laporan status lingkungan hidup kabupaten...
TRANSCRIPT
LAPORAN
STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KARAWANG
TAHUN 2009
PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG PROPINSI JAWA BARAT
ii
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
KATA PENGANTAR
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
Kabupaten Karawang terus melaksanakan kegiatan pembangunan di berbagai sektor. Dengan berpedoman pada Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Kabupaten Karawang berusaha mengutamakan prinsip pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Berkaitan dengan hal tersebut, Kabupaten Karawang setiap tahun menyusun buku Status Lingkungan Hidup (SLH) Kabupaten Karawang yang diharapkan berguna untuk mendukung upaya pengambilan keputusan bagi terciptanya pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan di Kabupaten Karawang. Selain itu, dengan mengacu pada Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, berguna sebagai media informasi bagi publik tentang kondisi dan perkembangan lingkungan hidup daerah yang sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan.
Penulisan SLH Kabupaten Karawang ini mengacu kepada ketentuan yang ada dalam Pedoman Umum Status Lingkungan Hidup Provinsi, Kabupaten/ Kota 2009 dari Kementrian Negara Lingkungan Hidup yang didasarkan pada konsep hubungan sebab akibat dimana tekanan (pressure) menyebabkan perubahan pada sumberdaya alam dan lingkungan (state), dan kemudian seluruh stakeholder berupaya melakukan reaksi untuk menanganinya (respon).
Dengan dukungan data dan infomasi yang objektif, lengkap, dan akurat diharapkan ini akan membantu para stakeholder dalam memperbaiki sistem dan pola pengelolaan lingkungan yang ada. Dengan demikian kebijakan dan program yang dilaksanakan dapat lebih terarah dan tepat sasaran menuju terwujudnya lingkungan yang lestari.
Karawang, Maret 2010
KEPALA BADAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KARAWANG
Drs. H. ENDAY DAMANHURI, M.Si Pembina Utama Muda
NIP. 19580718 197811 1 001
iii
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv DAFTAR TABEL ........................................................................................ v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1 B. Tujuan dan Manfaat ........................................................... 3 C. Kondisi Umum .................................................................... 5 D. Sistematika Penulisan ........................................................ 8
BAB II. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP & KECENDERUNGANNYA A. Lahan dan Hutan ................................................................ 11 B. Keanekaragaman Hayati .................................................... 15 C. Air ........................................................................................ 18 D. Udara .................................................................................. 20 E. Laut, Pesisir dan Laut ......................................................... 22 F. Iklim ..................................................................................... 25 G. Bencana Alam .................................................................... 26
BAB III. TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN A. Kependudukan ................................................................... 31 B. Permukiman......................................................................... 38 C. Kesehatan .......................................................................... 42 D. Pertanian ............................................................................ 45 E. Industri ................................................................................ 48 F. Pertambangan .................................................................... 49 G. Energi .................................................................................. 49 H. Transportasi ........................................................................ 50 I. Pariwisata ........................................................................... 52 J. Limbah B3 ........................................................................... 55
BAB IV. UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN A. Rehabilitasi Lingkungan ..................................................... 61 B. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) ........... 62 C. Penegakan Hukum ............................................................. 64 D. Peran Serta Masyarakat ..................................................... 67 E. Kelembagaan ..................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iv
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1. Diagram Model P-S-R .............................................................................. 2
1.2. Peta Wilayah Kabupaten Karawang ....................................................... 6
2.1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan ............................................. 12
2.2. Grafik Perbandingan Luas Lahan Kritis Tahun 2007 s.d 2009 ............... 13
2.3. Luas Lahan Kritis Kabupaten Karawang tahun 2009 .............................. 14
2.4. Grafik Rata-Rata Curah Hujan Tahunan 2005-2008 ............................... 26
2.5. Grafik Jumlah dan Jenis Bencana Alam Kabupaten Karawang
Dalam Kurun Waktu 3 tahun Terakhir ....................................................... 27
2.6. Wilayah Banjir Kabupaten Karawang Tahun 2009 ................................. 29
3.1. Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk 2004-2009* ............................. 31
3.2. Grafik Penduduk Kabupaten Karawang Tahun 2009*
Menurut Jenis Kelamin ............................................................................. 32
3.3. Grafik Komposisi Penduduk Laki-laki dan Perempuan Menurut
Kelompok Usia di Kabupaten Karawang Tahun 2009* .......................... 33
3.4. Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk Datang dan Pindah
Tahun 2009 ............................................................................................... 35
3.5. Grafik Jumlah Penduduk per Kecamatan di Wilayah Laut dan Pesisir .. 35
3.6. Grafik Jumlah Unit Sekolah per Kecamatan Tertinggi dan Terendah ..... 36
3.7. Grafik Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ........................... 37
3.8. Grafik Jumlah Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Rumah (a) dan
Sumber Air Minum (b) .............................................................................. 39
3.9. Jenis dan Jumlah Penderita Penyakit Utama Tahun 2009 .................... 43
3.10. Jumlah Industri Menurut Skala (a) dan Jumlah Industri Skala
Besar Menurut Jenis Modal (b) ................................................................ 48
3.11. Jenis Limbah B3 yang Dihasilkan Industri di Kabupaten Karawang ....... 58
4.1. Kegiatan Fisik Upaya Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan ....... 62
4.2. Grafik Evaluasi Laporan Semester Pengelolaan Lingkungan 2009 ........ 63
4.3. Grafik Hasil Pengawasan Penerapan Dokumen Lingkungan ................ 64
4.4. Grafik Jenis dan Jumlah Pengaduan masyarakat ................................... 64
4.5. Produk Hukum Terkait Bidang Lingkungan Hidup .................................. 69
4.6. Grafik Jumlah Anggaran Lingkungan Hidup Tahun 2005-2009 .............. 70
4.7. Jumlah Pegawai BPLH Menurut Tingkat Pendidikan ............................. 71
4.8. Jumlah Pegawai BPLH Menurut Status Kepegawaian ............................ 72
v
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1. Perbandingan Luas Lahan Kritis Tahun 2007 s.d. 2009 ....................... 13
II.2. Keanekaragaman Jenis Fauna di Sekitar Kawasan Kars Pangkalan . 16
II.3. Hasil Analisis Komposisi Tanah di Pesisir Pantai Karawang 2008 ...... 22
II.4. Potensi Hutan Mangrove di Kabupaten Karawang ............................... 25
III.1. Upaya Penanganan dan Pengelolaan Sampah Tahun 2009 .............. 40
III.2. Perkiraan Timbulan Sampah Kabupaten Karawang per Hari Tahun
2009 ...................................................................................................... 41
III.3. Akses Masyarakat Terhadap Sanitasi Dasar ....................................... 42
III.4. Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Karawang ........................... 44
III.5. Laporan Penggunaan Lahan Kabupaten Karawang Tahun 2008 ....... 46
III.6. Asumsi Penggunaan BBM Kendaraan Bermotor ................................... 49
1
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan berlakunya Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menggantikan Undang-
Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, beberapa
perubahan yang cukup prinsip diharapkan mampu meningkatkan upaya
perlindungan dan pengelolaan terhadap kondisi lingkungan hidup.
Terkait dengan penyediaan data dan informasi lingkungan hidup,
khususnya di daerah, UU 32 Tahun 2009, pasal 63 ayat (3) salah satunya
mengamanatkan kepada pemerintah daerah untuk mengelola dan
mengembangkan informasi lingkungan hidup yang merupakan hak masyarakat
untuk mendapatkannya.
Hak atas informasi lingkungan hidup merupakan suatu konsekuensi logis
dari hak berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang berlandaskan pada
asas keterbukaan. Informasi lingkungan hidup dapat berupa data, keterangan
maupun informasi lain yang terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
Laporan Status Lingkungan Hidup (SLH) Kabupaten Karawang
merupakan salah satu bentuk upaya menghadirkan data dan informasi
lingkungan hidup di Kabupaten Karawang beserta upaya pengelolaan yang
berlangsung selama satu tahun terakhir, yang diharapkan mampu meningkatkan
kepedulian akan pentingnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan bagi
seluruh stakeholder terkait. Untuk kasus-kasus tertentu digunakan pula data
tahun-tahun sebelumnya karena data yang terbaru belum diperoleh atau karena
pertimbangan untuk menunjukkan pola kecenderungan perubahan lingkungan
yang terjadi.
Kerangka laporan SLH didasarkan kepada konsep hubungan sebab akibat
dimana kegiatan manusia memberikan tekanan kepada lingkungan (pressure)
dan menyebabkan perubahan pada sumber daya alam dan lingkungan baik
2
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
secara kualitas maupun kuantitas (state). Selanjutnya pemerintah dan
masyarakat/stakeholder melakukan reaksi terhadap perubahan ini baik
melakukan adaptasi maupun mitigasi melalui berbagai kebijakan, program,
maupun kegiatan (societal respons). Hal yang terakhir merupakan umpan balik
terhadap tekanan melalui kegiatan manusia.
Gambar 1.1 Diagram Model P-S-R
Dengan demikian ada tiga indikator utama dalam kerangka PSR yang akan
dianalisis, yaitu:
1. Indikator tekanan terhadap lingkungan (pressure). Indikator ini
menggambarkan tekanan dari kegiatan manusia terhadap lingkungan dan
sumberdaya alam.
2. Indikator kondisi lingkungan (state). Indikator ini menggambarkan kualitas
dan kuantitas sumberdaya alam dan lingkungan yang menggambarkan
situasi, kondisi, dan pengembangannya di masa depan.
3. Indikator respon (response). Indikator ini menunjukkan tingkat kepedulian
stakeholder terhadap perubahan lingkungan yang terjadi, baik dari
kalangan pemerintah, industri, LSM, lembaga penelitian, maupun
masyarakat umum.
Tekanan mencakup aktivitas dan dampak seperti konsumsi energi, transportasi,
industri, pertanian, kehutanan dan urbanisasi. Tekanan juga mencakup interaksi-
interaksi berikut:
3
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
1. Lingkungan berlaku sebagai sumber dari aktivitas ekonomi manusia
memperoleh bahan baku untuk memenuhi kehidupannya, seperti mineral,
makanan, serat, dan energi dan dalam prosesnya, berpotensi mengurangi
sumber-sumber daya tersebut atau sistem biologis (seperti tanah, hutan
dan perikanan) tempat dimana mereka bergantung, sebagai menunjang
sistem kehidupan mereka;
2. Aktivitas manusia menciptakan aliran polutan, sampah/limbah, dan energi
yang masuk kembali ke lingkungan, dan mengancamnya dalam bentuk
kemerosotan dan degradasi lingkungan.
3. Aktivitas manusia baik secara langsung maupun tak langsung mengubah
bentuk, mengganggu dan mendegradasi ekosistem, sehingga menurunkan
kemampuan lingkungan untuk menyediakan faktor faktor penunjang bagi
sistem kehidupan secara memadai
4. Kondisi lingkungan seperti udara yang tercemar, air yang tercemar, dan
sumber pangan yang tercemar mempunyai dampak langsung terhadap
kesehatan manusia dan kesejahteraan.
Tekanan ini akan membawa kita menuju perubahan kondisi/keadaan
lingkungan, yang pada gilirannya kembali mempengaruhi kesejahteraan manusia
itu sendiri. Kondisi lingkungan ini mencakup kualitas air, udara, lahan,
ketersediaan sumber daya alam, keanerkaragaman hayati, dan warisan budaya
rakyat.
Respon masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda
dalam bentuk aturan/legislasi baru, teknologi baru, perubahan nilai nilai di dalam
masyarakat, obligasi/ kewajiban internasional, dan reformasi ekonomi. Respon
sosial ini mempengaruhi baik keadaan lingkungan maupun aktivitas manusia
(tekanan). Kemampuan untuk merespons tergantung pada kuantitas dan kualitas
informasi yang tersedia mengenai keadaan dan tekanan pada lingkungan.
B. Tujuan dan Manfaat
Ada tiga tujuan dasar dari Laporan SLH Kabupaten Karawang, yaitu:
1. Menyediakan dasar bagi perbaikan pengambilan keputusan pada semua
tingkat;
2. Meningkatkan kesadaran dan kefahaman akan kecenderungan dan kondisi
lingkungan;
4
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
3. Memfasilitasi pengukuran kemajuan menuju keberlanjutan.
Laporan SLH dimaksudkan untuk mendokumentasikan perubahan dan
kecenderungan kondisi lingkungan. Pelaporan yang rutin akan menjamin akses
informasi lingkungan yang terkini dan akurat secara ilmiah bagi publik, industri,
organisasi non-pemerintah, serta semua tingkatan lembaga pemerintah. Laporan
SLH juga akan menyediakan referensi dasar tentang keadaan lingkungan bagi
pengambil kebijakan sehingga akan memungkinkan diambilnya kebijakan yang
baik dalam rangka mempertahankan proses ekologis serta meningkatkan
kualitas kehidupan total di masa kini dan masa datang.
Pelaporan keadaan lingkungan yang berhasil akan dapat dipergunakan
dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan berikut:
1. Secara rutin menyediakan informasi tentang kondisi lingkungan kini dan
prospeknya di masa mendatang yang akurat, berkala, dan terjangkau bagi
publik, pemerintah, organisasi non-pemerintah, serta pengambil keputusan;
2. Memfasilitasi pengembangan, penilaian dan pelaporan himpunan indikator
dan indeks lingkungan yang disepakati pada tingkat nasional;
3. Menyediakan peringatan dini akan masalah potensial, serta memungkinkan
adanya evaluasi akan rencana mendatang;
4. Melaporkan keefektifan kebijakan dan program yang dirancang untuk
menjawab perubahan lingkungan, termasuk kemajuan dalam mencapai
standar dan target lingkungan;
5. Memberikan sumbangan dalam menelaah kemajuan bangsa dalam
menjamin keberlanjutan ekologis;
6. Merancang mekanisme integrasi informasi lingkungan, sosial, dan
ekonomi, dengan tujuan untuk menyediakan gambaran yang jelas tentang
keadaan bangsa;
7. Mengidentifikasi adanya jeda (gap) pengetahuan tentang kondisi dan
kecenderungan lingkungan, serta merekomendasikan strategi penelitian
dan pemantauan untuk mengisi jeda tersebut; serta
8. Membantu pengambil keputusan untuk membuat penilaian yang
terinformasi mengenai konsekuensi luas dari kebijakan dan rencana sosial,
ekonomis dan terkait lingkungan, serta untuk memenuhi kewajiban bangsa
untuk pelaporan lingkungan.
5
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
C. Kondisi Umum
1. Kondisi Kabupaten Karawang
Dengan luas wilayah 1.753,27 km2 atau 3,73 persen dari luas Provinsi
Jawa Barat dan luas laut 4 mil x 73 km, Kabupaten Karawang merupakan salah
satu daerah yang memiliki lahan yang subur di Jawa Barat, sehingga sebagian
besar lahannya digunakan untuk pertanian.
Secara geografis Kabupaten Karawang terletak antara 107o02’–107o40’
Bujur Timur 5o56’–6o34’ Lintang Selatan, termasuk daerah yang relatif rendah,
mempunyai variasi kemiringan wilayah antara 0–1.279 meter di atas permukaan
laut dengan kemiringan wilayah 0–2% (datar), 2–15% (bergelombang), 15–40%
(curam) dan di atas 40% (sangat curam), dengan suhu rata-rata 27oC.
Wilayah Kabupaten Karawang memiliki dataran dan pantai yang luas
terhampar di bagian utara dengan ketinggian antara 0–50 meter di atas
permukaan laut, dan di bagian tengah terdapat perbukitan sedangkan di bagian
selatan merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian 50–1.291 m di atas
permukaan laut, dan mengandung sumber daya alam yang potensial.
Kabupaten Karawang dilalui oleh aliran sungai yang melandai ke arah
utara. Sungai Citarum merupakan pemisah antara Kabupaten Karawang dengan
Kabupaten Bekasi, sedangkan Sungai Cilamaya merupakan batas wilayah
dengan Kabupaten Subang. Selain sungai, terdapat juga 3 saluran irigasi yang
besar yaitu Saluran Induk Tarum Utara, Saluran Induk Tarum Tengah dan
Saluran Induk Tarum Barat yang dimanfaatkan untuk pengairan sawah, tambak
dan Pembangkit Tenaga Listrik.
Secara administratif, dapat dilihat pada peta wilayah (gambar 2) berikut
ini, dimana Kabupaten Karawang mempunyai batas-batas wilayah yaitu:
Sebelah Utara batas alam yaitu Laut Jawa
Sebelah Timur dengan Kabupaten Subang
Sebelah Tenggara dengan Kabupaten Purwakarta
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur
Sebelah Barat dengan Kabupaten Bekasi
6
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Keterangan: Tanpa Skala
Gambar 1.2 Peta Wilayah Kabupaten Karawang
Kabupaten Purwakarta
Laut Jawa
Kabupaten Subang
Kabupaten
Cianjur
Kabupaten
Bekasi
7
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Kondisi sumber daya pesisir sesuai dengan kewenangannya, Kabupaten
Karawang memiliki panjang pantai 76,42 km dan luas pesisir lebih 2/3 dari luas
wilayah seluruhnya atau sekitar 1.168,85 km2 atau 3,73% dari luas Provinsi Jawa
Barat yang merupakan sumber daya berupa perikanan tangkap dan ekosistem
(hutan bakau). Secara administratif kawasan pesisir di Kabupaten Karawang
terdiri dari 25 Desa dari 9 Kecamatan yang meliputi Kecamatan Pakisjaya,
Batujaya, Tirtajaya, Cibuaya, Pedes, Cilebar, Tempuran, Cilamaya Kulon dan
Cilamaya Wetan.
Wilayah Kabupaten Karawang sebagian besar tertutup dataran pantai
yang luas, yang terhampar di bagian pantai Utara dan merupakan batuan
sedimen yang dibentuk oleh bahan-bahan lepas terutama endapan laut dan
aluvium vulkanik.
Di bagian tengah ditempati oleh perbukitan terutama dibentuk oleh batuan
sedimen, sedang di bagian Selatan terletak Gunung Sanggabuana dengan
ketinggian 1.291 m di atas permukaan laut.
Memperhatikan rencana struktur tata ruang pada Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Karawang termasuk ke dalam Kawasan
Andalan Purwasuka (Purwakarta-Subang-Karawang), dengan arahan
mengembangkan Purwasuka sebagai kawasan unggul industri pengolahan,
pariwisata, perkebunan, pertanian tanaman pangan, perikanan darat,
peternakan dan bisnis kelautan yang berdaya saing tinggi dan berorientasi
ekspor.
2. Kependudukan
Kependudukan adalah salah satu bidang yang mendapat perhatian besar
dari Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang dalam proses kegiatan
pembangunan. Masalah kependudukan seperti jumlah penduduk, kualitas
penduduk (tingkat pendidikan dan kesehatan) dan angkatan kerja, senantiasa
mendapat perhatian utama. Persoalan jumlah penduduk perlu diperhatikan
karena selain sebagai subyek, penduduk juga merupakan obyek bagi
pembangunan.
Berdasarkan data Karawang Dalam Angka Tahun 2009 oleh BPS
Kabupaten Karawang, jumlah penduduk Kabupaten Karawang pada tahun 2008
adalah 2.094.408 jiwa terdiri dari 1.060.919 jiwa penduduk laki-laki dan
8
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
1.033.489 jiwa perempuan dengan laju pertumbuhanan penduduk (LPP) sebesar
1,62%. Dengan luas wilayah sebesar 1.753,27 km2 maka kepadatan
penduduknya adalah sebesar 1.260 jiwa/km2.
Permasalahan utama kependudukan adalah persebaran penduduk yang
tidak merata, sementara daya dukung lingkungan (luas wilayah) penduduk tidak
seimbang sehingga berpengaruh pada tingkat kepadatan penduduk pada suatu
wilayah.
Kepadatan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Karawang Barat
yaitu 3.999 jiwa/km2. Hal ini disebabkan Kecamatan Karawang Barat merupakan
daerah pusat kota dan daerah pengembangan yang memungkinkan masyarakat
melakukan migrasi ke Kecamatan tersebut. Dengan kepadatan penduduk yang
tinggi dapat menimbulkan berbagai masalah lingkungan, ekonomi, sosial dan
lain-lain.
3. Isu Strategis
Beberapa isu dan permasalahan strategis lingkungan hidup di Kabupaten
Karawang, sepanjang tahun 2009 menyangkut beberapa komponen yang
menjadi urusan wajib pemerintah daerah bidang lingkungan hidup, antara lain:
1) Pengelolaan limbah B3, limbah padat dan sampah domestik
2) Sumberdaya air dan pencemaran air
3) Sumberdaya lahan, hutan dan kerusakannya
4) Pencemaran Udara
5) Pengelolaan ekosistem pesisir dan laut
6) Penaatan hukum dan kelembagaan
7) Sarana dan prasarana pemantauan lingkungan
D. Sistematika Penulisan
Laporan SLH Kabupaten Karawang terdiri dari 2 buah buku, yaitu:
1. Buku Laporan Status Lingkungan Hidup (Buku I)
Berisi analisis keterkaitan antara perubahan kualitas lingkungan hidup
(status), kegiatan yang menyebabkan terjadinya perubahan kualitas lingkungan
hidup (tekanan), dan upaya untuk mengatasinya (respon).
9
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Analisis yang digunakan berdasarkan urutan tabel pada Buku Data,
ataupun berdasarkan data dan kajian lainnya yang dapat mempertajam analisis.
Untuk permasalahan tertentu yang dianggap merupakan isu strategis seperti
Limbah B3, air dan udara, limbah padat domestik dan lainnya, dibahas lebih rinci
agar dapat dijadikan acuan bagi pemecahan permasalahan yang ada.
Sistematika penulisannya terdiri dari 4 (empat) bab utama yang terbagi lagi
menjadi 26 (dua puluh enam) sub bab, yaitu:
a. Bab I. Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang, Tujuan dan Manfaat,
Kondisi Umum dan Sistematika Penulisan;
b. Bab II. Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya, berisi tentang
Lahan dan Hutan, Keanekaragaman Hayati, Air, Udara, Laut, Pesisir dan
Pantai, Iklim dan Bencana Alam;
c. Bab III. Tekanan Terhadap Lingkungan, berisi tentang Kependudukan,
Permukiman, Kesehatan, Pertanian, Kesehatan, Pertanian, Industri,
Pertambangan, Energi, Transportasi, Pariwisata dan Limbah B3;
d. Bab IV. Upaya Pengelolaan Lingkungan, berisi tentang Rehabilitasi
Lingkungan, AMDAL, Penegakan Hukum, Peran Serta Masyarakat,
Kelembagaan.
2. Buku Kumpulan Data (Buku II)
Berisi data kualitas lingkungan hidup menurut media lingkungan (air, udara,
lahan serta pesisir dan pantai), data kegiatan/hasil kegiatan yang menyebabkan
terjadinya perubahan kualitas lingkungan hidup, data upaya atau kegiatan untuk
mengatasi permasalahan lingkungan, dan data penunjang lainnya yang
diperlukan untuk melengkapi analisis.
Dalam buku II terdapat beberapa data yang tidak dapat diperoleh maupun
tidak tersedia, sehingga diberikan keterangan Tidak Tersedia Data. Selain itu
juga terdapat tabel data tambahan untuk mempertegas data terkait.
Data dalam tabel-tabel dikelompokkan dalam masing-masing judul tabel
dan kode sebagai berikut:
SD : Sumberdaya Alam (Kondisi sumberdaya alam suatu daerah)
DE : Demografi (Perubahan dan struktur penduduk)
10
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
DS : Demografi Sosial (Korelasi antara pertumbuhan dan struktur penduduk
dengan kebutuhan fasilitas)
SE : Sosial Ekonomi (Hubungan timbal balik antara pertumbuhan dan
struktur penduduk dengan aktivitas dan pengembangannya)
SP : Sumber Pencemaran (Indentifikasi terhadap sumber dan beban
pencemaran yang menekan lingkungan)
BA : Bencana Alam (Intensitas kejadian bencana yang telah terjadi di suatu
daerah menurut jenis dan jumlah kerugian)
UP : Pengelolaan Lingkungan (Realisasi dari kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup)
11
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
BAB II KONDISI LINGKUNGAN HIDUP
DAN KECENDERUNGANNYA
A. Lahan dan Hutan
Lahan menjadi hal pokok bagi berlangsungnya kehidupan masyarakat.
Tersedianya kebutuhan lahan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat perlu diatur dan dikembangkan oleh Pemerintah melalui Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang terpadu dan konsisten.
Adapun gambaran kondisi dari penggunaan lahan dan hutan khususnya
yang menjadi penyeimbang di Kabupaten Karawang saat ini akan dapat dilihat
dalam uraian di bawah ini.
1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Karawang menurut penggolongan
berdasarkan kriteria “Non-Pertanian”, “Sawah”, “Lahan Kering”, “Perkebunan”,
“Hutan” dan “Lainnya” sesuai dengan data pada Buku Data, Tabel SD-1 adalah
sebagai berikut:
a. Tutupan lahan paling besar adalah untuk persawahan yang pada tahun
2009 ini mencapai lebih dari 53% luas Kabupaten Karawang yakni sebesar
94.311 Ha. Adapun luasan tutupan lahan terkecil adalah untuk perkebunan,
yakni hanya 0,2% dari luas Kabupaten Karawang (hanya seluas 432 Ha).
b. Apabila dibagi per kecamatannya (jumlah kecamatan di Kabupaten
Karawang adalah 30), maka kecamatan paling luas adalah Kecamatan
Ciampel, sedangkan paling kecil luasnya adalah Kecamatan Purwasari.
c. Di Ciampel, tutupan lahan terbesar berupa lahan kering, sebesar 4.868 Ha
(sekitar 2,8% luas Kabupaten Karawang). Jumlah sebesar ini patut menjadi
perhatian Pemerintah untuk mengelolanya, mengingat satu kecamatan
menyumbangkan lahan kering terbesar.
d. Penggunaan lahan untuk sawah yang terbesar terdapat di Kecamatan
Tempuran yang berada di daerah pesisir pantai utara, sebesar 6.348 Ha
(sekitar 3,6% luas Kabupaten Karawang). Adapun penggunaan lahan untuk
12
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
sawah yang terkecil terdapat di Kecamatan Cikampek, yang mana
Cikampek ini terbesar penggunaan lahan untuk non-pertaniannya
(peruntukan bagi pemukiman dan industri).
e. Lahan untuk hutan hanya terdapat di 8 (delapan) kecamatan, dari yang
terbesar hingga terkecil yakni: Tegalwaru (seluas 5.637 Ha), Ciampel,
Pangkalan, Telukjambe Barat, Telukjambe Timur, Batujaya, Tirtajaya, dan
Cikampek (seluas 16 Ha). Dengan luas hutan total 14.524 Ha (hanya
sekitar 8,3% luas Kabupaten Karawang), Pemerintah Karawang masih
perlu usaha lebih keras lagi dalam peningkatan luas hutan, sebab hutan
menjadi barometer penting yang dapat mempengaruhi iklim.
Gambar 2.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Tahun 2009
2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Statusnya
Kawasan hutan di Kabupaten Karawang yang dikategorikan menurut
penggolongan fungsi/statusnya yakni “Kawasan Konservasi”, “Hutan Lindung”,
dan “Hutan Produksi” sesuai dengan data dari Perum Perhutani Unit III KPH
Purwakarta pada Buku Data, Tabel SD-2 dengan analisis sebagai berikut:
a. Telah terjadi penurunan luasan hutan lindung dari tahun 2008 hingga 2009
sebesar 282 Ha.
b. Terjadi peningkatan luasan hutan produksi terbatas sebesar 1.022 Ha.
c. Terjadi peningkatan luasan hutan produksi konservasi sebesar 2.897 Ha.
d. Secara total, terjadi peningkatan luasan kawasan hutan dalam waktu
setahun ini sebesar 1.124 Ha (tahun 2009 meningkat sekitar 5% dari tahun
2008).
Non Pertanian
31.039
Sawah 94.311
Lahan Kering 35.021
Perkebunan 432
Hutan 14.524
13
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
3. Luas Lahan Kritis
Jumlah total lahan kritis di Kabupaten Karawang mengalami penurunan
yang cukup berarti selama 2 (dua) tahun terakhir dari tahun 2007, yakni 2.912
Ha. Perbandingan luas lahan kritis tahun 2007 s.d. 2009, seperti terlihat pada
Tabel II.1 dan Gambar 2.2. berikut:
Tabel. II.1 Perbandingan Luas Lahan Kritis Tahun 2007 s.d. 2009
Keterangan : Data s.d. Juni 2009 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang
Gambar 2.2 Grafik Perbandingan Luas Lahan Kritis tahun 2007 s.d. 2009
Analisis berdasarkan Buku Data, Tabel SD-5 adalah sebagai berikut:
a. Lahan kritis di Kabupaten Karawang tersebar di 14 (empat belas)
kecamatan. Urutan dari yang paling besar yakni kecamatan: Pakisjaya,
Ciampel, Tegalwaru, Batujaya, Tirtajaya, Cilamaya Wetan, Pedes,
Telukjambe Timur, Tempuran, Telukjambe Barat, Cibuaya, Cilebar,
Pangkalan, dan Cilamaya Kulon.
11.887 9.695 8.975
2007 2008 2009
Luas Lahan Kritis (Ha)
14
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
b. Kecamatan Pakisjaya mempunyai lahan kritis terluas yakni 1.572 Ha atau
hampir seperempat dari luas area se-kecamatan. Kecamatan Cilamaya
Kulon lahan kritisnya hanya 92 Ha (sekitar 1,5% dari luas area se-
kecamatan).
c. Selama kurun waktu 2007 sampai 2009 di Kecamatan Tegalwaru terjadi
penurunan luas lahan kritis yang terbesar, yakni hingga 1.511 Ha.
d. Sedangkan Kecamatan Cilamaya Wetan justru terjadi peningkatan lahan
kritis seluas 270 Ha (sekitar 4% dari luas area se-kecamatan).
Gambar 2.3 Luas Lahan Kritis Kabupaten Karawang Tahun 2009
4. Luas Kerusakan Hutan
Data kerusakan hutan selama tahun 2009 tidak tersedia, namun tahun
2008 telah terekam terjadinya kerusakan sebagian kawasan hutan di Kabupaten
Karawang yang disebabkan oleh faktor alih fungsi hutan menjadi tambak, seperti
terlihat pada Buku Data, Tabel SD-6, bahwa luas kerusakan hutan pada tahun
2008 adalah sebesar 250 Ha (sekitar 1,1% dari total luas hutan di Karawang).
5. Luas Konversi Hutan
Data konversi hutan selama tahun 2009 tidak tersedia, namun tahun 2008
telah terjadi konversi hutan atas nama PT. Atlasindo sebesar 14 Ha (sekitar
0,06% dari total luas hutan), seperti terlihat pada Buku Data Tabel SD-14.
1.004 1.272
270 92
689 226
1.572 132
520 1.134
322 500
412 830
- 500 1.000 1.500 2.000
Luas Lahan Kritis (Ha)
Kecam
ata
n
Tirtajaya
Tempuran
Telukjambe Timur
Telukjambe Barat
Tegalwaru
Pedes
Pangkalan
Pakisjaya
Cilebar
Cilamaya Wetan
Cilamaya Kulon
Cibuaya
Ciampel
Batujaya
15
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
B. Keanekaragaman Hayati
1. Ekosistem Lahan basah
Jenis-jenis bakau/ mangrove yang ada di Kabupaten Karawang meliputi
Rhizophora adiculata, Rhizophora mucronata, Avicenia marina, Sonneratia
alba dan Lumnitzera racemoza serta vegetasi hutan lainnya adalah
Dolichandrone soatacea, Acrostichum aurecum dan Acanthus ilicifoleus.
Jenis-jenis komunitas terumbu karang yang ada di Kabupaten Karawang
adalah Pontes, Acropora dan Sponge. Beberapa jenis ikan hias hidup di daerah
ini seperti ikan anjel (Angelfish) dan ikan kupu-kupu (Butterfly Fish).
2. Flora yang Ada di Karawang
Jenis flora yang terdapat di Kabupaten Karawang cukup bervariasi mulai dari jenis
tumbuhan pantai sampai tumbuhan daratan/ pegunungan dan palawija. Akan tetapi
sampai saat ini belum diketahui jumlah seluruh jenis flora yang ada di Kabupaten
Karawang
Kabupaten Karawang memiliki wilayah yang cukup luas, dengan topografi yang
beraneka ragam, termasuk memiliki jenis flora yang khas. Terhadap flora khas
tersebut, Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup Pemerintah Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Barat tahun 1993/1994 menetapkan bahwa Jambu Air
Cingcalo (Syzuim aquem) sebagai flora khas Daerah Kabupaten Karawang.
Selain jambu air Cingcalo, ditetapkan jenis species pohon lainnya yang
merupakan ciri khas Kabupaten Karawang yaitu pohon buah kawista. Jenis pohon
ini dinyatakan sebagai flora yang sudah langka sehingga perlu dijaga
kelestariannya.
Segmen Kars Pangkalan merupakan kawasan hutan tanaman, yang jenisnya
dikuasai jati (Tectona grandis). Pada saat ini hutan terancam gundul karena
tanaman jenis fancy-wood tersebut dijarah oleh masyarakat. Sebagian besar hutan
yang telah rusak tersebut dimanfaatkan oleh penduduk untuk berkebun. Beberapa
jenis tumbuhan yang relatif tidak terganggu di antaranya adalah beringin (Ficus
benfamina).
Di antara sisa-sisa tanaman jati masih terdapat satu jenis tumbuhan yang
kayunya dapat digunakan untuk bahan bangunan, yaitu kinyere (Bridelia monica).
Sedangkan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar antara lain
tangkolok (Kleinhovia hosita), kiara (Ficus annulata), kedoya (Dvsoxvlum sp.),
16
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
kesambi (Schleichera oleosa) juga untuk bahan pembuatan arang, petal-hutan
(Albizia trocera), dan seserehan (Pter aduncum).
Beberapa jenis tumbuhan di segmen Kars Pangkalan yang berpotensi sebagai
obat antara lain Chromolaena odorata dan Polvqala paniculata. Kelompok bambu
yang berada di daerah ini di antaranya adalah bambu tali (Giqantochloa apus) dan
bambu-gombong (Dendrocalamus aspen).
3. Fauna yang Ada di Karawang
Jenis fauna khas Kabupaten Karawang yang telah ditetapkan Kabupaten
Karawang yaitu Ayam Ciparage (Gallus-gallus) sebagai fauna khas Daerah
Kabupaten Karawang oleh Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat tahun 1993/1994.
Meskipun dalam jumlahnya sedikit, temyata beberapa jenis ikan asli sungai
Citarum masih ditemukan seperti lempuk (Callichrous bimacuiatus), seven
(Cvclocheilichtvs sp.), sengal (Owtosterrnum platvdoqon), balidra (Notwterus
chitala), dan ikan betutu.
Burung walet (Aerodramus fuciphaqus) merupakan fauna yang menghuni 11
gua dari sekitar 32 gua di segmen Kars Pangkalan. Selain populasi burung walet
terdapat beberapa fauna lain yang habitatnya di dalam dan di sekitar segmen Kars
Pangkalan di antaranya terdapat pada Tabel II.2 berikut:
Tabel II.2
Keanekaragaman Jenis Fauna disekitar Kawasan Kars Pangkalan
No. Nama Lokasi Nama Ilmiah Keterangan
1 Kutilang Pycnonotus goiavier Jenis burung dengan populasi cukup banyak
2 Tekukur Streptopelia chinensis Pupulasinya cukup banyak dan meningkat yang berhabitat di kawasan terbuka menunjukkan semakin banyak kebun yang dibuka di wilayah hutan
3 Perkutut Geopelia striata Populasi cukup banyak dan meningkat yang berada di kawasan terbuka
4 Gelatik-jawa Padda oryzivora Jenis burung pemakan padi-padian yang telah mengalami kepunahan dari kawasan Kars Pangkalan karena jenis burung ini diperdagangkan dan diekspor ke luar negeri
5 Manyar jambul Ploceus manyar Populasi burung telah mengalami kepunahan
6 Bondol-haji Lonchura maja Populasi telah mengalami kepunahan
7 Bondol-jawa Lonchura Populasi telah mengalami kepunahan
8 Elang-brontok Haliastur indus Jenis burung dengan populasi yang masih dapat dijumpai disebabkan oleh banyaknya ikan di S. Cibeet
17
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
9 Cekakak-sungai
Todirhampus sanctus Burung langka yang bertahan di sekitar hutan kars
10 Burung puyuh Tumix suscitator Populasinya masih dijumpai karena jenis ini dapat bertahan hidup dengan cara bersembunyi di dalam rumpun semak
11 Babi hutan Sus scrofa Populasinya masih ditemukan di sekitar kawasan Kars Pangakalan
12 Monyet-warek Macaca fascicularis Di Kars Pangkalan adalah binatang yang potensial menjadi hama pertanian, kelompoknya tinggal di pepohonan yang tinggi dan populasinya relatif sedikit yang berada di dalam hutan yang tersisa
13 Bajing kalapa Callosciurus notatus Keberadaannya mengikuti perkembangan lahan pertanian, masih dapat dijumpai dengan populasi yang sangat rendah, populasinya menjadi lebih kecil lagi karena binatang pengerat ini diburu oleh manusia untuk diambil dagingnya
14 Trenggiling Mans javanicus Merupakan hewan pemakan semut , keberadaannya masih dapat dijumpai di segmen Kars Pangkalan
15 Landak Hystrix javanica Populasinya masih ditemukan di sekitar kawasan Kars Pangakalan di tempat yang tidak terganggu
16 Musang Paradoxurus hermaproditus
Populasinya terbatas dan semakin menurun disebabkan ketersediaan pakan yang semakin sedikit
17 Kancil Tragulus javanicus Populasinya sudah hampir mengalami kepunahan
18 Meong-cangkok Feiis bengalensis Satwa ini masih sedikit dijumpai di Gunung Sanggabuana tidak jauh dari Kars Pangkalan
19 Herpeto-fauna Naja sputatrix Seperti ular kobra, jenis ini masih ditemukan di sekitar kawasan Kars Pangkalan
20 Ular-gibug/ ular tanah
Callooselesma, rhodostoma atau Angkistrodon rhodostoma
Satwa ini masih ditemukan di sekitar kawasan Kars Pangkalan dan merupakan hewan pemangsa tikus
21 Ular-sanca Phyton reticulates Satwa jenis ini masih ditemukan dan merupakan hewan pemangsa tikus karena populasi tikus yang banyak terdukung oleh luasnya lahan sawah di sekitar Kars Pangkalan
22 Biawak berukuran besar
Varanus salvator Jenis satwa ini masih banyak ditemukan di kawasan hutan Kars Pangkalan dan kehadiran satwa ini menunjukan daur pakan di kawasan Kars Pangkalan masih berjalan
Sumber: Laporan hasil penelitian oleh Amiruddin & H. Samodra (Pusat Survei Geologi Badan Geologi)
18
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
C. Air
Seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan industri di Kabupaten
Karawang, maka makin tinggi pula beban pencemaran yang dditerima oleh SDA
yang ada terutama badan air (sungai). Namun hal ini dapat diminimisasi dengan
tersedianya waste water treatment process (WWTP) di setiap industri yang
menghasilkan buangan berupa air limbah.
Meskipun di setiap industri terdapat WWTP, tapi tidak menjamin bahwa air
sungai tidak tercemari, karena beberapa alasan sebagai berikut:
1. Sumber pencemaran terhadap badan air, tidak hanya berasal dari industri
saja melainkan bisa berasal dari permukiman (domestik), terjadinya proses
erosi alamiah pada tanah di sekeliling badan air, pertanian, limpasan air
hujan, kegiatan pertambangan, kegiatan perikanan dan pariwisata,
peternakan;
2. Terkait dengan Sumberdaya Manusia, biaya operasionalisasi, teknologi,
WWTP yang ada tidak berfungsi dan/tidak difungsikan secara optimal
dalam operasionalisasinya, sehingga beberapa parameter effluentnya
melebihi Nilai Ambang Batas Baku Mutu Air Limbah;
3. Nilai Ambang Batas Baku Mutu Air Limbah di Indonesia ditetapkan
berdasarkan teknologi yang terbaik saat itu yang dapat mengolah air
limbah secara maksimal dan tidak didasarkan atas kemampuan badan air
dan ekosistem yang ada di dalamnya untuk dapat menerima beban
pencemar yang masuk (tidak ditetapkan berdasarkan daya tampung dan
daya dukung lingkungannya), sehingga meskipun effluent telah memenuhi
baku mutu air limbah, belum tentu air sungai tersebut dikatakan tidak
tercemar.
Sebetulnya, badan air memiliki kemampuan untuk memulihkan dirinya (self
purification) dari gangguan perubahan kualitas yang disebabkan masuknya
pencemar, artinya badan air dapat mengasimilasi pencemar guna
mengembalikan kualitas airnya seperti sediakala.
Pemulihan diri suatu badan air disebabkan oleh interaksi dari berbagai
proses berikut:
1. Pengenceran; akibat sedikitnya volume pencemar dibanding jumlah air
dalam badan air,
19
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
2. Reaksi kimia; seperti oksidasi-reduksi, adsorpsi, pembentukan garam,
pertukaran ion,
3. Reaksi fisika; seperti penguapan, perubahan suhu, pengendapan, filtrasi,
4. Reaksi biologis atau biodegradasi dan
5. Penyerapan oleh tumbuhan air
Kemampuan pemulihan diri dari suatu badan air ada batasnya. Batas itu
semakin mudah terlampaui jika jumlah limbah cair yang masuk semakin banyak
dan kualitasnya semakin buruk.
Kabupaten Karawang sendiri dialiri oleh 4 buah sungai besar, yaitu; Sungai
Citarum, Sungai Cilamaya, Sungai Cikaranggelam dan Sungai Cibeet, dimana
keempat sungai tersebut digunakan sebagai badan air penerima oleh beberapa
perusahaan/industri yang berada di sekitarnya.
Dari hasil rekapitulasi analisis kualitas air limbah di setiap perusahaan
selama tahun 2009, umumnya parameter BOD5, COD, TSS, NO3 dan NH3
terlampaui. Pembuangan senyawa organik terurai (yang ditandai dengan nilai
BOD5) ke suatu badan air akan memicu peningkatan reaksi biodegradasi di
dalam badan air tersebut, hal ini akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan
oksigen terlarut (DO atau Dissolved Oxygen) di dalam air, selama oksigen
tersedia, reaksi biodegradasi akan dilakukan oleh mikroba aerobik.
Kelangsungan reaksi biodegradasi aerobik akan menyebabkan kadar DO
badan air akan terus berkurang tanpa adanya masukan oksigen baru, reaksi
aerobik tersebut akan terhenti dan dilanjutkan dengan reaksi biodgradasi secara
anaerobik. Reaksi biodegradasi anaerobik menghasilkan beberapa senyawa
pencemar seperti metana (CH4), Hidrogen Sulfida (H2S) dan Amonia (NH3) yang
membuat air menjadi septik dengan warna hitam dan bau yang menyengat.
Pencemaran organik mengakibatkan kualitas air menurun drastis, selain
berwarna hitam dan berbau, kandungan DO tersebut juga menurun drastis.
Rendahnya kadar oksigen di dalam suatu badan air seringkali dapat
memusnahkan kehidupan flora dan fauna air termasuk ikan-ikan.
Beberapa parameter kualitas air yang mengindikasikan terjadinya
pencemaran organik antara lain adalah:
1. DO; air tercemar memiliki DO< 2,0 mg/L, bahkan tidak jarang 0 mg/L;
2. BOD5; air tercemar memiliki nilai BOD5>15 mg/L;
3. Warna; air tercemar memiliki warna hitam;
20
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
4. Bau; air tercemar memiliki bau busuk menyengat
Sedangkan kandungan padatan tersuspensi yang tinggi (ditandai dengan
tingginya nilai TSS), dapat menghalangi masuknya cahaya matahari ke dalam air
dan mengakibatkan berkurangnya laju fotosintesis tumbuhan air. Suplai oksigen
dari tumbuh-tumbuhan airpun akan berkurang. Jika cahaya sepenuhnya
terhambat, tumbuhan dan makhluk hidup lainnya akan mati. Pembusukan
tumbuhan mati akan lebih menurunkan kadar DO.
Padatan tersuspensi menyerap cahaya matahari sehingga kemudian akan
meningkatkan suhu air permukaan. Suhu air yang lebih panas mengakibatkan
oksigen semakin sulit melarut. Beberapa parameter kualitas air yang
mengindikasikan terjadinya pencemaran padatan antara lain adalah:
1. TSS; air tercemar memiliki TSS > 500 mg/L
2. Kekeruhan; air tercemar umumnya mempunyai nilai TUR 50 NTU.
3. Warna; air tercemar padatan erosi berwarna kecoklatan
D. Udara
Udara tercemar adalah perbedaan komposisi udara aktual dengan kondisi
udara normal dimana komposisi udara aktual tidak mendukung kehidupan
manusia. Bahan atau zat pencemaran udara sendiri dapat berbentuk gas dan
partikel. Dalam bentuk gas dapat dibedakan dalam golongan belerang (sulfur
dioksida, hidrogen sulfida, sulfat aerosol), golongan nitrogen (nitrogen oksida,
nitrogen monoksida, amoniak, dan nitrogen dioksida), golongan karbon (karbon
dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon), dan golongan gas yang berbahaya
(benzene, vinyl klorida, air raksa uap).
Jenis pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi tiga.
Pertama, mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah.
Kedua, bahan organik terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkana dan
benzene. Ketiga, makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing. Sementara
itu, jenis pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi
dua, yaitu pencemaran udara bebas dan pencemaran udara ruangan.
Kategori pencemaran udara bebas meliputi secara alamiah (letusan
gunung berapi, pembusukan, dan lain-lain) dan bersumber kegiatan manusia,
misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, asap kendaraan bermotor.
Sedangkan pencemaran udara ruangan meliputi dari asap rokok, bau tidak
21
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
sedap di ruangan.
Pada umumnya sektor transportasi memberikan tekanan yang lebih besar
terhadap pencemaran udara yaitu sekitar 60%-70% dibandingkan sektor industry
yang berupa gas buang dari cerobong yang hanya mencapai 10%-15%, serata
sisanya berasal dari sumber pembakaran lain, misal rumah tangga, pembakaran
sampah, kebakaran hutan dan lain-lain.
Jenis parameter pencemar udara didasarkan pada baku mutu udara
ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi :
Sulfur dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Ozon
(O3), Hidro karbon (HC), PM 10, Partikel debu (PM 2,5), TSP (debu), Pb (timah
hitam).
Data yang ditampilkan dalam Buku Data, Tabel SD-16 merupakan data
primer kondisi kualitas udara ambient hasil pengukuran pada tahun 2006 di
daerah sekitar permukiman, dari hasil pengukuran tersebut dapat terlihat bahwa
semua parameter pencemar dominan di setiap titik sampling masih berada di
bawah Nilai Ambang Batas Baku Mutu Udara Ambient berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 41 Tahun 1999 dan Surat Keputusan
Menteri Negara Linkungan Hidup Republik Indonesia Nomor: Kep-
50/MenLH/II/1996.
Hal ini dapat dimengerti, karena lokasi sampling cenderung berada di dekat
lokasi permukiman, dimana aktifitas dari sumber-sumber pencemar cenderung
sedikit, kecuali untuk parameter debu angkanya sedikit lebih tinggi dibandingkan
dengan parameter-parameter lainnya meskipun masih di bawah Nilai Ambang
Batas Baku Mutu Udara Ambien. Kondisi seperti ini didorong lagi dengan
tingginya kecepatan angin di wilayah-wilayah tersebut, sehingga memungkinkan
banyak terbentuk debu terbang.
Namun hasil pengukuran tersebut belum bisa dikatakan representatif karena
hanya dilakukan pengukuran sesaat, untuk hasil yang lebih baik dan bisa
dijadikan bahan monitoring juga evaluasi, perlu dilakukan pengukuran secara
kontinyu dengan pemasangan alat telemeter/station monitoring pengukuran
udara yang ditempatkan di:
1. Persimpangan jalan raya, ditujukan untuk sumber emisi bergerak (Non Point
Source).
2. + 1 Km dari sumber emisi tidak bergerak (Point Source).
22
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
E. Laut, Pesisir dan Pantai
Tekstur tanah di pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar tergolong
kelas pasir berlempung, sehingga rentan abrasi, karena ukuran partikelnya yang
kecil mudah terbawa oleh arus laut. Hanya sebagian kecil daerah yang memiliki
tekstur berkelas pasir, yakni Pantai Pakisjaya, sehingga Pantai Pakisjaya ini lebih
tahan abrasi, namun sebaliknya sering terjadi akresi.
Tabel II.3 Hasil Analisis Komposisi Tanah di Pesisir Pantai Karawang Tahun 2008
No. Pantai Pasir
(%)
Debu
(%)
Liat
(%) Kelas Tekstur
1. Pakisjaya 94,95 0,32 4,74 Pasir
2. Cibuaya 82,73 5,82 11,45 Pasir berlempung
3. Cilebar 87,29 2,55 10,16 Pasir berlempung
4. Cilamaya Kulon 81,29 4,74 13,96 Pasir berlempung
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Energi Kabupaten Karawang, 2008
Sebagian besar tekstur tanah di pantai Kabupaten Karawang, seperti
terlihat pada peta di bawah ini, tersusun dari sedimen lumpur yang mempunyai
ukuran partikel paling kecil, yakni <2μm. Hanya sebagian kecil daerah yang
memiliki struktur pasir atau lanau (ukuran partikel >2μm), yaitu sebagian
Kecamatan Pakisjaya dan sebagian Kecamatan Cilamaya Wetan. Semakin kecil
ukuran partikel tanah semakin mudah pula terbawa oleh arus laut. Hal ini terbukti
bahwa daerah-daerah pesisir di Kecamatan Cibuaya, Pedes, Cilebar dan
Tempuran yang memiliki tekstur tanah bersedimen lumpur memiliki tingkat abrasi
yang lebih tinggi dibandingkan pantai lainnya.
Jika dilihat dari bentuk topografi setiap lokasi pantai, hanya Pantai
Pakisjaya saja yang mengindikasikan bentuk pantai yang relatif tahan terhadap
abrasi. Terbukti dari bentuk topografinya yang masih memperlihatkan bentuk
yang menanjak dari bibir pantai ke daratan dan tidak memperlihatkan adanya
indikasi bekas kikisan abrasi.
Lain halnya dengan Pantai Cibuaya, Cilebar dan Cilamaya Kulon. Ketiga
pantai tersebut memperlihatkan bentuk topografi yang menurun dan cenderung
terlihat datar. Ini membuktikan bahwa pantai-pantai tersebut telah terkena
dampak abrasi, sehingga sebagian sedimen pantainya hilang terkikis ombak.
23
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Di kawasan pesisir dan laut Kabupaten Karawang terdapat banyak
sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, di antaranya
sumber daya hutan mangrove, sumber daya terumbu karang, sumber daya
perikanan laut dan sumber daya perikanan tambak.
1. Sumber daya terumbu karang
Ekosistem terumbu karang adalah lingkungan hidup di dasar laut yang
komunitasnya didominasi oleh karang batu, di mana kehidupan di dalam
komunitas ini saling berkaitan. Terumbu karang merupakan struktur kehidupan
yang terbentuk dari koloni ribuan hewan kecil halus yang disebut polip karang
yang hidup bersimbiosis dengan tumbuhan mikroalgae yang dinamakan
Zooxhantella yang berfotosintesis dan menghasilkan sisa metabolisme berupa
substrat kapur kalsium karbonat secara stabil dan terus menerus.
Laju pertumbuhan terumbu karang tergolong sangat lambat sekitar 1-6
cm/tahun. Terumbu karang tersebar di perairan tropis antara 30°LS-30°LU pada
suhu perairan hangat sekitar 18-34°C (optimalnya 26-30°C) dengan dasar keras,
berarus, memiliki derajat keasaman normal, salinitas tinggi 32-35‰ dan
kecerahan atau kejernihan tinggi.
Jenis terumbu karang sangat banyak sekali, di antaranya Porifera,
Acropora, Millepora, Heliopora, Halimeda, Coelenterata, Bryozoa, Tunicata, dan
lain-lain. Berdasarkan sifat kekerasannya, terumbu karang terbagi menjadi
terumbu karang keras (coral massive), agak keras (coral submassive) dan lunak
(soft coral). Sedangkan berdasarkan karakteristiknya, biota terumbu karang ada
yang berenda (lace coral), bercabang (coral branching), berongga (sponge,
ascidian), bertanduk (gorgonian), berbentuk lembaran (acropora tabulate),
berbentuk jari (acropora digitate), berbentuk seperti kerak (coral encrusting), dan
masih banyak lagi.
Potensi terumbu karang di Kabupaten Karawang tergolong kecil. Yang
masih bisa diamati adalah terumbu karang di lepas pantai Pasir Putih Kecamatan
Cilamaya Kulon. Luas terumbu karang diperkirakan sebesar 1.878 Ha di mana
separuh luasan kondisinya sudah rusak berat. Potensi terumbu karang ini
terletak pada jarak kurang lebih 2-4 mil laut dan kedalaman 3-8 meter. Jenis
terumbu karang yang dijumpai di daerah ini adalah Acropora dan Porifera
(sponge) yang membentuk gugusan gosong terumbu karang (patch reef).
24
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Potensi lainnya terdapat di sekitar pantai Ciparage Kecamatan Tempuran
seluas 131,4 Ha dan pantai Desa Sukajaya Kecamatan Cilamaya Kulon seluas
82,07 Ha. Kondisi terumbu karang di kedua lokasi tersebut sudah rusak berat
(mati).
2. Sumberdaya Hutan Mangrove
Tumbuhan yang hidup di hutan terdiri dari berbagai macam jenis
tergantung dari jenis tekstur tanah dan kondisi iklim tempat tumbuhan itu hidup.
Tumbuhan yang hidup di daerah pegunungan belum tentu sama dengan
tumbuhan yang hidup di daerah pesisir pantai. Mangrove (bakau, api-api dan
sejenisnya) adalah vegetasi khas di daerah pesisir pantai. Jenis-jenis tumbuhan
mangrove yang ada di Kabupaten Karawang adalah Rhizopora apicullata,
Rhizopora mucronata, Avicennia marina, Sonneratia alba dan Lumnitzera
racemoza. Selain itu ada pula jenis Pinus merkusii, Cocos nucifera,
Dolichandrone spathacea, Acrostichum aurecum dan Acanthus ilicifoleus.
Mangrove adalah vegetasi tropis yang sangat berperan dalam menjaga
pantai dari abrasi (pengikisan) dan akresi (pendangkalan). Akar mangrove
mempunyai andil besar dalam memperkuat kestabilan volume sedimen pantai,
sehingga volumenya tidak berkurang ataupun bertambah. Mangrove bukan
hanya penting sebagai pencegah abrasi dan akresi, tetapi juga merupakan
ekosistem yang sangat penting bagi sumber daya hayati perairan estuari dan
perairan laut. Organisme pesisir dan laut menggunakan mangrove sebagai
tempat penetasan (spawning area) dan tempat pertumbuhan (nursery area)
untuk anak-anak (juvenile) mereka sehingga keberadaan ekosistem mangrove
sangat penting bagi kelestarian sumber daya hayati laut itu sendiri.
Mangrove dapat tumbuh subur di wilayah pesisir Karawang. Wilayah
pesisir Karawang memiliki banyak muara sungai, sehingga memiliki karakteristik
sedimen pantai berlumpur-pasir. Perairan yang kaya unsur hara dari aliran muara
sungai dan substrat yang berpasir-lumpur ini merupakan kondisi lingkungan yang
mendukung untuk tumbuh suburnya vegetasi mangrove.
Hutan mangrove di Kabupaten Karawang tersebar di sembilan kecamatan,
yaitu Kecamatan Pakisjaya, Batujaya, Tirtajaya, Cibuaya, Pedes, Cilebar,
Tempuran, Cilamaya Kulon dan Cilamaya Wetan. Namun potensi koloni hutan
mangrove yang terbesar ada di Kecamatan Tirtajaya, Cibuaya, Cilebar dan
25
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Cilamaya. Sedangkan di kecamatan-kecamatan lainnya hanya bersifat setempat
dengan jumlah pohon yang tinggal hanya beberapa batang saja. Mengingat
mangrove lebih cocok tumbuh di tanah yang berpasir-lumpur, khusus di daerah
Pakisjaya yang struktur tanahnya hanya berpasir dan tidak berlumpur, vegetasi
didominasi oleh tanaman pakis atau Pinus merkusii, bukan oleh tanaman
mangrove.
Tabel II.4 Potensi Hutan Mangrove di Kabupaten Karawang
No. Kecamatan Desa Luas Desa (Ha)
Panjang Garis Pantai
(km)
Luas Hutan Mangrove
(Ha)
1. Pakisjaya Tanjungpakis 1.828 11,25 80
2. Batujaya Segarjaya 1.626 2,25 50
3. Tirtajaya Tambaksari 2.475 6 515
4. Cibuaya Sedari 2.518 12 2.238
Cemarajaya 1.031 8 1.058
5. Pedes Sungaibuntu 996 4,5 325
6. Cilebar Pusakajaya Utara 866 6,3 200
Mekarpohaci 872 2,25 140
7. Tempuran Tanjungjaya 1.008 1,7 175
Sumberjaya 686 0,6 100
Cikuntul 547 0,8 250
Tempuran 479 1 0
Ciparagejaya 480 2,5 175
8. Cilamaya Kulon
Pasirjaya 862 0,9 50
Sukajaya 620 3,6 5
9. Cilamaya Wetan
Sukakerta 732 1 15
Rawagempol Kulon 548 1,7 20
Muara baru 738 4,5 250
Muara 1.569 2,8 453
Jumlah 20.481 73,65 6.099 Sumber: Dinas PKP Kabupaten Karawang
F. Iklim
Kabupaten Karawang mempunyai suhu udara rata-rata tahunan sebesar
27oC dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66% dan
kelembaban nisbi 80%. Pada bulan Januari sampai April bertiup angin Muson
Laut dan sekitar bulan Juni bertiup angin Muson Tenggara. Kecepatan angin
antara 30-35 km/jam, lamanya tiupan angin rata-rata 5-7 jam.
Rata-rata curah hujan di Kabupaten Karawang dari tahun ke tahun dalam
lima tahun terakhir dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 masing-masing
curah hujan rata-rata per tahunnya sebesar 2.534 mm, 1.722 mm, 1.512 mm,
26
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
1.556 mm dan 1.895 mm (gambar 2.4). Kondisi ini erat kaitannya dengan
perubahan iklim global dan tidak menutup kemungkinan pula untuk Kabupaten
Karawang sendiri sedikitnya keadaan ini diakibatkan oleh kegiatan industri,
penambahan jumlah transportasi, dan lainnya.
Apabila curah hujan mempunyai kecenderungan menurun tiap tahunnya,
maka dapat mengakibatkan dampak yang cukup besar bagi kegiatan pertanian,
perikanan, dan sektor lainnya serta keberadaan cadangan air dapat ikut
berkurang juga.
Gambar 2.4 Grafik Rata-Rata Curah Hujan Tahunan 2005-2008
Berdasarkan data curah hujan tahun 2009 (Buku Data, Tabel SD-22), bulan
Januari merupakan bulan yang tingkat curah hujannya tertinggi yaitu 8.143 mm,
sedangkan tingkat curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus 2009,
dimana tidak terjadi hujan sama sekali (data sampai dengan bulan Oktober
2009). Rata-rata curah hujan per tahun 1.895 mm.
G. Bencana Alam
Suatu kejadian alam dikatakan sebagai bencana (disaster) apabila
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana, prasarana, dan utilitas umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan masyarakat.
Karakteristik lahan yang berada di Kabupaten Karawang sebagian besar
berupa lahan persawahan yang mencapai 53% menjadi salah satu alasan sering
terjadinya banjir dan kekeringan. Pada saat musim hujan air berlimpah, namun
kondisi tanah yang berupa persawahan yang ditunjang oleh kontur tanah yang
2.534
1.722 1.512 1.556
1895
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
2005 2006 2007 2008 2009
Cu
rah
Hu
jan
(m
m/t
ah
un
)
27
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
datar menyebabkan air mudah tergenang. Sedangkan pada musim kemarau,
cadangan air tidak tersedia. Hal ini lah yang menyebabkan daerah-daerah yang
sebagian besar daerahnya berupa lahan persawahan termasuk Karawang kerap
mengalami bencana banjir dan kekeringan.
Berdasarkan data survey potensi desa tahun 2008 oleh BPS Kabupaten
Karawang, dalam 3 tahun terakhir, bencana alam yang terjadi di wilayah
Kabupaten Karawang antara lain; tanah longsor (13 kali kejadian), banjir (167),
banjir bandang (3), Gempa Bumi (0), gelombang pasang (7), angin puting beliung
(100) dan kebakaran hutan (5) (Buku Data, Tabel BA-1.a).
Gambar 2.5 Grafik Jumlah dan Jenis Bencana Alam Kabupaten Karawang
Dalam Kurun Waktu 3 Tahun Terakhir
1. Bencana Banjir
Bencana banjir terjadi di Karawang pada tahun 2009 yang melanda 20
wilayah kecamatan. Banjir tersebut merusak areal persawahan, tambak,
permukiman, bangunan sekolah, sarana ibadah, serta infrastuktur jalan dan
pengairan. Lahan persawahan dan persamaian warga yang terkena banjir
dengan luas genangan mencapai 21.071 Ha, tambak air payau dan air tawar 966
ha, bangunan sekolah 76 unit, sarana ibadah 39 unit, dan permukiman 24.770
unit. Sementara itu, kerusakan infrastruktur jalan mencapai 133,625 kilometer
dan infra struktur pengairan 1.163 meter, serta menneggelamkan setidaknya
mencapai 28.945 rumah.
Selain disebabkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi, juga disebabkan
meluapnya Sungai Citarum dan Cibeet. Kondisi Sungai Citarum saat ini
mengalami pendangkalan, sedangkan Sungai Cibeet merupakan sungai alam
yang merupakan aliran sungai dari wilayah Bogor dan Cianjur yang bermuara di
4%
57%
1% 0%
2%
34%
2% Tanah Longsor
Banjir
Banjir Bandang
Gempa Bumi
Gelombang Pasang
Puting Beliung
Kebakaran Hutan
28
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Sungai Citarum yang saat ini penataannya masih kurang diperhatikan. Kondisi itu
diperparah oleh jebolnya tanggul Sungai Citarum di beberapa tempat, antara lain
di Kampung Tangkil, Desa Kutaampel, Kecamatan Batujaya, dan Kampung
Kaceot, Desa Tunggak Jati, Kecamatan Karawang Barat.
Selain di sekitar daerah aliran Sungai Citarum dan Sungai Cibeet, wilayah
pesisir utara Kabupaten Karawang juga rawan banjir, seperti Cilamaya Wetan,
Cilamaya Kulon, Tempuran, Pedes, Cilebar, Batujaya, Jayakerta, dan Pakisjaya.
Sebanyak 19 kecamatan dari total 30 kecamatan di Kabupaten Karawang
yang dilanda banjir diantaranya adalah Kecamatan Cilebar, Jatisari, Karawang
Barat, Purwasari, Pakisjaya, Telagasari, Rengasdengklok, Pangkalan, Cilamaya
Wetan, Tirtajaya, Tempuran, Cikampek, Telukjambe Timur, Telukjambe Barat,
Rawamerta, Pedes, Batujaya, Tirtamulya, dan Cibuaya.
Di Kecamatan Cilebar, banjir merendam 325 rumah, 3.102 ha areal
persawahan, 10 ha areal tambak, dan 1519 jiwa yang tercatat di 375 KK. Di
Kecamatan Jatisari, banjir merendam 68 rumah, 30 hektar sawah, dan 218 jiwa
di 71 KK, di Kecamatan Karawang Barat merendam 968 jiwa yang terdapat di
1279 KK, sementara di Kecamatan Purwasari luas areal persawahan yang
terendam mencapai 50 ha.
Di Kecamatan Pakisjaya, banjir merendam 218 ha sawah, dan 1424 ha
tambak, Kecamatan Telagasari merendam 113,5 ha persawahan, di Kecamatan
Rengasdengklok merendam 2.550 rumah dan ribuan hektar areal persawahan,
sementara di Kecamatan Pangkalan banjir telah merendam sekitar 52 rumah,
serta 337 ha areal persawahan.
Untuk Kecamatan Cilamaya Wetan banjir merendam 1182 rumah dan
ribuan hektar areal persawahan, Kecamatan Tirtajaya merendam 578 rumah,
486 ha areal persawahan dan 285 ha tambak, Kecamatan Cikampek, merendam
50 rumah, 2 ha persawahan, dan 4 ha tambak, serta di Kecamatan Telukjambe
Timur merendam 408 ha areal sawah.
Sementara itu, banjir di Kecamatan Tempuran merendam 1.016 rumah dan
267 ha tambak, di Kecamatan Rawamerta merendam 406 rumah, 97,3 ha sawah
dan 10 ha tambak, Kecamatan Pedes merendam 603 rumah, 356 ha sawah, dan
sembilan ha tambak, sedangkan di Kecamatan Telukjambe Barat merendam
2.126 rumah (4.497 jiwa).
29
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Gambar 2.6 Wilayah Banjir Kabupaten Karawang Tahun 2009
Kec. Jatisari: merendam 68 rumah, 30 ha sawah, dan 218 jiwa di 71 KK
Kec.Karawang Barat : banjir merendam 968 jiwa yang
terdapat di 1279 KK
Kec. Purwasari: areal persawahan terendam 50 ha
Kec. Telagasari merendam 113,5 Ha persawahan
Kec. Rengasdengklok merendam 2.550 rumah dan ribuan
ha sawah
Kec. Pangkalan merendam sekitar 52 rumah, serta 337 ha areal sawah
Kec. Cilamaya Wetan merendam 1182 rumah dan ribuan ha sawah
Kec. Cikampek merendam 50 rumah, 2 ha sawah, dan 4 ha tambak
Kec. Telukjambe Timur merendam 408 ha sawah
Kec. Tempuran: merendam 1016 rumah dan 267
ha tambak
Kec. Rawamerta merendam 406 rumah, 97,3 ha sawah dan 10 ha tambak
Kec. Cilebar: merendam 325 rumah, 3.102 ha areal sawah, 10 ha areal tambak, dan 1519 jiwa yang tercatat di 375 KK.
Kec. Pakisjaya: banjir merendam 218 hektare sawah, dan 1424
hektare tambak
Kec. Tirtajaya : 578 rumah, 486 ha sawah, 285 ha tambak
Kec. Pedes merendam 603 rumah, 356 ha sawah, dan 9 ha
tambak
Kec. Telukjambe Barat merendam 2126 rumah (4.497 jiwa)
30.a
2. Bencana Tanah Longsor
Bencana longsor besar pernah terjadi di Karawang pada tahun 2009 yakni
di desa Kutamaneuh dan desa Cintawargi, yang keduanya berada di wilayah
Kecamatan Pangkalan. Bencana tanah longsor ini biasanya terjadi di wilayah
yang memiliki tekstur tanah berbukit, seperti Kecamatan Pangkalan, Tegalwaru,
Telukjambe Timur, Telukjambe Barat dan Ciampel. Penyebab longsor ini adalah
kondisi tanah yang labil, berkurangnya pohon-pohon penyangga, serta curah
hujan yang tinggi.
3. Gelombang Pasang (Rob)
Gelombang pasang (Rob) juga sering terjadi di Kabupaten Karawang, yaitu
di 25 desa yang ada di sepanjang pantai, yang tersebar di 9 kecamatan, yakni
Kecamatan Pakisjaya, Batujaya, Tirtajaya, Cibuaya, Pedes, Cilebar, Tempuran,
Cilamaya Kulon dan Cilamaya Wetan. Air pasang ini disebabkan oleh semakin
tingginya tingkat abrasi pantai yang terjadi di daerah pesisir.
Rusaknya hutan bakau yang berfungsi sebagai pemecah dan penahan
gelombang yang oleh masyarakat sekitar turut memberi andil seringnya terjadi air
pasang. Hutan bakau yang pada dasarnya terjadi secara alamiah, namun
seringkali dialihfungsikan menjadi areal tambak atau persawahan.
4. Kekeringan
Dengan semakin berkurangnya jumlah areal yang ditutupi oleh vegetasi
yang dapat menyerap air, kualitas sumber daya tanah untuk konservasi air
menurun. Pada musim kemarau, cadangan sumber air tanah menjadi berkurang
dan lama-kelamaan bisa terjadi kekeringan. Beberapa daerah di Kabupaten
Karawang mengalami kekeringan di musim kemarau panjang.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Kehutanan pada Tahun 2008, luas
wilayah di Kabupaten Karawang yang mengalami kekeringan adalah 2.984 Ha,
tersebar di 6 kecamatan, yaitu; Kecamatan Tegalwaru (947 Ha),
Rengasdengklok (842 Ha), Pakisjaya (525 Ha), Telukjambe Timur (375 Ha),
Ciampel (250 Ha) dan Kutawaluya (45 Ha) (Buku Data, Tabel BA-2.a).
31
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN
A. Kependudukan
1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan
Luas Kabupaten Karawang mencapai 1.753,27 km2, yang terdiri dari 30
kecamatan, 297 desa dan 12 kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan
Ciampel dengan luas 110,13 km2, sedangkan kecamatan tersempit adalah
kecamatan Karawang Timur dengan luas 29,77 km2.
Jumlah penduduk di Karawang berdasarkan data Karawang Dalam Angka
Tahun 2009 (sampai dengan September 2009) adalah 2.094.408 jiwa, dengan
jumlah penduduk terbanyak di kecamatan Karawang Barat yaitu 156.660 jiwa,
sedangkan jumlah penduduk terkecil di kecamatan Tegalwaru yaitu 36.171 jiwa.
Rata-rata jumlah penduduk per kecamatan adalah 69.814 jiwa.
Dibandingkan dengan data jumlah penduduk tahun sebelumnya, terjadi
pertumbuhan penduduk sebanyak 38.899 jiwa (1,86%), dengan rata
pertumbuhan penduduk per kecamatannya yaitu 1.297 jiwa. Jumlah
pertumbuhan terbanyak di kecamatan Pangkalan yaitu 2.912 jiwa, sedangkan
pertumbuhan terkecil di kecamatan Ciampel yaitu 626 jiwa.
Gambar 3.1 Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk Kabupaten Karawang 2004-2009*
1.934
1.972
2.015
2.051
2.082 2.094
1.850
1.900
1.950
2.000
2.050
2.100
2.150
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Ju
mla
h P
en
du
du
k (
Rib
u J
iwa)
Tahun
32
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Kecamatan Karawang Barat merupakan kecamatan terpadat dengan
tingkat kepadatan penduduk mencapai 4.651 jiwa/km2, sedangkan kecamatan
Ciampel merupakan kecamatan yang tingkat kepadatannya paling rendah, yaitu
332 jiwa/km2. 3 kecamatan terpadat lainnya yaitu kecamatan Kotabaru,
Rengasdengklok dan Karawang Timur (Buku Data, Tabel DE-1).
Selain karena Kabupaten Karawang merupakan salah satu pengembangan
daerah industri, jarak dari ibukota yang cukup dekat dan tingginya aktivitas
masyarakat di berbagai sektor seperti perdagangan, pertanian, industri kecil dan
lainnya juga menyebabkan tingkat kepadatan penduduk dan laju pertumbuhan
penduduknya cukup tinggi.
* Sumber: Karawang dalam Angka tahun 2009 (s.d. September 2009)
Gambar 3.2 Grafik Penduduk Kabupaten Karawang Tahun 2009* Menurut Jenis Kelamin
2. Penduduk Menurut Usia dan Pendidikan
Jumlah penduduk laki-laki terbanyak adalah pada kisaran usia 15-44 tahun
dengan jumlah 542.234 jiwa (51,1%), sedangkan terkecil adalah pada kisaran
usia < 1 tahun, dengan jumlah 27.894 jiwa (2,6%) (Buku Data, Tabel DE-2).
Berdasarkan data tersebut kelompok usia balita laki-laki (usia <1 tahun dan 1-5
tahun) sebanyak 121.258 atau sekitar 11,4% dari jumlah penduduk laki-laki.
-
20
40
60
80
100
120
140
160
BS
R
BJY
CP
L
CB
Y
CK
P
CK
L
CW
T
CL
B
JT
S
JY
K
KB
R
KT
M
KL
R
KT
B
KT
W LA
MJL
PK
J
PK
L
PD
S
PW
S
RW
M
RS
D
TG
W
TL
G
TJB
TJT
TM
P
TT
J
TT
M
29 39
18 26
51
34 42
22 37 33
79
49
67 53
29 33 20 19 19
38 29 27
54
18 34
24
48 33 34
24
28
40
18
25
50
33
41
21
35 32
78
47
65
51
28 32
19 19 18
36
29 25
53
18
33
23
47
32 34
23
Ju
mla
h P
en
du
du
k (
rib
u j
iwa)
Kecamatan
Laki-laki Perempuan
33
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Jumlah penduduk perempuan terbanyak adalah pada kisaran usia 15-44
tahun dengan jumlah 542.184 jiwa (52,5%), sedangkan terkecil adalah pada
kisaran usia < 1 tahun, dengan jumlah 28.463 jiwa (2,8%) (Buku Data, Tabel DE-
3). Berdasarkan data tersebut kelompok usia balita laki-laki (usia <1 tahun dan 1-
5 tahun) sebanyak 112.885 atau sekitar 10,9% dari jumlah penduduk
perempuan.
Gambar 3.3 Grafik Komposisi Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Menurut Kelompok Usia di
Kabupaten Karawang Tahun 2009*
Jumlah rumah tangga di wilayah pesisir laut ada 140.505 rumah tangga
dengen jumlah jiwa sebanyak 568.173 jiwa, dengan jumlah rumah tangga
terbanyak di Kec. Cilamaya Wetan 20.766 rumah tangga dan terkecil di Kec.
Pakisjaya 9.395 rumah tangga.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan indikator yang menunjukkan
partisipasi Sekolah penduduk yang bersekolah. Hasil SIPM 2008
menginformasikan bahwa APS penduduk usia 7-12 tahun (setara dengan
pendidikan SD) sebesar 97,24%. Artinya dari seluruh penduduk usia 7-12
tahun, yang masih bersekolah pada tingkat pendidikan SD sebesar
97,24%, sedangkan sisanya ada yang tidak/belum bersekolah dan yang
sudah tidak bersekolah lagi.
APS kelompok penduduk usia 13-15 tahun (setara dengan pendidikan
SLTP) sebesar 79,55% dan pada kelompok penduduk usia 16-18 tahun
(setara dengan pendidikan SLTA) mencapai 36,72%. Semakin ke level
3%
9%
18%
51%
15%
4%
Komposisi Penduduk Laki-laki Menurut Kelompok Usia
<1 th
1-4 th
5-14 th
15-44 th
45-64 th
≥ 65 th
3%
8%
17%
52%
15%
5%
Komposisi Penduduk Perempuan Menurut Kelompok Usia
<1 th
1-4 th
5-14 th
15-44 th
45-64 th
≥ 65 th
34
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
pendidikan yang lebih tinggi, persentase yang bersekolah akan mengalami
kecenderungan menurun karena penduduk masih berfokus untuk
menamatkan pendidikan dasar. Hal itu terlihat untuk APS kelompok umur
16-18 tahun yang setara SLTA terjadi penurunan dari tahun sebelumnya.
Tahun 2007 APS kelompok umur ini masih sebesar 37,69% dan ditahun 2008
menjadi 36,72%, artinya terjadi penurunan hingga 0,97 poin.
Dilihat berdasarkan jenis kelamin, secara umum APS laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan. Hasil SIPM 2008 menunjukkan untuk kelompok usia
7-12 tahun (setara dengan pendidikan SD), APS laki-laki 97,49%, lebih tinggi
dari APS perempuan yang hanya 96,97%. dan pada kelompok usia 16-18
tahun (setara dengan pendidikan SLTA), APS laki-laki 37,74% sedangkan APS
perempuan 35,47%. Pada kelompok usia 13-15 tahun, APS perempuan
79,80% sedikit lebih tinggi dibanding APS laki-laki yang hanya 79,32%.
3. Migrasi
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sampai dengan
Desember 2009, tercatat jumlah penduduk pendatang yang masuk ke Kabupaten
Karawang sebanyak 3.026 orang, terdiri dari 1.633 pendatang laki-laki dan 1.393
pendatang perempuan (Buku Data, Tabel DE-4).
Jumlah pendatang terbanyak berada di kecamatan Klari, yaitu sebanyak
1.729 orang, sedangkan jumlah pendatang paling sedikit di kecamatan Pakisjaya
yaitu 1 orang.
Faktor yang mempengaruhi jumlah pendatang yang masuk, diantaranya
adalah kesempatan kerja yang cukup terbuka di perusahaan/industri dan pusat
perdagangan yang ada di wilayah Kabupaten Karawang. Hal ini dapat terlihat
dari jumlah pendatang yang umumnya berdomisili di kecamatan-kecamatan yang
banyak terdapat perusahaan/industri, seperti; Kecamatan Klari (1.729 orang),
Ciampel (172 orang), Telukjambe Timur (166 orang), Karawang Barat (133
orang), Cikampek (111 orang) dan Karawang Timur (110 orang).
Sementara itu, jumlah penduduk yang pindah ke luar wilayah Karawang,
tercatat sebanyak 1.244 orang, yang terdiri laki-laki sebnayak 683 orang dan
perempuan sebanyak 561 orang.
Jumlah penduduk yang pindah terbanyak berasal dari Kecamatan
Karawang Barat (178 orang), Telukjambe Timur (132 orang), dan Klari (125
35
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
orang). Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit berasal dari kecamatan
Pakisjaya, dimana tidak tercatat penduduk yang pindah.
Rata-rata angka migrasi tahun 2009, yaitu angka datang penduduk laki-laki
54 orang, angka datang penduduk perempuan 46 orang, angka pindah penduduk
laki-laki 23 orang dan angka pindah penduduk perempuan 19 orang.
Gambar 3.4 Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk Datang dan Pindah Tahun 2009
4. Penduduk di Wilayah Pesisir
Sampai dengan saat ini, Kabupaten Karawang memiliki 9 Kecamatan (100
desa) yang secara langsung lokasinya berdekatan dengan laut dan pesisir (Buku
Data, Tabel DE-5). Jumlah penduduk yang berada di wilayah laut pesisir, tercatat
568.173 jiwa (140.505 rumah tangga), yang tersebar di 9 kecamatan, dengan
rata-rata jumlah penduduk masing-masing kecamatan sebanyak 63.130 jiwa.
Jumlah penduduk wilayah laut dan pesisir terbanyak terdapat di kecamatan
Cilamaya Wetan (82.650 jiwa), sedangkan yang paling sedikit penduduknya di
Kecamatan Pakisjaya (38.540 jiwa).
Gambar 3.5
Grafik Jumlah Penduduk per Kecamatan di Wilayah Laut dan Pesisir
1633
683
1393
561
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Datang Pindah
Perempuan
Laki-laki
79
51
66
83
43 39
74 65 68
-
20
40
60
80
100
BTJ CBY CLK CLW CLB PKJ PDS TMP TTJ (Ju
mla
h P
en
du
du
k (
rib
u j
iwa)
Kecamatan
36
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
65
49
22 18
11 6
3 2
26
3 1 - 0
10
20
30
40
50
60
70
Karawang Barat Klari Ciampel Majalaya
SD
SLTP
SLTA
5. Jumlah Sekolah dan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data BPS dalam Karawang Dalam Angka Tahun 2009, jumlah
sekolah yang ada di Kabupaten Karawang sebanyak 1.219 unit, yang terdiri dari
127 Unit SD, 106 unit SLTP dan 86 unit SLTA, termasuk didalamnya sekolah
pemerintah maupun sekolah swasta (Buku Data, Tabel DS-5).
Jumlah sekolah yang paling banyak terdapat di kecamatan Karawang Barat
(102 unit; 65 unit SD, 11 unit SLTP, dan 26 unit SLTA), sedangkan jumlah paling
sedikit terdapat di kecamatan Majalaya (20 unit; 18 unit SD, 2 unit SLTP).
Dari 30 kecamatan, belum terdapat sekolah setingkat SLTA di 9
Kecamatan, antara lain; Kecamatan Banyusari, Cibuaya, Cilamaya Kulon,
Cilebar, Majalaya, Rawamerta, Rengasdengklok, Tegalwaru, dan Tirtajaya.
Gambar 3.6 Grafik Jumlah Unit Sekolah per Kecamatan Tertinggi dan Terendah
Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan tertinggi dengan pendidikan
tertinggi SD yaitu sebanyak 723.960 jiwa. Jumlah penduduk dengan tingkat
pendidikan SLTP tertinggi yaitu sebanyak 251.213 jiwa. Jumlah penduduk
dengan tingkat pendidikan tertinggi SLTA yaitu sebanyak 237.972 jiwa. Jumlah
penduduk dengan tingkat pendidikan tertinggi Diploma yaitu sebanyak 26.585
jiwa. Jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan tertinggi Sarjana yaitu
sebanyak 13.213 jiwa. Jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan tertinggi
Pascasarjana yaitu sebanyak 1.011 jiwa dan jumlah penduduk dengan tingkat
pendidikan tertinggi Doktor (S-3) yaitu sebanyak 721 jiwa.
37
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Tidak Tamat SDSDSLTPSLTADiplomaS1S2S3
Gambar 3.7 Grafik Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Berdasarkan Survei Indikator Pembangunan Manusia 2008,
sebagian besar penduduk usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Karawang
berpendidikan kurang atau sama dengan SD sebanyak 66,34% (1.119.557
jiwa). Dari jumlah tersebut kebanyakan perempuan yaitu mencapai
70,21% dibandingkan laki-laki yang mencapai 62,53%. Dan dari tabel
tersebut juga terlihat hanya sebesar 17,94% penduduk usia 10 tahun ke atas
yang telah bisa menamatkan program wajib belajar pend id ikan dasar 9
tahun. Sedangkan penduduk yang memil ik i i j azah
Diploma/Universitas hanya mencapai 3,02%.
Sumber yang sama menunjukkan persentase penduduk 10 tahun ke
atas yang tamat SMU/SMK sebesar 12,70%, dan sebanyak 3,02% mampu
menamatkan pendidikan hingga perguruan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi).
Sebagai ilustrasi, dari setiap 1.000 orang penduduk 10 tahun ke atas di
Karawang, 30 orang di antaranya ternyata berkesempatan menyelesaikan
pendidikan tingginya di berbagai level pendidikan antara lain Diploma I, II,
Akademi, Sarjana, Doktor, hingga program Master.
Peningkatan persentase penduduk yang menyelesaikan SLTA ke atas
menunjukkan animo masyarakat terhadap peningkatan kemampuan sumber
daya manusia semakin baik. Disamping realisasi pembangunan sarana
dan prasarana penunjang pendidikan yang lambat lawn terlihat hasilnya. Meski
demikian wacana, yang mengemuka di tengah masyarakat dan banyak
dikeluhkan adalah biaya pendidikan yang semakin tinggi dan semakin sulit
dijangkau oleh sebagian masyarakat Karawang. Apalagi pada jenjang pendidikan
tinggi. Setiap keluarga mau t idak mau harus memil ik i dukungan
38
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
f inans ia l yang cukup agar mampu menyekolahkan anak-anak hingga
level sarjana. Hal ini pula yang mungkin memicu keengganan keluarga untuk
menyekolahkan perempuan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Terlihat dari data SIPM08 bahwa perempuan yang telah menamatkan
pendidikannya hingga jenjang SLTA ke atas hanya mencapai 9,81% jauh
lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki yang mencapai 15,54%. Sayangnya,
bila tidak dicermati secara series dan komprehensif antara pemerintah,
sektor terkait dan lembaga penyelenggara pendidikan, maka tidak mustahil
pendidikan hanya akan menjadi angan-angan saja. Pendidikan tinggi
merupakan sesuatu hal yang tidak tersentuh dan hanya mampu dinikmati
oleh sebagian kecil masyarakat yang berkemampuan secara ekonomi.
Tingkat pendidikan laki-laki Karawang lebih tinggi dibanding dengan tingkat
pendidikan perempuan. Persentase penduduk perempuan yang sekolah
menumpuk pada jenjang SLTP ke bawah sebanyak 87,75%, sedangkan
laki- laki yang menamatkan pendidikan SLTP ke bawah sebanyak
80,85%. Sosialisasi bahwa pendidikan itu penting baik bagi laki-laki maupun
perempuan perlu terus disuarakan. Tingkat pendidikan menentukan daya
saing dalam menentukan pekerjaan.
Pekerjaan sangat berpengaruh pada pendapatan. Pendapatan
berpengaruh terhadap daya beli masyarakat dan keterjangkauan terhadap
pelayanan kesehatan. Selain itu pendidikan yang rendah sangat
berpengaruh terhadap rendahnya pemahaman masyarakat akan informasi
kesehatan serta pembetukan perilaku sehat. Dengan meningkatnya tingkat
pendidikan penduduk berarti meningkat pula kualitas SDMnya.
B. Permukiman
1. Jumlah Rumah Tangga dan Kondisinya
Berdasarkan data Karawang Dalam Angka Tahun 2009, jumlah rumah
tangga seluruhnya di Kabupaten Karawang yaitu 512.728 rumah tangga, dengan
rata-rata jumlah rumah tangga per kecamatan 17.291 rumah tangga. Jumlah
rumah tangga terbanyak adalah di kecamatan Karawang Barat yaitu sebanyak
34.507 rumah tangga, sedangkan jumlah rumah tangga paling sedikit adalah di
kecamatan Ciampel yaitu 9.291 rumah tangga.
39
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Jumlah rumah tangga miskin tercatat sebanyak 166.772 rumah tangga
atau sekitar 32,2% dari jumlah rumah tangga yang ada. Jumlah rumah tangga
miskin terbanyak terdapat di kecamatan Cilamaya Wetan, yaitu 11.032 rumah
tangga, sedangkan yang paling sedikit terdapat di kecamatan Telukjambe Barat,
yaitu 930 rumah tangga.
Berdasarkan persentase, tingkat rumah tangga miskin tertinggi terdapat di
kecamatan Rawamerta yaitu 86,5%, sedangkan persentase terendah terdapat di
kecamatan Telukjambe Barat yaitu 8%.
Jumlah rumah tangga berdasarkan lokasi tempat tinggal, tidak terdapat
data secara khusus, akan tetapi data yang ada yaitu menurut status penguasaan
bangunan dan luas lantai (Buku Data, Tabel SE-2.a)
Gambar 3.8 Grafik Jumlah Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Rumah (a)
dan Sumber Air Minum (b)
Berdasarkan luas lantai rumah, jumlah terbanyak adalah rumah tangga
dengan luas lantai 49-99 m2, yaitu sebanyak 35,25%, sedangkan terendah
adalah luas lantai ≤ 10 m2, yaitu sebanyak 0,38%. Status penguasaan lahan
tertinggi adalah milik sendiri yaitu 90,36% dan terendah adalah dinas, yaitu 0,2%.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Buku Data, Tabel SE-3) dengan
jumlah sampling 486.114 rumah tangga atau 86,04% dari seluruh jumlah rumah
tangga berdasarkan sumber air minum yang digunakan, 34.557 rumah tangga
menggunakan ledeng, 174.840 RT menggunakan Sumur Pompa Tangan (SPT),
46.869 rumah tangga menggunakan sumur gali (SGL), 939 rumah tangga
menggunakan penampungan air hujan (PAH) dan 27.973 RT menggunakan
sumber air minum lainnya.
(a) <=10
11--25
26--36
37--44
45--48
49--99
34,557
174,84
46,869
0,939
0
27,973
Ledeng
SPT
SGL
PAH
Kemasan
Lainnya
0 100 200
Jumlah Rumah Tangga (Ribu)
(b)
40
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
2. Jumlah Rumah Tangga Menurut Cara Pembuangan Sampah
Berdasarkan data BPS Kabupaten Karawang pada Survey Potensi Desa,
bahwa menurut cara pembuangan sampah yang dilakukan warganya, sebanyak
23 Desa/Kelurahan (7,4%) pembuangan sampahnya diangkut menggunakan truk
atau mobil bak terbuka, 267 Desa/Kelurahan (86,4%) dengan cara ditimbun dan
dibakar, 9 Desa/Kelurahan (2,9%) dengan cara di buang ke sungai, dan 10
Desa/Kelurahan (10%) menggunakan cara lainnya (Buku Data, Tabel SP-1).
Cara pembuangan dengan ditimbun dan dibakar banyak digunakan karena
sarana angkutan sampah belum menjangkau secara merata, padahal dampak
lingkungan yang ditimbulkan akibat cara pembuangan tersebut cukup merugikan
baik terhadap kesehatan masyarakat maupun kondisi lingkungan terutama udara
dan tanah.
Upaya yang telah dilakukan dalam rangka menanggulangi permasalahan
pengelolaan persampahan di Kabupaten Karawang oleh Dinas Ciptakarya
selama tahun 2009 melalui Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan
Persampahan sebagaimana tabel berikut.
Tabel III.1 Upaya Penanganan dan Pengelolaan Sampah Tahun 2009
No. Kegiatan
Keterangan
1. Pembuatan 1 unit garasi alat berat di lokasi TPA
TPA Jalupang Kec. Kotabaru
2. Pembuatan 20 unit roda dorong sampah
Masyarakat
3. Pengadaan 50 unit kontainer HDPE Sepanjang jalan utama Kaupaten Karawang
4. Pembuatan 8 unit TPS Knock Down Untuk menampung sampah dari permukiman
5. Pembuatan sel sampah & pelapis geomembran di TPA Jalupang
Untuk mengatasi rembesan air leached
6. Sosialisasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Persampahan
Tersebar di wilayah Kabupaten Karawang
7. Pembuatan Galian Lubang Sampah di lokasi TPA Jalupang
Kecamatan Kotabaru
8. Pembuatan 13 unit kontainer sampah Untuk menampung sampah dari permukiman
Sumber: Dinas Ciptakarya, Kabupaten Karawang
Saat ini jumlah penduduk yang terlayani angkutan sampah sebanyak
191.010 jiwa (9,12%). Dengan asumsi timbunan sampah tiap jiwa/hari 0,0016 m3
atau 1,6 liter, dan jumlah penduduk 2.904.408 jiwa, maka perkiraan timbunan
41
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
sampah yang ada sebanyak 3.351 m3/hari, sedangkan total sampah terangkut
yaitu 422 m3/hari.
Kapasitas pengangkutan sampah sebanyak 422 m3/hari terdiri dari 80 ritasi
truk sampah. Kapasitas pembuangan sampah sementara yang tersedia
sebanyak 230 m3/hari, kapasitas pengumpul sampah 40 unit truk sampah dan
Kapasitas Tempat Pembuangan Sampah Akhir 550 m3/hari (2,5 Ha).
Tabel III.2
Perkiraan Timbulan Sampah Kabupaten Karawang per Hari Tahun 2009
3. Jumlah Rumah Tangga Menurut Sarana Sanitasi
Berdasarkan data BPS Kabupaten Karawang pada Survey Potensi Desa
tahun 2008 (Buku Data, Tabel SP-2 dan SP-3), sebanyak 143 desa/kelurahan
(46,3%) sebagian besar warganya telah memiliki tempat buang air besar sendiri,
34 desa/kelurahan (11%) sebagian warga menggunakan tempat buang air besar
42
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
bersama, 30 desa/kelurahan (9,7%) sebagian besar warganya menggunakan
sarana buang air besar umum dan 102 desa/kelurahan (33%) sebagian besar
warganya belum memiliki sarana buang air besar.
Sebanyak 104 desa/kelurahan (33%) sebagian besar warganya yang
menggunakan jamban tanpa septik tank. Jumlah terbanyak adalah di kecamatan
Kutawaluya dan Pedes, sebanyak masing-masing 10 desa.
Tabel III.3
Akses Masyarakat Terhadap Sanitasi Dasar
No Indikator Tahun
2007 2008
Jumlah KK
Akses % Jumlah KK
Akses %
1. Masyarakat Akses terhadap Sarana Air Bersih
527.117 292.363 55,46 527.117 380.007 72,09
2. Jamban Keluarga yang memenuhi syarat
527.117 248.868 47,21 527.117 298.642 56,65
3. Saluran Pembuangan Air Limbah yang memenuhi syarat
527.117 238.208 45,19 527.117 297.760 56,48
4. Rumah Sehat 527.117 258.817 49,10 527.117 297.640 56,46
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang
C. Kesehatan
1. Kelahiran dan Kematian
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catpil selama tahun 2009,
tercatat jumlah kelahiran sebanyak 52.741 jiwa. Jumlah kelahiran terbanyak
tercatat di kecamatan Karawang Barat yaitu 3.917 jiwa, sedangkan jumlah
kelahiran terkecil tercatat di kecamatan Pangkalan yaitu 771 jiwa.
Rata-rata kelahiran tiap bulan yaitu 4.393 jiwa, sedangkan rata-rata
kelahiran tiap kecamatan yaitu 1.758 jiwa.
Sedangkan jumlah kematian selama tahun 2009 tercatat, sebanyak 789
jiwa, yang terdiri dari perempuan 390 jiwa dan laki-laki 399 jiwa (Buku Data,
Tabel DS-7). Jumlah kematian tertinggi tercatat di kecamatan Karawang Barat
yaitu 85 jiwa, sedangkan terendah di kecamatan Pakisjaya, yaitu 4 jiwa.
43
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Rata-rata jumlah kematian tiap bulan yaitu 66 jiwa, sedangkan rata-rata
jumlah kematian tiap kecamatan yaitu 26 jiwa.
Angka harapan hidup Karawang meningkat dari 66,12 tahun pada tahun
2004 menjadi 67,44 tahun pada tahun 2008. Angka kematian bayi pada tahun
2004 sebesar 55,7 per 1000 kelahiran hidup, hingga mencapai 39,07 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2008. Artinya sepanjang rentang waktu 5 tahun angka
kematian bayi mengalami penurunan yang sangat signifikan sebagai dampak
pelaksanaan pembangunan di segala bidang, termasuk intervensi program
kesehatan yang sangat intensif dilaksanakan di wilayah ini.
Namun terjadinya berbagai kasus mengenai prevelensi balita kekurangan
energi dan protein, terutama berkaitan dengan masalah busung lapar yang banyak
diberitakan di berbagai media, menyebabkan peluang kenaikan angka kematian
bayi sangat mungkin terjadi.
2. Jenis Penyakit Utama
Berdasarkan data Dinas Kesehatan, sampai dengan Agustus tahun 2009,
jenis penyakit utama yang diderita masyarakat Kabupaten Karawang sebanyak
10 jenis, terdiri dari; ISPA akut tidak spesifik, gejala ISPA, batuk, tukak lambung,
influenza, hipertensi primer, nasofaringus akut, diare dan gastroenteritis tidak
spesifik, Demam yang tidak diketahui sebabnya dan myalgia dengan jumlah
penderitanya secara keseluruhan mencapai 875.963 orang. (Buku Data, Tabel
DS-8).
Gambar 3.9 Jenis dan Jumlah Penderita Penyakit Utama Tahun 2009
0
50
100
150
200
Jenis Penyakit Utama
Ju
mla
h P
en
deri
ta (
Rib
u)
ISPA Akut
Gejala ISPA
Batuk
Tukak lambung
Influenza
Hipertensi primer
Nasofaringus akut
Diare
Myalgia
Demam
44
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
3. Sarana Kesehatan
a. Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling
Pada tahun 2008 jumlah puskesmas yang ada di Kabupaten Karawang ada
44 buah yang terdiri dari 31 puskesmas tanpa perawatan dan 13 puskesmas
dengan tempat perawatan (DTP). Dengan demikian rasio puskesmas terhadap
penduduk adalah 1 puskesmas untuk setiap 47.600 penduduk. Angka ini masih
lebih tinggi dari standar nasional yaitu 1 puskesmas untuk 30.000 penduduk.
Jumlah puskesmas pembantu (Pustu) yang ada di Kabupaten Karawang
ada 71 pustu, tetapi tidak semua pustu berjalan karena pustu rusak berat
ataupun tidak ada petugas. Sedangkan rasio pustu terhadap puskesma adalah 1
: 1,61, jadi rata-rata setiap puskesmas memiliki 1-2 buah pustu.
Jumlah kendaraan puskesmas keliling roda empat pada tahun 2008 adalah
36 buah. Rasio pusling terhadap puskesmas adalah 1. Jadi hampir semua
puskesmas memiliki pusling.
Tabel III.4 Jumlah Sarana Kesehatan Di Kabupaten Karawang
Sumber: Dinas Kesehatan Karawang
b. Rumah Sakit
Rumah sakit yang ada di Kabupaten Karawang berjumlah 13 buah, yang
terdiri dari 1 rumah sakit milik Pemda (tipe B) dan 12 rumah sakit milik swasta.
Jumlah tempat tidur sebanyak 1.177 buah dengan rincian; RSUD Karawang 318
tempat tidur, R.S. Islam Karawang 73 tempat tidur, R.S. Dewi Sri 114 tempat
tidur, R.S. Bayukarta 109 tempat tidur, R.S. Karya Husada 106 tempat tidur, R.S.
45
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Saraswati 62 tempat tidur dan R.S. Proklamasi 52 tempat tidur, R.S. Delima Asih
43 tempat tidur, R.S. Cito 122 tempat tidur, R.S. Aqma 60 tempat tidur, R.S. Fikri
Medika 50 tempat tidur, R.S. Intan Barokah 48 tempat tidur, R.S.I.B. Djoko
Pramono 20 tempat tidur.
Apabila jumlah tempat tidur dibandingkan dengan jumlah penduduk di
Kabupaten Karawang tahun 2009 (2.094.408 jiwa) maka satu tempat tidur
melayani 1.779 penduduk. Bila ditinjau dari rasio tempat tidur dibandingkan
dengan jumlah penduduk, maka makin tinggi rasio makin sedikit fasilitas sarana
yang tersedia. Standar WHO untuk jangkauan pelayanan rumah sakit adalah 1
tempat tidur untuk 500 penduduk.
D. Pertanian
Kabupaten Karawang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025, mempunyai basis pembangunan pada
sektor pertanian dan industri, sebagaimana dijabarkan dalam salah satu visinya
“Karawang sejahtera berbasis pertanian dan industri”. Hal ini didasarkan pada
fakta bahwa Karawang merupakan daerah pertanian teknis yang subur, yang
menjadi karakteristik kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan memberikan
manfaat bagi peningkatan pendapatan serta menjamin ketahanan pangan. Di
samping itu keberadaan industri di Karawang secara eksisting memiliki potensi
untuk semakin tumbuh, baik yang berbasis sumber daya alam, maupun yang
memanfaatkan keuntungan faktor lokasi Karawang yang strategis (karena
dihimpit dua ibukota, yakni ibukota Provinsi Jawa Barat, Bandung, dan ibukota
Indonesia, DKI Jakarta).
Dengan demikian Karawang melaksanakan pembangunan melalui dua
kegiatan besar tersebut yang tentunya akan mempunyai dampak baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap kualitas lingkungan khususnya di
Kabupaten Karawang. Di dalam bab ini akan tergambar beberapa pengaruh dari
adanya kegiatan pertanian khususnya bagi lingkungan.
1. Luas Lahan Sawah dan Hasil Produksi per Hektar
Lahan sawah di Kabupaten Karawang adalah cukup luas sehingga predikat
Karawang sebagai lumbung padi Jawa Barat tetap melekat. Sesuai data pada
Tabel SE-4 adalah sebagai berikut:
46
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
a. Kecamatan di Kabupaten Karawang yang mempunyai sawah terluas
adalah Tempuran, maka total produksi gabah adalah paling besar pula,
dengan rata-rata produk per hektar sebesar 7,09 ton/Ha.
b. Untuk kualitas produksi gabah per hektar yang paling besar adalah
Kecamatan Telukjambe Timur yakni sebesar 7,25 ton/Ha. Adapun rata-rata
produksi gabah di Karawang adalah 6,7 ton/Ha.
c. Maksimal frekuensi tanam di Karawang adalah 2 (dua) kali dalam setahun.
Sebagian besar daerah sudah menerapkan pola tanam tersebut dan hanya
daerah di 9 (sembilan) kecamatan saja yang dalam setahun sawahnya
hanya dapat ditanam padi 1 (satu) kali. Paling rendah frekuensi tanamnya
adalah di Kecamatan Ciampel yang rata-rata setahun hanya 1,22 kali
tanam padi.
Tabel III.5 Laporan Penggunaan Lahan Kabupaten Karawang Tahun 2008
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Karawang
Keterangan : *) Ditanami Palawija, Tanaman semusimlainnya atau tidak ditanami selama ≤ 1 Tahun **) Lebih dari 1 tahun tetapi ≤ 2 tahun, termasuk lahan sawah yang tidak diusahakan > 2 tahun
Tiga Kali Dua Kali Satu Kali ( 3+4+5+6+7 )
2 3 4 5 6 7 8
LAHAN PERTANIAN
Lahan Sawah
a. Irigasi Teknis 481,00 82.415,00 0,00 125,00 0,00 83.021,00
b. Irigasi Setengah Teknis 0,00 3.852,00 0,00 0,00 0,00 3.852,00
c. Irigasi sederhana 0,00 2.878,00 108,00 0,00 0,00 2.986,00
d. Irigasi Desa / Non PU 0,00 799,00 0,00 380,00 0,00 1.179,00
e. Tadah Hujan 0,00 741,00 2.199,00 0,00 333,00 3.273,00
f. Pasang surut 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
g. Lebak 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
h. Lainnya ( Polder, Rembesan, dll ) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah sawah 481,00 90.685,00 2.307,00 505,00 333,00 94.311,00
Luas3
5.374,00
3.203,00
412,00
1.566,00
13.264,00
0,00
597,00
333,00
10.704,00
35.453,00
23.398,00
14.601,00
197,00
7.367,00
45.563,00
175.327,00Total ( Luas Wilayah Kecamatan ) = Jumlah Lahan Sawah + Jumlah Lahan Pertanian Bukan Sawah + Jumlah Lahan
Bukan Pertanian
a. Rumah, Bangunan dan Halaman sekitarnya
b. Hutan Negara
c. Rawa-rawa ( tidak ditanami )
d. Lainnya ( jalan, sungai, danau, lahan tandus, dll )
JUMLAH LAHAN BUKAN PERTANIAN
f. Pasang Surut
g. Kolam / Tebat / Empang
h. Sementara Tidak Diusahakan **)
i. Lainnya ( Pekarangan yang ditanami tanaman pertanian, dll )
Jumlah Lahan Bukan Sawah
2 LAHAN BUKAN PERTANIAN
1 2
1.2 Lahan Bukan Sawah
a. Tegal / Kebun
b. Ladang / Huma
c. Perkebunan
d. Ditanami Pohon / Hutan Rakyat
e. Tambak
1
1.
1.1
No Penggunaan Lahan
No Penggunaan Lahan
Realisasi Dalam Satu TahunJumlah
Ditanam Padi Tidak
Ditanami
Padi *)
Sementara
Tidak
Diusahakan
47
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
2. Produksi Tanaman Palawija menurut Jenis Tanaman
Beberapa tanaman palawija yang ditanam masyarakat Karawang antara
lain: jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah. Menurut data dari
Dinas Pertanian dan Kehutanan pada tahun 2008, sesuai Tabel SE-5, hasil
produksinya adalah sebagai berikut:
a. Produksi terbesar setelah padi adalah ubi kayu, yang paling banyak
ditanam di daerah Tegalwaru yang bisa menghasilkan hingga 2.903 ton
dalam tahun 2008.
b. Selanjutnya adalah jagung dengan total produksi setahun 1.934 ton.
c. Untuk kedelai produksinya sedikit, mencapai 299 ton setahun.
3. Penggunaan Pupuk untuk Tanaman Padi dan Palawija
a. Berdasarkan data Tabel SE-8 di atas, tanaman padi menggunakan pupuk
jenis urea, SP.36, KCl, dan PPC.
b. Untuk tanaman palawija lain, tidak tersedia data.
4. Jumlah Hewan Ternak Menurut Jenis Ternak
a. Berdasarkan data pada Buku Data, Tabel SE-10, binatang ternak
terbanyak adalah domba kemudian kambing. Yang paling kecil adalah sapi
perah.
b. Sapi perah hanya ada di wilayah Kecamatan Karawang Barat dan Klari.
c. Untuk sapi potong paling banyak terdapat di daerah Pangkalan.
d. Binatang babi diternakkan di daerah Cibuaya dan Karawang Barat.
5. Jumlah Hewan Unggas menurut Jenis Unggas
a. Binatang unggas terbanyak yang diternakkan di daerah Karawang adalah
jenis ayam pedaging, kemudian itik, ayam kampung, dan terkecil ayam
petelur.
b. Ayam pedaging paling banyak terdapat di daerah Telagasari, dengan
produksi hingga 820 ribu ekor dalam setahun.
c. Itik paling banyak terdapat di daerah Pakisjaya, dengan produksi hingga
539 ribu ekor setahun.
d. Ayam kampung banyak terdapat di Klari, dengan produksi hingga 219 ribu
ekor setahun.
47.a
6. Perkiraan Emisi CH4 yang dihasilkan
a. Dari Tabel SP-6 pada Buku Data, terlihat bahwa aktivitas penanaman padi
di sawah mempunyai dampak terjadinya emisi CH4, yang mana semakin
luas lahan maka gas metan yang terlepas ke udara juga semakin banyak.
b. Dengan jumlah lahan sawah 94.311 Ha, Kabupaten Karawang diperkirakan
telah menyumbangkan emisi CH4 ke atmosfer sebanyak 28.990 ton dari
aktivitas pertanian dalam tahun 2009.
c. Dari Tabel SP-8 pada buku data, terlihat bahwa aktivitas pertanian yang
dalam hal ini khusus pada penggunaan pupuk urea, telah berdampak pada
terjadinya peningkatan emisi CH4 yang dilepaskan ke udara. Semakin
banyak konsumsi pupuk urea maka gas metan yang terlepas ke udara juga
semakin banyak.
d. Kabupaten Karawang diperkirakan telah menyumbangkan emisi CH4 ke
atmosfer sebanyak 7.433 ton dari aktivitas pengguaan urea dalam tahun
2009.
e. Dari Tabel SP-7 pada Buku Data, terlihat bahwa aktivitas peternakan juga
mempunyai dampak terhadap terjadinya peningkatan emisi CH4 yang
dibuang ke udara, yang mana semakin banyak jumlah binatang ternak
maka gas metan yang terlepas ke udara juga semakin banyak.
f. Berdasarkan data Dinas Peternakan Kabupaten Karawang, jumlah hewan
ternak (sapi perah, sapi potong, kerbau, kuda, kambing, domba dan babi)
yang ada pada tahun 2009 sebanyak 1.271.089 ekor dan hewan unggas
(ayam kampung, ayam petelur, ayam pedaging dan itik) sebanyak
10.057.481 ekor.
g. Kabupaten Karawang diperkirakan telah menyumbangkan emisi CH4 ke
atmosfer sebanyak 550 ton dari aktivitas peternakan dalam tahun 2009,
yang terdiri dari 314,78 ton dari hewan ternak dan 234,74 ton dari hewan
unggas.
48
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
E. Industri
Berkaitan dengan pertumbuhan sektor industri, pengembangannya
diarahkan untuk tidak mengurangi areal sawah teknis. Pengembangan diarahkan
untuk mendukung dan memperkuat pembangunan di sektor pertanian, sehingga
tidak menghilangkan fungsi Karawang sebagai lumbung padi Jawa Barat.
Bahkan kebijakan pemerintah daerah diarahkan agar Kabupaten Karawang tetap
mempunyai fungsi ganda sebagai lumbung padi dan daerah pengembangan
industri.
Menurut konsep BPS, Industri dibedakan menjadi Industri Besar, Sedang,
Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga. Pengelompokkan tersebut beradasarkan
jumlah tenaga kerja yaitu yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih
digolongkan Industri Besar, Industri Sedang memiliki tenaga kerja 20–99 orang,
Industri Kecil mempunyai tenaga kerja 5–19 orang, dan Insutri Kerajinan Rumah
Tangga kerjanya berjumlah kurang dari 5 orang.
Berdasarkan data dari Departemen Perindustrian, pengelompokkan industri
didasarkan pada jenis produksi, yaitu Logam Mesin & Rekayasa, Aneka
Elektronika, Tekstil, Alat Angkut, Kimia, Agro, Pulp & Kertas serta hasil hutan.
Pada industri kecil juga dibedakan atas formal dan non formal.
Sejak diterbitkannya Keppres Nomor 53 tahun 1989 tentang
Pengembangan Kawasan Industri, Kabupaten Karawang telah ditetapkan
sebagai daerah pengembangan kawasan industri. Jumlah industri pada sampai
dengan tahun 2008 mencapai 9.409 unit, terdiri atas PMA 295 unit, PMDN 187
unit dan non fasilitas 96 unit serta industri kecil 8.831 unit. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Buku Data, Tabel SE-12 dan SE-13.
Gambar 3.10 Jumlah Industri menurut Skala (a) dan Jumlah Industri
Skala Besar menurut Jenis Modal (b)
578
8831
Industri Besar Industri kecil
295
187
97
PMA PMDN Non Fasilitas
49
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
F. Pertambangan
Berdasarkan data sampai dengan tahun 2008, tercatat ada 15 kegiatan
pertambangan galian C seluas kurang lebih 89,56 Ha yang tersebar di wilayah
Kabupaten Karawang seperti; andesit, pasir laut, tanah merah, batu
gamping/kapur, dan tanah lempung (Buku Data, Tabel SE-14).
Dari 15 kegiatan pertambangan, 9 diantaranya tidak memiliki izin resmi
dari instansi terkait, karena berada di lingkungan masyarakat yang sudah turun-
temurun mengusahakan tambang batu kapur dan pasir tersebut.
G. Energi
Berdasarkan data Dinas Perhubungan pada tahun 2008, terdapat 11.768
unit kendaraan bermotor, selain roda dua dengan berbagai jenis. (Buku Data,
Tabel SE-16).
Jenis kendaraan terbanyak adalah pick-up (5.179 unit), sedangkan paling
sedikit adalah, bajaj, kendaraan khusus kecil dan kendaraan khusus besar
(masing-masing 1 unit). Tidak diperoleh data jumlah penggunaan bahan bakar
masing-masing kendaraan bermotor tersebut, akan tetapi berdasarkan asumsi
survei perilaku penggunaan BBM, BPPH Migas, tahun 2008, didapatkan
sebagaimana tabel III.6 berikut:
Tabel III.6 Asumsi Penggunaan BBM Kendaraan Bermotor
No. Jenis Kendaraan Premium (liter/hari)
Solar (liter/hari)
1 Beban 11,85 17,45
2 Penumpang pribadi 9,90 11,96
3 Penumpang umum 24,74 28,68
4 Bus besar pribadi -- 34,68
5 Bus besar umum -- 84,29
6 Bus kecil pribadi -- 17,77
7 Bus kecil umum -- 45,52
8 Truk besar -- 61,54
9 Truk kecil -- 20,74
10 Roda tiga 10,16 --
11 Roda dua 1,85 -- Sumber : Survei Perilaku Penggunaan BBM bersubsidi, BPH Migas, 2008
50
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Berdasarkan data Bidang Pertambangan, seperti pada Buku Data, Tabel
SE-17, tercatat 41 SPBU yang ada di Kabupaten Karawang, namun belum
diperoleh data jumlah penjualan bahan bakar minyak (BBM) per bulannya.
H. Transportasi
Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat berperan
dalam pembangunan ekonomi yang menyeluruh. Perkembangan sektor
transportasi akan secara langsung mencerminkan pertumbuhan pembangunan
ekonomi yang berjalan. Namun demikian sektor ini dikenal pula sebagai salah
satu sektor yang dapat memberikan dampak terhadap lingkungan dalam
cakupan spasial dan temporal yang besar.
Transportasi atau pengangkutan adalah perpindahan dari suatu tempat
ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan
oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin.
Ada lima unsur pokok transportasi , yaitu :
Manusia, sebagai pengguna transportasi
Barang, sebagai objek dari pengguna transportasi
Kendaraan, sebagai sarana transportasi
Jalan, sebagai prasarana transportasi
Organisasi, sebagai pengelola transportasi
Isu mengenai dampak lingkungan akibat transportasi merupakan isu yang
telah muncul sejak ditemukannya kendaraan bermotor yang menggunakan
bahan bakar fosil. Data lingkungan yang ada menunjukkan bahwa sektor
transportasi umumnya berkontribusi sekitar 23% dari emisi gas CO (carbon
monoxide/green house gas) dan tumbuh lebih cepat dari penggunaan energi di
sektor lainnya.
Faktor-faktor lingkungan yang timbul akibat aktivitas transportasi umumnya
terkait dengan; kebisingan, polusi udara, tundaan pejalan kaki, kecelakaan lalu
lintas, stress bagi pengemudi dan kesehatan masyarakat.
Faktor penting yang menyebabkan dominannya pengaruh sektor
transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia antara lain:
Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial).
Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang
ada.
51
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya
kegiatan-kegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota.
Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang
ada, misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat
kota.
Kesamaan waktu aliran lalu lintas.
Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor.
Faktor perawatan kendaraan.
Jenis bahan bakar yang digunakan.
Jenis permukaan jalan.
Siklus dan pola mengemudi (driving pattern).
1. Sarana Terminal Kendaraan Penumpang Umum
Terminal merupakan sarana penunjang kelancaran transoprtasi.
Keberadaan terminal penumpang kendaraan umum menjadi sangat penting
mengingat sebagian besar masyarakat Karawang masih mengandalkan
kendaraan umum sebagai sarana transportasi. Sebagai salah satu Kabupaten
yang memiliki beberapa kawasan industri, Karawang menjadi salah satu tujuan
bagi para pendatang yang bermaksud menjadi pekerja di industri yang tersebar
di beberapa wilayah di Karawang.
Guna memperlancar arus pendatang tersebut maka diperlukan sarana
terminal yang memadai. Lokasi terminal yang strategis, yang memiliki fasilitas
yang cukup memadai, serta mampu menampung Kendaran antar kota antar
provinsi belum optimal. Kondisi luas beberapa terminal yang ada di kabupaten
Karawang seperti pada Buku Data, Tabel SE-21:
a. Terminal Klari yang merupakan terminal utama di kabupaten Karawang,
hanya memiliki luas kawasan sekitar 6.188 m2. Dengan kondisi ini maka
terminal hanya mampu menampung beberapa kendaraan bis antar kota
dalam propinsi yang melayani trayek tertentu saja.
b. Terminal tanjungpura dan terminal Cikampek yang terkategori pada
terminal tipe C berfungsi sebagai terminal untuk trayek menuju ke
beberapa kecamatan di Karawang.
52
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
2. Limbah Padat dari Sarana Transportasi
Terminal sebagai tempat bertemunya penumpang sebagai pengguna jasa
transportasi dengan kendaraan sebagai alat transportasi, akan menimbulkan
beberepa dampak bagi lingkungan. Selain tentu saja menimbulkan pencemaran
udara yang diakibatkan oleh gas buang dari kendaraan bermotor, sampah
menjadi permasalahan yang umum. Seringkali terminal menjadi tempat para
pedangan asongan dan pedagang kaki lima untuk berjualan.
Hal ini memeberikan dampak ikutan, dimana sampah-sampah terutama
sampah organik yang berasal seringkali tidak tertangani. Selain dikarenakan
kesadaran para pengguna sarana terminal masih sangat rendah, fasilitas berupa
tempat sampah pun masih dirasa kurang (Buku Data, Tabel SP-12):
h. Volume tempat penampungan sampah sementara di terminal Klari sebagai
terminal terbesar di Kabupaten Karawang mampu menampung sampah
sebanyak 1,9 m3/hari.
i. Terminal Tanjungpura dan terminal Cikampek sebagai terminal pembantu
masing-masing mampu menampung volume limbah padat sebanyak 1,2
m3/hari dan 1,5 m3/hari.
I. Pariwisata
Kabupaten Karawang memiliki banyak objek wisata yang dapat dijadikan
sebagai tujuan wisata keluarga. Keberadaan objek wisata alam misalnya yang
terdapat di dua wilayah berbeda misalnya wisata bahari di sepanjang jalur utara
Kabupaten Karawang dan Wisata Hutan dan dataran tinggi/pegunungan di
sepanjang jalur selatan. Berikut sekilas gambaran objek wisata di Karawang.
1. Lokasi dan Luas Kawasan Wisata di Kabupaten Karawang
Kabupaten Karawang sebelah utara dibatasi oleh laut jawa sedangkan
sebelah tenggara berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Cianjur. Dengan
demikian di sebelah utara memiliki potensi wisata bahari, dan di sebelah
tenggara memilik potensi wisata alam berupa air terjun. Meskipun
pengelolaannya msih belum optimal, tetapi objek-objek wisata tersebut masih
potensial untuk dikembangkan. Adapun luas kawasan yang menjadi objek wisata
53
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
unggulan di kabupaten Karawang, sesuai data pada Buku Data, Tabel SE-24
adalah sebagai berikut:
a. Pantai Tanjungpakis di Kecamatan Pakisjaya dengan panjang pantai 7 km
membentang meliputi Blok Bungin, Karangjaya dan Pakis I. Objek wisata
ini terletak di ujung sebelah utara Karawang yang berbatasan dengan
wilayah Kabupaten Bekasi, lokasinya terletak di Desa Tanjung Pakis, jarak
dari kota ke lokasi ini cukup jauh jika dengan menggunakan sepeda motor
dibutuhkan waktu sekira 1 jam untuk mencapai lokasi wisata ini. Lokasi ini
cukup nyaman, dan telah dikelola secara profesional oleh perusahaan
pariwisata PT. JHI sejak tahun 2000-an yang lalu, rata-rata pengunjung
yang datang ke lokasi ini tidak kurang dari 1000 orang setiap bulannya dan
ini merupakan salah satu objek wisata unggulan Kabupaten Karawang.
Luas kawasan wisatanya mencapai 5 Ha.
b. Karawang juga memiliki objek wisata alam pegunungan yang cukup luas,
daya tarik wisata pegunungan ini adalah terdapatnya beberapa air terjun
alam yang disebut dengan Curug, yaitu Curug Cigentis, yang terletak di
kaki gunung sanggabuana. Pada sekitar tahun 1990-an objek wisata ini
banyak dikunjungi wisatawan dari dalam dan luar daerah, namun sekarang
ini objek wisata tersebut relatif kurang pengunjungnya dan pemerintah
Kecamatan Tegalwaru telah mencanangkan program wisata unggulan di
wilayah ini untuk menarik kembali para wisatawan yang ingin berkunjung
ke wilayah ini. Luas kawasan wisatanya mencapai 10 Ha.
c. Pantai Pisangan juga memiliki daya tarik pantai yang cukup bagus.
Lokasinya terletak di sebelah utara Karawang tepatnya di Kecamatan
Cibuaya, objek wisata ini masih belum dikelola secara optimal mengingat
tepi pantai yang relatif lebih sempit jika dibandingkan dengan pantai
Tanjungpakis. Luas kawasan wisatanya mencapai 12 Ha.
d. Lokasi objek wisata Tanjungbaru ini berada di Kecamatan Cilamaya, jalur
menuju ke pantai ini lebih dekat dari arah Cikampek. Kondisi pantai ini
cukup baik karena lokasi ini di bangun dan dicanangkan sebagai objek
wisata unggulan Kabupaten Karawang. Luas kawasan wisatanya mencapai
9 Ha.
54
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
2. Sarana Hotel/Penginapan, Jumlah Kamar, dan Tingkat Hunian
Berdasarkan data terakhir Dinas Pariwisata Kabupaten Karawang tahun
2009, tercatat 27 hotel/penginapan yang ada di wilayah Kabupaten Karawang,
terdiri dari hotel bintang 3 (1 unit), hotel bintang 2, (4 unit), hotel bintang 1 (2
unit), hotel melati 3 (8 unit), dan hotel melati 2 (12 unit).
Jumlah kamar yang tersedia sebanyak 1.109 kamar, dengan tingkat hunian
pengunjung selama tahun 2009 sebanyak 140.484 pengunjung, atau rata-rata
pengunjung tiap bulannya mencapai 11.707 pengunjung (Buku Data, Tabel SE-
25).
3. Perkiraan Volume Limbah Padat dari Obyek Wisata
Salah satu dampak yang menyebabkan tekanan terhadap lingkungan, dari
dikembangkannya suatu kawasan menjadi daerah tujuan wisata adalah
bertambahnya sampah/limbah padat yang dihasilkan oleh para wisatawan. Untuk
kawasan pantai limbah yang terutama berasal dari hempasan gelombang laut,
semakin bertambah pada saat musim kunjungan wisata. Selain itu salah satu
faktor yang juga sangat memberikan pengaruh adalah kesadaran dari wisatawan
untuk turut serta menjaga kelestarian ekosistem.
Berdasarkan Buku Data, Tabel SP-13, diperkirakan volume limbah padat
yang berasal dari obyek wisata mencapai 12,6 m3/hari.
4. Perkiraan Beban Pencemaran Volume Limbah Padat dari Hotel
Berdasarkan Buku Data, Tabel SE-10, diperkirakan volume limbah padat
yang dihasilkan dari hotel lebih dari 8,4 m3/hari (dengan data 10 hotel). Apabila
dihitung dengan jumlah hotel mencapai 27 hotel, maka diperkirakan volume
limbah padat hotel mencapai 21,15 m3/hari.
Hotel Bestin sebagai hotel bintang 3 diperkirakan menghasilkan volume
limbah padat terbanyak yaitu sekitar 2 m3/hari. Hotel-hotel lain sebagai hotel
kelas melati diperkirakan menghasilkan limbah padat dengan volume kurang dari
1 m3/hari.
55
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
J. Limbah B3
Keanekaragaman jenis limbah akan bergantung pada aktivitas industri
serta penghasil limbah lainnya. Sebagian dari limbah industri tersebut berkatagori
hazardous waste. Tetapi jenis limbah ini juga dapat dihasilkan dari kegiatan
selain industri misalnya kegiatan pertanian (seperti penggunaan pestisida, pupuk,
dll), kegiatan enersi (seperti limbah radioaktif PLTN), rumah sakit (seperti limbah
infectisius), bahkan kegiatan rumah tangga (seperti penggunaan baterai, karbol).
Sesuai dengan PP 18/99 jo PP 85/99, padanan kata untuk hazardous waste
yang digunakan di Indonesia adalah Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,
serta disingkat menjadi Limbah B3.
Definisi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun berdasarkan BAPEDAL
(1995) adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Peraturan-peraturan yang mengatur mengenai Limbah B3:
a. UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
b. PP No. 18 tahun 1999 jo PP No.85 tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah B3;
c. PP No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan B3;
d. Permen LH No. 2 tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah B3;
e. Permen LH No. 3 tahun 2008 tentang Tatacara Pemberian simbol dan
Label B3;
f. Keputusan Kepala Bapedal yang terkait dengan limbah B3.
Proses awal pengelolaan Limbah B3 adalah identifikasi limbah yang
tergolong B3. Identifikasi ini penting artinya bila dikaitkan dengan aspek legal
yang akan mengikat setiap penghasil limbah untuk mematuhinya. Limbah B3
dapat diidentifikasi menurut sumber dan/atau uji karakteristik dan/atau pengujian
toksikologi untuk menentukan sifat akut dan/atau kronik.
Menurut sumbernya, limbah B3 dibagi menjadi:
a. Sumber tidak spesifik
56
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan
pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarut kerak,
pengemasan, dll (berdasarkan lampiran I, tabel 1, PP 85 tahun 1999).
b. Sumber spesifik
Sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat
ditentukan berdasarkan kajian ilmiah (berdasarkan lampiran I, tabel 2&3,
PP 85 tahun 1999).
c. Bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, buangan produk yang
tidak memenuhi spesifikasi
Uji karakteristik Limbah B3 meliputi:
a. Korosif
b. Reaktif
c. Mudah terbakar (ignitable dan Flamable)
d. Mudah meledak (explosive)
e. Menyebabkan infeksi (infectious)
f. Bersifat Racun (toxic)
Penentuan sifat racun Limbah B3 dilakukan dengan pemeriksaan TCLP
(Toxicity Characteristic Leaching Procedure). Baku mutu konsentrasi TCLP
terdapat pada lampiran II PP 85/1999.
Uji toksikologi dilakukan untuk menentukan sifat akut dan atau kronik suatu
limbah. Sifat akut limbah ditentukan dengan pengukuran nilai LD50. Apabila nilai
LD50 > 50 mg/kg berat badan maka dilakukan evaluasi sifat kronis (Lampiran III
PP 85/1999).
Secara teknis operasional, pengelolaan Limbah B3 menurut PP 18/99 jo
PP 85/99 merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari upaya reduksi limbah
yang akan terbentuk sampai terbentuknya limbah oleh penghasil. Kemudian yang
selanjutnya adalah penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan,
dan pengolahan/penimbunan limbah. Setiap kegiatan tersebut wajib disertai
dokumen.
Batas waktu bagi penghasil limbah untuk menyimpan limbahnya sebelum
dikelola oleh pihak yang berwenang adalah 90 hari. Selama penyimpanan
tersebut, maka penghasil limbah dikenai kewajiban untuk mematuhi tata cara
penyimpanan bagi Limbah B3. Kewajiban penghasil Limbah B3 yaitu:
57
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
a. Mereduksi Limbah B3, baik dengan memanfaatkannya sendiri maupun
memberikannya kepada pihak pemanfaat
b. Mengolah Limbah B3 sendiri atau memberikannya kepada pihak pengolah
(dalam atau luar negeri)
c. Menimbun Limbah B3
d. Mendata limbahnya secara baik, yang mencakup : jenis, karakteristik,
jumlah dan waktu, baik pada saat limbah dihasilkan maupun pada saat
limbah tersebut diserahkan kepada pengelola berikutnya.
e. Menyampaikan catatan tersebut sekurang-kurangnya 6 bulan sekali
kepada instansi terkait dan bupati/walikota.
Kewajiban pengumpul Limbah B3 diantaranya :
a. Membuat dan menyimpan catatan mengenai jenis, karakteristik dan jumlah
B3 yang dihasilkan serta nama pengangkut dan pihak
pengumpul/pemanfaat/pengolah/penimbun.
b. Menyampaikan catatan tersebut sekurang-kurangnya 6 bulan sekali
kepada instansi terkait dan bupati/walikota.
c. Menyimpan paling lama 90 hari.
Pengangkutan Limbah B3 dapat dilakukan oleh badan usaha ataupun
penghasil sendiri. Proses pemindahan Limbah B3 dari penghasil ke pengumpul
dan/atau pengolah termasuk ke tempat penimbunan akhir dengan menggunakan
alat angkut. Alat angkut yang digunakan harus sesuai dengan peraturan tentang
angkutan yang ada, yaitu; perkeretaapian (UU 13/1992), angkutan darat (UU
14/1992), penerbangan (UU 15/1992), dan pelayaran (UU 21/1992).
Pemanfaatan Limbah B3 dapat dilakukan oleh penghasil atau badan usaha
yang mempunyai ijin. Kep-04/Bapedal/09/1995 mengatur tata cara penimbunan.
Penanggung jawab kegiatan tersebut wajib menyampaikan laporan mengenai
pengolahan dan pengurugan limbahnya serta hasil pemantauan baku mutu
limbah yang dihasilkan sekurang-kurangnya 3 bulan sekali kepada Kepala
Bapedal dengan tembusan kepada Bupati/Walikota dan Gubernur.
1. Kondisi Eksisting
Sebelum krisis ekonomi 1997, Negara-negara di wilayah asia dan pasifik
secara keseluruhan memperlihatkan pertumbuhan industri yang kuat bila
dibandingkan dengan tempat-tempat lain di dunia. Di Kabupaten Karawang
58
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Beberapa Jenis Limbah B3 yang
di timbulkan oleh Industri di Kab. Karawang
Oli Bekas
Pelarut
Milk Sludge
Scrap
Used Rags
Epoxy Resin
Bottom Ash
Contaminated Goods
Cull Resin
WWT Sludge
Rejected
Rubber
terdapat sekitar 426 buah industri dan sekitar 45 buah perusahaan yang terdaftar
menghasilkan Limbah B3 berdasarkan dokumen manifest B3 yang dilaporkan ke
BPLH (Buku Data, Tabel SP-15).
Sebagian besar perusahaan menghasilkan Limbah B3 berupa oli bekas
dan pelarut. Selain itu bentuk Limbah B3 yang dihasilkan diantaranya scrap, milk
sludge, used rags, epoxy resin, organic waste, Bottom ash, Contaminated goods,
Contaminated Packaging can&tube, Cull resin, WWT sludge dan rejected rubber.
Kep 68/Bapedal/05/1994 mengatur tentang tata cara memperoleh ijin
penyimpanan, pengumpulan, pengoperasian alat pengolahan dan pengurugan
Limbah B3.
Gambar 3.11 Jenis Limbah B3 yang dihasilkan Industri di Kabupaten Karawang
Keputusan tersebut menegaskan keharusan memiliki ijin dari bapedal bagi
setiap usaha atau kegiatan di bidang pengelolaan Limbah B3. Beberapa
perusahaan yang telah terdaftar sebagai pengelola Limbah B3 yang telah
mendapatkan ijin dari KLH dapat dilihat pada Tabel SP-16.a. Sebagian besar
perusahaan tersebut mengolah limbah pelumas.
Beberapa permasalahan mengenai pengelolaan Limbah B3 yang ada saat
ini di lingkungan Kabupaten Karawang diantaranya:
a. Kurang adanya kesadaran industri akan pengelolaan Limbah B3 yang
dihasilkan. Selain karena biaya pengelolaan yang dianggap cukup tinggi,
industri-industri tersebut juga kurang memperhatikan mengenai UU No. 32
tahun 2009 tentang PPLH.
59
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
b. Perijinan mengenai pengelolaan Limbah B3 masih terpusat di Kementerian
Lingkungan Hidup RI. Hal ini diakibatkan karena belum adanya perda yang
mengatur mengenai pengelolaan Limbah B3 di Kabupaten Karawang
sebagai tindak lanjut dari UU No. 32 tahun 2009 tentang PPLH.
2. Penanganan
a. Limbah B3 harus ditangani secara khusus mengingat bahaya dan resiko
yang mungkin ditimbulkan apabila limbah tersebut menyebar ke
lingkungan, mulai dari proses pengemasan, penyimpanan, dan
pengangkutannya.
b. Pengemasan Limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah.
Namun secara umum kemasan Limbah B3 harus memiliki kondisi yang
baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang
tidak dapat bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya.
c. Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap,
dimana kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak
bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam atau luar
kemasan.
d. Limbah B3 yang dihasilkan harus disimpan dengan perlakuan khusus
sebelum akhirnya diolah. Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem
blok dan tiap blok terdiri atas 2x2 kemasan. Limbah-limbah harus
diletakkan dan terhindar dari kontak antarlimbah yang tidak kompatibel.
e. Bangunan penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak
bergelombang, dan melandai kearah bak penampung dengan kemiringan
maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi yang baik, terlindung
dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan
system penangkal petir.
f. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan penyimpan
yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk memudahkan
keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan
korosi.
g. Mengenai pengangkutan Limbah B3, persyaratan yang harus dipenuhi
kemasan diantaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi
60
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan
dalam jumlah yang berarti.
h. Selain itu, kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektifitas
kemasan tidak berkurang selama pengangkutan.
i. Limbah gas yang mudah terbakar harus dilengkapi dengan head shields
pada kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas
untuk mencegah kenaikan suhu yang cepat.
61
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
BAB IV UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
A. Rehabilitasi Lingkungan
1. Rencana dan Realisasi Kegiatan Penghijauan
Upaya penghijauan melalui penanaman pohon baik pohon pelindung
maupun pohon produktif terus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang
melalui kegiatan-kegiatan seperti Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK),
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL), Kegiatan Hutan
Rakyat, kegiatan pengkayaan hutan, dan kegiatan hutan kota, dimana
pelaksanaan kegiatan tersebut dimotori oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan
Kabupaten Karawang dan instansi terkait lainnya.
Pada Tahun 2009, kegiatan penghijauan direncanakan tersebar di 11
Kecamatan dengan luas area rehabilitasi sebanyak 3.260 Ha dan jumlah bibit
pohon yang ditanam sebanyak 1.789.000 bibit pohon, termasuk didalamnya bibit
pohon mangrove untuk wilayah pesisir. Realisasi kegiatan dimulai bulan
Nopember dan Desember, dan saat ini telah terealisasi seluruhnya.
11 Kecamatan yang menjadi sasaran kegiatan antara lain: Tegalwaru,
Pangkalan, Ciampel, Tirtajaya, Cimaya Wetan, Cibuaya, Pedes, Telukjambe
Barat, Telukjambe Timur, Karawang Barat dan Rengasdengklok.
2. Rencana dan Realisasi Kegiatan Reboisasi
Kegiatan reboisasi terhadap kawasan hutan pada Tahun 2009 juga
dilakukan oleh Perum Perhutani yang salah satu wilayah kerjanya mencakup
wilayah Purwakarta dan Karawang.
Kegiatan reboisasi yang direncanakan seluas 1.641,15 Ha dengan jumlah
pohon yang ditanam sebanyak 1.686.507 bibit pohon yang tersebar di 8
Kecamatan antara lain; Kecamatan Batujaya, Ciampel, Cibuaya, Pangkalan,
Tegalwaru, Telukjambe Barat, Telukjambe Timur dan Tirtajaya. Pelaksanaan
kegiatan dimulai bulan Nopember dan Desember, dan saat ini telah terealisasi
seluruhnya sesuai yang direncanakan.
62
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
3. Kegiatan Fisik Lainnya
Beberapa kegiatan fisik yang secara langsung maupun tidak langsung
terkait dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan dilakukan oleh
instansi terkait di Kabupaten Karawang seperti; Dinas Pertanian dan Kehutanan,
Dinas Ciptakarya, Dinas Binamarga, Dinas Kesehatan dan Dinas Perikanan dan
Kelautan.
Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain terkait dengan reboisasi hutan,
penanaman mangrove, perluasan ruang terbuka hijau (RTH), pengelolaan
persampahan, pembuatan dan perbaikan drainase dan jalan dipermukiman,
normalisasi sungai dan saluran air serta penyediaan air bersih.
Gambar 4.1
Kegiatan Fisik Upaya Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
B. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
1. Rekomendasi AMDAL/UKL-UPL
Berdasarkan data yang tercatat di BPLH Kabupaten Karawang, selama
tahun 2009, tidak ada rekomendasi AMDAL yang ditetapkan, sedangkan
dokumen UKL-UPL yang ditetapkan sebanyak 63 dokumen, yang terdiri dari 28
dokumen baru dan 35 dokumen revisi (Buku Data, Tabel UP-4).
Berdasarkan ketaatan dalam menyampaikan laporan semester
pengelolaan lingkungannya, dari 82 perusahaan yang menyampaikan laporan
semester, 10 perusahaan yang menyampaikan laporan pada semester I dan
semester II, 63 perusahaan hanya menyampaikan laporan semester I, dan 9
63
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
perusahaan hanya menyampaikan laporan semester II. (Buku Data, Tabel UP-
4.a.)
Gambar 4.2 Grafik Evaluasi Laporan Semester Pengelolaan Lingkungan Tahun 2009
2. Pengawasan Dokumen AMDAL dan UKL-UPL
Pada tahun 2009 ini, dilakukan pengawasan penerapan dokumen AMDAL
dan UKL-UPL terhadap 30 perusahaan/industri baik di lingkup Zona maupun
Kawasan Industri, melalui kegiatan Evaluasi Penerapan Dokumen Lingkungan
yang anggarannya berasal dari APBD Kabupaten Karawang.
Kegiatan pengawasan tersebut dilaksanakan mulai tanggal 13 januari
sampai dengan 19 Maret 2009 oleh Bidang Bina Hukum dan Dampak
Lingkungan, BPLH Kabupaten Karawang.
Dari 30 perusahaan yang diawasi, tercatat 11 perusahaan menyampaikan
laporan semester secara aktif, 13 perusahaan belum aktif, 3 perusahaan
dokumennya dalam proses revisi, 2 perusahaan dokumennya dalam proses
penyusunan, serta 1 perusahaan belum memiliki dokumen UKL-UPL (Buku Data,
Tabel UP-5).
Laporan semester dapat digunakan sebagai alat pantau BPLH terhadap
penerapan dokumen lingkungan, baik dari penaatan baku mutu maupun upaya
untuk menciptakan produksi bersih (clean production).
Selain kegiatan yang bersifat rutin, pelaksanaan pengawasan dilakukan
juga terhadap perusahaan/industri atas permintaan sendiri, maupun apabila
10
63
9
Evaluasi Laporan Semester
Laporan Semester I & II
Laporan Semester I
Laporan Semester II
64
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
0
2
4
6
8
10 9
5 4
1 1
Ju
mla
h P
en
gad
ua
n
Jenis Pengaduan
Pengaduanpencemaran air
Pengaduanpencemaran udara
Pengaduanpencemaran akibatlimbah B3
Pengaduanpencemaran dankerusakan lingkungan
diduga terjadi permasalahan-permasalahan lingkungan, dimana informasinya
berasal dari laporan pengaduan masyarakat dan media massa.
Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengawasan Penerapan Dokumen Lingkungan
C. Penegakan Hukum
1. Jumlah Pengaduan Masalah Lingkungan Menurut Jenis Masalah
Pengaduan masyarakat terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup
selama tahun 2009 yang tercatat di BPLH Kabupaten Karawang sebanyak 20
pengaduan, yang terdiri dari 5 jenis pengaduan; pengaduan pencemaran air,
pencemaran udara, limbah B3, kerusakan lingkungan, dan kinerja BPLH
(Gambar 4.4).
Gambar 4.4
Grafik Jenis dan Jumlah Pengaduan Masyarakat
0
5
10
1511
13
2 1
Ju
mla
h P
eru
sah
aan
Hasil Pengawasan
Aktif
Belum aktif
ProsesPenyusunan
Belum AdaDokumen
65
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Metode pengaduan yang digunakan masyarakat antara lain 6 pengaduan
melalui surat resmi secara langsung yang ditujukan kepada BPLH, 8 pengaduan
melalui SMS gate Bupati Karawang, yang kemudian diteruskan ke BPLH, serta 6
pengaduan melalui media massa.
2. Status Pengaduan
Dari 20 pengaduan masyarakat tersebut, statusnya telah ditangani dan
ditindaklanjuti oleh BPLH bersama-sama dengan pihak terkait. Diluar itu, 1 kasus
lingkungan yang terkait dengan PT. Chun Pao Indonesia, penyelesaian kasusnya
diselesaikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).
Upaya penanganan pengaduan-pengaduan masyarakat dilakukan oleh
BPLH dan pihak terkait diantaranya dengan:
a. Melakukan verifikasi ke lokasi yang diduga terjadi permasalahan
lingkungan, dengan melakukan inventarisasi permasalahan, pengumpulan
bahan keterangan untuk memperoleh bukti dan informasi dari pihak terkait
dan masyarakat sekitar.
b. Melakukan pengujian laboratorium terhadap sampel yang diambil dari
lokasi yang diindikasikan tercemar apabila diperlukan, untuk memperkuat
analisis penyelesaian kasusnya.
c. Memfasilitasi pihak pelapor dan pihak yang dilaporkan, untuk
mendudukkan permasalahan dan diupayakan diselesaikan dengan saling
menguntungkan, berdasarkan data dan fakta yang diperoleh.
d. Apabila tidak dapat diselesaikan oleh BPLH maka akan dikoordinasikan
dengan unsur pemerintah lainnya yang lebih berkompeten untuk
penyelesaian permasalahan.
e. Untuk pengaduan lewat SMS gateway dan media massa, dilakukan
dengan peninjauan ke lokasi dan hasilnya disampaikan melalui Bagian
Humas Setda, untuk diteruskan kepada pihak-pihak terkait.
Berdasarkan tingkat kompleksitas permasalahan yang terjadi, beberapa
pengaduan yang penanganannya cukup kompleks, antara lain:
a. Penanganan pengaduan pembuangan limbah B3 di sekitar Saluran Induk
Tarum Barat, Desa Kutapohaci, Desa Mulyasari dan Desa Kutamekar,
Kecamatan Ciampel.
66
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
b. Penanganan pengaduan dugaan pencemaran dan kerusakan lingkungan
oleh PT. Atlasindo Utama, Tegalwaru. Untuk kasus PT. Atlasindo utama ini,
kejadian bermula dari sengketa lahan garapan yang dimiliki warga kampung
Cinta langgeng dengan pihak perusahaan dimaksud, masyarakat menuntut 12
kesepakatan yang ditandatangani bersama pada tanggal 06 Agustus 2009 di
Kecamatan Tegalwaru dan apabila pihak perusahaan tidak melaksanakan
kesepakatan tersebut, maka masyarakat menuntut PT. Atlasindo untuk ditutup.
Pertemuan-pertemuan seperti ini yang dimaksudkan untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada, sering dilakukan baik antara pihak masyarakat,
Perusahaan, DPRD Kabupaten Karawang, BPLH Kabupaten Karawang,
Disperindag Tamben maupun Satpol PP, Bahkan pada tanggal 23 Desember
2009 digelar penyelesaian sengketa lingkungan di luar pengadilan/Alternative
Dispute Resolution (ADR) di BPLHD Provinsi Jawa Barat, dimana acara tersebut
hanya dihadiri oleh BPLH Kabupaten Karawang, Perwakilan masyarakat
Kecamatan Tegal Waru dan tidak dihadiri oleh PT. Atlasindo Utama, sehingga
upaya gelar penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak dapat dilaksanakan.
PPNS BPLHD Provinsi Jawa Barat akan menindaklanjuti atas ketidakhadiran PT.
Atlasindo Utama dengan Penyelesaian Sengketa di Pengadilan.
PPNS BPLHD Provinsi Jawa Barat menjelaskan agar proses penyelesaian
sengketa di pengadilan dapat dilaksankan dan menjadi tanggungjawab BPLHD
Provinsi Jawa Barat sepenuhnya, untuk itu pihak BPLH Kabupaten Karawang
diminta harus memberikan sanksi administrasi/perintah kepada PT. Atlasindo
Utama untuk melaksanakan kesepakatan yang telah ditandatangani.
BPLH Kabupaten Karawang langsung menindaklanjutinya dengan
memberikan surat berupa perintah/sanksi administrasi kepada PT. Atlasindo
Utama, yang intinya menyimpulkan bahwa:
PT. Atlasindo Utama tidak membuat dan melaporkan pelaksanaan upaya
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup seperti yang tercantum dalam
dokumen UKL/UPL setiap 6 (enam) bulan sekali, yaitu setiap bulan Juni dan
Desember tahun berjalan berupa:
1) Penanaman pohon/revegetasi.
2) Penyemprotan air untuk menurunkan kadar debu di udara ambient
3) habitat penyangga hewan liar
4) Penahan bahan galian di sungai
67
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
5) Penampung tanah pucuk
6) Tanda peringatan dilokasi penimbunan
7) Pemulihan habitat
8) Analisis laboratorium kualitas air dan tanah
9) Laporan timbulan limbah padat di are kegiatan.
Pelaksanaan butir-butir di atas wajib diselesaikan paling lambat 3 (tiga)
bulan dan apabila tidak melaksanakan akan dikenakan sanksi hukum sesuai
ketentuan yang berlaku, namun hingga kini belum ada follow-up dari pihak
perusahaan.
D. Peran Serta Masyarakat
1. LSM Lingkungan
Berdasarkan ketentuan umum dalam UU Nomor 32 Tahun 2009, bahwa
organisasi lingkungan hidup adalah sekelompok orang yang terorganisasi dan
terbentuk atas kehendak sendiri yang tujuan dan kegiatannya berkaitan dengan
lingkungan hidup.
Saat ini tidak terdapat data mengenai jumlah LSM lingkungan yang ada di
Kabupaten Karawang berdasarkan ketentuan tersebut, akan tetapi walaupun
tidak termasuk LSM lingkungan, ada beberapa LSM yang juga bergerak dalam
ikut menyelesaikan permasalahan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
2. Penerima Penghargaan Lingkungan
Pada tahun 2009 ini, tidak terdapat data penerima penghargaan lingkungan
baik secara perorangan maupun lembaga.
3. Kegiatan Penyuluhan, Pelatihan, Workshop dan Seminar
Pada tahun 2009, berdasarkan data yang tercatat di BPLH, kegiatan
penyuluhan, pelatihan, workshop dan seminar yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan yang dilaksanakan di Kabupaten Karawang sebanyak 14 kegiatan
(Tabel UP-10).
Dari 14 kegiatan tersebut, 11 diantaranya dilaksanakan oleh BPLH, sisanya
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan, Dinas Ciptakarya serta Konsultan
68
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Lingkungan, dengan peserta sosialisasi terdiri dari pelaku usaha,
perusahaan/industri, masyarakat serta unsur pemerintahan.
Dalam kegiatan tersebut, umumnya dilakukan pemberian bantuan-bantuan
terkait pengelolaan lingkungan seperti bibit pohon, alat bor tanah untuk
pembuatan lubang resapan biopori, alat komposting, buku panduan dan bentuk
bantuan lainnya.
4. Kegiatan Fisik Perbaikan Kualitas Lingkungan
Upaya meningkatkan peran serta masyarakat dilakukan dengan kegiatan-
kegiatan antara lain; penyuluhan, sosialisasi, pelatihan, maupun workshop
mengenai perlindungan dan pengelolaaan lingkungan hidup yang diprakarsai
oleh BPLH Karawang, dengan peserta dari warga masyarakat, masyarakat
industri, masyarakat sekolah, serta aparatur pemerintah.
Berpedoman pada UU No. 32 Tahun 2009 pasal 70 ayat (2), bahwa peran
serta masyarakat dapat berupa:
1. Pengawasan sosial
2. Pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan.
3. Penyampaian informasi dan/atau laporan.
Apabila dilihat dari kriteria yang tercantum dalam UU No. 32/2009, maka
peran serta masyarakat di Kabupaten Karawang dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup terutama dalam hal mengembangkan dan
menjaga budaya serta kearifan lokal dan ketanggapan masyarakat untuk
melakukan pengawasan sosial, maupun dalam rangka pelestarian fungsi
lingkungan hidup sudah cukup baik. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa
informasi kerusakan lingkungan di berbagai wilayah di Kabupaten Karawang
yang disampaikan oleh masyarakat kepada BPLH Kab. Karawang.
Dengan adanya beberapa perusahaan yang telah mengembangkan
Ruang Terbuka Hijau di sekitar perusahaannya terutama di kawasan industri,
maupun bantuan bibit pohon dan penanamannya di pemukiman penduduk
sekitar perusahaan maupun disalurkan melalui BPLH Kab. Karawang untuk di
alokasikan pada daerah-daerah gersang dengan melibatkan peran serta
masyarakat setempat, telah membuktikan peran serta masyarakat secara serius
dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menuju Indonesia Hijau,
bersih, sejuk dan nyaman.
69
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Demikian juga bahwa BPLH setiap tahunnya secara berkala melalui
program dan kegiatan-kegiatannya yang berhubungan dengan penanaman
pohon/penghijauan maupun pengelolaan sampah/kebersihan lingkungan telah
melibatkan masyarakat setempat.
E. Kelembagaan
1. Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan
Berdasarkan data sampai dengan Desember 2009, yang tercatat di Bagian
Hukum Setda Kabupaten Karawang, jumlah produk hukum yang terkait bidang
pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung
adalah sebanyak 15 produk hukum, yang terdiri dari 7 Peraturan Daerah, 3
Peraturan Bupati dan 5 Keputusan Bupati.
Gambar 4.5
Produk Hukum Terkait Bidang Lingkungan Hidup
Dari 15 produk hukum tersebut, yang dilaksanakan secara langsung oleh
BPLH, terdiri dari 2 Peraturan Daerah, 3 Peraturan Bupati dan 5 Keputusan
Bupati.
Pada pertengahan tahun 2008, BPLH Karawang telah menyusun dan
mengajukan sebuah rancangan peraturan daerah (Raperda) tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengacu kepada Undang-undang Nomor
23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, namun dengan
diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, rancangan tersebut sementara ditarik dan
akan dilakukan pembahasan ulang sesuai dengan undang-undang yang baru
tersebut.
Produk Hukum Terkait Bidang LH
7
Peraturan Daerah
3
Peraturan Bupati
2
Keputusan Bupati
70
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Peraturan Daerah tersebut diharapkan mampu menjadi payung hukum
yang bersifat umum, yang kemudian akan dijabarkan pelaksanaannya secara
teknis dalam Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati.
2. Anggaran Pengelolaan Lingkungan
Jumlah alokasi dan realisasi anggaran Tahun 2009 sebesar Rp.
3.186.780.000, yaitu terdiri dari Belanja Tidak Langsung Rp. 1.690.170.000 dan
Belanja Langsung (Kegiatan) Rp. 1.496.610.000. Anggaran tersebut hanya
berasal dari APBD Kabupaten, sedangkan dana dari APBD propinsi dan pusat
berupa DAK (dana alokasi khusus) pada tahun 2009 tidak tersedia seperti halnya
pada tahun-tahun sebelumnya.
Jumlah anggaran tiap tahunnya tersebut, tidak seluruhnya dialokasikan
untuk pelaksanaan program dan kegiatan pengelolaan lingkungan secara
langsung, akan tetapi ada juga yang bersifat rutin, seperti pengadaan sarana
pendukung pelayanan perkantoran serta biaya-biaya pemeliharaan dan jasa
perkantoran.
Berdasarkan data yang ada seperti terlihat juga pada grafik berikut, bahwa
terdapat peningkatan alokasi anggaran yang dikelola BPLH dari tahun ketahun.
Pada tahun 2008 jumlah anggaran keseluruhan mencapai Rp. 2.916.188.000,
dimana terjadi peningkatan sekitar 9,27% pada tahun 2009.
Gambar 4.6 Grafik Jumlah Anggaran Lingkungan Hidup Tahun 2005-2009
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
2005 2006 2007 2008 2009
Ju
mla
h A
ng
gara
n (
Ju
ta R
up
iah
)
Tahun Anggaran
71
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Pada tahun anggaran 2010, direncanakan alokasi anggaran lingkungan
hidup sebesar Rp. 3.729.206.250 yang berasal dari APBD Kabupaten Karawang.
Saat ini masih diupayakan agar pada tahun 2010 Kabupaten Karawang
mendapatkan bantuan biaya pengelolaan lingkungan hidup berupa DAK baik dari
propinsi maupun pusat, sehingga dapat lebih menunjang pelaksanaan program
dan kegiatan pengelolaan lingkungan di Kabupaten Karawang, khususnya
pengembangan Laboratorium Lingkungan Hidup, yang membutuhkan alokasi
anggaran yang cukup besar.
3. Personil BPLH
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 10 Tahun
2008, tentang Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga
Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan, bahwa pelaksanaan urusan wajib
Pemerintah Daerah bidang lingkungan hidup di berikan kewenangannya kepada
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH).
BPLH Kabupaten Karawang mempunyai tugas pokok membantu Bupati
dalam melaksanakan sebagian kewenangan daerah di bidang pengelolaan
lingkungan hidup serta tugas pembantuan yang ditugaskan kepada Pemerintah
Daerah. Sedangkan fungsinya yaitu Pengaturan dan perumusan kebijakan
pemerintah daerah di bidang pengelolaan lingkungan hidup serta Pelaksanaan
program pemerintah bidang pengelolaan lingkungan hidup.
Berdasarkan data sampai dengan Bulan Desember 2009, jumlah personil
BPLH yaitu 45 pegawai yang terdiri 34 orang pegawai laki-laki dan 11 orang
pegawai perempuan, dengan tingkat pendidikan seperti pada tabel UP-14 Buku
Data.
Gambar 4.7. Jumlah Pegawai BPLH Menurut Tingkat Pendidikan
0
10
20
30
0
7
26
2
8
2
Ju
mla
h
Tingkat Pendidikan
Doktor (S3)
Master (S2)
Sarjana (S1)
Diploma(D3/D4)SLTA
72
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
Gambar 4.8 Jumlah Pegawai BPLH Menurut Status Kepegawaian
4. Jabatan Fungsional Lingkungan
Sampai dengan bulan Desember 2009, formasi Jabatan Fungsional
Khusus bidang Teknis belum ada, sehingga diharapkan kedepannya Badan
dapat memiliki Jabatan Fungsional Teknis yang menangani secara khusus
permasalahan yang bersifat teknis.
Jabatan Fungsional Teknis bidang pengelolaan lingkungan hidup yang
dibutuhkan dan dimungkinkan antara lain; Perencana, Peneliti, PPNS
Lingkungan, PPLH, Analis Laboratorium dan jabatan fungsional teknis lainnya
yang dapat lebih mendukung pelaksanaan kegiatan BPLH.
0
10
20
30
40
PNS CPNS TenagaHonorer
TenagaSukwan
PTT
33
6 2 4
0
73
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2009
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, Enri, 2003, Pengelolaan B3 Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung.
Setiadi, Tjandra, Pengelolaan Limbah Industri, (Wikipedia, US EPA, www.majarimagazine.com/2008/01).
----------------, 2009, Pedoman Umum Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kementerian Lingkungan Hidup, Jakarta.
----------------, 2009, Karawang Dalam Angka 2009, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karawang, Karawang.
---------------, 2008, Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Karawang Tahun 2008, Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Energi Kabupaten Karawang, Karawang.
----------------, 2007, Profil Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar, Balai Besar KSDA Jawa Barat, Purwakarta.
----------------, 2008, Laporan Kegiatan Pelestarian Keanekaragaman Hayati Khas Kabupaten Karawang Tahun Anggaran 2008, Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Energi Kabupaten Karawang Bidang Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan. Karawang.
----------------, 2008, Profil Kesehatan Tahun 2008, Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, Karawang.
---------------, 2009, Database, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karawang.
---------------, 2009, Database, Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Karawang, Karawang.
---------------, 2009, Database, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Karawang, Karawang.
---------------, 2009, Database, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kabupaten Karawang, Karawang.
---------------, 2009, Database, Dinas Cipta Karya Kabupaten Karawang, Karawang.
---------------, 2009, Database, Dinas Binamarga dan Pengairan Kabupaten Karawang, Karawang.
---------------, 2009, Database, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Karawang, Karawang.
---------------, 2009, Database, Badan Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Karawang, Karawang.
---------------, 2009, Database, Perum Perhutani Unit III KPH Purwakarta, Purwakarta.
---------------, 2009, Database, Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Karawang. Karawang.
---------------, 2009, Database, Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. Karawang.
---------------, 2009, Database, Perum Jasa Tirta (PJT) II Karawang. Karawang.
----------------, www.karawangkab.go.id.
----------------, www.karawang-info.com.