laporan sboa pare.docx

29
LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI BAHAN OBAT ALAM BUAH PARE (Momordica charantia L.) DISUSUN OLEH : KELOMPOK I MUH. ZULFIKAR TAHIR F1F111014 WA ODE NUR DEWI F1F111026 RAHMAD SUTRISNA F1F111048 RAHMATIA MURU F1F111060 SRI RAHAYANI RAMANG F1F111070 ASRIDA KADIR F1F111080 SURIYATI F1F111094 AHMAD ALIFKA F1F111116 NURFITRIYANA RAHAMAT F1F111120 AFRIZI F1F110035 JURUSAN FARMASI FAKULTAS FARMASI

Upload: fitrye-yhana-rayyi-kurniawan

Post on 29-Sep-2015

63 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

LAPORANPRAKTIKUM STANDARISASI BAHAN OBAT ALAMBUAH PARE (Momordica charantia L.)

DISUSUN OLEH :KELOMPOK I

MUH. ZULFIKAR TAHIRF1F111014WA ODE NUR DEWIF1F111026RAHMAD SUTRISNAF1F111048RAHMATIA MURUF1F111060SRI RAHAYANI RAMANGF1F111070ASRIDA KADIRF1F111080SURIYATIF1F111094AHMAD ALIFKAF1F111116NURFITRIYANA RAHAMATF1F111120AFRIZIF1F110035

JURUSAN FARMASIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HALU OLEOKENDARI2014

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, taufik, hidayah dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Standarisasi Bahan Obat Alam ini dengan baik dan tepat waktu.Selanjutnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada para dosen pembimbing dan juga para asisten dosen yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada kami. Dan tidak lupa pula kepada teman-teman yang telah membantu, memberikan dukungan dan saran dalam menyelesaikan laporan lengkap ini.Kemudian yang terakhir, kami mengharapkan kepada seluruh teman-teman dan siapa saja yang membaca makalah ini untuk memberikan saran dan kritik kepada kami, guna acuan dan perbaikan bagi kami selanjutnya. Karena kami sadar dalam penulisan makalah ini kami masih memiliki banyak kekurangan.

Kendari, Oktober 2014

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUANA. Latar belakangSejak jaman dahulu, manusia sangat mengandalkan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya untuk makan, tempat berteduh, pakaian, obat, pupuk, parfum, dan bahkan untuk kecantikan dapat diperoleh dari lingkungan. Sehingga kekayaan alam di sekitar manusia sebenarnya sedemikian rupa sangat bermanfaat dan belum sepenuhnya digali, dimanfaatkan, atau bahkan dikembangkan. Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang Dalem dan relief candi Borobudur yang menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan jenis tanaman obat-obatan, terutama untuk memperoleh bahan-bahan kontrasepsi. Telah diketahui ada 52 jenis tanaman yang terdapat di Indonesia memiliki sifat antifertilitas (Chuthbert dan Wong, 1986). Salah satunya adalah buah pare (Momordica charantia L.). Buah Pare yang sering digunakan sebagai lalapan ternyata mengandung khasiat lebih bagi kesehatan. Pare alias paria kaya mineral nabati kalsium dan fosfor, juga karotenoid. B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dikaji dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah cara menstandarisasi buah pare (Momordica charantia L.) sebagai bahan obat alam ?2. Bagaimana cara mengidentifikasi gugus fungsi yang terkandung dalam buah pare (Momordica charantia L.) sebagai bahan obat alam?C. Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah1. Untuk mengetahui cara menstandarisasi buah pare (Momordica charantia L.) sebagai bahan obat alam2. Untuk mengetahui gugus fungsi yang terkandung dalam buah pare (Momordica charantia L.) sebagai bahan obat alam.D. Manfaat PenelitianManfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:1. Dapat mengetahui cara menstandarisasi buah pare (Momordica charantia L.) yang digunakan sebagai bahan obat alam2. Dapat mengetahui gugus fungsi yang terkandung dalam buah pare (Momordica charantia L.) yang digunakan sebagai bahan obat alam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Deskripsi Tanaman1. Klasifikasi TanamanRegnum : Plantae

Super Divisi :Spermatophyta

Divisi :Magnoliophyta

Kelas :Magnoliopsida

Sub Kelas :Dilleniidae

Ordo :Violales

Famili:Cucurbitaceae

Genus:Momordica

Spesies :Momordica charantia L.

2. Morfologi TanamanPare adalah sejenis tumbuhan merambat dengan buah yang panjang dan runcing pada ujungnya serta permukaan bergerigi. Pare tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan, atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar. Tanaman ini tumbuh merambat atau memanjat dengan sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak serta batangnya berusuk. Daun tunggal, bertangkai dan letaknya berseling, berbentuk bulat panjang, dengan panjang 3,5 - 8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkalnya berbentuk jantung, serta warnanya hijau tua. Bunga merupakan bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, mahkotanya berwarna kuning. Buahnya bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit, warna buah hijau, bila masak menjadi warna jingga yang terbagi tiga (Anonim,2010).3. Khasiat TanamanBuah pare sebagai obat di Cina sudah dicatat Li sejak tahun 1578. Buah pare mempunyaiberbagai khasiat antara lain antiinflamasi dan antelmintik, selain itu juga dapat sebagai obat untuk penyaki tbatuk, radang tenggorokan, sakit mata merah, demam, malaria, menambah nafsu makan,kencing manis, rhematik, sariawan, bisul, abses, demam, malaria, sakit liver, serta sembelit (Cahyadi, 2009).Karantin, momordisin dan polipeptida P dilaporkan dalam penelitian-penelitian sebelumnya dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci hiperglikemi dengan pemberian secara oral. Mekanisme kerja buah pare dalam menurunkan glukosa darah pada hewan percobaan dengan cara mencegah penyerapan glukosa pada usus. Selain itu diduga pare memiliki komponen yang menyerupai sulfonylurea (obat antidiabetes paling tua dan paling banyak dipakai.4. Kandungan KimiaBerbagai konstituen primer dan sekunder telah dilaporkan dalam buah M. charantia. Konstituen Karakteristik termasuk sterol, triterpen dan protein bioaktif ( dan momorcharins, sterol (misalnya daucosterol); Triterpen, goyaglycosides a-h, goyasaponins I-III, cucurbitasin dan glikosida mereka seperti momordicosides E1, F1, F2, F-K. asam galik, asam gentisic, catechin, asam klorogenat dan epicatechin adalah fenolat rendah berat molekul yang paling sering ditemukan.

B. Metode Analisis 1. Penyiapan SimplisiaSimplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami penolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain. Simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral (Anonim, 2000).Proses pembuatan simplisia Pengumpulan Bahan BakuKualitas bahan baku simplisia sangat dipengaruhi beberapa faktor, seperti : umur tumbuhan atau bagian tumbuhan pada waktu panen, bagian tumbuhan, waktu panen dan lingkungan tempat tumbuh (Depkes RI, 1985). Sortasi basahSortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan asing lainnya setelah dilakukan pencucian dan perajangan. PerajanganBeberapa jenis bahan simplisia tertentu ada yang memerlukan proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. PengeringanPengeringan dilakukan agar memperoleh simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan secara alami dan secara buatan. Pengeringan alami dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari baik secara langsung maupun ditutupi dengan kain hitam. Sedangkan pengeringan secara buatan dilakukan dengan oven. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30C 90C (Depkes RI, 1985). Sortasi keringSortasi kering bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tumbuhan yang tidak diinginkan dan pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering (Depkes RI, 1985). Pengemasan dan PenyimpananPengepakan simplisia dapat menggunakan wadah yang inert, tidak beracun, melindungi simplisia dari cemaran serta mencegah adanya kerusakan. Sedangkan penyimpanan simplisia sebaiknya di tempat yang kelembabannya rendah, terlindung dari sinar matahari, dan terlindung dari gangguan serangga maupun tikus.2. MaserasiMetode ekstraksi yang biasa digunakan dalam penelitian ialah maserasi. Metode ekstraksi dengan cara maserasi mengikuti prinsip like dissolves like yang berarti bahwa senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar, dan begitupun sebaliknya (Sudjadi, 1988). Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen-komponen kimia yang terdapat dalam suatu sampel dengan menggunakan pelarut tertentu (Harborne, 1996).3. Penentuan Parameter Spesifik Dan Nonspesifik Pemeriksaan OrganoleptikAromanya khas dan berasa pahit (WHO) Pemeriksaan Mikroskopik

Penetapan Kadar AirPenetapan kadar air dapat dilakukan dengan cara titrasi langsung dan titrasi tidak langsung. Cara titrasi langsung, yaitu 20 mL methanol P dimasukkan ke dalam labu filtrasi. Dititrasi denggan pereaksi Karl Fischer hingga titik akhir tercapai. Selanjutnya dimasukkan dengan cepat sejumlah zat yang gditimbang seksama yang diperkirakan mengandung 10-50mg air ke dalam labu titrasi lalu diaduk selama 1 menit. Dititrasi dengan pereaksi Karl Fischer yang telah diketahui kesetaraan airnya.

Penetapan Kadar Sari Larut AirSerbuk sampel dikeringkan (4/18) di udara dan dimaserasi selama 24 jam, 5,0 gram serbuk dengan 100 mL air kloroform P menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama. Kemudian dibiarkan Selma 18 jam, disaring dan diuapkan 20 mL filtrate hingga kering dalam cawan dangkal berdasarkan rata yang telah ditara. Dipanaskan sisa pada suhu 1050C hingga bobotnya tetap. Dihitung kadar dalam persen sari yang larut terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara :

Penetapan Kadar Sari Larut AsamSerbuk sampel dikeringkan (4/18) di udara, kemudian dimaserasis selama 24 am 5,0 g serbuk dengan 100 mL etanol (95%) menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama. Kemudian dibiarkan selama 18 jam dan disaring cepat denggan mengghindarkan penguapan etanol (95%). Diuapkan 20 mL filtrate hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. Dipanaskan sisa pada suhu 1050C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol (95%), dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara menggunakan rumus berikut :

Penetapan Kadar Abu TotalCara I : 2 sampai 3 gram zat dimasukkan ke dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, ratakan. Selanjutnya dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan, kemudian ditimbang. Cara II : 2 hingga 3 gram zat ditambahkan air panas, disaring melalui kertas saring bebas abu. Dipijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang sama. Selanjutnya dimasukkan filtrate ke dalam krus dan diuapkan. Dipijarkan hingga bobot tetap dan ditimbang. Dihitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Persentasi kadar abu total dihitungg dengan meBnggunakan rumus berikut:

Penetapan Kadar Abu Tidak Larut AsamAbu yang diperoleh pada penetapan kadar abu dididihkan dengan 25 mL asam klorida encer selama 5 menit. Dikumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam dan disaring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu. Dicuci dengan air panas dan dipijarkan hingga bobotnya tetap. Selanjutnya ditimbang dan dihitung kadar abu yang tidak larut asam terhadap bahan yang telah dikeringkan dengan menggunakan rumus berikut :

4. Skrining Fitokimia1. Kromatografi Lapis TipisKromatografi merupakan suatu metode fisik untuk pemisahan yang didasarkan atas perbedaan afinitas senyawa-senyawa yang sedang dianalisis terhadap dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Campuran senyawa dapat mengalami adsorpsi dan desorpsi oleh fasa diam secara berturut-turut sehingga secara berurutan fasa gerak juga akan melarutkan senyawa-senyawa tersebut dan proses pemisahan dapat terjadi karena campuran memiliki kelarutan yang berbeda di antara dua fasa tersebut (Kristanti et al., 2008).Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat digunakan untuk tujuan analitik dan preparatif. KLT analitik digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organik dalam jumlah kecil misalnya, menentukan jumlah komponen dalam campuran dan menentukan pelarut yang tepat untuk pemisahan dengan KLT preparative; sedangkan KLT preparatif digunakan untuk memisahkan campuran senyawa dari sampel dalam jumlah besar berdasarkan fraksinya, yang selanjutnya fraksi-fraksi tersebut dikumpulkan dan digunakan untuk analisa berikutnya (Townshend, 1995).Tahapan setelah proses pengembangan cuplikan adalah mengamati noda yang telah dipisahkan. Jika diperoleh noda yang berwarna maka dapat diamati langsung secara visual. Sedangkan untuk noda yang tidak nampak, dapat dilihat dengan menggunakan lampu ultraviolet (UV), umumnya pada panjang gelombang 254 nm 366 nm (Sastrohamidjojo, 1985).

2. Spektrofotometer FT-IRSpektroskopi FTIR merupakan suatu teknik analisis yang cepat, sederhana, dan non-destruktif dengan seluruh sifat kimia dalam contoh dapat diungkapkan dan dimunculkan padas pektrum FTIR. Spektrum sidik jari FTIR yang dihasilkan merupakan informasi data yang sangat kompleks sehingga akan menggambarkan secara menyeluruh karakteristik kimia suatu bahan. Perubahan yang terjadi pada posisi pita dan intensitasnya dalam spektrum FTIR akan berhubungan dengan perubahan komposisi kimia dalam suatu bahan. Oleh karena itu spektrum FTIR dapat digunakan untuk membedakan tumbuhan yang satu dengan yang lainnya walaupun komposisi senyawa kimianya belum diketahui secara pasti (Purwakusumah, et al, 2014).

BAB IIIMETODE PENELITIANA. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilakukan dari bualan oktober sampai dengan bulan desember 2014. Tempat pelaksaan di Laboratorium Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.B. JENIS PENELITIANJenis praktikum yang dilakukan merupakan praktikum eksperimental laboratorium.C. BAHAN ATAU MATERI PENELITIANBahan yang digunakan dalam praktium ini ialah ekstrak buah pare (Momordica charantia L.), methanol, kloroform, pereaksi Dragendorff, pereaksi Liberman Buchard, FeCl3 1 %, ammonia, asam klorida, asam sulfat, plat KLT.D. ALAT PENELITIANAlat-alat yang digunakan pada praktikum ini ialah pisau, kain hitam, ember, blender, gelas kimia, evaporator, timbangan analitik, chamber, pipa kapiler, ampul, pipit tetes, spatula, lampu UV, spektrofotometer FT-IR.E. PROSEDUR PENELITIANPengambilan sampel buah pare dilakukan di perkebunan bapak Gesang Kasnari, tanaman pare yang budidaya sejak 74 hari setelah ditanam. Panen dilakukan pada hari Sabtu, 20 September 2014 pukul 08.30 Wita.Sampel buah pare dipreparasi selama 1 hari, dan pengeringan selama 3 hari dibawah sinar matahari yang ditutupi dengan kain hitam sampai menjadi simlpisia.Simplisia diserbukkan kemudian dimaserasi selama 3x24 jam, kemudian ekstrak tersebut dievaporasi sehingga didapatkan ekstrak kental buah pare lalu diinkubasi selama 1 minggu.Ekstrak kental tersebut diencerkan kemudian dilakukan uji kualitatif dengan metode kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri FT-IR. F. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. PENYIAPAN SIMPLISIAB. MASERASISerbuk pare di maserasi menggunakan pelarut metanol karena pelarut ini merupakan pelarut umum digunakan dalam mengisolasi senyawa bahan alam. Pelarut metanol bersifat universal karena memiliki gugus metil yang cenderung non polar dan gugus hidroksi yang bersifat polar sehingga memiliki kemampuan untuk mengekstrak sebagian besar senyawa metabolit sekunder baik senyawa yang bersifat polar, semi polar maupun nonpolar. Maserasi dilakukan selama 3x24 jam. Hasil maserasi dari 300gram serbuk pare menghasilkan ekstrak kental metanol berwarna hijau tua.C. PENENTUAN PARAMETER SPESIFIK DAN NON SPESIFIK1. Parameter non spesifik: Kadar abu : tidak lebih dari 5% Kadar sari yang larut dalam air : maksimal 15,6% Kadar sari yang larut dalm etanol : minimal 4,3% Kadar aldrin dan dieldrin : tidak lebih dari 0,05 mg/kg

D. SKRINING FITOKIMIASkrining fitokimia adalah metode analisis untuk menentukan jenis metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan karena sifatnya yang dapat bereaksi secara khas dengan pereaksi tertentu.Analisis senyawa dilakukan secara kualitatif. Pada tahap awal dilakukan analisis menggunakan metode kromatografi lapis tipis untuk mengetahui golongan senyawa pa saja yang terkandung dalam buah pare. Ekstrak yang telah diperoleh dienerkan dengan methanol untuk memperkecil konsentrasi. Ekstrak encer tersebut kemudin ditotolkan berulang kali pada plat KLT yang telah disiapkan sebelumnya. Kemudian dielusikan pada eluen campuran pelarut kloroform dan etanol dengan perbandingan 9:1. Selanjutnya dilakukan identifikasi pengujian kandungan senyawa alkaloid, tannin, triiterpenoid, flavonoid dan saponin.No. Uji PerlakuanHasil

1. Alkaloid Positif

2. Tannin Positif

3. Flavoniod Positif

4. Trierpen Negative

5. Saponin Negative

Pengujian senyawa alkaloid menggunakan pereaksi Dragendorff. Hasil yang didapatkan positif, ditandai dengan tampak warna orange pada plat KLT. Pengujian senyawa tannin dilakukan dengan menggunakan pereaksi FeCl3. Hasil yang didapatkan positif, ditandai dengan tampak warna biru kehitaman pada plat KLT. Pengujian kandungan senyawa flavonoid dilakukan dengan menggunakan uap ammonia. Hasil yang didapatkan positif, ditandai dengan tampak hijau tua pada plat. Berbeda dengan pengujian sebelumnya, untuk uji triterpenoid dan saponin didapatkan hasil negative. Pada uji triterpenoid dilakukan dengan mengguanakan pereaksi Liebermann Burchard dan uji saponin dengan menggunakan pereaksi H2SO4. Pada kedua pengujian ini tidak tampak perubahan warna pada plat.

Dari hasil yang didapatkan, dapat dikatakan bahwa buah pare mengandung senyawa alkaloid, tannin dan flavonoid sedangkan triterpenoid dan saponin tidak terkandung didalamnya.Setelah dilakukan uji kandungan menggunakan metode kromatografi, selanjutnya dilakukan analisis menggunakan spektrofotometer FT-IR. Metode ini dilakukan untuk menganalisis gugus-gugus fungsi yang terkandung pada sampel yang selanjutnya dapat menegaskan hasil dari analisis sebelumnya. Hasil yang diperoleh berupa spectrum sebagai berikut:

Perkiraan gugus fungsi pada ekstrak buah pare (Momordia charantia L.)No. Perkiraan gugus fungsi Bilangan gelombang menurut Pustaka

1 C-O / C-C 1300-800

2 C=C 1900-1500

3 C-H alifatik 3000-2850

4 O-H 3800-2700

BAB VPENUTUPA. KESIMPULAN1. Cara standarisasi dilakukan dari tahap penyiapan sampel sampai pada penentuan parameter spesifik dan non spesifik2. Penentuan gugus fungsi dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri FT-IR. Gugus fungsi yang terdapat pada buah pare yaitu..B.SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN