laporan tutorial blok 10 skenario 1
DESCRIPTION
Laporan Tutorial Blok Muskuloskeletal Skenario 1TRANSCRIPT
JUMP 3
1. AnatomiTulang
Tulangmerupakanalatgerak pasif, ada 206 tulang yang terbagi menjadi 80
tulang penyusun skeletonaxiale dan 126 penyusun skeletonapendiculare. Menurut
bentuknya, tulang dibedakan menjadi:
1. Os longum (panjang), contohnya os femur, ossaphalanges, ossametatarsi, os tibia, os
fibula
2. Os breve (pendek), contohnya ossatarsalia
3. Os planum (pipih), contohnya os ilium
4. Os pneumaticum (berongga), contohnya os ethmoidale, os maxilla
5. Os irregular (tidak beraturan), contohnya os cuneiform, os cuboideum, os talus, os
calcaneus.
Anatomi Sendi
Sendi adalah hubungan antar tulang, dibedakan menjadi:
1. Synarthrosis (immovablejoint), sendi yang tidak bisa digerakkan. Dibagi menjadi:
a) Syndesmosis (jaringan penghubungnya: jaringan pengikat)
Sutura, terdapat pada calvariacranii.
Schindylesis, antara rostumsphenoidale dengan os vomer.
Gomphosis, radix gigi dengan processusalveolarismandibulae dan maxillae.
Syndesmosiselastica, antara arcusvertebrae dengan ligamentumflavum.
Syndesmosisfibrosa, antar radius dan ulna (membraneinterossea)
b) Synchondrosis (jaringan penghubungnya: tulang rawan), contohnya, antara
manubriumsterni dan corpuscostae
c) Synostosis (jaringan penghubungnya: tulang), contohnya os coxae yang dibentuk
olehosischium, os ilium, dan os pubis.
2. Diarthrosis, hubungan antar tulangnya dipisahkan oleh jarak tertentu, dapat
digerakkan lebih leluasa. Dibedakan menjadi:
a) Sendi satu axis
Gynglimus (sendi engsel)
Gerakannya flexi dan extensi, contoh: articulatiogenu
Trochoidea (Pivotjoint), gerakannya pronasi dan supinasi, contoh:
articulatioradioulnaris
Throchlearis, seperti kerekan atau katrol, contohnya articulatio cubiti.
Arthrosis (sendi datar), gerakannya menggeser, contoh
articulatiointertarsalia.
b) Sendi dua axis
Ellipsoidea (condyloidjoint), gerakannya flexi, extensi, adduksi,
circumduksi, contohnya articulatioradiocarpalis.
Sellaris (sendi pelana), dataran sendi menyerupai pelana, gerakannya
oposisi, reposisi, abduksi, contohnya, articulatiocarpometacarpales 1
c) Sendi tiga axis
Sendi ini mempunyai gerakan flexi, extensi, abduksi, adduksi, endorotasi,
ekxorotasi.
Globoidea (seperti bola dan mangkuk, bola masuk ke mangkuknya
kurang dari setengah ukurannya), contohnya articulatiohumeri.
Spheroidea (seperti bola dan mangkuk, bola masuk ke mangkuk lebih
dari setengah ukurannya), contohnya articulatiocoxae.
3. Amphiarthrosis, cavumaticulare sempit, gerakan terbatas, contoh:
symphysisosseumpubis
JUMP 7
HISTOLOGI
Histologi Sendi
Sendi merupakan tempat bertemu dua atau tiga unsur rangka, baik tulang atau tulang rawan.
Sendi ini mungkin temporer atau permanen. Sendi temporer terdapat selama masa
penumbuhan, misalnya epifisis tulang panjang menyatu dengan bagian batang tulang melalui
tulang rawan hialin dari diskus epifisis. Sendi demikian menghilang bila pertumbuhan
terhenti dan epifisis menyatu dengan bagian batang. Tetapi kebanyakan sendi bersifat
permanen, dan dapat digolongkan menjadi 3 golongan utama: fibrosa, kartilaginosa, dan
sinovial. Kedua jenis pertama sering disebut sinartrosis, sendi yang tidak memungkinkan atau
memungkinkan sedikit gerak. Sendi sinovial, yang memungkinkan gerak bebas, disebut
sebagai diartrosis.
a. Sendi fibrosa
Sendi ini dipersatukan oleh jaringan ikat padat fibrosa. Bila penyatuan ini sangat kuat, sendi
ini disebut sutura. Sutura hanya terdapat pada tengkorak dan tidak bersifat permanen karena
jaringan fibrosa pengikat itu dapat diganti oleh tulang di kemudian hari. Penyatuan tulang
yang dihasilkan itu dikenal sebagai sinostosis. Sendi pada tulang yang dipersatukan oleh
jaringan ikat fibrosa yang jauh lebih banyak daripada yang terdapat pada sutura disebut
sindesmosis. Sendi macam ini, misalnya sendi radioulnar dan tibiofibular, memungkinkan
gerak dalam batas tertentu.
Jenis fibrosa ketiga yaitu gomfosis, merupakan sendi khusus terbatas pada gigi dalam maksila
dan mandibula; jaringan fibrosis penyatu itu membentuk membran periodontal.
b. Sendi tulang rawan
Sendi ini sering dikatakan sebagai sendi kartilaginosa sekunder untuk membedakannya dari
sendi primer, paling jelas ditunjukkan sebagai contoh oleh sendi di antara badan-badan
vertebra yang berdekatan. Permukaan tulang yang berhadapan dilapisi lembar-lembar tulang
rawan hialin, yang secara erat dipersatukan oleh lempeng fibrokartilago. Simfisis, seperti
sendi pubis dan manubriosternal, merupakan contoh sendi kartilaginosa sekunder. Sendi
demikian berbeda dari diskus intervertebralis karena di bagian pusatnya terdapat rongga
kecil. Tetapi rongga sendi ini tidak memiliki ciri khusus suatu sendi sinovial.
c. Sendi sinovia
Pada sendi sinovia, tulang-tulang ditahan menjadi satu oleh suatu simpai sendi dan
permukaan yang berhadapan, dilapisi tulang rawan sendi, dipisahkan oleh celah sempit yang
mengandung cairan sinovia.
Tulang rawan sendi dibentuk oleh tulang rawan jenis hialin, walaupun matriksnya
mengandung banyak serat kolagen. Pada beberapa tempat, seperti tepi fossa glenoid dari
sendi bahu dan asetabulum sendi panggul, tulang rawannya bersifat fibrosa. Lapis terdalam
tulang rawan sendi mengapur dan melekat sangat erat pada tulang di bawahnya. Tulang
rawan sendi tidak memiliki serat saraf atau pembuluh darah, dan tidak dibungkus
perikondrium.
Simpai sendi menyatukan tulang-tulang. Lapisan luar simpai adalah jaringan ikat pada
kolagen yang menyatu dengan periosteum yang membungkus tulang dan pada beberapa
tempat menebal membentuk ligamen-ligamen sendi. Lapis dalam simpai, yaitu membran
sinovial, membatasi rongga sendi, kecuali di atas tulang rawan sendi, dan, bila ada, diskus
intra-artikular.
Membran sinovial merupakan membran vaskular tipis yang mengandung kapiler-kapiler
lebar dan lebih ke dalam, banyak sel lemak. Satu sampai tiga lapis sel-sel sinovial
membentuk lapis permukaan. Tidak ada membran basal bawah sel-sel ini dan dengan
demikian kapiler di bawahnya tidak dipisahkan sawar dari rongga sendinya. Dapat dibedakan
dua jenis sel sinovial, yang mungkin merupakan jenis sel sama dengan tahapan
perkembangan fungsional berbeda.
HISTOLOGI TULANG
Tulang pada anak-anak dan dewasa ada dua jenis tulang kompak / kortikal, yang menyusun
lapisan luar dari hampir semua tulangdan merupakan 808% dari tulang tubuh dan tulang
trabekular atau spongiosa disebelah dalam tulang kortikal yang menyusun 20% sisa tulang
tubuh.
TULANG RAWAN
Berkembang dari sel-sel mesenkim
Pada masa embrional tubuh terdiri dari tulang rawan
Pada mamalia dewasa, beberapa bagian tubuh terdapat tulang rawan
Jenis-jenis tulang rawan
1. Hialin
bening, licin
beberapa serat dapat dilihat
2. Elastis
serat elastik berwarna hitam dapat,
dilihat dengan pewarnaan khusus
3. Fibrokartilago/fibrosa
serat kolagen: merah muda terang
Komponen tulang rawan
Sel-sel
o kondrosit, kondroblas
o mensekresikan matriks dan serat-serat
Serat-serat
o kolagen, elastin
Subtansi dasar
o glikosaminoglikan dan proteoglikans
o tidak terkalsifikasi
TULANG
Merupakan bentuk jaringan ikat yang kejur(kaku)
membentuk sebagian besar
kerangka vertebrata yang lebih
tinggi
Tipe tulang
1. Tulang spongiosa (kaselosa, sepon)
terdiri dari trabekula/balok tulang
tidak teratur
bercabangan & membentuk anyaman
celah diantara anyaman diisi sumsum tulang
2. Tulang kompakta
tampak padat
Tidak ada batas yang jelas diantara ke-2 tipe
Pertumbuhan Tulang
Tulang tengkorak dibentuk melalui osifikasi membrane (pembentukan tulang intra
membranosa). Tulang-tulang panjang mula-mula dibentuk modelnya dalam tulang rawan
kemudian diubah menjadi tulang melalui osifikasi yang berawal di batang tulang
(pembentukan tulang enkondral). Selama pertumbuhan , terjadi pemisahan daerah-daerah
khusus diujung –ujung setiap tulang panjang (epifisis) dari batang tulang oleh suatu lempeng
tulang rawan yang aktif berproliferasi, lempeng epifisis. dengan diletakannya tlang baru pada
ujung batang tulang oleh lempeng ini, tulang memanjang. Lebar lempeng setara dengan
kecepatan prtumbuhan tulang. Lebar dipengaruhi oleh jumlah hormon tetapi paling mencolok
oleh hormone pertumbuhan hipofisis
TULANG
Kimia tulang terdiri dari :
1. Air 14 – 44%
2. Bahan organic: kolagen, glikoprotein, sitrat
3. Bahan anorganik : garam kalsium fosfat dan kalsium karbonat
Tulang
1. Penanda tulang
Tonjolan yang menjadi tempat perlekatn tulang dan ligamentum.
Tonjolan yang merupakan bagian dari articulation atau sendi
Lekukan atau lubang yang merupakan tempat lewat syaraf atau pembuluh darah
OSIFIKASI :
Meliputi pengendapan garam – garam tulang dalam matriks oleh keseimbangan kimia fisika
ion-ion : Ca++,HPO4–,dan PO4
—
METABOLISME TULANG
Kalsifikasi tulang rawan didahului dengan penimbunan glikogen
pembengkakan sel-sel tulang rawan kalsifikai terjadi memerlukan energy dari
pemecahan glikogen tersebut .
Seperti halnya dngan jaringan tubuh lain, unsur-unsur tulang selalu bertukar
dngan unsur-unsur dalam plasma.
Proses deminerlisasi tulang : terjadi bila intake Ca & P tidak cukup atau hilang
dari tubuh
Vitamin D : meningkatkan Ca & P darah dengan cara meningkatkan absorsi
kalsium fosfat dapat mengendap pada tulang .
Kekurangang vitamin D : menyebabkan RICKET
Vitamin D : akan menurunkan fosfatase Alkalis
Enzim fosfatase alkalis darah naik upaya tubuh untuk mningkatkan P.
Enzim fosfatase alkalis membebaskan ion P dari ester fosfat pada pH alkalis
Faktor-faktor yang berperan pada metabolisme Tulang :
1. Vitamin D :
1. Meningkatkan absorbsi ion kalsium usus
2. Membantu memineralisasi normal tulang
3. Mempercepat reabsorbsi kalsium dari tulang
2. Vitamin A :
1. Berperan pada pertumbuhan tulang
3. Vitamin C :
1. Berfungsi untuk pertumbuhan normal tulang (diperlukan pada sintesis kolagen
defisiensi ganguan kalsifikasi.
4. Estrogen :
1. Menghambat produki asam laktat pada glikolisis dalam tulang defisiensi
estrogen mudah osteoporosis
5. Hormone paratiroid
1. Meningkatkan reaborpsi tulang ,
2. Meningkatkan kecepatan produksi asam laktat pH<< deminerallisasi
3. Mempengaruhi sel osteosit depolarisasi mukoprotein Kristal tulang larut
6. Kalsitonin
1. Mempercepat pemasukan Ca & P dari darah ke tulang deposito Ca >>
menghambat resorpsi tulang
7. Glukokortikoid
1. Mengurangi matriks tulang dapat terjadi osteoporosis
8. Growth Hormon
1. Meningkatkan absorbsi Ca dari usus
2. Meningkatkan sintesis kolagen
3. Meningkatkan produksi somastomedin (sulfation factor ) oleh hepar
pengikatan sulfat dalam tulang rawan
4. Meningkatkan pertumbuhan tulang panjang pada epifisis
JARINGAN OTOT
Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang fungsinya menggerakkan organ-organ tubuh.
Kemampuan tersebut disebabkan karena jaringan otot mampu berkontraksi. Kontraksi otot
dapat berlangsung karena molekul-molekul protein yang membangun sel otot dapat
memanjang dan memendek.
Jaringan Otot Polos
Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut (fibril) yang homogen sehingga bila
diamati di bawah mikroskop tampak polos atau tidak bergaris-garis. Otot polos
berkontraksi secara refleks dan di bawah pengaruh saraf otonom. Bila otot polos
dirangsang, reaksinya lambat. Otot polos terdapat pada saluran pencernaan, dinding
pembuluh darah, saluran pernafasan.
Jaringan Otot Lurik/Rangka/Skelet
Nama lainnya adalah jaringan otot kerangka karena sebagian besar jenis otot ini
melekat pada kerangka tubule. Kontraksinya menurut kehendak kita dan di bawah
pengaruh saraf sadar.
Dinamakan otot lurik karena bila dilihat di bawah mikroskop tampak adanya garis
gelap dan terang berselang-seling melintang di sepanjang serabut otot. Oleh sebab itu
nama lain dari otot lurik adalah otot bergaris melintang.
Kontraksi otot lurik berlangsung cepat bila menerima rangsangan, berkontraksi sesuai
dengan kehendak dan di bawah pengaruh saraf sadar.
Fungsi otot lurik untuk menggerakkan tulang dan melindungi kerangka dari benturan
keras.
Persendian
Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan tulang yang bersendi diselubungi
oleh tulang rawan yang lunak dan licin. Keseluruhan daerah sendi dikelilingi sejenis kantong,
terbentuk dari jaringan berserat yang disebut kapsul. Jaringan ini dilapisi membran sinovial
yang menghasilkan cairan sinovial untuk “meminyaki” sendi. Bagian luar kapsul diperkuat
oleh ligamen berserat yang melekat pada tulang, menahannya kuat-kuat di tempatnya dan
membatasi gerakan yang dapat dilakukan.
Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai mempunyai fungsi ganda yaitu
untuk melindungi ujung tulang agar tidak aus dan memungkinkan pergerakan sendi menjadi
mulus/licin, serta sebagai penahan beban dan peredam benturan. Agar rawan berfungsi baik,
maka diperlukan matriks rawan yang baik pula.
Matriks terdiri dari 2 tipe makromolekul, yaitu :
Proteoglikan : yang meliputi 10% berat kering rawan sendi, mengandung 70-80% air,
hal inilah yang menyebabkan tahan terhadap tekanan dan memungkinkan rawan sendi
elastis
Kolagen : komponen ini meliputi 50% berat kering rawan sendi, sangat tahan
terhadap tarikan. Makin kearah ujung rawan sendi makin tebal, sehingga rawan sendi
yang tebal kolagennya akan tahan terhadap tarikan
Disamping itu matriks juga mengandung mineral, air, dan zat organik lain seperti enzim.
FISIOLOGI
Morfologi otot
Otot tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit penyusun sistem otot. Hampir seluruh
otot rangka berawal dan berakhir di tendo, dan serat-serat otot rangka tersusun sejajar
diantara ujung-ujung tendo, sehingga daya kontraksi tiap unit akan saling menguatkan. Setiap
sel otot merupakan satu sel otot yang berinti banyak, memanjang, silindrik dan diliputi oleh
membran sel yang dinamakan sarkolemma. Diantara sel-selnya tidak terdapat sinsitium.
Serat-serat otot tersusun atas miofibril yang terbagi menjadi filamen-filamen yang tersusun
dari protein-protein kontaktil.
Proses Kontraksi dan Relaksasi Otot Rangka
Tahap kontraksi
Impuls neuron motorik
Pelepasan transmiter (asetilkolin)ke end-plate motorik
Pengikatan asetilkolin oleh reseptor asetilkolinoleh reseptor asetilkolin nikotinik.
Peningkatan konduktans ion natrium dan ion kalium di membran end-plate.
Terbentuknya potensial end-plate.
Tercetusnya potensial aksi di serat-serat otot.
Penyebaran depolarisasi kedalam tubulus T.
Pelepasan ion kalsium dari sisterna retikulum sarkoplasmik dan difusi ion kalsium ke
filamen tebal dan filamen tipis
Pengikatan ion kalsium oleh troponin C membuka tempat pengikatan miosin di
molekul aktin
Pembentukan ikatan silang antara aktin dan miosin dan pergeseran filamen tipis pada
filamen tebalmenghasilkan pemendekan.
Tahap relaksasi
1. Ion kalsium dipompakan kembali kedalam retikulum sarkoplasmik
2. Lepasnya ion kalsium dari troponin
3. Terhentinya interaksi antara aktin dan miosin
Jenis-Jenis Kontraksi
Isometrik : “ukuran tetap” atau kontraksi dengan “panjang yang tetap”
Isotonik: kontraksi melawan beban yang tetap dengan pemendekan otot, “tegangan
yang tetap”.
Pemeriksaan Radiologi
Pada antebrachium dan
articulatio cubiti dapat
dilakukan pemeriksaan
dari posisi lateral maupun
anterior-posterior baik
dengan menggunakan
sinar X, MRI, maupun
Ctscan.
Posisi Lengan Bawah Tidak Normal
Sesuai dengan kasus, daapat disebebkan oleh beberapa kemungkin yaitu fraktur atau dislokasi
pada lengan bawah.
Definisi fraktur
Patah Tulang (fraktur) adalah retaknya tulang, biasanya disertai dengan cedera di jaringan
sekitarnya.
Jenis patah tulang:
1. Patah tulang tertutup (patah tulang simplek).
Tulang yang patah tidak tampak dari luar.
2. Patah tulang terbuka (patah tulang majemuk).
Tulang yang patah tampak dari luar karena tulang telah menembus kulit atau kulit
mengalami robekan.
Patah tulang terbuka lebih mudah terinfeksi.
3. Patah tulang kompresi (patah tulang karena penekanan)
Merupakan akibat dari tenaga yang menggerakkan sebuah tulang melawan tulang
lainnya atau tenaga yang menekan melawan panjangnya tulang.
Sering terjadi pada wanita lanjut usia yang tulang belakangnya menjadi rapuh karena
osteoporosis
4. Patah tulang karena tergilas.
Tenaga yang sangat hebat menyebabkan beberapa retakan sehingga terjadi beberapa
pecahan tulang.
Jika aliran darah ke bagian tulang yang terkena mengalami gangguan, maka
penyembuhannya akan berjalan sangat lambat.
5. . Patah tulang patologis
Terjadi jika sebuah tumor (biasanya kanker) telah tumbuh ke dalam tulang dan
menyebabkan tulang menjadi rapuh.
Tulang yang rapuh bisa mengalami patah tulang meskipun dengan cedera ringan atau
bahkan tanpa cedera sama sekali.
Faktor – faktor penyebab
Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera, seperti kecelakan mobil, olah raga
atau karena jatuh.
Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih besar daripada kekuatan tulang.
Jenis dan beratnya patah tulang dipengaruhi oleh:
- Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang
- Usia penderita
- Kelenturan tulang
- Jenis tulang.
Dengan tenaga yang sangat ringan, tulang yang rapuh karena osteoporosis atau tumor bisa
mengalami patah tulang.
GEJALA
a. Nyeri biasanya merupakan gejala yang sangat nyata.
b. Nyeri bisa sangat hebat dan biasanya makin lama makin memburuk, apalagi jika tulang
yang terkena digerakkan.
c. Menyentuh daerah di sekitar patah tulang juga bisa menimbulkan nyeri.
Alat gerak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga penderita tidak dapat
menggerakkan lengannya, berdiri diatas satu tungkai atau menggenggam dengan tangannya.
Darah bisa merembes dari tulang yang patah (kadang dalam jumlah yang cukup banyak) dan
masuk kedalam jaringan di sekitarnya atau keluar dari luka akibat cedera.
Fraktur pada Interkondilar Humerus
Pada fraktur ini bentuk garis patah yang terjadi berupa huruf T atau Y. Di daerah siku tampak
jelas pembengkakan, kubiti varus atau kubiti valgus.
Jenis Fraktur pada Antebrakial Distal
Fraktur Colles, deformitas fraktur ini berbenuk seperti sendok makan. Pasien terjatuh
dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh serta lengan berputar ke dalam
(endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar
(eksorotasi/supinasi)
Fraktur Smith, merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior, karena itu sering disebut
reverse Colles fracture. Biasa terjadi pada orang muda. Pasian jatuh dengan tangan
menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan
tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intrakular.
Fraktur Galeazzi, fraktur radius distalserta dislokasi sendi radius ulna distal. Saat
pasien jatuh dengan tangan terbuka menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah
dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.
Fraktur Montegia, merupakan fraktur segitiga proximal ulna disertai dislokasi sendi
radius ulna proximal. Terjadi karena trauma langsung.
Dislokasi
Keluarnya/bercerainya kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi merupakan suatu
kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera. Dislokasi sendikecil dapat direposisi
ditempat kejadian tanpa anastesi.
ANATOMI
1. Anatomi dari ekstremitas inferior
Ekstremitas inferior disebut juga Ossa Membri Inferioris, terdiri dari 2 bagian besar:
a. Cingulum Membri Inferioris (Cingulum Pelviculum)
i. Os Coxae (Pelvicum)
Terdiri dari tiga buah tulang, yaitu os ilium, os ischium dan os punis. Ketiga
tulang tersebut bertemu pada acetabulum pada usia kira-kira 16 tahun.
Os coxae sinister dari os coxae dexter bertemu di bagian anterior pada linea
mediana, membentuksymphysis pubis, di bagian dorsal membentuk persendian
dengan os sacrum. Os coxae dxter, os coxae sinister, os sacrum dan os coccygeus
membentuk cavum pelvicum.
Os coxae mempunyai dua facies, yakno facies medialis atau facies pelvina dan
facies lateralis atau facies externa. Facies lateralis dibagi menjadi 3 bagian, sebagai
berikut :
(1) pars glutealis (aspect posterolateral), (2) pars adductoris (aspect anterior) dan
(3) pars acetabulum. Pada facies lateralis ini terdapat sebuah lekukan yang dalam,
berbentuk cangkir, disebut acetabulum, berada di cranialis foramen obturatorium.
Tepi acetabulum tajam, disebut limbus acetabuli, kecuali di bagian caudal
membentuk incisura acetabuli. Lantai acetabulum membentuk fossa acetabuli,
ditempati oleh ligamentum teres femoris. Antara lantai acetabulum dan tepi
acetabulum terdapat suatu cartilago, berbentuk telapak kuda, disebut facies lunata
dan mengadakan persendian dengan caput femoris membentuk articulatio coxae.
Facies medialis dibagi apertura pelvis superior menjadi major, berada di bagian
cranial, dan pelvis minor yang berda di bagian caudal. Apertura pelvis superior
dibentuk oleh : promontorium, margo anterior ala osis sacri, linea iliopectinea, crista
pubica dan tepi cranial symphysis ossis pubis. Kedua buah os coxae membentuk
dinding anterior dan dinding lateral cavum pelvicum.
Foramen obturatorium, berbentuk oval, memisahkan os pubis yang terletak di
bagian anterosuperior dari os ischium yang berada di bagian posteroinferior.
Foramen ini ditutupi oleh membrana obturatoria, kecuali di bagian cranial pada
sulcus obturatorius yang dilalui oleh nervus obturatorius dan vasa obturatoria. Pada
membrana obturatoria ini melekat m.obturator internus dan m.obtorator externus.
ii. Os Pubis (Pubis)
Terdiri dari corpus, ramus superior dan ramus inferior. Corpus ossis pubis
berbentuk pipih, dilapisi oleh cartilago hyaline, bersatu yang kiri dan kanan,
membentuk symphysis osseum pubis. Crista pubica adalah suatu peningian yang
kasar, berada di sepanjang tepi antero-posterior corpus ossis pubis dan berakhir
sebagai suatu tonjolan kecil yang dinamakan tuberculum pubicum, tempat
melekatnya ligamentum inguinale.
Letak dari crista pubica kira-kira 3 cm di lateral linea mediana dan padanya
melekat m.rectus femoris, conjoint tendon dan vagina musculi recti.
Facies interna corpus ossis pubis licin, membentuk dinding anterior cavitas
pelvis. Permukaan anterior corpus ossis pubis kasar dan merupakan tempat
perlekatan dari m.adductor longus. Facies pelvina corpus ossis pubis mempunyai
permukaan yang halus, menghadap ke arah cranial, ditempati oleh vesica urinaria.
Facies femoralis corpus ossis pubis menghadap ke arah caudal, permukaannya kasar.
Pada posisi Anatomi, tuberculum pubicum dan spina iliaca anterior superior
terletak pada bidang frontal yang sama. Demikian pula crista pubica, os coccygeus,
pertengahan acetabulum, caput femoris dan ujung trochanter major terletak pada
bidang horizontal yang sama.
Ramus superior ossis pubis berbentuk segitiga, meluas dari bagian superior
corpus ossis pubis menuju ke eminentia iliopectinae (= eminentia iliopubica), yang
merupakan suatu peninggian pada perbatasan antara ramus superior ossis pubis
dengan os ilium. Ramus superior mempunyai tiga permukaan, yaitu (1) facies
pelvina, (2) facies pectinea, dan (3) facies obturatoria. Facies pelvina halus,
berbentuk segitiga, turut membentuk dinding cavitas pelvis. Facies pectinea
berbentuk segitiga, tempat melekat m.pectinea, dan dipisahkan dari facies pelvina
oleh linea pectinea, meluas dari tuberculum pubicum sampai pada eminentia
iliopectinea. Facies obturatoria menghadap ke arah caudo-dorsal, turut membentuk
sulcus obturatorius. Ujung lateral ramus superior membentuk 1/5 bagian dari
acetabulum.
Ramus inferior ossis pubis pendek, meluas dari corpus ossis pubis menuju ke arah
dorso-caudo-lateral, dan bertemu dengan ramus inferior ossis ischii; turut
membentuk foramen obturatorium
iii. Os Ilii (ilium)
Tepi superior os ilii melengkung dan disebut crista iliaca, ke arah interior
berakhir sebagai spina iliaca anterior superior, dan ke arah superior berakhir spina
iliaca posterior superior. Crista iliaca membentuk labium externum dan labium
internum. Di antaranya terdapat linea intermedia. Kira-kira 5 cm di sebelah dorsal
dari spina iliaca anterior superior labiun externum membentuk tuberculum iliacum.
Di bagian anterior crista iliaca melekat m.obliquus internus abdominis, m.obliquus
externus abdominis dan m.transversus abdominis. Pada bagian posterior crista iliaca
terdapat perlekatan dari m.quadratus lumborum dan m.erector spinae. Di antara
spina iliaca anterior superior dan acetabulum terdapat suatu penonjolan yang bulat,
disebut spina iliaca anterior inferior, tempat perlekatan dari ligamentum iliofemorale
dan m.rectus femoris.
Pada facies lateralis, di sebelah cranial dari acetabulum os ilii membentuk facies
glutea (=dorsum ilii), di bagian anterior berbentuk konveks dan di bagian posterior
berbentuk konkaf. Pada permukaan ini terdapat linea glutea posterior, letak vertikal
dan berada di sebelah anterior spina iliaca posterior superior. Garis ini memisahkan
perlekatan m.gluteus maximus daripada m.gluteus medius. Di sebelah anterior dari
linea glutea posterior terdapat linea glutea anterior, yang mulai dari incisura
ischiadica major melengkung ke cranial dan berakhir pada crista iliaca dekat pada
acetabulum/ di antara linea glutea dan linea glutea posterior terdapat perlekatan dari
m.glutea medius.
Garis yang ketiga adalah linea glutea inferior, yang melengkung kira-kira 2,5 cm di
cranialis dari acetabulum. M.gluteus minimus melekat di antara linea glutea anterior
dan linea glutea inferior. Sebuah tonjolan yang terletak di sebelah cranial dan
incisura ischiadic major, di sebelah caudal dari spina iliaca posterior superior,
disebut spina iliaca posterior inferior.
Facies medialis dibagi oleh linea arcuata menjadi dua bagian. Bagian yang berada
di sebelah superior linea arcuata membentuk fossa iliaca, tempat melekat m.iliacus,
dan bagian yang berada di sebelah inferior linea arcuata mempunyaiu permukaan
yang licin, disebut corpus ossis ilii dan bersatu dengan facies medialis corpus ossis
pubis dan ossis ischii.
Di sebelah cranialis dari incisura ischiadica major terdapat facies auricularis,
berbentuk huruf “C” dengan kakinya yang membuka ke arah posterior, membentuk
articulatio sacroiliaca dengan os sacrum.
Bagian yang terletak di antara facies auricularis dan crista iliaca disebut
tuberositas iliaca, mempunyai permukaan yang kasar dan merupakan tempat melekat
ligamentum sacroiliacum
iv. Os Ischii (Ischium)
Terdiri atas bagian, yakni (1) corpus, (2) tuber ischiadicum dan (3) ramus ossis
ischii. Corpus ossis ischii berbentuk segitiga, yang turut membentuk tepi foramen
obturatorium, acetabulum dan incisura ischiadica major, mempunyai tiga permukaan
yakni (1) facies medialis (= facies pelvina), (2) facies lateralis (= facies acetabularis)
dan (3) facies posterior (= facies glutealis). Facies glutelis terletak di antara tepi
acetabulum dan incisura major, ke arah cranialis bersatu dengan corpus ossis ilii dan
ke arah caudal melanjutkan diri menjadi tuber ischiadicum.
Ramus ossis ischii terdiri dari ramus superior dan ramus inferior ossis ischii, yang
mengelilingi foramen obturatorium. Ramus inferior ossis ischii bersatu dengan
ramus inferior ossis pubis.
Tuber ischiadicum adalah bagian yang berada di antara ramus superior dan ramus
inferior ossis ischii. Ada literature yang tidak membagi ramus ossis ischii menjadi
ramus superior et inferior dan tuber ischiadicum adalah bagian yang terletak di
antara corpus ossis ischii dan ramus ossis ischii. Tuber ischiadicum berbentuk oval,
mempunyai tepi medial dan tepi lateral, berfungsi menempung berat badan ketika
seseorang duduk dan tempat melekat m.hamstring.
v. Cavitits Pelvis
Dibentuk oleh pelvis minor, di sebelah cranial dibatasi oleh apertura paevis
superior dan di sebelah caudal dibatasioleh apertura pelvis inferior. Apertura pelvis
superior (= inlet atau brim) dibentuk oleh promontorium di sebelah posterior, linea
arcuata di lateral dan crista pubica di bagian anterior.
Caldwell dan Moloy membuat klasifikasi pelvis wanita atas dasar bentuk apertura
pelvis superior, menjadi (1) tipe gynecoid, (2) android, (3) anthropoid dan (4)
platypelloid.
Besar kecilnya cavitas pelvis ditemukan oleh ukuran-ukuran apertura pelvis
superior, seperti ukuran anterior-posterior (= diameter conjugata) dan diameter
transversa.
Apertura pelvis inferior dibentuk oleh ujung oscoccygeus, tuber ischiadicum dan
arcus pubis di bagian anterior. Arcus pubis dibentuk oleh ramus inferior ossis pubis
sinister dan dexter.
Sumbu cavitas pelvis berbentuk arcus yang melengkung, mengikuti dinding
anterior yang pendek dan dinding posterior yang panjang.
Dibandingkan dengan pelvis pria, maka pelvis wanita :
- lebih ringan
- jarak antara spina iliaca anterior superior lebih panjang
- tempat melekat otot kurang jelas
- apertura pelvis superior lebih besar dan bulat
- arcus pubis lebih besar (sudut tumpul)
- foramen obturatorium berbentuk seperti segitiga, dan lebih kecil
- acetabulum lebih kecil, dan mengarah ke anterior
b. Pars Liberi Membri Inferioris
i. Femur (Os Femoris)
Merupakan tulang yang paling panjang dan paling berat dalam tubuh manusia.
Panjangnya kira-kira 1/4 sampai 1/3 dari panjang tubuh. Pada posisi berdiri, femur
meneruskan gaya berat badan dan pelvis menuju ke os tibia.
Terdiri dari corpus, ujung proximal dan ujung distal. Pada ujung proximal
terdapat caput ossis femoris, collum ossis femoris, trochanter major dan trochanter
minor. Pada ujung distal terdapat condylus medialis dan condylus lateralis. Pada
posisi Anatomi kedua ujung condylus medialis dan condylus lateralis terletak pada
bidang horizontal yang sama.
Caput ossis femoris berbentuk 2/3 bagian dari sebuah bul;atan (bola), letak
mengarah ke cranio-medio-anterior. Pada ujung caput femoris, di bagian caudo-
posterior dan titik sentral, terdapat fovea capitis, yang menjadi tempet perlekatan
dari ligamentum teres femoris.
Collum femoris terletak di antara caput dan corpus ossis femoris, ukuran panjang
5 cm, membentuk sudut sebesar 125 derajat. Pada bayi dan anak-anak sudut tersebut
lebih besar dan pada wanita lebih kecil.
Trochanter major adalah sebuah tonjolan ke arah lateral yang terdapat padda
perbatasan collum dan corpus ossis femoris. Pada facies anteriornya melekat
m.gluteus minimus. Pada permukaan lateral melekat m.gluteus medius. Pada sisi
medial dari trochanter major terdapat fossa trochanterica, tempat melekat
m.obturator externus
Trochanter major berada 10 cm di sebelah caudal dari crista iliaca, dan dapat
dipalpasi pada sisi lateral tungkai. Pada posisi berdiri trochanter major berada pada
bidang horozontal yang sama dengan tuberculum pubicum, caput femoris dan ujung
os coccygeus.
Trochanter minor merupakan suatu tonjolan berbentuk bundar (konus), terletak
mengarah ke medial dan berada di bagian postero-medial perbatasan collum dengan
corpus ossis femoris. Di antara trochanter minor dan trochanter major, pada
permukaan posterior terdapat crista intertrochanterica, tempat melekat m.quadratus
femoris.
Corpus ossis femoris melengkung ke ventral, membentuk sudut sebesar 10 derajat
dengan garis vertical yang ditarik melalui caput femoris, garis tersebut merupakan
axis longitudinalis dari articulatio coxae. Axis longitudinalis dari corpus ossis
femoris dengan axislongitudianlis dari collum ossis femoris membentuk sudut
inklinasi, yang bervariasi menurut usia dan sex. Apabila sudut inklinasi mengecil
maka kondisi ini dinamakan coxa valga.
Bentuk corpus ossis femoris di bagian proximal bulat dan makin ke distal menjadi
agak pipih dalam arah anterior-posterior. Pada facaies dorsalis terdapat linea aspera,
yang terdiri atas labium laterale dan labium mediale. Ke arah superior labium
laterale membentuk tuberositas glutea dan labium medial menjadi linea pectinea
sampai pada trochanter minor. Ke arah inferior labium laterale berakhir pada
epicondylus lateralis dari labium mediale mencapai epicondylus medialis femoris.
Di antara kedua ujung distal labimu laterale dan labium mediale terdapat planum
popliteum. Pada linea aspera melekat mm.adductores, m.vastus medialis, m.vastus
lateralis dan caput breve m.biceps femoris.
Ujung distal corpus ossis femoris membentuk dua buah tonjolan yang
melengkung, disebut condylus medialis dan condylus lateralis. Daerah di antara
kedua condylus itu, di bagian posterior dan caudal disebut fossa intercondyloidea. Di
bagian ventral, kedua condylus tersebut membentuk facies patellaris, yang dibagi
oleh sebuah alur menjadi dua bagian yang tidak sama besar, pars lateralis lebih besar
dan kurang menonjol dibandingkan dengan pars medialis. Pars latralis mengadakan
persendiaan dengan facies articularis lateralis patellae. Facies medialis lebih kecil
dan lebih menonjol ke distal, mengadakan persendiaan dengan facies articularis
patellae.
Bagian distal condylus lateralis secara relatif lebih besar dan terjal, sedangkan
condylus medialis lebih kecil dan melengkung. Facies medial dari condylus medialis
femoris konveks dan kasar, dan bagian yang paling menonjol disebut epicondylus
medialis.
Bagian yang paling menonjol pada facies lateralis condylus lateralis femoriss
disebut epicondylus lateralis femoris, bentuknya lebih kecil daripada yang medial
ii. Patella
Adalah sebuah os sesomoidea, ukuran kira-kira 5 cm, berbentuk segitiga, berada
di dalam tendo (bertumbuh di dalam tendo) m.quadriceps femoris. Dalam keadaan
otot relaksasi, maka patella dapat digerakkan ke samping, sedikit ke cranial dan ke
caudal.
Mempunyai facies anterior dari facies articularis; facies articularis lateralis
bentuknya lebih besar daripada facies articularis medialis.
Margo superior atau basis patellae berada di bagian proximal dan apex patellae
berada di bagian distal. Marga medialis dan margo lateralis bertemu membentuk
apex patellae
iii. Tibia
Sebuah os longum, mempunyai corpus, ujung proximal dan ujung distal, berada
di sisi medial dan anterior dari crus. Pada posisi berdiri, tibia meneruskan gaya berat
badan menuju ke pedis.
Ujung proximal lebar, mengadakan persendian dengan os femur membentuk
articulatio genu, membentuk condylus medialis dan condylus lateralis tibiae, facies
proximalis membentuk facies articularis superior, bentuk besar, oval, permukaan
licin.
Facies articularis ini dibagi menjadi dua bagian, dari anterior ke posterior, oleh fossa
intercondyloidea anterior, eminentia intercondyloidea dan fossa intercondyloidea
posterior. Fossa intercondyloidea anterior mempunyai bentuk yang lebih besar
daripada fossa intercondyloidea posterior. Tepi eminentia intercondyloidea
membentuk tuberculum intercondylare mediale dan tuberculum intercondylare
laterale. Eminentia epicondylaris bervariasi dalam bentuk dan sering juga absen.
Facies articularis dari condylus medialis berbentuk oval, sedangkan facies
articularis condylus lateralis hampir bundar. Condylus lateralis lebih menonjol
daripada condylus medialis. Pada facies inferior dari permukaan dorsalnya terdapat
facies articularis, berbentuk lingkaran, dinamakan facies facies articularis fibularis,
mengadakan persendian dengan capitulum fibulae. Di sebelah inferior daro condylus
tibiae terdapat tonjolan ke arah anterior, disebut tuberositas tibiae. Di bagian
distalnya melekat ligamnetum patellae.
Corpus tibiae mempunyai tiga buah permukaan, yaitu (1) facies medialis, (2)
facies lateralis dan (3) facies posterior. Mempunyai tiga buah tepi, yaitu (1) margo
anterior, (2) margo medialis dan (3) margo interosseus.
Fossa medialis datar, agak konveks, ditutupi langsung kulit dan dapat dipalpasi
secara keseluruhan. Facies lateralis konkaf, ditempati oleh banyak otot. Bagian
distalnya menjadi konveks, berputar ke arah ventral, melanjutkan diri menjadi
bagian ventral ujung distal tibia. Facies posterior berada di antara margo medialis
dan margo interosseus. Pada sepertiga bagian proximal terdapat linea poplitea, suatu
garis yang oblique dari facies articularis menuju ke margo medialis.
Margo anterior disebut crista anterior, sangat menonjol, di bagian proximal mulai
dari tepi lateral tuberositas tibiae, dan di bagian distal menjadi tepi anterior dari
malleolus medialis.
Margo medialis, mulai dari bagian dorsal condylus medialis sampai ke bagian
posterior malleolus medialis.
Margo interosseus mempunyai bentuk yang lebih tegas daripada margo medialis,
tempat melekat membrana interossea. Di bagian proximal mulai pada condylus
lateralis sampai di apex incisura fibularis tibiae membentuk bifurcatio.
Ujung distal tibia membentuk malleolus medialis. Malleolus medialis
mempunyaii facies superior, anterior, posterior, medial, lateral dan inferior. Pada
facies posterior terdapat sulcus malleolaris, dilalui oleh tendo m.tibialis posterior dan
m.flexor digitorum longus. Pada permukaan lateral terdapat incisura fibularis yang
membentuk persendian dengan ujung distal fibula.
Facies articularis inferior pada ujung distal tibia membentuk persendian dengan
facies anterior corpus tali..
iv. Fibula
Terletak di bagian lateral crus, sejajar dengan tibia, hampir sepanjang denga tibia.
Di bagian proximal membentuk persendian dengan tibia dan di bagian distal dengan
os talus. Bagian intermedia difiksasi oleh membrana interossea pada tibia,
membentuk suatu syndesmosis. Fibula tidak menampung gaya berat badan, dan
karena bagian medial ditutupi oleh otot-otot, maka hanya ujung-ujungnya saja yang
dapat dipalpasi. Fibula terdiri dari corpus, ujung proximalis dan ujung distal.
Ujung proximalis disebut capitulum fibulae, membentuk persendian dengan
ujung proximal bagian posterior tibia, disebut articulatio tibiofibularis proximalis,
dapat dipalpasi di caudalis condylus lateralis tibiae, di bagian posteriornya.
Capitulum fibulae terletak setinggi dengan tuberositas tibiae. Pada bagian medial di
ujung capitulum fibulae terdapat facies articularis, yang membentuk persendian
dengan condylus laterlis tibiae. Permukaan persendiaa ini menghadap ke arah
ventro-cranio-medial. Facies lateralis capitulum fibulaea kasar, tempat melekat
m.biceps femoris dan ligamentum collaterale. Dari facies latero-posterior terdapat
tonjolan yang menjulang ke cranial, disebut apex capitis fibulae (=processus
styloideus).
Corpus fibulae pada 3/4 bagian proximal mempunyai tiga margo atau crista, yaitu
(1) margo anterior, (2) margo interosseus, (3) margo posterior. Corpus fibulae
mempunyai tiga facies, sebagai berikut : (1) facies lateralis, (2) facies medialis dan
(3) facies posterior.
Margo anterior lebih menonjol daripada margo lainnya, dan dimulai dari apex
capitis fibulae, tempat melekat septum intermusculare. Margo posterior meluas
mulai dari apex capitis fibulae menuju ke caudo-medial mencapai permukaan
posterior malleolus lateralis.
Facies lateralis berada di antara margo anterior dan margo superior, tempat
melekat m.peroneus longus dan m.peroneus brevis. Facies medialis berada di antara
margo anterior dan margo interosseus tempat perlekatan m.extensor digitorum
longus, m.extensor hallucis longus dan m.peroneus tertius. Facies posterior berada di
antara margo posterior dan margo interosseus, tempat melekat m.soleus, m.flexor
hallucis longus dan m.tibialis posterior.
Malleolus lateralis mempunyai permukaan medialis yang berbentuk segitiga,
halus dan mengadakan persendian dengan os tatus. Malleolus lateralis lebih
menonjol daripada malleolus medialis, terletak lebih ke posterior, dan kira-kira 1 cm
lebih ke distal. Pada facies medialis terdapat facies articularis malleoli, yang
mengadakan persendian dengan os talus, dan bagian superiornya membentuk
articulus dengan tibia. Pada permukaan medialis, disebelah posterior facies
articularis terdapat fossa malleoli lateralis. Pada facies posterior terdapat sulcus
malleolaris (= sulcus tendinis mm. Peronaeorum)
v. Ossa tarsi
Terdiri dari 7 tulang yaitu talus, calcaneus, os naviculare, os cuneiforme mediale, os
cuneiforme intermedium, os cuneiforma lateralis dan os coboideum.
a) Talus
Bagian posteriornya bedar, disebut corpus tali, bagian anterior kecil yang
disebut caput tali dan di antaranya terdapat collum tali. Caput tali mengarah ke
medialis.
Facies superior corpus talli membentuk facies articularis, berbentuk konveks
ke arah anterior-posterior, dan konkaf pada sisi-sisinya. Facies articularis tersebut
kecil di bagian posterior dan besar di abgian anterior, membentuk persendian
dengan ujung distalis tibia. Facies superior berlanjut ke sisi medial dan
mengadakan persendian dengan malleolus medialis, ke arah lateral membentuk
articulus dengan malleouls lateralis. Fadies articularis tersebut disebut trochlea
tali. Pada facies posterior corpus terdapt tonjolan yang disebut processus posterior
tali, yang dipisahkan oleh sulcus m.flexoris hallucis longi menjadi dua bagian,
yaitu tuberculum mediale dan tuberculum lateralis tali.
Caput tali ke arah anterior membentuk facies articularis navicularis, yang
bmembentuk articulus dengan os naviculare. Berdekatan dengan facies articularis
tersebut pada facies inferior caput tali terdapat facies articularis calcanea antrior
dan facies articularis calcanea media, yang mengadakan persendian dengan
calcaneus. Pada facies inferior, di antara facies articularis calcanea posterior dan
facies articularis anterior et media terdapat sulcus tali
b) Os calcaneus
Adalah tulang yang terbesar dari semua assa tarsi. Bagian posterior-inferior
disebut tuber calcanei, yang membentuk tumit. Permukaan posterior kasar, tempat
melekat tendo calcaneus. Facies inferior membentuk processus medialis dan
apraocessus lateralis yang bertumpu pada lantai.
Facies anterior mengadakan persendian dengan os cuboideum melalui facies
articularis cuboidei.
Pada facies medialis terdapat sebuah tonjolan yang disebut sustentaculum tali.
Pada facies superior sustentaculum tali terdapat facies articularis talaris media,
yang mengadakan persendian dengan facies articularis calcanea media tali yang
terdapat pada facies inferior caput tali. Pada faacies inferior sustentaculum tali
terdapat sulcus m.flexor hallucis longi.
Pada facies superior calcaneus, di bagian pertengahan, terdapat facies
articularis talaris posterior, yang besar, oval, konveks, mempunyai axis panjang
yang mengarah ke antero lateral, membentuk persendian dengan facies articularis
calcanea posterior, di antara facies articularis posterior dengan facies articularis
mesia terdapat sulcus calcanei. Sulcus tali dan sulcus calcanei bersama-sama
membentuk sinus tarsi. Di sebelah anterior dari facies articularis media terdapat
facies articularis talaris anterior, yang mengadakan persendian dengan facies
articularis calcanea anterior tali.
Pada facies lateralis, di bagian anterior calcaneus, terdapat processus
trochlearis, yang memisahkan tendo m.peroneus longus daripada tendo
m.peroneus brevis
c) Os naviculare
Terletak di sebelah anterior caput tali. Permukaan posteriornya membentuk
facies articularis yang konkaf, mengadakan articulus dengan caput tali ;
permukaan anteriornya membentuk facies articularis yang konveks dan
mengadakan persendian dengan os cuneiforme I – II – III. Facies lateralis agak
sempit dan membentuk facies articularis untuk bertemu dengan os cuboideum.
Pada sisi medial terdapat tuberositas ossis navicularis, yang dapat dipalpasi 3
cm di sebelah caudo-anterior dari malleolus medialis.
d) Os cuboideum
Terletak pada sisi lateral pedis, mengadakan persendian di bagian dorsal
dengan calcaneus, di bagian medial dengan os cuneiforme lateralis, dan di bagian
anterior dengan os metatarsale IV dan V.
Pada facies inferior terdapat tuberositas ossis cuboidei, dan di sebelah anterior
terdapat sulcus tendinis m.peronaeai longi. Pada permukaan inferior tersebut
melekat m.flexor hallucis brevis
e) Os cuneiforma
Terdiri dari : (1) os cuneiforme mediale , (2) os cuneifoemr intermedium dan
(3) os cuneiforme laterale . Ossa cuneiforme di bagian posterior membentuk
articulus dengan os naviculare dan os cuboidem, dan di bagian anterior
membentuk articulus dengan os metatarsale I,II dan III.
Os cuneiforme I (mediale) lebih besar daripada kedua ossa cuneiforme
lainnya, dan os cuneiforme II (intermedia) adalah yang terkecil. Os cuneiforme
III (laterale) membentuk persendian dengan os cuboideum. Pada os cuneiforme
mediale melekat tendo m.peronaeus dengan os cuboideum. Pada os cuneiforme
mediale melekat tendo m.peronaeus longus dan m.tibialis anterior. Tendo
m.tibialis possterior melekat pada ketiga ossa cuneiformia, os cuboideum dan
ossa metatarsalia II, III, IV dan V
f) Ossa metatarsi
Ada lima buah ossa metetarsi, masing-masing mempunyai caput metatarsale,
caput metatarsale dan basis metatarsalis. Basis ossa metatarsalis I, II dan III
mengadakan persendian dengan ossa cuneiformia. Basis ossis metatarsi IV dan V
membentuk persendian dengan os cuboideum. Caput ossis metatarsalis I, II, III
dan IV mengadakan araticulus dengan basisi ossis phalangis proximalis.
Os metatarsale I mempunyai bentuk yang lebih besar dan lebih kokoh daripada
ossa metatarsi lainnya. Di bagian inferior caput ossis metatarsalis I terdapat sua
buah ossa sesamoidea, yang berada di dalam tendo m.flexor hallucis brevis.
Basis ossis metatarsalis V membentuk tuberositas ossis metatarsalis V, yang
menonjol ke arah lateral
g) Ossa digitorum (Phalanges)
Setiap os phalanx mempunyai basis phalangis, corpus phalangis dan caput
phalangis. Jari pertama hanya mempunyai dua buah ossa phalanges, sedangkan
jari-jari lainnya mempunyai tiga buah ossa phalanges. Os phalanx jari I lebih
besar dari semua ossa phalanges yang ada. Basis ossis phalanges mengadakan
persendian dengan caput ossis metatarsalis.
1. Articulatio et ligamenta, struktur penyusun, tipe, dan gerakan
Articulatio Penyusun Tipe Gerakan Struktur
penguat
Articulatio coxae Acetabulum dan
caput femoris
spheroidea flexi, extensi,
abduksi,
adduksi,
endorotasi,
Lig.
Iliofemorale, lig.
Pubofemorale,
lig.
ekxorotasi. Ischiofemorale,
lig. Transversum
acetabuli, lig.
Capitis femoris.
Articulatio sacroiliaca Facies
auricularis ossis
sacri dan facies
auricularis ossis
illii
amphiarthrosis terbatas Lig.
Sacroiliacum
anterior, lig.
Sacroiliacum
posterior longus,
lig. Sacroiliacum
posterior brevis,
lig. iliolumbale
Symphysis ossium pubis Hubungan
antara dua os
pubis
Synchondrosis
dengan discus
interpubicus
- Lig. Pubicum
superius, lig
arcuatum
pubicus, discus
interpubicus.
Articulatio genu, terdiri
dari:
- Articulatio femoro
patellaris
Condyles
femoris laterale
et mediale,
condyles tibia
laterale et
mediale,
meniscus
laterale et
mediale, patella.
gynglimus Flexi, extensi,
eksorotasi, dan
endorotasi
Lig. Collaterale
laterale et
mediale, lig.
Transversum
genu, lig.
Crusiatum
anterius et
posterius, lig.
patella
- Articulatio menisco
femoralis
- Articulatio menisco
tibialis
Articulatio
tibiofibularis proximal
Facies
articularis
fibularis os tibia
dan Facies
articularis
amphiarthrosis terbata Lig. capitis
fibulae anterior
et posterior
capitis fibulae
Articulatio
tibiofibularis distalis
Incisura
fibularis os tibia
dan facies
articularis
malleoli fibulae
Syndesmosis
fibrosa
- Lig.
tibiofibularis
anterior et
posterior
Articulatio talocruralis facies articularis
inferior os tibia,
facies articularis
malleoli
medialis et
lateralis fibulae,
trochlea tali os
talus.
Morfologi:
Trochlearis,
Fngsional:
Gynglimus
Flexi plantar,
felxi dorsal
Lig. mediale:
Pars.
Tibiofibularis
anterior et
posterior,
Pars.
tibiocalcanea,
Pars.
tibionaviculare.
Lig. laterale :
Lig.
calcaneofibulare,
lig. talofibulare
anterius et
posterius
Articulatio
talocalcaneonavicularis
Os. Talus, os.
Calcaneus, os.
naviculare
Throcoidea Supinasi,
pronasi
-
Articulatio
cuneonavicularis
Os. Cuneiforme,
dan os
cuneiforme
Throcoidea Supinasi,
Pronasi
-
Articulatio
tarsometatarsales
(Lineamputationes
lisfranc)
Ossa
cuneiforme, os
cuboidea,
dengan ossa
tarsalia
- - -
Articulatio
metatarsophalangeales
Capu tarsale
dengan bais
spheroidea Flexi, extensi -
phalanges
Articulatio
interphalangeales
Caput tarsale
dengan bais
phalanges
gynglimus Flexi-extensi -
Systema vascularisasi extremitas inferior
1) Arteria
- Regio glutea: a. glutea superior melalui foraen suprapiriforme dan a. glutea inferior
cabang a. hypogastrica melalui foramen infrapiriforme.
- a. iliaca externa a. femoralis a. popltea (pada fossa poplitea) a. tibialis
- a. tibialis anterior (depan) vaskularisasi bagian dorsal kaki,
menjadi a. dorsalis pedis.
-
a, tibialis posterior (belakang) a. plantaris pedis
- Di regio femur: a. femoralis Bagian superficial : a. cutaneous (di sekitar
kulit)
Bagian profunda: a. profunda (bagian dalam)
2) Vena
- Vena berjalan mengikuti arteri penamaannya
- Bagian Profunda: v. iliaca externa v. femoralis v. popliteal v. tibialis
- Bagian Superficial: Medial: v. saphena magna bermuara pada v.
femoralis
Lateral: v. saphena parva bermuara pada v.
femoralis.
Musculus pada ekstremitas inferior dibagi menjadi empat region yaitu: regio gluteus, regio
femur, regio cruris, dan regio pedis et digitotum pedis.
1. Regio glutealis
Bentuk regio ini ditentukan terutama oleh m. gluteus maximus dan paniculus adiposus
a. tibialis
Batas regio glutealis adalah sebagai berikut:
a. Cranial : crista iliaca
b. Caudal : sulcus glutealis
c. Medial : origo m. gluteus maximus
d. Ventral : garis dari spina iliaca anterior superior ke trochanter major
Otot-otot yang berada pada regio glutealis adalah:
Tabel Otot yang berada pada Regio Glutealis
Otot Origo Insertio Inervasi Fungsi
Lamina Superficialis
M. gluteus
maximus
Permukaan luar
ilium, sacrum,
coccyx, lig.
sacrotuberale
Tract.
Ilitibatibialis &
tuberositas
glutea femoris
N. gluteus
inferior
Retroflexi,
abduction,
adduction,
exorotasi artic.
coxae
M. gluteus
medius
Permukaan luar
ilium
Trochanter
major femoris
N. gluteus
superior
Abduction,
anteflexi,
retroflexi, endo et
exorotasi artic.
coxae
Lamina Profunda
M. gluteus
minimus
Permukaan luar
ilium
Trochanter
major femoris
N. gluteus
superior
Abduction,
anteflexi,
endorotasi artic.
coxae
M. tensor
fasciae latae
Crista iliaca Tractus
iliotibialis
N. gluteus
superior
Abduction,
anteflexi,
endorotasi artic.
coxae dan extensi
exorotasi artic.
Genu
M. piriformis Facies pelvina
ossis sacri, latal
Trochanter
major femoris
R. antor
N. sacralis I, II
Retroflexi,
abduction,
for sacrale
pelvinum II-IV
exorotasi, artic.
coxae
M. rotator
trisepsDataran dalam
membrana
obturatoria Fossa
trochanteria
femoris
M. musculi ares
plexus sacralis
Retroflexi,
adduction,
exoratio artic.
coxae
M. obturator
int us
M. gemmelus
sup or
Spina ischadica
M. gemmelus
inf or
Tuber
ischiadicum
M. quadrates
femoris
Tuber
ischiadicum
Crista inter
trochanterica
N. lumbalis IV,
V dan N.
sacralis I
Adductio,
exorotation artic.
coxae
Fascia pada regio glutealis:
a. Otot-otot yang melekat pada regio glutea ditutupi oleh fascia glutea yang melekat
pada
- Cranial : crista iliaca
- Mediodorsal : os sacrum
b. Ke arah anterior menjadi apponeurosis glutealis
c. Ke arah caudal mengalami penebalan, yang akan membentuk sulcus glutealis,
tractus illiotibialis, dan fascia lata
d. Lamina profunda bersatu dengan capsula articularis articulation coxae dan caput m.
rectus femoris
2. Regio femur
Regio femoris dibatasi di sebelah:
a. Ventral proximal : ligamentum inguinale
b. Dorsal proximal : regio glutea
c. Distal : regio genu
Otot-otot yang berada pada regio femoris:
Tabel Otot yang berada pada Regio Femoris
Otot Origo Insertio Inervasi Fungsi
Regio Femur Anterior
M. quadriceps femoris
- M rectus femoris Caput lurus, spina
iliaca anterior
inferior, caput
refleksi, ilium di
atas acetabulum Patella
tuberculum
tibiae via lig.
patellae
N. femoralis
Extensi
articulation
genu
- M. vastus medialis Ujung atas dan
batang femur,
septum fascial
lateral dalam
- M. vastus lateralis
- M. vastus intermedius Facies anterior dan
lateral batang
femur
M. sartorius Spina iliaca
anterior superior
Fascies medial
atas batang tibia
N. femoralis Flexi,
endorotasi
articulation
genu
M. iliacus Fossa iliaca Trochanter
minor femoris
N. femoralis Adduction,
antiflexi,
exorotasi artic.
coxae
M. psoas Proc. Transversus,
corpus, discus
intervertebrali s. V.
Th XII – V. L. V
Trochanter
minor femoris
Flexus lumbalis Adduction,
antiflexi,
exorotasi artic.
coxae
M. pectineus Ramus superior
ossis pubis
Ujung atas linea
aspera batang
femur
N. femoralis Adduction,
antiflexi,
exorotasi artic
coxae
Regio Femur Medial
M. gracilis Ramus inferior Facies media N. obturatorius Adduction,
ossis pubis, ramus
ossis ischii
femoris bagian
atas
antiflexi,
exorotasi artic
coxae
M. adductor longus Corpus ossis pubis Facies posterior
femoris
N. obturatorius Adduction,
antiflexi,
exorotasi artic
coxae
M. adductor brevis Ramus inferior
ossis pubis
Facies posterior
femoris
N. obturatorius Adduction,
antiflexi,
exorotasi artic
coxae
M. adductor magnus Ramus inferior
ossis pubis, ramus
ossis ischii, tuber
ischiadicum
Facies posterior
femoris,
tuberculum
adductorium
femoris
Bag. Adductor
N. obturatorius
Bag. Hamstring:
n. Ischiadicum
Adduction,
antiflexi,
retroflexi
exorotasi
endorotasi artic
coxae
M. obturatorius
externus
Facies externa
membrane
obturatoria
Trochanter
major
N. obturatorius Adduction,
exorotasi artic.
coxae
Regio Femur Posterior (Hamstring muscle)
M. biceps femoris
- Caput longum Tuber ischiadicum
linea aspera
Caput fibulae N. tibialis
N. peroneus
communis
Flexi, exorotasi
artic. Genu- Caput breve
M. semitendinosus Tuber ischiadicum Facies medialis
tibiae bag. Atas
N. tibialis Flexi,
endorotasi artic.
genu
M. semimembranosus Tuber ischiadicum Condylus
medialis tibiae
N. tibialis Flexi,
endorotasi artic.
genu
Fascia pada regio femur:
a. Kearah ventral membungkus m. Sartorius kemudian terbagi menjadi 2 lamina:
- Lamina superficialis, melekat pada ligamentum inguinale sampai pada
tuberculum pubicum. Pada lamina superficialis setinggi fossa illiopectinea
terdapat lubang yang di sebut fossa ovalis (hiatus saphenus) dan tepi lateral dari
fossa ini menebal dan menyerupai sebilah sabit sehingga disebut margo
falciformis. Fossa ovalis ini ditutupi oleh fascia yang berlubang-lubang oleh
karena ditembus arteri, vena, nervus, dan vasa limfatika, sehingga fascia ini
disebut fascia cribrosa.
- Lamina profunda, melekat pada ligamentum illiopectinea sampai pada
eminentia iliopectinea melewati pecten ossis pubis, kemudian bersatu dengan
lamina superficialis pada tuberculum pubicum.
b. Kearah medial membungkus m. Gracilis
c. Membungkus m. quadriceps femoris, kemudian melekat pada labium laterale linea
aspera
d. Membungkus m. adductor magnus, kemudian melekat pada labium mediale linea
aspera
e. Kearah dorsal membungkus Hamstring muscle, kemudian melekat pada labium
laterale linea aspera
3. Regio cruris
Otot-otot pada regio cruris yaitu:
Tabel Otot yang berada pada Regio Cruris
Otot Origo Insertio Persarafan
Regio Cruris Anterior
M. tibialis anterior Facies lateralis tibiae,
membrana interossea
Cuneiforme mediale,
os metatarsale I
N. peroneus
profundus/
N. tibialis anterior
M. extensor
digitorum longus
Facies anterior
fibulae
Perluasan extensor
keempat jari kaki
yang lateral
N. peroneus
profundus
M. peroneus tertius Facies anterior
fibulae
Os metatarsale V N. peroneus
profundus
M. extensor hallucis Facies anterior Phalanx distalis N. peroneus
longus fibulae hallux profundus
M. extensor
digitorum brevis
Calcaneus Tendo m. extensor
longus II-IV,
phalanx proximalis
hallux
N. peroneus
profundus
Regio Cruris Posterior
Kelompok Superficial
M. triceps surae
- M. gastrocnemius
caput laterale
Condylus lateralis
femorisFacies posterior
calcanei (melalui
tendo calcaneus /
Achilles)
N. tibialis
- M.
gactrocnemius
caput medial
Condylus medialis
femoris
- M. soleus Corpus tibiae et
fibulae
M. plantaris Crista
supracondylaris
lateralis femoris
Facies posterior
calcanei
N. tibialis
Kelompok
Profundus
M. popliteus Condylus lateralis
femoris
Facies posterior
corpus ossis tibiae
N. tibialis
M. flexor digitorum
longus
Facies posterior
corpus ossis tibiae
Phalanges distales
keempat jari kaki
lateral
N. tibialis
M. flexor hallucis
longus
Facies posterior
corpus ossis tibiae
Phalanx distalis
hallux
N. tibialis
M. tibialis posterior Facies posterior
corpus ossis tibiae
Tuberositas ossis
naviculare
N. tibialis
Kelompok Lateral
M. peroneus longus Facies lateralis
corpus ossis tibiae
Bassis ossis
metatarsal I dan
cuneiforme mediale
N. peroneus
superficialis
M. peroneus brevis Facies lateralis Bassis ossis N. peroneus
corpus ossis tibae metatarsal V superficialis
Fascia pada regio Cruris yaitu:
a. Merupakan lanjutan ke caudal dari fascia lata
b. Fascia cruris anterior
- Membungkus otot regio cruris anterior
- Kearah medial melekat pada os tibia dan kearah lateral pada os fibula
- Dipisahkan dari otot-otot regio Cruris lateral oleh septum intermusculare cruris
anterior
- Membentuk kompartemen anterior dan lateral
c. Fascia cruris posterior
- Terbagi menjadi 2 lapisan yaitu lamina superficialis yang membungkus m.
triceps surae dan plantaris; serta lamina profunda membungkus otot-otot regio
cruris posterior lamina profunda
- Membentuk kompartemen posterior: pars superficialis dan kompartemen
posterior pars profunda
- Dipisahkan dengan kompartemen anterior oleh membrane interossea cruris
- Dipisahkan dengan kompartemen lateral oleh septum intermusculare cruris
posterior
d. Membrana interossea cruris adalah membran tipis dan kuat yang menghubungkan
tepian interossea tibia dan fibula. Terdapat 2 lubang yaitu:
- Lubang besar pada bagian atas, tempat masuknya arteri/vena tibialis anterior ke
ruang anterior cruris
- Lubang kecil pada bagian bawah, tempat masukna r. perforans a. peronea ke
dalam ruang anterior
4. Regio pedis et digitotum pedis
Otot-otot pada regio pedis et digitotum pedis:
Tabel Otot yang berada pada Regio Pedis et Digitotum Pedis
Otot Inervasi Lapisan
Otot pada Plantaris Pedis
Kelompok eminentia plantaris pedis
M. flexor digitorum breveis N plantaris medialis Pertama
M. quadrates plantae N plantaris lateralis Kedua
Kelompok eminentia plantaris lateralis
M. abductor digiti minimi N. plantaris lateralis Pertama
M. flexor digiti minimi
brevis
N. plantaris medialis Ketiga
M. opponents digiti minimi N. plantaris medialis (Variasi)
Kelompok eminentia plantaris medialis
M. abductor hallucis N. plantaris medialis Pertama
M. flexor hallucis brevis N. plantaris medialis Ketiga
M. adductor hallucia N. plantaris lateralis Ketiga
Otot pada Dorsalis Pedis
M. extensor digitorum
brevis
N. fibularis profundus
M. extensor hallucis brevis N. fibularis profundus
M. interossea dorsales I-IV N. plantaris lateralis
Fascia pada regio ini:
a. Fascia profunda
Kulit telapak kaki tebal, tidak berambut, tidak punya kelenjar keringat dalam
jumlah yang besar. Ia terikat kuat dengan fascia dibawahnya, yang disebut fascia
profunda. Fascia ini menebal membentuk:
- Retinaculum flexorum, merupakan pita fascia profunda yang menebal dan
meluas dari malleolus medialis turun ke bawah dan belakang untuk melekat
pada permukaan medial calcaneus
- Reticulum extensorum superius et inferius
- Reticulum peroneorum superius et inferius
- Apponeurosis plantaris, berbentuk segitiga dan menempati daerah sentral
telapak kaki. Fungsinya adalah sebagai tempat perlekatan kulit diatasnya,
melindungi pembuluh darah, saraf, dan tendo, serta selubung synovial
dibawahnya dan membantu pertahanan arcus pedis
b. Fascia dorsalis pedis
Kulit pada dorsum pedis itu tipis, berambut, dan dapat digerakkan secara bebas
terhadap tendo dan tulang dibawahnya.
Topologi Ekstremitas Inferior
1. Trigonum Femorale
Trigonum ini terdapat di regio Femoris anterior.
Batasnya adalah sebagai berikut::
a. Proximal : Ligamentum inguinale
b. Medial : M. Gracilis
c. Lateral : M. Sartorius
d. Atap : Fascia lata dan fascia cribrosa
e. Dasar : M. Ilipsoas, M. pectineus, M. adductor longus
Pada trigonum ini dapat dijumpai fossa ovalis atau hiatus saphenus
2. Fossa Ovalis atau Hiatus Saphenus
Fossa ovalis terletak di superomedial dalam regio Femoris anterior. Ukuran
diameternya kira-kira 4 cm dan ditutupi oleh fascia cribrosa, yaitu fascia yang
berlubang-lubang karena ditembus oleh:
a. a/v pudenda externa
b. v. saphena magna
c. vasa lymphatica
d. fossa iliopectinea
Fossa ovalis ini dibatasi oleh:
a. Medial : M. pectineus
b. Lateral : M. iliopsoas
c. Proximal : Pectin ossis pubis
3. Canalis Adductorius
Merupakan pelanjutan dari fossa iliopectinea ke distal. Terletak di sepertiga tengah
regio Femoris. Canalis Adductorius dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Sebelah proksimal sebagai pars muscularis, dibatasi oleh:
- Lateral : M. vastus medialis
- Medial : M. adductor longus
- Ventral : M. sartorius
b. Sebelah distal sebagai pars membranacea, dibatasi oleh:
- Lateral : M. vastus medialis
- Medial : M. adductor magnus
- Ventral : membrane vasto adductoria
Canalis adductorius ini akan bermuara ke dalam fossa poplitea melalui hiatus
adductorius
4. Fossa Poplitea
Fossa Poplitea terdapat di regio genu posterior, pada ujung distal femur dan ujung
proximal tibia. Fossa poplitea ini berbentuk belah ketupat dengan batas-batasnya:
a. Proximal medial : m. semimembranosus dan m. semitendinosus
b. Proximal lateral : m. biceps femoris
c. Distal lateral : caput laterale m. gastrocnemius dan m. plantaris
d. Distal medial : caput mediale m. gastrocnemius
e. Dasar : planum popliteum femoris, m. popliteus, capsula
f. Atap : fascia poplitea lanjutan ke distal dari fascia lata
Isi dari Fossa Poplitea yaitu:
a. a/v poplitea
b. v. saphena parva
c. v. cutaneus femoris posterior
d. nodus lymphaticus popliteus
e. sebagian n. obturatorius
f. n. ischiadicus atau cabangnya (n. tibialis dan n. peroneus communis)
g. jaringan lemak
5. Pers Anserina
Merupakan persatuan dari 3 tendo yang terdiri dari:
a. M. sartorius
b. M. gracilis
c. M. semitendinosus
6. Tendo Achiles
Adalah persatuan dari tendo m. gastrocnemius dengan m. soleus. Tendo achiles
melekat di tuber calcanei dan biasanya diketuk untuk mengetahui refleks calcanei
berupa refleks fisiologis.
7. Linea amputations chopart
Sama dengan articulation tarsi transversa
8. Linea amputations lisfranc
Sama dengan articulation tarsometatarsales
9. Canalis tarsi
Merupakan suatu saluran yang terdapat di bagian bawah dari os talus dan bagian atas
dari os calcaneus. Dibentuk oleh sinus tali et sinus calcanei. Saluran ini akan
memisahkan articulation subtalaris di belakang dan articulation talocalcaneo
navicularis di depan.
Canalis tarsi dilalui oleh:
a. Tendo m. tibialis posterior
b. Tendo m. flexor digitorum longus
c. Tendo m. flexor hallucis longus
d. a/v tibialis posterior
e. n. tibialis
Canalis tarsi merupakan kelanjutan ke arah distal dari rongga retromalleolaris
medialis yang ditutupi oleh retinaculum musculorum flexorum dan dilalui tendo m.
peronei.
Canalis tarpi berjalan miring ke depan dan lateral dengan luas bertambah pada ujung
anterolateral dan membentuk sinus tarsi. Sinus tersebut berisi pembuluh darah, lemak,
dan ligamentum.
10. Drop foot
Terjadinya drop foot akibat kelumpuhan n. peroneus profundus
11. Genu valgum dan genu varum
Lurus tidaknya articulation genu bergantung pada perkembangan articulation ini
a. Genu valvum
Garis berat tubuh melalui condylus femoris lateralis dan capitulum fibulae
Keadaan ini menyebabkan
- Ligamentum colaterale mediale tegang
- Tekanan terutama meniscus lateralis
- Rongga sendi luas pada sisi medial
- Endorotatio luas dapat dilakukan
b. Genu varum
Keadaannya berbalikan dengan genu valgum
c. Genu rectum
Keadaan normal dari articulation genu. Pada genu rectum, garis berat melalui:
- Pertengahan caput femoris
- Pertengahan articulation genu
- Pertengahan calcaneus
12. Talipes atau pes
Talipes atau pes mempunyai 4 bentuk yaitu:
a. Talipes equines
Yaitu kaki tetap dalam keadaan flexi plantair
b. Talipes calcaneus
Adalah kaki tetap dalam keadaan dorsoflexi
c. Talipes varus
Yaitu kaki tetap dalam keadaan inervasi. Hal ini karena paralysis otot supinator
kaki
- M. peronei
- M extensor digitomim longus
- M extensor hallucis longus
d. Talipes valgus
Yaitu kaki tetap dalam keadaan inversi. Hal ini terjadi karena adanya paralysis otot
pronatores kaki:
- M triceps surae
- M tibialis posterior
- M flexor hallucis longus
- M flexor digitonim longus
- M tinialis anterior
Selain talipes di atas, sebutan untuk keadaan kaki yang normal disebut talipes
rectus, dimana garis berat tungkai melalui bagian tengah os calcaneus sampai
permukaan bawah. Malleolus lateralis lebih rendah daripada malleolus medialis.
Talipes planus adalah suatu keadaan dimana lengkung medialis kaki datar/rendah,
sehingga bagian medialis plantaris pedis memberikan bekas pada lantai. Talipes
planus terjadi karena melemahnya m. tibialis posterior dan ligamentum
calcaneonaviculare.
BIOKIMIA
BIOKIMIA OTOT
A. OTOT MENGUBAH ENERGI KIMIA MENJADI ENERGI MEKANIS
Otot adalah transducer (mesin) biokimia utama yang mengubah energi potensial
(kimiawi) menjadi energi kinetik (mekanis). Otot, jaringan tunggal terbesar di tubuh
manusia membentuk sekitar 25% massa tubuh saat lahir, lebih dari 40% pada orang
dewasa muda dan sedikit lebih kecil 30% pada usia lanjut.
Otot lurik terdiri dari sel-sel serabut otot multinukleus yang di kelilingi oleh
membran plasma yang dapat tereksitasi oleh listrik,yaitu sarkolema. Sel serabut
individual yang panjangnya dapat menyamai panjang keseluruhan otot, mengandung
banyak berkas miofibril yang tersusun sejajar yang terbenam dalam cairan intrasel yang
di sebutsarkoplasma. Di dalam cairan ini terdapat glikogen,senyawa berenergi tinggi,
ATP dan fosfokreatin, serta enzim-enzim glikolilsis.
Miofibril otot rangka mengandung filamen tebal dan tipis. Filamen tebal
mengandung miosin. Filamin tipis mengandung aktin, tropomiosin, dan kompleks
troponin (troponin T,I, dan C). Model jembatan-silang filamen geser adalah dasar dari
pandangan terkini tentang kontraksi otot. Dasar dari model-model ini adalah bahwa
filamen-filamen yang saling tumpang tindih bergeser satu sama lain sewaktu otot
berkontraksi dan jembatan silang antara miosin dan aktin menghasilkan dan
mempertahankan ketegangan otot.
B. AKTIN DAN MIOSIN MERUPAKAN PROTEIN UTAMA OTOT
Monomer G aktin membentuk 25% protein otot berdasarkan berat. Pada kekuatan
ionik fisiologis dan dengan keberadaan Mg2+,G aktin mengalami polimerisasi secara
nonkovalen untuk membentuk filamen heliks ganda tak larut yang disebut F aktin. Serabut
F aktin memiliki tebal 6-7nm dan memiliki puncak dan struktur berulang setiap 35,5
Miosin adalah suatu famili protein,dengan paling sedikit 12 kelas yang telah berhasil
diidentifikasi dalam genom manusia. Miosin I adalah suatu spesies monomer yang
berikatan dengan membran sel. Miosin I dapat berfungsi sebagai penghubung antara
mikrofilamen dan membran sel di lokasi tertentu. Miosin membentuk 55% protein otot
berdasarkan berat dan membentuk filamen tebal. Miosin II adalah heksamer asimetris
dengan massa molekol sekitar 460kDa.
Miosin merupakan protein otot yang paling besar jumlahnya yang terdiri atas 6 sub-
unit; yaitu 2 rantai berat dan 4 rantai ringan. Terdiri atas bagian globular dan bagian
fibrosa. Bagian globular mengandung enzim ATPase .
Bagaimana hidrolisis ATP menghasilkan gerakan yang dapat terlihat kasat mata?
Kontraksi otot pada hakikatnya terdiri dari perlekatan dan pembebasan siklik kepala S-1
miosin ke filamen F-aktin. Proses ini juga dapat disebut sebagai siklus penyusun dan
perombakan jembatan silang. Perlekatan aksin pada miosin juga diikuti perubahan
konformasi yang sangat penting di kepala S-1 dan bergantung pada nukleotida mana yang
tersedia (ADP atau ATP). Perubahan ini menghasilkan power stroke (kayuhan bertenaga),
yang mendorong pergerakan filamen aktin melewati filamen miosin. Energi unutk power
stroke pada akhirnay dipasok oleh ATP yang dihidrolisis menjadi ADP dan P1. Namun,
kayuhan bertenaga itu sendiri terjadi karena perubahan konformasi di kepala miosim pada
saat ADP meninggalkannya.
ATP ATPase ADP + P1 + energi
Selain itu, bagian globular juga dapat berinteraksi dengan aktin. Apabila miosin
direaksikan dengan tripsin akan putus menjadi HMM dan LMM. HMM apabila
direaksiakan dengan PAPAIN akan putus menjadi HMMS-1 dan HMMS-2. Miosin HMM
dan HMMS-1 memiliki aktivitas ATP-ase dan masih dapat berinteraksi dengan aktin.
Apabila terjadi rangsangan, aktin G aktin F. Kemudian tropomiosim dan ketiga
troponin berinteraksi dengan aktin F. Interaksi aktin F, trompomiosin dan troponin
kemudian berinterksi dengan miosin Ca3+ kontraksi. Di dalam sel otot terdapat organel
subsel retikulum sarkoplasmik. Di dalam retikulum sarkoplasmik terdapat
protein kalsequestrin. Kalsequestrin merupakan ‘pool’ Ca2+ pada keadaan otot istirahat.
Ketika terjadi rangsangan, kalsequestrin melepaskan Ca2+, kemudian Ca2+ diikat oleh
troponin C sehingga terjadi kontraksi. Pada relaksasi, Ca2+ kembali diikat oleh
kalsequestrin dalam retikulum sarkoplasmik.
Nitrogen oksida adalah regulator otot polos vaskular. Hambatan pembentukannya
dari arginin menyebebkan peningkatan mendadak tekanan darah yang menunjukkan
bahwa regulasi tekanan darah salah satu dari banyak fungsinya.
C. DUA TIPE SERABUT OTOT
Otot rangka berfungsi dalam kondisi aerob (istirahat) maupun anaerob (misalnya lari
cepat), jadi baik glikolisis aerob maupun anaerob bekerja, bergantung pada kondisi. Otot
rangka mengandung mioglobulin untuk menyimpan oksigen.
Secara fungsional, otot rangka dibedakan atas dua tipe yaitu; (tipe 1) otot merah/
aerob dan (tipe2) otot putih/ anaerob. Contoh dari otot tipe I adalah pelari maraton dimana
sumber energi dari geerakan ototnya adalah glikolisis aerobik, siklis asam sitrat, dan
oksidasi asam lemak sangat penting pada fase-fase terakhir. Contoh dari tipe otot II adalah
pelari sprint dimana sember energi dari gerakan ototnya adalah ATP, kreatinin kinase dan
glikolisis anaerobik.
BIOKIMIA SENDI
Otot melekat pada 2 tulang yang terhubung oleh sendi. Beberapa komponen
penunjang tsendi, terdiri atas;
1. Tulang rawan hialin (kartilago hialin) adalah jaringan tulang rawan yang menutupi kedua
ujung tulang. Berguna untuk menjaga benturan Terdiri atas substansi rawan ; kondroitin
sulfat, sedikit protein, dan sedikit Ca2+. Rawan sendi ini dibuat oleh kondroblast/ kondrosit.
2. Kantung sendi (bursa articularis) di antara kedua rawan sendi.
Kantung ini berisi cairan sendi. Dalam cairan sendi terlarut glikosamino glikan, terutama
asam hialuraonat. Oleh karena sifat fisikokimia glikosamino glikan pada cairan sendi ini
membuat pergerakan tulang halus tanpa gesekan.
3. Ligamen (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat luar ujung tulang yang
saling membentuk persendian. Ligamentum juga berfungsi mencegah dislokasi.
4. Cairan sinovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi
SENDI
¢ Rawan Sendi
¢ Membran dan cairan sinovium
¢ Ligamentum dan kapsul sendi
¢ Meniskus
¢ Lubrikasi sendi (Pelumasan)
¢ Diskus intervertebralis
Rawan Sendi
Komposisi bagian rawan sendi adalah 80% air, 50% dari sisa komposisi matriks rawan sendi
adalah kolagen. Jenis Kolagen terbanyak adalah tipe II. Kolagen lainnya dalam jumlah kecil
dan berada di dalam matriks rawan sendi adalah kolagen tipe IV, V, IX, dan X. Kolagen tipe
IX berfungsi sebagai jangkar terhadap molekul proteoglikan (agrekan) Terdapat fibronektin,
ankhorin, khondronektin yang membantu mempertahankan integritas dan struktur rawan
sendi. Terdiri dari substansi rawan : kondroitin sulfat (g.a.g), sedikit protein & sedikit Ca++
Membran Dan Cairan Sinovium
Jaringan ikat vaskular dan melapisi sisi dalam dari kapsul sendi namun tidak menutupi rawan
sendi. Banyak pembuluh darah yang berperan dalam proses transfer dan transpor konstituen
darah ke ruang sinovium dan pembentukan cairan sinovium. Dalam cairan sendi terlarut
glikosaminoglikan, terutama asam hialuraonat. Sel sinovium akan mensintesis asam
hialuronat sebagai zat tambahan plasma dalam membentuk cairan sendi. Cairan sinovium
berwarna kuning pucat, jernih dan kental. Biasanya jumlah cairan ini sedikit berkisar antara
1-4 ml dan lebih sedikit lagi pada sendi-sendi kecil.
Ligamentum Dan Kapsul Sendi
Berperan dalam stabilisasi sendi. Secara umum strukturnya merupakan gelendong kolagen
(bersama-sama elastin merupakan protein terbanyak yaitu 90%) dan diantaranya dapat
dijumpai fibrosit.
Meniskus
Meniskus (lempeng firbokartilago) dijumpai pada sendi tertentu seperti sendi lutut,
sternoklavikular, radioulnar distal, dan akromioklavikular. Kandungannya sebagian besar
(70-78%) adalah air, bahan inorganik sekitar 3% dan bahan organik terbanyak berupa
kolagen tipe yaitu antara 60-90%.
Lubrikasi Sendi (Pelumasan)
Terdapat dua sistim lubrikasi yaitu sistim hidrostatik yang berperan pada tekanan besar dan
boundary system yang berperan pada tekanan rendah. Sistem Lubrikasi :
1. Sistem hidrostatik :
— Asam hialuronat memiliki peran utama. Memiliki karakteristik thixotropic yaitu akan
semakin mengental apabila alirannya semakin lambat
2. Boundary system :
— lubricating glycoprotein lain yang berperan. Pada tekanan tertentu air akan dirembeskan
keluar masuk ke dalam ruang sendi dan akan kembali setelah tekanan tersebut hilang.
BIOKIMIA TULANG
Tulangadalahstrukturhidup yang terususunoleh protein (zatorganik)dan mineral
(zatanorganik).Penyusunutamatulangadalah protein yang disebutkolagentipe I. Kolagentipe V
dankolagenlainnyamerupakanbagiankecilpadamatriks. Serta
zatanorganikkristalhidroksiapatityaituCa10(PO4)6(OH2), Na+, Mg2+, CO3- (karbonat), da F-
(fluorida). Hidroksiapatitmerupakanfaktor yang menentukankekuatantulang. (Trihapsari,
2009)
Dalamtubuhtulangmenyimpankalsiumdalamjumlah yang paling besardibandingkandengan
mineral-mineral lain. Kalsiumadalah mineral yang paling banyak di dalamtubuh.Kandungan
mineral dalamtulangdanjumlah total mineral dalamtubuhpadatulangdapatdilihatpadaGambar
1.
Gambar 1.Kandungan mineral dalamtulangdanjumlah total mineral dalamtubuhpadatulang
FISIOLOOGI
FISIOLOGI OTOT RANGKA
A. Struktur Otot Rangka
Otot adalah spesialis kontraksi pada tubuh. Otot rangka melekat ke tulang.
Kontraksi otot rangka menyebabkan tulang tempat otot tersebut melekat bergerak,
yang memungkinkan tubuh melaksanakan berbagai aktivitas motorik.
Otot rangka adalah organ peka-rangsang yang dipersarafi oleh saraf
motorik somatik dalam kesatuan yang disebut unit motorik (motor unit). Sebuah
sel otot rangka dikenal sebagai serat otot. Ciri struktural yang paling menonjol adalah
adanya banyaknya miofibril, miofibril terdiri dari filamen tebal yang susunannya
khusus dari protein myosin dan filamen tipis yang dibentuk oleh protein aktin.
Dibawah mikroskop cahaya, sebuah miofibril memperlihatkan pita-pita gelap
(pita A) dan terang (pita I). Pita A terdiri dari tumpukan filamen tebal bersama dengan
bagian dari filamen tipis yang tumpang tindih di kedua ujung filamen tebal. Filamen
tebal hanya ditemukan di pita A dan terentang di seluruh lebarnya. Daerah yang lebih
terang di dalam bagian tengah pita A, tempat filamen-filamen tipis tidak bertemu
dikenal sebagai Zona H. Pita I terdiri dari bagian filamen tipis sisanya yang tidak
menonjol ke pita A. Dibagian tengah setiap pita I yang memadat terlihat sebuah garis
Z vertical. Daerah antara dua garis Z disebut sarkomer, yang merupakan unit
fungsional otot rangka.
Gambar 1. Zona pada sarkomer
Molekul miosin adalah suatu protein yang terdiri daru dua subunit identik,
yang masing-masing berbentuk seperti tongkat (stick) golf. Ujung-ujung ekor protein
menjalin satu sama lain, dengan dua kepala globular menonjol di salah satu ujung
(cross bridge). Kepala-kepala ini membentuk jembatan silang antara filamen tebal dan
tipis. Pada daerah cross bridge ini disimpan ATP yang akan diubah menjadi energi
serta ADP + Pi saat berkontraksi.
Filamen tipis terdiri dari tiga protein : aktin, troponin, dan
tropomiosin. Molekul aktin merupakan struktur utama pada filamen tipis, setiap
molekul aktin memiliki tempat pengikatan khusus untuk melekat dengan jembatan
silang myosin. Molekul tropomiosin adalah protein berbentuk seperti benang yang
terletak disepanjang sisi alur spiral aktin bersambungan ujung ke ujung. Dalam posisi
ini molekul ini menutupi bagian-bagian aktin yang akan berikatan dengan jembatan
silang. Troponin adalah suatu kompleks protein yang terdiri dari tiga jenis unit
polipeptida:
Troponin I : berfungsi menghambat interaksi antara aktin dan miosin serta mengikat
tropomiosin.
Troponin T : berfungsi untuk mengikat tropomiosin
Troponin C: berfungsi untuk mengikat 4 molekul Calcium
Gambar 2. Struktur aktin dan miosin
Aktin memiliki permukaan yang dalam keadaan kontraksi akan berikatan
dengan miosin yaitu binding site.
Proses yang mendasari pemendekan elemen-elemen kontraktil di otot adalah
pergeseran filamen-filamen tipis pada filamen-filamen tebal. Lebar pita A tetap,
sedangkan garis-garis Z bergerak saling mendekat ketika otot berkontraksi dan saling
menjauh bila otot diregang.
Retikulum sarkoplasma adalah selubung yang mengelilingi setiap miofibril.
Terdiri dari dua selubung yaitu selubung lateralis (cisterna) dan selubung transversal
(Tubulus T). Kantung cisterna menyimpan banyak calcium didalamnya dan terkunci
oleh reseptor rianodin.
Sedangkan tubulus T memiliki reseptor dihidropiridin yang dapat membuka
reseptor rianodin agar melepaskan calciumnya. Perubahan potensial aksi yang
menuruni tubulus T akan mengaktifkan reseptor dihidropiridin pada tubulus T untuk
membuka reseptor rianodin pada cisterna sehingga calcium dapat dilepaskan.
Gambar 3. Struktur sarkolemma dan retikulum sarkoplasma otot
B. Mekanisme Kontraksi Otot
1. Otak membawa impuls perintah untuk bergerak berupa hormon asetilkolin.
2. Hormon asetilkolin berjalan sepanjang syaraf hingga sampai pada otot yang dituju
3. Asetilkolin bergerak sampai pada akson terminal. Untuk dapat keluar maka calcium
masuk melalui reseptor di akson terminal dan mengakibatkan perubahan potensial
sehingga asetilkolin dapat keluar. Untuk membatasi agar kontraksi tidak berlebihan
maka terdapat enzim asetilkolinesterase yang dapat memecah asetilkolin menjadi
asetat.
Gambar 4. Pelepasan Asetilkolin menuju sarkolemma
4. Setelah itu asetilkolin masuk ke sarkolemma dan terjadilah potensial aksi didalam
sarkolemma yang menghantarkan rangsangan sepanjang tubulus T menuju reseptor
dihidropiridin
5. Reseptor dihidropiridin membuka reseptor rianodin dapa cisterna sehingga calcium
dikeluarkan ke sitosol (Calcium influks)
6. Calcium ditangkap oleh troponin sehingga menarik tropomiosin untuk membuka
binding site aktin
7. Karena binding site terbuka maka miosin merespon seperti sebuah “magnet” yang
akan menempel dan memukul (power stroke) binding site aktin. Untuk dapat
melakukannya maka dibutuhkan energi yang berasal dari ATP.
8. Karena proses ini maka aktin akan tertarik menuju pusat sarkomer dan sarkomerpun
memendek akibat dari hasil pergerakan aktin.
9. Setelah selesai berkontraksi maka aktin harus melepaskan diri dari miosin. Hal ini
dibutuhkan ATP baru dari luar yang masuk kedalan cross bridge miosin
10. Setelah berhasil terlepas, aktin kembali ketempatnya dan juga calcium dikembalikan
lagi ke cisterna
Gambar 4. Proses power stroke
FISIOLOGI TULANG
Tulang berfungsi sebagai agen proteksi, lokomotor, dan homeostasis. Agen proteksi
berarti tulang berfungsi untuk melindungi organ-organ dalam. Sifat lokomotor sebagai
pergerakan, dan homeostasis yaitu agen penyeimbang (asam, basa, kadar mineral terutama
kalsium)
A. PROSES REMODELING TULANG
Setelah terjadi kerusakan tulang, maka tulang dengan sendirinya akan
melakukan proses osteointegrasi menstimulasi formasi tulang baru melalui modeling
dan remodeling. Modeling adalah proses awal yang meliputi perubahan awal
pembentukan tulang dan remodeling adalah suatu proses dimana terjadi pembuangan
tulang yang telah tua (resorpsi) dan penggantian dengan tulang yang baru dibentuk.
Proses osteointegrasi menstimulasi formasi tulang baru yang terjadi secara natural dan
selama penyembuhan pada defek osteotomy.
Tulang secara konstan mengalami remodeling dimana merupakan proses
kompleks yang mengikutsertakan resorpsi tulang pada beberapa permukaan, lalu
diikuti oleh fase pembentukan tulang. Urutan dari remodeling tulang pada keadaan
normal selalu sama, yaitu: resorpsi tulang oleh osteoklas, fase reversal, lalu diikuti
pembentukan tulang oleh osteoblas untuk memperbaiki defek.
Selama resorpsi tulang, osteoklas melepaskan faktor local dari tulang, dimana
memiliki dua efek: menghambat fungsi osteoklas dan stimulasi aktivitas osteoblas.
Lebih lanjut lagi, osteoklas memproduksi dan melepaskan faktor yang memiliki efek
pengaturan yang negatif pada aktivitasnya dan mendorong fungsi osteoklas. Akhirnya
saat osteoklas menyelesaikan siklus resorptif, mereka akan mensekresikan protein
yang nantinya akan menjadi substrat untuk perlekatan osteoblas.
Resorpsi tulang mengikutsertakan beberapa tahap yang langsung mengarah
pada pembuangan baik mineral dan konstituen organik dari matriks tulang oleh
osteoklas, dibantu oleh osteoblas. Tahap pertama adalah pengerahan dan penyebaran
progenitor osteoklast ke tulang. Sel-sel progenitor ditarik dari jaringan haemophoietik
seperti sumsum tulang dan jaringan slenic ke tulang melalui aliran darah sirkulasi.
Mereka akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi osteoklas melalui mekanisme
yang menyertakan interaksi sel terhadap sel dengan sel stromal osteoblas. Tahap
selanjutnya melibatkan persiapan permukaan tulang dengan pembuangan lapisan
osteoid yang tidak termineralisasi oleh osteoblas, yang memproduksi beragam enzim
proteolitik, dalam beberapa matriks metalloproteinase, kolagenase dan gelaitnase.
Setelah osteoklas meresorpsi maksimum, maka akan terjadi transisi dari
aktivitas osteoklastik menjadi aktivitas osteoblastik. Peristiwa transisi ini dikenal
dengan fase reversal, yang terjadi selama ~9 hari. Pembentukan tulang muncul dari
kompleks peristiwa yang melibatkan proliferasi sel mesenkim primitif, diferensiasi
menjadi sel prekursor osteoblas (osteoprogenitor, pre-osteoblas), pematangan
osteoblas, pembentukan matriks dan akhirnya mineralisasi. Osteoblas berkumpul
pada dasar kavitas resorpsi dan membentuk osteoid yang mulai untuk mineralisasi
setelah 13 hari pada rasio awal ~1µm/hari. Osteoblas terus membentuk dan
melakukan mineralisasi osteoid hingga kavitas terisi. Waktu kavitas terisi hingga
permukaan adalah 124-168 hari pada individu normal.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, penyembuhan jaringan tulang terdiri dari
regenerasi dan perbaikan. Namun perbaikannnya tergantung dari karakteristik luka.
Faktor-faktor yang dapat mengganggu formasi jaringan tulang karena luka, yaitu:
1. Kegagalan pembuluh darah untuk berproliferasi pada luka
2. Improper stabilisasi pada coagulum dan jaringan granulasi pada luka
3. Ingrowth of “non-osseous” tissue dengan aktivitas proliferasi yang tinggi
4. Kontaminasi bakteri.
B. Pembentukan, pertumbuhan, dan perbaikan kartilago
Semua kartilago merupakan derivat mensenkim embrional pada proses
kondrogenesis. Patokan pertama diferensiasi sel adalah penyusutan sel mesenkim,
yang akan mengeluarkan isinya, berproliferasi cepat, dan membentuk kondensasi
selular. Sel ini terbentuk oleh diferensiasi sel mesenkim, yang sekarang disebut
kondroblas, memiliki banyak mitokondria dan sitoplasma basofilik. Sintesis dan
deposisi matriks memulai pemisahan masing-masing kondroblas. Selama
pembentukan embrional, diferensisasi kartilago terjadi secara primer di pusat luar,
walaupun begitu beberapa sel sentral memiliki karakteristik kondrosit, dimana sel
sebelah pinggir memiliki tipe kondroblas. Bagian superfisial dari mesenkim
diselubungi oleh perikondrium.
i. Kondrogrenesis
Diagram tahapan major pembentukan kartilago (a) mesenkim embrional
memprekursori jaringan seluruh tipe kartilago (b) proliferasi mitosis dari sel
mesenkim dan diferensiasi cepat menghasilkan jaringan denga kondensasi
penyusustan sel yang disebut kondroblas. (c) kondroblas dipisah-pisah oleh produksi
matriksnya sendiri (d) multiplikasi sel-sel kartilago membentuk agregasi isogen,
masing-masing dikelilingi oleh matriks teritorial. Pada kartilago matur aktivitas
intresisial ini ceases dan seluruh kondrosit menjadi lebih lebar terpisah oleh produksi
matriksnya sendiri.
ii. Pertumbuhan kartilago
Terbagi menjadi dua proses: pertumbuhan interstitial yang dihasilkan oleh
mitosis dari kondrosit, dan pertumbuhan aposisi, yang dihasilkan dari diferensiasi sel
perikondrial. Baik di kedua proses, sintesis matriks berkontribusi pada pertumbuhan
kartilago.
FISIOLOGI SENDI
1) Komposisi cairan sendi
Cairan sinovial pada sendi orang normal berfungsi sebagai pelumas untuk
mengurangi gesekan saat persendian bergerak. (Blewis,et al , 2007).
Seluruh sendi yang dapat berputar dikelilingi oleh jaringan yang disebut
synovium. Synovium ini yang memproduksi cairan sinovial. Cairan sinovial ini
adalah suatu filtrat plasma yang mengandung glukosa, asam urat, dan protein.
Cairan sinovial mengandung berbagai macam substansi kimia seperti :
i. Protein
Protein ini ditemukan diplasma , semua jenis protein ada kecuali
protein dengan berat molekul yang besar seperti fibrinogen, beta 2
makroglobulin, dan alfa 2 makroglobulin. Normalnya kadar protein pada
cairan sinovial ini adalah 1-3 g/dL. Kenaikan kadar protein ini dapat
dipakai sebagai indikasi penyakit artritis , artropati, gout,psoriasis, dan
kolitis ulseratif.
ii. Glukosa
Glukosa ini kadar normalnya dibawah 10 mg/dL lebih rendah dari
level serum. Interpretasinya menggunakan level glukosa serum.
iii.Asam urat
Normalnya 6-8 mg/dL. Adanya asam urat berlebih bisa menunjang
diagnosis pada gout.
iv. Asam laktat
Normalnya dibawah 25 mg/dL
v. Laktat dehidrogenase
Kenaikannya dalam cairan sendi mengindikasikan reumathoid
arthritis, artiritis infeksi, dan gout
vi. Reumathoid Factor
Adalah antibodi imunoglobulin, bisa dipakai untuk membantu
diagnosis RA.
vii. Proteoglycan 4
Adalah suatu regulator kuat untuk homeostasis skeletal
viii. Asam hialuronat
Asam hialumorat berfungsi sebagai pelindung kondrosit, merupaka
polimer disakarida dengan komposisi monomer penyusunnya D-glucoronic
acid dan D-N-acetylglucosamine yang terikat dengan ikatan glikosida.
Rumus molekulnya adalah (C14H21NO11)n .
ix. Surface active phospolipid
Salah satu komponen pelumas untuk mengurangi gesekan pada sendi