laporan resmi praktikum lapangan geomorfologi pantai

46
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM LAPANGAN GEOMORFOLOGI PANTAI Disusun Oleh : KELOMPOK 3 Genda Priherdika K2E 009 009 Peddy Darwin Simbolon K2E 009 013 M. Husni Maulana K2E 009 014 Muhammad Irfan K2E 009 016 PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Upload: peddy-darwin-simbolon

Post on 03-Jan-2016

615 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM LAPANGAN

GEOMORFOLOGI PANTAI

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

Genda Priherdika K2E 009 009

Peddy Darwin Simbolon K2E 009 013

M. Husni Maulana K2E 009 014

Muhammad Irfan K2E 009 016

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2012

Page 2: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pantai (Shore), adalah daerah dimana air laut dan daratan bertemu. Pantai

berupa dartan yang sempit atau lebar dimana pengaruh air laut berpengaruh dalam

cara pembentukkannya. Daratan pantai di bentuk oleh perbedaan pasang surut air

laut atau kegiatan maksimum ombak mencapai daratan.

Geomorfologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari tiga kata, yaitu

geos (bumi), morphos (bentuk) dan logos (ilmu pengetahuan) jadi pengertian dari

Geomorfologi yaitu Ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan roman

muka bumi.

Geomorfologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari

mengenai bentang alam (landscape), meliputi sifat dan karakteristik dari bentuk

morfologi, klasifikasi dan pembedaanya serta proses yang bertanggungjawab

terhadap pembentukan morfologi tersebut.

Geomorfologi pantai adalah ilmu yang mempelajari tentang bentang alam

pantai yang meliputi sifat dan karakteristik dari bentuk morfologi, klasifikasi dan

perbedaanya serta proses yang berhubungan terhadap pembentukan morfologi

tersebut.

1.2 Maksud Praktikum

Adapun maksud dari praktikum lapangan ini yaitu untuk memenuhi dari mata

kuliah Geomorfologi Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro.

1.3 Tujuan

a. Mahasiswa dapat mengerti mengenai pengertian pantai dan pesisir

b. Mahasiswa dapat mengetahui bentukan-bentukan pantai

c. Mahasiswa dapat mengetahui proses terjadinya bentukan pantai

d. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembentukan sand dunes

Page 3: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bentukan Pantai

Pantai adalah jalur atau bidang yang memanjang, tinggi serta lebarnya

dipengaruhi oleh pasang surut dari air laut, yang terletak antara daratan dan lautan

(Thombury, 1969).

Pantai merupakan daerah yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia

karena sebagian besar penduduk bermukim di daerah pesisir. Adanya karakter

pantai yang khas seperti semilir angin yang bertiup, deburan ombak,

pemandangan matahari terbenam (sunset), pasang surut dan berbagai organisme

seperti cangkang kerang-kerangan yang terdampar serta tepian pantai yang

berpasir putih menjadi daya tarik seseorang untuk mendatangi dan mempelajari

pantai lebih jauh.

Pada dasarnya pantai merupakan wilayah yang sangat kompleks sebagai

hasil dari berbagai interaksi antara faktor fisik, kimiawi dan biologis. Daerah

pantai merupakan wilayah pertemuan antara ekosistem daratan dan lautan

sehingga memiliki karakteristik yang spesifik. Dengan demikian pantai menjadi

wilayah yang sangat menarik untuk dipelajari karena banyaknya aspek yang dapat

dikaji. Akses menuju pantai umumnya sangat mudah karena pantai termasuk

wilayah umum yang menjadi milik bersama (common property). Pantai dapat

diibaratkan sebagai laboratorium terbuka yang sangat besar dan lengkap sehingga

kita dapat mempelajari berbagai bidang ilmu seperti taksonomi, ekologi, biologi

laut, evolusi, geologi, oseanografi, kimia, fisika dan lain-lain.

2.1.1 Bentukan Denudasional

Proses denudasional (penelanjangan)

merupakan kesatuan dari proses

pelapukan gerakan tanah erosi dan

kemudian diakhiri proses pengendapan.

Semua proses pada batuan baik secara

fisik maupun kimia dan biologi

Page 4: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

sehingga batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi. Batuan yang lapuk

menjadi soil yang berupa fragmen, kemudian oleh aktifitas erosi soil dan abrasi,

tersangkut ke daerah yang lebih landai menuju lereng yang kemudian

terendapkan.

Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah

erosi atau tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan

relief. Bentuklahan asal denudasional adalah sebagai berikut.

Denudasi meliputi dua proses utama yaitu Pelapukan dan perpindahan

material dari bagian lereng atas ke lereng bawah oleh proses erosi dan gerak

massa batuan (masswashting).

Pelapukan

Pelapukan adalah proses berubahnya sifat fisik dan kimia batuan di

permukaan dan atau dekat permukaan bumi tanpa di sertai perpindahan material.

Pelapukan dapat dibagi manjadi pelpukan fisik, dan pelapukan biotic. Pelapukan

fisik merupakan proses pecahnya batuan menjadi ukuran yang lebih kecil tanpa

diikuti oleh perubahan komposisi kimia batuan. Perubahan kimia merupakan

proses berubahnya komposisi kimia batuan sehingga menghasilkan mineral

sekunder.

Fator pengontrol pelapukan adalah batuan induk, aktivitas organism,

topografi, dan iklim. Didalam evolusi bentanglahan yang menghasilkan

bentuklahan dedasuonal , adanya 3 faktor yang mempengaruhi perkembangan

bentuklahan struktur geologi, proses geomorfologi, waktu.

Dengan adanya faktor tersebut maka dalam evolusinya, bentuklahan

melewati beberapa stadium ; stadium muda, stadium dewasa, stadium tua.

Page 5: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

Banyak klasifikasi gerak massa batuan tetapi semuanya dapat

diklasifikasikan berdasarkan tipe gerakannya

a. Gerakan lambat

Tipe ini disebut tipe rayapan ; (rayapan tanah, rayapan batuan, rayapan batuan

gletsyer, dan solifluction.)

b. Gerakan cepat Tipe ini dosebut tipe aliran ; (aliran lumpur , aliran tanah)

c. Gerakan sangat cepat

Tipe gerakan ini disebut longsorlahan (landslide) yang terdiri dari Jatuh bebas :

rock-fall, earth-fall Longsoran : rockslide, earthslide, debrisslide

d. Terban

Jatuhnya material batuan secara vertical tanpa adanya gerakan horizontal.

Bentukan lahan asal denudasional :

1. Pegunungan denudasional

2. Perbukitan denidasional

3. Perbukitan terisolasi

4. Nyaris dataran

5. Lereng kaki

2.1.2 Bentukan Aluvial

Geomorfologi fluvial merupakan cabang dari ilmu geomorflogi yang

mempelajari semua bentukan bentuk lahan di permukaan bumi yang terbentuk di

alam yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik bentukan yang di akibatkan

oleh gerakan air yang mengalir, maupun bentukan yang di akibatkan oleh air yang

menggenang.

Proses-proses yang di bentuk oleh pengaruh air akan menghasilkan suatu

bentang alam. Bentang alam yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi

maupun karena proses sedimentasi yang dipengaruhi oleh air permukaan. Hal-hal

yang mempengaruhi intensitas air permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu Curah Hujan, Vegetasi, Kemiringan Lereng, Litologi, dan Iklim.

Page 6: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

Aktivitas Sungai

Erosi 

Ada beberapa jenis erosi yang di akibatkan oleh kekuatan air, yaitu:

Quarrying, yang merupakan proses terjadinya pendongkelan batuan yang di lalui

oleh air.

Abrasi, yang merupakan terjadinya penggerusan terhadap batuan yang dilewati

air.

Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai, misalnya

pada daerah cut off slope pada Meander.

Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.

Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi : 

Erosi vertikal , erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada daerah bagian

hulu dari sungai menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai. 

Erosi lateral , yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada bagian

hilir sungai, menyebabkan sungai bertambah lebar.

Bentukan Aluvial

Page 7: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

Sungai teranyam atau braided river adalah bentukan asal proses fluvial

yang terbentuk pada hilir sungai yang memiliki kemiringan lereng datar

atau hampir datar, sungai teranyam memiliki alur yang luas dan umumnya

dangkal. Sungai teranyam terbentuk karena adanya erosi yang berlebihan

pada baian hulu sungai sehingga trjadi pengendapan pada bagian alurnya

hingga membentuk endapan gosong tengah dan memberikan kesan

teranyam apabila endapan gosong tengah yang terbentuk cukup banyak.

Bar Deposit adalah adalah endapan sungai yang terdapat pada tepi atau

tengah dari alur sungai. Endapan pada tengah alur sungai disebut gosong

tengah dan endapan pada tepii disebut gosong tepi, gosong sungai

terbentuk oleh endapan brangkal, krakal, dan pasir,dll .

Page 8: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

Kipas aluvial adalah bentukan asalproses fluvial yang terjadi karena

pengendapan material yang cepat yang terjadi apabila suatu sungai dengan

muatan sedimen yang besar mengalir dari dataran tinggi kemudian masuk

ke dataran rendah, sehingga mengakibatkan perubahan kecepatan

kecepatan aliran air yang drastis. Biasannya terdapat air tanah yang

melimpah di sepanjang dataran aluvial karenabentukan berupa kipas

aluvial terdiri dari gabungan antara pasir dan lempung sehingga

merupakan lapisan kedap air yang mampu membawa air dalam jumlah

yang tinggi atau banyak.

Oxbow lake adalah Danau tapal kuda terbentuk jika lengkung meander

terpotong oleh pelurusan air.

Delta  adalah bentang alam hasil sedimentasi sungai pada bagian hilir

setelah masuk pada daerah base level.

2.1.3 Bentukan Vulkanisme

Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma

yang bergerak naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai

bentuk lahan yang secara umum disebut bentuk lahan vulkanik.

Umumnya suatu bentuk lahan volkanik pada suatu wilayah kompleks gunung api

Page 9: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

lebih ditekankan pada aspek yang menyangkut aktifitas kegunungapian, seperti :

kepundan, kerucut semburan, medan-medan lahar, dan sebagainya. Tetapi ada

juga beberapa bentukan yang berada terpisah dari kompleks gunung api misalnya

dikes, slock, dan sebagainya.

Pantai yang dipengaruhi oleh aliran lava masa kini. Cirinya jika lavanya

basa bentuk pantai tak teratur, kalau asam bentuk pantai lebih teratur.

Pantai amblesan volkanik dan pantai kaldera.

Pantai yang terbentuk akibat adanya pengaruh diatrophism atau tektonik.

Pantai yang terbentuk karena patahan.

Pantai yang terbentuk karena lipatan.

2.1.4 Bentukan Struktural

Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau

proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya

(tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada awalnya hampir semua

bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh control struktural.

Pada awalnya struktural antiklin akan memberikan kenampakan cekung, dan

structural horizontal nampak datar. Umumnya, suatu bentuk lahan structural

masih dapat dikenali, jika penyebaran structural geologinya dapat dicerminkan

dari penyebaran reliefnya.

2.1.5 Bentukan Lahan Asal Marine

Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan

pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine

berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai.

Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer kearah darat, tetapi

terkadang hanya beberapa ratus meter saja.

Sejauh mana efektifitas proses abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu

pada pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya. Proses lain yang sering

mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu, berupa

gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun.

Page 10: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

Satuan Geomorfologi :

1) Lagun

Suatu tubuh perairan yang terdapat di dalam atol, di antara pulau-pulau karang

atau pulau-pulau.

2) Tombolo

Suatu bentuk lahan berupa guguk pasir yang menghubungkan suatu pulau dengan

dataran. Lereng datar sampai agak miring, dengan proses sedimentasi. Jenis

batuan sedimen. Material permukaan pasir. Drainase baik, jenis tanah Regosol.

3) Gumuk Pantai

Suatu bentuk lahan di sepanjang garis pantai yang dibentuk oleh hasil endapan

tenaga angin dan gelombang. Lereng datar sampai agak miring, dengan proses

sedimentasi. Jenis batuan sedimentasi, material permukaan pasir. Drainase baik,

jenis tanah Regosol.

4) Rataan Pasang-Surut

Suatau bentuk lahan yang letaknya lebih rendah dari daerah sekitanya, serta masih

dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Lereng datar sampai agak miring, dengan

proses sedimentasi. Jenis batuan sedimen, material permukaan pasir, banyak

dijumpai rumah binatang laut. Drainase buruk, jenis tanah Gleisol dan tanah

mengandung diatomae.

5) Dataran Pantai

Suatu bentuk lahan berupa dataran yang terbentuk oleh akumulasi endapan laut.

Lereng datar sampai agak miring, dengan proses sedimentasi, jenis batuan

sedimen, material permukaan pasir. Drainase baik samapai sedang, jenis tanah

Regosol.

6) Dataran Pantai Tergenang

Suatau bentuk lahan berupa datarn yang terbentuk oleh akumulasi endapan laut.

Lereng datar sampai agak miring dengan proses sedimentasi. Jenis batuan

sedimen, material permukaan pasir. Drainase sedang sampai buruk, tergenang

secara berkala, jenis tanah Regosol dan Aluvial.

7) Pulau Karang

Page 11: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

Suatu bentuk lahan berupa dataran yang tersusun dari bari karang dan dipisahkan

dari daratan utama oleh laut. Lereng miring sampai terjal, dengan proses solusi

dan erosi. Jenis tanah baruan sedimen, material permukaan pasir sampai kerikil.

Drainase baik sedang, jenis tanah Renzina dan Mediteran.

8) Gosong Laut

Suatu bentuk lahan dataran yang terletak di daerah yang rebentuk dari endapan

pasir laut. Lereng datar sampai agak miring dengan proses sedimentasi. Jenis datar

sampai agak miring dengan proses sediemtasi. Jenis batuan sedimen laut, material

permukaan liat sampai pasir. Drainase baik, jenis tanah Regosol dan Aluvium.

2.1.6 Bentukan Asal Angin

Gerakan udara atau angin dapat membentuk medan yang khas dan berbeda

dari bentukan proses lainnya. Endapan angin terbentuk oleh pengikisan,

pengangkatan, dan pengendapan material lepas oleh angin. Endapan angin secara

umum dibedakan menjadi gumuk pasir dan endapan debu (LOESS).

Medan aeolean dapat terbentuk jika memenuhi syarat-syarat:

• Tersedia material berukuran pasir halus-halus sampai debu dalam jumlah banyak

• Adanya periode kering yang panjang disertai angin yang mampu mengangkut

dan mengendapkan bahan tersebut.

• Gerakan angin tidak terhalang oleh vegetasi atau obyek lainnya.

Gumuk/Dunes

Suatu bentuk lahan yang terjadi karena tenaga angin. Lereng datar sampai

miring, dengan proses korasidan sedimentasi. Jenis aluvium, material permukaan

lanau pasir, darinase, jenis tanah Regosol.

2.2 Pantai Bertebing

Pantai bertebing terjal (cliff)

Pantai bertebing terjal merupakan bentuklahan hasil bentukan erosi marin

yang paling banyak terdapat. Bentukan dan roman cliff berbeda satu dengan yang

lainnya, karena dipengaruhi oleh struktur batuan, dan jenis batuan serta sifat

Page 12: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

batuan. Cliff pada batuan beku akan lain dengan cliff pada batuan sedimen.

Pelapisan batuan sedimen misalnya akan berbeda dengan pelapisan yang miring

dan pelapisan mendatar.

Sebatas daerah di atas ombak, umumnya tertutup oleh vegatasi, sedangkan

bagian bawahnya umumnya berupa singkapan batuan. Aktivitas pasang surut dan

gelombang mengikis bagian tebing, sehingga membentuk bekas-bekas abrasi

seperti:

a. Tebing (cliff)

b. Tebing bergantung (notch)

c. Rataan gelombang pasang surut

Pada daerah bertebing terjal, pantai biasanya berbatu (rocky beach)

berkelok-kelok dengan banyak terdapat gerak massa batuan (mass movement

rockfall type). Proses ini mnyebabkan tebing bergerak mundur (slope retreat)

khususnya pada pantai yang proses abrasinya aktif. Apabila batuan penyusun

daerah ini berupa batuan gamping atau batuan lain yang banyak memiliki retakan

(joints) air dari daerah pedalaman mengalir melalui sistem retakan tersebut dan

muncul di daerah pesisir dan daerah pantai. Di Indonesia pantai bertebing terjal ini

banyak terdapat di bagian Barat Pulau Sumatera, pantai Selatan Pulau Jawa,

Sulawesi, dan pantai Selatan pulau-pulau Nusa Tenggara.

Tebing bergantung (nocth) juga merupakan cliff, hanya saja pada bagian tebing

yang dekat dengan permukaan air laut melengkung ke arah darat, sehinggi pada

tebing tersebut terdapat relung. Relung terjadi sebagai akibat dari benturan

gelombang yang secara terus menerus ke dinding tebing.

Manakala atap relung tersebut tidak kuat, maka tebing tersebut akan

runtuhdan tebing menjadi rata kembali dan di depan pantai terdapat banyak

material berupa blok-blok atau bongkah-bongkah dengan berbagai ukuran.

Rataan gelombang pasang surut pada pantai bertebing terjal ini merupakan

suatu zona yang tekadang terendam air laut pada saat pasang naik dan terkadang

kering pada saat air laut surut. Rataan gelombang pasang surut ini sering juga

merupakan beach dengan meterial yang bisa berupa material halus sampai kasar

yang tergangtung pada kekuatan gelombang yang bekerja pada tebing pantai. Di

bawah rataan pasang surut ini ada yang berupa bidang yang lebih keras terkadang

Page 13: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

terdapat material beach yang disebut dengan Plat form. Untuk memperjelas

tentang pantai terbing terjal tersebut dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

Di bawah ini merupakan beberapa contoh disajikan mengenai berbagai tipe clif

yang bisa terjadi seperti dalam Gambar diatas.

2.3 Teras Marine

Page 14: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

Teras Batuan Dasar

Penampang memanjang sungai tidak beraturan, terkontrol oleh struktur geologi,

misal : munculnya air terjun, Plunge pools (hasil erosi bagian dasar air terjun

Meander

Meander adalah bentuk sungai yang berkelok-kelok yang terjadi akibat

adanya pengikisan dan pengendapan.

Pembentukan meander diawali oleh aliran air sungai di hulu yang

memiliki volume dan tenaga yang cukup kecil, sehingga pada bagian ini sungai

belum mengalami pengikisan dan aliran sungai akan berusaha menghindari segala

penghalang. Kemudian pada bagian tengah sungai dan hilir mulai terjadi

pengendapan dan erosi secara terus-menerus. Air mulai mengalir dengan

kecepatan yang berbeda, ketika mengalir pada lekukan pada suatu kelokan sungai.

Air yang melewati lekukan yang menjorok keluar (cut bank) akan menyebabkan

terjadinya erosi secara terus-menerus.

Cut bank merupakan zona tanah yang tererosi oleh aliran sungai dalam

pembentukan meander. Sehingga erosi ke arah samping (erosi lateral) yang terjadi

dalam waktu yang lama akan menyebabkan cut bank semakin melebar. Sementara

itu, di sisi lekukan yang lain akan terjadi pengendapan yang menyebabkan

terbentuknya point bar. Point bar merupakan proses sedimentasi yang dominan di

dalam alur sungai. Bentuk dan ukuran point bar bervariasi tergantung pada

besarnya alur sungai serta berkembang pada bagian lengkung dalam (inner band)

alur sungai (lihat Gambar 1).

Page 15: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

Gambar 1. Pembentukan meander

Fenomena ini bila terjadi secara berulang-ulang akan membentuk kelokan

pada sungai. Dan apabila proses ini terjadi pada beberapa bagian sungai, maka

akan membentuk sungai yang berkelok-kelok yang disebut sebagai meander.

Bagian-bagian dari meander antara lain :

a.Neck, yaitu bagian leher dari meander

b.Spur, yaitu bagian kepala dari meander

c.Undercut, yaitu bagian dari lengkung meander

d.Slip off slope, yaitu bagian lengkung meander yang selalu mendapat

sedimentasi.

Meander yang terbentuk hasil pengikisan dan pengendapan ini dapat

berupa beberapa macam, di antaranya adalah :

a.Meander mendalam

Meander mendalam adalah meander yang terjadi karena adanya erosi vertikal dan

lateral, sehingga pengikisannya melebab dan mendalam.

b.Meander berteras

Page 16: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

Meander berteras yaitu meander yang terjadi karena adanya pengangkatan yang

bertingkat-tingkat, sehingga pada tepi-tepi lembah pada sisi kiri dan kana terjadi

teras-teras.

c.Meander lembah

Meander lembah ialah meander yang terdapat pada lembah yang sudah mencapai

stadium dewasa, lebar dari meander lembah ini dua puluh kali lebar sungai.

d.Meander bebas

Meander bebas adalah meander yang jalur meandernya tidak tertentu. Meander

ini terjadi pada sungai yang sudah mencapai stadium tua dan banyak sekali bekas-

bekas yang ditinggalkan.

e.Meander pengikisan

Meander pengikisan adalah meander yang terjadi karena adanya pengangkatan

atau penurunan permukaan laut (adanya peubahan gravitasi atau erosi basis)

sehingga akan mengakibatkan erosi vertikal aktif kembali.

2.4 Gisik

Gisik yaitu tepian laut yang terdapat di atas permukaan air laut yang

terjadi karena adanya pengangkatan dasar laut.

Pantai bergisik

Pantai bergisik ini pada

dasarnya merupakan daerah pasang

surut yang terdapat endapan material

hasil abrasi. Material ini dapat berupa

material halus dan juga bisa berupa

material yang kasar. Seperti dalam

Gambar diatas terlukis adanya gisik

pada pantai cliff dengan material kasar sebagai hasil dari abrasi tebing. Namun

pantai bergisik tidak saja terdapat pada pantai cliff, tetapi juga bisa terdapat pada

daerah pantai yang landai. Pada pantai yang landai material gisik ini kebanyakan

Page 17: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

berupa pasir, dan sebagaian kecil berupa meterial dengan butiran kerikil sampai

yang lebih besar. Pada umumnya material pasir suatu gisik pantai berasal dari

daerah pedalaman yang di bawah air sungai ke laut, kemudian diendapkan oleh

arus laut sepanjang patai. Gisik seperti ini dapat dijumpai di sekitar muara sungai.

2.5 Sand Dunes

Sanddunes adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus

angin dan merupakan sebuah bentukan alam karena proses angin disebut sebagai

bentang alam eolean (eolean morphology). Sand dunes dapat dijumpai pada

daerah yang memiliki pasir sebagai material utama, kecepatan angin tinggi untuk

mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk

tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah kering.

Pada Sand dunes cenderung terbentuk dengan penampang tidak simetri.

Jika tidak ada stabilisasi oleh vegetasi Sand dunes cenderung bergeser ke arah

angina berhembus, hal ini karena butir-butir pasir terhembus dari depan ke

belakang gumuk.

Gambar 2. Sand dunes

Bentuk Sand dunes bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor

jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi.

Bentuk Sand dunes pokok yang perlu dikenal adalah bentuk melintang

(transverse), sabit (barchan), parabola (parabolic), dan memanjang (longitudinal

dune).

Page 18: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

Sand dunes tipe Melintang (Transverse).

Gambar 3. Sandune Tipe Melintang

Sand dunes ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan

banyak cadangan pasirnya. Bentuk Sand dunes melintang menyerupai

ombak dan tegak lurus terhadap arah angin. Dikarenakan proses eolin

yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi

sebuah koloni.

Sand dunes Tipe Barchan (Barchanoid Dunes).

Gambar 4. Sanddune Barchan

Sand dunes ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk

pada daerah yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng

daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan

Page 19: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila

dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian Sand dunes

barchan umumnya antara 5 – 15 meter.

Sand dunes ini merupakan perkembangan, karena proses eolin

tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk

Sand dunes seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai

dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi

angin.

Sand dunes Tipe Parabola (Parabolic).

Gambar 5. Tipe Parabola

Sand dunes ini hampir sama dengan Sand dunes barchan akan

tetapi yang membedakan adalah arah angin. Sand dunes parabolik arahnya

berhadapan dengan datangnya angin. Dimungkinkan dahulunya Sand

dunes ini berbentuk sebuah bukit dan melintang, karena pasokan pasirnya

berkurang maka Sand dunes ini terus tergerus oleh angin sehingga

membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam.

Sand dunes Tipe Memanjang (Longitudinal Dune).

Page 20: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

Gambar 6. Tipe Longitudinal

Sand dunes memanjang adalah Sand dunes yang berbentuk lurus

dan sejajar satu sama lain. Arah dari Sand dunes tersebut searah dengan

gerakan angin. Sand dunes ini berkembang karena berubahnya arah angin

dan terdapatnya celah diantara bentukan Sand dunes awal, sehingga celah

yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan

memanjang.

Faktor-faktor pembentuk sand dunes

Pengaruh angin.

Kekuatan angin sangat berpengaruh terhadap pembentukan Sand

dunes, karena kekuatan angin menentukan kemampuannya untuk

membawa material yang berupa pasir baik melalui menggelinding

(rolling), merayap, melompat, maupun terbang. Karena adanya material

pasir dalam jumlah banyak serta kekuatan angin yang besar, maka pasir

akan membentuk berbagai tipe Sand dunes, baik free dunes maupun

impended dunes.

Pengaruh dari Gunung Berapi.

Material yang ada pada Sand dunes di pantai berasal dari Gunung

Api yang ada di sekitarnya. Material berupa pasir dan material piroklastik

lain yang dikeluarkan oleh Gunung api.Akibat proses erosi dan gerak

massa bautan, material kemudian terbawa oleh aliran sungai. Aliran sungai

kemudian mengalirkan material tersebut hingga ke pantai.

Page 21: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

Pengaruh Graben.

Graben adalah blok patahan yang mengalami penurunan diantara

dua blok patahan yang naik yang disebut dengan horst. Akibat adanya

patahan tersebut, maka batuan pada zona pertemuan kedua blok tersebut

menjadi lemah sehingga mudah tererosi dan pada akhirnya membentuk

sungai yang disebut dengan sungai patahanSalah satu ciri sungai patahan

yang diamati adalah adanya kelurusan sungai pada sepanjang garis

patahan.

Pengaruh Sungai.

Pembentukan Sand dunes pada pantai dipengaruhi oleh adanya

aliran sungai yang membawa material hasil dari gerusan batuan-batuan

volkanik yang berasal dari Gunung api. Seperti yang telah diuraikan

sebelumnya bahwa material dari Merapi terbawa oleh aliran sungai di

sekitarnya, sungai-sungai tersebut kemudian menyatu membentuk orde

sungai yang lebih besar hingga menyatu membentuk sungai. Setelah

material pasir sampai ke laut, terdapat interverensi dari ombak laut

sehingga material mengendap pada pantai dan selanjutnya diterbangkan

oleh angin.

Page 22: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Maksud Penanaman Tanaman Di Daerah Pantai

Adapun maksud dari penanaman disekitar pantai yaitu untuk mengurangi

terjadinya abrasi. Karena dengan adanya tanaman disekitar pantai, sedimen yang

terangkut ke garis pantai akan terendapkan diakar-akar tanaman seperti tanaman

mangrove. Selain itu tanaman-tanaman rambat yang ditanam di sekitar garis

pantai dapat dijadikan sebagai penyaring sedimen yang tertransportasi karena

angin menuju garis pantai, sehingga sedimen yang terbawa oleh angin akan

tersangkit diakar-akar tanaman rambat dan akan terendapkan disuatu lokasi

tertentu membentuk gundukan pasir.

3.2 Garis Pantai Parang Teritis

A. Deskripsi Wilayah Pantai Parangtritis

Daerah pantai Parangtritis merupakan suatu daerah yang sangat menarik

dan penting dipandang dari sudut ilmu kebumiaan (Geologi dan Geomorfologi),

karena memiliki sifat karakteristik bentang alam pantai dan gunung pasir yang

langka serta merupakan laboratorium alam kita yang terletak disebelah selatan

kota Yogyakarta.

3.2.1 Letak astronomis pantai Parangtritis

Berdasarkan peta topografi lembar 47/XL III-C, lembar 47/XL II-C dan

lembar 47/XL II-Bpada skala 1:25.000, daerah Parangtritis terletak antara 8

Lintang Selatan dan antara 110 Bujur Timur. Daerah ini berada di Selatan sungai

Oyo dan sungai Opak, jarak dareah Parangtritis dari kota Ibukota Propinsi D.I

Yogyakarta kurang lebih sejauh 28 KM ke arah Selatan.

3.2.2 Letak administrasi Parangtritis

Berdasarkan letak administrasi daerah Parangtritis termasuk di wilayah

Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Propinsi D.I Yogyakarta.

Secara geologis, daerah Parangtritis terletak pada Propinsi geologi Jawa Tengah

Page 23: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

zone pegunungan sewu dan zone dataran aluvial pantai (Van Bemmelen, 1949).

Sedangkan secara fisiografik, daerah Parangtritis dan sekitarnya terletak pada

zone Plato Selatan Jawa Tengah yang berupa pegunungan Karts yang dibatasi

oleh jalur Batur agung, selain itu disekitar muara sungai Opak merupakan dataran

alluvial pantai (Pennekoek, 1949). Secara alami daerah Parangtritis ini dibatasi

oleh :

a) Bagian Utara dibatasi oleh sungai Opak dan sungai Oyo

b) Bagian Selatan dibatasi oleh Samudra Hindia

c) Bagian Timur dibatasi oleh pegungan karst (Pegunungan Sewu)

d) Bagian Barat dibatasi oleh sungai Opak hilir

B. Sejarah Geologi / Geomorfologi Umum Parangtritis

Menurut Pennekoek (1949) fisiografi Pulau Jawa dapat dibagi menjadi

tiga zone, yaitu zone Utara, zone Tengah (Pegunungan Serayu Utara, depresi yang

ditandai munculnya vulkan muda, Serayu Selatan), dan zone Selatan berdasarkan

pembagian ini maka daerah Parangtritis hingga pantai Baron melalui daerah karts,

termasuk bagian dari zone Selatan Jawa.

Secara lebih rinci Van Bemmelen (1970) didalam teori analisis evolusi

Jawa menerangkan bahwa dalam proses pembentukannya, Jawa Tengah

mengalami tiga masa geantiklinal (pengangkatan), geantiklinal pertama terjadi

pada zaman Miosen Tengah selama kurang lebih 500 ribu tahun, proses

geantiklinal ini pertama mengakibatkan terbentuknya pegunungan Jawa.

Dalam perkembangan selanjutnya, pegunungan yang terangkat tadi

dibeberapa tempat mengalami patahan dan tenggelam dibawah permukaan laut,

misalnya antara sungai Opak (Parangtritis) hingga Pulau Nusakambangan

mengalami patahan dan tenggelam, kecuali pagunungan karang bolong dan

gunung seloh, sedangkan pegunungan seribu tidak mengalami patahan, sehingga

struktur geologi daerah karang bolong sama sperti dipegunungan seribu, yaitu

berupa Limestone.

Pada proses geantiklinal kedua daerah yang sekarang ditempati oleh

pegunungan serayu mengalami pengangkatan, proses pengangkatan ini

berlangsung pada awal Pliosen selama 500 ribu tahun.

Page 24: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

Proses geantiklinal ketiga berlangsung dan membentuk pegunungan serayu utara.

Pembentukan pegunungan serayu utara ini menyebabkan terjadinya cekungan

yang memanjang diantara pegunungan serayu selatan dan utara, cekungan ini

dikenal sebagai lembah sungai serayu.

Gerak pengangkatan dari Pulau Jawa terus berlangsung hingga sekarang,

diduga olaeh Speelman (1979:17) yang mendasarkan pada jarak waktu antara

setiap geantiklin, ialah dua juta tahun dan waktu yang digunakan pada setiap

pengangkatan antara dua ratus ribu tahun, maka diperkirakan sekarang ini sedang

berlangsung proses geantiklin yang ke empat.

C. Pembagian Daerah Parangtritis

Daerah ini terbagi atas empat bentangan alam geomorfik dan geologik,

yaitu :

1. Dataran alluvial

2. Dataran pantai dengan bukit pasir

3. Karst gunung sewu

4. Pegunungan Batur Agung

1. Dataran alluvial terbagi 2 yaitu:

a) Dataran alluvial sungai Opak yang banyak mengandung pasir, karena

merupkan kelanjutan dari flavio-vulcanic foot plain bersifat andesitis

b) Dataran alluvial selatan sungai Opak lebih bersifat lempung, karena

terpengaruh material alluvial yang berasal dari pegunungan sebelah

timur yang diendapkan banjir, lembah sungai Opak berbentuk huruf U

yang berarti termasuk stadium dewasa.

2. Daratan pantai dengan bukit–bukit pasir

Bentuk lahan ini terbentuk karena dua factor utama yaitu adanya kekuatan

tiupan angain dan adanya material pasir. Pasir yang berasal dari daratan (vulkan

merapi) yang dihapuskan kembali oleh angina secara selektif, akhirnya

diendapkan menjadi bermacam-macam bentuk bukit pasir (sand dunes). Secara

garis besar bentuk endapan eolus tersebut dikelompokan menjadi dua yaitu :

Page 25: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

a) Bentuk mikro

Yaitu berupa riak-riak pasir/gelombang kecil pasir (sand ripples).

Bentuk ini juga terdapat didasar laut berpasir dengan gelombang

(riak laut) yang tenang.

b) Bentuk makro

Yaitu berupa bukit-bukit pasir yang bermacam-macam bentuknya

seperti bukit pasir bujur sisir, sapit parabola, dan lain-lain, bentuk-

bentuk ini dipengaruhi oleh garis pesisir, tumbuhan dan arah tiupan

angin.

Bukit pasir di parangtritis membujr kearah barat pantai selatan

Jawa Tengah sampai daerah Cilacap. Sifat materialnya hamper

homogen dengan bahan dasarnya dari batuan andesitis yang

mengandung mineral-mineral plagioklos hormblende, magmatit.

Bentuk-bentuk bukit pasir tidak selalu sama, tetapi selalu berubah-

rubah sesuai dengan gangguan yang dialami seperti adanya

tumbuhan penghalang, perubahan arah angina. Bentuk bukit pasir

yang sudah tidak beraturan disebut “kapusten”. Didaerah pantai

berpasir prang tritis terdpat sumur-sumur buatan dengan air tawar

yang cukup, terapung diatas air tawar.

c) Pantai

Pantai parangtritis sebenarnya tergolong pantai emergence ( pantai

terangkat ), kemudian tenggelam sebagian,namun masih tergolong

pantai emergence ( khususnya bagian timur )sedang bagian barat

lebih mencirikan sub emergence yang telah ter endapi oleh hasil

erosi berupa dataran alluvial serta gumuk-gumuk pasir. Sebelah

timur pantai parang tritis terdapat bentuk pantai yang sangat

kontras yaitu pantai terjal sampai pantai tergantung. Hal itu

disebabkan oleh abrasi diseerta engan pengangkatan. Wilyah pantai

dapat menjadi kawasan industri danjasa fasilitas transport, namun

pantai parangtritis lebih cenderung kepada nilai kepariwisataan.

Page 26: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

2.3 Sortasi Pantai Parang Peritis

Distribusi ukuran butir pasir dari pantai parang tritis dengan bukit pasir

mempunyai kisaran ukuran butir yang bervariasi. Dari kisaran ukuran butir

tersebut terlihat bahwa ukuran butir dari garis pantai lebih besar daripada ukuran

butir dibukit pasir. Hal ini terjadi dikarenakan material yang tertranportasi oleh

angin dari garis pantai merupakan material sedimen yang ukurannya kecil

sehingga dapat terbawa oleh angin. Semakin menjauhi garis pantai ukuran butir

semakin kecil dikarenakan selama proses transportasi material angkutan sedimen

mengalami pemecahan oleh vegetasi yang ada disekitar pantai dan gundukan

pasir.

Sedangkan sortasi dari garis pantai sangat buruk karena pengaruh

gelombang dan arus yang sangat kuat. Dan sortasi dibukit pasir lebih baik dari

pada garis pantai dikarenakan pengaruh transportasi oleh angin yang membawa

material sedimen merata dari garis pantai.

2.4 Pemilahan Pasir dari Sungai dan Laut

Di Provinsi Jogjakarta ada satu sungai utama yang besar yang menoreh

bukit-bukit dan gunung-gunung yang mana sungai tersebut membawa material

dari gunung-gunung api yang masih aktif, yaitu Sungai Progo.

Sungai Progo merupakan sungai utama yang membawa hasil gerusan

batubatuan volkanik yang berasal dari Gunung Merapi-Merbabu. Juga hasil

penorehan di gunung-gunung Sidoro disebelah barat laut.

Bongkahan-bongkahan serta pasir -pasir itu dibawa oleh sungai-sungai ini

dari ujung puncak gunung menggelinding sebagai bongkah-bongkah. Kemudian

terbawa menjadi pecah sebagai kerikil, kemudian terus tertransportasi lagi dan

pecah menjadi butiran-butiran pasir-pasir. Sebagian masih ada yang terendapkan

namun tentu saja ada yang jauh yang terbawa arus sungai.

Sedangkan di selatan Pulau Jawa ini arus dan ombaknya sangat kuat

sehingga batuan atau sedimen pasir yang baru saja diendapkan akan terkena

ombak. Oleh sebab itu karena ombaknya sangat besar, maka diselatan disekitar

muara Sungai Progo tidak ada delta yang terbentuk hal ini disebabkan semua

sedimennya di acak-acak lagi oleh gempuran laut selatan.

Page 27: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

Jadi pasir yang sudah sampai di pinggir laut tadi tidak tertumpuk di mulut

sungai tetapi disebarkan ke kiri kanan selebar hingga 50-60 Km. Mulai dari Pantai

Parang Tritis di selatan Jogja, Pantai Samas, hingga pantai Congot di sebelah

baratnya.

Gunung api di selatan Jawa aktif. Terutama saat ini Gunung Merapi yang

selalu mengeluarkan material berupa batu, kerikil dan pasir. Material-material

pasir inilah yang menjadikan pantai selatan ini Jogja sangat kaya dengan pasir.

Setelah disendapkan di pinggir pantai, tentu saja air laut hanya

menahannya dengan ombaknya yang sangat kuat. Namun juga angin dari

Samodera Hindia juga sangat kuat.

Angin inilah yang akhirnya mendistribusikan kembali ke utara. Angin dari

laut selatan ini yang menatah dan mengukir akhirnya menjadi arsitektur-arsitektur

alam di Pantai Selatan Jogja.

Page 28: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

DAFTAR PUSTAKA

http://kelompoklimahmg09.wordpress.com/2010/12/19/geomorphology-fluvial/

http://derizkadewantoro.wordpress.com/2010/05/29/geomorfologi-fluvial/

http://delltriz.blogspot.com/2010/06/geomorfologi-fluvial.html

http://kleepon.wordpress.com/2010/06/17/geomorfologi-fluvial/

http://www.scribd.com/doc/34736149/Makalah-Laporan-Praktikum-

Geomorfologi diunduh 20 juni 2012 jam 19.15

http://www.scribd.com/doc/77979553/Morfologi-Pantai diunduh 20 juni 2012

jam 19.15

http://erfan1977.wordpress.com/2011/08/13/bentuklahan-landform-di-permukaan-

bumi/ diunduh 20 juni 2012 jam 19.26

http://www.scribd.com/doc/76340001/GEOMORFOLOGI-PANTAI#download

diunduh 20 juni 2012 jam19.34

http://kepalabatu.finddiscussion.com/t4-bentuk-lahan-berdasarkan-proses-

pembentukannya

http://fitriapitrex.blogspot.com/2010/08/makalah-parangtritis.html

Page 29: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

LAMPIRAN

Page 30: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

Peta lokasi praktikum Geomorfologi Pantai

Sand Dunes Parangtritis Jogjakarta

Page 31: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

Topografi dan Vegetasi Parangtritis Jogjakarta

Page 32: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai

Kelompok 3

Page 33: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Geomorfologi Pantai