laporan spektronic-20

16
LAPORAN PRAKTIKUM SPEKTROFOTOMETRI PENENTUAN KADAR BESI MENGGUNAKAN SPEKTOFOTOMER SPEKTRONIC-20 Dosen Pembimbing : Ibu Dewi , MT Kelompok 6 Nevy Puspitasari NIM 111431020 Nur Fauziyyah Ambar NIM 111431021 Nurul Latipah NIM 111431022 Oktaviani Ratanasari NIM 111431023 Tanggal Percobaan : 18 September 2012 Tanggal Penyerahan : 25 September 2012 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK KIMIA - D3 ANALIS KIMIA Tahun Ajaran 2011-2012

Upload: salman-muhamad

Post on 14-Jul-2015

707 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan spektronic-20

LAPORAN PRAKTIKUM SPEKTROFOTOMETRI

PENENTUAN KADAR BESI MENGGUNAKAN SPEKTOFOTOMER SPEKTRONIC-20

Dosen Pembimbing : Ibu Dewi , MT

Kelompok 6

Nevy Puspitasari NIM 111431020

Nur Fauziyyah Ambar NIM 111431021

Nurul Latipah NIM 111431022

Oktaviani Ratanasari NIM 111431023

Tanggal Percobaan : 18 September 2012

Tanggal Penyerahan : 25 September 2012

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TEKNIK KIMIA - D3 ANALIS KIMIA

Tahun Ajaran 2011-2012

Page 2: Laporan spektronic-20

Tanggal Percobaan : 18 September 2012

Judul Percobaan : Penentuan Kadar Besi menggunakan Spektronic-20

Pembimbing : Ibu Dewi, MT

Tujuan Percobaan :

1. Untuk menentukan kadar besi dalam sampel

2. Dapat menggunakan spektrofotometer spektronic-20 dengan benar

Teori Dasar :

Spektrofotometri merupakan suatu perpanjangan dari penelitian visual

dalam studi yang lebih terinci mengenai penyerapan energi cahaya oleh spesi

kimia, memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam perincian dan

pengukuran kuantitatif. Pengabsorpsian sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh

suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi electron bonding, akibatnya

panjang gelombang absorpsi maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan

yang ada didalam molekul yang sedang diselidiki. Oleh karena itu spektroskopi

serapan molekul berharga untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang

ada dalam suatu molekul. Akan tetapi yang lebih penting adalah penggunaan

spektroskopi serapan ultraviolet dan sinar tampak untuk penentuan kuantitatif

senyawa-senyawa yang mengandung gugus-gugus pengabsorpsi. Metode

spektroskopi sinar tampak berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh suatu

larutan berwarna. Oleh karena itu metode ini dikenal juga sebagai metode

kalorimetri. Hanya larutan senyawa yang berwarna ynag dapat ditentukan dengan

metode ini. Senyawa tak berwarna dapat dibuat berwarna dengan mereaksikannya

dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna. Contohnya ion Fe3+

dengan ion CNS- menghasilkan larutan berwarna merah. Lazimnya kalorimetri

dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan cuplikan yang dibuat

pada keadaan yang sama. Dengan kalorimetri elektronik (canggih) jumlah cahaya

yang diserap (A) berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Metode ini sering

digunakan untuk menentukan kadar besi dalam air minum. Pada metode

spektroskopi ultraviolet, cahaya yang diserap bukan cahaya tampak tapi cahaya

ultraviolet. Dengan cara ini larutan tak berwarna dapat diukur, contoh aseton dan

Page 3: Laporan spektronic-20

asetaldehid. Pada spektroskopi ini energy cahaya terserap digunakan untuk

transisi electron. Karena energy cahaya UV lebih besar dari energy cahaya tampak

maka energy UV dapat menyebabkan transisi electron s dan p.

Pembentukan bentuk molekul dalam menyerap sinar tampak diperlukan

bila senyawa yang dianalisis tidak melakukan penyerapan di daerah sinar tampak.

Dalam hal demikian senyawa tersebut harus dirubah menjadi senyawa lain yang

berwarna. Ion besi (III) warnanya sangat lemah (kuning) sehingga serapannya

kecil. Untuk itu perlu direaksikan dengan pereaksi tertentu misalnya 1,10

fenantrolin atau potasium tiosianat, sehingga memberikan warna yang menyerap

dengan kuat sehingga dapat digunakan untuk analisa besi dalam kadar kecil.

Pereaksi yang menimbulkan warna itu harus memenuhi beberapa persyaratan

antara lain :

1. Reaksinya dengan zat yang dianalisa harus selektif dan sensitif.

2. Tak boleh membentuk warna dengan zat – zat lain yang ada didalam

larutan.

3. Warna yang ditimbulkan harus stabil untuk jangka waktu yang lama.

Bila tidak ada zat-zat lain yang mengganggu, maka panjang gelombang yang

digunakan untuk keperluan analisis kuantitatif secara spektrofotometri , biasanya

adalah panjang gelombang yang sesuai dengan serapan maksimum. Kurva

kalibrasi dibuat dengan jalan mengukur serapan larutan – larutan standar . bila

hukum Lambert – Beer dipenuhi, maka grafik / kurva ini akan membentuk garis

lurus melalui titik nol.

Penentuan kadar besi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks

berwarna antara besi (II) dengan orto-penantrolin yang dapat menyerap sinar

tampak secara maksimal pada panjang gelombang tertentu. Kadar besi dalam

suatu sample yang diproduksi akan cukup kecil dapat dilakukan dengan teknik

spektrofotometri UV-Vis menggunakan pengompleksan orto-fenantrolin. Dasar

penentu kadar besi (II) dengan orto-Fenantrolin. Senyawa ini memiliki warna

sangat kuat dan kestabilan relatife lama dapat menyerap sinar tampak secara

maksimal pada panjang gelombang tertentu. Pada persiapan larutan, sebelum

pengembangan warna perlu ditambahkan didalamnya pereduksi seperti

Page 4: Laporan spektronic-20

hidroksilamina. HCl yang akan mereduksi Fe3+

menjadi Fe2+

. pH larutan harus

dijaga pada 6-7 dengan cara menambahkkan ammonia dan natrium asetat. Dengan

menggunakan penentuan kadar konsentrasi , suatu senyawa dilakukan dengan

membandingkan kekuatan serapan cahaya oleh larutan contoh terhadap terhadap

larutan standar yang telah diketahui kunsentrasinya. Terdapat dua cara standar

adisi , pada cara yang pertama dibuat dahulu sederetan larutan standar, diukur

serapannya, kemudian tentukan konsentrasinya dengan menggunakan cara

kalibrasi. Cara yang kedua dilakukan dengan menambahjkan sejumlah larutan

contoh yang sama kedalam larutan standar.

Alat dan Bahan:

Alat Bahan Jumlah

Labu ukur 50 mL 5 buah

Gelas kimia 100 mL 3 buah

Gelas kimia 50 mL 3 buah

Pipet ukur 1,5,10 mL 1 buah

Batang pengaduk 2 buah

Ball pipet 1 buah

Botol semprot 1 buah

Corong 1 buah

Pipet tetes 1 buah

Larutan KSCN 50 mL

Larutan HNO3 50 mL

Larutan baku Fe 100 ppm 25 mL

Aquadest 500 mL

Page 5: Laporan spektronic-20

Langkah Kerja

A. Persiapan Larutan

1. Menyiapkan 7 buah labu takar 50 mL

2. Menambahkan larutan standar kedalam masing-masing labu (Fe3+

100

ppm)

3. Menambahkan 5 mL larutan KSCN 10% dan 5 mL larutan HNO3 4 N

4. Mengencerkan hingga tanda batas dan mengocoknya

(menghomogenkannya)

B. Pengukuran dengan Sp. Spektronic-20

a. Penentuan panjang gelombang maksimum

1. Menghubungkan alat dengan sumber listrik dan menyalakan alat

dengan memutar (ke kanan) tombol yang terletak di bagian depan

bawah sebelah kiri (dan memanaskannya selama 30 menit)

2. Mengatur skala pada posisi 0 dengan memutar tombol bagian depan

bawah sebelah kiri

3. Mengatur panjang gelombang yang diinginkan

4. Memasukan kuvet atau sel yang berisi larutan blanko ke dalam alat

5. Mengatur skala %T pada posisi 100% dengan memutar tombol bagian

depan bawah, sebelah kanan

6. Mengganti larutan blanko dengan larutan standar Fe 1,5 ppm dan

mengubah panjang gelombang sesuai dengan senyawa yang akan

diukur

7. Mencatat nilai %T yang tertera pada alat

8. Mengulangi langkah 2,3,4,5 dan 6 sampai diperoleh panjang

gelombang maksimum

9. Membuat kurva antara panjang gelombang lawan absorbsi, A

(mengubah %T menjadi A) dan menentukan panjang gelombang

maksimumnya.

Page 6: Laporan spektronic-20

b. Penentuan Kurva Kalibrasi dan Konsentrasi Cuplikan

1. Mengulangi pengerjaan/langkah (a) ke 2,3,4 dan 5 (mengatur panjang

gelombang pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh dari

percobaan sebelumnya)

2. Mengganti larutan blanko dengan larutan standar dari konsentrasi

yang paling rendah yaitu 0,5 ppm.

3. Mengulangi pengerjaan no. 2 dengan mengganti larutan standar yang

berbeda-beda konsentrasinya

4. Membuat kurva kalibrasi antara konsentrasi, c lawan absorbansi, A

5. Mengulangi pengerjaan no. 2 dengan mengganti larutan standar

dengan larutan cuplikan dan mencatat nilai %T

6. Menentukan konsentrasi larutan cuplikan tersebut dengan cara

menginterpolasikan nilai absorbansi cuplikan (dengan mengubah %T

menjadi A) kedalam kurva kalibrasi atau kedalam persamaan garis

linear

Data Pengamatan

Perlakuan Pengamatan

A.Pembuatan Larutan Deret Standar

Pemipetan dari larutan induk Larutan induk tidak berwarna sehingga pada saat

pemipetan larutan induk kedalam labu ukur,

larutan tidak berwarna

Penambahan KSCN Larutan menjadi berwarna merah darah ketika

ditambahkan KSCN

Penambahan HNO3 Larutan menjadi warna merah darah pekat ketika

ditambahkan HNO3

Penandabatasan labu ukur Ketika ditambahkan aquadest dan

ditandabataskan, larutan masih berwarna merah

darah pekat

Pengenceran larutan deret

standar

Karena warna larutan terlalu pekat maka

diencerkan diaquadest dengan memipet tiap labu

5mL kedalam labu takar 50 mL, sehingga warna

larutan deret standar yang diperoleh adalah

warna merah darah yang tidak terlalu pekat

Larutan deret standar siap

digunakan

Larutan standar dari konsentrasi terendah terlihat

warnanya yang paling muda dan konsentrasi

Page 7: Laporan spektronic-20

terbesar warnanya yang paling pekat. Sedangkan

semakin besar konsentrasinya maka warna yang

terlihat dari 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 dan 3ppm secara

berurutan warnanya terlihat semakin pekat

Pembuatan larutan blanko Pada pembuatan blanko warna yang dihasilkan

awalnya tidak berwarna, tetapi lama kelamaan

warnanya menjadi warna merah darah tipis.

Sehingga dibuat larutan blanko kembali dan

larutan blanko kali ini tidak berwarna.

B. Pengukuran Panjang Gelombang, Kurva Kalibrasi serta Konsentrasi

Cuplikan

Menentukan panjang

gelombang maksimum

Pada penentuan ini yang tertera pada dispaly

adalah nilai %T serta tombol pengatur panjang

gelombang untuk menentukan panjang

gelombang. Larutan yang digunakan adalah

blanko yang tidak berwarna dan larutan standar

Fe 1,5 ppm yang berwarna merah darah

dimasukan kedalam spektrotometer secara

bergantian

Menentukan kurva kalibrasi

dan konsentrasi cuplikan

Larutan yang digunakan untuk kurva kalibrasi

adalah larutan deret standar, larutan deret standar

yang dimasukan kedalam spektrofotometer

adalah larutan standar dari konsentrasi 0,5 ppm

berurutan hingga 3 ppm

Data Percobaan

Untuk mencari panjang gelombang maksimal diambil larutan dengan konsentrasi

1,5 ppm

Panjang Gelombang %T

400

410

420

430

440

450

460

465

470

475

480

490

500

510

95,5

92

89,5

88,5

86

86

74

74

74

98

74,5

88

89

90

Page 8: Laporan spektronic-20

520

530

540

550

560

570

580

590

600

92

94

95

96,5

99

100

100

100

100

Diperoleh panjang gelombang maksimum : 470 nm

Konsentrasi (ppm) %T

0,5

1

1,5

2

2,5

3

Sampel 1

Sampel 2

92

83

75

67

58

55

77

73

Perhitungan

Grafik penentuan panjang gelombang maksimum Fe (1,5 ppm)

Missal pada panjang gelombang 400 nm:

% T = 95,5 %

T = 0,955

A = log

A = log = 0,0199

Panjang Gelombang %T A

400

410

420

430

440

450

95,5

92

89,5

88,5

86

86

0,0199

0,036

0,0482

0,0531

0,0655

0,0655

Page 9: Laporan spektronic-20

460

465

470

475

480

490

500

510

520

530

540

550

560

74

74

74

98

74,5

88

89

90

92

94

95

96,5

99

0,1308

0,1308

0,1308

0,0088

0,1278

0,0555

0,0506

0,0458

0,0362

0,0269

0,0223

0,0155

0,0044

Sehingga diperoleh panjang gelombang maksimum : 470 nm

Pembuatan Larutan Standar Besi

Untuk konsentrasi besi 0 mL Untuk konsentrasi besi 0,25 mL

N1 . V1 = N2 . V2 N1 . V1 = N2 . V2

0 . 100 = N2 . 50 0,25 . 100 = N2 . 50

N2 = 0 ppm N2 = 0,5 ppm

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.16

0 100 200 300 400 500 600

Ab

sorb

ansi

panjang gelombang (nm)

Grafik penentuan panjang gelombang maksimum

Page 10: Laporan spektronic-20

Untuk konsentrasi besi 0,5 mL Untuk konsentrasi besi 0,75 mL

N1 . V1 = N2 . V2 N1 . V1 = N2 . V2

0,5 . 100 = N2 . 50 0,75 . 100 = N2 . 50

N2 = 1 ppm N2 = 1,5 ppm

Untuk konsentrasi besi 1 mL Untuk konsentrasi besi 1,25 mL

N1 . V1 = N2 . V2 N1 . V1 = N2 . V2

1 . 100 = N2 . 50 1,25 . 100 = N2 . 50

N2 = 2 ppm N2 = 2,5 ppm

Untuk konsentrasi besi 1,5 mL

N1 . V1 = N2 . V2

1,5 . 100 = N2 . 50

N2 = 3 ppm

Penentuan Kurva Kalibrasi

Perhitungan menentukan nilai Absorbansi setiap larutan

Untuk konsentrasi besi 0,5 ppm

% T = 92 %

T = 0,92

A = log

A = log = 0,036

Larutan %T Absorbansi

Larutan standar 0,5 ppm 92 0,036

Larutan standar 1 ppm 83 0,081

Larutan standar 1,5 ppm 75 0,125

Larutan standar 2 ppm 67 0,174

Larutan standar 2,5 ppm 58 0,236

Larutan standar 3 ppm 55 0,259

Sampel 1 77 0,114

Sampel 2 73 0,137

Page 11: Laporan spektronic-20

y = 0,088xR² = 0,9883R = 0,9941

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Ab

sorb

an

Konsentrasi (ppm)

Kurva Kalibrasi larutan standar Fe pada

=470 nm

Absorban (y)

Linear (Absorban (y))

Linear (Absorban (y))

Perhitungan penentuan kadar Fe pada sampel

Persamaan garis dari grafik: y = 0,088 x

a. Kadar sampel 1 :

Abs sampel = 0,114A

y = ax

0,114 = 0,088 x

x = 0,114 = 1,29 ppm

0,088

b. Kadar sampel 2 :

Abs sampel = 0,137A

y = ax

0,137 = 0,088 x

x = 0,137 = 1,56 ppm

0,088

Page 12: Laporan spektronic-20

PEMBAHASAN :

Metode spektrometri sinar tampak berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh

suatu larutan berwarna. Hanya larutan berwarna saja yang dapat ditentukan

dengan metode ini. Senyawa tak berwarna dapat dibuat berwarna dengan

mereaksikannya dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna, seperti

pada percobaan ini, untuk ion besi dalam larutan perlu direaksikan dengan

pereaksi warna tertentu karena ion besi (III) warnanya sangat lemah sehingga

serapannya kecil, terlebih lagi konsentrasi ion besi dalam larutan pada percobaan

ini sangat kecil.

Langkah-langkah utama dalam analisis dengan sinar tampak adalah :

1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap yang dapat menyerap sinar

tampak.

2. Pemilihan panjang gelombang maksimum.

3. Pembuatan kurva kalibrasi.

4. Pengukuran segera cuplikan.

Pada percobaan ini langkah pertama yang dilakukan dengan mereaksikan

larutan standar besi yang berada didalam 6 labu ukur dengan larutan KSCN yang

merupakan pereaksi warna dan reaksinya dengan larutan besi yang merupakan

senyawa kompleks [Fe(SCN)]2+

. Pereaksi ini akan menghasilkan warna yang

menyerap dengan kuat sehingga dapat digunakan untuk analisa besi dalam kadar

kecil. Pembentukan bentuk molekul dalam menyerap sinar tampak diperlukan bila

senyawa yang dianalisis tidak melakukan penyerapan di daerah sinar tampak.

Senyawa tersebut harus dirubah menjadi senyawa lain yang berwarna. Ion besi

(III) warnanya sangat lemah (kuning) sehingga serapannya kecil. Untuk itu perlu

direaksikan dengan pereaksi tertentu misalnya 1,10 potasium tiosianat, sehingga

memberikan warna yang menyerap dengan kuat sehingga dapat digunakan untuk

analisa besi dalam kadar kecil. Pereaksi yang menimbulkan warna itu harus

memenuhi beberapa persyaratan antara lain :

- Reaksinya dengan zat yang dianalisa harus selektif dan sensitif.

- Tak boleh membentuk warna dengan zat – zat lain yang ada didalam

larutan

- Warna yang ditimbulkan harus stabil untuk jangka waktu yang lama.

Suatu larutan dijadikan sebagai pereaksi harus memenuhi beberapa persyaratan.

KSCN merupakan pereaksi warna, sebab :

- Reaksinya dengan zat yang dianalisis yaitu besi(Fe) selektif dan sensitif

yaitu membentuk kompleks besi (III) tiosianat yang berwarna merah bata.

Page 13: Laporan spektronic-20

- Warna yang ditimbulkan yaitu merah bata, stabil untuk jangka waktu yang

lama, sehingga serapannya tidak berubah-ubah hingga akhir analisis.

- Tidak membentuk warna dengan zat-zat lain yaitu ion H+, Cl

- dan NO3

-

yang ada dalam larutan.

Selain ditambahkan KSCN larutan standar Fe direaksikan dengan HNO3. HNO3

digunakan untuk mereduksi Fe3+

menjadi Fe2+

serta agar ion besi tetap stabil

berada pada keadaan bilangan oksidasi 2+. Sehingga kompleks yang tersebut

bersifat sangat stabil dan dapat diukur absorbansi atau persen transmittannya

menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang sekitar 470 nm.

Setelah itu langkah selanjutnya yang dilakukan dalam percobaan ini

adalah memilih panjang gelombang maksimum pada larutan standar Fe 1,5 ppm.

Larutan yang dipilih adalah larutan standar Fe 1,5 ppm karena pada konsentrasi

tersebut absorbansinya antara 0,2 – 0,8 , dikarenakan pada daerah absorbansi

tersebut adalah daerah absorbansi yang baik. Pengukuran serapan atau absorbansi

spektrometri biasanya dilakukan pada suatu panjang gelombang yang sesuai

dengan serapan maksimum karena konsentrasi besar terletak pada titik ini, artinya

serapan larutan encer masih terdeteksi. Panjang gelombang yang maksimum

memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan absorbansi yang paling

besar serta pada panjang gelombang maksimum bentuk kurva absorbansi

memenuhi hukum Lambert-Beer Pada panjang gelombang maksimum pun apabila

dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan

ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang

maksimal (Rohman, Abdul, 2007). Panjang gelombang yang mempunyai

absorbansi maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara

absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi

tertentu. Berdasarkan grafik pengukuran yang dihasilkan panjang gelombang yang

dikur dari 400 nm hingga 600 nm didapatkan panjang gelombang maksimalnya

pada daerah 460-470 nm, maka panjang gelombang terbesar yang diambil untuk

pengukuran Fe yaitu 470 nm.

Selain itu, pada percobaan ini juga yang diukur bukan langsung nilai

Absorbansi, namun nilai % transmitan. Detektor yang ada pada alat

spektrofotometri lebih peka untuk mendeteksi sinar dan mengkomunikasikannya

dalam bentuk angka digital dari pada menghitung nilai absorbansi larutan dengan

menggunakan % transmitan itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menghasilkan

pengukuran yang lebih akurat, kita menggunakan nilai % transmittan yang

kemudian kita bisa mendapatkan nilai absorbansi dari nilai % transmittan itu

sendiri.

Page 14: Laporan spektronic-20

Pada saat pengukuran transmitan di perlukan blanko. Namun pada saat

pengukuran dilakukan blanko yang tadinya tidak berwarna namun lama-kelamaan

menjadi berwarna jingga. Hal ini mungkin bisa disebabkan karena pipet yang

digunakan saat memipet larutan tidak bersih, dan mungkin juga hal ini disebabkan

karena aquadest yang digunakan mengandung unsur Fe sehingga warna larutan

blanko pun menjadi seperti warna larutan standar. Sehingga blanko kembali

dibuat dihasilnya adalah adalah warna yang seharusnya yaitu berwarna bening

karena pada blanko kadar Fe dianggap 0. Fungsi dari blanko sendiri adalah

mengukur serapan pereaksi yang digunakan untuk analisis kadar Fe sehingga

jumlah serapan Fe sendiri adalah nilai absorbansi larutan standar atau sampel

(mengandung pereaksi dan Fe) dikurangi serapan pereaksinya. Sehingga

absorbansi yang didapat pada pengukuran ini adalah serapan untuk Fe dalam

sampel, fungsi kalibrasi juga untuk menghilangkan efek refleksi akibat pancaran

sinar radiasi menuju larutan. Pada percobaan ini diukur larutan standar 0,5; 1;

1,5 ;2 ;2,5 dan 3 ppm dengan regeresi yang dihasilkan adalah sebesar 0,9941.

Nilai ini menunjukan koefisien korelasi antara absorbansi dengan konsentrasi

besar sehingga linearitas dari kurva adalah baik. Selain itu dari percobaan didapat

gallat yang dihasilkan adalah sebesar 0,011, nilai tersebut adalah nilai error atau

gallat acak yang dihasilkan pada pengukuran. Selain itu didapatkan absorbansi

dari sampel 1 adalah 0,114 Adan absorbansi dari sampel 2 adalah sebesar 0,137 A.

Sehingga bila digambar dengan kurva ataupun persamaan garis konsentrasi

sampel 1 yang didapat adalah sebesar 1,29 ppm dan konsentrasi sampel 2 adalah

1,56 ppm.

Kesimpulan

Larutan deret standar yang digunakan menghasilkan kurva kalibrasi dengan

regresi sebesar 0,9941. Sehingga konsentrasi sampel 1 yang ditentukan dengan

pengukuran spektrofotometri spektronic-20 adalah sebesar 1,29 ppm, serta

konsentrasi sampel 2 adalah sebesar 1,56 ppm.

Page 15: Laporan spektronic-20

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. “Spektrofotometer”, (online),

(http://roheemar.wordpress.com/2012/02/28/spektrofotometer/ diunduh 20

Sepetember 2012 pkl.16.14)

Anonim, 2011. “Cara pengoperasian Spektronic-20”, (online), (http://cheme-

learning.blogspot.com/2011/08/praktikum-kimia-analitik-instrumen-

cara_30.html diunduh 20 Sepetember 2012 pkl.16.19)

Depi, 2012. “Penentuan Besi Secara UV/VIS”, (online),

(http://depisatir.blogspot.com/2012/09/laporan-penentuan-besi-dengan-cara-

uvvis.html diunduh 20 Sepetember 2012 pkl.15.27)

Purnama,Yaktiva, 2010. “Penentuan Kadar Besi dengan Teknik Spektrofotometri

UV/VIS”, (online), (http://tivachemchem.blogspot.com/2010/10/penentuan-

kadar-besi-fe-dalam-sampel.html diunduh 20 Sepetember 2012 pkl.16.28)

Page 16: Laporan spektronic-20

LAMPIRAN

Berikut adalah grafik kurva kalibrasi serta pengukuran sampel dimana penentuan

kadar sampel ditentukan berdasarkan grafik.