laporan tutorial skenario a blok 4 universitas sriwijaya tahun 2015 tentang usia kehamilan beresiko,...
DESCRIPTION
Ny. Selena menikah 10 tahun yang lalu, tiga minggu yang lalu melahirkan anak ketiga bayi laki-laki pada usia yang beresiko. Hari ini Ny. Selena membawa bayinya ke dokter anak karena ia mencemaskan keadaan bayinya, karena setiap kali menyusui bayinya sering tersedak dan tampak biru. Tubuh bayinya juga terasa lebih lunglai dibanding anak sebelumnya ketika digendong. Dari hasil anamnesa tidak didapatkan riwayat anggota keluarga yang mengalami kondisi serupa. Dokter anak lalu memeriksa bayinya secara seksama. Berikut adalah hasil pemeriksaan fisik :TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO A BLOK 4 TAHUN 2015
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4
Tutor : drh. Muhaimin Ramdja, Msc
Beauty Novianty 04011181520004
Velly Ezka Raissa Afifah 04011181520005
Stella Yosephine Ribka 04011181520006
Shagnez Dwi Putri 04011181520015
Muthiah Azzahrah Arisa Putri 04011281520117
Mira Maulani Fatima 04011281520129
Mitha Novita 04011381520095
Ainun Mardiyyah 04011381520096
Ichlas Afriansyah Afif 04011381520105
Bhagatdeep Kakur Kaur Singh 04011381520185
Muhamad Ikmal Bin Md.Shahrom 04011381520187
Nurul Izzah Bte Samsir 04011381520190
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN
2015
Kata Pengantar
Pertama, marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat, rahmat, dan ridho-Nya lah laporan tutorial blok 4 ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kami tujukan kepada pembimbing atau tutor
kami drh. Muhaimin Ramdja, Msc yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam
diskusi tutorial. Tak lupa ucapan terimakasih ditujukan untuk pihak yang telah membantu
penyusunan laporan ini dari segi moril maupun segi lainnya.
Laporan ini merupakan tugas hasil dari kegiatan tutorial skenario A blok 4 Tahun 2015.
Adapun kegiatan yang di laporkan dalam laporan ini adalah klarifikasi istilah, identifikasi
masalah, analisis masalah, meninjau ulang masalah, menyusun keterkaitan antar masalah,
mengidentifikasi topik pembelajaran, menyusun kerangka konsep, dan menyimpulkan hasil
diskusi tutorial.
Kami memohon maaf sekiranya terdapat kesalahan dalam penulisan laporan. Apabila
ada kritik maupun saran yang membangun kiranya dapat disampaikan, demi tercapainya
kebaikan bersama.
Palembang, 22 Oktober 2015
Penulis
1
Daftar Isi
Kata Pengantar …..
Daftar Isi...................
Skenario.........
Klarifikasi Istilah
Identifikasi Masalah
Analisis Masalah.
Keterbatasan Ilmu Pengetahuan..........
Sintesis Masalah.....
Kerangka Konsep………………………………………………………………………...
Kesimpulan…………........................................................................................................
Daftar Pustaka………………………………………………………………....…………
1
2
3
4
5
6
18
19
20
57
58
2
I. SKENARIO
Ny. Selena menikah 10 tahun yang lalu, tiga minggu yang lalu melahirkan anak ketiga
bayi laki-laki pada usia yang beresiko. Hari ini Ny. Selena membawa bayinya ke dokter
anak karena ia mencemaskan keadaan bayinya, karena setiap kali menyusui bayinya
sering tersedak dan tampak biru. Tubuh bayinya juga terasa lebih lunglai dibanding
anak sebelumnya ketika digendong. Dari hasil anamnesa tidak didapatkan riwayat
anggota keluarga yang mengalami kondisi serupa. Dokter anak lalu memeriksa bayinya
secara seksama. Berikut adalah hasil pemeriksaan fisik :
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Berat badan : 3 kg
Panjang badan : 45 cm
Status Lokalis
Kepala : Occiput datar, brachicephaly
Mata : lipatan epikantus (+)
Palmar dekstra et sinistra : simian crease (+)
Jantung : murmur (+)
Tonus otot : hipotoni
Ekstremitas : sandal gap (+)
Pedigree Keluarga Bayi :
3
II. KLARIFIKASI ISTILAH
Usia beresiko : < 20 tahun,>34 tahun
Tersedak : sumbatan saluran nafas
Lunglai : lemas atau keadaan yang lemah
Anamnesa : keterangan tentang riwayat seseorang melalui wawancara
Occiput datar : bagian belakang tengkorak kepala datar
Brachicephaly : bentuk tengkorak kepala lebih pendek dari normalnya
Lipatan epikantus : lipatan kulit vertikal pada sisi nasal, yang kadang kadang menutupi
kantus sebelah dalam.
Simian crease : garis tangan single-line
Murmur : suara jantung abnormal yang dapat didengar oleh stetoskop
Hipotoni : tonus otot lebih rendah dibandingkan normal
Sandal gap : kelainan pada jarak antara jempol kaki dan jari kaki lainnya
Palmar dekstra et sinistra : telapak tangan kanan dan kiri
Tonus otot : tegangan otot
Ekstremitas : anggota gerak tubuh
4
III. IDENTIFIKASI MASALAH
KENYATAAN KESESUAIAN KONSEN
1. Setiap kali menyusui bayinya sering tersedak
dan tampak biru
Tidak sesuai
harapan.
2. Tubuh bayinya terasa lebih lunglai
dibandingkan anak sebelumnya.
Tidak sesuai
harapan.
3. Ny selena melahirkan anak ketiga bayi laki-laki
pada usia yang beresiko.
Tidak sesuai
harapan.
4. Status Lokalis
Kepala : Occiput datar, brachicephaly
Mata : lipatan epikantus (+)
Palmar dekstra et sinistra : simian crease (+)
Jantung : murmur (+)
Tonus otot : hipotoni
Ekstremitas : sandal gap (+)
Tidak sesuai
harapan.
5. Hasil anamnesa tidak menemukan riwayat
anggota keluarga yang mengalami kondisi
serupa.
Tidak sesuai
harapan.
5
IV. ANALISIS MASALAH
1. Setiap kali menyusui bayinya sering tersedak dan tampak biru.
a. Apa yang menyebabkan bayi sering tersedak dan tampak biru?
Penyebab bayi tersedak ketika disusui :
Salah posisi saat menyusui bayi.
Bayi tidak disendawakan setelah menetek.
Produksi ASI yang berlebih
Terlalu sering memberi ASI.
Penyebab bayi tampak biru :
Bayi tampak biru dapat juga disebut sianosis. Sianosis mengacu pada kebiruan
warna kulit, kuku dan membran mukosa. Pada bayi baru lahir, sianosis dapat
terjadi karena jantung yang disebut cyanotic penyakit jantung.
Hal itu juga dapat terjadi karena bayi memiliki kelainan genetik, seperti down
syndrome, sindrom turner, marfan’s syndrome dan sindrom noonan.
b. Apa akibat bayi sering tersedak dan tampak biru, jika dibiarkan?
Tidak mampu menelan
Tidak bisa bicara, menangis, atau bersuara
Sulit bernapas
Kehilangan kesadaran
Kematian
c. Bagaimana penatalaksanaan untuk mengatasi agar si bayi tidak tersedak dan
tampak biru?
Letakkan bayi dalam posisi telungkup di lengan dengan kepala bayi lebih
rendah. Sangga bagian dada bayi oleh tangan dan tepuk punggung bayi secara
perlahan.
Bila anda merasa cemas, segera bawa bayi ke dokter, karena bayi yang sering
tersedak dan tanpa perhatian khusus dapat menyebabkan sakit serius yang
berhubungan dengan paru-paru, telinga dan hidung. Gangguan ini timbul
setelah beberapa hari bayi tersedak, biasanya diawali dengan batuk-batuk,
badan bayi mulai panas, sesak napas dan napas bayi berbunyi.
6
2. Tubuh bayinya terasa lebih lunglai dibandingkan anak sebelumnya.
a. Apa perbedaan bayi normal dan abnormal ditinjau dari aktivitasnya?
Bayi normal Bayi tidak normal
Merespon terhadap suara yang ditimbulkanTidak merespon terhadap suara yang
ditumbulkan
Mulai mencoba meraih sesuatu seperti
mainanTidak mampu mencoba meraih sesuatu
Otot leher tegak dalam posisi duduk Otot leher terkulai lemas ketika posisi duduk
Mulai mencoba untuk tengkurap dan
merangkak
Tidak mampu melakukan pergerkan seperti
merangkak atau tidak terlungkup lemas saat
mencoba tengkurap
Aktif dalam merespon sekitar Cuek dan cenderung unresponsible
Mampu melakukan kontak mata dan bermain
ekspresi
Ekspresi tetap datar dan tidak melakukan
kontak mata saat mendapat respon dari
sekitar
b. Apa ciri-ciri dari bayi lunglai?
Otot leher tidak mampu berdiri dalam posisi duduk maupun tengkurap
Tidak berminat melakukan aktifitas apapun
Tidak responsible terhadap sekitar
Tidak mampu menanggapi maupun melakukan kontak terhadap sekitar
Tidak mampu bergerak untuk meraih sesuatu
Memiliki sedikit atau tidak adanya kontrol dari otot-otot leher, sehingga
kepalanya cenderung terkulai.
Terasa lemas ketika dipegang, seolah-olah bisa dengan mudah menyelinap
melalui tangan.
Lengan dan kaki menggantung lurus ke bawah dari sisi.
Sulit mengisap dan menelan, serta biasanya menangis dengan lemah
c. Apa penyebab dari bayi lunglai?
Terjadinya hipotonia otot-otot tubuh melemah dan tonus otot berkurang
sehingga menyebabkan bayi tampak lunglai dan tidak dapat mengontrol kepalanya.
7
3. Ny selena melahirkan anak ketiga bayi laki-laki pada usia yang beresiko.
a. Berapa kisaran usia yang beresiko menurut medis?
Kisaran usia beresiko kehamilan adalah dibawah 18 tahun dan diatas 35 tahun.
b. Mengapa melahiran di usia tersebut dikatakan beresiko?
Melahirkan di usia dibawah 18 tahun karena organ reproduksi belum berkembang
maksimal sementara usia diatas 35 tahun meningkatkan resiko berkurangnya
kualitas sel telur yang dihasilkan, yakni meningkatnya resiko terjadinya non
disjunction pada meiosis nya.
c. Apa akibat dari melahirkan pada usia yang beresiko?
Munculnya masalah kesehatan yang kronis.Contohnya jika seorang wanita
memiliki masalah kesehatan yang kronis, seperti menderita penyakit diabetes
mellitus atau tekanan darah tinggi.
Resiko kelainan kromosom pada anak. Kelainan yang paling banyak muncul
berupa kelainan Down Syndrome.
Risiko terjadi keguguran, dan meninggalnya ibu atau bayi saat lahir.
d. Berapa probabilitas kelainan pada bayi yang dapat terjadi pada setiap keturunan
yg dilahirkan pada usia beresiko?
Probabilitas kelainan pada bayi yang dilahirkan di usia beresiko itu bervariasi
tergantung pada jenis kelainannya. Namun yang paling umum adalah hubungan
dilahirkannya anak dengan down syndrome oleh ibu yang berumur lebih dari 35
tahun. Probabilitas kelahiran anak dengan down syndrome oleh ibu dibawah usia
25 tahun adalah 1:2000 sementara untuk usia 30 tahun probabilitasnya 1:300 dan
untuk diatas 40 tahun probabilitasnya 1:100.
e. Bagaimana cara meminimalisir agar anak yang dilahirkan pada usia beresiko tidak
mengalami kelainan?
Rencanakan kehamilan dengan konsultasi ke dokter
Konsumsi multivitamin
Konsumsi makanan-makanan yang bernutrisi secara bervariasi
Mulai kehamilan pada berat badan yang normal atau sehat
Jangan gunakan obat-obatan, kecuali obat anjuran dari dokter
8
4. Status generalis dan status lokalis.
a. Apa interpretasi dari status generalis dan status lokalis ?
Jika dilihat dari status generalis, kondisi bayi laki-laki ini termasuk normal.
Namun berdasarkan status lokalis, ditemukan bahwa kemungkinan penyakit
ini adalah sindrom Down karena hampir semua kelainan yang dimiliki sang
bayi merunjuk pada sindrom Down.
b. Apa kriteria dari bayi normal ditinjau dari status generalis?
Ciri – ciri bayi baru lahir normal (neonatus = 0-1 bulan)
1. Berat badan 2500 – 4000 gram
2. Panjang badan 40 – 52 cm
3. Lingkar dada 30 – 38 cm
4. Lingkar kepala 33 – 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit
6. Pernafasan ± – 60 40 kali/menit
c. Apa kriteria dari bayi normal ditinjau dari status lokalis?
Kepala : Occiput normal
Mata : lipatan epikantus (-)
Palmar dekstra et sinistra : simian crease (-)
Jantung : murmur (-)
Tonus otot : normal
Ekstremitas : sandal gap (-)
d. Dari hasil interpretasi ,apa kemungkinan penyakit yang diderita dari bayi ini?
Ditemukan bahwa kemungkinan penyakit ini adalah sindrom Down karena
hampir semua kelainan pada status lokalis yang dimiliki sang bayi merunjuk
pada sindrom Down.
5. Hasil anamnesa tidak menemukan riwayat anggota keluarga yang mengalami kondisi
serupa.(pedigree keluarga bayi)
a. Bagaimana cara membaca pedigree dengan benar dan jelas?
Berikut adalah simbol-simbol keterangan untuk membantu membaca pedigree
dengan benar dan jelas :
9
10
b. Apa pengertian dan fungsi dari pedigree?
Pedigree adalah suatu susunan informasi tentang sejarah sifat tertentu dalam
suatu keluarga yang mendeskripsikan sifat-sifat orangtua dan anak pada
beberapa generasi (Campbell, et al:2008).
Fungsinya :
- Memprediksi gen yang menyebabkan suatu kelainan genetik.
- Menjelaskan pada suatu pasangan tentang seberapa jauh resiko
memperoleh keturunan yang akan menderita kelainan genetik.
- Memberikan gambaran yang jelas pada suatu pasangan tentang beberapa
hal yang perlu dilakukan untuk menghindari atau meminimalkan
timbulnya resiko kelainan genetik pada keturunannya.
c. Apa interpretasi dari pedigree keluarga bayi?
Tidak adanya riwayat penyakit pada keluarga yang menyebabkan bayi tersebut
mengalami kelainan sehingga penyakit yang diderita bayi bukan merupakan
penyakit menurun, namun tidak menutup kemungkinan bahwa penyakit
tersebut adalah genetically disease (kelainan gen).
11
V. LEARNING ISSUE
Learning Issues What I KnowWhat I Don’t
KnowHow Will I Prove
How Will I
Learn
Usia beresiko
kehamilan
Pengertian Berapa usia
tersebut
Hubungan usia
dengan kehamilan
pada kasus.
-Jurnal
-Internet
-Buku
Pedigree
Pengertian Fungsi dan
simbol-simbol
pada pedigree
Hubungan dengan
kelainan bayi.
Pemeriksaan
generalis
Pengertian
dan fungsi
Kisaran
normal
Hubungan dengan
kelainan bayi.
Pemeriksaan
lokalis
Pengertian
dan fungsi
Pengaruhnya Pengaruh dengan
kelainan bayi.
Genetically
disease
Pengertian Penyebab dan
contoh
Pengaruh dengan
kelainan bayi.
Non-genetically
disease
Pengertian Penyebab dan
contoh
Pengaruh dengan
kelainan bayi.
Bayi tersedak,
tampak biru dan
lunglai
PengertianPenyebab dan
penatalaksanan
Hubungan dengan
kelainan bayi.
Down SyndromePengertian,
ciri-ciri fisik
Ciri-ciri
spesifik
Hubungan dengan
status bayi.
Karyotyping PengertianFungsi dan
cara kerja
Cara membuktikan
kelainan bayi
Pembelahan sel PengertianCara kerja dan
kelainan
Pengaruh dengan
kelainan bayi.
Pemeriksaan
(Prenatal&
Postnatal)
Pengertian FungsiCara mencegah
kelainan pada bayi
12
VI. SINTESIS MASALAH
1. Usia Beresiko Kehamilan
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan
komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya selama
kehamilan, persalinan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan
nifas normal yang memiliki resiko meninggalnya bayi, ibu atau melahirkan bayi yang cacat
atau terjadi komplikasi kehamilan, yang lebih besar dari resiko pada wanita normal
umumnya.
Faktor Penyebab Kehamilan Beresiko
a. Kehamilan pada usia di atas 35 tahun atau di bawah 18 tahun.
Usia ibu merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan
kualitas kehamilan. Usia yang paling aman atau bisa dikatakan waktu
reproduksi sehat adalah antara umur 20 tahun sampai umur 30 tahun.
b. Kehamilan pertama setelah 3 tahun atau lebih pernikahan
c. Kehamilan kelima atau lebih
d. Kehamilan dengan jarak antara di atas 5 tahun atau kurang dari 2 tahun.
Pada kehamilan dengan jarak < 3 tahun keadaan endometrium
mengalami perubahan, perubahan ini berkaitan dengan persalinan sebelumnya
yaitu timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi
plasenta. Adanya kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi pada
daerah endometrium pada bagian korpus uteri mengakibatkan daerah tersebut
kurang subur sehingga kehamilan dengan jarak < 3 tahun dapat menimbulkan
kelainan yang berhubungan dengan letak dan keadaan plasenta.
e. Tinggi badan ibu kurang dari 145 cm dan ibu belum pernah melahirkan bayi
cukup bulan dan berat normal.
Wanita hamil yang mempunyai tinggi badan kurang dari 145 cm,
memiliki resiko tinggi mengalami persalinan secara premature, karena lebih
mungkin memiliki panggul yang sempit.
f. Kehamilan dengan penyakit (hipertensi, Diabetes, Tiroid, Jantung, Paru,
Ginjal, dan penyakit sistemik lainnya)
13
Kondisi sebelum hamil seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit
ginjal atau lupus, akan meningkatkan risiko terkena preeklamsia. Kehamilan
dengan hipertensi esensial atau hipertensi yang telah ada sebelum kehamilan
dapat berlangsung sampai aterm tanpa gejala menjadi pre eklamsi tidak murni.
Penyakit gula atau diabetes mellitus dapat menimbulkan pre eklamsi dan
eklamsi begitu pula penyakit ginjal karena dapat meingkatkan tekanan darah
sehingga dapat menyebabkan pre eklamsi.
g. Kehamilan dengan keadaan tertentu (mioma uteri, kista ovarium)
Mioma uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa
kelainan letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat
kontraksi rahim, pendarahan yang banyak setelah melahirkan dan gangguan
pelepasan plasenta, bahkan bisa menyebabkan keguguran. Sebaliknya,
kehamilan juga bisa berdampak memperparah mioma uteri. Saat hamil, mioma
uteri cenderung membesar, dan sering juga terjadi perubahan dari tumor yang
menyebabkan perdarahan dalam tumor sehingga menimbulkan nyeri.
h. Kehamilan dengan anemia (Hb kurang dari 10,5 gr %)
Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai
hemoglobin di bawah 11 gr % pada trimester satu dan tiga, atau kadar nilai
hemoglobin kurang dari 10,5 gr % pada trimester dua. Gejalanya biasanya
sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat dan
berbagai macam keluhan lainnya.
.
Faktor Resiko :
Faktor non medis antara lain adalah kemiskinan, ketidak tahuan, adat, tradisi, kepercayaan,
sosial ekonomi rendah, kebersihan lingkungan, kesadaran memeriksakan kehamilan secara
teratur, fasilitas dan sarana kesehatan yang serba kekurangan.
Faktor medis antara lain adalah penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan obstetri, gangguan
plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi persalinan, penyakit neonatus dan kelainan genetik.
Menurut Backett faktor risiko itu bisa bersifat biologis, genetika, lingkungan atau psikososial.
Namun dalam kesehatan reproduksi kita dapat membaginya secara lebih spesifik, yaitu:
1. Faktor demografi: umur, paritas dan tinggi badan
2. Faktor medis biologis: underlying disease, seperti penyakit jantung dan malaria.
14
3. Faktor riwayat obstetri: abortus habitualis, SC, dan lain-lain.
4. Faktor lingkungan: polusi udara, kelangkaan air bersih, penyakit endemis, dan lain-
lain.
5. Faktor sosioekonomi budaya : pendidikan, penghasilan.
Ada beberapa teori mengenai risiko kehamilan di usia 35 tahun atau lebih, di antaranya:
1) Wanita pada umumnya memiliki beberapa penurunan dalam hal kesuburan mulai pada
awal usia 30 tahun. Hal ini belum tentu berarti pada wanita yang berusia 30 tahunan atau
lebih memerlukan waktu lebih lama untuk hamil dibandingkan wanita yang lebih muda
usianya. Pengaruh usia terhadap penurunan tingkat kesuburan mungkin saja memang ada
hubungan, misalnya mengenai berkurangnya frekuensi ovulasi atau mengarah ke masalah
seperti adanya penyakit endometriosis, yang menghambat uterus untuk menangkap sel telur
melalui tuba fallopii yang berpengaruh terhadap proses konsepsi.
2) Masalah kesehatan yang kemungkinan dapat terjadi dan berakibat terhadap kehamilan di
atas 35 tahun adalah munculnya masalah kesehatan yang kronis.Contohnya jika seorang
wanita memiliki masalah kesehatan yang kronis, seperti menderita penyakit diabetes mellitus
atau tekanan darah tinggi. Kondisi ini, merupakan penyebab penting yang biasanya terjadi
pada wanita hamil berusia 30-40an tahun dibandingkan pada wanita yang lebih muda, karena
dapat membahayakan kehamilan dan pertumbuhan bayinya.
3) Risiko terhadap bayi yang lahir pada ibu yang berusia di atas 35 tahun meningkat, yaitu
bisa berupa kelainan kromosom pada anak. Kelainan yang paling banyak muncul berupa
kelainan Down Syndrome, yaitu sebuah kelainan kombinasi dari retardasi mental dan
abnormalitas bentuk fisik yang disebabkan oleh kelainan kromosom.
4) Risiko lainnya terjadi keguguran pada ibu hamil berusia 35 tahun atau lebih. Kemungkinan
kejadian pada wanita di usia 35 tahun ke atas lebih banyak dibandingkan pada wanita muda.
Yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut sebaiknya wanita berusia 30 atau 40
tahun yang merencanakan untuk hamil harus konsultasikan diri dulu ke dokter.
Bagaimanapun, berikan konsentrasi penuh mengenai kehamilan di atas usia 35 tahun,
diantaranya:
a) Rencanakan kehamilan dengan konsultasi ke dokter sebelum pasti untuk
kehamilan tersebut. Kondisi kesehatan, obat-obatan dan imunisasi dapat
diketahui melalui langkah ini.
b) Konsumsi multivitamin yang mengandung 400 mikrogram asam folat setiap
15
hari sebelum hamil dan selama bulan pertama kehamilan untuk membantu
mencegah gangguan pada saluran tuba.
c) Konsumsi makanan-makanan yang bernutrisi secara bervariasi, termasuk
makanan yang mengandung asam folat, seperti sereal, produk dari padi,
sayuran hijau daun, buah jeruk, dan kacang-kacangan.
d) Mulai kehamilan pada berat badan yang normal atau sehat (tidak terlalu kurus
atau terlalu gemuk). Berhenti minum alkohol sebelum dan selama kehamilan.
e) Jangan gunakan obat-obatan, kecuali obat anjuran dari dokter yang
mengetahui bahwa si ibu sedang hamil (Saleh, 2003).
16
2. Pedigree
Pedigree adalah suatu susunan informasi tentang sejarah sifat tertentu dalam
suatu keluarga yang mendeskripsikan sifat-sifat orangtua dan anak pada beberapa
generasi (Campbell, et al:2008).
Sebuah pedigree umumnya dibuat untuk keluarga, dan menguraikan pola
warisan dari gangguan genetik. Dari pedigree, dapat ditentukan hal-hal berikut:
1. Jika sifat tersebut adalah pautan seks/sex-linked (pada kromosom X atau
Y) atau autosomal
2. Jika sifat yang diwariskan secara dominan atau resesif
3. Membantu menentukan apakah individu dengan sifat heterozigot atau
homozigot
Pohon keluarga dibuat dengan simbol khusus dan dilengkapi riwayat
kesehatan. Gambar pohon keluarga biasanya diawali dari anggota keluarga yang
dikonsultasikan yang disebut index case, proband, atau propositus untuk laki-laki
dan proposita untuk perempuan. Posisi proband dalam pohon keluarga diberi
tanda panah.
Informasi tentang riwayat kesehatan anggota keluarga lain yang juga
diperlukan adalah saudara kandung laki-laki dan perempuan, orangtua, saudara
dari masing-masing orangtua, dengan disertai data jenis kelamin, status ikatan
keluarga, dan hubungannya dengan anggota keluarga lain. Urutan generasi diberi
nomer dengan angka romawi (I, II, III, dst.) sedangkan urutan individu dalam satu
generasi diberi angka arab (1, 2, 3, dst.). Pohon keluarga dibuat minimal dalam 3
generasi. Simbol-simbol pada pedigree:
17
18
3. Pemeriksaan Generalis
Status generalis merupakan suatu pemeriksaan secara general (umum). Status
generalis meliputi tanda vital (tekanan darah, nadi, tensi, suhu, compos mentis
(kesadaran), dan pernafasan), berat dan panjang badan (tinggi badan).
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan untuk mengetahui status gizi pada bayi baru lahir. Berat badan sangat
mudah terpengaruh keadaan mendadak seperti konsumsi makanan dan minuman,
pengeluaran zat hasil metabolisme dan penyakit.
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai 4000 gram. Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal
adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung
menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
Panjang badan memberikan gambaran pertumbuhan sejalan dengan
pertambahan umur dan tidak terpengaruh keadaan yang mendadak, seperti
penyakit dan konsumsi makanan misalnya (Soehartiningsih 1992). Ukuran
panjang badan yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi yang kurang
akibat kekurangan energi dan protein. Panjang badan bayi lahir juga dipengaruhi
oleh ukuran tubuh dan status gizi ibu hamil (Jacob 1981).
Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir (Neonatus = 0-1 bulan)
1. Berat badan 2500 – 4000 gram
2. Panjang badan 48 – 52 cm
3. Lingkar dada 30 – 38 cm
4. Lingkar kepala 33 – 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit
6. Pernafasan ± – 60 40 kali/menit
7. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genitalia; Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora; Laki
– laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
19
13. Reflek graps atau menggenggam sudah baik
14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan
20
4. Pemeriksaan Lokalis
Hasil pemeriksaan secara lokalis terlihat bahwa kepala sang bayi adalah occiput (bagian
belakang dari kepala) datar dan brachicephaly (keadaan mempunyai kepala yang pendek
lebar, dengan indeks sefalik antara 81 – 85,4), mata terdapat lipatan epikantus (lipatan kulit
vertical pada sisi nasal, yang menutupi kantus bagian dalam dinyatakan sebagai ciri-ciri
orang normal), telapak tangan kanan dan kiri berbentuk simian crease (suatu garis di telapak
tangan yang memiliki satu garis lurus yang tidak putus hingga akhir), jantung sang bayi
terdapat murmur (suara abnormal pada jantung karena peningkatan laju darah saat melewati
jantung), tonus otot/konstraksi pada otot yaitu hipotoni (keadaan tonus otot yang lebih rendah
dari normal), dan ekstremitas/anggota gerak badan terdapat sandal gap (adanya jarak yang
muncul antara jempol kaki dengan telunjuk kaki).
Secara lokalis, bayi ini tidak bisa dibilang tidak normal. Dilihat hasil pemeriksaannya,
kepala sang bayi sedikit lebih besar yang seharusnya indeks sefalik bayi normal adalah 80 -
84,9. Mata sang bayi sudah normal. Telapak tangan kanan dan kiri sedikit berbeda dan dapat
menimbulkan dampak seperti ketulian, berat badan yang rendah, dan keterbelakangan mental.
Telapak tangan yang normal disebut normal palm crease. Lalu jantungnya terdapat murmur
yang memungkinkan terjadi kelainan struktural pada jantung. Jantung yang normal adalah
ketika aliran darah lancar dan tidak terjadi turbulensi sehingga tidak terdapat murmur
jantung. Tonus otot sang bayi yaitu hipotoni, sangat berdampak pada keterlambatan
perkembangan, lax sendi, dan lain-lain. Tonus otot yang normal adalah ketika ketegangan
otot bisa diatur dan tidak kaku saat istirahat pun. Ekstremitas sang bayi memiliki sandal jap
dan ini berujung kepada kelainan sindrom down. Ekstremitas yang normal adalah tidak
adanya kecacatan pada anggota gerak tubuh.
Setelah melihat hasil pemeriksaan fisik secara lokalis, ditemukan bahwa kemungkinan
penyakit ini adalah sindrom Down karena hampir semua kelainan yang dimiliki sang bayi
merunjuk pada sindrom Down.
21
5. Genetically Disease
Kelainan genetik dapat disebabkan oleh kelainan kromosom maupun mutasi gen dominan
maupun gen resesif pada autosom maupun kromosom seks. Kelainan kromosom dapat berupa
kelainan jumlah maupun struktur
Gangguan Genetik oleh Mutasi
Beberapa gangguan yang disebabkan oleh mutasi pada gen autosomal, yang lainnya dengan
mutasi pada gen terkait-X
Gangguan
genetik
Efek langsung dari
mutasi
Tanda dan Gejala Gangguan
tersebut
Cara
Pewarisan
sindrom
Marfan
protein cacat dalam
jaringan ikat
jantung dan tulang cacat dan sangat
panjang, kaki ramping dan jari
autosomal
dominan
Anemia sel
sabit
protein hemoglobin
abnormal pada sel-sel
darah merah
Sel darah merah berbentuk sabit
yang menyumbat pembuluh darah
kecil, menyebabkan rasa sakit dan
merusak organ dan sendi
autosomal
resesif
Rakitis
resisten
vitamin D
kurangnya zat yang
dibutuhkan untuk tulang
untuk menyerap mineral
tulang lunak yang mudah menjadi
cacat, yang mengarah ke kaki
membungkuk dan kelainan bentuk
tulang lainnya
Terkait
kromosom X
dominan
hemofilia A
berkurangnya aktivitas
protein yang diperlukan
untuk pembekuan darah
perdarahan internal dan eksternal
yang terjadi dengan mudah dan sulit
untuk mengontrol
Terkait
kromosom X
resesif
Gangguan Genetik oleh Abnormalitas Kromosom
Kesalahan dapat terjadi selama meiosis yang menghasilkan nondisjunction. Ini adalah
kegagalan kromosom direplikasi untuk memisahkan selama meiosis. Beberapa gamet yang
dihasilkan akan kehilangan kromosom, sementara yang lain akan memiliki salinan tambahan
kromosom. Jika gamet tersebut zigot dibuahi dan terbentuk, mereka biasanya tidak bertahan.
Jika mereka bertahan hidup, individu cenderung memiliki kelainan genetik yang
serius.Kebanyakan kelainan kromosom melibatkan kromosom X
22
Contoh
Gangguan
genetik
Genotip Efek fenotipik
sindrom Down
salinan tambahan (lengkap atau
sebagian) dari kromosom 21
(lihat Gambar di bawah)
keterlambatan perkembangan, penampilan
wajah khas, dan kelainan lainnya (lihat
Gambar di bawah)
Sindrom Turnersatu kromosom X tapi tidak ada
kromosom seks lainnya (XO)
perempuan dengan tinggi badan pendek dan
infertilitas (ketidakmampuan untuk
mereproduksi)
Sindrom tripel
Xtiga kromosom X (XXY)
perempuan dengan keterlambatan
perkembangan ringan dan ketidakteraturan
menstruasi
Sindrom
Klinefelter
satu kromosom Y dan dua
kromosom X atau lebih (XXY,
XXXY)
laki-laki dengan masalah dalam Tingkat
perkembangan seksual dan berkurangnya
hormon testosteron laki-laki
Diagnosis dan Pengobatan
Sebuah kelainan genetik yang disebabkan oleh mutasi dapat diwariskan.pengujian
untuk melihat apakah janin memiliki kelainan genetik. Salah satu metode pengujian prenatal
adalah amniosentesis. Dalam prosedur ini, sedikit sel-sel janin akan diambil dari cairan yang
mengelilingi janin, dan kromosom janin diperiksa. Salah satu obat potensial yang telah
digunakan dengan beberapa keberhasilan terapi gen.
23
6. Non-Genetically Disease
Etiologi Perlu dibedakan antara istilah ”kongenital” dan ”genetik”. Kelainan kongenital
atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor
genetik maupun nongenetik. Ilmu yang mempelajari kelainan bawaan disebut dismorfologi.
Dismorfologi merupakan kombinasi bidang embriologi, genetika klinik, dan ilmu kesehatan
anak.13 Menurut Etiologi Kelainan bawaan dapat dibedakan menjadi:
a. Kelainan yang disebabkan oleh faktor genetik Kelainan karena faktor genetik adalah
kelainan bawaan yang disebabkan oleh kelainan pada unsur pembawa keturunan yaitu gen.
Kelainan bawaan yang disebabkan oleh faktor genetik dikelompokkan ke dalam kelainan
akibat mutasi gen tunggal, kelainan aberasi kromosom, dan kelainan multifaktorial (gabungan
genetik dan pengaruh lingkungan). Kelainan bawaan yang disebabkan oleh mutasi gen
tunggal dapat menunjukkan sifat autosomal dominan, autosomal resesif, dan x-linked.
b. Kelainan mutasi gen tunggal (single gen mutant) Kelainan single gene mutant atau disebut
juga pola pewarisan Mendel terbagi dalam 4 macam, antara lain autosomal resesif, autosomal
dominan, x-linked ressesive, dan x-linked dominant. Kelainan bawaan autosomal resesif
antara lain albino, defisiensi alfa-1-antitripsin thalassemia, fenilketonuria, serta galaktosemia.
Kelainan bawaan autosomal dominan antara lain aniridia, sindrom Marfan, ginjal polikistik,
retinoblastoma, korea Hutington, hiperlipoproteinemia, dan lain-lain. Kelainan bawaan x-
linked ressesive antara lain diabetus insipidus, buta warna, distrofi muskularis Duchene,
hemofilia, iktiosis, serta retinitis pigmentosa. Kelainan bawaan x-linked dominant sangat
sedikit jenisnya, antara lain rakitis yang resisten terhadap pengobatan vitamin D.
c. Gangguan keseimbangan akibat kelainan aberasi kromosom Kelainan pada kromosom
dibagi atas aberasi numerik dan aberasi struktural. Kelainan pada struktur kromosom seperti
delesi, translokasi, inversi, dan lain sebagainya, ataupun perubahan jumlahnya (aberasi
kromosom numerik/aneuploidi) yang biasanya berupa trisomi, monosomi, tetrasomi, dan lain
sebagainya. Kelainan bawaan berat (biasanya merupakan anomali multipel) sering kali
disebabkan aberasi kromosom. Aberasi numerik timbul karena terjadi kegagalan proses
replikasi dan pemisahan sel anak atau yang disebut juga non-disjunction, sedangkan aberasi
struktural terjadi apabila kromosom terputus, kemudian dapat bergabung kembali atau hilang.
Sebagai contoh aberasi kromosom antara lain sindrom trisomi 21, sindrom trisomi 18,
sindrom trisomi 13, sindrom Turner, dan sindrom Klinefelter. Sejumlah gambaran yang lazim
ditemukan pada anak yang mengalami kelainan kromosom antara lain bentuk muka yang
24
aneh, telinga yang tidak normal, kelainan jantung dan ginjal, kaki dan tangan yang tidak
normal, guratan-guratan simian, guratan tunggal pada jari yang kelima, serta lahir dengan
berat badan yang rendah. Tidak semua kelainan kromosom ini berhubungan dengan suatu
penyakit, tetapi secara umum kelainan autosom menunjukkan gejala yang lebih berat bila
dibandingkan dengan kelainan kromosom seks, delesi lebih berat daripada duplikasi. Pada
kelainan autosom biasanya terdapat retardasi mental, malformasi kongenital multipel,
dismorfik, dan gagal tumbuh (pre atau pascanatal).
d. Kelainan multifaktorial Kelainan multifaktorial adalah faktor lingkungan (nongenetik)
yang dapat menyebabkan kelainan kongenital. Faktor lingkungan ini termasuk faktor sosial,
ekonomi, usia ibu saat hamil, teratogen, dan sebagainya.
Kelainan yang Disebabkan Faktor Nongenetik
Kelainan oleh faktor nongenetik adalah kelainan yang disebabkan oleh obat-obatan,
teratogen, dan radiasi. Teratogen adalah obat, zat kimia, infeksi, penyakit ibu yang
berpengaruh pada janin sehingga menyebabkan kelainan bentuk atau fungsi pada bayi yang
dilahirkan. Meskipun berbagai obat-obatan seperti aspirin, parasetamol, sefalosporin, dan
aminoglikosida dinyatakan tidak teratogen, keamanannya pada kehamilan belum diketahui
dan bila mungkin sebaiknya dihindari. Alkohol yang dikonsumsi ibu lebih dari 150 gram per
hari, merupakan risiko penting bagi janinnya, tetapi kadar yang lebih rendahpun masih dapat
membahayakan.
25
7. Bayi Tersedak, Tampak Biru dan Lunglai
1. Bayi Tersedak
Tersedak atau tersumbatnya saluran napas dengan benda asing dapat menjadi
penyebab kematian. Biasanya saat seseorang mengalami tersedak, orang lain dapat
membantu saat korban masih sadar. Penanganan yang dilakukan biasanya berhasil dan
tingkat kelangsungan hidupdapat mencapai 95%.
Pada orang dewasa, tersedak paling sering terjadi ketika makanan tidak
dikunyah sempurna, serta makan sambil berbicara atau tertawa. Pada anak-anak,
penyebab tersedak adalah tidak dikunyahnya makanan dengan sempurna dan makan
terlalu banyak pada satu waktu. Selain itu, anak-anak juga sering memasukkan
bendabenda padat kecil ke dalam mulutnya. Salah satu penyebab tersedak pada bayi
yaitu air susu. Bukan air susunya yang menyebabkan bayi tersedak namun cara
memberi asi yang tidak benar sehingga bayi bisa tersedak. Tersedak terjadi bila
terdapat benda asing termasuk cairan yang masuk menghalangi dan menghambat
saluran pernafasan. tersedak biasanya terjadi pada bayi berusia kurang dari 6 bulan,
karena reflex menelan pada bayi usia kurang dari 6 bulan masih belum sempurna.
Reaksi awal pada bayi yang tersedak adalah batuk-batuk dan muntah dan yang paling
berbahaya bila cairan keluar melalui hidung, karena bayi akan tersedak terus-menerus.
Pengenalan tanda-tanda tersedak merupakan kunci dari keberhasilan
penanganan, penting bagi kita untuk dapat membedakan tersedak dengan pingsan,
serangan jantung, kejang, atau keadaan-keadaan lain yang juga dapat menyebabkan
kesulitan bernapas tiba-tiba, kebiruan, dan hilang kesadaran. Benda asing dapat
menyebabkan penyumbatan yang ringan atau berat. Penyelamat harus segera
melakukan penanganan jika korban tersedak menunjukkan tanda-tanda penyumbatan
yang berat yaitu tanda-tanda pertukaran udara yang buruk dan kesulitan bernapas,
antara lain batuk tanpa suara, kebiruan, dan ketidakmampuan untuk berbicara atau
bernapas.
A. Penyebab Tersedak Pada Bayi ketika menyusui
Salah posisi saat menyusui bayi. Banyak para ibu menyusui bayi sambil
tiduran, nah hal ini lah yang tidak benar dilakukan oleh kaum ibu saat
memberi asi pada bayi. Posisi yang bagus yaitu bayi dalam posisi tegak atau
setengah duduk (450), caranya ibu dalam posisi duduk dan bayi digendong
26
sehingga posisi bayi dibuat agak tinggi, bisa memakai bantal di bawak kepala
bayi.
Bayi tidak disendawakan setelah menetek. Seringkali kaum ibu mengenggap
sepele mengenai sendawa ini, padahal pada bayi sendawa sangat penting untuk
membantu air susu cepat turun ke lambung. Walaupun bayi tidak langsung
sendawa sebaiknya bila setelah menyusui, tubuh bayi ditegakkan menghadap
bahu ibu, lalu tepukkan punggung bayi dengan lembut.
Produksi ASI yang berlebih. Bila anda merasa produksi ASI banyak, sebelum
menyusui ada baiknya menampung atau membuang sebagian asi supaya tidak
terlalu banyak saat bayi mulai menetek.
Terlalu sering member ASI. Biasakan memberi ASI 2 jam sekali, supaya ASI
sebelumnya diserap dulu oleh tubuh, bila terlalu sering bayi akan kekenyangan
dan beresiko terjadi muntah.
B. Penata Laksanaan Tersedak Pada Bayi
a. Letakan bayi dalam posisi telungkup di lengan dengan kepala bayi lebih
rendah
b. Sangga bagian dada bayi oleh tangan dan tepuk punggung bayi secara
perlahan.
Bila anda merasa cemas, segera bawa bayi ke dokter, karena bayi yang sering
tersedak dan tanpa perhatian khusus dapat menyebabkan sakit serius yang
berhubungan dengan paru-paru, telinga dan hidung. Gangguan ini timbul
setelah beberapa hari bayi tersedak, biasanya diawali dengan batuk-batuk,
badan bayi mulai panas, sesak napas dan napas bayi berbunyi.
2. Bayi Tampak Biru
Bayi tampak biru dapat juga disebut sianosis. Sianosis mengacu pada kebiruan warna
kulit, kuku dan membran mukosa. Pada bayi baru lahir, sianosis dapat terjadi karena
jantung yang disebut cyanotic penyakit jantung. Hal ini bisa karena kondisi seperti :
Perubahan arteri besar
Fallot’s trtralogy
Total anomali paru vena kembali
Truncus arteriosus
27
Gigih janin sirkulasi
Hal itu dapat terjadi karena bayi memiliki kelainan genetik, seperti down syndrome,
sindrom turner, marfan’s syndrome dan sindrom noonan.
3. Bayi Lunglai
Lunglai pada bayi merupakan salah satu gejala hipotonia (otot -otot lemah). Hipotona
mempengaruhi banyak otot, mulai dari wajah hingga ujung kaki. Ciri fisik ini tidak
begitu terlihat tetapi dapat dirasakan. Ketika dipegang atau digendong, tubuh bayi akan
terasa lemas, terkulai sehingga butuh dukungan. Ada beberapa penyebab hipotoia,
termasuk kondisi genetik, gizi dll.
Beberapa penyebab genetik hypotonia antara lain :
a. Sindrom Down – adalah penyakit genetik dimana kromosom nomor 21 memiliki
kromosom tambahan. Ini mengarah ke cacat jantung
b. Prader-willi syndrome –penyakit genetik langka yang menyebabkan terbatasnya
pertumbuhan
c. sindrom william –adalah kondisi genetik langka yang menyebabkan cacat dalam
pembangunan, koordinasi dan bahasa.
Bayi yang baru lahir dan anak anak yang mengidap hipotonia parah serin digambarkan
sebagai floppy atau seperti boneka kain. Tanda spesifik pada bayi hipotonia sebagai
berikut :
a. Memiliki sedikit atau tidak adanya kontrol dari otot-otot leher, sehingga kepalanya
cenderung terkulai.
b. terasa lemas ketika dipegang, seolah-olah bisa dengan mudah menyelinap melalui
tangan.
c. Lengan dan kaki menggantung lurus ke bawah dari sisi.
d. Sulit mengisap dan menelan, serta biasanya menangis dengan lemah.
28
8. Down Syndrome
Penyebab ini baru diketahui pada tahun 1930-an oleh Waardenberg dan Blayer. Namun baru
30 tahun kemudian dapat dibuktikan kelebihan kromosom 21. Keadaan ini secara akademis
disebut Trisomi 21.
Kromosom adalah merupakan serat-serat khusus yang terdapat didalam setiap sel didalam
badan manusia dimana terdapat bahan-bagan genetik yang menentukan sifat-sifat seseorang.
Selain itu down syndrom disebabkan oleh hasil daripada penyimpangan kromosom semasa
konsepsi.
Ciri utama daripada bentuk ini adalah dari segi struktur muka dan satu atau ketidakmampuan
fisik dan juga waktu hidup yang singkat. Sebagai perbandingan, bayi normal dilahirkan
dengan jumlah 46 kromosom (23 pasang) yaitu hanya sepasang kromosom 21 (2 kromosom
21). Sedangkan bayi dengan penyakit down syndrom terjadi disebabkan oleh kelebihan
kromosom 21 dimana 3 kromosom 21 menjadikan jumlah kesemua kromosom ialah 47
kromosom.Keadaan ini boleh melibatkan kedua-dua jantina (lelaki dan perempuan).
Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama
kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down.
Penyebab yang spesifik belum diketahiui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35
tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena terdapat perubahan hormonal
yang dapat menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom yaitu terjadi translokasi
kromosom 21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua. Bagi ibu-ibu yang
berumur 35 tahun keatas, semasa mengandung mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk
melahirkan anak Down Syndrom. Sembilan puluh lima penderita down syndrom disebabkan
oleh kelebihan kromosom 21. Keadaan ini disebabkan oleh “non-dysjunction” kromosom
yang terlibat yaitu kromosom 21 dimana semasa proses pembahagian sel secara mitosis
pemisahan kromosom 21 tidak berlaku dengan sempurna.
Angka kejadian DS dikaitkan dengan usia ibu saat kehamilan:
15-29 tahun – 1 kasus dalam 1500 kelahiran hidup
30-34 tahun – 1 kasus dalam 800 kelahiran hidup
35-39 tahun – 1 kasus dalam 270 kelahiran hidup
29
40-44 tahun – 1 kasus dalam100 kelahiran hidup
Lebih 45 tahun – 1 kasus dalam 50 kelahiran hidup
Pencegahan
1. Konseling Genetik maupun amniosentesis pada kehamilan yang dicurigai akan sangat
membantu mengurangi angka kejadian Sindrom Down.
2.Dengan Biologi Molekuler, misalnya dengan “ gene targeting “ atau yang dikenal juga
sebagai “ homologous recombination “ sebuah gen dapat dinonaktifkan.
3.Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui
amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi
ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di
atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka
memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi. Sindrom down tidak bisa
dicegah, karena DS merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom.
Jumlsh kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3.
Penyebabnya masih tidak diketahui pasti, yang dapat disimpulkan sampai saat ini
adalah makin tua usia ibu makin tinggi risiko untuk terjadinya DS.Diagnosis dalam
kandungan bisa dilakukan, diagnosis pasti dengan analisis kromosom dengan cara
pengambilan CVS (mengambil sedikit bagian janin pada plasenta) pada kehamilan 10-12
minggu) atau amniosentesis (pengambilan air ketuban) pada kehamilan 14-16 minggu.
Pemeriksaan diagnostik
Untuk mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan yang dapat
membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain:
-Pemeriksaan fisik penderita
-Pemeriksaan kromosom
-Ultrasonografi (USG)
-Ekokardiogram (ECG)
-Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling)
30
Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk
mengatasi kelainan ini. Walaupun secara jumlah meningkat, namun penderita down
syndrome lebih banyak yang berprestasi dan hidup lebih lama dibanding orang dengan
kehidupan yang lebih berkecukupan. Dengan kata lain, harapan hidup dan mutu
kehidupan para penderitadown syndrome jauh meningkat beberapa tahun terakini.
Perbaikan kualitas hidup pengidap down sindrom dapat terjadi berkat perawatan
kesehatan, pendekatan pengajaran, serta penanganan yang efektif.
1. Stimulasi dini. Stimulasi sedini mungkin kepada bayi yang DS, terapi bicara, olah
tubuh, karena otot-ototnya cenderung lemah. Memberikan rangsangan-rangsangan
dengan permainan-permainan layaknya pada anak balita normal, walaupun respons dan
daya tangkap tidak sama, bahkan mungkin sangat minim karena keterbatasan
intelektualnya. Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk
memberi lingkunga yang memeadai bagi anak dengan syndrom down, bertujuan untuk
latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain itu
agar ankak mampu mandiri sperti berpakaian, makan, belajar, BAB/BAK, mandi,yang
akan memberi anak kesempatan.
2. Pada umumnya kelebihannya adalah penurut, periang, rajin, tepat waktu. Untuk anak
yang sudah mendapat pendidikan atau terapi, mereka sangat menyenangi hal-hal yang
rutin. Jadi, mereka lebih disiplin dari anak-anak biasa sehingga bila sudah diberikan
suatu jadwal kegiatan tiap hari, mereka akan sangat ngotot untuk melakukan jatahnya,
walaupun orang tua berusaha untuk menjelaskan, kadang-kadang malah membuatnya
sedih dan ngambek. Ini juga karena intelektual anak yang kurang sehingga belum
mempunyai pengertian yang baik.
3. Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya defek pada
jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya
kelainan pada jantung tersebut. Dengan adanya leukemia akut menyebabkan penderita
semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini memerlukan monitoring serta
pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat.
4. Fisio Terapi. Penanganan fisioterapi menggunakan tahap perkembangan motorik kasar
untuk mencapai manfaat yang maksimal dan menguntungkan untuk tahap perkembangan
yang berkelanjutan. Tujuan dari fisioterapi disini adalah membantu anak mencapai
perkembangan terpenting secara maksimal bagi sang anak, yang berarti bukan untuk
menyembuhkan penyakit down syndromenya. Dan ini harus dikomunikasikan sejak dari
31
awal antara fisioterapis dengan pengasuhnya supaya tujuan terapi tercapai.
Fisioterapi pada Down Syndrom adalah membantu anak belajar untuk menggerakkan
tubuhnya dengan cara/gerakan yang tepat (appropriate ways). Misalkan saja hypotonia
pada anak dengan Down Syndrome dapat menyebabkan pasien berjalan dengan cara
yang salah yang dapat mengganggu posturnya, hal ini disebut sebagai kompensasi.
Tanpa fisioterapi sebagian banyak anak dengan Down Syndrome menyesuaikan
gerakannya untuk mengkompensasi otot lemah yang dimilikinya, sehingga selanjutnya
akan timbul nyeri atau salah postur.
Tujuan fisioterapi adalah untuk mengajarkan pada anak gerakan fisik yang tepat. Untuk
itu diperlukan seorang fisioterapis yang ahli dan berpengetahuan dalam masalah yang
sering terjadi pada anak Down syndrome seperti low muscle tone, loose joint dan
perbedaan yang terjadi pada otot-tulangnya.
Fisioterapi dapat dilakuka seminggu sekali untuk terapi, tetapi terlebih dahulu fisioterapi
melakukan pemeriksaan dan menyesuaikan dengan kebutuhan yang dibutuhkan anak
dalam seminggu. Disini peran orangtua sangat diperlukan karena merekalah nanti yang
paling berperan dalam melakukan latihan dirumah selepas diberikannya terapi. Untuk itu
sangat dianjurkan untuk orangtua atau pengasuh mendampingi anak selama sesi terapi
agar mereka mengetahui apa-apa yg harus dilakukan dirumah.
1. Terapi Wicara. Suatu terapi yang di perlukan untuk anak DS yang mengalami
keterlambatan bicara dan pemahaman kosakata
Saat ini sudah banyak sekali jenis-jenis terapi selain di atas yang bisa dimanfaatkan untuk
tumbuh kembang anak DS misalnya Terapi OkupasiTerapi ini diberikan untuk melatih anak
dalam hal kemandirian, kognitif/pemahaman, kemampuan sensorik dan motoriknya.
Kemandirian diberikan kerena pada dasarnya anak DS tergantung pada orang lain atau
bahkan terlalu acuh sehingga beraktifitas tanpa ada komunikasi dan tidak memperdulikan
orang lain. Terapi ini membantu anak mengembangkan kekuatan dan koordinasi dengan atau
tanpa menggunakan alat.
2. Terapi Remedial. Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan
kemampuan akademis dan yang dijadikan acuan terapi ini adalah bahan-bahan pelajaran
dari sekolah biasa.
3. Terapi Sensori Integrasi. Sensori Integrasi adalah ketidakmampuan mengolah
rangsangan / sensori yang diterima. Terapi ini diberikan bagi anak DS yang mengalami
gangguan integrasi sensori misalnya pengendalian sikap tubuh, motorik kasar, motorik
32
halus dll. Dengan terapi ini anak diajarkan melakukan aktivitas dengan terarah sehingga
kemampuan otak akan meningkat.
4. Terapi Tingkah Laku (Behaviour Theraphy)
Mengajarkan anak DS yang sudah berusia lebih besar agar memahami tingkah laku yang
sesuai dan yang tidak sesuai dengan norma-norma dan aturan yang berlaku di
masyarakat.
5. Terapi alternatif. Penaganan yang dilakukan oleh orangtua tidak hanya penanganan
medis tetapi juga dilakukan penanganan alternatif. hanya saja terapi jenis ini masih
belum pasti manfaatnya secara akurat karena belum banyak penelitian yang
membuktikan manfaatnya, meski tiap pihak mengklaim dapat menyembuhkan DS.
Orang tua harus bijaksana memilih terapi alternatif ini, jangan terjebak dengan janji
bahwa DSpada sang anak akan bisa hilang karena pada kenyataannya tidaklah mungkin
DS bisa hilang. DS akan terus melekat pada sang anak. Yang bisa orang tua lakukan
yaitu mempersempit jarak perbedaan perkembangan antara anak DSdengan anak yang
normal. Terapi alternatif tersebut di antaranya adalah :
6. Terapi Akupuntur
Terapi ini dilakukan dengan cara menusuk titik persarafan pada bagian tubuh tertentu
dengan jarum. Titik syaraf yang ditusuk disesuaikan dengan kondisi sang anak.
7. Terapi Musik
Anak dikenalkan nada, bunyi-bunyian, dll. Anak-anak sangat senang dengan musik maka
kegiatan ini akan sangat menyenangkan bagi mereka dengan begitu stimulasi dan daya
konsentrasi anak akan meningkat dan mengakibatkan fungsi tubuhnya yang lain juga
membaik
8. Terapi Lumba-Lumba
Terapi ini biasanya dipakai bagi anak Autis tapi hasil yang sangat mengembirakan bagi
mereka bisa dicoba untuk anak DOWN SYNDROME. Sel-sel saraf otak yang awalnya
tegang akan menjadi relaks ketika mendengar suara lumba-lumba.
9. Terapi Craniosacral
Terapi dengan sentuhan tangan dengan tekanan yang ringan pada syaraf pusat. Dengan
terapi ini anak DOWN SYNDROME diperbaiki metabolisme tubuhnya sehingga daya
tahan tubuh lebih meningkat.
Dan tentu masih banyak lagi terapi-terapi alternatif lainnya, ada yang berupa vitamin,
supplemen maupun dengan pemijatan pada bagian tubuh tertentu.
33
9. Karyotyping
Karyotyping adalah suatu pemeriksaan dibawah mikroskop untuk melihat dan
mengindentifikasi keabnormalan kromosom dari kecacatan atau suatu penyakit. Tes ini akan
mengevaluasi ukuran, bentuk, dan jumlah dari suatu kromosom itu sendiri. Ketika terjadi
pengurangan ataupun penambahan pada jumlah kromosom normal maka hal itu akan sangat
berdampak pada pertumbuhan dari si anak. Karyotyping ini sendiri juga selain dapat
mengindentifikasi dari terjadinya kelainan tingkat kromosom juga dapat mengindentifikasi
jenis kelamin dengan indentifikasi ada atau tidaknya kromosom Y pada kasus janin dengan
jenis kelamin yang tidak jelas, juga dapat mengurangi angka keguguran karena dapat
memprediksi kemungkinan bayi gagal akibat kelainan kromosom.
Berikut beberapa contoh dari akibat adanya penambahan dan pengurangan kromosom
adalah pada kasus Down Syndrom , Turner Syndrom,dan Klinefilter Syndrom. Down
Syndrom adalah suatu kasus dimana terjadi penambahan jumlah kromosom ke-21. Sementara
Turner Syndrom adalah kasus dimana terjadi pengurangan kromosom kelamin X dimana
hanya ada satu kromosm X sehingga penderita Turner Syndrom memiliki jenis kelamin
wanita fertile atau mandul. Pada kasus Klinefelter Syndrom terjadi penambahan 1 kromosom
X pada jenis kelamin XY sehingga kromosom nya menjadi XXY. Pada kasus pengurangan
kromosom normal disebut dengan nama Monoploidy sementara jika terjadi penambahan 1
kromosom dari jumlah kromosom normal di sebut dengan Triploidi.
Terdapat 3 tahapan dalam pemeriksaan karyotyping ini, dan biasanya pemeriksaan ini
diteliti melalui sel darah putih :
1. Culture
2. Harvest ( pengumpulan hasil kultur kromosm)
3. Banding ( proses pemberian warna pada kromosom untuk pemetaan kromosom )
34
Jenis-jenis dari pemeriksaan dengan kariotyping ini sendiri dapat dilakukan dengan
beberapa teknik yaitu
1. Fluoroscent In Situ Hybridization (FISH).
Dengan teknik ini sequens dari kromosom akan menanggapi pewarnaan dibawah sinar
ultraviolet. Dimana dengan teknik ini kita mampu memetakan kromosom dengan
pewarnaan-pewarnaan yang berbeda dari setiap pasang kromosom ke-1 hingga ke-23.
Pewarnaanya juga lebih spesifik dan dapat kita gunakan untuk menyelidiki persebaran
DNA dan memungkinkan untuk menganalisis lebih dari 1 lokus atau bagian dari
kromosom dalam satu kali pemeriksaan serta dapat melihat karakteristik dari suatu
kromosom dengan lebih detil (seperti dapat melihat peristiwa non dividing cell).
Teknik ini juga mampu memberikan resolusi yang lebih baik. Pengerjaannya dapat
dilakukan dengan cepat dan dapat dilakukan sekaligus untuk meneliti jumlah sel
kromosom yang banyak.
2. Comparitive Genomic Hybridization (CGH).
Merupakan metode sitogentik-molekuler terbaru yang lebih canggih dengan resolusi
tinggi. Metode ini mampu mendeteksi mikroskopik dan submikroskopik bagian dari
kromosom yang mengalami delesi atau duplikasi dari keseluruhan genom. Dengan
metode ini memungkinkan kita untuk dapat melihat perubahan-perubahan kromosom
abnormal yang bisa jadi akan menyebabkan sel tumor.
Kariotipe dilakukan untuk:
Menentukan apakah kromosom orang dewasa memiliki kelainan yang dapat
diteruskan kepada anak;
Menentukan cacat kromosom untuk mencegah wanita dari yang menyebabkan
keguguran;
Menentukan apakah cacat kromosom hadir dalam janin. Pemeriksaan ini juga dapat
dilakukan untuk menentukan apakah masalah kromosom mungkin telah menyebabkan
janin menjadi gagal;
Menentukan penyebab bayi lahir cacat;
Membantu menentukan pengobatan yang tepat untuk beberapa jenis kanker;
Mengidentifikasi jenis kelamin seseorang dengan menentukan adanya kromosom Y.
Hal ini dapat dilakukan bila jenis kelamin bayi yang baru lahir tidak jelas.
35
Kelainan kromosom dapat seperti dengan adanya kromosom tambahan atau hilang.
Kelainan kromosom yang menyebabkan penyakit pada manusia termasuk:
Sindrom Turner hasil dari kromosom X;
Sindrom Klinefelter, penyakit kromosom yang paling umum laki-laki, disebabkan
oleh kromosom X tambahan;
Sindrom Edwards disebabkan oleh trisomi (tiga salinan) dari kromosom 18;
Sindrom Down, penyakit kromosom umum, disebabkan oleh trisomi kromosom 21;
Sindrom Patau disebabkan oleh trisomi kromosom 13;
Kelainan kromosom lain adalah trisomi 8, trisomi 9 dan trisomi 16, meskipun mereka
umumnya tidak dapat bertahan untuk melahirkan.
36
10. Pembelahan Sel
37
11. Pemeriksaan Prenatal dan Postnatal
Pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan ini memeriksa hal tidak normal yang mungkin berkembang atau sudah
berkembang selama kehamilan. Tes ini sama sekali tidak mendiagnosis kondisi sindrom
Down tapi digunakan untuk memperkirakan seberapa tinggi risiko janin mengalami
sindrom Down. Jika menurut pemeriksaan antenatal ada kemungkinan cukup tinggi janin
terkena sindrom Down, tes diagnosis bisa dilakukan untuk mengonfirmasinya.
Tiap wanita hamil akan ditawari pemeriksaan kondisi genetika seperti sindrom Down.
Umumnya pemeriksaan antenatal dilakukan pada akhir bulan ketiga usia kehamilan.
Dalam pemeriksaan antenatal untuk sindrom Down, tes darah dan pemindaian ultrasound
(USG) akan dilakukan. Tes darah dilakukan untuk memeriksa tingkat protein dan hormon
tertentu. Jika darah Anda mengandung zat-zat ini dalam tingkatan yang tidak normal,
Anda mungkin berpeluang lebih tinggi memiliki bayi dengan sindrom Down.
Dengan tes USG, dokter akan mengukur ketebalan cairan yang terletak di belakang leher
bayi. Jumlah cairan ini bisa memberi informasi mengenai kemungkinan bayi mengalami
sindrom Down.
Jika berdasarkan tes darah dan tes USG kemungkinan bayi mengalami sindrom Down
cukup tinggi, maka ibu hamil bisa menjalani tes diagnostik untuk mengonfirmasi kondisi
tersebut, sebelum bayi dilahirkan (prenatal).
Tes diagnosis prenatal
Tes yang dapat mendiagnosis sindrom Down pada bayi yang belum lahir adalah
amniocentesis atau penyampelan vilus korionik (CVS/ chorionic villus sampling).
Harap diperhatikan bahwa ada sekitar satu persen pasien yang menjalani salah satu tes ini
mengalami komplikasi keguguran. Selain keguguran, risiko kedua tes tersebut juga
meliputi infeksi dan pendarahan.
CVS dapat dilakukan setelah usia kehamilan memasuki 10 pekan dengan mengambil
sedikit sampel sel-sel plasenta untuk pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium.
38
Amniocentesis biasanya dilakukan setelah usia kehamilan memasuki 15 hingga 22 pekan
dengan mengambil sedikit sampel air ketuban.
Diagnosis setelah kelahiran
Selain tes diagnosis di atas, diagnosis juga bisa dilakukan setelah bayi lahir. Umumnya
ini dilakukan berdasarkan penampilan fisik. Dokter juga bisa melakukan tes darah yang
disebutchromosomal karyotype, untuk menganalisis kromosom dan memastikan diagnosis
sindrom Down.
Selama perjalanan kehamilan dari trimester pertama hingga menjelang persalinan seringkali
anda mengalami gangguan yang berakibat pada kondisi yang kurang nyaman. Tidak hanya
itu, beberapa ibu hamil mengeluhkan masalah kehamilan yang berhubungan dengan diri ibu
atau janin. Sebut saja masalah yang sering terjadi dikarenakan faktor usia ibu hamil di atas 35
tahun sehingga resiko kehamilan semakin meningkat. Resiko kehamilan yang meningkat
selain dikarenakan menunda kehamilan pada usia muda atau memiliki anak di atas (35 tahun)
yaitu kesehatan ibu hamil diantaranya mengalami diabetes gestasional, menderita
preeklamsia dan juga plasenta previa.
Faktor diatas menjadi kecemasan tersendiri bagi ibu selama kehamilan. Sehingga seringkali
menjadi pertanyaan pada dokter mengenai kehamilan yang sedang dialaminya. Pada ibu
hamil yang saat dilakukan pemeriksaan secara umum maka akan dibagi menjadi tiga
kategori. Kategori pertama yaitu resiko rendah, resiko sedang dan juga resiko tinggi.
Sehingga dapat disimpulkan semua kehamilan memiliki resiko hanya saja yang
membedakannya adalah tingkatan resiko tersebut dapat berpengaruh bagi ibu hamil dan janin
atau tidak berpengaruh sama sekali.
Upaya pencegahan agar resiko kehamilan rendah maka anda dapat melakukan diagnistik
prenatal. Diagnostik prenatal ini dapat mendeteksi janin secara mendalam. Pemeriksaan ini
disarankan pada ibu hamil dengan janin yang dicurigai memiliki gangguan.
Gangguan yang memerlukan pemeriksaan ini salah satunya kelainan kromosom atau
kelainan bawaan terutama penyakit jantung. Selain itu apabila anda diperiksa mengalami
gangguan dan fungsi plasenta atau ginjal janin maka diharuskan melalui pemeriksaan
prenatal.
39
Bahkan beberapa kecurigaan dokter yang berhubungan dengan pertumbuhan bayi
seringkali berujung pada pemeriksaan prenatal.
Manfaat dilakukannya diagnostik prenatal yaitu dapat mendeteksi secara dini terjadinya
kelainan pada janin sehingga dapat dilakukan terapi prenatal dalam penanganannya. Bahkan
tidak menutup kemungkinan dengan dilakukannya diagnostik prenatal akan berujung pada
terapi pengobatan yang harus dilakukan terus menerus dalam mendukung persiapan
persalinan, salah satunya adalah anemia.
Manfaat selanjutnya adalah untuk mempersiapkan mental dan finansial sehingga dapat
memberikan persiapan medis yang jauh lebih optimal. Hal ini untuk membantu ibu hamil
dengan resiko tinggi pada saat hamil menghindari kemungkinan terburuk seperti kematian
pada janin dan kematian di dalam kandungan.
Umumnya diagnostik prenatal akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan,pada usia
kehamilan 11-13 minggu maka pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi kelainan pada
kromosom, anensefalus dan sindroma down. Pada usia kehamilan 11-13 minggu dapat pula
dilakukan pemeriksaan plasenta. Bahkan pada usia kehamilan 15 minggu pemeriksaan dapat
dilakukan untuk mengukur cairan ketuban sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan apabila usia
kehamilan 20-24 minggu maka dapat dilakukan pemeriksaan USG sehingga dapat
mengetahui penyakit bawaan yang mungkin terjadi pada janin. Sehingga pertanyaan yang
umum dipertanyakan kapan dilakukan diagnostik prenatal adalah ketika pemeriksaan rutin
pada ibu hamil dilakukan dan ditemukan resiko kehamilan yang tinggi yang berhubungan
dengan gangguan pada kondisi bayi baik secara mental atau fisik sehingga dapat menurunkan
resiko gangguan tersebut. Selain itu persiapan mental ibu hamil dan keluarga penting
dilakukan ketika untuk menghadapi kemungkinan gawat pada bayi yang lahir. Penangan
janin selanjutnya akan tergantung pada kasus masing masing, sehingga operasi akan
disesuaikan dengan kondisikesehatan ibu dan janin.
40
VII. KERANGKA KONSEP
41
Melahirkan pada usia beresiko
Menurunnya kualitas sel telur/ovum
Meningkatnya resiko kelainan kromosom
Non-disjunction pada meiosis I
Down SyndromeTrisomy
kromosom 21
Kelainan fisik
Penyakit jantung bawaan
Gangguan sistem pencernaan
Tonus otot hipotoni
Sandal Gap
Simian crease
Lipatan epikantus
Occiput datarBrachicephaly
Murmur + Cyanosis
VIII. KESIMPULAN
Ny. Selena melahirkan pada usia yang beresiko, setiap kali menyusui bayinya tersedak
dan tampak biru, ketika diperiksa berdasarkan status lokalis bayinya mengalami Down
Syndrome.
42
IX. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2015.Analisis Pedigree. http://www.sridianti.com/apa-itu-analisis-pedigree.html
diakses pada 19 oktober 2015
Anonymous. Bayi Baru Lahir (BBL) Normal. https://www.academia.edu/6003091/ Bayi_
Baru_Lahir_BBL_Normal diakses pada 20 Oktober 2015
Anonymous.2015.Ciri fisik bayi dengan syndrome down. http://infopsikologi.com/ciri-fisik-
bayi-dengan-sindroma-down-down-syndrome/ diakses pada 20 Oktober 2015
Anonymous.2015.Gangguan Genetik. http://fungsi.web.id/2015/04/contoh-gangguan-
kelainan-genetik-pada-manusia.html diakses pada 19 oktober 2015
Anonymous. Standard Pedigree Symbols. http://dukepersonalizedmedicine.org diakses
pada 20 Oktober 2015
Campbell, et al.2008.Biologi.Jakarta: Penerbit Erlangga.
Cunha JP.2014. Choking.
http://www.emedicinehealth.com/choking/page7_em.htm , diakses
pada 20 Oktober 2015
Girirajan, Santhosh. 2009. Parental-age effects in Down syndrome
(Commentary on L. S. Penrose 1933 J. Genet. 27, 219–224; reprinted
in this issue as a J. Genet classic, pages 9–14)
Mandal, Dr Ananya. 2012. Hypotonia.
www.new-medical.net/health/Causes-of-hypotonia-(indonesian).aspx
diakses pada 20 Oktober 2015
Martini, Frederic, et.al.. 2012. Fundamentals of Anatomy and Physiology.
9th edition. US: Pearson
Nursewian. 2013. Pertolongan Pertama Pada Bayi Tersedak.
http://buletinkesehatan .com/pertolongan-pertama-pada-bayi-yang-
tersedak/ diakses pada 20 Oktober 2015
R., Safrina Dewi.2012. Modul Pembelajaran Analisa Genetika. Malang:
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
43
Sadler, T.W.. 2012. Langman’s Medical Embriology. 12th edition. US:
Lippincott Williams and Wilkins
44