek dan lembab.

    Bawang daun yang diserang oleh cendawan  Botrytis allii 

    Munn. menampakkan gejala-gejala : leher batang atau pangkal batang

    menjadi lunak dan berwarna abu-abu, kebasahan dan akhirnya

    membusuk. Serangan ini mengakibatkan pengangkutan zat hara dan air

    ke daun terganggu sehingga tanaman menjadi layu.

     b.  Layu Fusarium

    Penyebab penyakit ini adalah cendawan Fusarium sp.

    Cendawan ini hidup dalam tanah dan menginfeksi tanaman melalui

    akar yang terluka karena peralatan pertanian atau karena serangan

    nematoda (cacing tanah). Setelah menginfeksi akar, cendawan ini akan

    menjalar ke batang dan menetap pada berkas pembuluh pengangkutan

    serta merusak jaringan pembuluh pengangkutan.

    Bawang daun yang diserang penyakit layu fusarium

    menampakkan gejala-gejala : pada mulanya daun menguning dan

    selanjutnya daun-daun layu. Kelayuan pada tanaman terjadi secara

    mendadak dan bersifat tetap (tidak dapat sehat kembali).

    c.  Bercak Ungu

    Penyebab penyakit bercak ungu adalah cendawan  Alternaria

     porri  (Ell.cif.) yang dapat bertahan dari musim kemusim pada sisa

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    49/59

      xlix

    tanaman dan disebarkan dengan bantuan angina. Serangan penyakit ini

    mudah berjangkit pada pertanaman bawang daun yang dipupuk tidak

     berimbang, kurang air (pengairan) terutama di musim kemarau.

    Gejala serangan penyakit ini adalah mula-mula terdapat bercak-

     bercak kecil, melekuk, berwarna putih sampai kelabu. Kemudian

     bercak tersebut membesar dan warnanya menjadi agak keungu-

    unguan. Tetapi daun yang terserang menjadi berwarna kemerah-

    merahan atau keungu-unguan yang dikelilingi warna kuning. Lambat

    laun ujung daun menguning. Serangan yang berat dapat menyebabkan

     pembusukan pada pangkal batang atau leher akar yang ditandai dengan

    warna kuning sampai merah kecokelat-cokelatan.

    d.  Antraknosa

    Penyakit antraknosa disebabkan oleh cendawan

    Collectotrichum gloeosporioides  Penz. Serangan penyakit antraknosa

     pada bawang daun menyebabkan pangkal daun mengecil dan tanaman

    mati sehingga penyakit ini sering disebut penyakit otomatis atau

    smudge. Tanda-tanda bawang daun yang diserang penyakit ini adalah

    daun-daun bagian bawah rebah, pangkal daun mengecil, berwarna

    gelap dan tanaman mati secara mendadak.

    e. 

    Busuk Daun

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    50/59

      l

    Penyebab penyakit yang juga disebut “embun tepung” ini

    adalah cendawan Peronospora destructor  (Berk.) Casp. Cendawan ini

    cepat berkembang pada musim hujan dan pada kondisi lingkungan

    yang lembab dan suhu malam hari yang rendah. Tanda-tanda bawang

    daun yang diserang penyakit ini adalah tampak bercak-bercak hitam

     pucat pada daun, terutama pada ujung-ujung daun yang kemudian

     berubah warna menjadi putih lembayung atau ungu. Pada serangan

    yang berat, daun akan menguning, layu, mongering dan akhirnya mati.

    Daun yang telah mati ditandai dengan warna putih dan diliputi oleh

     bulu-bulu berwarna hitam.

    Penyakit yang paling banyak ditemui adalah layu fusarium dan

    antraknosa. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara mencabut

    langsung tanaman yang terkena penyakit. Apabila penyakit telah parah dan

    sulit dikendalikan maka dilakukan pergiliran tanaman dengan tanaman

    yang bukan famili Liliaceae.

    6.  Panen

    Pemanenan bawang daun dilakukan pada umur 2,5 bulan. Ciri-ciri

    tanaman bawang daun yang siap panen adalah jumlah anakan per rumpun

    telah banyak dan beberapa helai daun bawah mulai menguning atau

    mengering.

    Cara panen bawang daun adalah dengan cara mencabut seluruh

    rumpun tanaman. Pencabutan harus dilakukan dengan hati-hati agar

    seluruh rumpun dan daun tidak ada yang patah atau rusak. Bawang daun

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    51/59

      li

    yang telah dipanen segera dikumpulkan pada tempat yang teduh agar tidak

    terkena sinar matahari secara langsung. Pemanenan dilakukan pada pagi

    hari.

    Pada musim hujan, hasil panen bawang daun lebih sedikit

    dibandingkan musim kamarau. Namun harga jual bawang daun cenderung

    naik karena pasokannya pada musim hujan berkurang.

    Tabel 1.1 Analisa Usaha Tani Bawang Daun Skala 1000 m2.

     No Uraian Volume Satuan (Rp) Jumlah

    1 Pengeluaran

    A.Biaya Operasional

    1. Sewa Lahan

    2. Bibit

    3. Pupuk

    Ponska

    TSP/SP 36

    -Kandang

    -Mas Hitam

    -KNO3 

    4. Pestisida

    -Curacron

    -Dithane M-45

    -Atonik

    -Metalik

    450 kg

    40 kg

    30 kg

    1 ton

    48 kg

    12 kg

    1 l

    2 kg

    200 ml

    100 ml

    2500

    2.000

    2.500

    170.000

    9.000

    11.000

    350.000

    1.125000

    80.000

    75.000

    170.000

    432.000

    132.000

    86.000

    120.000

    10.000

    12.500

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    52/59

      lii

    2

    3

    -Pelekat (APSA)

    5. Tenaga Kerja

    -Pengolahan tanah

    s/d siap tanam

    -Penanaman

    -Penyemprotan s/d

     panen

    -Pemupukan 3x

    -Panen

    Total Biaya

    Penerimaan

    Produksi

    Keuntungan

    1000 ml

    5 org

    5 org

    4 org

    3 org

    5 org

    1.800 kg

    20.000

    12.500

    20.000

    12.500

    20.000

    6.500

    20.000

    100.000

    62.000

    80.000

    37.500

    100.000

    2.992.000

    11.700.000

    8.708.000

    Sumber : KBH Tawangmangu

    Dari table di atas dapat dihitung BEP ( Break Event Point ) volume

     produksi, BEP harga produksi, B/C ratio dan ROI.

    a.  BEP Volume Produksi

    BEP volume produksi = total biaya produksi

    harga ditingkat petani

    = Rp 2.992.000,-

    Rp 6.500,-/kg

    = 460,3 kg

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    53/59

      liii

    Hasil ini menunjukkan bahwa pada saat diperoleh produksi

    sebesar 460,3 kg bawang daun, usaha tani bawang daun tersebut tidak

    menghasilkan keuntungan, namun juga tidak mengalami kerugian.

     b. 

    BEP Harga Produksi

    BEP harga produksi = total biaya produksi

    total produksi

    = Rp 2.992.000,-

    1.800 kg

    = Rp 1.662,2/kg

    Hasil ini menunjukkan bahwa pada saat harga bawang daun

    ditingkat petani sebesar Rp 1.662,2/kg usaha tani bawang daun tidak

    mengalami keuntungan, namun juga tidak mengalami kerugian.

    c. 

    B/C Ratio

    B/C ratio = total pendapatan

    tot biaya produksi

    = Rp 11.700.000,-

    Rp 2.992.000,-

    = 3,9

     Nilai B/C ratio sebesar 3,9 menunjukkan bahwa dari

     pengeluaran biaya sebesar Rp 2.992.000,- akan diperoleh penerimaan

    sebesar 3,9 kali dari biaya yang digunakan.

    d. 

    ROI

    ROI = keuntungan usaha tani x 100%

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    54/59

      liv

    modal usaha tani

    = Rp 8.708.000,- x 100%

    Rp 2.992.000,-

    = 291 %

     Nilai ROI sebesar 291% menunjukkan bahwa setiap

     pengeluaran modal sebesar Rp 100,- akan diperoleh keuntungan

    sebesar Rp 264,3,-

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    55/59

      lv

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. 

    Kesimpulan

    1.  Di KBH Tawangmangu jenis bawang daun yang dibudidayakan adalah

     jenis Bawang Bakung ( Allium fistulosum L.). Bibit bawang daun ( Allium

     fistulosum  L.) yang digunakan di KBH Tawangmangu diperoleh dari

    anakan-anakannya.

    2.  Pupuk daun yang digunakan yaitu, atonik dan metalik yang diberikan pada

    saat anakan bawang daun akan ditanam.

    3.  Pupuk susulan yang biasa dipakai di KBH Tawangmangu ada dua macam

    yaitu KNO3 dan NPK Hitam (Mas Hitam). Cara pemberian pupuk ini ada

    2 macam, yang pertama diberikan langsung pada tanaman, ini diberikan

    apabila keadaan tanah basah (musim hujan), dan yang kedua pupuk

    dilarutkan dalam air lalu disiramkan pada tanaman (kocor), ini diberikan

    apabila keadaan tanah kering (kemarau).

    4.  Jenis penyakit yang paling banyak ditemui di KBH Tawangmangu adalah

    Layu Fusarium dan Antraknosa.

    5.  Pemanenan bawang daun ( Allium fistulosum L.) dilakukan pada umur 2,5

     bulan karena bibit menggunakan anakan.

    6.  Budidaya bawang daun ( Allium fistulosum L.) menghasilkan keuntungan.

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    56/59

      lvi

    B.  Saran

    1. 

    Sebaiknya penanaman bawang daun memperhatikan musim agar didapat

    hasil panen yang baik.

    2. 

    Pengendalian hama dan penyakit lebih ditingkatkan agar tidak

    menurunkan kulitas bawang daun.

    3.  Untuk pengadaan bibit, pilih bibit yang batangnya kekar, daunnya besar

    dan kekar.

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    57/59

      lvii

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2009. Teknologi Budidaya Tanaman Bawang Daun.

    http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.phd?id=203. Diakses

    tanggal 21 April 2009.

    Cahyono, B. 2005. Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Bawang Daun.

    Kanisius. Yogyakarta.

     Nazarudin. 1994.  Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah.

    Penebar Swadaya. Jakarta.

    Rukmana, R. 1995. Bertanam Bawang Daun. Kanisius. Yogyakarta.

    Semangun, H. 1989. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia.

    Gajah Mada University Pers. Jogjakarta.

    Sudarmo, S. 1991. Pengendalian Serangga Hama Sayuran dan Palawija.

    Kanisius. Yogyakarta.

    Sunarjono, H. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran Penting Di Indonesia.

    Sinar Biru. Bandung.

    Suteja, M. 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    58/59

      lviii

    Pengolahan lahan

    Anakan bawang daun yang telah ditanam

  • 8/17/2019 Lela Meltin

    59/59

    Pemupukan susulan