laporan tahunan penelitian strategis...

97
LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL PATAHAN AKTIF PADA ZONA PEGUNUNGAN SELATAN BERDASARKAN ANALISIS MORFOTEKTONIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP KAWASAN RAWAN LONGSOR DI JAWA BARAT SELATAN Tahun ke 1 (Satu) dari rencana 2 (dua) tahun Ketua/Anggota Tim : Dr. Ir. Emi Sukiyah, MT. (NIDN. 0022016701) Dr. Ir. Ildrem Syafri, DEA. (NIDN. 0016075803) Drs. Achmad Sjafrudin, M.Si. (NIDN. 0017075005) MITRA KERJA: Asep Nursalim, ST., MT. (NIP. 19740711 200604 1 002) UNIVERSITAS PADJADJARAN Oktober 2015

Upload: nguyenthuan

Post on 02-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

LAPORAN TAHUNAN

PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL

PATAHAN AKTIF PADA ZONA PEGUNUNGAN SELATAN BERDASARKAN ANALISIS MORFOTEKTONIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP

KAWASAN RAWAN LONGSOR DI JAWA BARAT SELATAN

Tahun ke 1 (Satu) dari rencana 2 (dua) tahun

Ketua/Anggota Tim :

Dr. Ir. Emi Sukiyah, MT. (NIDN. 0022016701) Dr. Ir. Ildrem Syafri, DEA. (NIDN. 0016075803)

Drs. Achmad Sjafrudin, M.Si. (NIDN. 0017075005)

MITRA KERJA: Asep Nursalim, ST., MT. (NIP. 19740711 200604 1 002)

UNIVERSITAS PADJADJARAN Oktober 2015

Page 2: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ii

Page 3: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

iii

RINGKASAN

Isu strategis yang menjadi tema dalam penelitian ini adalah pengelolaan bencana.

Aspek kegempaan, longsor, dan aksesibilitas di wilayah Jawa Barat bagian selatan menjadi

latar belakang penelitian. Keterbatasan kesampaian daerah dengan morfologi berlereng

relatif terjal dan ancaman bahaya geologi menjadi kendala dalam pengembangan wilayah

di kawasan ini.

Morfotektonik merupakan karakteristik geomorfologi sebagai respon tektonik.

Morfometri DAS dapat mencerminkan kondisi tektonika suatu wilayah. Parameter

morfometri dan tektonik dapat menjadi indikator aktivitas suatu patahan. Patahan aktif

merupakan jejak tektonika yang dapat menjadi sumber kegempaan di wilayah darat. Jawa

Barat selatan didominasi oleh produk vulkanik berumur Kuarter. Material tersebut pada

umumnya bersifat labil, apalagi jika mengalami patahan. Beberapa wilayah di Jawa Barat

bagian selatan secara regional dikontrol oleh patahan aktif. Pergerakan patahan ini dapat

dipicu oleh aktivitas subduksi di selatan P.Jawa. Longsor merupakan salah satu respon

karakteristik fisik dan keteknikan batuan penyusun lahan akibat adanya patahan aktif.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana karakteristik

morfotektonik dapat menjadi indikator keberadaan patahan aktif dan perannya dalam

mengontrol kawasan longsor di Jawa Barat bagian selatan. Tujuan yang dicapai adalah

mengkaji karakteristik bentangalam yang terbentuk oleh proses tektonik, memetakan

patahan aktif, memetakan zona longsor, serta menguji sejauh mana morfotektonik dapat

menjadi indikator keberadaan patahan aktif dan kawasan rawan longsor di Jawa Barat

bagian selatan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk

membantu masyarakat dan pemerintah dalam mencari solusi penanganan krisis akibat

bencana geologi.

Sistematika penelitian didasarkan atas pola pikir bahwa peristiwa geologi masa

lampau, seiring dengan perkembangannya menghasilkan bentangalam yang khas. Zona

longsor sangat terkait dengan keberaan patahan aktif yang dapat dicerminkan oleh

karakteristik morfotektonik dan litologi tertentu yang perlu diinventarisasi dan dipetakan

keberadaannya. Pendekatan probabilistik digunakan dalam analisis data.

Hasil penelitian yang telah dicapai meliputi data hasil observasi lapangan di wilayah

Garut dan Cianjur bagian selatan, hasil analisis laboratorium sifat fisik dan mekanika

tanah, skripsi mahasiswa S1 dan tesis mahasiswa S2 Teknik Geologi, artikel ilmiah

dipresentasikan dalam forum internasional. Data hasil observasi lapangan mencakup

pengukuran kekar, data unit-unit morfotektonik, dokumentasi berupa foto, sampel untuk

analisis sifat fisik dan mekanika tanah. Kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan adalah

melanjutkan observasi lapangan, analisis data, pembuatan peta-peta tematik, dan

penyusunan buku ajar pada tahun ke-2.

Kata kunci: patahan aktif, morfotektonik, DAS, longsor, Jawa Barat Selatan

Page 4: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

iv

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat izin-Nya

penelitian tahun ke-1 dengan judul “Patahan aktif pada zona pegunungan selatan

berdasarkan analisis morfotektonik dan dampaknya terhadap kawasan rawan longsor di

Jawa Barat Selatan” mendapatkan pembiayaan melalui skema Hibah Penelitian Strategis

Nasional dengan nomor kontrak 393/UN6.R/PL/2015 tanggal 16 Februari 2015. Tidak lupa

kami ucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu

sehingga penelitian ini dapat terlaksana, semoga Tuhan selalu memberikan rahmat-Nya.

Penelitian ini dilatarbelakangi aspek kegempaan, longsor, dan aksesibilitas di

wilayah Jawa Barat bagian selatan. Keterbatasan kesampaian daerah dengan morfologi

berlereng relatif terjal dan ancaman bahaya geologi menjadi kendala dalam pengembangan

wilayah di kawasan ini. Permukaan bumi memiliki karakteristik material dan proses

geologi-klimatologi yang bervariasi. Peristiwa tektonik dapat memicu ketidakstabilan

lahan akibat deformasi yang intensif. Permasalahan utama yang menjadi fokus penelitian

adalah sejauh mana karakteristik morfotektonik dapat menjadi indikasi keberadaan patahan

aktif serta implikasinya terhadap zonasi kawasan rawan longsor di wilayah Jawa Barat

Selatan. Sistematika penelitian didasarkan atas pola pikir bahwa karakteristik geomorfologi

berkaitan dengan tektonik. Pada kasus tertentu, hal ini dapat mengakibatkan deformasi

lahan yang dapat memicu lahan menjadi rentan terhadap longsor.

Laporan tahunan ini terbagi dalam tujuh bab meliputi pendahuluan, tinjauan pustaka,

tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, hasil dan pembahasan, rencana tahapan

berikutnya, serta kesimpulan dan saran. Di samping penjelasan dilakukan secara

sistematik, laporan ini juga dilengkapi dengan gambar / ilustrasi berupa foto-foto

dokumentasi.

Akhirnya kami berharap semoga penelitian ini dapat dilanjutkan dan bermanfaat bagi

semua pihak yang terkait atau yang membutuhkannya.

Bandung, 26 Oktober 2015

Tim Peneliti

Page 5: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii

RINGKASAN ............................................................................................................. iii

PRAKATA .................................................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................

1.1 Latar Belakang Penelitian .................................................................

1.2 Perumusan Masalah ..........................................................................

1

1

1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional ..............................................................................

2.2 Morfotektonik ...................................................................................

2.3 Patahan Aktif ………………………………………………............

2.4 Gerakan Tanah ……………………………………………….........

2.5 Road Map Penelitian …………………………………………........

3

5

7

8

9

BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ............................................ 12

BAB 4 METODE PENELITIAN ......................................................................... 14

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................

5.1. Karakteristik Morfotektonik ............................................................

5.1.1. DAS Cisadea ..........................................................................

5.1.2. DAS Cipandak .......................................................................

5.1.3. DAS Cilayu ............................................................................

5.1.4. DAS Cikandang .....................................................................

5.1.5. DAS Cikaingan ......................................................................

5.2. Sifat Fisik dan Mekanika Tanah Hasil Pelapukan Batuan Vulkanik

16

16

16

19

21

25

29

31

BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ................................................ 35

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 37

LAMPIRAN ................................................................................................................ 40

Page 6: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Indeks geomorfik (Wells dkk,1988; dalam Stewart & Hancock, 1994) 5

Tabel 2. Klasifikasi derajat aktivitas tektonik berdasarkan indeks sinusitas muka

gunung (Doornkamp, 1986) ......................................................................

6

Tabel 3. Orde sungai dan rasio cabang sungai (Rb) di bagian tengah DAS

Cisadea .......................................................................................................

18

Tabel 4. Distribusi kerapatan pengaliran di bagian tengah DAS Cisadea ............... 18

Tabel 5. Karakteristik morfometri DAS Cipandak .................................................. 20

Tabel 6. Karakteristik morfometri DAS Cilayu ....................................................... 22

Tabel 7. Rasio cabang sungai sub DAS Cilayu ....................................................... 23

Tabel 8. Nilai sinusitas muka gunung DAS Cilayu ................................................. 24

Tabel 9. Karakteristik morfometri DAS Cikandang ................................................ 26

Tabel 10. Karakteristik morfometri DAS Cikaingan ................................................. 29

Tabel 11. Karakteristik kadar air, berat jenis, dan jenis tanah hasil pelapukan

batuan vulkanik di Cianjur dan Garut bagian selatan ................................

31

Tabel 12. Plastisitas tanah hasil pelapukan batuan vulkanik di Cianjur-Garut

bagian selatan .............................................................................................

32

Tabel 13 Distribusi ukuran butir tanah hasil pelapukan batuan vulkanik di

Cianjur-Garut bagian selatan ....................................................................

33

Tabel 14 Rencana tahapan selanjutnya ..................................................................... 35

Page 7: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian ....................................................................... 2

Gambar 2. Fisiografi wilayah Jawa bagian barat (van Bemmelen, 1949) ............. 3

Gambar 3. Skema kerangka pemikiran .................................................................. 10

Gambar 4. Skema kerangka penelitian .................................................................. 15

Gambar 5. Distribusi sub DAS di bagian tengah DAS Cisadea ............................ 17

Gambar 6. Stereonet and rosette diagram data kekar yang terdapat pada

singkapan batupasir tufaan, pada koordinat 7o

22’ 3,4” LS dan 107o

19’ 44,1” BT..........................................................................................

20

Gambar 7. Peta distribusi sub-sub DAS di Blok A dan B sesar mendatar

Cipandak (kiri) dan gawir sesar (kanan), Cianjur Selatan ...................

21

Gambar 8. Korelasi antara jumlah segmen sungai dan Dd di DAS Cikandang ..... 26

Gambar 9. Pola Pengaliran di DAS Cikandang dan sekitarnya. Pola aliran Trelis

(A), Paralel (B), Dendritik (C), dan Subparalel (D)..............................

27

Gambar 10. Bentuk lahan perbukitan yang tersebar di Kecamatan Bungbulang,

Kecamatan Pakenjeng, Desa Nyalindung..............................................

27

Gambar 11. Kenampakan Tiga Dimensi (3D) geomorfologi sebagian DAS

Cikandang .............................................................................................

27

Gambar 12. Korelasi antara jumlah segmen sungai dengan kerapatan pengaliran

(Dd) untuk sungai orde 1 s/d 6 DAS Cikaingan ...................................

30

Gambar 13. Korelasi antara berat jenis dan kadar air pada tanah hasil pelapukan

batuan vulkanik .....................................................................................

32

Gambar 14. Korelasi antara proporsi ukuran butir lanau dan kadar air pada tanah

hasil pelapukan batuan vulkanik di wilayah Cianjur – Garut bagian

selatan ...................................................................................................

34

Gambar 15. Korelasi antara proporsi ukuran butir sedang dan kadar air pada tanah

hasil pelapukan batuan vulkanik di wilayah Cianjur – Garut bagian

selatan ..................................................................................................

34

Page 8: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beragam isu terkait dengan penurunan kualitas lingkungan sebagai tempat

hunian yang nyaman berkembang di berbagai belahan bumi, bahkan sudah menjadi

isu global. Salah satu pemicunya adalah kurang tanggapnya masyarakat dan

pemerintah terhadap ancaman bencana geologi. Seiring dengan kemajuan ilmu dan

teknologi, khalayak dapat mengetahui bahwa kerak bumi tidak dalam keadaan diam.

Intensitas pergerakan dipicu oleh kondisi yang terjadi di bagian dalam bumi. Di

beberapa wilayah intensitasnya cukup tinggi yang dapat menjadi sumber bencana

dan ancaman bagi keselamatan umat manusia, diantaranya adalah gerakan tanah.

Wilayah Jawa Barat bagian selatan memiliki aksesibilitas yang terbatas.

Morfologi dengan kemiringan lereng yang relatif terjal serta akses jalan yang masih

terbatas menjadikan wilayah ini sebagian besar masih terisolir. Berbagai kendala

dialami daerah ini sehingga peranannya dalam pembangunan nasional, khususnya

Jawa Barat bagian selatan, belum optimal. Secara fisiografi wilayah ini termasuk

dalam Zona Pegunungan Selatan (Van Bemmelen, 1949).

Kegiatan penelitian yang terkait dengan geomorfologi dan kebencanaan telah

dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, diantaranya oleh Sudradjat dkk. (2009,

2010), Sukiyah dkk. (2010), dan Sulaksana dkk. (2011, 2013). Hasil penelitian

menunjukkan adanya hubungan antara morfometri DAS, morfotektonik, keberadaan

patahan aktif, dan zona ancaman bencana geologi (kegempaan, longsor, erosi, dll.).

Namun hubungan di antaranya belum terukur secara signifikan. Dalam rencana

penelitian ini, pengusul akan mencari signifikansi hubungan tersebut dengan studi

kasus di kawasan Jawa Barat bagian selatan (Gambar 1).

1.2 Perumusan Masalah

Keterbatasan wilayah akibat kendala geologi serta dampaknya bagi

pembangunan infrastruktur menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan untuk dapat

mengembangkan teknologi yang mampu mengurangi risiko bencana. Antisipasi dini

terhadap fenomena geologi, terutama patahan aktif, dapat membantu dalam

Page 9: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

2

pemecahan masalah tersebut. Bentangalam bergunung-gunung dengan lembah yang

sempit dan lereng relatif terjal pada umumnya merupakan cerminan keberadaan

patahan aktif. Namun sejauh mana kondisi bentangalam dapat merespon adanya

kontrol patahan aktif perlu diteliti lebih lanjut. Aspek morfotektonik perlu dikaji

secara mendetil untuk dapat menemukan hubungan yang signifikan.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

a) Bagaimana karakteristik morfotektonik di Jawa Barat selatan?

b) Seberapa jauh respon bentang alam vulkanik berumur kwarter terhadap patahan

aktif?

c) Dapatkah hubungan antara karakteristik morfotektonik dan zona patahan aktif

dirumuskan secara statistik?

d) Bagaimana distribusi zona rawan longsor di kawasan Jawa Barat selatan?

e) Seberapa jauh patahan aktif dapat memicu terjadinya longsor?

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian

109o BT ; 8o LS

106o BT ; 6o LS

Page 10: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi Regional

Keberadaan busur kepulauan vulkanik yang membentang dari Sumatera hingga

Nusa Tenggara tidak terlepas dari adanya interaksi lempeng yang telah berlangsung

sejak Miosen Awal (Situmorang et al., 1976), yaitu lempeng samudera Indo-

Australia bergerak ke arah utara menunjam di bawah tepian benua Eurasia yang

relatif stabil (Baumann et al., 1972). Tatanan unsur tektonik lempeng dari selatan ke

utara berturut-turut adalah palung Jawa, busur luar non-vulkanik, cekungan muka

busur, jalur vulkanik dan cekungan belakang busur. Pulau Jawa dalam tatanan

tersebut termasuk dalam jalur vulkanik.

Gambar 2. Fisiografi wilayah Jawa bagian barat (van Bemmelen, 1949)

Van Bemmelen (1949) membagi Jawa bagian barat menjadi 6 zona fisiografi,

yaitu dataran pantai Jakarta, zona Bogor, zona depresi tengah & zona Bandung,

kubah dan punggungan dalam zona depresi bagian tengah, gunungapi Kuarter, dan

zona pegunungan selatan (Gambar 2). Berdasarkan karakter sedimen dan tektonik,

wilayah Jawa bagian barat dapat dibagi menjadi 4 (empat) mandala sedimentasi,

Page 11: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

4

yaitu blok Banten, blok pegunungan Jawa Barat Selatan, blok Bogor dan blok

Jakarta-Cirebon (Martodjojo, 1984). Daerah penelitian dalam tatanan fisiografi

termasuk dalam zona pegunungan selatan atau termasuk dalam blok pegunungan

selatan Jawa Barat menurut tatanan karakter sedimen dan tektonik.

Pegunungan Selatan terhampar di Jawa Barat bagian selatan. Pegunungan ini

dimulai dari wilayah Sukabumi di bagian barat, menerus ke timur dan berakhir di

dekat Cilacap. Lebar pegunungan ini sekitar 40 s/d 50 km (Afandi dkk., 1992).

Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar 1.000 mdpl.

Beberapa tempat terdapat volcanic neck dengan ketinggian mencapai 1.300 mdpl,

dengan kemiringan lereng berkisar antara 15o s/d 60

o. Bagian ini merupakan wilayah

yang tererosi kuat. Bagian tengah, yaitu di sekitar Pangalengan terletak pada

ketinggian 2.182 mdpl, merupakan wilayah tertinggi. Satuan geomorfologi ini

melandai hingga ketinggian 1.000 mdpl, dengan kemiringan lereng berkisar pada 15o

s/d 40o.

Purnomo dan Purwoko (1994) mengemukakan bahwa stratigrafi P.Jawa

dipengaruhi proses tektonik dan perubahan muka laut global. Secara umum dapat

dibagi dalam 4 siklus pengendapan, yaitu: Fase transgresi Eosen-Oligosen Awal,

Fase transgresi Oligosen Akhir – Miosen Awal, Fase regresi Miosen Tengah dan

Fase regresi Miosen Akhir-Pliosen. Struktur Tersier di P.Jawa dapat dibagi menjadi 3

periode, yaitu: Paleogene extensional rifting, Neogene compressional wrenching dan

Plio-Pleitocene compressing thrust-folding

Patahan naik merupakan patahan yang dominan di busur vulkanik Jawa,

dimulai dari selatan pada Kala Miosen Awal dan berkembang ke utara hingga

sekarang (Martodjojo, 1994). Pergerakan patahan naik ini mengakibatkan

terbentuknya cekungan di bagian depan dari blok yang terangkat sekaligus

merupakan asal dari endapan turbidit pengisi cekungan. Sejarah geologi Jawa Barat

sejak akhir Mesozoikum hingga akhir Tersier merupakan akumulasi dari beberapa

sistem deformasi. Pulunggono dan Martodjojo (1994) mengemukakan bahwa

struktur geologi yang berkembang di Jawa Barat dikelompokkan dalam 4 pola, yaitu

Pola Struktur Meratus (NE-SW), Pola Struktur Sunda (N-S), Pola Struktur Sumatera

(NW-SE) dan Pola Struktur Jawa (E-W).

Page 12: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

5

Geologi daerah penelitian telah dipetakan dalam Peta Geologi Regional skala

1:100.000 oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), yang kini

namanya menjadi Pusat Survei Geologi (PSG). Lembar peta tersebut adalah:

- Peta Geologi Lembar Jampang dan Balekambang, Jawa (Sukamto, 1975)

- Peta Geologi Lembar Sindangbarang dan Bandarwaru (Koesmono dkk., 1996)

- Peta Geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk (Alzwar dkk., 1992)

- Peta Geologi Lembar Karangnunggal, Jawa (Supriatna dkk., 1992)

- Peta Geologi Lembar Tasikmalaya, Jawa (Budhitrisna, 1986)

2.2. Morfotektonik

Morfotektonik merupakan karakter bentangalam yang berhubungan dengan

tektonik (Doornkamp, 1986). Dalam perkembangannya, karakteristik bentangalam

secara kuantitatif turut memperkaya pemahaman tentang morfotektonik. Pada skala

lokal dan regional fenomena tektonik dapat dikenali dari bentangalam yang khas,

seperti gawir, bentuk lembah, kelurusan perbukitan, kelurusan sungai, pola

pengaliran.

Tabel 1. Indeks geomorfik (Wells dkk,1988; dalam Stewart & Hancock, 1994)

Page 13: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

6

Bull dan McFadden (1977; dalam Doornkamp, 1986) mendefinisikan sinusitas

muka gunung (Smf) sebagai perbandingan antara panjang muka gunung (Lmf) dan

panjang proyeksi muka gunung ke bidang datar (Ls), dinyatakan secara matematika

sebagai berikut (Tabel 1):

Smf = Lmf/Ls ...................................................................................................... (1)

Smf mendekati nilai 1 mencerminkan adanya peningkatan kelurusan mendekati ideal

yang menunjukkan indikasi uplift aktif. Sinusitas yang meningkat mencerminkan

kerja pengaliran air (sungai) yang memotong dinding gunung (mountain-plains

boundary). Berdasarkan indeks tersebut, selanjutnya dikembangkan klasifikasi

derajat aktivitas tektonik (Tabel 2).

Tabel 2. Klasifikasi derajat aktivitas tektonik berdasarkan indeks sinusitas muka

gunung (Doornkamp, 1986)

Kelas Smf Aktivitas

tektonik

Keterangan

1 1,2-1,6 Tektonik aktif Berasosiasi dengan bentangalam kipas aluvial,

cekungan pengaliran memanjang, dasar lembah

menyempit, kemiringan lereng curam.

2 1,8-3,4 Tektonik

menengah

sampai lemah

Berasosiasi dengan bentangalam kipas aluvial,

cekungan pengaliran melebar, kemiringan

lereng curam, dasar lembah lebih lebar daripada

dataran banjirnya.

3 2,0-7,0 Tektonik tidak

aktif

Berasosiasi dengan bentangalam muka gunung

pediment dan embayments, kemiringan lereng

curam hanya pada lapisan batuan yang resisten,

sistem lembah sedikit lebar dan terintegrasi. Keterangan: Smf = indeks sinusitas muka gunung

Cotton (1948; dalam Doornkamp, 1986) menyatakan bahwa gawir sesar,

pematang gunung (shutter ridges), dan jajaran danau merupakan bentuk-bentuk

morfologi yang terkait dengan tektonik (morfotektonik). Sementara itu, Cooke &

Mortimer (1971; dalam Doornkamp, 1986) mengemukakan bahwa kanal aliran atau

pengaliran juga dapat dipengaruhi oleh tektonik. Perubahan pola sungai juga dapat

menunjukkan adanya peran tektonik (Teale, 1950; dalam Doornkamp, 1986). Laju

Page 14: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

7

sedimentasi yang tidak normal juga dapat terkait dengan tektonik (Lofgren & Rubin,

1975; dalam Doornkamp, 1986).

Kajian tektonik suatu wilayah juga dapat dilakukan dengan memahami

karakteristik morfometri DAS. Strahler (1964; dalam Mulyo, 2003 & Verstappen,

1983) menyatakan bahwa suatu DAS yang memiliki rasio cabang sungai atau

bifurcation ratio (Rb) kurang dari 3 atau lebih dari 5 diindikasikan telah mengalami

deformasi akibat pengaruh tektonik. Hirnawan dan Muslim (2006) mempublikasikan

hasil penelitian, tentang morfometri pengaliran yang mencirikan tektonisme aktif di

Jawa Barat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dinyatakan bahwa arah sungai-

sungai di DAS yang beralaskan batuan berumur Kuarter dan DAS yang beralaskan

batuan berumur Tersier, tergantung pada arah-arah kelurusan pola deformasi akibat

tektonisme yang menerus dari Tersier berlanjut ke Kuater. Rasio cabang sungai (Rb)

dan densitas pengaliran (Dd) juga dapat digunakan untuk mengkaji aktivitas tektonik,

khususnya tektonik aktif. Sulaksana dkk. (2011, 2013) dan Sukiyah dkk. (2008,

2009, 2010, 2012) mengemukakan bahwa unit-unit morfotektonik tertentu dapat

terkait dengan keberadaan patahan aktif.

2.3. Patahan Aktif

Patahan merupakan salah satu unsur struktur geologi yang jejaknya dapat

terekam oleh batuan. Patahan didefinisikan sebagai bidang rekahan yang diikuti oleh

adanya pergeseran relatif suatu blok batuan terhadap blok batuan lainnya. Jarak

pergeseran dapat hanya beberapa milimeter hingga puluhan kilometer, sedangkan

bidang sesarnya mulai dari yang berukuran beberapa centimeter hingga puluhan

kilometer juga (Billing, 1959).

Menurut Keller dan Pinter (1996), patahan aktif adalah patahan yang pernah

bergerak pada kurun waktu sepuluh ribu tahun yang lalu. Patahan yang berpotensi

aktif adalah patahan yang pernah bergerak pada kurun waktu dua juta tahun yang

lalu, sedangkan patahan tidak aktif adalah patahan yang belum pernah bergerak

dalam kurun waktu dua juta tahun yang lalu.

Definisi lain terkait dengan patahan aktif dikemukakan oleh Huzita dkk.(1992;

dalam Munif, 2011), yaitu patahan yang bergerak pada zaman kuarter dan

berpotensi untuk bergerak kembali pada masa yang akan datang. Patahan ini

Page 15: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

8

dicirikan memotong permukaan morfologi berumur Kuarter, memotong batuan

berumur Kuarter, juga yang terjadi di daerah gunungapi yang bergerak selama masa

erupsi gunungapi, dan patahan normal yang dapat diamati di kawasan pegunungan

akibat gaya gravitasi.

2.4. Gerakan Tanah

Longsoran (landslide) merupakan salah satu dari gerakan tanah (mass

movement). Gerakan tanah adalah perpindahan massa tanah atau batu pada arah

tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula. Gerakan tanah mencakup gerak

rayapan dan aliran maupun longsoran (Purbohadiwidjojo; dalam Pangular, 1985).

Tanda-tanda akan terjadinya longsor di suatu daerah diantaranya adalah:

Retakan-retakan pada tanah dan batuan yang dapat meluncur

Perlapisan batuan yang miring ke luar lereng

Munculnya rembasan air pada lereng

Air rembesan berubah menjadi keruh dan berlumpur

Tanah lolos air atau gembur di atas batuan kedap air

Air sungai yang tiba-tiba keruh setelah hujan

Retakan-retakan tapal kuda pada lereng atau jalan

Tiang listrik atau pohon mulai miring

Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan

Muncul retakan yang memanjang atau melengkung pada permukaan tanah atau

pada konstruksi bangunan

Terjadi penggelembungan pada dinding atau tembok penahan

Secara tiba-tiba pintu atau jendela rumah sulit dibuka menandakan adanya

perubahan permukaan pada bangunan yang terdorong oleh massa tanah yang

mulai bergerak.

Kelompok utama gerakan tanah menurut Hutchinsons (1968; dalam Hansen,

1984) terdiri atas rayapan (creep) dan longsoran (landslide) yang dibagi lagi menjadi

sub-kelompok gelinciran (slide), aliran (flows), jatuhan (fall) dan luncuran (slip).

Longsoran menurut Sharpe (1938; dalam Hansen, 1984) adalah luncuran atau

gelinciran atau jatuhan dari massa batuan atau tanah atau campuran keduanya.

Coates (1977; dalam Hansen, 1984) membagi longsoran menjadi luncuran atau

Page 16: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

9

gelinciran, aliran, dan jatuhan. Varnes (1978; dalam Hansen, 1984) menyatakan

bahwa longsoran dapat diklasifikasikan menjadi jatuhan, jungkiran, luncuran, dan

nendatan, aliran, gerak bentang lateral, dan gerakan majemuk.

Berdasarkan kajian literatur yang telah dipublikasikan oleh para pakar tersebut,

dapat disimpulkan bahwa tektonik aktif dapat dikenali dengan pendekatan kuantitatif

maupun kualitatif. Penggunaan kedua pendekatan tersebut secara terpadu akan

meningkatkan keakuratan kajian tektonik. Derajat aktivitas tektonik dapat pula

dicerminkan oleh tingginya tingkat sedimentasi yang diakibatkan oleh laju erosi

tertentu dan fenomena longsor secara regional. Ada indikasi keterkaitan antara unit-

unit morfotektonik tertentu dengan patahan aktif dan kawasan rawan longsor, namun

tingkat hubungan yang diperoleh belum diketahui secara signifikan.

2.5. Road Map Penelitian

Pengelolaan bencana merupakan salah satu isu strategis nasional, mengingat

wilayah negara kita berada pada tatanan geologi yang kompleks dan memiliki tingkat

ancaman bencana geologi yang tinggi. Di samping dalam rangka mengurangi risiko

bencana, hal tersebut juga untuk mendukung pengembangan Jawa Barat bagian

selatan sebagai kawasan yang maju serta pengelolaannya berbasis daya dukung

lahan.

Beberapa riset awal telah dilakukan, baik terkait dengan tema penelitian mapun

yang terkait dengan lokasi rencana penelitian. Pendanaan riset awal ini diperoleh

melalui beberapa skema riset, baik yang dikelola DP2M Dikti (sentralisasi) maupun

LPPM Unpad (desentralisasi). Riset tersebut diantaranya adalah (diantaranya masih

berjalan):

1) Karakteristik Sumberdaya Geologi di Kawasan Jawa Barat Bagian Selatan

Sebagai Referensi Pengembangan Sumber Energi Alternatif (Sudradjat dkk.,

2009)

2) Karakteristik geomorfologi berkaitan dengan potensi energi terbarukan di

wilayah Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat (Sudradjat dkk., 2010)

3) Peran Morfotektonik DAS dalam Pengembangan Potensi Energi Mikro Hidro di

Cianjur-Garut Bagian Selatan (Sukiyah dkk., 2010)

Page 17: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

10

4) Karakteristik morfotektonik DAS Cimanuk bagian hulu dan implikasinya

terhadap intensitas erosi-sedimentasi di wilayah pembangunan Waduk Jatigede

(Nana Sulaksana dkk., 2011)

5) Kajian Intensitas Erosi-Sedimentasi DAS Cimanuk Hulu dalam Pengelolaan

Waduk Jatigede (Nana Sulaksana dkk., 2013)

6) Implikasi morfo-tektono-stratigrafi terhadap kawasan rawan bencana alam di

wilayah Jatinangor Jawa Barat (Nana Sulaksana dkk., 2014)

Gambar 3. Skema kerangka pemikiran

Hasil penelitian tersebut, beberapa diantaranya telah dipublikasikan baik dalam

forum pertemuan ilmiah maupun pada jurnal ilmiah terakreditasi Dikti dan LIPI.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, dapat dikemukakan kerangka pemikiran

yang menjadi landasan penyusunan rencana penelitian ini (Gambar 3). Proses

tektonik dapat mengakibatkan deformasi pada batuan. Adanya peran iklim dan curah

hujan akan membentuk bentang alam denudasi. Kondisi ini akan menghasilkan

karakteristik morfotektonik yang khas. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka

dapat dikenali adanya patahan aktif. Kawasan ini pada umumnya rawan longsor.

Sebagian besar wilayah tersebut biasanya merupakan daerah terisolir yang relatif

masih sulit dijangkau oleh program-program pembangunan. Penelitian detil terhadap

Proses tektonik Litologi Iklim + Curah

hujan

Bentang alam

Denudasi

Morfotektonik

Patahan aktif

Analisis kawasan rawan longsor

Zonasi rawan longsor

Page 18: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

11

karakteristik morfotektonik diharapkan dapat meningkatkan antisipasi awal terhadap

ancaman bencana geologi. Sejauh mana hubungan ini dapat dieksplorasi sangat

penting diketahui dan memerlukan penelitian yang mendalam.

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

1) Jawa Barat Selatan memiliki karakteristik morfotektonik yang khas

2) Bentang alam vulkanik berumur kwarter memberikan respon terhadap

keberadaan patahan aktif

3) Ada korelasi antara karakteristik morfotektonik dan zona patahan aktif

4) Distribusi zona rawan longsor di kawasan Jawa Barat selatan dapat dipetakan

5) Morfotektonik, patahan aktif, dan kawasan rawan longsor memiliki korelasi

yang signifikan

Page 19: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

12

BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Secara umum tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah

mengetahui sejauh mana karakteristik morfotektonik dapat menjadi indikator patahan

aktif yang dapat untuk deliniasi kawasan rawan gempa-longsor, serta bagaimana

implikasinya bagi pembangunan infrastruktur di kawasan Jawa Barat selatan.

Tujuan khusus yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah:

a) Inventarisasi karakteristik morfotektonik di Jawa Barat selatan

b) Mengetahui respon bentang alam vulkanik berumur kwarter terhadap patahan

aktif

c) Merumuskan hubungan statistik antara karakteristik morfotektonik dan zona

patahan aktif

d) Memetakan distribusi zona rawan longsor di kawasan Jawa Barat selatan

e) Menyusun model hubungan antara patahan aktif dan keberadaan zona rawan

longsor

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk

membantu masyarakat dan pemerintah daerah setempat dalam mencari solusi

penanganan krisis akibat ancaman bencana geologi. Di samping itu, hasil yang

diperoleh juga dapat memberi sumbangan bagi pengembangan ilmu dan teknologi.

Hasil penelitian juga memungkinkan untuk memperoleh Hak Atas Kekayaan

Intelektual (HAKI), yaitu metode prediksi kawasan rawan longsor berdasarkan

analisis morfotektonik dan patahan aktif. Dengan mengetahui karakteristik

morfotektonik maka zona patahan aktif dapat dipetakan untuk membantu deliniasi

kawasan rawan ancaman bahaya longsor.

Publikasi hasil penelitian dilakukan pada berbagai jurnal ilmiah baik nasional

maupun internasional, diantaranya International Journal of Digital Earth (IJDE)

yang sudah terindeks Scopus. Berbagai forum ilmiah, diantaranya ACRS yang telah

ddiselenggarakan pada tanggal 19-23 Oktober 2015 di Metro Manila, Philippines,

“FIG 2016” yang akan diselenggarakan sekitar bulan Mei di New Zeland, dan PIT

IAGI 2016 sekitar bulan September juga menjadi target publikasi.

Page 20: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

13

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik untuk pengembangan ilmu

maupun penerapannya untuk kesejahteraan masyarakat. Hasil penelitian berupa:

i) Pengembangan metode prediksi zona rawan longsor

ii) Materi ajar

iii) Artikel ilmiah publikasi pada jurnal internasional

iv) Artikel ilmiah dipresentasikan dalam pertemuan ilmiah internasional

v) Artikel ilmiah publikasi pada jurnal nasional

Page 21: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

14

BAB 4

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menindaklanjuti hasil temuan dalam penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya, seperti tercantum dalam road map penelitian. Kata kunci

dalam penelitian ini adalah patahan aktif, morfotektonik, DAS, longsor, dan Jawa

Barat Selatan. Objek penelitian adalah bentangalam, batuan, tanah, dan sungai.

Bentangalam dan sungai dapat diidentifikasi melalui berbagai media, yaitu media

citra satelit, peta topografi, maupun observasi lapangan. Sedangkan objek batuan dan

tanah harus diidentifikasi melalui observasi lapangan.

Beberapa variabel yang tidak memungkinkan diukur di lapangan,

pengukurannya dilakukan melalui media citra satelit dan peta topografi. Metode

interpretasi dan perolehan informasi dari citra hasil penginderaan jauh yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

i) Interpretasi visual berdasarkan kenampakan rona, pola, bentuk, tekstur, dll;

ii) Identifikasi objek berdasarkan jejak spektral (spectral signatures) atau angka

dijital (Digital Number disingkat DN);

iii) Integrasi data penginderaan jauh dengan tipe data lainnya;

iv) Interpretasi citra penginderaan jauh secara kuantitatif yaitu pengukuran dimensi

mendatar, kemiringan lereng, dsb.

Pengukuran variabel respon bentangalam dan tektonik pada media data

penginderaan jauh adalah kemiringan lereng, azimut segmen sungai, azimut

kelurusan bentangalam, kerapatan sungai, rasio cabang sungai, dan rasio panjang

segmen cabang sungai. Kenampakan tiga dimensi menggunakan perangkat lunak

(MapInfo dan ERMapper) sangat membantu dalam pengukuran variabel tersebut.

Variabel-variabel yang dibutuhkan dalam perhitungan analisis data diperoleh

melalui pengukuran pada lokasi-lokasi tertentu di lapangan. Kompilasi data

diperlukan untuk mendapatkan peta distribusi patahan aktif, zona rawan gempa, dan

zona rawan longsor secara spasial. Data dasar yang digunakan dalam penelitian ini

berasal dari publikasi ilmiah beberapa peneliti terdahulu yang dilengkapi dengan data

hasil survei lapangan dan analisis laboratorium. Adapun data yang diperoleh dari

Page 22: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

15

lapangan adalah unsur-unsur struktur geologi, deskripsi batuan, unsur-unsur

morfometri, debit aliran air sungai, dll.

Pemecahan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

probabilistik. Metode ini digunakan agar hasil penelitian signifikan pada taraf nyata

tertentu, misalnya = 0,10. Skema kerangka penelitian ditampilkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Skema kerangka penelitian

Di samping pengujian secara kuantitatif, penelitian ini juga akan mengusulkan

desain infrastruktur, baik dalam skala kecil maupun menengah. Desain yang

dihasilkan diharapkan dapat segera dimanfaatkan oleh pemerintah untuk segera

mengembangkan kawasan Jawa Barat Selatan.

Page 23: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

16

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara keseluruhan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini

selama 2 (dua) tahun dengan waktu efektif tiap tahunnya adalah 8 (delapan) bulan.

Adapun hasil yang telah diperoleh dalam penelitian yang efektif dilaksanakan bulan

Maret hingga Oktober 2015 adalah:

Data hasil observasi lapangan di wilayah Garut dan Cianjur bagian selatan,

Hasil analisis laboratorium sifat fisik dan mekanika tanah

Skripsi mahasiswa S1 Teknik Geologi

Thesis mahasiswa S2 Teknik Geologi

Materi ajar mata kuliah Geomorfologi Kuantitatif

Artikel ilmiah dikirim ke jurnal terindex scopus IJDE (belum ada jawaban)

Artikel ilmiah yang dipresentasikan dalam forum pertemuan ilmiah internasioal

the 36th

Asian Conference in Remote Sensing (ACRS) on “Fostering Resilient

Growth in Asia” yang dilaksanakan pada 19-23 Oktober 2015 di the Crowne

Plaza Manila Galleria in Quezon City, Metro Manila, Philippines.

Data hasil observasi lapangan mencakup pengukuran kekar, data unit-unit

morfotektonik, dokumentasi berupa foto, sampel untuk analisis sifat fisik dan

mekanika tanah. Hasil analisis sifat fisik dan mekanika tanah selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran.

5.1. Karakteristik Morfotektonik

5.1.1. DAS Cisadea

Bentuk DAS Cisadea melebar ke arah hilir, cenderung berbentuk paralel.

Bentuk DAS yang demikian menunjukkan ada dua sungai utama yang mengalir. Pola

pengaliran dapat kelompokkan menjadi tiga, yaitu anastomotik, subdendritik, dan

subtrelis. Pola pengaliran anastomotik ini menempati daerah yang didominasi oleh

bongkah batupasir- tuff dan endapan aluvium. Pola pengaliran subdendritik dibentuk

oleh sungai-sungai yang masuk ke sungai utama dari berbagai arah, membentuk

Page 24: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

17

sudut runcing terhadap sungai induk. Arah sungai sejalan dengan arah aliran. Pola ini

berkembang pada batuan dengan kekerasan yang relatif homogen yang umumnya

berupa batupasir. Pola pengaliran subtrellis dikontrol oleh struktur yang indikasinya

ditemukan di sungai Cigugur. Segmen sungai ini berkelok-kelok seolah

termampatkan, pada umumnya terbentuk karena adanya kompresi. Pola pengaliran

ini dibentuk oleh sungai Cisarua dan sungai Cigugur dengan litologi breksi vulkanik,

batupasir dan tuff. Untuk keperluan analisis morfotektonik, bagian tengah dari DAS

Cisadea dibagi dalam 13 sub DAS (Gambar 5). Orde sungai 1 hingga 3 menyusun

sub DAS ini

Gambar 5. Distribusi sub DAS di bagian tengah DAS Cisadea

Page 25: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

18

Tabel 3. Orde sungai dan rasio cabang sungai (Rb) di bagian tengah DAS Cisadea

Sub DAS Orde sungai Rb

1 2 3 1-2 2-3

1 14 3 2 4,7 1,5 2 10 3 1 3,3 3,0

3 10 3 1 3,3 3,0 4 15 4 2 3,8 2,0

5 5 2 - 2,5 - 6 2 1 - 2,0 -

7 3 2 - 1,5 - 8 4 2 - 2,0 -

9 8 3 1 2,7 3,0 10 4 2 0 2,0 -

11 3 2 0 1,5 - 12 14 4 2 3,5 2,0

13 18 6 4 3,0 1,5

Hasil perhitungan didapat nilai Rb berkisar 1,5 sampai 4,7. Nilai Rb yang

kurang dari 3,0 atau lebih dari 5,0, diindikasikan telah mengalami deformasi

(Verstappen, 1983). Daerah penelitian ini sebagian besar memiliki nilai Rb berkisar

1,23 until 2,8, artinya telah mengalami deformasi akibat adanya aktivitas tektonik.

Hasil perhitungan nilai Dd selanjutnya dikelompokan ke dalam tabel klasifikasi

berdasarkan tekstur bentang alam (Sukiyah, 2009) yang dibagi ke dalam enam kelas

(Table 4).

Tabel 4. Distribusi kerapatan pengaliran di bagian tengah DAS Cisadea

Nilai Dd di bagian tengah DAS berkisar 0 hingga 8 km/km2. Berdasarkan

Tabel 4, tampak bahwa tekstur bentang alam sangat kasar paling dominan, yaitu

menempati 60% dari seluruh luas bagian tengah DAS. Nilai tersebut mencerminkan

bahwa batuan yaang berada dibagian tengah DAS cenderung bersifat keras sehingga

kerapatan aliran agak renggang.

Tekstur Dd (km/km2)

Proporsi luas

area (%)

Sangat kasar 0 – 1,4 60

Kasar 1,4 – 2,8 9

Sedang 2,8 – 4,2 12

Agak halus 4,2 – 5,5 12

Halus 5,5 – 6,9 4

Sangat halus 7 – 8 4

Page 26: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

19

Kemiringan lereng di bagian tengah DAS berkisar dari 15% hingga 70% dan

diklasifikasikan sebagai lereng yang agak curam hingga curam. Kemiringan lereng

ini membentuk morfografi perbukitan yaitu perbukitan sedimen dan vulkaniklastik

yang disusun oleh material berupa batupasir, breksi, dan tuff yang memiliki nilai

porositas yang tinggi. Hasil analisis bifurcation ratio diketahui bahwa bagian tengah

DAS dikontrol oleh tektonik yang diduga berpotensi aktif. Aktivitas tektonik inilah

yang membuat daerah ini tersesarkan dan mempengaruhi aktivitas vulkanisme

berkembang hingga terendapkan material vulkanik yang mempumyai nilai porositas

tinggi. Tekstur bentangalam berdasarkan kerapatan pengaliran cenderung sangat

kasar dengan Dd berkisar dari 0 hingga 1,4 km / km2. Kondisi ini merupakan respon

dari batuan penyusun wilayah ini yang terdiri atas batupasir, breksi vukanik, dan tuff.

Tatanan tektonik dan stratigrafi batuan yang demikian ternyata berimplikasi kepada

potensi longsor. Hasil analisis morfometri menunjukkan bahwa daerah penelitian

sangat berpotensi longsor. Hal ini dicerminkan oleh kemiringan lereng yang curam

dengan nilai bifurcation ratio 1,23 hingga 2,8. Kontrol tektonik dominan yang

dicerminkan oleh tekstur bentang alam yang rendah berdasarkan kerapatan

pengaliran.

5.1.2. DAS Cipandak

Bentuk DAS Cipandak menyerupai bulu burung, memanjang dari utara ke

selatan. DAS ini berimpit dengan sesar mendatar Cipandak. Walaupun karakteristik

bentuk DAS dan pola pengaliran sudah mencerminkan adanya kontrol struktur

geologi, namun publikasi terkait keberadaannya belum ada. Fenomena ini

sebenarnya juga didukung oleh analisis kuantitatif terhadap parameter morfometri

DAS.

Sungai Cipandak beserta anak-anak sungainya membentuk pola pengaliran

trelis. Secara keseluruhan sungai-sungai berorde 1 hingga 5. Karakteristik masing-

masing orde sungai ditampilkan dalam Tabel 5. Tampak bahwa Rb4-5 sangat kecil

dan jauh dari syarat normal suatu DAS (Rb = 3 s/d 5), artinya bahwa sungai utama

mengalami kontrol tektonik yang sangat signifikan.

Page 27: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

20

Tabel 5. Karakteristik morfometri DAS Cipandak

Sesar mendatar Cipandak terdapat di bagian tengah DAS yang berimpit dengan

sungai utama, dengan arah barat daya - timur laut. Indikasi yang menunjukkan

keberadaan sesar tersebut adalah:

Pola kelurusan pada citra SRTM- DEM

Keberadaan struktur kekar di sekitar DAS Cipandak

Interpretasi peta topografi yang menunjukkan kelurusan segmen-segmen sungai di

DAS Cipandak.

Kelurusan segmen sungai Cipandak.

Tiga parameter karakteristik morfotektonik DAS digunakan untuk

mengetahui sejauh mana tektonik mengontrol DAS Cipandak, yaitu kerapatan

pengaliran (Dd), rasio cabang sungai (Rb), dan azimut kelurusan segmen sungai.

Hasil analisis terhadap populasi data kerapatan pengaliran (Dd), rasio cabang sungai

(Rb), dan kelurusan segmen sungai, menunjukkan bahwa ada pengaruh pergerakan

pada kedua blok sesar (Gambar 6). Kedua blok sama-sama mengalami deformasi.

Gambar 6. Stereonet and rosette diagram data kekar yang terdapat pada singkapan

batupasir tufaan, pada koordinat 7o 22’ 3,4” LS dan 107

o 19’ 44,1” BT.

Orde

sungai

Segmen

sungai

Panjang total

sungai (km)

Rb Luas DAS

(km2)

Dd

1 284 233,50 2,58 188,9 1,24

2 110 75,85 1,22 188,9 0,40

3 90 46,59 2,81 188,9 0,25

4 32 14,05 0,63 188,9 0,07

5 51 41,82 188,9 0,22

Total 411,81 188,9 2,18

Page 28: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

21

Gambar 7. Peta distribusi sub-sub DAS di Blok A dan B sesar mendatar Cipandak

(kiri) dan gawir sesar (kanan), Cianjur Selatan

5.1.3. DAS Cilayu

Geomorfologi DAS Cilayu bagian hulu hingga hilir dapat dibedakan dalam

beberapa unit morfografi, yaitu. pegunungan, perbukitan, lembah dan pedataran.

Kemiringan lereng yang bervariasi mempengaruhi pola pengaliran di DAS Cilayu.

Pola pengaliran yang dapat dikenali yaitu trellis, parallel, dan rectangular. Seluruh

pola pengaliran tersebut mencerminkan adanya kontrol struktur geologi.

Secara umum, Sungai Cilayu merupakan sungai utama yang mengalir dalam

DAS Cilayu dan bersumber dari Gunung Melati di daerah Garut bagian selatan. DAS

Cilayu yang hulunya berada di Gunung Melati dan hilirnya berada di daerah Gunung

Kawung Jantung memiliki luas sekitar 62.610 m2. Panjang sungai induk yang

mengalir di DAS Cilayu mencapai 28.170 m dengan lebar maksimum DAS Cilayu

adalah sebesar 7.010 m.

Hasil perhitungan luas, panjang sungai induk, dan lebar maksimum di setiap

sub DAS pada DAS Cilayu ditampilkan dalam Tabel 6. Data tersebut digunakan

untuk analisis morfotektonik.

Page 29: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

22

Tabel 6. Karakteristik morfometri DAS Cilayu

No Sub DAS Luas (m2)

Panjang

sungai

utama (m)

Lebar

maksimum

(km)

Bentuk Sub

DAS

1 SD 1 3.013,00 7.704,34 0,39 Bulu burung

2 SD 2 4.233,00 12.007,96 0,35 Bulu burung

3 SD 3 1.435,00 4.501,23 0,32 Bulu burung

4 SD 4 756,40 294,88 0,25 Radial

5 SD 5 979,10 4.160,43 0,23 Bulu burung

6 SD 6 1.387,00 5.018,28 0,27 parallel

7 SD 7 1.218,00 4.049,10 0,30 Radial

8 SD 8 11,00 4.214,27 0,26 Parallel

9 SD 9 22.090,00 51.998,23 0,42 complex

10 SD 10 548,30 2.277,60 0,24 parallel

11 SD 11 345,90 1.580,90 0,22 Bulu burung

12 SD 12 3.270,00 9.737,60 0,33 Bulu burung

13 SD 13 620,60 2.763,00 0,22 Parallel

14 SD 14 14.120,00 42.610,61 0,33 complex

15 SD 15 1.191,00 4.719,20 0,25 Bulu burung

16 SD 16 1.729,00 8.226,90 0,21 Bulu burung

17 SD 17 544,80 2.139,90 0,25 Radial

18 SD 18 615,50 2.675,30 0,23 Bulu burung

19 SD 19 2.947,00 10.793,80 0,27 Bulu burung

20 SD 20 2.484,00 9.437,30 0,26 Bulu burung

21 SD 21 2.338,00 6.691,81 0,35 Bulu burung

Berdasarkan perhitungan aspek luas yang dilakukan terhadap sub DAS di

DAS Cilayu, diperoleh hasil bahwa sub DAS yang berada di DAS Cilayu memiliki

luas berkisar dari 345,90 – 22.090,00 m2. Analisis terhadap luas sub DAS ini

nantinya dapat membantu dalam perhitungan kerapatan sungai. Secara geologi, baik

luas DAS maupun luas sub DAS dapat memberikan gambaran tentang besarnya

daerah tangkapan air (catchment area). Semakin besar luas DAS atau sub DAS maka

semakin besar pula kemampuan dalam menangkap air yang jatuh dan melewati DAS

tersebut. Selain itu, diperlukan juga adanya perhitungan dan analisis mengenai nilai

kerapatan pengaliran untuk mendukung aspek luas dalam penentuan tingkat

permeabilitas serta jenis batuan pada DAS dan sub DAS.

Penentuan bentuk DAS Cilayu akan selalu berkaitan dengan aspek luas,

panjang, dan lebar maksimum DAS. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, penentuan

bentuk DAS dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara bentuk model DAS

Cilayu dan bentuk DAS menurut Sosrodarsono dan Takeda (1987). Berdasarkan hal

Page 30: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

23

tersebut, DAS Cilayu pada umumnya memiliki bentuk DAS bulu burung (Tabel 6).

Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap sub DAS yang terdapat di DAS

Cilayu, diperoleh hasil bahwa sebanyak 12 sub DAS berbentuk bulu burung, 4 sub

DAS berbentuk paralel, 3 sub DAS berbentuk radial dan 2 sub DAS berbentuk

kompleks. Secara geologi, bentuk sub DAS bulu burung memiliki karakteristik yaitu

debit banjir yang relatif kecil dibandingkan bentuk sub DAS yang lain. Hal ini terjadi

karena konsentrasi air berada lebih lama pada sub DAS yang berbentuk memanjang

dibandingkan dengan DAS atau sub DAS yang berbentuk melebar atau melingkar.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan terhadap sub DAS yang berada di

DAS Cilayu diperoleh hasil bahwa sebagian besar sub DAS memiliki nilai Rb rata-

rata kurang dari 3 dan lebih dari 5. Secara geologi, nilai Rb yang kurang dari 3 dan

lebih dari 5 ini menunjukkan bahwa di beberapa lokasi sub DAS pada DAS Cilayu

terindikasi telah mengalami deformasi akibat pengaruh tektonik aktif.

Kerapatan pengaliran amat dipengaruhi oleh banyaknya anak sungai dalam

suatu DAS dan luas cakupan DAS tersebut. Besarnya nilai kerapatan pengaliran juga

dapat menggambarkan karakteristik tanah serta kondisi permeabilitas batuan yang

menysun DAS Cilayu. Berdasarkan nilai kerapatan pengaliran sebesar 2,99, maka

DAS Cilayu tergolong memiliki kerapatan pengaliran sedang. Tingkat kerapatan

pengaliran yang sedang mengindikasikan bahwa secara umum alur-alur sungai dalam

DAS Cilayu melewati batuan dengan resistensi keras. Berdasarkan persamaan di

atas, nilai kerapatan pengaliran pada tiap sub DAS juga dapat dihitung (Tabel 7).

Tabel 7. Rasio cabang sungai sub DAS Cilayu

Sub DAS Panjang

sungai (m)

Luas(m2) Dd Jumlah segmen

sungai

Rb

1 2 3 1-2 2-3

Sd-1 7.704,34 3.013,00 2,60 5 4 - 1,25 -

Sd-2 12.007,96 4.233,00 2,80 9 4 3 2,25 1,33

Sd-3 4.501,28 1.435,00 3,10 3 2 - 1,50 -

Sd-4 2.941,88 756,40 3,90 3 2 - 1,50 -

Sd-5 4.160,43 979,10 4,20 4 3 - 1,33 -

Sd-6 5.018,28 1.387,00 3,60 7 5 - 1,44 -

Sd-7 4.049,10 1.218,00 3,30 4 2 1 2,00 2,00

Sd-8 4.214,27 1.119,00 3,80 8 5 1 1,60 5,00

Sd-9 51.998,23 22.090,00 2,40 43 17 21 2,53 0,81

Sd-10 2.277,60 548,30 4,20 2 1 - 2,00 -

Sd-11 1.580,90 345,90 4,60 2 1 - 2,00 -

Page 31: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

24

Sd-12 9.737,60 3.270,00 3,00 6 5 - 1,20 -

Sd-13 2.763,00 620,60 4,50 3 1 - 3,00

Sd-14 42.610,61 14.120,00 3,00 38 29 5 1,31 5,80

Sd-15 4.719,20 1.191,00 4,00 4 3 - 1,33 -

Sd-16 8.226,90 1.729,00 4,80 7 5 1 1,40 5,00

Sd-17 2.139,90 544,80 3,93 2 1 - - 2,00

Sd-18 2.675,30 615,50 4,35 2 1 - 2 -

Sd-19 10.793,80 2.947,00 3,66 9 4 4 2,25 1,00

Sd-20 9.437,30 2.484,00 3,80 8 4 2 2,00 2,00

Sd-21 6.691,81 2.338,00 2,86 6 4 - 1,50 -

Kondisi morfotektonik DAS Cilayu dapat kita ketahui melalui beberapa

parameter morfometri seperti rasio cabang sungai (Rb) dan nilai kerapatan

pengaaliran (Dd). Hasil perhitungan yang sudah dilakukan terhadap kedua parameter

tersebut menunjukkan bahwa sub DAS Cilayu bagian hulu dikontrol oleh tektonik

yang berpotensi aktif. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil perhitungan nilai Rb rata-

rata tiap sub DAS yang sekaligus menunjukkan bahwa secara kuantitatif, kontrol

tektonik berperan cukup kuat pada DAS Cilayu.

Karakteristik morfotektonik pada bentangalam di DAS Cilayu bagian hulu

yang dapat menjadi indikasi pengaruh tektonik aktif adalah sebagai berikut:

Kelurusan punggungan dan lembahan dari DEM daerah penelitian.

Kelurusan pola pengaliran sungai.

Kelokan sungai secara tajam di sekitar Cibaregbeg dan Rancadarandan.

Zona depresi yang cukup luas dan terisi oleh endapan aluvial di bagian Selatan

DAS Cilayu.

Selain parameter rasio cabang sungai dan nilai kerapatan pengaliran, kondisi

tektonik aktif pada daerah penelitian juga ditentukan dari parameter indeks sinusitas

muka gunung (Smf). Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap variabel Smf juga

mendukung adanya korelasi antara bentangalam dan kondisi tektonik DAS. Nilai

indeks kelokan muka pegunungan (Smf) yang diperoleh dari perhitungan relatif

rendah yaitu berkisar antara 1,2 – 1,3, sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi

pengangkatan secara langsung dan aktivitas tektonik di DAS Cilayu termasuk

tektonik aktif. Adapun nilai-nilai sinusitas muka gunung pada DAS Cilayu

dirangkum dalam Tabel 8.

Page 32: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

25

Tabel 8. Nilai sinusitas muka gunung DAS Cilayu

Code Lmf Ls Smf (bagian utara ke

selatan DAS Cilayu

Smf1 279,50 260,80 1,07

Smf2 516,30 297,40 1,74

Smf3 556,00 370,20 1,50

Smf4 846,30 346,80 2,44

Smf5 2.396,00 988,10 2,42

Smf6 1.830,00 1.013,00 1,81

Smf7 704,00 535,60 1,31

Smf8 412,50 362,90 1,14

Smf9 464,30 330,90 1,40

Smf10 533,10 358,30 1,49

Smf11 489,40 426,40 1,15

Smf12 356,40 250,20 1,42

Smf13 450,60 339,60 1,32

Smf14 401,30 307,80 1,30

Smf15 538,10 438,90 1,23

Smf16 556,50 450,70 1,23

Smf17 115,80 77,79 1,49

Smf18 199,20 123,10 1,62

Smf19 194,20 156,80 1,24

Smf20 936l,20 663,40 1,41

Smf21 418,90 363,30 1,15

Smf22 867,10 473,30 1,83

Smf23 552,70 290,80 1,90

Smf24 1.997,0 1393,00 1,43

Smf25 296,60 246,70 1,20

Smf26 675,80 564,40 1,20

Smf27 583,70 203,40 2,87

5.1.4. DAS Cikandang

Bentuk DAS Cikandang relatif mirip kipas. Hal ini menunjukkan bahwa DAS

tersusun atas pola pengaliran yang beragam. Pola pengaliran tersebut adalah trellis,

parallel, dendritic, dan annular. Orde sungai di DAS Cikandang berkisar dari 1

sampaai Stream order in the Cikandang watershed range from 1 to 6 (Tabel 9).

Korelasi antara jumlah segmen sungai dan kerapatan pengaliran membentuk

persamaan y=0,001x (Gambar 8).

DAS Cikandang dikontrol oleh patahan mendatar menganan (dextral

horizontal fault), yang membagi bagian tengah DAS. Patahan berarah barat daya -

timur laut. Sebagian segmen sungai Cikandang berimpit dengan patahan ini. Analisis

dilakukan terhadap populasi data kerapatan pengaliran dan rasio cabang sungai sub-

sub DAS yang berada pada kedua blok sesar. Analisis data ini untuk mengetahui

Page 33: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

26

seberapa jauh aktivitas kedua blok sesar tersebut. Hasil analisis parameter

morfometri DAS yaitu kerapatan pengaliran (Dd) dan rasio cabang sungai (Rb),

menunjukkan bahwa tektonik menyebabkan deformasi di DAS ini.

Tabel 9. Karakteristik morfometri DAS Cikandang

Orde

Sungai

Jumlah

segmen

Panjang total

sungai (km) Rb

Luas DAS

(km2)

Dd

1 977 794,40 2,11 464 1,71

2 462 256,30 1,92 464 0,55

3 241 120,40 1,21 464 0,26

4 200 76,72 6,25 464 0,17

5 32 22,61 0,82 464 0,05

6 39 20,60 464 0,04

Jumlah 1.291,03 464 2,78

Gambar 8. Korelasi antara jumlah segmen sungai dan Dd di DAS Cikandang

Pola pengaliran dalam wilayah ini adalah trellis, parallel, dendritic, dan

subparallel (Gambar 9). Pada pola trellis, jenis pola pengalirannya berhadapan pada

sisi sepanjang aliran subsekuen. Pola ini dibentuk oleh Sungai Cimangke, Sungai

Cipasarangan, Sungai Cikandang serta anak sungainya. Bentuk pola pengaliran

Parallel cenderung sejajar, berlereng sedang-agak curam, dipengaruhi oleh struktur

geologi, terdapat pada perbukitan memanjang. Pola ini dibentuk oleh Sungai

Cirompang serta anak sungainya. Pola pengaliran dendritik membentuk mirip tulang-

Page 34: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

27

tulang daun, berkembang pada batuan dengan kekerasan yang relatif sama. Pola ini

dibentuk oleh Sungai Ciarinem, Sungai Ciawitali dan Sungai Cibalubur beserta anak

sungainya. Pola pengaliran subparallel dibentuk oleh anak Sungai Cikandang.

Gambar 9. Pola Pengaliran di DAS Cikandang dan sekitarnya. Pola aliran Trelis (A),

Paralel (B), Dendritik (C), dan Subparalel (D).

Gambar 10. Bentuk lahan perbukitan yang tersebar di Kecamatan Bungbulang,

Kecamatan Pakenjeng, Desa Nyalindung

Page 35: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

28

Gambar 11. Kenampakan Tiga Dimensi (3D) geomorfologi sebagian DAS

Cikandang

Dari hasil pengamatan, pengukuran, dan analisis terhadap indikasi-indikasi

struktur geologi, serta dikorelasikan dengan interpretasi kelurusan-kelurusan dari

citra SRTM-DEM, dan pola tegasan umum yang bekerja di daerah penelitian, maka di

daerah ini berkembang struktur sesar dan kekar. Struktur sesar dan kekar ini

merupakan struktur geologi yang berumur Kuarter, karena berkembang pada batuan-

batuan yang berumur Tersier dan Kuarter.

Sesar mendatar dekstral Cikandang terdapat di bagian tengah DAS. Sesar ini

relatif berarah timurlaut-baratdaya. Memanjang dari arah timurlaut sampai baratdaya.

Indikasi–indikasi yang menunjukkan sesar tersebut adalah:

Adanya pola kelurusan yang teramati pada citra SRTM-DEM.

Keberadaan struktur kekar yang ditemukan di sekitar daerah aliran sungai (DAS)

Cikandang.

Interpretasi peta topografi yang menunjukkan kelurusan segmen-segmen sungai

pada daerah aliran sungai Cikandang.

Sesar normal Ciarinem terdapat di bagian timur laut, relatif berarah barat-

timur. Indikasi–indikasi yang menunjukkan sesar tersebut adalah:

Adanya pola kelurusan yang teramati pada citra SRTM-DEM.

Page 36: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

29

Keberadaan struktur kekar yang ditemukan di sekitar daerah aliran sungai (DAS)

Ciarinem.

Sesar mendatar dekstral Cikalong terdapat di bagian timurlaut pada daerah

penelitian. Sesar mendatar dekstral Cikalong relatif berarah timurlaut-baratdaya.

Indikasi–indikasi yang menunjukkan sesar tersebut adalah:

Adanya pola kelurusan yang teramati pada citra SRTM-DEM.

Keberadaan struktur kekar yang ditemukan di sekitar daerah aliran sungai (DAS)

Cikandang.

Sesar mendatar dekstral Cibalubur terdapat di bagian baratlaut pada daerah

penelitian. Sesar mendatar dekstral Cibalubur relatif berarah timurlaut-baratdaya.

Indikasi–indikasi yang menunjukkan sesar tersebut adalah:

Adanya pola kelurusan yang teramati pada citra SRTM-DEM.

Keberadaan struktur kekar yang ditemukan di sekitar daerah aliran sungai (DAS)

Cibalubur.

5.1.5. DAS Cikaingan

Bentuk DAS Cikaingan sangat unik, mirip bulu burung dengan batas-batas

yang tegas. Bentuk memanjang dari utara ke selatan, dan tampak ramping di bagian

tengah dan hilir. Pola pengaliran beragam, yaitu dendritik di bagian hulu dan trellis

di bagian tengah. Kerapatan pengaliran di wilayah bagian hulu (utara) relatif lebih

rapat di banding bagian hilir (selatan). Perbedaan karakter pola pengaliran yang

ekstrim di bagian hulu dan hilir DAS sebenarnya telah menunjukkan adanya kontrol

struktur geologi (tektonik) di wilayah ini.

Tabel 10. Karakteristik morfometri DAS Cikaingan

Orde

sungai

Jumlah

segmen

sungai

Panjang (km) Rb Luas

(km2)

Dd

1 510 458,40 2,16 273 1,68

2 236 126,80 2,02 273 0,46

3 117 59,42 2,05 273 0,22

4 57 21,65 8,14 273 0,08

5 7 4,79 0,08 273 0,02

6 88 45,25 273 0,17

Total 716,31 273 2,62

Page 37: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

30

Sungai-sungai yang menyusun DAS Cikaingan berorde 1 s/d 6. Karakteristik

morfometri DAS dirangkum dalam Tabel 10. Proporsi antara jumlah segmen sungai

dan panjang total segmen sungai di setiap orde digambarkan dalam bentuk grafik.

Korelasi antara jumlah orde sungai terhadap kerapatan pengaliran di setiap orde

sungai ditampilkan dalam Gambar 12. Tampak korelasi di antara keduanya sangat

kuat, namun masih lebih rendah dibandingkan korelasi yang terjadi di DAS

Cipandak, walaupun kedua DAS sama-sama berbentuk bulu burung.

Rasio cabang sungai (Rb) antara sungai berorde 4 dan 5 serta antara sungai

berorde 5 dan 6 sangat ekstrim. Keduanya jauh di bawah dan di atas kisaran Rb untuk

DAS yang normal. Fenomena tersebut menunjukkan pengaruh struktur geologi dan

tektonik sangat kuat pada sungai berorde 4, 5, dan 6. Tipe struktur geologi yang

berupa sesar normal, di mana blok bagian utara relatif bergerak turun (hanging wall)

terhadap blok di bagian selatan (foot wall) juga turut berperan mempengaruhi

karakteristik morfometri yang ekstrim di bagian hulu dan hilir DAS Cikaingan.

Kerapatan pengaliran (Dd) di bagian hulu dengan di bagian hilir juga menunjukan

perbedaan yang sangat ekstrim.

Gambar 12. Korelasi antara jumlah segmen sungai dengan kerapatan pengaliran (Dd)

untuk sungai orde 1 s/d 6 DAS Cikaingan

DAS Cikaingan di bagian hulu (sekitar Singajaya) dikontrol oleh sesar normal

Singajaya. Fenomena tersebut didukung oleh hasil analisis dengan pendekatan

probabilistik terhadap populasi kerapatan pengaliran (Dd) dan rasio cabang (Rb)

sungai di sub-sub DAS yang berada pada blok A yang relatif turun (hanging wall)

dan blok B yang relatif tetap (foot wall).

Page 38: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

31

5.2. Sifat Fisik dan Mekanika Tanah Hasil Pelapukan Batuan Vulkanik

Hasil analisis laboratorium terhadap sifat fisik dan mekanika tanah hasil

pelapukan batuan vulkanik di wilayah Jawa Barat bagian selatan ditampilkan dalam

Tabel 11, Tabel 12, dan Tabel 13. Karakteristik sifat fisik dan mekanika tanah

meliputi kadar air, berat jenis, plastisitas, dan distribusi ukuran butir.

Tabel 11. Karakteristik kadar air, berat jenis, dan jenis tanah hasil pelapukan batuan

vulkanik di Cianjur dan Garut bagian selatan

No Kode sampel Kadar air (%) Berat jenis Klasifikasi tanah

(USCS)

1 02 39,75 2,408 MH

2 03 28,50 2,522 SM

3 ST. 02 70,02 2,507 MH

4 ST 02/03 (Lap A) 39,91 2,477 CH

5 ST 02/03 (Lap C) 31,74 2,530 SM

6 04 1,46 2,860 SM

7 ST 04/02 (Lap A) 42,22 2,457 CH

8 ST 04/02 (Lap C) 42,22 2,520 CH

9 H2 (pasir halus) 35,35 2,643 SM

10 ST 09/2 (Lap B) 34,36 2,678 MH

11 ST 09/2 (Lap C) 8,33 2,710 CH

12 TO.1 7,41 2,868 SP

13 TO.2 10,52 2,719 SP

14 TO.3 10,74 2,741 SP

15 TO.6 7,12 2,757 SP

16 TO.7 9,69 2,760 SP

Berdasarkan data pada Tabel 11, tampak bahwa klasifikasi tanah berdasarkan

USCS di wilayah Cianjur-Garut bagian selatan terdiri atas lanau lempungan

plastisitas tinggi (MH), lempung lanauan plastisitas tinggi (CH), pasir lanauan (SM),

dan pasir gradasi buruk (SP). Kadar air dari tanah hasil pelapukan batuan vulkanik

bervariasi berkisar dari 1,46 % hingga 70,2 %. Demikian juga dengan berat jenis

tanah hasil pelapukan batuan vulkanik, berkisar dari 2,408 hingga 2,868. Sifat fisik

Page 39: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

32

tersebut diduga ada keterkaitan dengan deformasi yang dialami oleh batuan asalnya.

Jika batuan asal dikontrol oleh patahan aktif, maka batuan relatif mudah hancur yang

akan berimplikasi kepada sifat fisik, misalnya kemampuan dalam menyerap air akan

menjadi lebih besar dibandingkan jika batuan asal tanah tersebut masif (kurang

terdeformasi). Pada Gambar 13 tampak bahwa ada hubungan berbanding terbalik

antara berat jenis dan kadar air dengan koefisien korelasi sebesar 0,83 yang dapat

diklasifikasikan berkorelasi sangat kuat.

Gambar 13. Korelasi antara berat jenis dan kadar air pada tanah hasil pelapukan

batuan vulkanik

Tabel 12. Plastisitas tanah hasil pelapukan batuan vulkanik

No Kode sampel Klasifikasi

tanah

Batas cair Batas plastis Indeks

plastisitas

1 02 MH 60,52 32,14 28,37

2 ST. 02 MH 68,64 40,74 27,89

3 ST 02/03 (Lap A) CH 62,42 26,77 35,64

4 ST 04/02 (Lap A) CH 72,75 25,95 46,81

5 ST 04/02 (Lap C) CH 73,37 30,71 42,66

6 ST 09/2 (Lap B) MH 69,80 35,70 34,10

7 ST 09/2 (Lap C) CH 75,57 40,43 35,14

y = -107,16x + 308,55 R² = 0,6869

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

2,300 2,400 2,500 2,600 2,700 2,800 2,900

K

a

d

a

r

a

i

r

(

%)

Berat jenis

Page 40: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

33

Jenis tanah hasil pelapukan batuan vulkanik terutama yang bersifat lempung

memiliki indeks plastisitas yang tinggi yaitu berkisar dari 35,14 hingga 46,81.

Sementara itu sebagian jenis tanah lanau juga memiliki indeks plastisitas yang relatif

tinggi pula, berkisar dari 27,89 hingga 34,10. Kondisi batuan asal, apakah terubah

atau tidak terubah juga turut mempengaruhi dari plastisitas tanah lempung maupun

lanau, di mana di wilayah Garut Selatan pada umumnya batuan vulkanik telah

mengalami ubahan (alterasi hidrotermal). Fenomena ini ditengarai oleh penemuan

mineralisasi emas yang sedang tahap eksplorasi dan persiapan eksploitasi oleh PT.

ANTAM (Arinem).

Tabel 13. Distribusi ukuran butir tanah hasil pelapukan batuan vulkanik di Cianjur-

Garut bagian selatan

No Kode sampel Distribusi ukuran butir (%) Lempung

< 0,005

mm

Lanau

0,005-0,075

mm

Pasir halus

0,075-0,420

mm

Pasir sedang

0,420-2,000

mm

Pasir kasar

2,000-4,750

mm

Kerikil

> 4,750

mm

1 02 18,64 42,80 33,56 5,00 0,00 0,00

2 03 8,12 30,26 31,58 21,84 8,20 0,00

3 ST. 02 26,45 34,09 16,54 19,64 3,28 0,00

4 ST 02/03 (Lap A) 41,75 32,73 16,42 8,42 0,68 0,00

5 ST 02/03 (Lap C) 11,42 20,02 28,84 35,00 4,72 0,00

6 04 13,69 17,55 29,58 35,62 3,56 0,00

7 ST 04/02 (Lap A) 44,52 33,78 15,96 5,18 0,56 0,00

8 ST 04/02 (Lap C) 47,08 33,36 10,84 8,46 0,26 0,00

9 H2 (pasir halus) 9,81 25,91 56,94 7,34 0,00 0,00

10 ST 09/2 (Lap B) 28,41 29,99 18,36 21,34 1,90 0,00

11 ST 09/2 (Lap C) 17,75 38,57 22,14 14,18 7,36 0,00

12 TO.1 13,97 10,67 20,36 43,32 11,68 0,00

13 TO.2 12,18 17,76 31,46 33,98 4,62 0,00

14 TO.3 15,27 11,69 39,84 33,20 0,00 0,00

15 TO.6 9,26 15,90 23,14 30,58 21,12 0,00

16 TO.7 4,08 15,00 36,14 34,70 10,08 0,00

Page 41: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

34

Ukuran butir hasil pelapukan batuan vulkanik bervariasi dari lempung hingga

pasir kasar. Beberapa diantaranya menunjukkan adanya korelasi terhadap kadar air.

Hasil uji korelasi antara kadar air terhadap ukuran butir lanau menunjukkan bahwa

korelasi berbanding lurus dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,67 yang

diklasifikasikan kuat. Korelasi antara proporsi ukuran butir pasir sedang dan kadar

air juga kuat dengan (r) sebesar 0,65, namun berbanding terbalik. Sementara itu

proporsi ukuran butir lempung terhadap kadar air berkorelasi sedang dengan (r)

sebesar 0,58. Sedangkan dengan ukuran butir yang lainnya, yaitu pasir halus dan

pasir kasar korelasi cenderung sangat rendah hingga rendah.

Gambar 14. Korelasi antara proporsi ukuran butir lanau dan kadar air pada tanah

hasil pelapukan batuan vulkanik di wilayah Cianjur – Garut bagian selatan

Gambar 15. Korelasi antara proporsi ukuran butir sedang dan kadar air pada tanah

hasil pelapukan batuan vulkanik di wilayah Cianjur – Garut bagian selatan

y = 1,2522x - 5,8849 R² = 0,4461

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

0 10 20 30 40 50

K

a

d

a

r

a

i

r

(%)

Proporsi lanau (%)

y = -0,9502x + 47,458 R² = 0,4237

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00

K

a

d

a

r

a

i

r

(

%)

Proporsi pasir sedang (%)

Page 42: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

35

BAB 6

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan adalah persiapan penelitian tahun

ke-2, observasi lapangan tahap 4, analisis kawasan rawan gempa, observasi lapangan

tahap 5, analisis kawasan rawan longsor, perumusan karakteristik morfotektonik

berkaitan dengan patahan aktif dan zona rawan longsor, penyusunan peta zonasi

rawan longsor di Jawa Barat Selatan, pelaporan dan penyusunan artikel ilmiah tahun

ke-2, seperti tercantum dalam Tabel 14 (kegiatan diarsir abu-abu).

Tabel 14. Rencana tahapan selanjutnya

No Jenis kegiatan Tahun I Tahun II

1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

1. Persiapan, data sekunder, dll.

2. Observasi lapangan I

3. Perhitungan morfometri DAS &

morfotektonik

4. Observasi lapangan II & III

5. Analisis patahan aktif

6. Analisis data hasil uji laboratorium

7. Analisis data tahap awal

8. Pelaporan dan penyusunan artikel

ilmiah Tahun ke-1

9. Persiapan penelitian Tahun ke-2

10. Observasi lapangan IV

11. Analisis kawasan rawan gempa

12. Observasi lapangan V

13. Analisis kawasan rawan longsor

14. Analisis laboratorium tahap lanjut

15. Perumusan Karakteristik

morfotektonik berkaitan dengan

patahan aktif dan zona rawan

longsor

16. Penyusunan peta zonasi rawan

longsor di Jawa Barat Selatan

17. Pelaporan dan penyusunan artikel

ilmiah Tahun ke-2

Page 43: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

36

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil observasi lapangan menunjukkan adanya bukti-bukti empirik terkait

keberadaan patahan aktif yang ditemukan di sepanjang jalur longsoran, terutama di

wilayah Garut selatan. Sementara di wilayah Cianjur selatan, potensi longsor terkait

dengan keberadaan patahan masih dikaji lebih lanjut.

Hasil kajian morfotektonik mendukung interpretasi bahwa unit-unit morfografi yang

terkait dengan tektonik dapat dijadikan acuan awal untuk zonasi kawasan longsor di

wilayah Garut Selatan.

Karakteristik fisik tanah memverifikasi hasil analisis bahwa tanah jenis lanau dan

pasir sedang memiliki kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kadar air

pada zona fisiografi pegunungan selatan.

Studi lebih lanjut akan dilakukan pada tahun ke-2. Revisi terhadap Peta Geologi

perlu dilakukan untuk menginformasikan kepada masyarakat bahwa banyak patahan

berpotensi aktif yang belum dipetakan di wilayah Jawa Barat bagian selatan.

Page 44: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

37

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, T., Rajiyowiryono, H., Adisaputro, K., dan Wongsosentono, S. 1992.

Pertimbangan Aspek Geologi Lingkungan dalam Pengembangan Wilayah Jawa

Barat Selatan. Proceeding Seminar Proyeksi Pengembangan Wilayah Jawa

barat bagian selatan, HMG Unpad, Bandung.

Baumann, P., Oesterle, & Suminta, W. 1972. The Cenozoic of Java and Sumatra,

Proceedings IPA.

Brunsden,D., Schortt,L., & Ibsen,M.L.(editor). 1997. Landslide Recognition,

Identification Movement and Causes, John Wiley & Sons, England, p. 137 -

148

Billings, M. P. 1972. Structural geology: Third Edition. Englewood Cliffs, New

Jersey: Prentice-Hall.

Doornkamp, J. C. 1986. Geomorphological approaches to the study of neotectonics.

Journal of Geological Society, Vol. 143: 335-342.

Hamilton, Warren. 1979. Tectonics of the Indonesian Region.US Government

Printing Office, Washington. 345h

Hansen, M.J. 1984. Strategies for Classification of Landslides, (ed. : Brunsden, D,

& Prior, D.B., 1984, Slope Instability, John Wiley & Sons, p.1-25

Hirnawan, R.F., & Muslim, D. 2006. Drainage morphometry characterizing active

tectonism in West Java. Proceeding of 2006 MapAsia International Conference.

Bangkok, Thailand: 18p

Keller, Edward A. & Pinter, Nicholas. 1996. Active tectonics: Earthquakes, uplift,

and landscape. New Jersey: Prentice Hall.

Koesmono, K., Kusnama, & Suwarna, N. 1996. Peta Geologi Lembar Sindangbarang

dan Bandarwaru. Skala 1:100.000, Edisi ke-2. PPPG, Bandung.

Martodjojo, S. 1984. Evolusi Cekungan Bogor, Jawa Barat. Desertasi Doktor,

Fakultas Pasca Sarjana ITB.

Munif, Fahrudin. 2011. Blog ilmiah tentang proses dinamik dan produknya: Sesar

Aktif. http://fahrudin-munif.blogspot.com/2012/5/sesar-aktif.html (Diakses

tanggal 5 September 2012 pukul 08.00).

Page 45: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

38

Pangular, D. 1985. Petunjuk Penyelidikan & Penanggulangan Gerakan Tanah, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Pengairan, Balitbang Departemen Pekerjaan

Umum, 233 hal.

Pulunggono, A. & Martodjojo, S. 1994. Perubahan Tektonik Paleogene-Neogene

Merupakan Peristiwa Tektonik Terpenting di Jawa. Proceedings Geologi dan

Geotektonik Pulau Jawa, Pertamina.

Purnomo, Joko, & Purwoko. 1994. Kerangka Tektonik dan Stratigrafi Pulau Jawa

Secara Regional dan Kaitannya dengan Potensi Hidrokarbon. Proceedings

Geologi dan Geotektonik Pulau Jawa, Pertamina.

Situmorang, B., Siswoyo, Endang Thajib, & Paltrinieri F. 1976. Wrench fault

tectonics and aspects of hydrocarbon accumulation in Java. Proceedings IPA.

Stewart, I. S. & Hancock, P. L. 1994. Neotectonics. Dalam Hancock, Paul P.

(Penyunting). Continental Deformation. Pergamon Press Ltd., Oxford: 370-409

Sudradjat, A., Sulaksana, N., dan Sukiyah, E. 2010. Karakteristik geomorfologi

berkaitan dengan potensi energi terbarukan di wilayah Kabupaten Kuningan

Propinsi Jawa Barat. Penelitian Kompetitif Strategis Nasional.

Sukiyah, Emi. 2009. Model erosi bentangalam vulkanik Kuarter di Cekungan

Bandung Bagian Selatan. Disertasi. Program pascasarnjana Universitas

Padjadjaran, Bandung.

Sudradjat, A., Syafri, I., Sulaksana, N., & Sukiyah, E. 2009. Karakteristik

Sumberdaya Geologi di Kawasan Jawa Barat Bagian Selatan Sebagai Referensi

Pengembangan Sumber Energi Alternatif. Penelitian Strategis Nasional.

Sukiyah, E., Sulaksana, N., Hendarmawan, dan Rosana, M.F. 2012. Peran

Morfotektonik DAS dalam Pengembangan Potensi Energi Mikro Hidro di

Cianjur-Garut Bagian Selatan. Bionatura, Vol. 14, No. 1: 1-11.

Sukiyah, E., Sulaksana, N., Hendarmawan, dan Rosana, M.F. 2010. Peran

Morfotektonik DAS dalam Pengembangan Potensi Energi Mikro Hidro di

Cianjur-Garut Bagian Selatan. Penelitian Andalan Unpad.

Sukamto. 1975. Peta Geologi Lembar Jampang dan Balekambang, Jawa. Skala

1:100.000, PPPG, Bandung.

Sukiyah, E., Sudradjat, A., Hirnawan, R. F., & Muslim, D. 2006. Watershed

morphometry on Quaternary volcanic terrain in southern part of the Bandung

Page 46: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

39

basin: it’s implication in distribution of flood area. Map Asia Conference 2006

in Bangkok, Thailand.

Sukiyah, E., Sudradjat, A., Hirnawan, R.F., Muslim, D., & Rosana, M.F. 2007. The

simple grid method in GIS application for delineation of erosion and flood

zones: Case study at Bandung basin. SKIM X, Universitas Kebangsaan

Malaysia, Bangi, Malaysia.

Sulaksana, N., Sukiyah, E., Sudradjat, A., dan Rosana, M.F. 2011. Karakteristik

Geomorfologi yang berkaitan dengan Potensi Energi Terbarukan di Wilayah

Kuningan Jawa Barat. Majalah Geologi Indonesia, Vol. 26, No. 3: 131-142.

Sulaksana, N., Sukiyah, E., Sudradjat, A., Sjafrudin, A., Haryanto, Edi Tri. 2011.

Karakteristik morfotektonik DAS Cimanuk bagian hulu dan implikasinya

terhadap intensitas erosi-sedimentasi di wilayah pembangunan Waduk Jatigede.

Penelitian KILAB, LPPM UNPAD.

Sulaksana, N., Sukiyah, E., Sudradjat, A., Sjafrudin, A., Haryanto, E.T., dan Devnita,

R. 2013. Kajian Intensitas Erosi-Sedimentasi DAS Cimanuk Hulu dalam

Pengelolaan Waduk Jatigede, KILAB, LPPM UNPAD.

Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes,

General Geology. Martinus Nijhoff the Hague, Vol. IA: 25-28.

Page 47: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

40

LAMPIRAN

Page 48: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

HASIL ANALISA

LABORATORIUM MEKANIKA TANAH

Penelitian Daerah Longsor Garut Selatan dan Cianjur Selatan Jawa Barat Selatan

6/12/2015

Page 49: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

SURAT UJI LABORATORIUM MEKANIKA TANAH Nomor : 019 / CV. RA / LAB. GT / 06 / 2015

Dibuat untuk : Penelitian UNPAD

Alamat : Bandung

Jenis Sampel : Sampel tanah terganggu (disturb sample)

Jumlah Sampel : 16 (enam belas)

Asal Sampel : Garut Selatan dan Cianjur Selatan

Tanggal Sampel diterima : 01 Juni 2015

Tanggal selesai diuji : 12 Juni 2015

Daftar hasil uji dan semua formulir analisis dilampirkan pada halaman berikutnya

Bandung, 12 Juni 2015

Koordinator Lab. Geoteknik

Agus Sholahudin.

Page 50: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

DAFTAR HASIL UJI LABORATORIUM GEOTEKNIKTGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan

NO. LAB 1 2 3 4 5 6

KODE LOKASI BOR 02 03 ST. 02 ST 02/03 ST 02/ 03 04

KEDALAMAN lap A lap C

KOORDINAT BT 7O28'01.1" 7O29'47.1" 7O16'22.7" 7O30'40.6"

LS 107O20'44.4"107O25'29.7"107O32'02.2" 107O27'35.8"

KLASIFIKASI (USCS) MH SM MH CH SM SM

KARAKTERISTIK BERAT-VOLUME

KADAR AIR w % 39.75 28.50 70.02 39.91 31.74 1.46

BERAT JENIS Gs - 2.408 2.522 2.507 2.477 2.53 2.86

BERAT ISI ASLI g g/cm3

BERAT ISI KERING gd g/cm3

BERAT ISI JENUH gsat g/cm3

POROSITAS n %

ANGKA PORI e -

DERAJAT JENUH Sr %

KARAKTERISTIK PLASTISITAS

BATAS CAIR LL % 60.52 68.64 62.42

BATAS PLASTIS PL % 32.14 40.74 26.77

INDEKS PLASTIS PI % 28.37 27.89 35.64

BATAS SUSUT SL %

SUSUT LINIER SI %

KARAKTERISTIK DISTRIBUSI BUTIR

< 0.002 mm %

LEMPUNG < 0.005 mm % 18.64 8.12 26.45 41.75 11.42 13.69

LANAU 0.005 - 0.075 mm % 42.80 30.26 34.09 32.73 20.02 17.55

PASIR HLS. 0.075 - 0.420 mm % 33.56 31.58 16.54 16.42 28.84 29.58

PASIR SDG. 0.420 - 2.000 mm % 5.00 21.84 19.64 8.42 35.00 35.62

PASIR KSR 2.000 - 4.750 mm % 0.00 8.20 3.28 0.68 4.72 3.56

KERIKIL > 4.750 mm % 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

KOEF. KESRGMN Cu -

KOEF KURVA Cc -

KARAKTERISTIK KONDUKTIVITAS

KOEF. PERMEAB. k cm/dt

KAVILARITAS hc cm

KARAKTERISTIK KONSOLIDASI

KOEF. KROMPRESI av cm2/g

INDEKS KOMPRESI Cc -

INDEKS SWELLING Cs -

KOEF. KONSOLID cv cm2/dt

TEG. PRA KONSOL Pc kg/cm2

DEFORM MODULUS E kg/cm2

KARAKTERISTIK KEKUATAN

TRIAXIAL UU

KOHESI TOTAL c kg/cm2

SUDUT GESER f …O

DIRECT SHEAR

KOHESI PNCK cp kg/cm2

SDT GESER PNCK fp …O

UCS qu kg/cm2

YOUNG MODULUS E kg/cm2

KETGN : CH = Lempung lanauan plastisitas tinggi SC = Pasir lempungan OH = Lempung/lanau

MH = Lanau lempungan plastisitas tinggi SM = Pasir lanauan organik plastisitas tgi

CL = Lempung pasiran plastisitas rendah SW = Pasir gradasi baik OL = Lempung/lanau

ML = Lanau pasiran plastisitas rendah SP = Pasir gradasi buruk organik plastisitas rndh

Page 51: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

DAFTAR HASIL UJI LABORATORIUM GEOTEKNIKTGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan

NO. LAB 7 8 9 10 11

KODE LOKASI BOR ST 04/02 ST 04/02 H 2 ST 09/2 ST 09/2

KEDALAMAN lap A lap C psr hls lap B lap C

KOORDINAT N

E

KLASIFIKASI (USCS) CH CH SM MH CH

KARAKTERISTIK BERAT-VOLUME

KADAR AIR w % 42.22 42.22 35.35 34.36 8.33

BERAT JENIS Gs - 2.457 2.520 2.643 2.678 2.71

BERAT ISI ASLI g g/cm3

BERAT ISI KERING gd g/cm3

BERAT ISI JENUH gsat g/cm3

POROSITAS n %

ANGKA PORI e -

DERAJAT JENUH Sr %

KARAKTERISTIK PLASTISITAS

BATAS CAIR LL % 72.75 73.37 69.80 75.57

BATAS PLASTIS PL % 25.95 30.71 35.70 40.43

INDEKS PLASTIS PI % 46.81 42.66 34.10 35.14

BATAS SUSUT SL %

SUSUT LINIER SI %

KARAKTERISTIK DISTRIBUSI BUTIR

< 0.002 mm %

LEMPUNG < 0.005 mm % 44.52 47.08 9.81 28.41 17.75

LANAU 0.005 - 0.075 mm % 33.78 33.36 25.91 29.99 38.57

PASIR HLS. 0.075 - 0.420 mm % 15.96 10.84 56.94 18.36 22.14

PASIR SDG. 0.420 - 2.000 mm % 5.18 8.46 7.34 21.34 14.18

PASIR KSR 2.000 - 4.750 mm % 0.56 0.26 0.00 1.90 7.36

KERIKIL > 4.750 mm % 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

KOEF. KESRGMN Cu -

KOEF KURVA Cc -

KARAKTERISTIK KONDUKTIVITAS

KOEF. PERMEAB. k cm/dt

KAVILARITAS hc cm

KARAKTERISTIK KONSOLIDASI

KOEF. KROMPRESI av cm2/g

INDEKS KOMPRESI Cc -

INDEKS SWELLING Cs -

KOEF. KONSOLID cv cm2/dt

TEG. PRA KONSOL Pc kg/cm2

DEFORM MODULUS E kg/cm2

KARAKTERISTIK KEKUATAN

TRIAXIAL UU

KOHESI TOTAL c kg/cm2

SUDUT GESER f …O

DIRECT SHEAR

KOHESI PNCK cp kg/cm2

SDT GESER PNCK fp …O

UCS qu kg/cm2

YOUNG MODULUS E kg/cm2

KETGN : CH = Lempung lanauan plastisitas tinggi SC = Pasir lempungan OH = Lempung/lanau

MH = Lanau lempungan plastisitas tinggi SM = Pasir lanauan organik plastisitas tgi

CL = Lempung pasiran plastisitas rendah SW = Pasir gradasi baik OL = Lempung/lanau

ML = Lanau pasiran plastisitas rendah SP = Pasir gradasi buruk organik plastisitas rndh

Page 52: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

DAFTAR HASIL UJI LABORATORIUM GEOTEKNIKTGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan

NO. LAB 12 13 14 15 16

KODE LOKASI BOR TO. 1 TO. 2 TO. 3 TO. 6 TO. 7

KEDALAMAN

KOORDINAT N

E

KLASIFIKASI (USCS) SP SP SP SP SP

KARAKTERISTIK BERAT-VOLUME

KADAR AIR w % 7.41 10.52 10.74 7.12 9.69

BERAT JENIS Gs - 2.868 2.719 2.741 2.757 2.76

BERAT ISI ASLI g g/cm3

BERAT ISI KERING gd g/cm3

BERAT ISI JENUH gsat g/cm3

POROSITAS n %

ANGKA PORI e -

DERAJAT JENUH Sr %

KARAKTERISTIK PLASTISITAS

BATAS CAIR LL %

BATAS PLASTIS PL %

INDEKS PLASTIS PI %

BATAS SUSUT SL %

SUSUT LINIER SI %

KARAKTERISTIK DISTRIBUSI BUTIR

< 0.002 mm %

LEMPUNG < 0.005 mm % 13.97 12.18 15.27 9.26 4.08

LANAU 0.005 - 0.075 mm % 10.67 17.76 11.69 15.90 15.00

PASIR HLS. 0.075 - 0.420 mm % 20.36 31.46 39.84 23.14 36.14

PASIR SDG. 0.420 - 2.000 mm % 43.32 33.98 33.20 30.58 34.70

PASIR KSR 2.000 - 4.750 mm % 11.68 4.62 0.00 21.12 10.08

KERIKIL > 4.750 mm % 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

KOEF. KESRGMN Cu -

KOEF KURVA Cc -

KARAKTERISTIK KONDUKTIVITAS

KOEF. PERMEAB. k cm/dt

KAVILARITAS hc cm

KARAKTERISTIK KONSOLIDASI

KOEF. KROMPRESI av cm2/g

INDEKS KOMPRESI Cc -

INDEKS SWELLING Cs -

KOEF. KONSOLID cv cm2/dt

TEG. PRA KONSOL Pc kg/cm2

DEFORM MODULUS E kg/cm2

KARAKTERISTIK KEKUATAN

TRIAXIAL UU

KOHESI TOTAL c kg/cm2

SUDUT GESER f …O

DIRECT SHEAR

KOHESI PNCK cp kg/cm2

SDT GESER PNCK fp …O

UCS qu kg/cm2

YOUNG MODULUS E kg/cm2

KETGN : CH = Lempung lanauan plastisitas tinggi SC = Pasir lempungan OH = Lempung/lanau

MH = Lanau lempungan plastisitas tinggi SM = Pasir lanauan organik plastisitas tgi

CL = Lempung pasiran plastisitas rendah SW = Pasir gradasi baik OL = Lempung/lanau

ML = Lanau pasiran plastisitas rendah SP = Pasir gradasi buruk organik plastisitas rndh

Page 53: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

KADAR AIR - BERAT JENIS - BERAT ISI

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan

1. PENGUJIAN KADAR AIR

LOKASI CONTOH 02 03 ST. 02

KEDALAMAN STA 40+300 STA 40+500 STA 45+850

NOMOR TARA 14 13 28 1 17 15

BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 40.46 45.40 32.38 34.46 37.28 39.08

BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 31.91 35.39 27.46 29.06 26.15 27.16

BRT TARA = B3 g 10.36 10.26 10.21 10.10 10.25 10.14

BRT AIR = B1-B2 = B4 g 8.55 10.01 4.92 5.4 11.13 11.92

BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 21.55 25.13 17.25 18.96 15.9 17.02

KDR AIR w = (B4/B5)100 % 39.68 39.83 28.52 28.48 70.00 70.04

w RATA-RATA % 39.75 28.50 70.02

2. PENGUJIAN BERAT JENIS

NOMOR LABU 1 2 3 4 5 6

BRT LABU = B1 g 52.00 58.63 45.97 46.52 49.50 51.31

BRT LABU+AIR = B2 g 148.27 145.01 145.46 158.30 156.74 147.80

BRT AIR = (B2-B1) = B3 g 96.27 86.38 99.49 111.78 107.24 96.49

BRT LABU+CNTH KRG = B4 g 63.23 69.77 56.93 57.17 59.73 61.61

BRT LBU+CTH KRG+AIR = B5 g 154.88 151.48 152.03 164.77 162.88 154.00

WAKTU VAKUM/TEMP RUANG mnt/OC 60 25 FAKTOR KALIBRASI - k = 1

BRT LABU+AIR = B5-(B4-B1) = B6 g 143.65 140.34 141.07 154.12 152.65 143.70

BRT JNS Gs = (B4-B1)k/{B3-(B6-B1)} - 2.43 2.39 2.50 2.55 2.50 2.51

Gs RATA-RATA - 2.408 2.522 2.507

3. HUBUNGAN BERAT VOLUME

BRT CNTH TNH ASLI = B g 88.65 90.54 110.65

DIA. CETAKAN = D cm 6.00 6.00 6.00

TINGGI CETAKAN =T cm 2.50 2.50 2.50

VOLUME = V = (pD2/4)T cc 70.69 70.69 70.69

BRT ISI ASLI = g = G/V g/cc 1.254 1.281 1.565

BRT ISI KRG = gd = g/(1+w) g/cc 0.897 0.997 0.921

BI JNH = gsat.= (e0+Gs)gw/(e0+1) g/cc 1.525 1.602 1.553

BRT ISI Sub = gsub. = gsat.-gw g/cc 0.525 0.602 0.553

ANGKA PORI = e0 = (Gsgw-gd)/gd. - 1.68 1.53 1.72

POROSITAS = n = e0/(e0 + 1) - 62.73 60.48 63.27

DRJT KJNHAN = Sr = (wGs)/e0. % 56.87 46.97 101.90

KNDS w JNH, Sr = 100 % % 69.91 60.68 68.72

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

Page 54: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

KADAR AIR - BERAT JENIS - BERAT ISI

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan

1. PENGUJIAN KADAR AIR

LOKASI CONTOH ST 02/03 ST 02/ 03 04

KEDALAMAN lap A lap C lap A

NOMOR TARA 10 18 22 30 29 24

BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 31.74 40.20 45.52 46.73 29.56 26.18

BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 25.60 31.66 36.66 38.30 29.27 25.96

BRT TARA = B3 g 10.18 10.31 10.15 10.26 10.25 10.19

BRT AIR = B1-B2 = B4 g 6.14 8.54 8.86 8.43 0.29 0.22

BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 15.42 21.35 26.51 28.04 19.02 15.77

KDR AIR w = (B4/B5)100 % 39.82 40.00 33.42 30.06 1.52 1.40

w RATA-RATA % 39.91 31.74 1.46

2. PENGUJIAN BERAT JENIS

NOMOR LABU 7 8 9 10 5 6

BRT LABU = B1 g 50.26 46.19 46.44 46.36 49.50 51.31

BRT LABU+AIR = B2 g 149.56 151.60 145.06 152.22 156.74 147.80

BRT AIR = (B2-B1) = B3 g 99.30 105.41 98.62 105.86 107.24 96.49

BRT LABU+CNTH KRG = B4 g 60.62 57.15 57.32 57.43 60.41 62.83

BRT LBU+CTH KRG+AIR = B5 g 155.79 158.08 151.61 158.93 163.83 155.29

WAKTU VAKUM/TEMP RUANG mnt/OC 60 25 FAKTOR KALIBRASI - k = 1

BRT LABU+AIR = B5-(B4-B1) = B6 g 145.43 147.12 140.73 147.86 152.92 143.77

BRT JNS Gs = (B4-B1)k/{B3-(B6-B1)} - 2.51 2.45 2.51 2.54 2.86 2.86

Gs RATA-RATA - 2.477 2.526 2.857

3. HUBUNGAN BERAT VOLUME

BRT CNTH TNH ASLI = B g 97.53 110.30 105.30

DIA. CETAKAN = D cm 6.00 6.00 6.00

TINGGI CETAKAN =T cm 2.50 2.50 2.50

VOLUME = V = (pD2/4)T cc 70.69 70.69 70.69

BRT ISI ASLI = g = G/V g/cc 1.380 1.560 1.490

BRT ISI KRG = gd = g/(1+w) g/cc 0.986 1.184 1.468

BI JNH = gsat.= (e0+Gs)gw/(e0+1) g/cc 1.588 1.716 1.954

BRT ISI Sub = gsub. = gsat.-gw g/cc 0.588 0.716 0.954

ANGKA PORI = e0 = (Gsgw-gd)/gd. - 1.51 1.13 0.95

POROSITAS = n = e0/(e0 + 1) - 60.19 53.11 48.61

DRJT KJNHAN = Sr = (wGs)/e0. % 65.38 70.80 4.41

KNDS w JNH, Sr = 100 % % 61.04 44.84 33.11

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

Page 55: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

KADAR AIR - BERAT JENIS - BERAT ISI

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan

1. PENGUJIAN KADAR AIR

LOKASI CONTOH ST 04/02 ST 04/02 H 2

KEDALAMAN lap A lap C psr hls

NOMOR TARA 5 8 5 8 20 2

BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 50.22 53.40 50.22 53.40 47.23 47.86

BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 38.32 40.62 38.32 40.62 37.57 38.04

BRT TARA = B3 g 10.28 10.19 10.28 10.19 10.21 10.30

BRT AIR = B1-B2 = B4 g 11.9 12.78 11.9 12.78 9.66 9.82

BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 28.04 30.43 28.04 30.43 27.36 27.74

KDR AIR w = (B4/B5)100 % 42.44 42.00 42.44 42.00 35.31 35.40

w RATA-RATA % 42.22 42.22 35.35

2. PENGUJIAN BERAT JENIS

NOMOR LABU 11 12 13 14 15 16

BRT LABU = B1 g 58.11 48.08 49.02 48.34 42.71 44.88

BRT LABU+AIR = B2 g 157.84 148.04 149.19 154.09 142.22 151.39

BRT AIR = (B2-B1) = B3 g 99.73 99.96 100.17 105.75 99.51 106.51

BRT LABU+CNTH KRG = B4 g 68.53 58.37 60.36 59.40 53.24 55.31

BRT LBU+CTH KRG+AIR = B5 g 164.00 154.16 155.99 160.80 148.74 157.90

WAKTU VAKUM/TEMP RUANG mnt/OC 60 25 FAKTOR KALIBRASI - k = 1

BRT LABU+AIR = B5-(B4-B1) = B6 g 153.58 143.87 144.65 149.74 138.21 147.47

BRT JNS Gs = (B4-B1)k/{B3-(B6-B1)} - 2.45 2.47 2.50 2.54 2.63 2.66

Gs RATA-RATA - 2.457 2.520 2.643

3. HUBUNGAN BERAT VOLUME

BRT CNTH TNH ASLI = B g 97.53 110.30 105.30

DIA. CETAKAN = D cm 6.00 6.00 6.00

TINGGI CETAKAN =T cm 2.50 2.50 2.50

VOLUME = V = (pD2/4)T cc 70.69 70.69 70.69

BRT ISI ASLI = g = G/V g/cc 1.380 1.560 1.490

BRT ISI KRG = gd = g/(1+w) g/cc 0.970 1.097 1.101

BI JNH = gsat.= (e0+Gs)gw/(e0+1) g/cc 1.575 1.662 1.684

BRT ISI Sub = gsub. = gsat.-gw g/cc 0.575 0.662 0.684

ANGKA PORI = e0 = (Gsgw-gd)/gd. - 1.53 1.30 1.40

POROSITAS = n = e0/(e0 + 1) - 60.51 56.46 58.36

DRJT KJNHAN = Sr = (wGs)/e0. % 67.69 82.04 66.67

KNDS w JNH, Sr = 100 % % 62.37 51.46 53.03

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

Page 56: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

KADAR AIR - BERAT JENIS - BERAT ISI

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan

1. PENGUJIAN KADAR AIR

LOKASI CONTOH ST 09/2 ST 09/2 H 2

KEDALAMAN lap B lap C psr hls

NOMOR TARA 11 12 4 21 20 2

BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 44.45 40.51 46.02 45.78 47.23 47.86

BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 36.19 32.33 43.25 43.06 37.57 38.04

BRT TARA = B3 g 10.23 10.16 10.19 10.24 10.21 10.30

BRT AIR = B1-B2 = B4 g 8.26 8.18 2.77 2.72 9.66 9.82

BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 25.96 22.17 33.06 32.82 27.36 27.74

KDR AIR w = (B4/B5)100 % 31.82 36.90 8.38 8.29 35.31 35.40

w RATA-RATA % 34.36 8.33 35.35

2. PENGUJIAN BERAT JENIS

NOMOR LABU 1 2 3 4 3 4

BRT LABU = B1 g 52.00 58.63 45.97 46.52 45.97 46.52

BRT LABU+AIR = B2 g 148.27 145.01 145.46 158.30 145.46 158.30

BRT AIR = (B2-B1) = B3 g 96.27 86.38 99.49 111.78 99.49 111.78

BRT LABU+CNTH KRG = B4 g 62.37 69.79 56.27 57.31 56.60 57.21

BRT LBU+CTH KRG+AIR = B5 g 154.78 151.99 151.94 165.13 152.28 165.20

WAKTU VAKUM/TEMP RUANG mnt/OC 60 25 FAKTOR KALIBRASI - k = 1

BRT LABU+AIR = B5-(B4-B1) = B6 g 144.41 140.83 141.64 154.34 141.65 154.51

BRT JNS Gs = (B4-B1)k/{B3-(B6-B1)} - 2.69 2.67 2.70 2.72 2.79 2.82

Gs RATA-RATA - 2.678 2.711 2.805

3. HUBUNGAN BERAT VOLUME

BRT CNTH TNH ASLI = B g 97.53 110.30 105.30

DIA. CETAKAN = D cm 6.00 6.00 6.00

TINGGI CETAKAN =T cm 2.50 2.50 2.50

VOLUME = V = (pD2/4)T cc 70.69 70.69 70.69

BRT ISI ASLI = g = G/V g/cc 1.380 1.560 1.490

BRT ISI KRG = gd = g/(1+w) g/cc 1.027 1.440 1.101

BI JNH = gsat.= (e0+Gs)gw/(e0+1) g/cc 1.643 1.909 1.708

BRT ISI Sub = gsub. = gsat.-gw g/cc 0.643 0.909 0.708

ANGKA PORI = e0 = (Gsgw-gd)/gd. - 1.61 0.88 1.55

POROSITAS = n = e0/(e0 + 1) - 61.66 46.86 60.77

DRJT KJNHAN = Sr = (wGs)/e0. % 57.22 25.61 64.03

KNDS w JNH, Sr = 100 % % 60.04 32.53 55.21

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

Page 57: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

KADAR AIR - BERAT JENIS - BERAT ISI

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan

1. PENGUJIAN KADAR AIR

LOKASI CONTOH TO. 1 TO. 2 TO. 3

KEDALAMAN lap B lap C psr hls

NOMOR TARA 16 3 9 23 27 25

BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 50.63 50.96 32.04 32.40 40.51 35.43

BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 47.84 48.17 29.96 30.27 37.78 32.83

BRT TARA = B3 g 10.31 10.35 10.12 10.10 10.47 10.18

BRT AIR = B1-B2 = B4 g 2.79 2.79 2.08 2.13 2.73 2.6

BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 37.53 37.82 19.84 20.17 27.31 22.65

KDR AIR w = (B4/B5)100 % 7.43 7.38 10.48 10.56 10.00 11.48

w RATA-RATA % 7.41 10.52 10.74

2. PENGUJIAN BERAT JENIS

NOMOR LABU 7 8 9 10 11 12

BRT LABU = B1 g 50.26 46.19 46.44 46.36 58.11 48.08

BRT LABU+AIR = B2 g 149.56 151.60 145.06 152.22 157.84 148.04

BRT AIR = (B2-B1) = B3 g 99.30 105.41 98.62 105.86 99.73 99.96

BRT LABU+CNTH KRG = B4 g 60.81 57.12 57.40 57.23 69.38 59.05

BRT LBU+CTH KRG+AIR = B5 g 156.40 158.75 152.00 159.08 164.90 155.10

WAKTU VAKUM/TEMP RUANG mnt/OC 60 25 FAKTOR KALIBRASI - k = 1

BRT LABU+AIR = B5-(B4-B1) = B6 g 145.85 147.82 141.04 148.21 153.63 144.13

BRT JNS Gs = (B4-B1)k/{B3-(B6-B1)} - 2.84 2.89 2.73 2.71 2.68 2.81

Gs RATA-RATA - 2.868 2.719 2.741

3. HUBUNGAN BERAT VOLUME

BRT CNTH TNH ASLI = B g 97.53 110.30 105.30

DIA. CETAKAN = D cm 6.00 6.00 6.00

TINGGI CETAKAN =T cm 2.50 2.50 2.50

VOLUME = V = (pD2/4)T cc 70.69 70.69 70.69

BRT ISI ASLI = g = G/V g/cc 1.380 1.560 1.490

BRT ISI KRG = gd = g/(1+w) g/cc 1.285 1.412 1.345

BI JNH = gsat.= (e0+Gs)gw/(e0+1) g/cc 1.837 1.893 1.855

BRT ISI Sub = gsub. = gsat.-gw g/cc 0.837 0.893 0.855

ANGKA PORI = e0 = (Gsgw-gd)/gd. - 1.23 0.93 1.04

POROSITAS = n = e0/(e0 + 1) - 55.20 48.07 50.93

DRJT KJNHAN = Sr = (wGs)/e0. % 17.23 30.91 28.36

KNDS w JNH, Sr = 100 % % 42.97 34.04 37.86

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

Page 58: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

KADAR AIR - BERAT JENIS - BERAT ISI

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan

1. PENGUJIAN KADAR AIR

LOKASI CONTOH TO. 6 TO. 7 H 2

KEDALAMAN lap B lap C psr hls

NOMOR TARA 38 36 37 32 20 2

BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 37.23 31.48 37.28 30.12 47.23 47.86

BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 34.95 29.78 34.73 27.61 37.57 38.04

BRT TARA = B3 g 4.52 4.59 4.50 4.66 10.21 10.30

BRT AIR = B1-B2 = B4 g 2.28 1.7 2.55 2.51 9.66 9.82

BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 30.43 25.19 30.23 22.95 27.36 27.74

KDR AIR w = (B4/B5)100 % 7.49 6.75 8.44 10.94 35.31 35.40

w RATA-RATA % 7.12 9.69 35.35

2. PENGUJIAN BERAT JENIS

NOMOR LABU 1 2 3 4 3 4

BRT LABU = B1 g 52.00 58.63 45.97 46.52 45.97 46.52

BRT LABU+AIR = B2 g 148.27 145.01 145.46 158.30 145.46 158.30

BRT AIR = (B2-B1) = B3 g 96.27 86.38 99.49 111.78 99.49 111.78

BRT LABU+CNTH KRG = B4 g 62.37 69.79 56.27 57.31 56.60 57.21

BRT LBU+CTH KRG+AIR = B5 g 154.88 152.12 151.99 165.22 152.28 165.20

WAKTU VAKUM/TEMP RUANG mnt/OC 60 25 FAKTOR KALIBRASI - k = 1

BRT LABU+AIR = B5-(B4-B1) = B6 g 144.51 140.96 141.69 154.43 141.65 154.51

BRT JNS Gs = (B4-B1)k/{B3-(B6-B1)} - 2.76 2.76 2.73 2.79 2.79 2.82

Gs RATA-RATA - 2.757 2.760 2.805

3. HUBUNGAN BERAT VOLUME

BRT CNTH TNH ASLI = B g 97.53 110.30 105.30

DIA. CETAKAN = D cm 6.00 6.00 6.00

TINGGI CETAKAN =T cm 2.50 2.50 2.50

VOLUME = V = (pD2/4)T cc 70.69 70.69 70.69

BRT ISI ASLI = g = G/V g/cc 1.380 1.560 1.490

BRT ISI KRG = gd = g/(1+w) g/cc 1.288 1.423 1.101

BI JNH = gsat.= (e0+Gs)gw/(e0+1) g/cc 1.821 1.907 1.708

BRT ISI Sub = gsub. = gsat.-gw g/cc 0.821 0.907 0.708

ANGKA PORI = e0 = (Gsgw-gd)/gd. - 1.14 0.94 1.55

POROSITAS = n = e0/(e0 + 1) - 53.28 48.46 60.77

DRJT KJNHAN = Sr = (wGs)/e0. % 17.21 28.44 64.03

KNDS w JNH, Sr = 100 % % 41.37 34.06 55.21

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

Page 59: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ATTERBERG (BATAS CAIR & BATAS PLASTIS)

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : 02

PENGUJIAN BATAS CAIR BATAS PLASTIS

NO. LANGKAH 1 2 3 4 5 6

JULAH PUKULAN 36 30 24 17 - -

NOMOR TARA 9 25 24 204 11 22

BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 47.78 47.46 46.96 45.92 23.29 21.49

BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 34.27 33.66 32.92 31.95 20.16 18.71

BRT TARA = B3 g 10.09 10.17 10.17 10.25 10.20 10.25

BRT AIR = B1-B2 = B4 g 13.51 13.8 14.04 13.97 3.13 2.78

BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 24.18 23.49 22.75 21.7 9.96 8.46

KDR AIR w = (B4/B5)100 % 55.87 58.75 61.71 64.38 31.43 32.86

96.64694 -25.8456

10 70.80137

100 44.9558

20 0

250 167.9 BATAS CAIR = LL 60.52 %

50 180 BATAS PLASTIS = PL 32.14 %

50 0 PLASTISITAS INDEKS = IP 28.37 %

25 0 SIMBUL KELOMPOK USCS MH -

25 200 SIMBUL KELOMPOK AASHTO A-2-7 -

GRAFIK PLASTISITAS USCS & AASHTO

20 0 40 10

260 175.2 200 170

50 0 40 0

50 100 40 150

0 10

200 10

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

40

50

60

70

80

10 100

KA

DA

R

AIR

-w

(%

)

JUMLAH PUKULAN

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 50 100 150

PL

AS

TIS

ITA

S IN

DE

KS

-

IP (

%)

BATAS CAIR - LL (%)

A. line liquid limits 50 plot

CH

MH-OH

ML-OL

CL

CL-ML

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 50 100 150

PL

AS

TIS

ITA

S IN

DE

KS

-

IP (

%)

BATAS CAIR - LL (%)

bts 1 bts2 bts3 plot

A-7-6

A-7-5

A-5

A-6

A-2-6 A-2-7

A-2-5A-4

A-2-4

Page 60: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ATTERBERG (BATAS CAIR & BATAS PLASTIS)

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST. 02

PENGUJIAN BATAS CAIR BATAS PLASTIS

NO. LANGKAH 1 2 3 4 5 6

JULAH PUKULAN 34 27 20 14 - -

NOMOR TARA 5 5 24 14 21 11

BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 42.53 32.74 33.36 43.70 20.88 21.23

BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 29.49 23.61 23.89 29.96 17.80 18.04

BRT TARA = B3 g 10.28 10.29 10.18 10.34 10.25 10.20

BRT AIR = B1-B2 = B4 g 13.04 9.13 9.47 13.74 3.08 3.19

BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 19.21 13.32 13.71 19.62 7.55 7.84

KDR AIR w = (B4/B5)100 % 67.88 68.54 69.07 70.03 40.79 40.69

76.21559 -5.42204

10 70.79355

100 65.37151

20 0

250 167.9 BATAS CAIR = LL 68.64 %

50 180 BATAS PLASTIS = PL 40.74 %

50 0 PLASTISITAS INDEKS = IP 27.89 %

25 0 SIMBUL KELOMPOK USCS MH -

25 200 SIMBUL KELOMPOK AASHTO A-2-6 -

GRAFIK PLASTISITAS USCS & AASHTO

20 0 40 10

260 175.2 200 170

50 0 40 0

50 100 40 150

0 10

200 10

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

50

60

70

80

90

10 100

KA

DA

R

AIR

-w

(%

)

JUMLAH PUKULAN

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 50 100 150

PL

AS

TIS

ITA

S IN

DE

KS

-

IP (

%)

BATAS CAIR - LL (%)

A. line liquid limits 50 plot

CH

MH-OH

ML-OL

CL

CL-ML

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 50 100 150

PL

AS

TIS

ITA

S IN

DE

KS

-

IP (

%)

BATAS CAIR - LL (%)

bts 1 bts2 bts3 plot

A-7-6

A-7-5

A-5

A-6

A-2-6 A-2-7

A-2-5A-4

A-2-4

Page 61: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ATTERBERG (BATAS CAIR & BATAS PLASTIS)

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 02/03

lap A

PENGUJIAN BATAS CAIR BATAS PLASTIS

NO. LANGKAH 1 2 3 4 5 6

JULAH PUKULAN 37 32 26 20 - -

NOMOR TARA 3 11 12 24 46 51

BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 45.55 21.23 40.54 44.05 15.05 14.13

BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 32.29 17.04 28.89 30.90 12.81 12.13

BRT TARA = B3 g 10.33 10.20 10.23 10.15 4.52 4.59

BRT AIR = B1-B2 = B4 g 13.26 4.19 11.65 13.15 2.24 2

BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 21.96 6.84 18.66 20.75 8.29 7.54

KDR AIR w = (B4/B5)100 % 60.38 61.26 62.43 63.37 27.02 26.53

78.10318 -11.2217

10 66.88148

100 55.65979

20 0

250 167.9 BATAS CAIR = LL 62.42 %

50 180 BATAS PLASTIS = PL 26.77 %

50 0 PLASTISITAS INDEKS = IP 35.64 %

25 0 SIMBUL KELOMPOK USCS CH -

25 200 SIMBUL KELOMPOK AASHTO A-2-7 -

GRAFIK PLASTISITAS USCS & AASHTO

20 0 40 10

260 175.2 200 170

50 0 40 0

50 100 40 150

0 10

200 10

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

40

50

60

70

80

10 100

KA

DA

R

AIR

-w

(%

)

JUMLAH PUKULAN

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 50 100 150

PL

AS

TIS

ITA

S IN

DE

KS

-

IP (

%)

BATAS CAIR - LL (%)

A. line liquid limits 50 plot

CH

MH-OH

ML-OL

CL

CL-ML

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 50 100 150

PL

AS

TIS

ITA

S IN

DE

KS

-

IP (

%)

BATAS CAIR - LL (%)

bts 1 bts2 bts3 plot

A-7-6

A-7-5

A-5

A-6

A-2-6 A-2-7

A-2-5A-4

A-2-4

Page 62: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ATTERBERG (BATAS CAIR & BATAS PLASTIS)

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 04/02

lap A

PENGUJIAN BATAS CAIR BATAS PLASTIS

NO. LANGKAH 1 2 3 4 5 6

JULAH PUKULAN 36 29 23 17 - -

NOMOR TARA 14 26 13 204 27 23

BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 42.60 46.94 43.61 51.52 20.28 20.86

BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 29.35 31.61 29.47 33.74 18.30 18.54

BRT TARA = B3 g 10.35 10.17 10.29 10.25 10.12 10.16

BRT AIR = B1-B2 = B4 g 13.25 15.33 14.14 17.78 1.98 2.32

BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 19 21.44 19.18 23.49 8.18 8.38

KDR AIR w = (B4/B5)100 % 69.74 71.50 73.72 75.69 24.21 27.68

98.65038 -18.5262

10 80.12415

100 61.59792

20 0

250 167.9 BATAS CAIR = LL 72.75 %

50 180 BATAS PLASTIS = PL 25.95 %

50 0 PLASTISITAS INDEKS = IP 46.81 %

25 0 SIMBUL KELOMPOK USCS CH -

25 200 SIMBUL KELOMPOK AASHTO A-7-5 -

GRAFIK PLASTISITAS USCS & AASHTO

20 0 40 10

260 175.2 200 170

50 0 40 0

50 100 40 150

0 10

200 10

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

50

60

70

80

90

10 100

KA

DA

R

AIR

-w

(%

)

JUMLAH PUKULAN

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 50 100 150

PL

AS

TIS

ITA

S IN

DE

KS

-

IP (

%)

BATAS CAIR - LL (%)

A. line liquid limits 50 plot

CH

MH-OH

ML-OL

CL

CL-ML

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 50 100 150

PL

AS

TIS

ITA

S IN

DE

KS

-

IP (

%)

BATAS CAIR - LL (%)

bts 1 bts2 bts3 plot

A-7-6

A-7-5

A-5

A-6

A-2-6 A-2-7

A-2-5A-4

A-2-4

Page 63: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ATTERBERG (BATAS CAIR & BATAS PLASTIS)

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 04/02

lap C

PENGUJIAN BATAS CAIR BATAS PLASTIS

NO. LANGKAH 1 2 3 4 5 6

JULAH PUKULAN 37 28 20 12 - -

NOMOR TARA 6 7 4 14 8 10

BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 42.28 43.60 46.36 43.70 20.37 21.17

BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 28.94 29.52 30.91 29.25 17.99 18.59

BRT TARA = B3 g 10.28 10.23 10.18 10.34 10.22 10.21

BRT AIR = B1-B2 = B4 g 13.34 14.08 15.45 14.45 2.38 2.58

BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 18.66 19.29 20.73 18.91 7.77 8.38

KDR AIR w = (B4/B5)100 % 71.49 72.99 74.53 76.41 30.63 30.79

87.32854 -9.98762

10 77.34092

100 67.35331

20 0

250 167.9 BATAS CAIR = LL 73.37 %

50 180 BATAS PLASTIS = PL 30.71 %

50 0 PLASTISITAS INDEKS = IP 42.66 %

25 0 SIMBUL KELOMPOK USCS CH -

25 200 SIMBUL KELOMPOK AASHTO A-7-5 -

GRAFIK PLASTISITAS USCS & AASHTO

20 0 40 10

260 175.2 200 170

50 0 40 0

50 100 40 150

0 10

200 10

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

50

60

70

80

90

10 100

KA

DA

R

AIR

-w

(%

)

JUMLAH PUKULAN

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 50 100 150

PL

AS

TIS

ITA

S IN

DE

KS

-

IP (

%)

BATAS CAIR - LL (%)

A. line liquid limits 50 plot

CH

MH-OH

ML-OL

CL

CL-ML

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 50 100 150

PL

AS

TIS

ITA

S IN

DE

KS

-

IP (

%)

BATAS CAIR - LL (%)

bts 1 bts2 bts3 plot

A-7-6

A-7-5

A-5

A-6

A-2-6 A-2-7

A-2-5A-4

A-2-4

Page 64: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ATTERBERG (BATAS CAIR & BATAS PLASTIS)

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 09/2

lap B

PENGUJIAN BATAS CAIR BATAS PLASTIS

NO. LANGKAH 1 2 3 4 5 6

JULAH PUKULAN 33 26 20 14 - -

NOMOR TARA 18 6 1 14 29 17

BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 41.90 42.19 45.02 43.70 20.96 21.01

BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 29.37 29.19 30.30 29.10 18.12 18.20

BRT TARA = B3 g 10.34 10.36 10.24 10.34 10.28 10.21

BRT AIR = B1-B2 = B4 g 12.53 13 14.72 14.6 2.84 2.81

BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 19.03 18.83 20.06 18.76 7.84 7.99

KDR AIR w = (B4/B5)100 % 65.84 69.04 73.38 77.83 36.22 35.17

115.3885 -32.6107

10 82.77777

100 50.16702

20 0

250 167.9 BATAS CAIR = LL 69.80 %

50 180 BATAS PLASTIS = PL 35.70 %

50 0 PLASTISITAS INDEKS = IP 34.10 %

25 0 SIMBUL KELOMPOK USCS MH -

25 200 SIMBUL KELOMPOK AASHTO A-2-7 -

GRAFIK PLASTISITAS USCS & AASHTO

20 0 40 10

260 175.2 200 170

50 0 40 0

50 100 40 150

0 10

200 10

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

50

60

70

80

90

10 100

KA

DA

R

AIR

-w

(%

)

JUMLAH PUKULAN

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 50 100 150

PL

AS

TIS

ITA

S IN

DE

KS

-

IP (

%)

BATAS CAIR - LL (%)

A. line liquid limits 50 plot

CH

MH-OH

ML-OL

CL

CL-ML

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 50 100 150

PL

AS

TIS

ITA

S IN

DE

KS

-

IP (

%)

BATAS CAIR - LL (%)

bts 1 bts2 bts3 plot

A-7-6

A-7-5

A-5

A-6

A-2-6 A-2-7

A-2-5A-4

A-2-4

Page 65: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ATTERBERG (BATAS CAIR & BATAS PLASTIS)

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 09/2

lap C

PENGUJIAN BATAS CAIR BATAS PLASTIS

NO. LANGKAH 1 2 3 4 5 6

JULAH PUKULAN 36 29 22 16 - -

NOMOR TARA 7 53 52 14 43 49

BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 44.80 37.42 35.71 47.15 13.52 13.10

BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 30.20 23.29 22.20 30.94 10.86 10.68

BRT TARA = B3 g 10.18 4.43 4.46 10.34 4.48 4.50

BRT AIR = B1-B2 = B4 g 14.6 14.13 13.51 16.21 2.66 2.42

BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 20.02 18.86 17.74 20.6 6.38 6.18

KDR AIR w = (B4/B5)100 % 72.93 74.92 76.16 78.69 41.69 39.16

97.52437 -15.7055

10 81.81885

100 66.11333

20 0

250 167.9 BATAS CAIR = LL 75.57 %

50 180 BATAS PLASTIS = PL 40.43 %

50 0 PLASTISITAS INDEKS = IP 35.14 %

25 0 SIMBUL KELOMPOK USCS CH -

25 200 SIMBUL KELOMPOK AASHTO A-7-5 -

GRAFIK PLASTISITAS USCS & AASHTO

20 0 40 10

260 175.2 200 170

50 0 40 0

50 100 40 150

0 10

200 10

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

60

70

80

90

100

10 100

KA

DA

R

AIR

-w

(%

)

JUMLAH PUKULAN

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 50 100 150

PL

AS

TIS

ITA

S IN

DE

KS

-

IP (

%)

BATAS CAIR - LL (%)

A. line liquid limits 50 plot

CH

MH-OH

ML-OL

CL

CL-ML

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 50 100 150

PL

AS

TIS

ITA

S IN

DE

KS

-

IP (

%)

BATAS CAIR - LL (%)

bts 1 bts2 bts3 plot

A-7-6

A-7-5

A-5

A-6

A-2-6 A-2-7

A-2-5A-4

A-2-4

Page 66: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : 02

1. ANALISA SARINGAN

BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 30.72

SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS

NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %

1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

10 2.000 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

20 0.850 1.00 1.00 2.00 2.00 98.00

40 0.420 1.50 1.50 3.00 5.00 95.00

100 0.149 8.78 8.78 17.56 22.56 77.44

200 0.075 8.00 8.00 16.00 38.56 61.44

PAN - 30.72 30.72 61.44 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00

2. ANALISA HIDROMETER

KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.41 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.420

KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0046 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00

WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS

T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %

0.075 61.441 0.0484 19.0 19.3 11.20 15.7 53.70

2 0.0350 17.0 17.3 11.73 13.7 46.86

4 0.0254 14.5 14.8 12.39 11.2 38.31

8 0.0184 12.5 12.8 12.92 9.2 31.47

15 0.0136 11.0 11.3 13.32 7.7 26.34

30 0.0097 10.0 10.3 13.59 6.7 22.92

60 0.0069 9.0 9.3 13.85 5.7 19.50

120 0.0049 8.5 8.8 13.98 5.2 17.79

240 0.0035 8.0 8.3 14.11 4.7 16.08

480 0.0025 7.5 7.8 14.25 4.2 14.37

1440 0.0015 6.5 6.8 14.51 3.2 10.95

0 0.005 0 4.76

100 0.005 100 4.76

0 0.074 0 19.1

100 0.074 100 19.1

0 0.42 0 76.2

100 0.42 100 76.2

0 2

100 2

18.6 42.8 33.6 5.0 0.0 0.0 0.0

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.001 0.01 0.1 1 10 100

KU

MU

LA

TIF

H

AL

US

-

(%)

D (mm)

Page 67: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : 03

1. ANALISA SARINGAN

BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 19.19

SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS

NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %

1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

10 2.000 4.10 4.10 8.20 8.20 91.80

20 0.850 6.19 6.19 12.38 20.58 79.42

40 0.420 4.73 4.73 9.46 30.04 69.96

100 0.149 8.72 8.72 17.44 47.48 52.52

200 0.075 7.07 7.07 14.14 61.62 38.38

PAN - 19.19 19.19 38.38 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00

2. ANALISA HIDROMETER

KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.52 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.314

KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0044 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00

WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS

T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %

0.075 38.381 0.0497 13.0 13.3 12.79 9.7 32.14

2 0.0359 11.0 11.3 13.32 7.7 25.52

4 0.0257 9.5 9.8 13.72 6.2 20.55

8 0.0184 8.5 8.8 13.98 5.2 17.23

15 0.0136 7.5 7.8 14.25 4.2 13.92

30 0.0097 6.7 7.0 14.46 3.4 11.27

60 0.0069 6.0 6.3 14.64 2.7 8.95

120 0.0049 5.5 5.8 14.78 2.2 7.29

240 0.0035 5.0 5.3 14.91 1.7 5.63

480 0.0025 4.7 5.0 14.99 1.4 4.64

1440 0.0014 4.5 4.8 15.04 1.2 3.98

0 0.005 0 4.76

100 0.005 100 4.76

0 0.074 0 19.1

100 0.074 100 19.1

0 0.42 0 76.2

100 0.42 100 76.2

0 2

100 2

8.1 30.3 31.6 21.8 8.2 0.0 0.0

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.001 0.01 0.1 1 10 100

KU

MU

LA

TIF

H

AL

US

-

(%)

D (mm)

Page 68: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST. 02

1. ANALISA SARINGAN

BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 30.27

SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS

NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %

1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

10 2.000 1.64 1.64 3.28 3.28 96.72

20 0.850 4.44 4.44 8.88 12.16 87.84

40 0.420 5.38 5.38 10.76 22.92 77.08

100 0.149 5.95 5.95 11.90 34.82 65.18

200 0.075 2.32 2.32 4.64 39.46 60.54

PAN - 30.27 30.27 60.54 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00

2. ANALISA HIDROMETER

KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.51 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.327

KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0044 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00

WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS

T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %

0.075 60.541 0.0462 20.0 20.3 10.94 16.7 55.57

2 0.0331 19.0 19.3 11.20 15.7 52.24

4 0.0237 18.0 18.3 11.47 14.7 48.91

8 0.0170 16.5 16.8 11.87 13.2 43.92

15 0.0126 15.0 15.3 12.26 11.7 38.93

30 0.0091 13.5 13.8 12.66 10.2 33.94

60 0.0065 12.0 12.3 13.06 8.7 28.95

120 0.0047 10.5 10.8 13.45 7.2 23.96

240 0.0034 8.5 8.8 13.98 5.2 17.30

480 0.0024 7.0 7.3 14.38 3.7 12.31

1440 0.0014 6.0 6.3 14.64 2.7 8.98

0 0.005 0 4.76

100 0.005 100 4.76

0 0.074 0 19.1

100 0.074 100 19.1

0 0.42 0 76.2

100 0.42 100 76.2

0 2

100 2

26.5 34.1 16.5 19.6 3.3 0.0 0.0

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.001 0.01 0.1 1 10 100

KU

MU

LA

TIF

H

AL

US

-

(%)

D (mm)

Page 69: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 02/03

lap A

1. ANALISA SARINGAN

BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 37.24

SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS

NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %

1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

10 2.000 0.34 0.34 0.68 0.68 99.32

20 0.850 1.11 1.11 2.22 2.90 97.10

40 0.420 3.10 3.10 6.20 9.10 90.90

100 0.149 5.46 5.46 10.92 20.02 79.98

200 0.075 2.75 2.75 5.50 25.52 74.48

PAN - 37.24 37.24 74.48 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00

2. ANALISA HIDROMETER

KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.48 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.354

KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0045 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00

WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS

T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %

0.075 74.481 0.0441 24.5 24.8 9.75 21.2 71.10

2 0.0316 23.5 23.8 10.01 20.2 67.74

4 0.0226 22.5 22.8 10.28 19.2 64.39

8 0.0163 21.0 21.3 10.68 17.7 59.36

15 0.0121 19.5 19.8 11.07 16.2 54.33

30 0.0087 18.0 18.3 11.47 14.7 49.30

60 0.0063 16.5 16.8 11.87 13.2 44.27

120 0.0045 15.0 15.3 12.26 11.7 39.24

240 0.0032 13.5 13.8 12.66 10.2 34.21

480 0.0023 12.0 12.3 13.06 8.7 29.18

1440 0.0014 11.0 11.3 13.32 7.7 25.82

0 0.005 0 4.76

100 0.005 100 4.76

0 0.074 0 19.1

100 0.074 100 19.1

0 0.42 0 76.2

100 0.42 100 76.2

0 2

100 2

41.8 32.7 16.4 8.4 0.7 0.0 0.0

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.001 0.01 0.1 1 10 100

KU

MU

LA

TIF

H

AL

US

-

(%)

D (mm)

Page 70: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 02/ 03

lap C

1. ANALISA SARINGAN

BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 15.72

SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS

NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %

1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

10 2.000 2.36 2.36 4.72 4.72 95.28

20 0.850 6.84 6.84 13.68 18.40 81.60

40 0.420 10.66 10.66 21.32 39.72 60.28

100 0.149 11.06 11.06 22.12 61.84 38.16

200 0.075 3.36 3.36 6.72 68.56 31.44

PAN - 15.72 15.72 31.44 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00

2. ANALISA HIDROMETER

KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.53 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.311

KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0044 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00

WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS

T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %

0.075 31.441 0.0504 11.5 11.8 13.19 8.2 27.15

2 0.0360 10.5 10.8 13.45 7.2 23.84

4 0.0257 9.5 9.8 13.72 6.2 20.53

8 0.0184 8.5 8.8 13.98 5.2 17.22

15 0.0135 8.0 8.3 14.11 4.7 15.56

30 0.0096 7.5 7.8 14.25 4.2 13.91

60 0.0068 7.0 7.3 14.38 3.7 12.25

120 0.0048 6.5 6.8 14.51 3.2 10.59

240 0.0034 6.0 6.3 14.64 2.7 8.94

480 0.0024 5.7 6.0 14.72 2.4 7.95

1440 0.0014 5.5 5.8 14.78 2.2 7.28

0 0.005 0 4.76

100 0.005 100 4.76

0 0.074 0 19.1

100 0.074 100 19.1

0 0.42 0 76.2

100 0.42 100 76.2

0 2

100 2

11.4 20.0 28.8 35.0 4.7 0.0 0.0

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.001 0.01 0.1 1 10 100

KU

MU

LA

TIF

H

AL

US

-

(%)

D (mm)

Page 71: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : 04

1. ANALISA SARINGAN

BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 15.62

SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS

NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %

1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

10 2.000 1.78 1.78 3.56 3.56 96.44

20 0.850 7.11 7.11 14.22 17.78 82.22

40 0.420 10.70 10.70 21.40 39.18 60.82

100 0.149 10.98 10.98 21.96 61.14 38.86

200 0.075 3.81 3.81 7.62 68.76 31.24

PAN - 15.62 15.62 31.24 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00

2. ANALISA HIDROMETER

KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.86 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.077

KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0040 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00

WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS

T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %

0.075 31.241 0.0455 12.0 12.3 13.06 8.7 26.77

2 0.0325 11.0 11.3 13.32 7.7 23.69

4 0.0232 10.0 10.3 13.59 6.7 20.61

8 0.0165 9.5 9.8 13.72 6.2 19.08

15 0.0121 9.0 9.3 13.85 5.7 17.54

30 0.0086 8.5 8.8 13.98 5.2 16.00

60 0.0061 8.0 8.3 14.11 4.7 14.46

120 0.0043 7.5 7.8 14.25 4.2 12.92

240 0.0031 7.0 7.3 14.38 3.7 11.38

480 0.0022 6.7 7.0 14.46 3.4 10.46

1440 0.0013 6.5 6.8 14.51 3.2 9.85

0 0.005 0 4.76

100 0.005 100 4.76

0 0.074 0 19.1

100 0.074 100 19.1

0 0.42 0 76.2

100 0.42 100 76.2

0 2

100 2

13.7 17.5 29.6 35.6 3.6 0.0 0.0

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.001 0.01 0.1 1 10 100

KU

MU

LA

TIF

H

AL

US

-

(%)

D (mm)

Page 72: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 04/02

lap A

1. ANALISA SARINGAN

BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 39.15

SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS

NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %

1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

10 2.000 0.28 0.28 0.56 0.56 99.44

20 0.850 0.86 0.86 1.72 2.28 97.72

40 0.420 1.73 1.73 3.46 5.74 94.26

100 0.149 5.43 5.43 10.86 16.60 83.40

200 0.075 2.55 2.55 5.10 21.70 78.30

PAN - 39.15 39.15 78.30 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00

2. ANALISA HIDROMETER

KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.46 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.373

KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0045 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00

WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS

T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %

0.075 78.301 0.0439 25.3 25.6 9.54 22.0 74.20

2 0.0316 24.0 24.3 9.88 20.7 69.82

4 0.0227 22.7 23.0 10.23 19.4 65.43

8 0.0163 21.5 21.8 10.54 18.2 61.39

15 0.0121 20.0 20.3 10.94 16.7 56.33

30 0.0087 18.5 18.8 11.34 15.2 51.27

60 0.0063 17.0 17.3 11.73 13.7 46.21

120 0.0045 16.0 16.3 12.00 12.7 42.84

240 0.0032 15.0 15.3 12.26 11.7 39.46

480 0.0023 14.0 14.3 12.53 10.7 36.09

1440 0.0013 13.0 13.3 12.79 9.7 32.72

0 0.005 0 4.76

100 0.005 100 4.76

0 0.074 0 19.1

100 0.074 100 19.1

0 0.42 0 76.2

100 0.42 100 76.2

0 2

100 2

44.5 33.8 16.0 5.2 0.6 0.0 0.0

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.001 0.01 0.1 1 10 100

KU

MU

LA

TIF

H

AL

US

-

(%)

D (mm)

Page 73: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 04/02

lap C

1. ANALISA SARINGAN

BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 40.22

SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS

NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %

1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

10 2.000 0.13 0.13 0.26 0.26 99.74

20 0.850 1.32 1.32 2.64 2.90 97.10

40 0.420 2.91 2.91 5.82 8.72 91.28

100 0.149 3.88 3.88 7.76 16.48 83.52

200 0.075 1.54 1.54 3.08 19.56 80.44

PAN - 40.22 40.22 80.44 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00

2. ANALISA HIDROMETER

KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.52 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.316

KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0044 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00

WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS

T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %

0.075 80.441 0.0422 26.5 26.8 9.22 23.2 76.92

2 0.0302 25.7 26.0 9.43 22.4 74.27

4 0.0217 24.5 24.8 9.75 21.2 70.29

8 0.0157 23.0 23.3 10.15 19.7 65.32

15 0.0117 21.5 21.8 10.54 18.2 60.34

30 0.0084 20.0 20.3 10.94 16.7 55.37

60 0.0061 18.0 18.3 11.47 14.7 48.74

120 0.0044 17.0 17.3 11.73 13.7 45.42

240 0.0031 15.5 15.8 12.13 12.2 40.45

480 0.0022 14.0 14.3 12.53 10.7 35.48

1440 0.0013 13.0 13.3 12.79 9.7 32.16

0 0.005 0 4.76

100 0.005 100 4.76

0 0.074 0 19.1

100 0.074 100 19.1

0 0.42 0 76.2

100 0.42 100 76.2

0 2

100 2

47.1 33.4 10.8 8.5 0.3 0.0 0.0

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.001 0.01 0.1 1 10 100

KU

MU

LA

TIF

H

AL

US

-

(%)

D (mm)

Page 74: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : H 2

psr hls

1. ANALISA SARINGAN

BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 17.86

SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS

NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %

1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

10 2.000 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

20 0.850 0.06 0.06 0.12 0.12 99.88

40 0.420 3.61 3.61 7.22 7.34 92.66

100 0.149 20.12 20.12 40.24 47.58 52.42

200 0.075 8.35 8.35 16.70 64.28 35.72

PAN - 17.86 17.86 35.72 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00

2. ANALISA HIDROMETER

KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.64 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.217

KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0042 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00

WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS

T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %

0.075 35.721 0.0484 12.0 12.3 13.06 8.7 27.99

2 0.0345 11.0 11.3 13.32 7.7 24.77

4 0.0247 10.0 10.3 13.59 6.7 21.55

8 0.0177 8.7 9.0 13.93 5.4 17.37

15 0.0130 8.0 8.3 14.11 4.7 15.12

30 0.0092 7.3 7.6 14.30 4.0 12.87

60 0.0066 6.7 7.0 14.46 3.4 10.94

120 0.0047 6.0 6.3 14.64 2.7 8.69

240 0.0033 5.7 6.0 14.72 2.4 7.72

480 0.0024 5.3 5.6 14.83 2.0 6.43

1440 0.0014 5.0 5.3 14.91 1.7 5.47

0 0.005 0 4.76

100 0.005 100 4.76

0 0.074 0 19.1

100 0.074 100 19.1

0 0.42 0 76.2

100 0.42 100 76.2

0 2

100 2

9.8 25.9 56.9 7.3 0.0 0.0 0.0

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.001 0.01 0.1 1 10 100

KU

MU

LA

TIF

H

AL

US

-

(%)

D (mm)

Page 75: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 09/2

lap B

1. ANALISA SARINGAN

BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 29.20

SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS

NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %

1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

10 2.000 0.95 0.95 1.90 1.90 98.10

20 0.850 4.75 4.75 9.50 11.40 88.60

40 0.420 5.92 5.92 11.84 23.24 76.76

100 0.149 5.22 5.22 10.44 33.68 66.32

200 0.075 3.96 3.96 7.92 41.60 58.40

PAN - 29.20 29.20 58.40 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00

2. ANALISA HIDROMETER

KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.68 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.192

KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0042 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00

WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS

T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %

0.075 58.401 0.0441 19.5 19.8 11.07 16.2 51.71

2 0.0316 18.3 18.6 11.39 15.0 47.88

4 0.0226 17.3 17.6 11.65 14.0 44.68

8 0.0162 16.3 16.6 11.92 13.0 41.49

15 0.0120 15.0 15.3 12.26 11.7 37.34

30 0.0086 14.0 14.3 12.53 10.7 34.15

60 0.0061 12.7 13.0 12.87 9.4 30.00

120 0.0044 11.7 12.0 13.14 8.4 26.81

240 0.0031 11.0 11.3 13.32 7.7 24.58

480 0.0022 10.5 10.8 13.45 7.2 22.98

1440 0.0013 10.0 10.3 13.59 6.7 21.38

0 0.005 0 4.76

100 0.005 100 4.76

0 0.074 0 19.1

100 0.074 100 19.1

0 0.42 0 76.2

100 0.42 100 76.2

0 2

100 2

28.4 30.0 18.4 21.3 1.9 0.0 0.0

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.001 0.01 0.1 1 10 100

KU

MU

LA

TIF

H

AL

US

-

(%)

D (mm)

Page 76: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 09/2

lap C

1. ANALISA SARINGAN

BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 28.16

SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS

NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %

1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

10 2.000 3.68 3.68 7.36 7.36 92.64

20 0.850 3.30 3.30 6.60 13.96 86.04

40 0.420 3.79 3.79 7.58 21.54 78.46

100 0.149 7.40 7.40 14.80 36.34 63.66

200 0.075 3.67 3.67 7.34 43.68 56.32

PAN - 28.16 28.16 56.32 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00

2. ANALISA HIDROMETER

KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.71 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.169

KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0041 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00

WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS

T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %

0.075 56.321 0.0442 18.5 18.8 11.34 15.2 48.17

2 0.0319 16.7 17.0 11.81 13.4 42.47

4 0.0230 15.0 15.3 12.26 11.7 37.08

8 0.0165 13.3 13.6 12.71 10.0 31.69

15 0.0122 12.0 12.3 13.06 8.7 27.57

30 0.0088 10.5 10.8 13.45 7.2 22.82

60 0.0063 9.3 9.6 13.77 6.0 19.02

120 0.0045 8.5 8.8 13.98 5.2 16.48

240 0.0032 8.0 8.3 14.11 4.7 14.90

480 0.0023 7.5 7.8 14.25 4.2 13.31

1440 0.0013 7.0 7.3 14.38 3.7 11.73

0 0.005 0 4.76

100 0.005 100 4.76

0 0.074 0 19.1

100 0.074 100 19.1

0 0.42 0 76.2

100 0.42 100 76.2

0 2

100 2

17.7 38.6 22.1 14.2 7.4 0.0 0.0

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.001 0.01 0.1 1 10 100

KU

MU

LA

TIF

H

AL

US

-

(%)

D (mm)

Page 77: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : TO. 1

1. ANALISA SARINGAN

BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 12.32

SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS

NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %

1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

10 2.000 5.84 5.84 11.68 11.68 88.32

20 0.850 10.80 10.80 21.60 33.28 66.72

40 0.420 10.86 10.86 21.72 55.00 45.00

100 0.149 7.69 7.69 15.38 70.38 29.62

200 0.075 2.49 2.49 4.98 75.36 24.64

PAN - 12.32 12.32 24.64 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00

2. ANALISA HIDROMETER

KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.87 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.071

KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0040 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00

WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS

T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %

0.075 24.641 0.0458 11.0 11.3 13.32 7.7 23.65

2 0.0326 10.5 10.8 13.45 7.2 22.11

4 0.0231 10.0 10.3 13.59 6.7 20.57

8 0.0164 9.5 9.8 13.72 6.2 19.04

15 0.0121 9.0 9.3 13.85 5.7 17.50

30 0.0086 8.5 8.8 13.98 5.2 15.97

60 0.0061 8.0 8.3 14.11 4.7 14.43

120 0.0043 7.7 8.0 14.19 4.4 13.51

240 0.0031 7.5 7.8 14.25 4.2 12.90

480 0.0022 7.3 7.6 14.30 4.0 12.28

1440 0.0013 7.0 7.3 14.38 3.7 11.36

0 0.005 0 4.76

100 0.005 100 4.76

0 0.074 0 19.1

100 0.074 100 19.1

0 0.42 0 76.2

100 0.42 100 76.2

0 2

100 2

14.0 10.7 20.4 43.3 11.7 0.0 0.0

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.001 0.01 0.1 1 10 100

KU

MU

LA

TIF

H

AL

US

-

(%)

D (mm)

Page 78: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : TO. 2

1. ANALISA SARINGAN

BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 14.97

SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS

NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %

1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

10 2.000 2.31 2.31 4.62 4.62 95.38

20 0.850 6.58 6.58 13.16 17.78 82.22

40 0.420 10.41 10.41 20.82 38.60 61.40

100 0.149 11.49 11.49 22.98 61.58 38.42

200 0.075 4.24 4.24 8.48 70.06 29.94

PAN - 14.97 14.97 29.94 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00

2. ANALISA HIDROMETER

KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.72 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.164

KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0041 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00

WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS

T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %

0.075 29.941 0.0474 11.7 12.0 13.14 8.4 26.58

2 0.0338 11.0 11.3 13.32 7.7 24.36

4 0.0241 10.0 10.3 13.59 6.7 21.20

8 0.0172 9.0 9.3 13.85 5.7 18.03

15 0.0127 8.3 8.6 14.03 5.0 15.82

30 0.0090 7.5 7.8 14.25 4.2 13.29

60 0.0064 7.3 7.6 14.30 4.0 12.66

120 0.0045 7.0 7.3 14.38 3.7 11.71

240 0.0032 6.7 7.0 14.46 3.4 10.76

480 0.0023 6.5 6.8 14.51 3.2 10.12

1440 0.0013 6.3 6.6 14.56 3.0 9.49

0 0.005 0 4.76

100 0.005 100 4.76

0 0.074 0 19.1

100 0.074 100 19.1

0 0.42 0 76.2

100 0.42 100 76.2

0 2

100 2

12.2 17.8 31.5 34.0 4.6 0.0 0.0

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.001 0.01 0.1 1 10 100

KU

MU

LA

TIF

H

AL

US

-

(%)

D (mm)

Page 79: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : TO. 3

1. ANALISA SARINGAN

BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 13.48

SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS

NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %

1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

10 2.000 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

20 0.850 3.58 3.58 7.16 7.16 92.84

40 0.420 13.02 13.02 26.04 33.20 66.80

100 0.149 14.21 14.21 28.42 61.62 38.38

200 0.075 5.71 5.71 11.42 73.04 26.96

PAN - 13.48 13.48 26.96 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00

2. ANALISA HIDROMETER

KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.74 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.149

KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0041 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00

WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS

T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %

0.075 26.961 0.0474 11.0 11.3 13.32 7.7 24.24

2 0.0338 10.3 10.6 13.51 7.0 22.04

4 0.0241 9.5 9.8 13.72 6.2 19.52

8 0.0171 9.0 9.3 13.85 5.7 17.95

15 0.0125 8.7 9.0 13.93 5.4 17.00

30 0.0089 8.5 8.8 13.98 5.2 16.37

60 0.0063 8.3 8.6 14.03 5.0 15.74

120 0.0045 8.0 8.3 14.11 4.7 14.80

240 0.0032 7.7 8.0 14.19 4.4 13.85

480 0.0022 7.5 7.8 14.25 4.2 13.22

1440 0.0013 7.3 7.6 14.30 4.0 12.59

0 0.005 0 4.76

100 0.005 100 4.76

0 0.074 0 19.1

100 0.074 100 19.1

0 0.42 0 76.2

100 0.42 100 76.2

0 2

100 2

15.3 11.7 39.8 33.2 0.0 0.0 0.0

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.001 0.01 0.1 1 10 100

KU

MU

LA

TIF

H

AL

US

-

(%)

D (mm)

Page 80: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : TO. 6

1. ANALISA SARINGAN

BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 12.58

SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS

NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %

1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

10 2.000 10.56 10.56 21.12 21.12 78.88

20 0.850 6.13 6.13 12.26 33.38 66.62

40 0.420 9.16 9.16 18.32 51.70 48.30

100 0.149 7.04 7.04 14.08 65.78 34.22

200 0.075 4.53 4.53 9.06 74.84 25.16

PAN - 12.58 12.58 25.16 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00

2. ANALISA HIDROMETER

KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.76 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.138

KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0041 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00

WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS

T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %

0.075 25.161 0.0477 10.0 10.3 13.59 6.7 21.03

2 0.0341 9.0 9.3 13.85 5.7 17.89

4 0.0242 8.5 8.8 13.98 5.2 16.32

8 0.0172 8.0 8.3 14.11 4.7 14.75

15 0.0126 7.5 7.8 14.25 4.2 13.18

30 0.0090 7.0 7.3 14.38 3.7 11.61

60 0.0064 6.5 6.8 14.51 3.2 10.04

120 0.0045 6.0 6.3 14.64 2.7 8.47

240 0.0032 5.5 5.8 14.78 2.2 6.90

480 0.0023 5.3 5.6 14.83 2.0 6.28

1440 0.0013 5.0 5.3 14.91 1.7 5.34

0 0.005 0 4.76

100 0.005 100 4.76

0 0.074 0 19.1

100 0.074 100 19.1

0 0.42 0 76.2

100 0.42 100 76.2

0 2

100 2

9.3 15.9 23.1 30.6 21.1 0.0 0.0

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.001 0.01 0.1 1 10 100

KU

MU

LA

TIF

H

AL

US

-

(%)

D (mm)

Page 81: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR

TGL : Juni 2015

PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan

LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : TO. 7

1. ANALISA SARINGAN

BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 9.54

SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS

NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %

1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

10 2.000 5.04 5.04 10.08 10.08 89.92

20 0.850 7.87 7.87 15.74 25.82 74.18

40 0.420 9.48 9.48 18.96 44.78 55.22

100 0.149 12.85 12.85 25.70 70.48 29.52

200 0.075 5.22 5.22 10.44 80.92 19.08

PAN - 9.54 9.54 19.08 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00

2. ANALISA HIDROMETER

KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.76 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.136

KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0041 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00

WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS

T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %

0.075 19.081 0.0486 8.0 8.3 14.11 4.7 14.74

2 0.0346 7.3 7.6 14.30 4.0 12.55

4 0.0246 6.5 6.8 14.51 3.2 10.04

8 0.0175 6.0 6.3 14.64 2.7 8.47

15 0.0128 5.5 5.8 14.78 2.2 6.90

30 0.0091 5.0 5.3 14.91 1.7 5.33

60 0.0065 4.7 5.0 14.99 1.4 4.39

120 0.0046 4.5 4.8 15.04 1.2 3.76

240 0.0032 4.3 4.6 15.09 1.0 3.14

480 0.0023 4.0 4.3 15.17 0.7 2.20

1440 0.0013 3.7 4.0 15.25 0.4 1.25

0 0.005 0 4.76

100 0.005 100 4.76

0 0.074 0 19.1

100 0.074 100 19.1

0 0.42 0 76.2

100 0.42 100 76.2

0 2

100 2

4.1 15.0 36.1 34.7 10.1 0.0 0.0

TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.001 0.01 0.1 1 10 100

KU

MU

LA

TIF

H

AL

US

-

(%)

D (mm)

Page 82: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

FORMULIR EVALUASI ATAS CAPAIAN LUARAN KEGIATAN

Ketua : Dr. Ir. Emi Sukiyah

Perguruan Tinggi : Universitas Padjadjaran

Judul : Patahan aktif pada zona Pegunungan Selatan berdasarkan analisis

morfotektonik dan dampaknya terhadap kawasan rawan longsor di

Jawa Barat Selatan

Waktu Kegiatan : tahun ke 1 (satu) dari rencana 2 (dua) tahun

Luaran yang direncanakan dan capaian tertulis dalam proposal awal:

No Luaran yang Direncanakan Capaian

1 Model - Analisis variabel (tahun ke-1)

- Model korelasi (tahun ke-2)

2 Artikel di Jurnal Nasional dengan

ISSN, tidak terakreditasi.

Proses layout di Jurnal Bionatura, jika

memungkinkan terbit tahun 2015

3 Artikel dimuat di jurnal internasional Sudah dikirim ke International Journal of

Digital Earth (IJDE), tapi belum ada

jawaban.

4 Makalah disampaikan dalam

pertemuan ilmiah internasional

Sudah dilaksanakan dalam The 36th

Asian Conference in Remote Sensing

(ACRS) on “Fostering Resilient Growth

in Asia” 19-23 Oktober 2015 di the

Crowne Plaza Manila Galleria in Quezon

City, Metro Manila, Philippines.

5 Buku Ajar Baru sebagian (Materi ajar), lengkap pada

akhir tahun ke-2

1. PUBLIKASI ILMIAH

Artikel Ilmiah Keterangan

Artikel Jurnal Ke-1

Nama jurnal yang dituju IJDE

Klasifikasi jurnal Jurnal Internasional

Impact factor jurnal 3.291 (Juni 2014)

Page 83: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

Judul artikel Study of Landslide Potential in Northern Part of Cilaki

Watershed Drainage Based on Geospatial Data

Analysis & Field Observation

- Draf artikel

- Sudah dikirim ke jurnal v

- Sedang ditelaah

- Sedang direvisi

- Revisi sudah dikirim ulang

- Sudah diterima

- Sudah terbit

Artikel Jurnal Ke-2

Nama jurnal yang dituju IJDE

Klasifikasi jurnal Jurnal Internasional

Impact factor jurnal 3.291 (Juni 2014)

Judul artikel The Interpretation of Morphometry as a Respon of

Rock Composer in Cidamar Watershed-Drainage Using

Geographic Information System

- Draf artikel

- Sudah dikirim ke jurnal v

- Sedang ditelaah

- Sedang direvisi

- Revisi sudah dikirim ulang

- Sudah diterima

- Sudah terbit

2. BUKU AJAR

Buku ke-1

Judul:

Geographic Information System:

Concept and its Application in Quantitative Geomorphology Analysis

Penulis : Emi Sukiyah

Penerbit: Dalam proses

Page 84: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

3. PEMBICARA PADA PERTEMUAN ILMIAH (SEMINAR/SIMPOSIUM)

Nasional Internasional

Judul Makalah MORPHOTECTONIC AND SATELLITE

IMAGERY ANALYSIS FOR IDENTIFYING

QUATERNARY FAULT AT SOUTHERN

PART OF CIANJUR-GARUT REGION, WEST

JAVA, INDONESIA

Nama Pertemuan Ilmiah The 36th Asian Conference in Remote Sensing

(ACRS)

Tempat Pelaksanaan the Crowne Plaza Manila Galleria in Quezon

City, Metro Manila, Philippines

Waktu Pelaksanaan 19-23 Oktober 2015

- Draf makalah

- Sudah dikirim

- Sedang direview

- Sudah dilaksanakan Sudah dilaksanakan

4. SEBAGAI PEMBICARA KUNCI (KEYNOTE SPEAKER)

Nasional Internasional

- Bukti undangan dari Panitia

- Judul makalah

- Penulis

- Penyelenggara

- Waktu Pelaksanaan

- Tempat Pelaksanaan

- Draf makalah

- Sudah dikirim

- Sedang direview

- Sudah dilaksanakan

5. UNDANGAN SEBAGAI VISITING SCIENTIST PADA PERGURUAN TINGGI

LAIN

Nasional Internasional

- Bukti undangan

- Perguruan tinggi

pengundang

Page 85: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

- Lama kegiatan

- Kegiatan penting yang

dilakukan

6. CAPAIAN LUARAN LAINNYA

HKI (Uraikan status kemajuan mulai dari pengajuan sampai

“granted”)

TEKNOLOGI TEPAT

GUNA

(Uraikan siapa masyarakat pengguna teknologi yang

dimaksud)

REKAYASA SOSIAL

(Uraikan kebijakan publik yang sedang atau sudah dapat

diubah

JEJARING KERJA SAMA

- Kerjasama dengan Badan Geologi Kementerian

ESDM sudah dilaksanakan sejak berdirinya

Jurusan Geologi, FMIPA, Unpad (hingga 2007),

dan Fakultas Teknik Geologi, Unpad (2007 hingga

sekarang)

- Ditindaklanjuti dengan kerjasama berbagai riset,

salah satunya adalah riset dalam skema STRANAS

2015

PENGHARGAAN (Uraikan penghargaan yang diterima sebagai peneliti,

baik dari pemerintah atau asosiasi profesi)

LAINNYA (Tuliskan)

Beberapa luaran riset belum sempurna dihasilkan karena terkendala proses administrasi

dan dana. Sebagian dilaksanakan sebagai capaian di tahun ke-2 yang diharapkan dapat

direalisasikan pada tahun 2016.

Bandung, 26 Oktober 2015

Ketua,

( Dr. Ir. Emi Sukiyah, MT. )

Page 86: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

 ACRS 2015: The 36th Asian Conference on Remote Sensing  “Fostering Resilient Growth in Asia” 19­23 October 2015, Quezon City, Metro Manila, Philippines  www.acrs2015.org  

INVITATION 9/12/2015 1:10:39 

 Dr. Emi Sukiyah  Faculty of Geological Engineering, Padjadjaran University Indonesia  Dear Dr. Sukiyah,  We cordially invite you and your colleagues to ACRS 2015: The 36th Asian Conference on Remote Sensing, which                                   will take place on October 19­23, 2015 at the Crowne Plaza Manila Galleria in Quezon City, Metro Manila,                                   Philippines. ACRS 2015 will represent a major event in the long series of successful ACRS conferences. The theme                                   of the conference is “Fostering Resilient Growth in Asia”. It is jointly organized by the Asian Association on                                   Remote Sensing (AARS) and the Philippine Geosciences and Remote Sensing Society (PhilGRSS).  ACRS 2015 will bring together students, researchers, scientists, policy makers, professionals and practitioners from                           developed and developing countries from and around Asia to share insights into the challenges and opportunities of                                 Remote Sensing and related geospatial technologies in building resiliency and encouraging growth and development                           in Asia. The conference takes place at a significant moment when disasters and climate change continues to                                 negatively impact our people and the community. The conference, therefore, will provide an outstanding opportunity                             to learn how Remote Sensing will help us build resiliency to these disturbances, and in strengthening our capability                                   to adapt to stress and change. While addressing this issue, ACRS 2015 will also look into finding ways and                                     opportunities for Remote Sensing to encourage economic growth and development in Asian countries. These matters                             will be discussed thoroughly during the plenary and thematic sessions, poster sessions, workshops, and many side                               events of ACRS 2015.  Lastly, we are pleased to inform you that 2015 is VISIT THE PHILIPPINES YEAR! Filled with countless things to                                     do, the Philippines is a melting pot of festivities, culture and adventure. So, we invite you to take time and visit                                         many exciting places in the country’s 7,107+ islands before, during and after ACRS 2015.  There are just so many things to do in the Philippines. We are hoping that you could join us this October 2015, have                                             fun and make the conference a success. For registration fee details and other information, please visit our official                                   website at http://www.acrs2015.org.  Truly yours, 

 PROF. KOHEI CHO DR. ENRICO C. PARINGIT General Secretary               Chair, ACRS 2015 Local Organizing Committee Asian Association on Remote Sensing Executive Director,  

Philippine Geosciences and Remote Sensing Society 

     Contact Information:     The Conference Secretariat     Philippine Geosciences and Remote Sensing Society (PhilGRSS)     Room 316 National Engineering Center (NEC) Building, University of the Philippines, Diliman, Quezon City 1101, Metro Manila, Philippines    Telephone No.: (+63­2)981­8500 local 3945    Official Website: www.acrs2015.org | Conference Secretariat E­mail: [email protected]  

Page 87: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

WE3.2.3- 1

MORPHOTECTONIC AND SATELLITE IMAGERY ANALYSIS FOR IDENTIFYING

QUATERNARY FAULT AT SOUTHERN PART OF CIANJUR-GARUT REGION,

WEST JAVA, INDONESIA

Emi Sukiyah1, Ildrem Syafri1, Achmad Sjafrudin1, Eza Nurfadli2, Puspa Khaerani3, Dian P.A.S3 1 Faculty of Geological Engineering, Padjadjaran University, Bandung, Indonesia

Email: [email protected] 2 Geological Engineering Study Program, College of Mineral Technology, Bandung, Indonesia,

Email: [email protected] 3Geological Engineering Study Program, Faculty of Geological Engineering, Padjadjaran University, Bandung,

Indonesia

KEY WORDS: Quaternary fault, morphotectonic, satellite imagery, watershed, West Java

ABSTRACT: Morphotectonic is geomorphological characteristic as response of tectonic. Watershed morphometric

may reflect tectonic conditions of a region. Parameters of morphometric and morphotectonic can be an indicator of

the activity of a fault. Active fault is a tectonic trace that can be a source of seismicity in the area of land. The southern

part of West Java is dominated by Quaternary volcanic products. These materials are generally unstable, especially

when affected by fault. Some areas in the southern part of West Java regionally controlled by Quaternary faulting. The

movement of this fault can be triggered by the subduction activity in the south of Java Island.

This study aims to determine the role morphotectonic characteristics as indicators of the presence of active faults in

the region of the Southern part of Cianjur and Garut. The result is expected to be useful to help the community and the

government in anticipation of a crisis when geological disasters occur as an impact of the active faults. Systematic

research based on the mindset that past geological events, along with its development can produce a typical landforms.

Lineament of the landslide zone is assumed to be associated with active fault lines that can be reflected by the specific

characteristics of morphotectonic and lithology. Digital analysis of satellite imagery used to determine the distribution

of lineament and landslide zones. Probabilistic approach is used in the data analysis.

The study was conducted in five watersheds, i.e. Cisadea, Cipandak, Cilayu, Cikandang, and Cikaingan. The results

showed that there was a tectonic control in watersheds of Cipandak , Cilayu, and Cikaingan. Meanwhile, tectonic

control in the watersheds of Cisadea and Cikandang occurred in a specific location. This phenomenon is reflected by

the unique shape of the three watersheds. The watersheds longitudinal direction tends to follow the direction of the

main fault. Slim shapes for the three watersheds indicate tectonic control is still dominant. There is a unique

phenomenon in the Cikaingan watershed, where drainage can be grouped into two patterns. Dendritic pattern in the

upper and trellis pattern in the middle-downstream. It is characterized by the presence of a fault between the two

patterns. The upstream blocks tend to move than the middle-lower block. Blocks that have movement tends to deform

more intensive, making it unstable and easily respond to weathering and erosion processes. This resulted in many

river channels formed in the northern part of the block than a southern block. This phenomenon is also shown by the

results of the quantitative analysis of variables associated with morphotectonic and morphometric.

1. INTRODUCTION Environmental degradation as a comfortable residence has become a global issue. One of the triggers is lack of

response of the public and governments to the threat of geological disasters. Along with the progress of science and

technology, it is known that the crust of the earth is not at rest. The intensity of the movement is triggered by

conditions that occur in the interior of the Earth. The high intensity of movement that can be a source of disaster and

a threat to the safety of mankind. An example is the movement of land, which can be triggered by the presence of

active faults. Morphotectonic is the character of the landscape associated with tectonic (Doornkamp, 1986).

Landscape characteristics quantitatively enriched understanding of morphotectonic. They are escarpment, the shape

of the valley, the hills straightness, the rivers straightness, drainage patterns.

Fault is defined as an area of fractures followed by a relative displacement of a block of rock against rock

block other. The distance can shift a few millimeters to tens of kilometers. Fault plane sizes ranging from a few

centimeters to tens of kilometers (Billing, 1959). Active fault is a fault which is moving at a period of ten thousand

years ago (Keller and Pinter, 1996). Potentially active faults are faults move at a period of two million years ago,

while the fault is not active fault that has not moved in the past two million years ago. Another definition of active

faults proposed by Huzita et al. (1992; after Munif, 2011), the fault moves since the quarter and has the potential to

move back to the future. This fault intersects the surface morphology of Quaternary age, bypass rocks Quaternary age,

which also occurs in volcanic regions engaged during the volcanic eruption, and normal faults that can be observed in

mountain areas due to the force of gravity.

Region of the southern part of West Java has limited accessibility. Morphology with steep slope and limited

Page 88: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

WE3.2.3- 2

road access makes the most of these areas are still isolated. Based on physiographic, this area was included in the

Southern Mountains Zone (Van Bemmelen, 1949). Research activities related to the geomorphology and disaster has

been done by some previous researchers, including by Sudradjat et al. (2009, 2010), Sukiyah et al. (2010), and

Sulaksana et al. (2011, 2013). The results showed an association between morphometric watersheds, morphotectonic,

and the presence of active faults. The condition was thought to be linked with the threat zone of geological disasters,

such as earthquake, landslides, erosion, etc. This article discusses the identification of the existence of active faults in

the southern part of Cianjur and Garut based on analysis of satellite imagery and morphotectonic (Figure 1).

Figure 1. Location of research area

2. METHODOLOGY

Keyword of the research are Quaternary fault, morphotectonic, morphometry, watershed, and west Java. The

objective of research are landform, lithology, and river. The landform and river can identifed by some data sources,

i.e. satellite imagery, thopographic map, and field observation. Rock and joint object to be identified through field

observations. Interpretation method on remote sensing data, i.e. (Anonymous, 2003):

i) Visual interpretation by tone, pattern, shape, texture, etc.;

ii) Object identification by spectral signatures or digital number; and

iii) Data integration between remote sensing data and another data.

Response variables of landform and tectonic are reflected by drainage density (Dd), bifurcation ratio (Rb), and

mount-front sinuosity (Smf). The variables analyzed in this study. The value of drainage density (Dd) obtained from

the division between the total length of the river segments (n) and the watershed area (A) which is displayed in the

formula (1). Number of river segments of order n is divided by the rivers of order n + 1 produce a bifurcation value

ratio (formula 2). Bull and McFadden (1977; after Doornkamp, 1986) defines that sinuosity of the mountain-front

(Smf) as the ratio between the length of the mountain-front (LMF) and the length of the mountain-front projection

onto a flat surface (Ls) shown in the formula (3). Classification of Smf calculation results may reflect the degree of

tectonic activity (Table 2).

....................................... (1)

....................................... (2)

....................................... (3)

Smf approaches a value of 1 reflects an increase straightness indicating active uplift. Sinuosity increased

reflecting the work flow of water (river) which bypass mountain-plains boundary. Based on the index, developed the

classification of the degree of tectonic activity (Table 1).

Basic data used in this study come from scientific publications some previous researchers equipped with field

survey data. The data obtained from the field are the elements of the geological structure, rock description, elements

morphometry, etc. Solving the problem in this study using a probabilistic approach. (Figure 2).

Page 89: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

WE3.2.3- 3

Table 1. Classification of tectonic activity degree based on mount-front sinuosity (Doornkamp, 1986)

Class Smf Tectonic activity Explanation

1 1.2 to 1.6 Active tectonic Associated with alluvial fan landform, elongated shape watershed,

narrow valley floor, a steep slope.

2 1.8 to 3.4 Tectonic activity is

weak to moderate

Associated with alluvial fan landscape, watershed extends, steep

slope, the valley floor is wider than the flood plain

3 2.0 to 7.0 inactive tectonic Associated with the mount-front landform pediment and

embayments, only a steep slope on rock layers resistant, valley

widened and integrated.

Figure 2. The mainframe of research

3. RESULT AND DISCUSS

3.1 Fault features on Satellite Imagery SPOT image used in this study. The other hand, the image of STRM used to further clarify the lineaments.

Trellis drainage pattern dominant in the southern Garut (Figure 3). This pattern suggests that there is a tectonic

controls that influence it. Valleys are narrow and tend to elongate also an indication of a strong tectonic control.

Figure 3. SPOT Image shows the appearance of the ridge and valley located in the southern Garut (a) and lineament

of river and ridge in SRTM-DEM image of Cikandang watershed (b)

The geological structure in the area of research can also be seen from the lineament (Figure 3). Withdrawal

lineament of the ridge and the river lineament on SRTM-DEM image is done by drawing strict lines that show the

Lithology Climate +

rainfall intensity

Landform

Denudation

Morphotectonic

Fault activity

Data Analysis

Satellite Imagery & Topographic Map

Tectonic

process

Mathematics & statistics

method

(a) (b)

Page 90: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

WE3.2.3- 4

landscape extends caused by certain geological processes. From the observation, measurement, and analysis of the

indications of the geological structure, and correlated with lineament interpretation of SRTM-DEM image, then

allegedly developing fault structure and joint dominant in southern part of Cianjur-Garut. The fault structure and a

joint structure of Quaternary age, due to developing on Tertiary and Quaternary roks.

3.2 Morphotectonic characteristics The existence of active faults in an area can be recognized from the characteristics of morphotectonic. Variety

of parameters can be used to assess characteristics. Several morphometric variables and morphotectonic used in this

study, i.e. slope, drainage density (Dd), bifurcation ratio (Rb), azimuth of landform-river segment liniaments, and

mount-front sinuosity.

There are five watersheds which researched in detail, i.e. Cipandak, Cilayu, Cikandang, and Cikaingan (Table

2). Namely of watershed take from main river name. The spatial distribution of the fourth watersheds shown in Figure

1. The main river of every watershed flow to the south and empties into southern coastal areas of West Java. Every

watershed has a morphometric the characteristics of are different. These conditions are influenced by the lithological

constituent, structural geology, and climate in the region.

Table 2. Area of watersheds

No Name of watershed Area (sq km)

1 Cisadea 466.10

2 Cipandak 188.90

3 Cilayu 126.30

4 Cikandang 464.00

5 Cikaingan 273.00

Cisadea Watershed

Form of Cisadea watershed widened toward downstream, tends to form parallel. Such watershed form

indicates there are two major rivers that flow. Drainage patterns grouped into three, namely anastomotic, subdendritic,

and subtrellis. Anastomotic pattern occupies an area dominated by rocks and sediment are tuff, sand, and alluvium.

Direction of the river in line with the direction of flow. The pattern developing on the rocks with a relatively

homogeneous hardness that are mainly sandstones. Subtrellis drainage pattern is controlled by the structure of the

indications found in the river Cigugur. This segment of the river meandering as if compressed, generally formed due

to compression. This drainage pattern formed by rivers and streams Cisarua Cigugur composed by volcanic breccia,

sandstone and tuff.

Table 3. Stream order and bifurcation ratio (Rb) in the central of Cisadea watershed Sub

watershed

Stream order Rb

1 2 3 1-2 2-3

1 14 3 2 4.7 1.5

2 10 3 1 3.3 3.0

3 10 3 1 3.3 3.0

4 15 4 2 3.8 2.0

5 5 2 - 2.5 -

6 2 1 - 2.0 -

7 3 2 - 1.5 -

8 4 2 - 2.0 -

9 8 3 1 2.7 3.0

10 4 2 0 2.0 -

11 3 2 0 1.5 -

12 14 4 2 3.5 2.0

13 18 6 4 3.0 1.5

The results of the calculation of the 13 sub-waatersheds obtained Rb-values ranging from 1.5 until 4.7. Rb

value of less than 3.0 or more than 5.0, indicated deformed (Verstappen, 1983). This research area has largely Rb

value ranging from 1.23 until 2.8, which it has been deformed by the tectonic activity. Dd value calculation result is

further classified for the assessment of the texture of the landscape (Sukiyah, 2009), which is divided into six classes

(Table 4).

Value of Dd in central of watershed ranges from 0 to 8 km/sq km. Based on Table 4, it appears that the texture

is very rough landscape dominant, which occupies 60% of the total area of the central part of the watershed. This

value reflects that the rocks were at the watershed tend to be hard so that the current density is rather tenuous.

Page 91: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

WE3.2.3- 5

Table 4. Distribution of drainage density in central of Cisadea watershed

Texture Dd (km/sq km) Ratio of distribution to total

area (%) Very coarse 0 – 1.4 60 Coarse 1.4 – 2.8 9

Medium 2.8 – 4.2 12 Rather fine 4.2 – 5.5 12

Fine 5.5 – 6.9 4 Very fine 7 – 8 4

Slope in the central part of the watershed ranged from 15% to 70% and is classified as a rather steep slope to

steep. They form the hills of sedimentary and volcanic hills. This unit is composed by a material such as sandstones,

breccias, and tuff which has a high porosity values. The analysis of bifurcation ratio is known that the middle

watershed allegedly controlled by tectonic active. Tectonic activity is what makes this area deform and affect

volcanic activity, so that deposited volcanic material that has a high porosity values. Texture landscape based

drainage density tend to be very rough with Dd ranges from 0 to 1.4 km / sq km. This condition is the response of the

rocks making up this region which consists of sandstone, volcanic breccias, and tuff. The order of tectonic and

stratigraphic rock that has implications for potential landslides. Morphometric analysis results indicate that the study

area is very prone to landslide. This is reflected by the steep slope with bifurcation ratio is 1.23 to 2.8. The dominant

tectonic controls considering the region has a low texture based drainage density.

Table 5. Distribution of lithology on every slope

Slope Alluvium n=0

Gs=0 Talus n=0 Gs=0

Tuff n=53.12

Gs=2.46

Breccia

n=53.12

Gs=2.73

Sandstone

n=53.98

Gs=2.45

Gently sloping 5% 51% 6% 0% 37%

Sloping 4% 33% 4% 1% 58%

Moderately steep 2% 10% 9% 8% 71%

Steep 0% 0% 19% 34% 46%

Very steep 0% 0% 46% 10% 44%

Cipandak Watershed

The shape of Cipandak watershed resembling bird feathers, extending from the north to south. This watershed

coincides with a horizontal fault Cipandak. Although the characteristic shape of the watershed and drainage patterns

already reflect the geological structure control, but its existence has been no related publications. This phenomenon

was also supported by quantitative analysis of morphometric parameters of the watershed. Cipandak river and its

tributaries form trellis drainage pattern. The overall order of the river ranges from 1 to 5. Cipandak watershed

morphometric characteristics shown by Table 6. It appears that Rb4-5 very small and far away from the normal

condition of a watershed, where Rb is 3 until 5, meaning that the main rivers experiencing significant tectonic control.

Table 6. Morphometry characteristic of Cipandak watershed

Stream

order

Number of

stream segment

Total of length

(km)

Rb Area of watershed

(sq km)

Dd

1 284 233.50 2.58 188.9 1.24

2 110 75.85 1.22 188.9 0.40

3 90 46.59 2.81 188.9 0.25

4 32 14.05 0.63 188.9 0.07

5 51 41.82 188.9 0.22

Total 411.81 188.9 2.18

Fault shear of Cipandak contained in the central part of the watershed that coincides with the main stream,

with direction of southwest - northeast. Indication of the point to the existence of the fault are:

Lineament pattern on DEM map

The presence of joint structure around Cipandak watershed

Interpretation of topographic maps that show lineament segments in the river of Cipandak watershed.

Lineament of Cipandak river segment.

Page 92: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

WE3.2.3- 6

Watershed morphotectonic three parameters used to determine the extent of Watershed Cipandak tectonic

control, namely the density of drainage (Dd), bifurcation ratio (Rb), and azimuth of river segmen lineament. Analysis

of the population of data Dd, Rb, and the lineament of the river segment, indicating that there was an effect on the

movement of the two blocks of the fault.

Figure 4. Stereonet and rosette diagram of joints data contained in tuffaceous sandstone outcrop, at coordinates 7o 22’

3.4” S and 107o 19’ 44.1” E. Interpretation of results indicates horizontal fault trending southwest - northeast,

coincide with river Cipandak. Fault escarpment as well as a waterfall in the Cipandak watershed, South Cianjur

Cilayu Watershed

Cilayu Watershed geomorphology can be divided into several units morfografi. They are mountainous, hills,

valey, and plains. Slope and drainage patterns vary widely. Drainage patterns are trellis, parallel, and rectangular.

The whole drainage pattern reflects the geological structure (Figure 5).

Figure 5. Cilayu watershed, (a) lineament on SRTM-DEM image; (b) drainage patterns (A=trellis, B=parallel,

C=rectangular); (c) water fall

Upstream Cilayu watershed at Mount Melati while downstream were in the Gunung Kawung Jantung area and

has an area of approximately 62,610 sq m. Length of the main river that flows in the Cilayu watershed reached 28,170

meters with a maximum width of Cilayu watershed is approximately 7,010 m.

Sub watershed located in Watershed Cilayu has an extensive range of 345,90 until 22090,00 sq.m.

Determination of watershed shape is done by comparing the Cilayu watershed shape and available Watershed shape

Page 93: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

WE3.2.3- 7

according Sosrodarsono and Takeda (1987) and Ramdan (2006). From the analysis it can be concluded that

sub-watershed Cilayu dominated by shaped bird feathers. Sub-watershed shape similar bird feathers have

characteristics that flood discharge is relatively small compared to the flood discharge in the another shape. The

concentration of water longer in the sub watershed elongated compared with the sub Watershed that flared or circular

(Asdak, 1999).

Tabel 7. Morphometry of Cilayu sub watershed Sub

watershed Length of stream (m)

Area (sq.m.)

Dd Segments quantity of sream order

Rb Shape of sub watershed

1 2 3 Order 1-2 Order 2-3

Sd-1 7704.34 3013.00 2.60 5 4 - 1.25 - Bird feathers

Sd-2 12007.96 4233.00 2.80 9 4 3 2.25 1.33 Bird feathers

Sd-3 4501.28 1435.00 3.10 3 2 - 1.50 - Bird feathers

Sd-4 2941.88 756.40 3.90 3 2 - 1.50 - Radial

Sd-5 4160.43 979.10 4.20 4 3 - 1.33 - Bird feathers

Sd-6 5018.28 1387.00 3.60 7 5 - 1.44 - Parallel

Sd-7 4049.10 1218.00 3.30 4 2 1 2.00 2.00 Radial

Sd-8 4214.27 1119.00 3.80 8 5 1 1.60 5.00 Parallel

Sd-9 51998.23 22090.00 2.40 43 17 21 2.53 0.81 Complex

Sd-10 2277.60 548.30 4.20 2 1 - 2.00 - parallel

Sd-11 1580.90 345.90 4.60 2 1 - 2.00 - Bird feathers

Sd-12 9737.60 3270.00 3.00 6 5 - 1.20 - Bird feathers

Sd-13 2763.00 620.60 4.50 3 1 - 3.00 Parallel

Sd-14 42610.61 14120.00 3.00 38 29 5 1.31 5.80 complex

Sd-15 4719.20 1191.00 4.00 4 3 - 1.33 - Bird feathers

Sd-16 8226.90 1729.00 4.80 7 5 1 1.40 5.00 Bird feathers

Sd-17 2139.90 544.80 3.93 2 1 - - 2.00 Radial

Sd-18 2675.30 615.50 4.35 2 1 - 2 - Bird feathers

Sd-19 10793.80 2947.00 3.66 9 4 4 2.25 1.00 Bird feathers

Sd-20 9437.30 2484.00 3.80 8 4 2 2.00 2.00 Bird feathers

Sd-21 6691.81 2338.00 2.86 6 4 - 1.50 - Bird feathers

Cilayu watershed has a total length of river reaches 200,249.64 meters, which are grouped into the order of 1

to 4 with 266 stream segments. Bifurcation ratio (Rb) have a value ranging from 1.20 to 5.80. Most sub-watershed has

an average value of Rb is less than 3 and more than 5. That phenomenon shows that in some locations in the watershed

Cilayu indicated deformed due to the influence of active tectonics.

Based on the analysis show that the whole sub-watersheds have Dd values ranging from 2.4 to 4.8. Based on

several publications, Dd values ranging from 0.25 to 10 in medium category (Anonymous, 2007; after Hidayah,

2008). In addition, the value of Dd which included in this category also shows that the river flow past the rock with a

hard resistance so that the transported sediment also slightly.

Morphotectonic Cilayu Watershed can be known through some morphometric parameters such as the

bifurcation ratio (Rb) and value drainage density (Dd). The analysis of these two parameters indicate that the upstream

sub-watersheds Cilayu controlled by active tectonics. Morphotectonic characteristics in the Cilayu watershed can be

an indication of the effect of active tectonics are as follows:

Lineament of ridge and valley

Lineament of drainage pattern

Extreme curve of the river around Cibaregbeg and Rancadarandan

Wide depression zones and occupied by alluvial deposits in the southern part of Cilayu watershed.

Active tectonic conditions in the study area is also determined from the mountain-front sinuosity parameter index

(Smf). Analysis of the variables Smf also supports a correlation between landscape and tectonic. Smf index values

obtained from the calculation ranged from 1.2 to 1.3. This phenomenon shows that the case of up lift as an indication

of tectonic activity in the watershed Cilayu.

Cikandang Watershed

The shape of Cikandang watershed relatively similar fans. It shows that the watershed is composed of varied

stream pattern. The drainage patterns are trellis, parallel, dendritic, and annular. Stream order in the Cikandang

watershed range from 1 to 6.

Table 7. The morphometry characteristic of Cikandang Watershed Stream order

Number of segments

Total length (km)

Rb Watershed

area (sq.km) Dd

1 977 794.40 2.11 464 1.71

2 462 256.30 1.92 464 0.55

3 241 120.40 1.21 464 0.26

4 200 76.72 6.25 464 0.17

5 32 22.61 0.82 464 0.05

6 39 20.60 464 0.04

Sum 1,291.03 464 2.78

Page 94: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

WE3.2.3- 8

Cikandang watershed is controlled by dextral horizontal fault, which divides the central part of the watershed.

The fault direction is southwest - northeast. Partly segments of stream Cikandang through these fault zones. Analysis

carried out on drainage density and bifurcation ratio of the watershed straddling two fault blocks. Analysis of these

data to determine the level of activity of these two fault blocks. The analysis showed that tectonic causes deformation

in this watershed.

The research detailed in the Cikandang watershed performed at coordinates 107.57oE until 107.74oE and

7.43oS until 7.56oS. Drainage patterns in this region are trellis, parallel, dendritic, and subparallel. On the trellis

pattern, distribution rivers along the side facing the subsequent flow. The pattern is formed by Cimangke River, River

Cipasarangan, Cikandang River and its tributaries. Parallel patterns tend to be aligned, moderate-bit steep slopes, are

influenced by the geological structure, located on an elongated hills. The pattern is formed by Cirompang River and

its tributaries. Dendritic pattern forming a network similar to the bones of leaves, develops on rocks with relatively

similar hardness. The pattern is formed by Ciarinem river, Ciawitali river and Cibalubur river and its tributaries.

Subparallel drainage pattern formed by a tributary Cikandang.

Figure 6. Geomorphology and drainage patterns of the centre part of Cikandang watershed, i.e. trellis (A), parallel

(B), dendritic (C), and subparallel (D).

Cikaingan Watershed

Cikaingan watershed has very unique shape, like bird feathers with a clear boundary. Elongated shape from

north to south, and seemed to lean in the middle and downstream. Drainage patterns varied, i.e. dendritic upstream

and trellis in the middle. Drainage density in the upstream region (north) is relatively more tightly in the appeal

downstream (south). Differences in the extreme character of drainage pattern between upstream and downstream

watershed actually shows control of tectonic in this region.

Table 8. Morphometry characteristic of Cikaingan watershed

Stream

Order

Stream

segment

quantity

Length (km) Rb Area

(sq km) Dd

1 510 458.40 2.16 273 1.68

2 236 126.80 2.02 273 0.46

3 117 59.42 2.05 273 0.22

4 57 21.65 8.14 273 0.08

5 7 4.79 0.08 273 0.02

6 88 45.25 273 0.17

Total 716.31 273 2.62

Fault Scarp

Downstream of Cikandang watershed

Scarp fault

Page 95: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

WE3.2.3- 9

Figure 7. Cikaingan watershed with waterfalls and landslides as a manifestation morphotectonic.

The rivers that make up Cikaingan watershed order 1 to 6. Watershed morphometric characteristics are

summarized in Table 8. Bifurcation ratio (Rb) between the river of order 4 and 5 as well as between the rivers of the

order of 5 and 6 is very extreme. Both are well below and above the range of normal Rb for watershed. That

phenomenon shows very strong tectonic influence on the river of order 4, 5, and 6. Type normal fault, in which blocks

of the northern part of the relative moving down (hanging wall) of the blocks in the southern part (foot wall) also

contributed to the extreme influence morphometric characteristics between the upstream and downstream Cikaingan

watershed. Drainage density (Dd) between the upstream and downstream also showed extreme differences.

Cikaingan Watershed upstream (approximately Singajaya) controlled by normal faults Singajaya. The

phenomenon is supported by the results of the analysis with probabilistic approach to population of drainage density

(Dd) and the bifurcation ratio (Rb) rivers in the sub-sub-watershed located in block A relative drop (hanging wall) and

block B are relatively fixed (foot wall)

4. CONCLUSION

Interpretation of satellite images can help to recognize the existence of fault on the physiographic zones

composed by quaternary volcanic rocks. Spectral appearance can be emphasized by using a combination of

appropriate wavelength and filters are available in a variety of image processing software. Visualization fault lines

would be clearer if the data integration of satellite imagery and radar imagery is done.

Morphotectonic quantitatively study results support the interpretation that the geomorphology units associated

with tectonic benchmark to be able to identify the genetic fault. Some morphometric variables and morphotectonic

can be key in determining the presence of quaternary fault.

Results of field observations indicate the existence of empirical evidence related to the existence of active

faults are found along the path of avalanches, especially in the southern Garut. Meanwhile, in the southern Cianjur,

potential landslides associated with the presence of fault remains to be studied further.

ACKNOWLEDGMENT

Our special thanks go to all lecturers and assistants in Laboratory of Geomorphology and Remotesensing,

Faculty of Geological Engineering, Padjadjaran University, over personnel assistance and moral support so that this

research can be done well. To all those who helped in the preparation of this paper, we also say thank you. Hopefully

all their help can be beneficial for development of science and its application to human welfare.

REFERENCES

Anonymous, 2003. On line ER Mapper Tutorial Release 6.4. Earth Resource Mapping Ltd., USA.

Asdak, C., 1999. DAS sebagai Satuan Monitoring dan Evaluasi Lingkungan: Air sebagai Indikator Sentral. Seminar

Sehari PERSAKI DAS sebagai Satuan Perencanaan Terpadu dalam Pengelolaan Sumber Daya Air, 21p.

Billings, M. P., 1972. Structural geology. 3rd ed., Englewood Cliffs, Prentice-Hall, New Jersey.

Page 96: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar

WE3.2.3- 10

Doornkamp, J. C., 1986. Geomorphological approaches to the study of neotectonics, Journal of Geological Society,

Vol. 143, pp. 335-342.

Hidayah, Rosmilasari, 2008. Analisis Morfometri Sub Daerah Aliran Sungai Karangmumus dengan Aplikasi Sistem

Informasi Geografi. Program Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman,

Samarinda

Keller, Edward A. & Pinter, Nicholas, 1996. Active tectonics: Earthquakes, uplift, and landscape, Prentice-Hall, New

Jersey.

Munif, Fahrudin, 2011. Proses dinamik dan produknya: Sesar Aktif. Retrived September 5, 2012, from

http://fahrudin-munif.blogspot.com/2012/5/sesar-aktif.html.

Ramdan, H, 2006. Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas

Kehutanan Universitas Winaya Mukti, Jatinangor.

Sosrodarsono, S., & K. Takeda, 2003. Hidrologi untuk pengairan. Pradnya Paramita, Jakarta.

Sudradjat, A., Syafri, I., Sulaksana, N., & Sukiyah, E., 2009. Karakteristik Sumberdaya Geologi di Kawasan Jawa

Barat Bagian Selatan Sebagai Referensi Pengembangan Sumber Energi Alternatif. Penelitian Strategis

Nasional, LPPM, UNPAD.

Sudradjat, A., Sulaksana, N., dan Sukiyah, E., 2010. Karakteristik geomorfologi berkaitan dengan potensi energi

terbarukan di wilayah Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat. Penelitian Kompetitif Strategis Nasional,

LPPM, UNPAD.

Sukiyah, Emi, 2009. The erosion model of the Quaternary volcanic terrain in southern part of Bandung basin,

Postgraduated Program, Padjadjaran University, Bandung.

Sukiyah, E., Sulaksana, N., Hendarmawan, dan Rosana, M.F., 2010. Peran Morfotektonik DAS dalam

Pengembangan Potensi Energi Mikro Hidro di Cianjur-Garut Bagian Selatan. Penelitian Andalan, LPPM,

UNPAD.

Sulaksana, N., Sukiyah, E., Sudradjat, A., Sjafrudin, A., Haryanto, Edi Tri., 2011. Karakteristik morfotektonik DAS

Cimanuk bagian hulu dan implikasinya terhadap intensitas erosi-sedimentasi di wilayah pembangunan Waduk

Jatigede. Penelitian KILAB, LPPM UNPAD.

Sulaksana, N., Sukiyah, E., Sudradjat, A., Sjafrudin, A., Haryanto, E.T., & Devnita, R., 2013. Kajian Intensitas

Erosi-Sedimentasi DAS Cimanuk Hulu dalam Pengelolaan Waduk Jatigede, KILAB, LPPM UNPAD.

Van Bemmelen, R.W., 1949. The Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes, General Geology. Martinus

Nijhoff the Hague, Vol. IA, pp. 25-28.

Verstappen, H. Th., 1983. Applied Geomorphology: Geomorphological Surveys for Environmental Development.

Elsevier Science Publishing Company Inc., New York, pp. 437.

Copyright :

1. SPOT-4 Digital Product

Work Order No. SPOT/PD-16/SPACETECH/V/2010

K/J : 286/365

Acq.Date : 25-08-2009

Band : 1, 2, 3, 4

Level : 2A

Format : GeoTIFF

Product : LAPAN@2010

2. SPOT-2 Digital Product

Work Order No. SPOT/PD-16/SPACETECH/V/2010

K/J : 287/365

Acq.Date : 14-06-2009

Band : 1, 2, 3

Level : 2A

Format : GeoTIFF

Product : LAPAN@2010

Page 97: LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONALftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Patahan-Aktif... · Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar