laporan pupuk bokashi

25
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN ACARA : PUPUK BOKASHI OLEH : NAMA : AJENG WIDYANINGRUM NIM : 111510501111 KELAS : BU NILAI : LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

Upload: ajeng-widy

Post on 06-Aug-2015

1.809 views

Category:

Documents


50 download

DESCRIPTION

Praktikum TPLP cara pembuatan pupuk bokashi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pupuk Bokashi

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN

ACARA : PUPUK BOKASHI

OLEH :

NAMA : AJENG WIDYANINGRUM

NIM : 111510501111

KELAS : BU

NILAI :

LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2012

Page 2: Laporan Pupuk Bokashi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah serigkali menimbulkan permasalahan yang sangat kompleks.

jumlahnya akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk

dan beragam aktivitasnya. Peningkatan jumlah penduduk berarti peningkatan

jumlah timbulan limbah, dan semakin beragam aktivitas berarti semakin beragam

jenis limbah yang dihasilkan.Sampah yang menumpuk itu, sudah tentu akan

mengganggu penduduk di sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, sampah

sering dihinggapi lalat. Dan juga dapat mendatangkan wabah penyakit. Walaupun

terbukti sampah itu dapat merugikan, tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena

selain dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah juga dapat diubah

menjadi barang yang bermanfaat. Kemanfaatan limbah ini tidak terlepas dari

penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya. Limbah ini

memiliki nilai potensial, seperti penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan

kualitas dan estetika lingkungan, dan pemanfaatan lain sebagai bahan pembuatan

kompos yang dapat digunakan untuk memperbaiki lahan kritis di berbagai daerah

di Indonesia, dan dapat juga mempengaruhi penerimaan devisa negara.

Limbah yang paling besar bersumber dari kegiatan pertanian, baik itu dari

kotoran ternak maupun dari tumbuh-tumbuhan. Limbah-limbah tersebut dapat

diolah menjadi berbagai barang bermanfaat yang bisa kita kembalikan lagi untuk

alam, misalnya sebagai pupuk.

Pupuk anorganik yang selalu digunakan petani dapat diganti dengan pupuk

organik yang dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan alami seperti penggunaan

pupuk bokasi yang dapat dibuat dari bahan jerami dan sampah rumah tangga.

Bokasi adalah kompos yang salah satu bahan penyusunnya menggunakan EM

(Effective Microorganism). Teknologi EM dan bokashi merupakan salah satu

pilihan yang realistis dalam mengatasi kelangkaan dan mahalnya pupuk buatan.

Selain menunjang pertumbuhan tanaman, kedua teknologi tersebut dapat

dimanfaatkan sebagai salah satu pilihan dalam pengendalian organisme

pengganggu tumbuhan (OPT). Disamping itu, teknologi bokasi mudah, murah,

Page 3: Laporan Pupuk Bokashi

dan ramah lingkungan sehingga sangat prospektif untuk dikembangkan di tingkat

petani. Selain itu pupuk cair organik dapat diterima oleh petani dengan baik

karena petani dapat membuatnya sendiri dan tidak memerlukan biaya yang

banyak dalam prosespembuatannya dan efektif pengaplikasiannya untuk tanaman

yang mereka budidayakan.

Dalam usaha untuk meningkatkan pendapatan hasil pertanian dan usaha

pertanian lainnya seharusnya penggunaan pupuk organik untuk pertanian organik

yang bebas dari bahan kimia ditingkatkan, sehingga memiliki nilai atau harga

yang lebih dipasaran.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum Pengolahan Limbah Pertanian dengan acara

pembuatan pupuk bokashi yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui cara pembuatan pupuk bokashi.

2. Mengetahui formulasi yang tepat untuk membuat pupuk bokashi.

3. Mengetahui limbah-limbah apa saja yang dapat dimanfaatkan sebagai

pupuk bokashi.

Page 4: Laporan Pupuk Bokashi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Akhir-akhir ini berkembang wacana untuk kembali ke alam (back to

nature) dalam kegiatan pertanian, diantaranya dengan pemanfaatan bahan-

bahan alam (sumber daya hayati) untuk kebutuhan pupuk dan pestisida

(pengendali hama) yang dikenal dengan system pertanian organic yang ramah

lingkungan. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk

menyediakan essensial bagi pert-umbuhan tanaman. Pupuk organik

merupakan pupuk yang terbuat dari bahan-bahan alami yang dapat diperbaharui,

didaur ulang dan dirombak dengan bantuan mikroorganisme decomposer

seperti bakteri dan cendawan menjadi unsure-unsur hara yang dapat diserap

oleh tanaman (Suprihatin, 2011).

Pupuk organik merupakan suatu sistem yang mendorong kesehatan tanah

dan tanaman melalui praktek pendaurulangan unsur hara dari bahan organik,

rotasi tanaman, pengelolaan yang tepat dan menghindari pupuk sintesis serta

pestisida. Keuntungan dari pemanfaatan mik-roorganisme dalam proses

penguraian bahan organik adalah dapat mempercepat penguraian, sehingga bahan

organis lim-bah tidak menimbulkan pencemaran, mampu meningkatkan nilai

ekonomis bahan organik, karena berguna menjadi pupuk yang bernilai ekonomis

tinggi dan dapat meningkatkan kesuburan dan kese-hatan tanah, karena pupuk

organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk bokashi

penguraiannya melalui fermentasi, maka bokashi lebih banyak mengandung

senyawa organik, asam amino, protein, gula, alkohol dan mikroorganisme yang

bermanfaat diban-dingkan dengan kompos. Di samping itu, proses penguraian

bahan organik pada pembuatan berlangsung lebih cepat (Mihrani, 2008).

Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik

maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau soil

ameliorant menurut SK Mentan adalah bahan-bahan sintesis atau alami,organik

atau mineral. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk

kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut

kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan

Page 5: Laporan Pupuk Bokashi

limbah kota. Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya

bagian dari tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelah bagian atas

tanaman yang hijau digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh pupuk hijau

ini adalah sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air Azolla.

Pupuk kandang merupakan kotoran ternak (Parnata, 2004).

Bahan dasar pupuk organik, baik dalam bentuk kompos maupun pupuk

kandang dapat berasal dari limbah pertanian, seperti jerami, dan sekam padi, kulit

kacang tanah, ampas tebu, batang jagung, dan bahan hijauan lainnya.  Sedangkan

kotoran ternak yang banyak dimanfaatkan adalah kotoran sapi, kerbau, kambing,

ayam, itik dan babi.  Disamping itu, dengan berkembangnya pemukiman,

perkotaan dan industri makan bahan dasar kompos makin beranekaragam seperti

dari tinja, limbah cair, sampah kota dan pemukiman. Salah satu bentuk pupuk

organik yang sekarang sedang banyak digunakan adalah pupuk bokasi (Nasir,

1999).

Hasil fermentasi bahan organik menggunakan teknologi EM4 disebut

bokashi. Bokashi merupakan hasil fermentasi bahan organik dengan bakteri EM4

yang menguntungkan seperti bakteri asam laktat, actinomycetes dan ragi

yang digunakan sebagai inokulum untuk meningkatkan mikroba tanah.

Bokashi juga dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan

tanah dan meningkat-kan pertumbuhan dan produksi tanaman. Hasil penelitian

Wididana (1994) memperlihatkan bahwa penggunaan bokashi sekam padi pada

tanaman cabai keriting mampu memperbaiki sifat fisik tanah dengan

meningkatnya pori drainase mikro, air tersedia dan peningkatan hasil buah

sebesar 71%. Pemberian bokashi untuk tanaman tahunan sebagai pupuk dasar

saat pembibitan berkisar 50 - 150 g per polybag (Loekito, 1998). Pemberian

bokashi kotoran ayam pada dosis 150 g per polybag memberikan pengaruh

positif terhadap pertumbuh-an bibit kelapa sawit yang ditandai dengan pening-

katan berat kering pupus dan berat kering tanaman. Di alam ini terdapat begitu

banyak bahan organik yang tidak teroptimalkan potensinya. Oleh karena itu

penulis tertarik mengambil bahan organik yang ada di alam dan

difermentasikan bersama EM4 menjadi bokashi. Dengan demikian, bahan-

Page 6: Laporan Pupuk Bokashi

bahan organik yang tersedia dapat dioptimalkan pemanfaatannya. Adapun

bahan organik tersebut adalah alang-alang, serbuk gergaji, eceng gondok dan

kotoran sapi (Soverda, dkk, 2008).

Bokasi dapat dipergunakan sebagai pupuk alternatif yang memiliki banyak

keunggulan dibanding kompos tradisional dan pupuk buatan. Pembuatan kompos

secara tradisional memakan waktu yang relatif lama (3 – 4 bulan). Dengan

teknologi EM, pembuatan bokasi hanya memerlukan waktu yang sangat singkat

(kurang lebih 4 hari). Kecepatan pembuatan bokasi dipandang penting mengingat

berlimpahnya bahan organik buangan, sedangkan kebutuhan pupuk terus

meningkat dengan harga yang semakin tinggi dan makin sulit terjangkau oleh

petani. Seperti halnya kompos tradisional, bokasi juga ramah lingkungan. Dengan

teknologi yang sederhana, petani dapat membuat sendiri sesuai dengan kebutuhan

dan ketersediaan bahan-bahan organik buangan di sekitar tempat tinggal. Berbagai

bahan organik seperti jerami, sekam padi, dedak, kotoran ternak, serbuk gergaji

dan lain-lain dapat digunakan sebagai bahan pembuat bokasi yang baik

(Subadiyasa, 1997).

Page 7: Laporan Pupuk Bokashi

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

            Praktikum Pengelolaan Limbah Pertanian acara V ( Pupuk Bokashi )

dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 27 November 2012 pukul 10.00 wib

bertempat di depan Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas

Pertanian Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1.    Tempat penimbunan

2.    Plastik gelap ukuran 1x1 m

3.    Karung goni

4. Tali

5. Pisau,Arit, dan cangkul

3.2.2 Bahan

1.    Jerami/Daun sisa tanaman/Buah rusak 5 kg

2.    Kotoran ternak (Sapi,Kambing, atau ayam) 10 kg

3.    EM-4 1lt

4.    Bekatul 250 kg

5.    Tetes/larutan gula pasir 1kg/1 lt

6.    Air secukupnya

7. Arang sekam/serbuk gergaji 10 kg

3.3 Cara Kerja

1. Melarutkan EM-4 dan gula ke dalam air dengan perbandingan 1 ml : 1 ml : 1

liter.

2. Mencampur kotoran ternak secara merata, atau mencampurkan dedaunan

menjadi satu atau mencampurkan kotoran ternak dengan buah serta kotoran

ternak dengan rumput

Page 8: Laporan Pupuk Bokashi

3. Menyiramkan larutan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara

merata, sampai kandungan air adonan mencapai 30%. Bila adonan dikepal

dengan tangan, air tidak keluar dari adonan, dan bila kepalan dilepas maka

adonan akan segar.

4. Menimbun adonan dan menutupnya dengan plastik.

5. Mempertahankan suhu adonan 40-50 oC, bukalah penutup plastik. Suhu yang

tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses

pembusukkan. Pengecekan suhu dilakukan setiap 5 jam sekali.

6. Setelah 14 hari Bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai

pupuk organik.

Page 9: Laporan Pupuk Bokashi

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Data Pengamatan Bokashi

NO.JENIS

BOKASHIWARNA &

AROMAKEREMAHAN SUHU KET.

1.

Bahan dasar : kotoran kambing + rumput

Hitam & Tidak Berbau

Remah, tidak lengket.Rumput tidak terdekomposisi

Dingin Tidak Jadi

2.Bahan dasar : Kotoran sapi + tomat

Hitam & Tidak Berbau

Remah, bentuk granula sedikit lengket

Dingin Tidak Jadi

3.Bahan dasar : daun-daunan

Hitam Kehijauan & Tidak Berbau

Masih berbentuk daun-daunan

Dingin Tidak Jadi

4.

Bahan dasar : Kotoran ternak campuran (Kotoran sapi,kambing, dan ayam)

Hitam seperti tanah & Tidak Berbau

Remah, tidak lengket

Dingin Jadi (terdapat jamur putih)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Proses Pengomposan Pupuk Bokashi

Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman dengan pupuk

organik sifat fisik, kimia dan biologi tanah menjadi lebih baik. Kompos akan

mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi lebih gembur. Tanah

miskin akan menjadi subur. Tanah masam akan menjadi lebih netral. Tanaman

yang diberi kompos tumbuh lebih subur dan kualitas panennya lebih baik daripada

tanaman tanpa kompos. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi

menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap

awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera

dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat

dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu

akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu

tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba termofilik, yaitu

Page 10: Laporan Pupuk Bokashi

mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekmposisi/penguraian

bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan

menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan

panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-

angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat

lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan

terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat

mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.

Beberapa pengaruh EM yang menguntungkan dalam pupuk bokashi

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Memperbaiki perkecambahan bunga, buah, dan kematangan hasil tanaman.

2. Memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah

3. Menekan pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah

4. Meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman-menjamin perkecambahan dan

pertumbuhan tanaman yang lebih baik

5. Meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk

4.2.3 Pembahasan Data yang Diperoleh

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, pada kelompok 1 yang

menggunakan bahan dasar kotoran kambing yang dicampur rumput penganti

jerami ternyata setelah dilakukan pengamatan selama 13 hari pupuk bokashinya

berwarna hitam,aroma akhirnya tidak berbau, bentuknya remah,tidak lengket

tetapi rumput sebagai campuran tidak terurai malah tumbuh kembali. Pupuk

bokashi ini dianggap gagal karena suhunya dingin dan bahan tidak

terdekomposisi. Pada kelompok 2, bahan yang digunakan yaitu kotoran sapi yang

dicampur tomat. Hasil pengamatan diperoleh bahwa warnanya hitam, pupuk

bokashi ini tidak berbau, bentuknya granula remah, agak lengket. Pupuk bokashi

ini juga dianggap gagal karena suhunya dingin serta tanda-tanda keberhasilan

pembuatan pupuk bokashi tidak ada. Pada perlakuan kelompok 3 yang

menggunakan bahan dasar daun-daunan ternyata diperoleh data yaitu untuk

warnanya hitam kehijauan, pupuk bokashi ini tidak berbau, bentuknya masih

Page 11: Laporan Pupuk Bokashi

berwujud daun-daunan yang mulai lapuh. Pupuk bokashi juga dianggap gagal

karena suhunya dingin dan bahan dasarnya belum terfermentasi sempurna.

Sedangkan untuk perlakukan kelompok 4, dengan bahan campuran kotoran (Sapi,

kambing, dan ayam) warnanya hitam seperti tanah, aroma sama dengan perlakuan

kelompok lainya tidak berbau, bentuknya remah, tidak lengket. Pupuk bokashi

dianggap berhasil jika ditemukannya jamur putih atau abu-abu seperti kapas di

permukaan pupuk bokashi.

4.2.3 Cara Pengaplikasian pada Tanaman

Aplikasi bokashi padat yang telah dibuat diberikan dengan campuran

tanah sebagai media tanam. Untuk tanaman sayur, perbandingan antara bokashi

padat dan tanah yaitu 1 : 1. Untuk tanaman hias, perbandingan antara bokashi

padat dan tanah sebesar 1 : 2. Sementara untuk tanaman dalam pot, perbandingan

campuran sebesar 1 bagian tanah lempung, 1 bagian pasir, dan 14

bokashi padat.

Setahun sekali, media tanam perlu diganti dengan yang baru seperti komposisi

semula. Satu ton bokashi padat bisa digunakan untuk memupuk lahan pertanian

seluas 0,5 ha.

4.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi

Adapun faktor-faktor yang memperngaruhi proses pembuatan bokashi

tersebut antara lain:

1. Rasio C/N

Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1

hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan

menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40

mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis 5 protein.

Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis

protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.

2. Ukuran Partikel

Page 12: Laporan Pupuk Bokashi

Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan

area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan

proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan

besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan

dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.

3. Aerasi

Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup

oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan

suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk

ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air

bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob

yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan

melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.

4. Porositas

Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos.

Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total.

Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen

untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan

oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.

5. Kelembaban (Moisture content)

Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses

metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay

oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan

organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran

optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%,

aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada

kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci,

volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan

terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.

6. Temperatur

Page 13: Laporan Pupuk Bokashi

Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara

peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan

semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses

dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan

kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas

pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh

sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan

hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman

dan benih-benih gulma.

7. pH

Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang

optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran

ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan

menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai

contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan

penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa

yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal

pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.

8. Kandungan hara

Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya

terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan

oleh mikroba selama proses pengomposan.

9. Kandungan bahan berbahaya

Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang

berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn,

Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat

akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.

Selain itu faktor-faktor yang mempengarui keberhasilan pembuatan pupuk

bokashi adalah:

1. Tempat tidak tidak terkena sinar matahari langsung atau terkena hujan

2. Alas sebaiknya disemen atau diberi ubin

Page 14: Laporan Pupuk Bokashi

3. Kondisi tempat cukup lembab

4. Tempat tidak tergenang

Adapun tanda-tanda keberhasilan pembuatan pupuk bokashi, antara lain :

1. Setelah 6 jam panasnya antara 40 – 50oC

2. Setelah 3 hari tumbuh cendawan /jamur seperti kapuk yang berwarna putih

keabu-abuan.

3. Aromanya sedap

4. Fisik bokashi agak memasir dan tidak lengket

5. Tidak berwarna hitam dan basi.

4.2.5 Keunggulan dan Kelemahan

Adapun beberapa keunggulan dari pupuk bokashi yang merupakan pupuk

organik ini, yaitu :

1. Meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman

2. Menyuburkan tanah karena mengandung unsur hara yang sangat diperlukan

tanaman dan menekan pertumbuhan pathogen dalam tanah.

3. Pemakaian pupuk yang praktis

4. Biaya murah, sehingga sangat efektif dan efisien bagi petani

5. Ramah lingkungan dan dapat menfaatkan seluruh potensi sumberdaya alam

yang ada dilingkungan pertanian

Sedangkan kelemahan dari pupuk bokashi ini adalah sebagai berikut :

1. Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang

diberikan harus relatif banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik.

2. Karena jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya

operasional untuk pengangkutan dan implementasinya.

3. Dalam jangka pendek, apalagi untuk tanah-tanah yang sudah miskin unsur

hara, pemberian pupuk organik bokashi membutuhkan jumlah besar sehingga

menjadi beban biaya bagi petani. Sementara itu reaksi atau respon tanaman

terhadap pemberian pupuk organik tidak sespektakuler pemberian pupuk

buatan.

Page 15: Laporan Pupuk Bokashi

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum kali ini antara lain:

1. Bokashi merupakan salah satu metode pengomposan yang menggunakan

starter aerobik maupun anaerobik untuk mengkomposkan bahan organik.

2. Terdapat beberapa tanda-tanda keberhasilan dalam pembuatan pupuk bokasi,

yakni : Setelah 6 jam tercapai suhu 40 – 50 0C, Setelah 3 hari tumbuh jamur

seperti kapuk berwarna putih keabu-abuan, Fisik masir dan tidak lengket,

Tidak busuk, dll.

3. Keunggulan dari pupuk bokashi ini antara lain : Meningkatkan pertumbuhan

dan produksi tanaman, menyuburkan tanah, menekan pertumbuhan pathogen

dalam tanah, pemakaian pupuk yang praktis, dan biaya murah sehingga

sangat efektif dan efisien bagi petani, ramah lingkungan serta dapat

menfaatkan seluruh potensi sumberdaya alam

4. Dalam acara praktikum pupuk bokashi hanya kelompok 4 saja yang berhasil.

Terdapat tanda – tanda seperti tumbuh jamur putih abu-abu, fisiknya remah

tidak lengket, tidak berbau busuk.

5.2 Saran

Praktikan harus lebih memperhatikan proses kerja yang ada agar tidak

terjadi kesalahan dalam praktikum yang mengakibatkan praktikum yang

dilakukan gagal karena tidak mengindahkan faktor-faktor penentu keberhasilan

pembuatan bokashi.

Page 16: Laporan Pupuk Bokashi

DAFTAR PUSTAKA

Mihrani. 2008. Evaluasi Penyuluhan Penggunaan Bokashi Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Rumput Gajah. Agrisistem 4 (1) : 18 – 27.

Nasir, SP., MBA. 1999. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokasi Pada Pertumbuhan Dan Produksi Padi Palawija Dan Sayuran. PT. Gramedia. Jakarta

Parnata, Ayub.S. 2004. Pupuk Organik. PT Agromedia Pustaka. Jakarta

Soverda,dkk. 2008. Pengaruh Beberapa Macam Bokashi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicon Esculentum Mill.) Di Polybag. Agronomi 12 (1) : 17 – 20.

Subadiyasa, N. 1997. Teknologi Effektive Microorganism (EM) potensi dan prospeknya di Indonesia. Seminar Nasional Pertanian Organik. Jakarta.

Suprihatin. 2011. Proses Pembuatan Pupuk Organik Dari Batang Pohon Pisang. Teknik Kmia 15 (2) : 429 – 433.