lapsus pasien depresi

19
GANGGUAN PENYESUAIAN (F43.2) SERTA GANGGUAN ANXIETAS FOBIA YANG KHAS (F.40.2) IDENTITAS PASIEN Nama : Nn. T Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 45 tahun Agama : Kristen Protestan Suku Bangsa : Toraja Status Pernikahan : Sudah menikah Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Aspol Toddopuli Blok E43 Datang ke Poli Jiwa RS Bhayangkara pada tanggal 12 Mei 2015. I. RIWAYAT PENYAKIT : A. Keluhan Utama Susah Tidur B. Riwayat Gangguan Sekarang 1. Keluhan dan Gejala

Upload: syahid-gunawan-assaf

Post on 17-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

lapsus depresi

TRANSCRIPT

  • GANGGUAN PENYESUAIAN (F43.2) SERTA GANGGUAN

    ANXIETAS FOBIA YANG KHAS (F.40.2)

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : Nn. T

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Umur : 45 tahun

    Agama : Kristen Protestan

    Suku Bangsa : Toraja

    Status Pernikahan : Sudah menikah

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    Alamat : Aspol Toddopuli Blok E43

    Datang ke Poli Jiwa RS Bhayangkara pada tanggal 12 Mei 2015.

    I. RIWAYAT PENYAKIT :

    A. Keluhan Utama

    Susah Tidur

    B. Riwayat Gangguan Sekarang

    1. Keluhan dan Gejala

  • Seorang pasien datang ke Poli Jiwa Bhayangkara dengan keluhan

    susah tidur sejak 5 bulan yang lalu. Pasien sering terbangun di malam hari,

    kemudian susah tidur lagi. Pasien sering merasa tidak berdaya dan kepikiran

    sepanjang hari.

    Pasien juga mengeluh mudah lelah, sering merasa sedih, nafsu

    makan menurun, sulit tidur, hingga nyeri tungkuk. Pasien pernah

    mengalami penurunan berat badan yang drastis.

    Perubahan perilaku pasien ini dialami sejak akhir tahun lalu ketika

    suaminya meninggal oleh karena pecahnya pembuluh darah perut

    (anureisma aorta abdominalis). Pasien sangat dekat dengan suaminya

    sehingga merasa belum percaya telah ditinggal oleh suaminya. Sebulan

    yang lalu pasien kembali berduka, dengan meninggalnya ayah dari pasien.

    Namun pasien merasa lebih terpikir oleh karena ditinggal oleh suaminya

    dibanding ayahnya oleh karena sudah lama tidak serumah dengan ayahnya.

    Diketahui bahwa pasien merupakan orang yang aktif berinteraksi

    dengan tetangga dan juga rajin di kegiatan gereja.

    2. Hendaya dan disfungsi

    Hendaya sosial (-)

    Hendaya pekerjaan (+)

    Hendaya penggunaan waktu senggang (-)

    3. Faktor stress psikososial

    - Pasien ditinggal oleh suaminya

    4. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat fisik sebelumnya

  • - Riwayat angkat kista ovarium tahun 2003

    - Riwayat Mastektomi 2013 dan kemoterapi

    C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

    Tidak ada riwayat gangguan sebelumnya

    D. Riwayat kehidupan pribadi

    1. Riwayat prenatal dan perinatal (0-1 tahun)

    Lahir pada13 April 1970 lahir normal dibantu oleh

    2. Riwayat Kanak Awal (1-3 tahun)

    Riwayat tidak diketahui karena kurangnya informasi dari keluarga pasien.

    3. Riwayat Kanak Pertengahan (3-11 tahun)

    Pasien pernah sekolah di SD Hangtua pasien termasuk rajin dan

    diperhitungkan dalam hal akademik ketika masih sekolah dulu

    4. Riwayat Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)

    Pasien melanjutkan pendidikan SMP di SMP Negeri 5 Makassar selama 3

    tahun, kemudian lanjut di SMA di Makassar SMA negeri 4 Makassar.

    Riwayat Masa Dewasa

    a. Riwayat Pekerjaan

    Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, dan melanjutkan usaha

    penjualan pipa peralon yang sempat dikembangkan oleh suami saat

    masih hidup.

    b. Riwayat Pernikahan

    Pasien sudah menikah mempunyai 3 orang anak

  • c. Riwayat Agama

    Pasien memeluk kristen protestan dan menjalankan kewajiban agama

    dengan cukup baik.

    d. Riwayat Pelanggaran Hukum

    Selama ini pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum.

    e. Aktivitas sosial

    Pasien dikenal mudah akrab dengan orang lain.

    E. Riwayat Kehidupan Keluarga

    - Pasien anak ke-2 dari 2 bersaudara (,)

    - Hubungan dengan keluarga baik

    - Tidak ada riwayat keluarga dengan keluhan yang sama.

    F. Situasi Sekarang

    Pasien sekarang tinggal di rumah dinas bersama 3 anaknya

    G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya

    Pasien merasa bahwa dirinya sakit dan sangat membutuhkan pengobatan.

    II. STATUS MENTAL

    A. Deskripsi Umum :

    1. Penampilan

    Tampak seorang wanita mengenakan pakaian kaos warna putih, dan

    celana pendek warna hitam. Perawatan diri baik, kurus, wajah tampak

    sesuai umur.

    2. Kesadaran

    Composmentis

  • 3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

    Tenang

    4. Verbalisasi

    Pasien menjawab pertanyaan dengan spontan, lancar, intonasi cukup.

    5. Sikap terhadap pemeriksa

    Kooperatif.

    B. Keadaan afektif, mood, empati :

    1. Mood : depresif

    2. Afek : depresif

    3. Empati : dapat dirabarasakan

    C. Fungsi Intelektual :

    1. Taraf pendidikan : Pengetahuan sesuai dengan taraf pendidikan pasien

    2. Orientasi (waktu, tempat, dan orang)

    Waktu : Baik

    Tempat : Baik

    Orang : Baik

    3. Daya ingat

    Jangka panjang : Baik

    Jangka pendek : Baik

    Jangka segera : Baik

    4. Daya Konsentrasi : Baik

    5. Pikiran abstrak : Baik

    6. Bakat kreatif : Menyanyi Gereja, bulu tangkis

  • 7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

    D. Gangguan Persepsi

    1. Halusinasi : Tidak ada.

    2. Ilusi : Tidak ada

    3. Depersonalisasi : Tidak ada

    4. Derealisasi : Tidak ada

    E. Proses berpikir

    1. Arus pikir

    Produktivitas : Cukup

    Kontinuitas : Relevan, Koheren

    Hendaya bahasa : Tidak ada

    2. Isi pikiran

    Pre okupasi : Tidak ada

    Gangguan isi pikir : Tidak ada

    F. Pengendalian Impuls : Tidak Terganggu

    G. Daya nilai

    1. Norma sosial : Baik

    2. Uji daya nilai : Baik

    3. Penilaian realitas : Baik

    H. Tilikan (Insight) : Derajat 6, (sadar kalau dirinya sakit dan

    perlu pengobatan).

    I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

  • III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI

    1. Status Internus

    T = 130/90 mmHg

    2. Status Neurologi

    GCS : E4M6V5, fungsi kortikal luhur dalam batas normal, pupil bulat

    isokor, refleks cahaya (+) (+), fungsi motorik dan sensorik ke empat

    ekstrimitas dalam batas normal dan refleks patologis (-)

    IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

    Seorang pasien datang ke Poli Jiwa Bhayangkara dengan keluhan susah

    tidur sejak 5 bulan yang lalu. Pasien sering terbangun di malam hari,

    kemudian susah tidur lagi. Pasien sering merasa tidak berdaya dan kepikiran

    sepanjang hari. Ini adalah kali kedua pasien berobat dimana dengan keluhan

    yang sama setelah putus obat selama 11 hari

    Pasien juga mengeluh mudah lelah, sering merasa sedih, nafsu makan

    menurun, sulit tidur, sering buang air kecil, keringat dingin, hingga nyeri

    tungkuk. Pasien pernah mengalami penurunan berat badan dari 57 kg ke 50

    kg beberapa waktu setelah suaminya meninggal.

    Saat dilakukan wawancara, dilakukan alloanamnesis oleh anaknya

    didapatkan bahwa sejak saat itu pasien sering menangis, sering terbangun

    di malam hari. Pasien juga sering ke rumah tetangga atau di halaman rumah

    ketika orang-orang bepergian di pagi hari.

    Perubahan perilaku pasien ini dialami sejak akhir tahun lalu ketika

    suaminya meninggal. Pasien sangat dekat dengan suaminya sehingga

  • merasa belum percaya telah ditinggal oleh suaminya. Sebulan yang lalu

    pasien kembali berduka, dengan meninggalnya ayah dari pasien. Namun

    pasien merasa lebih ditinggal oleh suaminya dibanding ayahnya oleh karena

    sudah lama tidak serumah dengan ayahnya.

    Dari status mental didapatkan, penampilan seorang wanita mengenakan

    pakaian kaos warna putih, celana pendek. Perawatan diri baik, perawakan

    kurus, wajah tampak sesuai umur. Kesadaran composmentis. Perilaku dan

    aktivitas psikomotor tenang, pembicaraan spontan, lancar dengan intonasi

    biasa. Sikap terhadap pemeriksa kooperatif. Keadaan mood baik, afek

    depresif, empati dapat dirabarasakan. Fungsi kognitif, taraf pendidikan,

    pengetahuan umum, dan kecerdasan sesuai dengan taraf pendidikan. Daya

    konsentrasi baik, orientasi waktu, tempat, dan orang baik, daya ingat jangka

    panjang, pendek, dan segera baik. Pikiran abstrak baik, bakat kreatif adalah

    menyanyi. Kemampuan menolong diri sendiri baik. Gangguan persepsi

    tidak ada. Arus pikiran dengan produktivitas cukup, kontinuitas relevan dan

    koheren. Tidak ada gangguan isi pikiran. Pengendalian impuls tidak

    terganggu. Daya nilai norma sosial, uji daya penilaian realitas baik. Tilikan

    derajat 6. Taraf dapat dipercaya, pasien dapat dipercaya.

  • V. EVALUASI MULTI AKSIAL

    1. Aksis I

    Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental ditemukan

    gejala klinis yang bermakna yaitu insomnia disertai perasaan sedih, tak

    berdaya, afek depresif. Di malam hari pasien sering terbangun dan sulit tidur

    lagi disertai rasa gelisah, nyeri tengkuk, sering buang air kecil, jantung

    berdebar dan kadang keringat dingin. Pasien juga merasa nafsu makan

    menurun hingga mengalami penurunan berat badan. Keadaan ini

    menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien serta terdapat keterbatasan

    dalam aktivitas sehari-hari (disability) dapat disimpulkan bahwa pasien

    menderita gangguan jiwa.

    Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya dalam

    menilai realita, maupun hendaya dalam fungsi mental sehingga pasien

    didiagnosis sebagai gangguan jiwa non psikotik.

    Pada pemeriksaan status internus dana neurologis tidak di temukan

    adanya kelainan sehingga pasien dapat dikatakan gangguan mental non

    organik.

    Dari autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan adanya

    afek depresif yang menonjol serta gejala lain seperti perasaan hilangnya

    semangat, merasa tidak berdaya, tidur terganggu, nafsu makan menurun yang

    merujuk pada kriteria episode depresi. Selain itu, pada pasien juga ditemukan

    gejala-gejala anxietas, seperti seperti ketegangan motorik (gelisah, sakit

    kepala, tegang otot leher), hiperaktivitas ototnom (sering buang air kecil,

  • jantung berdebar dan keringat dingin). Keluhan ini dirasakan sejak suami

    pasien meninggal 5 bulan yang lalu. Dengan adanya kriteria episode depresif

    dan gejala-gejala anxietas dan keadaan dipicu oleh adanya kejadian atau

    situasi yang stressful maka pasien masuk dalam kriteria Gangguan

    Penyesuaian (F43.2)

    Pasien juga mengeluhkan rasa takut terhadap kesendirian, bila dalam

    situasi sunyi pasien merasa cemas dan takut. Namun kecemasan pasien

    hilang ketika ada yang menemani. Hal ini merupakan kriteria khas dari

    gangguan anxietas fobia yang khas (F.40.2). Sehingga berdasarkan

    Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III)

    dengan kriteria gangguan penyesuaian serta Gangguan Anxietas fobia yang

    khas, maka pasien dapat didiagnosis sebagai Gangguan Penyesuaian

    (F43.2) serta gangguan Anxietas Fobia Yang Khas (F.40.2).

    2. Aksis II

    Tidak dapat diketahui ciri kepribadian khas

    3. Aksis III

    Post Mastektomi, riwayat pengangkatan kista ovarium

    4. Aksis IV

    Stressor psikososial, suami pasien meninggal.

    5. Aksis V

    GAF (Global Assesment Functioning) Scale 80-71 : gejala sementara

    & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll.

  • VI. DAFTAR MASALAH

    1. Organobiologik

    Pasien mengalami gangguan tidur sehingga membutuhkan pengobatan

    2. Psikologi

    Ditemukan gangguan penyesuaian dan gangguan terkait stress seperti

    Fobia sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.

    3. Sosiologik

    Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial dan pengginaan waktu

    senggang sehingga pasien memerlukan sosioterapi.

    VII. PROGNOSIS

    Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prognosis pasien :

    A. Faktor pendukung :

    Keluarga dan tetangga yang mendukung kesembuhan pasien

    Keinginan pasien untuk berobat

    Pasien yang cukup terbuka dalam menceritakan masalah yang dihadapi

    B. Faktor penghambat :

    Tidak ada

    VIII. RENCANA TERAPI

    1. Psikofarmakoterapi :

    Amytriptilin 20 mg 0-1-1

    Alprazolam 0,25 mg (bila perlu)

    2. Psikoterapi suportif :

    a. Ventilasi

  • Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan isi

    pikirannya atau kecemasannya sehingga pasien merasa lega.

    b. Konseling

    Memberikan penjelasan dan pengetahuan kepada pasien tentang

    penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya dan memahami

    cara menghadapinya serta tetap memotivasi pasien agar minum obat

    secara teratur.

    Untuk fobia yang khas, bisa dilakukan terapi kognitif.

    c. Sosioterapi

    Memberikan penjelasan pada keluarga dan orang-orang terdekat pasien

    tentang gangguan yang dialami oleh pasien sehingga tercipta dukungan

    moral dan lingkungan yang kondusif sehingga membantu proses

    penyembuhan pasien.

    IX. FOLLOW UP

    Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya. Menilai

    efektivitas terapi serta kemungkinan terjadinya efek samping yang tidak

    diinginkan.

  • X. DISKUSI

    Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ

    III) Gangguan Penyesuaian didiagnosis berdasarkan manifestasi berupa:

    - Afek depresif

    - Anxietas

    - Campuran anxietas-depresif

    - Gangguan tingkah laku

    - Disertai adanya disabilitas dalam rutinitas sehari-hari.

    Tidak ada satupun dari gejala tersebut yang spesifik. Namun, adanya

    kejadian, situasi yang stressful, atau krisis kehidupan harus jelas dan

    bukti yang kuat bahwa gangguan tersebut tidak akan terjadi seandainya

    tidak mengalami hal tersebut.

    Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan setelah terjadinya kejadian

    yang stresful dan gejala-gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan,

    kecuali dalam hal reaksi depresif berkepanjangan

    Pada pasien didapatkan adanya afek depresif serta gejala lain seperti

    perasaan hilangnya semangat, merasa tidak berdaya, tidur terganggu, nafsu

    makan menurun yang merujuk pada kriteria episode depresi. Selain itu,

    pada pasien juga ditemukan gejala-gejala anxietas, seperti seperti

    ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, tegang otot leher), hiperaktivitas

    ototnom (sering buang air kecil, jantung berdebar dan keringat dingin).

    Keluhan ini dirasakan sejak suami pasien meninggal 5 bulan yang lalu.

    Dengan adanya kriteria episode depresif dan gejala-gejala anxietas dan

  • keadaan dipicu oleh adanya kejadian atau situasi yang stressful maka

    pasien didiagnosis sebagai Gangguan Penyesuaian F.43.2

    Gangguan Fobia Khas (Terisolasi) menurut PPDGJ III memiliki

    kriteria:

    a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus

    merupakan manifestasi promer dari anxietasnya dan bukan

    sekunder dari gejala-gejala lain misalnya waham atau pikiran

    obsesif.

    b. Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik

    tertentu (highly specific situations)

    c. Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.

    Pasien juga mengeluhkan rasa takut terhadap kesendirian, bila

    dalam situasi sunyi timbul gejala cemas. Kesendirian ini merupakan

    pemicu timbulnya gejala anxietas. Pasien juga sering berada di luar rumah

    atau ke tetangga jika anak-anaknya belum pulang dari sekolah atau

    perkuliahan. Ini merupakan cara pasien menghindari objek fobia yang

    khas. Hal ini merupakan kriteria khas dari gangguan anxietas fobia yang

    khas (F.40.2)

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari

    PPDGJ III. Jakarta : PT.Nuh Raya; 2001

    2. Kaplan, Harold I, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Grebb. Buku Ajar

    Psikiatri Klinis.Ed 2.. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2014.

  • AUTOANAMNESIS

    DM : sore ibu, saya Syahid Gunawan dokter muda mau wawancara ibu. Bisa bu?

    P : Sore. Nama saya Tabitha.

    DM : Asal daerah ibu dimana ?

    P : saya dari Toraja dok

    DM : Ibu ke Poli dengan keluhan apa bu ?

    P : Susah tidur sejak suami saya meninggal bulan 12 lalu. Karena pecah

    pembuluh darah di perut.

    DM : Ibu susah tidur, karena apa?

    P : Saya gelisah, pikiran jalan terus sejak suami saya meninggal. Sampai

    sekarang belum stabil, masih terasa lemah.

    DM : Susah tidurnya seperti apa bu?

    P : Awalnya mengantuk, tapi sering terbangun-terbangun. Berat badanku

    pernah turun sampai 50 dari 57 kg. Saya pernah ada kista ovarium, 2003

    diangkat. Pernah juga pengangkatan payudara tahun 2013.

    DM : Ibu sementara berobat untuk kanker payudaranya?

    P : saya pernah kemoterapi 3 bulan, tapi sudah berhenti. Sekarang konsumsi

    obat kanker selama 5 tahun

    DM : Menurut ibu, ada tidak kaitan penyakitnya ibu ini dengan tidak bisa tidur?

  • P : Tidak ada, tidak bisa tidurnya memang karena suami saya meninggal.

    DM : Ibu rasa berdebar-debar jantungnya? Ada perasaan sering buang air kecil?

    P : iya ada, tegang otot leher juga.

    DM : Ibu sedekat apa dengan suaminya?

    P : Suami saya menjadi teman curhat yang paling baik. sejak meninggal tidak

    ada lagi tempat curhat. Kalau saya sayang orang, saya tidak mau lepas.

    DM : Ibu pernah putus obatnya?

    P : iya, sewaktu ke toraja saya lupa bawa obat. Sepuluh hari saya di kampung,

    jadi kembali lagi muncul susah tidurnya.

    DM : Dulu ibu lahirnya bagaimana? Lahir normal di rumah sakit?

    P : Iya. 3 saya bersaudara lahir normal

    DM : Ibu waktu sekolah bagaimana bu?

    P : Pintar, hehe.. Cuma sampai SMP saja, SMA sudah tidak lagi. Mungkin

    karena sudah puber, banyak godaan.

    DM : kalau boleh tau ibu punya banyak teman? Aktif di kegiatan?

    P : iya punya banyak teman. Tidak begitu aktif di sekolah, karena pulang

    sekolah bantu ibu jual-jual.

    DM : ibu punya kegiatan lain?

  • P : dulu sering menyanyi di gereja

    DM : Ibu akhir-akhir ini pernah mimpi buruk?

    P : akhir-akhir ini tidak lagi karena nyenyak minum obat. Dulu pernah mimpi

    buruk sewaktu kecil, mimpinya menakutkan seperti awan gelap yang

    mengancam.

    DM : Ibu kalo pagi sampai sore bikin apa bu?

    P : kalo pagi biasanya saya bikinkan makanan buat anak. Tapi kalau anak-anak

    sudah pergi ke sekolah, saya takut masuk rumah, biar siang.

    DM : ibu takutnya kenapa? Ada perampok?

    P : takut ada setan. Memang bawaan dari dulu penakut.

    DM : jadi kapan ibu masuk ke rumah?

    P : nanti kalau anak-anak sudah datang, baru saya berani masuk

    DM : Ibu bagaimana pergaulannya dengan tetangga akhir-akhir ini?

    P : Baik, malah sering ke rumah tetangga

    DM : kalau aktivitasnya di pagi terganggu tidak?

    P : iya, kalau mau aktivitas kadang oleng. Karena kurang tidur.

    DM : bu mau bertanya bu, kalau 100-7 berapa ibu ?

    P : 93 dok.

  • DM : Kalau 5x4?

    P : 20 dok

    DM : ibu tau artinya ada udang di balik batu?

    P : ada maksud tertentu

    DM : Ibu tidak pernahji ada suara suara bisikan?

    P : tidak pernah ji. .

    DM : bagaimana perasaan ta sekarang bu ?

    P : Sudah membaik setelah minum obat

    DM : terima kasih ibu sudah mau diwawancara, semoga ibu cepat sembuh

    P : iye sama sama. Makasih dok