laporanevaporasi

26
Diposkan oleh Putri P | Kamis, 25 Oktober 2012 Judul Percobaan : EVAPORASI Percobaan ke- : 1 (satu) Tanggal Percobaan : 12 Maret 2012 Tujuan : - Dapat menggunakan alat unit penguapan - Dapat memilih temperatur dan tekanan sebaik mungkin umpan tertentu Dasar Teori : Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan dari evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tidak mudat menguap dan pelarut yang mudah menguap. Dalam kebanyakan proses evaporasi, pelarutnya adalah air. Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair, kadang-kadang zat cair yang sangat viskos dan bukan zat padat. Begitu pula, evaporasi berbeda dengan distilasi karena disini uapnya biasanya komponen tunggal, dan walaupun uap itu merupakan campuran dalam proses evaporasi ini tidak ada usaha untuk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Biasanya dalam evaporasi, zat cair pekat itulah yang merupakan produk yang berharga dan uapnya biasanya di kondensasikan dan di buang. Salah satu jenis alat yang digunakan dalam proses evaporasi adalah falling film evaporator dimana alat ini di klasifikasikan ke dalam long tube vertical evaporator bersama-

Upload: lian

Post on 17-Sep-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Diposkan oleh Putri P | Kamis, 25 Oktober 2012

Judul Percobaan : EVAPORASIPercobaan ke- : 1 (satu)Tanggal Percobaan : 12 Maret 2012Tujuan :- Dapat menggunakan alat unit penguapan- Dapat memilih temperatur dan tekanan sebaik mungkin umpan tertentuDasar Teori : Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan dari evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tidak mudat menguap dan pelarut yang mudah menguap. Dalam kebanyakan proses evaporasi, pelarutnya adalah air. Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair, kadang-kadang zat cair yang sangat viskos dan bukan zat padat. Begitu pula, evaporasi berbeda dengan distilasi karena disini uapnya biasanya komponen tunggal, dan walaupun uap itu merupakan campuran dalam proses evaporasi ini tidak ada usaha untuk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Biasanya dalam evaporasi, zat cair pekat itulah yang merupakan produk yang berharga dan uapnya biasanya di kondensasikan dan di buang. Salah satu jenis alat yang digunakan dalam proses evaporasi adalah falling film evaporator dimana alat ini di klasifikasikan ke dalam long tube vertical evaporator bersama-sama dengan climbing film evaporator. Sedangkan berdasarkan tipe pemanasan dapat di klasifikasikan ke dalam system pemanasan di pisah oleh dinding pertukaran panas, yaitu antara lain jenis kolom kalandria dan shell and tube.

Alat : Piknometer Neraca analitik Gelas kimia Baskom Stopwatch Alat evaporator climbing film evaporator TissueBahan : Gula putih (250 gr) Aquadest

Prosedur : Mencuci alat evaporator yang akan digunakan. Lalu memasang selang pendigin dan mengalirkan air pendingin. Kalibrasi piknometer yang akan digunakan. Melarutkan 250 gram gula pasir dalam 3 liter air demin. Mengukur massa jenis () larutan dengan menggunaka piknometer yang sudah di kalibrasi sebelumnya. Memasukkan larutan gula ke dalam evaporator untuk di umpankan. Mengatur set on alat yang akan digunakan sampai dengan 130 C. Mengambil sampel produk sampai 6x dengan selang waktu 5 menit sekali. Setelah selesai matikan alat dengan mengatur set off. Lalu menunggu beberapa saat hingga suhu uap/produk pekat turun menjadi 60 C . Mematikan aliran pendingin. Mematikan aliran listrik. Mengeluarkan produk pekat. Membersihkan peralatan dengan memakai aquadest atau air demin.

Data kalibrasi konsentrasiMassa jenis (gr/mL)Konsentrasi (%)

1,00892,5

1,01855

1,02807,5

1,038210

1,047512,5

1,057315

1,066617,5

1,076520

Data pengamatannoWaktuMassa piknometer (gr)Suhuket

T1T2T3T4T5

05 menit pertama50,118334373683-

15 menit kedua50,1186458641860-

25 menit ketiga50,1880373632864-

35 menit keempat50,1980353636866-

45 menit kelima50,1946813533868-

55 menit keenam50,2281343236870-

65 menit ketujuh50,2380343235872-

Volume H2O = 3 L volume gula = 3000 mL 200 mL = 2800 mLMassa H2O = H2O x volume H2O = 0,996233 x 2800 = 2789,4524 gr% gula = = = 8,2252%T larutan gula umpan = 28oCT aquadest = 27oC H2O di handbook = Konversi H2O di Handbook = 0,996233 gr/mLKalibrasiMassa piknometer kosong = 24,14 grMassa piknometer + aquadest = 49,32 grMassa aquadest = piknometer + aquadest piknometer kosong =49,32 24,14 = 25,18 grVolume piknometer kalibrasi = = = 25,2752 mLUmpan segarUmpan sample awalBerat gula = 250 grVolume H2O = 2800 mLVolume larutan = 3000 mLBerat piknometer + sample awal = 50,12 grBerat sample awal= berat piknometer + sample piknometer kosong= 50,12 24,14= 25,98 gr sample awal = = = 1,0278 gr/mLSample 0 (suhu 130oC)Berat piknometer + sample = 50,11 grBerat piknometer kosong = 24,14 grBerat sample = 25,97 gr = = = 1,0275 gr/mLSample 1 (suhu 127oC)Berat piknometer + sample = 50,14 grBerat piknometer kosong = 24,14 grBerat sample = 26,0 gr = = = 1,0287 gr/mLSample 2 (suhu 128oC)Berat piknometer + sample = 50,18 grBerat piknometer kosong = 24,14 grBerat sample = 26,04 gr = = = 1,0303 gr/mLSample 3 (127oC)Berat piknometer + sample = 50,19 grBerat piknometer kosong = 24,14 grBerat sample = 26,05 gr = = = 1,0307 gr/mLSample 4 (suhu 128oC)Berat piknometer + sample = 50,19 grBerat piknometer kosong = 24,14 grBerat sample = 26,05 gr = = = 1,0307 gr/mLSample 5 (suhu 129oC)Berat piknometer + sample = 50,22 grBerat piknometer kosong = 24,14 grBerat sample = 26,08 gr = = = 1,0318 gr/mLSample 6 (suhu 130oC)Berat piknometer + sample = 50,23 grBerat piknometer kosong = 24,14 grBerat sample = 26,09 gr = = = 1,0322 gr/mLTabel hasil perhitunganNoNama sampleMassa jenis gr/mL

0Larutan umpan segar1,0275

1Sample 11,0287

2Sample 21,0303

3Sample 31,0307

4Sample 41,0307

5Sample 51,0318

6Sample 61,0322

Persamaany = 258,9 x 258,7a. Sample 0y = 258,9 x 258,7y = 258,9 x 1,0275 258,7y = 7,32%

b. Sample 1y = 258,9 x 258,7y = 258,9 x 1,0287 258,7y = 7,63%

c. Sample 2y = 258,9 x 258,7y = 258,9 x 1,0303 258,7y = 8,04%

d. Sample 3y = 258,9 x 258,7y = 258,9 x 1,0307 258,7y = 8,15%

e. Sample 4y = 258,9 x 258,7y = 258,9 x 1,0307 258,7y = 8,15%

f. Sample 5y = 258,9 x 258,7y = 258,9 x 1,0318 258,7y = 8,43%

g. Sample 6y = 258,9 x 258,7y = 258,9 x 1,0322 258,7y = 8,54%

Tabel hasil Praktikum menggunakan Climbing Film EvaporatorNoNama sampleMassa jenis (gr/mL)Konsentrasi (%)

0Umpan segar1,02757,32

1Sample 11,02877,63

2Sample 21,03038,04

3Sample 31,03078,15

4Sample 41,03078,15

5Sample 51,03188,43

6Sample 61,03228,54

Kurva Data

Pembahasan : Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai umpan yaitu larutan gula. Disamping itu untuk mengetahui apakah climbing film evaporator yang dipakai bekerja dengan efektif atau tidak dapat dilihat dan distilat yang dihasilkan. Apabila distilat jernih terjadi evaporasi tetapi jika distilat berwarna maka proses evaporasi tidak terjadi dimana umpan ikut teruapkan tidak hanya solvennya tetapi solutnya pun ikut teruapkan. Umpan (larutan gula) dimasukkan kedalam separator (pemisah) untuk memisahkan zat cair yang terbawa ikut dari uap. Zat cair dan uap mengalir ke atas di dalam tabung sebagai akibat dari peristiwa didih, zat cair yang terpisah kembali ke dasar tabung dengan gravitasi. Umpan encer biasanya pada suhu sekitar suhu kamar, masuk ke dalam suatu sistem dan bercampur dengan zat cair yang kembali dari separator. Umpan itu mengalir ke atas di dalam tabung sebagai zat cair dalam jarak tertentu, yang tidak panjang, sambil menerima kalor dari uap. Hasil dari kondensasi berupa distilat yang berwarna jernih dan di tampung di tangki penampungan destilat. Suhu air pendingin yang keluar dari kondensor lebih tinggi dari pada suhu masuk karena air itu menyerap panas dari kondensor. Pada evaporasi ini terbukti bahwa massa jenis berbanding lurus dengan konsentrasi, semakin besar massa jenis maka akan semakin besar juga konsentrasinya dan semakin pekat juga larutan gula tersebut.Kesimpulan :Saya dapat menyimpulkan bahwa :NoNama sampleMassa jenis (gr/mL)Konsentrasi (%)

0Umpan segar1,02757,32

1Sample 11,02877,63

2Sample 21,03038,04

3Sample 31,03078,15

4Sample 41,03078,15

5Sample 51,03188,43

6Sample 61,03228,54

Dari tabel di atas sudah di buktikan bahwa semakin besar massa jenis maka semakin besar konsentrasinya. Hal itu menunjukkan bahwa massa jenis berbanding lurus dengan konsentrasi.Daftar pustaka :http://www.angelfire.com/ak5/procces.control/evaporator.htmSri Mulyati, Ida. Modul pengantar praktikum Evaporasi. 2012. SMK Negeri 7. Bandung

Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk, meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan, menurunkan aktivitas air aw (Praptiningsih 1999).Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk: Meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan sebelum diproses lebih lanjut. Sebagai contoh pada pengolahan gula diperlukan proses pengentalan nira tebu sebelum proses kristalisasi, spray drying, drum drying dan lainnya Memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya pengepakan, penyimpanan dan transportasi Menurunkan aktivitas air dengan cara meningkatkan konsentrasi solid terlarut sehingga bahan menjadi awet misalnya pada pembuatan susu kental manis (Wirakartakusumah, 1989)Sebagai bagian dari suatu proses di dalam pabrik, alat evaporasi mempunyai dua fungsi, yaitu merubah panas dan memindahkan uap yang terbentuk dari bahan cair. Ketentuan-ketentuan penting pada praktek evaporasi adalah :1. Suhu maksimum yang diperkenankan yaitu sebagian besar dibawah 212 F.2. Promosi perputaran bahan cair melalui permukaan pindah panas, untuk mempertahankan koefisien pindah panas yang tinggi dan untuk menghindari setiap pemanasan global yang terlalu tinggi.3. Kekentalan bahan cair yang selalu meningkat dengan cepat karena meningkatnya jumlah bahan yang tidak terlarut.4. setiap kecenderungan untuk berbusa yang mempersulit pemisahan bahan cair dengan uap(Earle, 1982).Adapun faktor-faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi kecepatan pada proses evaporasi adalah :a. Kecepatan hantaran panas yang diuapkan ke bahanb. Jumlah panas yang tersedia dalam penguapanc. Suhu maksimu yang dapat dicapaid. Tekanan yang terdapat dalam alat yang digunakane. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama proses penguapan.(Earle, 1969)Sedangkan menurut Buckle (1987), dalam prakteknya ada beberapa faktor yang harus diperhatikan selama proses penguapan meliputi :1. sirkulasi udara sehingga proses penghantaran panas tinggi.2. terjadinya kenaikan viskositas3. terbentuknya deposit pada evaporator4. kehilangan aromakelarutan zat padat.Mekanisme kerja evaporator adalah steam yang dihasilkan oleh alat pemindah panas, kemudian panas yang ada (steam) berpindah pada bahan atau larutan sehingga suhu larutan akan naik sampai mencapai titik didih. Steam masih digunakan atau disuplay sehingga terjadi peningkatan tekanan uap. Di dalam evaporator terdapat 3 bagian, yaitu:1. Alat pemindah panasBerfungsi untuk mnsuplai panas, baik panas sensibel (untuk menurunkan suhu) maupun panas laten pada proses evaporasi. Sebagai medium pemanas umumnya digunakan uap jenuh.2. Alat pemisahBerfungsi untuk memisahkan uap dari cairan yang dikentalkan.3. Alat pendinginBerfungsi untuk mengkondnsasikan uap dan memisahkannya. Alat pendingin ini bisa ditiadakan bila sistem bekerja pada tekanan atmosfer (Gaman, 1994).Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam proses evaporasiSelama proses evaporasi dapat terjadi perubahan-perubahan pada bahan, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain perubahan viskositas, kehilangan aroma, kerusakan komponen gizi, terjadinya pencokelatan dll.Pemekatan dapat dilakukan melalui penguapan, proses melalui membrane, dan pemekatan beku. Peralatan yang digunakan untuk memindahkan panas ke bahan bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Penggunaan bermacam-macam peralatan ini akan berpengaruh pada kemudahan penguapan dan retensi zat gizi. Pada waktu air menguap dan larutan menjadi pekat, terjadi beberapa perubahan penting. Pertama zat terlarut reaktif menjadi lebih pekat dan laju kerusakan kimiawi dapat meningkat. Kedua terjadikenaikan titik didih. Ketiga viskositas larutan meningkat dengan tajam, jika viskositas meningkat, maka cairan menjadi sulit dipanaskan. Kesulitan ini menyebabkan penyebaran suhu yang tidak seragam sehingga dapat terjadi bercak panas dan hangus. Hal ini sangat mempengaruhi retensi zat gizi. Sebagai contoh adalah susu dan produk olahannya yang merupakan produk umum dengan kadar protein tinggi yang dipekatkan. Karena adanya gula reduksi kerusakan terjadi pada lisin. Hasil riset tahum 1960 menunjukkan bahwa pada susu kental manis yang diolah dengan retort pada suhu 113 C Selma 15 menit, retensi lisin yang tersedia adalah 80%. Sedangkan pada susu kental manis yang tidak diolah dengan retort retensi lisin yang tersedia adalah 97%. Kerusakan vitamin pada proses pemekatan hamper tidak terjadi selama proses pemekatan itu dilakukan dengan benar. Sari buah yang dikentalkan pada suhu rendah menunjukkan retensi menunjukkan retensi vitamin C sebesar 92 97%. Thiamin adalah perkecualian, selama pemekatan zat ini dapat mengalami susut sebesar 14 27%. Retensi zat gizi juga dipengaruhi oleh lama waktu pemanasan larutan di dalam evaporator. Semakin lama lama pemanasan maka retensi zat gizi semakin menurun (Tejasari, 1999)Besarnya suhu dan tekanan evaporator sangat berpengaruh terhadap proses penguapan cairan. Semakin tinggi maka semakin cepat proses evaporasi, tetapi dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan yang dapat menurunkan kualitas bahan (Gaman, 1994).

V. PEMBAHASANEvaporasi merupakan proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut. Dalam proses evaporasi, evaporator memiliki dua fungsi yaitu memindahakan panas dan memisahkan uap yang terbentuk dari campuran cairannya. Pada dasarnya sistem evaporator terdiri dari alat pemindah panas yang berfungsi untuk mensuplai panas, baik panan sensibel ( untuk menaikkan suhu) maupun panas laten pada proses evaporasi. Sebagai medium pemanas, umumnya digunakan uap jenuh. Alat pemindah uap berfungsi untuk memisahkan uap air dari cairan yang dikentalkan, sedangkan alat pendingin berfungsi untuk mengkondensasikan uap dan memisahkannya. Untuk mengkondensasikan uap dapat digunakan kondensor.Evaporasi adalah proses pemekatan larutan dan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut (Praptingsih, Yulia: 1999). Ada beberapa perubahan yang terjadi selama pross evaporasi antara lain, peningkatan viskositas, kehilangan aroma dan warna, kerusakan beberapa komponen gizi dan pencoklatan. Adapun faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah suhu, tekanan, viskositas cairan, dan adanya kerak.Faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaporasi terhadap kecepatan penguapan, perubahan komponen kimia bahan pangan dan lainnya : 1. Suhu dan Tekanan Suhu evaporasi berpengaruh pada kecepatan penguapan. Makin tinggi suhu evaporasi maka penguapan yang terjadi semakin cepat. Namun, penggunaan suhu yang tinggi dapat menyebabkan beberapa bahan yang sensitive terhadap panas mengalami kerusakan. Untuk memperkecil resiko kerusakan tersebut maka suhu evaporasi yang digunakan harus rendah. Suhu evaporasi dapat diturunkan dengan menurunkan tekanan evaporator.2. Lama Evaporasi Makin tinggi suhu evaporasi maka penguapan yang terjadi semakin cepat. Semakin lama evaporasi yang terjadi maka semakin banyak zat gizi yang hilang dari bahan pangan. Suhu evaporasi seharusnya dilakukan serendah mungkin dan waktu proses juga dilakukan sesingkat mungkin (Wirakartakusumah, 1989)3. Luas permukaanDengan lebih luasnya permukaan bahan maka semakin luas pula permukaan bahan pangan yang berhubungan langsung dengan medium pemanasan dan lebih banyak air yang dapat keluar dengan cepat dari bahan makanan sehingga evaporasi semakin cepat. Semakin cepat evaporasi yang terjadi maka semakin banyak air dan bahan pangan sensitive panas yang hilang dari bahan pangan.4. Jenis Bahan dan Viskositas Cairan Jenis bahan juga mempengaruhi teknik evaporasi yang digunakan. Seperti halnya pada pembuatan sari buah yang sangat pekat yang cepat sekali meningkat viskositasnya ketika dipanaskan, sehingga diperlukan perlakuan khusus untuk menurunkan kekentalannya misalnya dengan menggunakan teknik ultrasonic. Sebagian jenis makanan ada yang mengandung komponen yang sangat korosif terhadap permukaan alat penukar panas, sehingga sebaiknya menggunakan bahan dari stainless steel dalam pembuatan alat evaporasi (Wirakartakusumah, 1989). Makin tinggi viskositas cairan, tingkat sirkulasi akan menurun, sehingga menurunkan koefisien transfer panas. Hal ini akan menghambat proses penguapan. Selama proses evaporasi viskositas larutan akan mengalami kenaikan karena meningkatnya konsentrasi.5. Adanya kerakSelama proses evaporasi adanya padatan yang tersuspensi dalam cairan akan menimbulkan kerak pada evaporator. Adanya kerak tersebut menyebabkan koefisien transfer panas mengalami penurunan sehingga proses penguapan terhambat. Adapun tujuan dari evaporasi pada pengolahan hasil pertanian adalah untuk :1. Meningkatkan larutan sebelum diproses lebih lanjut, misalnya pada pengolahan gula diperlukan proses pemgentalan nira tebu sebelum proses kristalisasi2. Memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya pengepakan, penyimpanan dan transpor3. Menurunkan aktivitas air (aw)Suhu evaporasi sangat berpengaruh terhadap warna larutan. Semakin tinggi suhu evaporasi maka warna akan semakin pudar (Winarno, F.G: 2002). Karoten merupakan campuran dari beberapa senyawa alfa, beta, dan gama karoten karoten merupakan hidrokarbon atau turunannya yang terdiri dari beberapa unit isoprena (suatu diena). Karoten peka terhadap panas dan larut dalam air. Apabila dipanaskan karoten akan rusak sehingga dapat mengubah warna larutan tidak seperti aslinya.Semakin tinggi tingkat kepekatan larutan maka proses evaporasi juga semakin berjalan lambat. Hal ini disebabkan karena tingginya viskositas larutan dapat menyebabkan tingkat sirkulasi menjadi turun sehingga menurunkan koefisien transfer panas. Hal ini yang dapat menghambat proses penguapan. Suhu evaporasi yang tinggi dapat mempercepat proses evaporasi sebab proses pemanasan dapat meningkatkan viskositas karena konsentrasi juga semakin meningkat. Namun apabila suhu evaporasi terus-menerus dinaikan maka kecepatan evaporasi juga tidak dapat dinaikan sebab larutan mempunyai viskositas yang tinggi dan konsentrasinya juga sudah tinggi sehingga proses penguapan semakin lambat dan proses evaporasi juga berjalan lambat (Buckle, 1987).Perubahan yang terjadi pada proses evaporasi, selama proses evaporasi terjadi perubahan yang di kentalkan perubahan tersebut dapat memberikan efek yang menguntungkan maupun yang merugikan. Beberapa perubahan tersebut antara lain:a) Peningkatan viskositas.Selama proses evaporasi terjadi penguapan pelarut sehingga konsentrasi larutan meningkat akibatnya viskositas larutan juga meningkat. Peningkatan konsentrasi larutan menyebabkan terjadi kenaikan titik didih. Suhu penguapan titik didih larutan lebih tinggi daripada pelarut murni pada tekanan yang sama, larutan yang makin pekat titik didih makin tinggi.Larutan yang semakin pekat, maka semakin tinggi titik didihnya. Peningkatan konsentrasi ditandai dengan kenaikan derajat brix pada larutan. Sebagai contoh pada pengolahan gula merah karena proses evaporasi terjadi peningkatan derajat brix dari 15-18 brix menjadi 70 brix.b) Kehilangan aroma atau warnaKomponen aroma dan flavor pada beberapa bahan cairan seperti pada jus buah lebih mudah menguap daripada air. Jika bahan tersebut dievapoasi akan menyebabkan penurunan kualitas pada konsentrat yang dihasilkan. Hal ini dapat dicegah dengan cara memisahkan komponen yang mudah menguap dengan cara destilasi fraksional. . Dari hasil destilasi diperoleh essens. Selanjutnya essens tersebut dicampurkan lagi pada konsentratc) Pencoklatan.Beberapa bahan yang banyak mengandung gula pada proses evaporasi akan mengalami pencoklatan. Pencoklatan akan lebih intensif bila proses evaporasi dilakukan pada suhu tinggi atau pada kondisi basa (pH tinggi). Pencoklatan terjadi karena reaksi maillard atau karena karamelisasi. Pada beberapa pengolahan terjadinya pencoklatan selama proses evaporasi memang dikehendaki seperti misalnya pada pengolahan gula kelapa, kecap dan sebagainya. Namun demikian, pencoklatan yang berlebihan dapat menurunkan kualitas produk yang dihasilkan. Pada beberapa pengolahan seperti pengolahan susu, gula pasir dan lainnya proses pencoklatan evaporasi tidak diinginkan. Untuk mencegah terjadinya pencoklatan tersebut proses evaporasi dilakukan pada suhu rendah. Hal ini dapat dicapai dengan menurunkan tekanan evaporator dan api di bawah tekanan atmosfir (vakum). Proses evaporasi pada pH rendah juga dapat mengurangi terjadinya pencoklatan namun akan menyebabkan terjadinya inverse sukrosa (Praptiningsih, 1999)d) Pembentukkan buih.Pembentukkan buih pada proses evaporasi dapat menghambat transfer panas. e) Kerusakan bahan.Pada proses evaporasi yang terjadi pada bahan-bahan yang peka terhadap panas akan mengakibatkan kerusakan bahan. Beberapa komponen gizi yang sensitif terhadap panas akan mengalami kerusakan pada proses evaporasi yang dilakukan pada suhu tinggi. Beberapa komponen gizi tersebut antara lain adalah vitamin C, vitamin A, protein dan sebagainyaf) Pembentukkan kerak.(Yulia, 2002).Sebagian besar kandungan dari larutan gula 40% yang digunakan dalam percobaan adalah sukrosa yang merupakan komponen monosakarida yang pada umumnya memiliki dapat mengalami karamelisasi jika dipanaskan pada suhu yang melebihi titik didihnya. Warna coklat yang terjadi pada larutan gula yang dipanaskan akan semakin gelap dan larutan menjadi semakin pekat (karena pemanasan menyebabkan tingginya viskositas larutan) bila pemanasan dilakukan semakin lama. Hal ini dapat dilihat dari data pengamatan dimana pada perlakuan pemanasan selama 15 menit warna larutan semakin gelap dan kepekatan yang diamati dari pengukuran dengan menggunakan refraktometer pada perlakuan setelah pemanasan 15 menit adalah 34 (memiliki nilai paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya)

VI. KESIMPULAN dan SARAN6.1 Kesimpulan Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, yaitu:1. Evaporasi adalah proses pemekatan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan larutan.2. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam evaporasi:(a) Suhu dan tekanan,(b) Viskositas cairan,(c) Adanya kerak.3. Perubahan yang terjadi pada proses evaporasi:(a) Peningkatan viskositas,(b) Kehilangan aroma,(c) Pencoklatan,(d) Pembentukkan buih.(e) Kerusakan bahan.(f) Pembentukkan kerak.4. Adapun tujuan dari evaporasi pada pengolahan hasil pertanian adalah untuk :1. Meningkatkan larutan sebelum diproses lebih lanjut, misalnya pada pengolahan gula diperlukan proses pemgentalan nira tebu sebelum proses kristalisasi2. Memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya pengepakan, penyimpanan dan transpor3. Menurunkan aktivitas air (aw)5. Pada perlakuan pemanasan selama 15 menit warna larutan semakin gelap dan kepekatan yang diamati dari pengukuran dengan menggunakan refraktometer pada perlakuan setelah pemanasan 15 menit adalah 34 nilai tersebut merupakan nilai paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

DAFTAR PUSTAKABuckle, K. A dkk. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.Gaman, P. M. 1994. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Yokyakarta: UGM Press.Poedjiadi, anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press.Praptiningsih, Yulia. 1999. Buku Ajar Teknologi Pengolahan. FTP UNEJ: Jember.Winarno, F. G. 2007. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Yulia. 2002. Teknologi Pengolahan Pangan. FTP Unej: Jember.