laporan skill lab ortho

48
LAPORAN SKILL LAB ORTHODONSIA Disusun oleh Kelompok Tutorial VII : 111610101010 : Riskyana Dwi Hendra A.R 111610101036 : Hany Maghfiroh 111610101043 : Galang Rikung E.S 111610101049 : R.AJ. Mahardhika S.P 111610101066 : Siti Nur Qomariah 111610101072 : Adinda Martina 111610101075 : Cicik Khildar Rizqi 111610101078 : Yunita Saskia 111610101081 : Musriatul Wahida 111610101082 : Yurike Fitria Sari 111610101085 : Maria Devitha

Upload: moesriatul-wahieda-kadiiss

Post on 12-Feb-2015

409 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Skill Lab Ortho

LAPORAN SKILL LAB ORTHODONSIA

Disusun oleh

Kelompok Tutorial VII :

111610101010 : Riskyana Dwi Hendra A.R

111610101036 : Hany Maghfiroh

111610101043 : Galang Rikung E.S

111610101049 : R.AJ. Mahardhika S.P

111610101066 : Siti Nur Qomariah

111610101072 : Adinda Martina

111610101075 : Cicik Khildar Rizqi

111610101078 : Yunita Saskia

111610101081 : Musriatul Wahida

111610101082 : Yurike Fitria Sari

111610101085 : Maria Devitha

111610101086 : Sisca Rizkia A.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2013/2014

Page 2: Laporan Skill Lab Ortho

Laporan Hasil Pemeriksaan dalam Bidang Orthodonsia

Identitas Pasien

Pada bagian awal status pasien tercantam nama pasien yakni Putri

Wulandari ( Wulan ), jenis kelamin perempuan dan umurnya 11 tahun. Wulan ini

lahir pada tanggal 2 oktober 2001. Data – data tersebut dibutuhkan sebagai

edentitas pasien juga sebagai data yang berlaitan dengan pertumbuhan

dentomaksilofasial pasien, misalnya perubahan fase geligi dari geligi sulung ke

geligi pergantian akhirnya fase permanen. Juga adanya perbedaan

pertumbuhkembangan muka pria dan wanita, demikian juga ada perbedaan

pertumbuh kembangan pada umur tertentu pada kelamin yang sama.

1. Analisis

1.1 Analisis Umum

Keluhan utama pasien biasanya tentang keadaan susunan giginya, yang

dirasakan kurang baik sehingga mengganggu estetik dentofasial dan

mempengaruhi status social serta fungsi pengunyahannya. Pada tahap ini

sebaiknya dokter gigi mendengarkan apa yang menjadi keluhan seorang pasien

dan tidak mengambil kesimpulan secara sepihak tentang apa yang menjadi

keluhan seorang pasien ; misalnya meskipun terjadi diastema sentral rahang atas

tetapi kalau pasien tidak merasa terganggu dengan adanya diastema tersebut,

seorang dokter gigi tidak bole serta merta mengatakan bahwa pasien ini

membutuhkan perawatan orrthodontik karena adanya diastema tersebut.

Sebaiknya secara wajar dokter gigi bertanya kepada pasiennya : apakah ada yang

dirasa mengganggu berkaitan dengan susunan gigi dan wajahnya. Seorang dokter

gigi dapat setuju ataupun tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh pasiennya

akan tetapi sebaiknya tidak dikomentari terlebih dahuku. Pada tahap ini tujuan

pertanyaan adalah untuk mengetahui apa yang dipentingkan oleh pasien.

Page 3: Laporan Skill Lab Ortho

Berat Badan dan Tinggi Badan : dari ini diharapakan dapat

diketahui apakah pertumbuhkembangan pasien normal sesuai

dengan umur dan jenis kelaminnya. Data ini diperoleh dengan

pengukuran sendiri yakni berat badan = 33 kg dan tinggi badan =

145 cm.

Ras : pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui cirri – ciri

fisik pasien karena setiap ras mempunyai cirri – ciri fisik tertentu.

Dan dari anamnesa diketahui suku bangsa pasien ialah Indonesia

suku jawa.

Bentuk Skelet : pasiem memiliki bentuk skelet ectomorphic

yakni pasien memiliki kategori langsing dengan sedikit jaringan

otot atau lemak.

Penyakit Anak : Dari hasil anamnesa juga dapat diketahui bahwa

pasien tidak memiliki penyakit anak yang dapat mengganggu

pertumbuhkembangan normal seorang anak.

Alergi : Dari riwayat alergi yang didapat juga dapat diketahui

bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi yang akan

mempengaruhi perwatan orthodontic yang akan dilakukan.

Kelainan endokrin : dari pemeriksaan kelenjar endokrin tidak

ditemukan adanya kelainan sehingga tidak terjadi gangguan

ataupun hambatan pertumbuhan pada daerah dentomaksilofasial

Tonsil : pada pemeriksaan tonsil ini dapat diketahui adanya

keadaan radang .

Kelainan saluran napas : pada pemeriksaan dapat diketahui bahwa

pasien tidak mengalami kelainan pada saluran napas. Hal ini dapat

diketahui pada saat pasien dalam keadaan istirahat tidak terjadi

kegiatan bernapas melalui mulut sehingga dapat diketahui pula

bahwa pasien tidak mengalami kelainan pada saluran

pernapasannya.

Page 4: Laporan Skill Lab Ortho

1.2. Analisis Lokal

Ekstra oral

- Tipe Profil

Profil muka : Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka yaitu :

- Cembung (convex)

bila titik petemuan Lip contour bawah – Lip contour atas berada

didepan garis Glabella – Pogonion

- Lurus (straight )

bila titik petemuan Lip contour bawah – Lip contour atas berada tepat

pada garis Glabella – Pogonion

- Cekung (concave)

bila titik petemuan Lip contour bawah – Lip contour atas berada

dibelakang garis Glabella – Pogonion

Untuk menentukan profil muka digunakan 4 titik anatomis Gabella, Lip

Contour atas, Lip Contour bawah dan Pogonion serta garis

referensi Glabella - Pogonion sebagaia acuan :

- Glabella (Gl) : Titik terendah dari dahi terletak pada tengah-tengah diantara

alis mata kanan dan kiri.

- Lip contour atas (Lca) : Titik terdepan bibir atas.

- Lip contour bawah (Lcb) : Tiik terdepan bibir bawah

- Pogonoin (Pog) : Titik terdepan dari dagu didaerah symphisis mandibula.

Page 5: Laporan Skill Lab Ortho

Gambar. Tipe profil

- Tipe Muka

Melihat tipe muka pasien dapat dilakukan dengan melihat dari arah depan

pasien.

Tipe muka menurut Martin (Graber 1972) dikenal 3 tipe muka yaitu :

- Brahisepali : lebar, persegi

- Mesosepali : lonjong / oval

- Oligisepali : panjang / sempit

Page 6: Laporan Skill Lab Ortho

Gambar. Hubungan Tipe muka dan lengkung rahang

Indeks muka = Tinggi muka ( A) (Jarak N – Gn) x 100Lebar muka (B) (Jarak bizigomatik)

Klasifikasi indeks muka :

- Euriprosop ( muka pendek, lebar) : 80,0 – 84,9

- Mesoprosop (muka sedang ) : 85,0 – 89,9

- Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0 – 94,9

Jika indeks : < 80,0 : Hipo Euriprosop

> 94,9 : Hiper Leptoprosop

Gambar. Indeks Muka

Menurut Ricket (Graber 1972) lebih tepat untuk bentuk kepala yaitu proyeksi

kepala terhadap bidang sagital sedangkan untuk tipe muka lebih tepat

menggunakan istilah fasial :

Brahifasial

Mesofasial

Page 7: Laporan Skill Lab Ortho

Dolikofasial.

Umumnya tipe muka berkaitan erat dengan bentuk lengkung gigi pasien.

- Tipe Kepala

Pemeriksaan tipekepala dari pasien dapat dilakukan dengan melihat kepala

pasien dari arah atas kepala dengan posisi operator di belakang pasien.

Indeks kepala = Lebar kepala (B) x 100 Panjang kepala (A)

Mengukur lebar kepala adalah jarak bizigomatik supra mastoideus sedangkan

untuk panjang kepala merupakan Jarak Glabella sampai Os. Occipital.

Klasifikasi indeks kepala :

- Dolikosepali (kepala panjang sempit) : 70,0 – 74,9

- Mesosepali (kepala sedang ) : 75,0 – 79,9

- Brahisepali (kepala lebar persegi) : 80,0 – 84,9

Jika indeks : < 70,0 : Hipo Dolikosepali

> 84,9 : Hiper Brahisepali

Page 8: Laporan Skill Lab Ortho

Gambar. Indeks Kepala

- Bentuk Muka

Bentuk muka : simetris / asimetris

Pada dasarnya setiap orang tidak ada yang memiliki kesimetrisan yang

bilateral namun dalam hal ini dilihat pada wajah pasien asimetris yang

fisiologis atau patologis.

- Tonus Otot

Serabut otot bersifat elastis , mempunyai dua macam ketegangan (tonus), aktif

dan pasif. Pada waktu kontraksi terdapat ketegangan yang aktif dan apabila

dalam keadaan dilatasi terdapat ketegangan pasif. Dengan demikian pada

waktu istirahat otot-otot mastikasi dan bibir mempunyai tonus yang dalam

keadaan normal terdapat keseimbangan yang harmonis, bila tidak normal

tonus otot sangat kuat (hypertonus) atau sangat lemah (hipotonus) dapat

menimbulkan anomali pada lengkung gigi akibat adanya ketidakseimbangan

atara tekanan otot di luar dan di dalam mulut.

Keadaan bibir pada waktu istirahat (rest position) : terbuka / menutup. Bibir

terbuka pada waktu rest posisi bisa disebabkan karena bibir terlalu pendek

(incompetent) atau hypotonus otot bibir sering dijumpai pada pada pasien

yang gigi depannya protrusif.

- Fonetik

Page 9: Laporan Skill Lab Ortho

Dapat diperiksa dengan menyuruh pasien mengucapkan huruf tertentu seperti

S, R, dan Z.

- Kebiasaan Jelek

Dapat diperiksa dengan menanyakan pada pasien atau juga bisa dilakukan

dengan memeriksa wajah atau anggota tubuh lain seperi jari tangan. Anak

yang memiliki kebiasaan buruk seperti menghisap ibu jari biasanya ibu jari

anak tersebut tampak lebih bersih dan kulitnya mengkerut akibat dari

seringnya pasien menghisap ibu jarinya.

Intra Oral

Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan mengamati :

Kebersihan mulut (oral hygiene / OH) : baik / cukup / jelek

Ini dapat ditetapkan dengan Indeks OHIS, pasien yang kebersihan mulutnya jelek

kemungkinan besar kebersihan mulutnya akan lebih jelek lagi selama perawatan

dilakukan, oleh karena itu motivasi kebersihan mulut perlu diberikan sebelum

perawatan ortodontik dilakukan.

Keadaan lidah : normal / macroglossia / microglossia

Pasien yang mempunyai lidah besar ditandai oleh :

- Ukuran lidah tampak besar dibandingkan ukuran lengkung giginya

- Dalam keadaan relax membuka mulut, lidah tampak luber menutupi permukaan

oklusal gigi-gigi bawah.

- Pada tepi lidah tampak bercak-bercak akibat tekanan permukaan lingual

mahkota gigi (tongue of identation)

- Gigi-gigi tampak renggang-renggang (general diastema)

Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar / sempit

Page 10: Laporan Skill Lab Ortho

Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas kelateral kurang (kontraksi) biasanya

palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang pertumbuhan berlebihan (distraksi)

biasanya mempunyai palatum rendah lebar. Jika ada kelainan lainnya seperti adanya

peradangan, tumor, torus, palatoschisis, dll. dicatat.

Gingiva : Normal / hypertophy / hypotropy

Adanya peradangan pada gingiva bisa ditetentukan dengan gingival indeks (GI)

Mucosa : normal / inflamasi / kelainan lainnya

Pasien dengan oral hygiene yang jelek biasanya mempunyai gingiva dan mucosa

yang inflamasi dan hypertropy.

Frenulum labii superior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis

Frenulum labii inferior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis

Frenulum lingualis : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis

Pemeriksaan frenulum dilakukan untuk mengetahui posisi perlekatannya (insersio)

pada marginal gingiva serta ketebalannya, apakah akan mengganggu pengucapan

kata-kata tertentu dan apakah akan mengganggu pemakaian plat ortodontik yang akan

dipasang.

Tonsila palatina : normal / inflamasi / hypertrophy

Tonsila lingualis : normal / inflamasi / hypertrophy

Tonsila pharengea : normal / inflamasi / hypertrophy

Untuk mengetahui ada tidaknya pembengkakan pada amandel dilakukan

pemeriksaan dengan menekan lidah pasien dengan kaca mulut, jika dicurigai adanya

kelaianan yang serius pasien dikonsulkan ke dokter ahli THT sebelum dipasangi alat

ortodontik.

Bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah : Parabola / Setengah elips /

Trapeziod / U-form / V-form / Setengah lingkaran.

Ciri-ciri :

- Parabola : Kaki lengkung (dari P1 sampai M2 kanan dan kiri) beberbentuk

garis lurus devergen ke posterior dengan posisi gigi M2 merupakan terusan

Page 11: Laporan Skill Lab Ortho

kaki lengkung, sedangkan puncak lengkung (C – C) berbentuk garis lengkung

(curved).

- Setengah elips : Kaki lengkung berbentuk garis lengkung konvergen ke

posterior ditandai oleh posisi gigi M2 mulai berbelok kearah median line,

sedangkan puncak lengkung juga merupakan garis lengkung (curved). .

- Trapezoid : Kaki lengkung merupakan garis lurus devergen ke posterior dan

puncak lengkung merupakan garis datar di anterior dari gigi C – C.

- U-form : Kaki lengkung merupakan garis lurus sejajar ke posterior,

sedangkan puncak lengkung merupakan garis lengkung.

- V-form : Puncak lengkung merupakan garis lurus devergen ke posterior,

tetapi puncak lengkung merupakan garis menyudut ke anterior ditandai

dengan posisi gigi I2 masih merupakan terusan kaki lengkung lurus

konvergen ke anterior.

- Setengah lingkaran : Kaki lengkung dan puncak lengkung merupakan garis

lengkung merupakan bagian dari setengah lingkaran. Ini biasanya dijumpai

pada akhir periode gigi desidui sampai awal periode gigi campuran (mixed

dentision)

Pemeriksaan gigi geligi :

- Rumus gigi : Periksa elemen gigi apa saja yang ada pada pasien. Tulislah rumus gigi

sesuai dengan gigi yang sudah erupsi dan beri keterangan.

- Apel gigi : Periksa gigi-gigi yang telah mengalami perawatan dan gigi yang tidak

normal atau telah mengalami perawatan.

Page 12: Laporan Skill Lab Ortho

Pada kartu status klinik Ortodonsia RSGM FKG Unej, digunakan keterangan-

keterangan sebagai berikut:

o Karies Gigi + Hiperkalsifikasi

Tumpatan ▲ Perubahan Warna

X Pencabutan * Fraktur

Pemeriksaan radiografi (rontgenogram):

Pemeriksaan radiografi digunakan untuk melihat benih dari gigi geligi. Dilihat apakah

ada benih gigi yang impaksi, agenisi, gigi kelebihan. Selain itu juga dilihat apakah

benih dari gigi geligi permanen lengkap atau tidak (untuk gigi geligi yang yang belum

erupsi).

1.3 Analisis Fungsional

1. Pemeriksaan Freeway Space

Freeway Space merupakan celah yang terdapat antara rahang atas dan

rahang bawah dalam keadaan istirahat yang merupakan selisih antara relasi

vertikal pada saat istirahat dan relasi vertikal pada saat oklusi sentrik . Relasi

vertikal posisi istirahat adalah suatu hubungan rahang atas dimana otot-otot

membuka dan menutup mulut dalam keadaan seimbang. Relasi vertikal ini

diukur pada waktu rahang bawah dalam keadaan istirahat fisiologis. Relasi

vertikal oklusi adalah suatu hubungan rahang bawah terhadap rahang atas,

gigi geligi atau oklusal saat dioklusikan. Relasi vertikal ini diukur sewaktu

gigi dalam oklusi sentrik.

Cara pengukuran relasi vertikal:

1. Relasi vertikal posisi istirahat

Tentukan dua titik pada wajah penderita sejajar dengan median line, yaitu

pada dagu dan di atas bibir/hidung. Pengukuran dilakukan dengan

menggunakan jangka dan penggaris.

2. Relasi vertikal oklusi

Page 13: Laporan Skill Lab Ortho

Untuk pengukuran relasi vertikal oklusi juga menggunakan dua titik pada

wajah yang sejajar dengan median line, lalu pasien diinstruksikan untuk

memposisikan pada oklusi sentris yaitu posisi kontak maksimal dari gigi

geligi pada waktu mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi

berada dalam posisi bilateral simetris di dalam fossanya. Sentris atau

tidaknya posisi mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan yang

diberikan oleh kontak antara gigi pada saat pertama berkontak. Kemudian

diukur kembali jarak antara kedua titik tersebut. Pada umumnya terjadi

pengurangan relasi vertikal 2-4 mm dari relasi vertikal istirahat.

2. Path of Closure

Path of closure merupakan gerakan mandibular dari posisi istirahat menuju

posisi oklusi sentris. Dalam hal ini yang operator periksa adalah gerakan

mandibular da nada tidaknya pergeseran garis median pada saat mandibul

digerakkan dari posisi istirahat menuju posisi oklusi sentris. Dikatakan tidak

normal apabila :

a. Terdapat gerakan mandibular yang tidak normal bisa disebabkan adanya

deviasi mandibular atau displacement mandibular

b. Pergeseran garis median yang menandakan adanya gangguan path of

closure

3. Sendi Temporo Mandibular

Pada pemeriksaan sendi temporo mandibular operator meletakkan kedua jari

dibagian depan dari meatus acusticus ekxternus kiri dan kanan penderita

kemudian pasien diinstruksikan untuk membuka dan menutup mulut secara

berkelanjutan. Apabaila tidak terasa adanya krepitasi saat palpasi atau bunyi

clicking berarti pola pergerakan TMJ normal.

4. Pola Atrisi

Page 14: Laporan Skill Lab Ortho

Pada pemeriksaan pola atrisi dilakukan pemeriksaan pada model studi dari

pasien. Jadi yang diamati oleh operator adalah ada tidaknya atrisi pada model

dan apabila ada bagaimana pola atrisinya.

1.4 Analisis Model

Bentuk Lengkung Gigi

Dalam menentukan bentuk lengkung gigi baik rahang atas maupun

rahang bawah diperiksa dengan cara pemeriksaan langsung pada model

dengan menggunakan wire. Dalam pemeriksaan itu terdapat prediksi hasil

normal dan tidak normal. Untuk lengkung yang tidak nornal yaitu jika

terdapat gigi yang berada d luar lengkung dan normal jika lengkung dan gigi

berada pada tempat yang benar. Dari hasil pemeriksaan pada model

didapatkan hasil bahwa bentuk lengkung pasien dalam keadaan normal baik

itu lengkung rahang atas maupun lengkung rahang bawah.

Jumlah Lebar 4 Insisiv Rahang Atas

Apabila jumlahnya : 28-36 mm, berarti normal, kurang dari 28 mm

disebut mikrodonti dan bila lebih dari 36 mm disebut makrodonti.

Pengukurannya dilakukan dengan cara menggunakan jangka dan penggaris.

Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil untuk jumlah lebar 4 insisiv rahang

atas adalah 30 mm dan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ukuran

lebar gigi insisiv pasien tersebut normal.

Diskrepansi pada Model

Adalah selisih antara tempat yang tersedia dengan tempat yang

dibutuhkan. Tujuan pengukuran ini adalah untuk menentukan adanya

kekurangan atau kelebihan tempat dari gigi geligi berdasarkan model studi

yang akhirnya untuk menentukan macam perawatan yang dilakukan pada

maloklusi yang ada. Dari pemeriksaan model diperoleh data untuk tempat

yang tersedia pada rahang atas adalah 78 mm dan rahang bawah 71 mm.

Sedangkan untuk tempat yang dibutuhkan untuk rahang atas 80 mm dan

Page 15: Laporan Skill Lab Ortho

rahang bawah 73 mm. Dengan demikian setelah dilakukan pengurangan

antara tempat tersedia terhadap tempat yang dibutuhkan baik rahang atas

maupun rahang bawah diperoleh hasil kekurangan tempat sebanyak 2 mm.

Kurve Spee

Adalah kurva dengan pusat pada titik di tulang lakrimal dengan radius

pada orang dewasa 65-70 mm. Kurva ini berkontak di 4 lokasi, yaitu

permukaan anterior kondili, daerah kontak distoklusal molar ketiga, daerah

kontak mesioklusal molar pertama, dan tepi insisal. Lengkung yang

menghubungkan insisal insisiv dengan bidang oklusal molar terakhir pada

rahang bawah. Pada keadaan normal kedalamannya tidak melebihi 1,5 mm.

Pada kurve spee yang positif (bentuk kurvanya jelas dan dalam) biasanya

didapatkan gigi insisiv yang supra posisi atau gigi posterior yang infra posisi

atau mungkin gabungan kedua keadaan tadi.

Keterangan : Kurva Spee

Diastema

Ruang antara dua gigi yang berdekatan, gingiva diantara gigi-gigi

kelihatan. Adanya diastema pada fase geligi pergantian masih merupakan

keadaan normal, tetapi adanya diastema pada fase geligi permanen perlu

diperiksa lebih lanjut untuk mengetahui apakah keaadaan tersebut suatu

keadaan yang tidak normal.

Page 16: Laporan Skill Lab Ortho

Keterangan : Diastema Multiple

Pada pemeriksaan yang diamati dari model pasien tidak terdapat diastema

pada rahang atas.

Pergeseran Gigi – gigi

Cara pemeriksaannya adalah dengan menggunakan simestroskop yang

diletakkan ditengah garis median gigi permanen pada model studi, kemudian

dibandingkan antara gigi senama kiri dan kanan. Pada model studi terdapat

pergeseran gigi pada :

Rahang Atas : 11 lebih ke mesial daripada 21

12 lebih ke mesial daripada 22

14 lebih ke mesial daripada 24

15 lebih ke mesial daripada 25

16 lebih ke mesial daripada 26

Rahang Bawah : 31 lebih ke mesial daripada 41

42 lebih ke mesial daripada 32

Page 17: Laporan Skill Lab Ortho

44 lebih ke mesial daripada 34

46 lebih ke mesial daripada 36

Gigi – gigi yang terletak salah

Dilihat melalui 3 bidang orientasi yaitu bidang horizontal, bidang sagital,

bidang transversal. Pada model studi gigi – gigi yang terletak salah adalah :

Rahang Atas : 12 distolabial rotasi eksentris

21 distolabial rotasi eksentris

22 mesiopalatal rotasi eksentris

Rahang Bawah : 31 distolabial rotasi eksentris

32 mesiolingual rotasi eksentris

33 distolabial rotasi eksentris

Pergeseran Garis Median Terhadap Muka

Cara Pengukuran garis median terhadap muka adalah penderita diinstruksikan

dalam posisi oklusi sentris lalu ditarik garis imajiner yang menghubungkan antara

glabella – Philtrum – Symphisis yang merupakan garis median muka kemudian

diproyeksikan ke garis median gigi. Kemudian gambaran yang didiapat dari penderita

dipindahkan ke model studi penderita serta dicatat kunci oklusinya.

Page 18: Laporan Skill Lab Ortho

Hasil yang diamati ternyata garis median muka pasien tidak dalam satu garis

lurus dengan garis median gigi yang berarti terdapat pergeseran garis median

terhadap muka yaitu :

Rahang Atas : 0,5 mm ke kiri

Rahang Bawah : 1 mm ke kiri

Kelainan Kelompok Gigi :

a. Berdesakan

Gigi yang berdesakan merupakan gigi yang terletak saling tumpang tindih.

Gigi berdesakan atau crowding teeth secara umum dapat dikatakan sebagai

suatu keadaan dimana terjadi disproporsi antara ukuran gigi dan ukuran

rahang dan bentuk lengkung. Meningkatnya letak gigi yang berdesakan mungkin

disebabkan adanya persistensi, gigi tanggal premature, disharmoni

dentomaksilofasial, factor genetic, dll. Tiga keadaan yang memudahkan lengkung

gigi menjadi berdesakan adalah lebar gigi yang besar, tulang rahang yang

kecil atau kombinasi dari gigi yang lebar dan rahang yang kecil.

Page 19: Laporan Skill Lab Ortho

Hasil : Berdasarkan praktikum dan diskusi yang kelompok kami telah lakukan,

tidak terdapat kelainan kelompok gigi yang berdesakan pada rahang bawah baik yang

anterior maupun posterior, dan pada rahang atas baik yang anterior maupun posterior.

b. Supraposisi

Supraposisi merupakan keadaan dimana gigi yang erupsi melebihi garis oklusal.

Penyebab hal ini pada dasarnya adalah gigi berusaha untuk mencapai

keseimbangan yang ideal didalam rongga mulut dan berusaha untuk

mendapatkan kembali kontak dengan gigi yang masih tersisa didalam mulut.

Supraposisi gigi ini dapat terjadi karena tidak adanya kontak gigi dengan gigi

antagonisnya, sehingga gigi berusaha untuk mendapatkan kembali kontak

dengan gigi yang masih tersisa didalam mulut.

Hasil : Pada praktikum dan diskusi yang telah dilakukan oleh kelompok kami,

tidak didapatkan adanya kelainan kelompok gigi supraposisi pada pasien baik pada

rahang atas maupun pada rahang bawah.

c. Infraposisi

Infraposisi merupakan keadaan gigi dimana gigi yang erupsi tidak mencapai garis

oklusal.

Suprapotition teeth

Page 20: Laporan Skill Lab Ortho

Hasil : berdasarkan praktikum dan diskusi yang kelompok kami telah lakukan,

tidak terdapat kelainan kelompok gigi infraposisi baik pada rahang atas maupun

rahang bawah.

d. Retrusi Anterior

Retrusi merupakan keadaan sekelompok gigi yang mengalami

linguoversi/palatoversi. Salah satu penyebab retrusi adalah kebiasaan buruk

seperti menghisap bibir atau menghisap jari.

Hasil : Berdasarkan praktikum dan diskusi yang kelompok kami lakukan,

tidak terdapat kelainan kelompok gigi yang retrusi anterior pada model studi

pasien baik pada rahang atas maupun rahang bawah.

Sekelompok gigi mengalami retrusi

Page 21: Laporan Skill Lab Ortho

e. Protusi Anterior

Protusi merupakan sekelompok gigi yang mengalami labio versi. Keadaan ini

dapat terjadi salah satunya akibat adanya kebiasaan buruk seperti menghisap

jari.

Hasil : Pada praktikum dan diskusi yang telah kelompok kami lakukan, tidak

terdapat kelainan kelompok gigi yang protusi anterior baik pada rahang atas

maupun rahang bawah.

Relasi gigi geligi rahang atas terhadap rahang bawah

Relasi gigi posterior

Relasi gigi adalah hubungan gigi atas dan bawah dalam keadaan oklusi. Gigi

yang diperiksa adalah molar pertama permanen, dan kaninus pertama

permanen. Pemeriksaan dalam jurusan sagital, transversal, dan vertical.

Relasi jurusan sagital

Sekelompok gigi mengalami protusi

Page 22: Laporan Skill Lab Ortho

Kemungkinan relasi molar yang dapat terjadi adalah :

a. Neutroklusi : tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas terletak pada

lekukan bukal molar pertama permanen bawah.

b. Distoklusi : tonjol distobukal molar pertama permanen atas terletak pada lekukan

bukal molar pertama permanen bawah.

c. Mesioklusi : tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas terletak pada tonjol

distal molar pertama permanen bawah.

d. Gigitan tonjol : tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas beroklusi

dengan tonjol mesiobukal molar pertama permanen bawah.

e. Tidak ada relasi : bila salah satu molar pertama permanen tidak ada misalnya

oleh karena telah dicabut, atau bila kaninus permanen belum erupsi.

Keterangan : Relasi molar pertama permanen jurusan sagital, A. neutroklusi, B.

distoklusi, C. mesioklusi, D. gigitan tonjol

Relasi jurusan transversal

Pada keadaan normal relasi transversal gigi posterior adalah gigitan fisura

luar rahang atas, oleh karena rahang atas lebih lebar daripada rahang bawah.

Apabila rahang atas terlalu sempit atau terlalu lebar dapat menyebabkan

terjadinya perubahan relasi gigi posterior dalam jurusan transversal. Perubahan

yang dapat terjadi adalah : gigitan tonjol, gigitan fisura dalam atas, dan gigitan

fisura luar atas.

Page 23: Laporan Skill Lab Ortho

Keterangan : A. gigitan fisura luar rahang atas, B. gigitan silang total luar rahang atas,

C. gigitan fisura dalam rahang atas, D. gigitan silang total dalam rahang atas

Relasi dalam jurusan vertical

Kelainan dalan jurusan vertical dapat berupa gigitan terbuka yang berarti tidak

ada kontak antara gigi atas dan bawah pada saat oklusi.

Relasi gigi anterior rahang atas dan rahang bawah

Relasi gigi anterior diperiksa dalam jurusan sagital dan vertical. Relasi

yang normal dalam jurusan sagital adalah adanya jarak jarak gigit / overjet.

Pada keadaan normal gigi insisivi akan berkontak, insisivi atas di depan

insisivi bawah dengan jarak selebar ketebalan tepi insisal insisivi atas, kurang

lebih 2-3 mm dianggap normal. Bila insisivi bawah lebih anterior daripada

atas disebut jarak gigit terbalik atau gigitan silang anterior atau gigitan

terbalik.

Keterangan :

Jarak gigit dan tumpang gigit normal

Page 24: Laporan Skill Lab Ortho

Untuk mendapatkan pengukuran yang sama maka di klinik digunakan

pengertian jarak gigit adalah jarak horizontal antara insisal atas dengan bidang

labial insisivi bawah. Jarak gigit pada gigitan silang anterior diberi tanda

negative, misalnya -3 mm. Pada relasi gigitan edge to edge jarak gigitnya 0

mm.

Keterangan :

A. Gigitan terbalik

B. Edge to edge

Pada jurusan vertical dikenal adanya tumpang gigit/over bite yang merupakan

vertical overlap of the incisors. Di klinik tumpang gigit diukur dari jarak

vertical insisal insisivi atas dengan insisal insisivi bawah, yang normal

ukurannya 2 mm. Tumpang gigit yang bertambah menunjukkan adanya

gigitan dalam. Pada gigitan terbuka tidak ada overlap dalam jurusan vertical,

tumpang gigit ditulis dengan tanda negative, misalnya -5 mm. Pada relasi

edge to edge tumpang gigitnya 0 mm.

Keterangan :

A. Gigitan dalam

B. Edge to edge

C. Gigitan terbuka

Page 25: Laporan Skill Lab Ortho

Etiologi Maloklusi pada Pasien

Pada kelainan oklusi gigi atau disebut dengan maloklusi yang terjadi

pada pasien yang bernama Putri Wulandari disebabkan oleh kehilangan

premature gigi sulung, letak salah benih dan karies proksimal pada gigi.

Kehilangan premature gigi sulung terjadi pada gigi 62 yang mana

berhubungan dengan gangguan umum dari Disharmoni Dentomaksiler yaitu

Pada saat insisiv lateral permanen akan erupsi dapt terjadi dua kemungkinan.

Yang pertama insisiv lateral permanen meresorpsi akar kaninus sulung

sehingga kaninus sulung tanggal prematur dan insisiv lateral permanen

tumbuh dalam letak yang normal karena tempatnya cukup. Selanjutnya

kaninus permanen akan tumbuh diluar lengkung geligi karena tidak mendapat

tempat yang cukup. Kemungkinan kedua adalah insisv leteral permanen tidak

meresopsi akar kaninus sulung tetapi tumbuh di palatal sesuai dengan letak

benihnya.

Kemudian untuk etiologi yang kedua yaitu letak salah benih pada gigi

12,21,22,31,32,33. Untuk etiologi tersebut akan menyebabkan gigi-gigi yang

lain berada bukan pada tempatnya sehingga gigi akan berjejal dan terjadilah

malposisi gigi. Sebab-sebab lain yang menyebabkan terjadinya malposisi

yaitu adanya karies proksimal pada gigi 75. Dengan adanya karies proksimal

tersebut maka menyebabkan pergeseran gigi molar sehingga berakibat tidak

terjadinya relasi molar yang murni.

2. Diagnosis

maloklusi kelas I angle dengan berdesakan antierior RA dan RB (aku lupa yg

berdesakan yang mana tp kata kakak tingkat begini), disertai pergeseran garis median

RB 1 mm ke kiri dan RA 0,5 mm ke kiri.

3. Ringkasan

Page 26: Laporan Skill Lab Ortho

pasien perempuan berusia 11 tahun datang ke klinik ortodonsia RSGM unej dengan

diagnosa maloklusi kelas I dengan berdesakan anterior ra dan rb, disertai pergeseran

garis median rb 1 mm ke kiri dan ra 0,5 mm ke kiri

Diskrepansi model tjd kekurangan/kelebihan tempat RA 2 mm

Diskrepansi model tjd kekurangan/kelebihan tempat Rb 2 mm

Tumpang gigit: 11/41= 2,5 mm, 21/31= 2,5 mm

Jarak gigit: 11/41= 2 mm, 21/31= 2 mm

Etiologi: Disharmoni Dentomaksiler

4. Macam Perawatan Ortodontik

Macam perawatan berdasarkan besarnya kekurangan tempat (diskrepansi):

non ekstraksi : tidak dilakukan pencabutan gigi permanen

fase geligi: sulung, pergantian maupun permanen

kekurangan tempat kurang dari 8 mm (4-8 mm border line)

dapat dilakukan pencabutan gigi sulung bila perlu

untuk mengatasi kekurangan tempat (bila ada) dapat dilakukan ekspansi atau

stripping

ekstraksi : dilakukan pencabutan gigi permanen.

fase geligi permanen

kekurangan tempat lebih dari 8 mm

ekstraksi serial : pencabutan yang terencana dan berurutan, dilakukan pencabutan

gigi sulung (kaninus sulung) untuk koreksi gigi anterior yang berdesakan atau

protrusi yang kemudian diikuti pencabutan premolar untuk tempat kaninus permanen.

fase geligi pergantian

kekurangan tempat lebih dari 8mm

Ortodonsi Bedah

Page 27: Laporan Skill Lab Ortho

Untuk mendapatkan hasil perawatan ortodontik yang optimal, kadang-kadang

diperlukan tindakan bedah.Sebaliknya perawatan ortodontik diperlukan untuk

mendapatkan hasil yang baik pada bedah orthognatik.Pada keadaan dimana ada

kelainan skeletal yang nyata, ortodontist tidak dapat mencapai hasil estetik yang

optimal dan stabil tanpa tindakan bedah.Sebenarnya pencabutan gigi biasa sudah

merupakan tindakan bedah.

Pencabutan gigi untuk keperluan perawatan ortodontik meliputi:

gigi permanen pada berdesakan yang parah

gigi sulung yang mengalami ankylosis

gigi sulung yang normal tapi mengalami retensi

gigi sulung yang perlu dicabut untuk memberi tempat gigi lain untuk erupsi

gigi kelebihan

gigi M3

PERAWATAN ORTODONTIK.

• Menurut waktu dan tingkatan maloklusinya, perawatan ortodontik dibagi menjadi

:

1. Ortodontik pencegahan (Preventive Orthodontics), yaitu segala tindakan yang

menghindarkan segala pengaruh yang dapat merubah jalannya perkembangan

yang normal agar tidak terjadi malposisi gigi dan hubungan rahang yang

abnormal. Tindakan-tindakan yang diperlukan misalnya : a. Pada waktu anak

masih dalam kandungan, ibu harus mendapatkan makanan yang cukup nilai

gizinya untuk kepentingan pertumbuhan janin. Ibu harus cukup mendapat

kalsium, fosfor, fluor dan vitamin-vitamin A, C dan D untuk mencukupi

kebutuhan janin akan zat-zat tersebut.

b. Setelah bayi lahir, nutrisi anak juga harus dijaga agar pertumbuhan dan

perkembangan badannya normal, dan harus dijaga dari penyakit-penyakit yang

Page 28: Laporan Skill Lab Ortho

dapat mengganggu jalannya pertumbuhan. Penyakit rhinitis, rakhitis, sifilis,

TBC tulang atau avitaminosis dapat menimbulkan deformasi tulang termasuk

gigi-gigi dan jaringan pendukungnya. Gangguan pada kelenjar endokrin

misalnya glandula hipofise, glandula tyroida, dapat mengakibatkan gangguan

pertumbuhan dan mengakibatkan adanya anomali pada gigi-giginya. Juga harus

dijaga adanya luka pada saat kelahiran. Kerusakan yang terjadi pada rahang

akibat pemakaian tang-tang obstetri dapat mengakibatkan anomali yang berat

pada gigi-gigi.

c. Setelah anak mempunyai gigi, maka harus dijaga agar gigi ini tetap sehat sampai

pada saatnya akan digantikan oleh gigi permanen. Kebersihan mulut harus

dijaga, harus diajarkan cara-cara menggosok gigi yang benar, tiga kali sehari

setiap selesai makan dan menjelang tidur. Secara teratur si anak diperiksakan

ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk melihat keadaan gigi-giginya. Jika

terdapat karies harus segera ditambal. Dilakukan tindakan preventif agar gigi-

giginya tidak mudah terserang karies, misalnya topikal aplikasi NaF, mouth

rinsing dan plak kontrol. Fungsi pengunyahan harus dijaga agar tetap baik.

Pada masa pergantian gigi harus dijaga agar gigi desidui tidak dicabut atau

hilang terlalu awal (premature axtraction atau premature loss), ataupun

terlambat dicabut sehingga gigi permanen penggantinya telah tumbuh (terjadi

persistensi atau prolong retention gigi desidui). Jika gigi desidui harus dicabut

jauh sebelum waktu tanggalnya, harus dibuatkan space maintainer untuk

menjaga agar ruangan bekas gigi desidui tadi tidak menutup. Kebiasaan

menghisap ibu jari (thumb sucking), menggigit bibir (lips biting), meletakkan

lidah diantara gigi-giginya (tongue biting), mendorong lidah pada gigi-gigi

depannya (tongue thrusting), cara berbicara yang salah, cara penelanan yang

salah, adalah merupakan kebiasaan jelek yang apabila dilakukan dalam waktu

yang cukup lama dan dilakukan pada masa pertumbuhan aktif, akan

mengakibatkan timbulnya anomali pada gigi-giginya. Oleh karena itu tindakan

Page 29: Laporan Skill Lab Ortho

menghilangkan kebiasaan jelek sedini mungkin merupakan suatu tindakan

preventif terhadap timbulnya anomali.

Anak yang mempunyai tonsil yang membesar akan mengalami gangguan

dalam pernafasannya sehingga anak tersebut akan bernafas melalui mulutnya.

Kebiasaan ini juga akan menimbulkan kelainan pada lengkung rahang dan

giginya. Sikap tubuh yang salah, misalnya selalu membungkuk, miring kanan

atau kiri, juga merupakan kebiasaan jelek yang dapat menimbulkan kelainan.

Seorang dokter gigi harus mengetahui seawal mungkin adanya penyimpangan

dan faktor predisposisi suatu kelainan. Kalau perlu dokter gigi segera

mengirimkan pasien ke ahli ortodonsi atau ahli lainnya untuk perawatan

penyakit sistemik dengan kelainan dentofasial atau adanya celah pada rahang

atau bibirnya yang membutuhkan perawatan lebih kompleks.

2. Ortodontik interseptif (Interceptive orthodontics).

Ortodontik interseptif merupakan tindakan atau perawatan ortodontik pada

maloklusi yang mulai tampak dan sedang berkembang. Disini maloklusi sudah

terjadi sehingga perlu diambil tindakan perawatan guna mencegah maloklusi

yang ada tidak berkembang menjadi lebih parah. Tindakan yang termasuk

disini antara lain dengan menghilangkan penyebab maloklusi yang terjadi agar

tidak berkembang dan dapat diarahkan agar menjadi normal. Contoh yang

paling baik dari ortodontik interseptif ini adalah program terencana dari

pencabutan beranting (serial extraction), yaitu pencabutan gigi kaninus desidui

dan premolar yang dilakukan pada keadaan dimana gigi depan permanen

tampak sedikit berjejal, sehingga dengan pencabutan pada waktu yang tepat

dan terencana maka dapat memperbaiki gigi yang berjejal tadi. Tindakan

interseptif lainnya misalnya dengan memberikan space regainer untuk

mendapatkan kembali ruang yang menyempit akibat pencabutan atau hilangnya

gigi desidui yang terlalu awal. Juga tindakan pelebaran rahang atas secara cepat

Page 30: Laporan Skill Lab Ortho

( RME = Rapid Maxillary Expansion) pada rahang atas yang sangat sempit

dimana sutura palatina masih renggang (belum terjadi interdigitasi sutura).

Perawatan pada otot (myotheraphy) misalnya pada musculus orbicularis oris

yang hipotonus juga termasuk tindakan interseptif. Demikian juga pergeseran

ke distal molar satu permanen baik atas maupun bawah untuk mengatasi

panjang lengkung yang kurang. Tindakan perawatan interseptif ini dilakukan

pada periode gigi bercampur (mixed dentition).

3. Ortodontik korektif atau kuratif (Corrective atau curative orthodontics).

Ortodontik korektif merupakan tindakan perawatan pada maloklusi yang sudah

nyata terjadi. Gigi-gigi yang malposisi digeser ke posisi normal, dengan kekuatan

mekanis yang dihasilkan oleh alat ortodontik. Gigi dapat bergeser karena sifat

adaptive response jaringan periodontal. Ortodontik kuratif atau korektif ini

dilakukan pada periode gigi permanen.

• Menurut periode perawatan ortodontik dibagi dalam 2 periode :

1. Periode aktif, merupakan periode di mana dengan menggunakan tekanan mekanis

suatu alat ortodontik dilakukan pengaturan gigi-gigi yang malposisi, atau

dengan memanfaatkan tekanan fungsional otot-otot sekitar mulut dilakukan

perawatan untuk mengoreksi hubungan rahang bawah terhadap rahang atas.

Contoh : Alat aktif : plat aktif, plat ekspansi Alat pasif : aktivator (suatu alat

myofungsional).

2. Periode pasif, yaitu periode perawatan setelah periode aktif selesai, dengan

tujuan untuk mempertahankan kedudukan gigi-gigi yan telah dikoreksi agar

tidak relaps (kembali seperti kedudukan semula), dengan menggunakan

Hawley retainer.

5. Rencana Perawatan

Page 31: Laporan Skill Lab Ortho

Pada pasien didapatkan gigi berdesakan yang ringan karena koreksi berdesakannya

hanya membutuhkan tempat kurang dari 4 mm. Rencana perawatan yang akan

dilakukan adalah:

1. Ekstraksi gigi 53, 63, dan 85.

Pencabutan gigi sulung yang dilakukan bertujuan untuk mengkoreksi gigi

anterior yang berdesakan. Pada kasus ini, gigi yang akan diekstraksi adalah

53, 63, dan 85. Gigi 85 merupakan indikasi pencabutan, yakni sisa akar.

2. Restorasi gigi 75

Pada gigi 75 terdapat karies proksimal sehingga dibutuhkan restorasi

3. Koreksi berdesakan rahang atas dan rahang bawah

4. Koreksi Pergeseran Garis Median

Garis median yang bergeser sangat mempengaruhi estetik. Bila garis median

bergeser ke sisi kanan maka untuk mengkoreksi kelainan itu gigi-gigi insisiv

harus digerakkan ke kiri sampai sisi mesial insisiv kanan terletak di garis

median. Pada pasien didapatkan pergeseran garis median ke kiri sebesar 0,5

mm pada rahang atas dan 1 mm pada rahang bawah, sehingga dibutuhkan

pergerakan insisiv ke kanan. Diperlukan ruangan di sisi kontralateral

pergeseran garis median, yakni di sisi kanan.

5. Fase evaluasi slicing posterior

Slicing dilakukan pada proksimal posterior, untuk menyediakan tempat bagi

gigi yang akan erupsi dan mencegah crowded.

6. Fase retensi

Fase retensi bertujuan untuk mempertahankan gigi pada posisi yang baru dan

membantu stabilisasi dari perawatan. Pada fase ini perawatan aktif sudah

selesai dilakukan. Fase ini penting untuk dilakukan, karena:

a. Disorganisasi jaringan gingiva dan periodontal membutuhkan waktu untuk

reorganisasi pada saat alat dilepas

Page 32: Laporan Skill Lab Ortho

b. Posisi gigi tidak stabil post ortodontik, soft tissue pressure yang konstan

sebabkan relaps

c. Perubahan akibat kekuatan pertumbuhan dapat merubah hasil perawatan

6. Prognosis

Prognosis adalah perkiraan tentang kemungkinan keberhasilan perawatan

yang akandilakukan baik, buruk, atau meragukan. Beri alasan yang mendukung

pernyataan tersebut.Alasan pendukung dapat dipertimbangkan dari :

1. Keadaan pas i en : kasus , u s i a , keseha tan koope ra t iv i t a s d l l

2. Kemampuan oe ra to r

3. Kecangg ihan a l a t yang d i paka i

7. Alat

1. Analisis umum: pengukur berat badan dan pengukur tinggi badan

2. Analisis lokal: alat dasar ( kaca mulut nomer 3 dan 4, pinset, deppen

glass+alkohol 70%, sonde lurus, sonde bengkok)

3. Analisis fungsional: penggaris dan bulpoint

4. Analisis model: penggaris, jangka, wire, simestroskop dan tabel moyers

Page 33: Laporan Skill Lab Ortho

DAFTAR PUSTAKA

Houston, W. J. B. 1990. Diagnosis Ortodonti, alih Bahasa : Lilian Yuwono.

Jakarta : EGC

Rahardjo, Pambudi. 2008.Diagnosis Ortodontik.Cetakan 1.Surabaya: Airlangga

University Press

Graber, T.M., Orthodontics, Principles and Practice, 3rd , ED., W.B. Saunders Co.,

Philadhelphia, London, Toronto,1972.

Singh, Gukerat. 2007. Textbook of Orthodontics.New Delhi : Ajanta Offset &

Packagings, Ltd.

Phulary, Basavaraj Subhaschandra. 2011. Orthodontics “ Principles and Practices “.

New Delhi : Daryaganj

Foster, T. D. 1997. Buku Ajar ORTODONDI. Edisi III. Jakarta : EGC

Rahardjo, Pambudi. 2009. Ortodonti Dasar. Surabaya: Airlangga Universitas Press

Prijatmoko,dkk. 2010. Buku Ajar Orthodonsia I. Jember : FKG Unej

Page 34: Laporan Skill Lab Ortho