laporan sat acara 5 tep ugm
DESCRIPTION
Sifat Alami TanahTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
SIFAT ALAMI TANAH
ACARA V
KONSISTENSI TANAH DAN ANGKA ATTERBERG
Disusun oleh :
Nama : M. Nur Permana
NIM : 11/318950/TP/10195
Golongan : Kamis A
Co. Ass : Qadry Rahmawandy
LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA LAHAN DAN AIR
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk hidup yang amat bergantung pada
sumberdaya hayati. Tanah adalah salah satu sumberdaya hayati yang sangat
esensial. Beberapa fungsi tanah sebagai media tumbuh tanaman, penyimpan
air dan media konstruksi bangunan. Salah satu faktor yang perlu diketahui
sebelum memulai pengolahan tanah disuatu lahan adalah konsistensi dan
angka atterberg suatu lahan.
Konsistensi tanah adalah daya kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel
tanah dan ketahanan (resistensi) massa tanah tersebut terhadap perubahan
bentuk oleh tekanan atau berbagai kekuatan yang dapat mempengaruhi.
Atterberg yaitu angka-angka kadar air tanah pada beberapa macam
keadaan. Angka-angka ini penting dalam menentukan tindakan pengolahan
tanah karena pengolahan tanah akan sulit dilakukan kalau terlalu kering
ataupun terlalu basah.
Pentingnya konsistensi tanah dan angka atterberg ialah untuk menentukan
cara penggarapan tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan
tanah bawahan.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menetapkan batas cair tanah.
2. Mahasiswa mampu menetapkan batas lekat tanah.
3. Mahasiswa mampu menetapkan batas gulung tanah.
4. Mahasiswa mampu menetapkan batas berubah warna untuk menghitung
jangka olah tanah, indeks plastisitas tanah, dan menghitung persediaan air
maksimum dalam tanah.
C. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari praktikum ini adalah praktikan mampu
menentukan nilai konsistensi tanah dan nilai atterberg sebagai dasar
perekayasaan tanah untuk pertumbuhan tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan
ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang
menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi
(tarik menarik antara partikeldengan air) dengan berbagai kelembaban tanah.
(Nurhajati,1986).
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu:
basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi
tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity).
Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan
konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara (Anonim, 2010).
Sifat-sifat Rheologi dapat dipelajari dengan menentukan angka-angka
Atterberg yaitu angka-angka kadar air tanah pada beberapa macam keadaan.
Angka-angka ini penting dalam menentukan tindakan pengolahan tanah karena
pengolahan tanah akan sulit dilakukan kalau terlalu kering ataupun terlalu basah.
Batas mengalir (liquid limit) adalah jumlah air terbanyak yang dapat ditahan
tanah. Kalau air lebih banyak maka tanah bersama air akan mengalir. Batas
melekat adalah kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada benda lain.
Bila kadar air lebih rendah dibanding batas lekat maka tanah tidak dapat melekat,
tetapi bila kadar air lebih tinggi dari batas lekat maka tanah akan mudah melekat
pada benda lain. Batas menggolek adalah kadar air dimana gulungan tidak dapat
digolek-golekkan lagi. Apabila digolekkan maka tanah akan pecah-pecah ke
segala jurusan. Pada kadar air lebih rendah dari batas golek maka tanah sukar
diolah. Batas berubah warna adalah tanah yang telah mencapai batas golek, masih
dapat terus kehilangan air sehingga lambat laun menjadi kering dan ada suatu
ketika tanah berwarna lebih terang. Batas berubah warna merupakan batas
terendah kadar air dapat diserap tanaman (Cahyono,1998).
Konsistensi tanah sangat diperlukan terutama pada saat pengolahan tanah.
Apabila pengolahan tanah dilakukan pada konsistensi yang tepat maka daya yang
diperlukan adalah minimum. Konsistensi tanah secara langsung dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu (Foth, 1991):
a. Kadar air; maksudnya yaitu seberapa kandungan air pada suatu tanah
mempengaruhi daya tanah tanah. Hal ini berkaitan apakah tanah berada
dengan kandungan air di atas kapasitas lapang, mendekati, ataukah tanah
dalam keadaan kering angin dimana konsistensi tanah dalam keadaan
kapasitas air yang berbeda-beda berarti memiliki keadaan konsistensi tanah
yang berbeda pula.
b. Tekstur; berhubungan dengan keadaan fraksi-fraksi tanah, sehingga nantinya
dapat diketahui perbandingan seperti apa yang menentukan daya tahan tanah
atas gaya-gaya yang mengenainya. Perbandingan pasir, debu dan liat yang
berbeda-beda pada setiap jenis tanah, akan memperlihatkan tingkat
konsistensi tanah yang beragam pula.
Struktur dengan bahan organik diartikan dapat berpengaruh pada
konsisitensi tanah karena bahan organik terkandung sejumlah bahan kimia yang
mampu melekatkan partikel/butiran tanah sehingga mampu memantapkan struktur
agregat tanah.Setiap materi tanah mempunyai konsistensi yaitu baik bila massa
tanah itu besar atau kecil (sedikit), dalam keadaan alamiah ataupun sangat
terganggu, berbentuk agregat atau tanpa struktur, maupun dalam keadaan kering
atau lembab. Sekalipun konsistensi tanah dan struktur berhubungan erat satu sama
lain, struktur tanah menyangkut bentuk, ukuraan dan pendefinisian agregat
alamiah yang merupakan hasil dari keragaman gaya tarikan di dalam massa tanah,
sebaliknya konsistensi meliputi kekuatan dan corak dari gaya-gaya tersebut
(Sarwono,1992).
Bergantung pada kadar airnya, maka sistem tanah dan air dibedakan
menjadi padat (solid), setengah padat (semi solid), plastis (dapat dibuat bentuk
tertentu dan tidak pecah) dan cair. Batas antara cair dan plastis disebut batas cair
(liquid limit), batas antara plastis dan semi solid disebut batas plastis (plastic
limit) sedangkan batas antara semi solid dengan solid disebut batas kerut
(shringkage limit) (Rindiawati,1985).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum
1. Casagrande
2. Spatula dan colet
3. Timbangan analitik
4. Botol timbang
5. Oven
6. Cawan
7. Lempengan kaca
8. Lempengan kayu
Bahan yang digunakan dalam praktikum
1. Contoh tanah kering angin berukuran 2mm sebanyak 200 gram dari
berbagai lapisan tanah dalam profil.
2. Aquadest
B. Cara Kerja
1. Penentuan batas cair (Liquid Limit)
a. Diambil contoh tanah dan dibuat pasta tanah dengan menambahkan
air sedikit demi sedikit sehingga diperoleh pasta yang homogen.
b. Diletakkan sebagian pasta tanah di atas cawan alat casagrande dan
permukaannya diratakan dengan colet sampai tebal pasta ± 1 cm.
Kemudian dengan colet pasta tanah dibelah sepanjang sumbu simetris
cawan. Sewaktu membelah pasta, colet dipegang sedemikian sehingga
pada saat setiap kedudukannya selalu tegak lurus pada permukaan
cawan dan ujung colet selalu tertekan di permukaan cawan. Di dasar
alur pembelahan harus terlihat permukaan cawan yang bersih dari
tanah selebar ujung colet (2 mm).
c. Diputar alas casagrande secara cepat sehingga cawan terketuk-ketuk
sebanyak 2x tiap detik. Dihitung jumlah ketukan untuk menutup alur
sepanjang ±1 cm.
d. Diulangi langkah (c), cawan diketuk-ketukkan lagi dan dihitung
jumlah ketukan untuk menutup alurnya kembali. Diulangi hingga
memperoleh jumlah ketukan yang tetap.
e. Setelah diperoleh jumlah ketukan yang tetap (sekitar 10-40 ketukan),
diambil sejumlah pasta tanah di sekitar bagian alur yang menutup
sebanyak ±10 g dan dihitung kadar lengasnya.
2. Penentuan batas lekat
a. Pasta tanah diambil dari acara batas cair, digumpalkan dalam tangan
dan colet ditusukkan ke dalamnya ± 2,5 cm dengan kecepatan 1
cm/dtk
b. Permukaan colet diperiksa :
- bersih, tidak ada tanah berarti pasta tanah lebih kering dari batas
lekat
- ada tanah atau suspensi melekat berarti pasta tanah lebih basah
dari batas lekat
c. Tergantung pada hasil langkah (b), pasta tanah ditambah atau
dikurangi kelembabannya, dan diulangi langkah (a) hingga diperoleh
keadaan di permukaan colet melekat suspensi tanah seperti dempul
sepanjang 1/3 kedalaman penusukan.
d. Apabila pada permukaan colet di sebelah ujungnya melekat suspensi
seperti dempul sepanjang kira-kira 1/3 x dalamnya penusukan,
selanjutnya diambil suspensi sekitar tusukan sebanyak ±10 gram dan
kadar lengasnya ditetapkan.
e. Langkah a-d diulangi sebagai duplo. Hasil duplo dengan yang pertama
tidak boleh berselisih lebih dari 10%. Apabila lebih maka harus
diulangi lagi sampai diperoleh 2 pengamatan yang berselisih <1%.
3. Penentuan batas gulung/plastis
a. Pasta tanah diambil ± 15 gr dari acara batas cair dan dibuat bentuk
sosis. Kemudian diletakkan di atas lempengan kaca. Pasta tanah
digulung-gulungkan dengan tangan (dari ujung jari sampai pangkal
jari).
b. Diperikas gulungan tanah yang terbentuk, bila gulungan mulai retak
pada saat tebal gulungan 3 mm maka diambil dan diletakkan dalam
cawan dan ditetapka kadar lengasnya.
c. Langkah 1-b diulangi sebagai duplo dan triplo.
4. Penentuan Berubah Warna Tanah
a. Pasta tanah diratakan dengan colet sampai tipis dan licin di atas papan
kayu yang rata dan halus.
b. Bentuk pasta dibuat jorong, menipis dari bagian tengah ke tepi
(dengan ketebalan bagian tengah ± 3 mm).
c. Didiamkan dalam tempat yang teduh dan jauh dari tempat panas. Pada
kondisi ini lengas dalam pasta pelan-pelan akan menguap dan, di
mana penguapan pada bagian tepi akan lebih cepat dari bagian tengah.
Pada waktu lengas menguap pori-pori yang ditinggalkan oleh lengas
akan diisi oleh udara, dan warna tanah akan lebih terang.
d. Setelah bagian tanah yang berubah warna mencapai panjang sekitar
0.5 cm, selanjutnya ambil bagian tersebut dan bagian di sampingnya
yang berwarna gelap (± 5 cm) dengan colet.
e. Setelah jalur pemudaan ini mencapai ±0,5 cm, diambil jalur muda
tersebut dengan colet bersama-sama dengan jalur disampingnya yang
masih gelap dan ditentukan kadar lengasnya.
C. Cara Analisis
1. Penentuan Batas Cair (BC)
KL = (b−a )−(c−a)
(c−a)x100%
BC = KL( N25
)0,121
Keterangan : KL = Kadar LengasN = Jumlah ketukana = berat cawan kosong (gr)b = berat cawan kosong + tanah basah (gr)c = berat cawan + tanah kering (gr)
2. Batas Lekat (BL)
BL = (b−a )−(c−a)
(c−a)x100%
Keterangan:
a = berat cawan kosong (gr)
b = berat cawan kosong + tanah basah (gr)
c = berat cawan + tanah kering (gr)
3. Batas Plastis (BP)
BP = (b−a )−(c−a)
(c−a)x100%
Keterangan:
a = berat cawan kosong (gr)
b = berat cawan kosong + tanah basah (gr)
c = berat cawan + tanah kering (gr)
4. Batas Berubah Warna (BBW)
BBW = (b−a )−(c−a)
(c−a)x100%
Keterangan:
a = berat cawan kosong (gr)
b = berat cawan kosong + tanah basah (gr)
c = berat cawan + tanah kering (gr)
5. Regresi Linier
y = ax + b
a = y– bx
b = Σ ( x− y )−n(Σx . Σy)Σ(x¿¿2)−n(Σx)2¿
x =log Ny= rerata KLx = rerata log N
6. Jangka Olah (JO)
JO = BL - BP
7. Indeks Plastis (IP)
IP = BC - BP
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
A. Hasil
1. Batas Cair
a. 25-40 ketukan
Z Ketukan
No. Cawan
a (g) b (g) c (g)
37 C1 7.4962 25.855 19.7933 C2 8.4866 29.144 22.35
Tabel I. Hasil pengamatan batas cair pada 25-40 ketukan
b. 10-25 ketukan
Z Ketukan
No. Cawan
a (g) b (g) c (g)
20 C3 8.566627.556
621.365
17 C4 6.59327.833
620.8868
Tabel II. Hasil pengamatan batas cair pada 10-25 ketukan
2. Batas Lekat
No. Cawan
Berat Cawan
Kosong (a)
Berat Cawan + Tanah
Basah (b)
Berat Cawan + Tanah
Kering (c)C5 8.419 20.4354 16.6286C6 8.2387 19.9817 16.263
Tabel III. Hasil pengamatan batas lekat
3. Batas Plastis
No. Cawan
Berat Cawan
Kosong (a)
Berat Cawan + Tanah
Basah (b)
Berat Cawan + Tanah Kering
(c)
C7 6.4276 21.1411 16.9933C8 8.5765 23.9322 19.42
Tabel IV. Hasil pengamatan batas plastis
4. Batas Berubah Warna
No.cawanBerat
Cawan Kosong (a)
Berat Cawan + Tanah
Basah (b)
Berat Cawan + Tanah
Kering (c)C9 6.6125 7.0492 7.0083C10 6.4154 8.6552 8.4457Tabel V. Hasil pengamatan batas berubah warna
B. Analisis
1. Penentuan Batas Cair
Z Ketukan
No. Cawan
a (g) b (g) c (g) KL (%) BC BC rata-rata
37 C1 7.4962 25.855 19.79 49.33381 47.048247.2179878633 C2 8.4866 29.144 22.35 49.00674 47.38778
20 C3 8.566627.556
6 21.365 48.37792 49.70194
50.311855517 C4 6.59327.833
6 20.8868 48.60009 50.92177Tabel VI. Hasil Perhitungan Penentuan Batas Cair
Contoh Perhitungan (pada cawan 3 ketukan 20) :
KL=(b−a )− (c−a )
(c−a )x100 %
¿(27,5566−8,5666 )−(21,365−8,5666 )
(21,365−8,5666 )x100 %
¿48,37792 %
BC=KL( N25 )
0,121
BC=48,37792( 2025 )
0,121
= 49,70194
2. Analisis Regresi Untuk Batas Cair
Z Ketukan
KL (%) BC Log N = X Log KL=Y XY X2
37 49.3338 47.0482 1.568201 1.6931447 2.65519 2.4592633 49.0067 47.38778 1.5185139 1.6902558 2.56668 2.3058820 48.3779 49.70194 1.30103 1.6846472 2.19178 1.6926817 48.6001 50.92177 1.2304489 1.6866371 2.07532 1.5140
Jumlah 195.319 195.05969 5.6181946 6.75468474 37.949 31.564Rerata 48.8297 48.76492 1.404549 1.6886712 2.3718 1.9727
Tabel VII. Hasil Perhitungan Analisis Regresi Untuk Batas Cair
3. Penentuan Batas Lekat
No. Cawan a (g) b (g) c (g) BL (%) BL rata-rataC5 8.419 20.4354 16.6286 46.37010329
46,3565C6 8.2387 19.9817 16.263 46.34298319
Tabel VIII. Hasil Penentuan Batas Lekat
Contoh Perhitungan Pada Cawan 6 :
BL=( b−a )−(c−a )
( c−a )x 100 %
¿(19,9817−8,2387 )−(16,263−8,2387 )
(16,263−8,2387 )x 100 %
¿46,3429 %
4. Penentuan Batas Plastis
No. Cawan a (g) b (g) c (g) BP (%) BP rata-rataC7 6.4276 21.1411 16.9933 39.25721911
40,4346C8 8.5765 23.9322 19.42 41.61202564
Tabel IX. Hasil Perhitungan Penentuan Batas Plastis
Contoh Perhitungan Pada Cawan 8 :
BP=(b−a )−( c−a )
(c−a )x 100 %
¿(23,9322−8,5765 )−(19,42−8,5765 )
(19,42−8,5765 )x100 %
¿41,612 %
5. Penentuan Batas Berubah Warna
No.cawan a (g) b (g) c (g) BBW (%)C9 6.6125 7.0492 7.0083 10.333502C10 6.4154 8.6552 8.4457 10.318672Tabel X. Hasil Perhitungan Penentuan Batas Berubah Warna
Contoh Perhitungan Pada Cawan 10 :
BBW=(b−a )−( c−a )
( c−a )x 100 %
¿(8,6552−6,4154 )−(8,4457−6,4154 )
( 8,4457−6,4154 )x100 %
¿10,3187 %
6. Penentuan Regresi Linier
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 60
1
2
3
4
5
6
7
8
f(x) = 1.19587071512756 x + 0.0135188867556888R² = 0.994755043707753
Log N Vs Log KL
Log N Vs Log KLLinear (Log N Vs Log KL)
Grafik I. Hubungan Log N dan Log KL
Dari grafik tersebut diperoleh persamaan y = ax+b
Persamaan dari grafik : y = 1,195x + 0,013
a = y– bx
= 1.6886712-1,202x1.404549
= 0,000403
b=∑ ( xy )−n (∑ x .∑ y )
∑ ( x2 )−n (∑ x )2
¿(37,949 )−4 (5,618 x6,755 )
31,564−4 x31,564
¿1,202
Persamaan dari perhitungan : y = 0,000403x + 1,202
7. Penentuan Jangka Olah
Jangka olah No. cawan JO
5, 7 7.1128841796, 8 4.730957551
Tabel XI. Hasil Perhitungan Penentuan Jangka Olah
Contoh Perhitungan Pada Cawan 5,7 :
JO = BL – BP
= 46,37 – 39,257
= 7,113
8. Penentuan Indeks Plastis
No cawan IP1,2 ; 7 7.9607687483,4 ; 8 8.699829858
Tabel XII. Hasil Perhitungan Penentuan Indeks Plastisitas
Contoh Perhitungan Pada Cawan 1,2 ; 7 :
IP = BC rata-rata – BP
= 47,217 – 39,257
= 7,96
BAB V
PEMBAHASAN
Kali ini praktikum acara 5 tentang konsistensi tanah dan angka Atterberg.
Pada praktikum ini dipelajari mengenai konsistensi tanah dan angka atterberg.
Dalam menentukan keduanya dilakukan pengamatan beberapa data diantaranya
adalah batas cair (BC), batas lekat (BL), batas plastisin (BP), dan batas berubah
warna (BBW).
Konsistensi tanah adalah salah satu sifat fisika tanah yang menunjukkan
kekuatan atau ketahanan daya kohesi butir-butir tanah dan daya adhesi dengan
berbagai kelembaban tanah. Konsistensi tanah merupakan bagian dari Rheologi
yang mempelajari perubahan-perubahan bentuk (deformation) dan diran (flow)
suatu benda. Batas cair adalah jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah.
Batas lekat adalah kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada benda
lain. Batas plastis adalah suatu keadaan tanah dimana tanah dapat digulung
menjadi gulungan kecil-kecil dengan diameter ±3,2 mm. Batas plastis ini
merupakan batas bawah dari keadaan plastis. Sedangkan batas berubah warna
adalah tanah yang telah mencapai batas pilin (kadar air dimana gulungan tidak
dapat dipilin lagi) yang masih dapat terus kehilangan air sehingga lambat laun
menjadi kering dan pada suatu ketika tanah berwarna lebih terang. Batas berubah
warna merupakan batas terendah kadar air dapat diserap tanaman.
Dalam pengujian Batas Cair (BC), alur harus menutup karena aliran
kental, bukan karena lanjutan atau luncuran belahan tanah diatas cawan. Apabila
terjadi luncuran berarti tanahnya terlalu kering atau permukaan cawan licin.
Permukaan cawan yang licin bisa disebabkan oleh minyak atau kapisan debu
kering. Apabila alat Cassagrande diputar lebih cepat 2 kali atau lebih rendah per
detiknya maka penutupan alurnya akan lebih cepat atau lebih lambat. Ketukan alat
cassagrande dipengaruhi oleh jenis tanah yang digunakan, apabila pasta tanah
terlalu basah jumlah ketukan kurang dari 10 sebaliknya saat pasta tanah terlalu
kering maka jumlah ketukan lebih dari 40. Penentuan kadar lengas tanah
diperoleh dari pasta tanah karena sekitar alur yang menutup itulah yang
menunjukkan batas cair tanah(liquid limit) yang diamati sedangkan tanah yang
tidak menutup tidak dihitung karena tidak menunjukkan batas cair atau tanah
masih menahan air.
Pada Pengamatan Batas Lekat (BL) ini digunakan alat bernama colet.
Colet yang digunakan menentukan hasil pengamatan. bila colet yang digunakan
berlemak dan kasar permukaannya akan membuat tanah seluruhnya menempel
pada colet. Jika lengket maka tidak dapat diukur batas lekatnya. Sedangkan
apabila kecepatan menusuk-menarik colet lebih cepat maka hanya ada sedikit
bagian tanah yang menempel pada colet sehingga sulit menentukan batas lekat..
Sebaliknya, saat kadar air atau kelembaban lebih tinggi dibandingkan batas lekat
tanahnya maka tanah akan mudah melekat ke benda lain.
Pengamatan Batas Plastis (BP), landasan penggulung harus keras dan
permukaannya rata karena agar lebih mudah dalam menggulung membentuk
tambang. Pengamatan dikatakan valid saat gulungan mencapai tebal 3mm dan
hanya terdapat retak-retak atau gulungan tidak putus. Pada penetapan batas gulung
diperlukan triplo sebab sebagai pembanding antara batas plastis satu contoh tanah
dengan contoh tanah lain, semakin banyak pembanding datanya akan semakin
valid.
Pada pengamatan Batas berubah Warna lapisan tanah diatas papan kayu
dibuat menipis kearah tepi. Hal ini dilakukan agar kadar air cepat menguap dan
warnanya lebih cepat berubah. Pada kondisi ini lengas dalam pasta pelan-pelan
akan menguap, dimana penguapan pada bagian yang tipis akan lebih cepat. Pada
waktu lengas menguap pori-pori yang ditinggalkan oleh lengas akan diisi oleh
udara, maka warna tanah akan lebih terang/memuda. Pemudaan ini akan
berlangsung mulai dari tepi dan pelan-pelan menuju ke tengah. Batas berubah
warna atau batas antara warna terang dan agak tua merupakan batas terendah
kadar air yang dapat diserap oleh tanaman. Tanah diambil separuh dari jalur
warna muda dan dari yang gelang karena dengan mengambil keduanya dapat
menentukan batas berubah warna dimana warna muda berarti kandungan airnya
sedikit dan gelap berarti kandungan airnya banyak. Jangka olah adalah selisih
antara Batas Lekat dan Batas Plastis, merupakan kandungan lengas yang
menyebabkan tanah mudah diolah. Tanah dengan jangka olah rendah merupakan
tanah yang lebih sukar diolah daripada tanah dengan jangka olah tinggi. Bila
jangka olahnya sama, tanah lebih sukar diolah bila indeks plastisitasnya rendah.
Persediaan air tertinggi dalam tanah artinya jumlah air terbanyak yang dapat
ditahatanah dikurangi dengan batas terendah kadar air dapat diserap tanaman.
Percobaan yang dilakukan dalam penentuan BC ada empat ulangan, yaitu
ketukan 37, ketukan 33, ketukan 20, dan ketukan 17. Pada ketukan 37 nilai KL
49.33381% dan nilai BC sebesar 47.0482%. Ketukan 33 nilai KL 49.00674% dan
nilai BC sebesar 47.38778%. ketukan 20 nilai KL 48.37792% dan nilai BC
sebesar 49.70194%., dan ketukan 17 nilai KL 48.60009% san nilai BC sebesar
50.92177%. Dalam penentuan nilai BL diperoleh dua data nilai BL yaitu
46.37010329% dan 46.34298319%. Nilai BP sebesar 39.25721911% dan
41.61202564%. kemudian nilai BBW adalah 10.333502% dan 10.318672%. Nilai
JO yang diperoleh sebesar 7.113% dan 4.73%. Nilai IP yang diperoleh adalah
sebesar 7.96% dan 8.6998%. Regresi linear dan grafik y= 1,195x + 0,013
sedangkan berdasarkan perhitungan adalah y = 0,000403x + 1,202. Perbedaan ini
terjadi karena kesalahan dalam pembuatan grafik.
Manfaat konsistensi tanah ialah untuk menentukan cara penggarapan tanah
yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan. Tanah yang
bertekstur pasir bersifat tidak lengket, tidak liat (non plastic) dan lepas-lepas.
Sebaliknya tanah bertekstur lempung-berat pada keadaan basah berkonsistensi
sangat lengket, sangat liat dan bila kering bersifat sangat teguh (kuat) dan keras.
Jadi pengolahan paling tepat adalah kadar air tanah berada diantara batas cair dan
batas plastis. Aplikasi penentuan konsistensi tanah dan angka Atterberg ini
bermanfaat untuk perekayasaan tanah untuk peningkatan penyerapan air oleh
tanaman.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah:
1. Batas cair adalah jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah.
2. Batas lekat adalah kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada
benda lain.
3. Batas plastis adalah suatu keadaan tanah dimana tanah dapat digulung
menjadi gulungan kecil-kecil dengan diameter ±3,2 mm.
4. Batas berubah warna merupakan batas terendah kadar air yang dapat
diserap tanaman.
5. Batas cair tanah rerata sampel tanah sebesar 48,765%.
6. Batas lekat tanah rerata sampel tanah sebesar 46,3565%.
7. Batas plastis tanah rerata sampel tanah sebesar 40,4346%.
8. Batas berubah warna tanah rerata sampel tanah sebesar 10,3261%,
Jangka olah rerata sebesar 5,922%,
Nilai indeks plastisitas tanah rerata sebesar 8,3303%,
Persediaan air maksimum dalam tanah dengan grafik y = 1,195x + 0,013,
sedangkan dengan perhitungan y = 0,000403x + 1,202.
B. Saran
Praktikum sudah berjalan dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Kesuburan Tanah. Dalam http:// ariyanto.staff.uns.ac.id/files/2010/04/kesuburan-05 . pdf . Diakses pada Selasa, 04 November 2014 Pukul 12.08 WIB.
Cahyono, A. 1998. Bahan Assistensi dan Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta
Foth, H.D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Nurhajati, H. dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung-Sumatera.
Rindiawati, M. 1985. Tanah dan Permasalahannya. Erlangga. Jakarta
Sarwono. 1992. Ilmu Tanah dan Sistemnya. Dalam http://Sarwono.files.wordpress.com/1992/10/ Ilmu Tanah dan Sistemnya .pdf . Diakses pada Senin, 10 November 2014 Pukul 11.40 WIB.
LAMPIRAN