laporan praktikum.docx
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
EVALUASI SENSORIS
ACARA VII
UJI HEDONIK
Penanggung Jawab:
Reni Nuraini Alafiah A1M013030
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Uji organoleptik disebut dengan pengukuran inderawi. Pengukuran
inderawi merupakan ilmu pengetahuan yang menggunakan indera
manusia untuk mengukur tekstur, penampakan, aroma, dan flavor produk
pangan. Penerimaan konsumen terhadap suatu produk diawali dengan
penilaiannya terhadap penampakan, flavor, dan tekstur.
Objek yang diukur atau dinilai sebenarnya adalah reaksi psikologis
(reaksi mental) berupa kesadaran seseorang setelah diberi rangsangan,
maka disebut juga penilaian sensorik. Rangsanga yang dihasilkan oleh
indera dapat bersifat mekanis (tekanan, tusukan), bersifat fisis (dingin,
panas, sinar, dan warna), sifat kimia (bau, aroma, dan rasa). Pada waktu
alat indera menerima rangsangan sebelum terjadi kesadaran prosesnya
adalah fisiologis, yaitu dimulai dari reseptor dan diteruskan pada susunan
syaraf sensori atau syaraf penerimaan.
Evaluasi sensori dapat digunakan untuk menilai adanya perubahan
yang dikehendaki atau tidak dikehendaki dalam produk atau bahan –
bahan formulasi, mengidentifikasi area untuk pengembangan,
menentukan apakah optimasi telah diperoleh, mengevaluasi produk
pesaing, mengamati perubahan yang terjadi selama proses atau
penyimpanan, dan memberikan data yang diperlukan bagi promosi
produk. Penerimaan dan kesukaan atau preferensi konsumen, serta
korelasi antara pengukuran sensori dan kimia atau fisik dapat juga
diperoleh dengan evaluasi sensori.
Penilaian organoleptik sangat banyak digunakan untuk menilai mutu
dalam industri pangan dan industri hasil pertanian lainnya. penilaian ini
terkadang dapat memberi hasil penilaian yang sangat teliti. Penilaian
dengan indera dalam beberapa hal bahkan melebihi ketelitian alat yang
paling sensitif. Jenis uji organoleptik diantaranya, yaitu uji rangsangan
tunggal, uji pasangan jamak, dan uji hedonik.
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis dimintakan tanggapan
pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Disamping
panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikkannya.
Panelis juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat – tingkat
kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya, dalam hal “suka” dapat
mempunyai skala hedonik, seperti amat sangat suka, sangat suka, suka,
dan agak suka. Sebaliknya, jika tanggapan itu “tidak suka” dapat
mempunyai skala hedonik, seperti suka dan agak suka. Terdapat
anggapannya yang disebut sebagai netral, yaitu bukan suka tetapi juga
bukan tidak suka (neither like nor dislike).
B. Tujuan
1. Untuk mempelajari cara – cara melakukan uji hedonik.
2. Untuk mengetahui tanggapan pribadi panelis tentang kesukaannya
terhadap produk pangan yang disajikan.
3. Untuk membandingkan kesukaan antar produk.
II. Tinjauan Pustaka
Evaluasi sensori merupakan analisis yang menggunakan manusia
sebagai instrument. Salah satu uji sensori yang digunakan meluas adalah uji
afektif secara kuantitatif. Uji afektif bertujuan untuk menilai respon pribadi
(kesukaan atau penerimaan) dari produk tertentu, atau karakteristik produk
spesifik tertentu. Uji afektif kuantitatif dapat dibagi menjadi dua kategori,
yaitu uji pemilihan/preferensi (preference) dan uji penerimaan (acceptance)
berarti mengukur tingkat kesukaan terhadap suatu produk sementara uji
preferensi menunjukkan ekspresi dipilihnya satu produk yang menonjol
dibandingkan dengan produk lain (Silvana, 2010).
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
penginderaan. Bagian organ tubuh yang berperan dalam penginderaan adalah
mata, telinga, indera pencicip, indera pembau, dan indera perabaan atau
sentuhan. Kemampuan alat indera memberikan kesan atau tanggapan dapat
dianalisis atau dibedakan berdasarkan jenis kesan. Luas daerah kesan adalah
gambaran dari sebaran atau cakupan alat indera yang menerima rangsangan.
Kemampuan memberikan kesan dapat dibedakan berdasarkan kemampuan
alat indera memberikan reaksi atas rangsangan yang diterima. Kemampuan
tersebut meliputi kemampuan mendeteksi (detection), mengenali
(recognition), membedakan (discrimination), membandingkan (scalling), dan
kemampuan menyatakan suka atau tidak suka (hedonik) (Saleh, 2004).
Uji hedonik atau uji kesukaan merupakan salah satu jenis uji
penerimaan. Dalam uji ini, panelis diminta untuk mengungkapkan tanggapan
pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya. Disamping itu, panelis juga
mengemukakan tingkat kesukaan atau ketidaksukaan. Tingkat – tingkat
kesukaan ini disebut skala hedonik, misalnya amat sangat suka, sangat suka,
suka, agak suka, netral, agak tidak suka, tidak suka, sangat tidak suka, dan
amat sangat tidak suka.
Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut rentangan
skala yang dikehendaki. Skala hedonik dapat juga diubah menjadi skala
numerik dengan angka mutu menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik
ini dapat dilakukan dengan analisis secara statistik. Penggunaan skala
hedonik pada prakteknya dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan.
Sehingga uji hedonik sering digunakan untuk menilai secara organoleptik
terhadap komoditas sejenis atau produk pengembangan. Uji hedonik banyak
digunakan untuk menilai produk akhir.
Kecap kedelai merupakan bahan makanan yang sering digunakan sehari
– hari. Kecap digunakan untuk berbagai macam masakan khas Indonesi,
seperti sate dan semur. Kecap mengandung protein yang cukup baik karena
memiliki asam amino yang cukup tinggi. Kecap juga mengandung zat gizi
lain dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan protein, seperti lemak,
karbohidrat, vitamin, dan mineral.
Kecap merupakan cairan kental yang mengandung protein, diperoleh
dari perebusan kedelai yang telah difermentasikan dan ditambah gula, garam,
serta rempah – rempah. Salah satu kriteria untuk menentukan mutu kecap
adalah pada kadar proteinnya. Berdasarkan rasa dan kekentalannya, kecap
dibagi menjadi 2 macam, yaitu kecap asin agak encer dan kecap manis yang
lebih kental. Proses pembuatan kecap asin dan kecap manis hampir sama.
Perbedaannya adalah pada akhir proses, yaitu terdapat penambahan gula dan
bumbu – bumbu (rempah – rempah) pada pembuatan kecap manis, sedangkan
pada kecap asin tidak ada penambahan gula (Hidayat, 2006).
III. Metode Praktikum
A. Alat dan Bahan
Alat : Wadah cup plastik, label, dan sedotan.
Bahan : Kecap manis merek ABC, bango, dan sedap.
B. Prosedur Kerja
Alat dan bahan disiapkan.
Sampel dimasukkan ke dalam wadah plastik.
Ditempatkan di atas nampan.
Masing – masing sampel diberikan kode dengan 3 angka berbeda.
Diuji oleh panelis, pasangan sampel disajikan bersamaan
Panelis diminta menilai sampel sesuai dengan kesukaan.
Dilakukan analisis data.
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
1. Data Pengamatan
Tabel Warna
No. Panelis Kode
192 179 299
1 P1 4 4 3
2 P2 4 3 4
3 P3 4 4 4
4 P4 4 3 3
5 P5 4 4 4
6 P6 3 4 5
7 P7 5 4 2
8 P8 3 4 4
9 P9 4 3 3
10 P10 4 4 4
11 P11 3 3 4
12 P12 2 3 4
13 P13 2 2 3
14 P14 2 3 4
15 P15 3 3 4
Jumlah 51 51 56
Rata - Rata 3,4 3,4 3,73
Tabel Aroma
No. Panelis Kode
192 179 299
1 P1 4 4 4
2 P2 4 4 4
3 P3 3 5 3
4 P4 5 3 3
5 P5 2 3 3
6 P6 4 5 4
7 P7 5 4 3
8 P8 2 4 4
9 P9 2 2 3
10 P10 2 4 2
11 P11 2 4 2
12 P12 3 4 5
13 P13 2 2 2
14 P14 4 4 3
15 P15 3 4 3
Jumlah 50 54 49
Rata - Rata 3,33 3,6 3,267
Tabel Rasa
No. Panelis Kode
192 179 299
1 P1 4 4 4
2 P2 2 4 2
3 P3 3 5 4
4 P4 4 3 1
5 P5 1 2 3
6 P6 4 5 4
7 P7 5 4 2
8 P8 4 3 2
9 P9 3 2 4
10 P10 4 4 3
11 P11 4 4 2
12 P12 2 3 4
13 P13 3 2 4
14 P14 3 4 2
15 P15 4 4 5
Jumlah 50 53 45
Rata - Rata 3,33 3,53 3
Keterangan :
192 : Kecap ABC
179 : Kecap Bango
299 : Kecap Sedap
Skor :
1 : Tidak Suka
2 : Agak Suka
3 : Sedikit Suka
4 : Suka
5 : Sangat Suka
2. Perhitungan
Aroma :
192 = 5015
192 = 3,33
179 = 5415
179 = 3,6
299 = 4915
299 = 3,267
Warna :
192 = 5115
192 = 3,4
179 = 5115
179 = 3,4
299 = 5615
299 = 3,73
Rasa :
192 = 5015
192 = 3,33
179 = 5315
179 = 3,53
299 = 4515
299 = 3
B. Pembahasan
Pada uji hedonik, panelis diminta tanggapan pribadinya tentang
kesukaan atau ketidaksukaan. Selain itu, panelis juga diminta untuk
mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat – tingkat kesukaan ini
disebut skala hedonik. Penggunaan skala hedonik dapat digunakan untuk
mengetahui perbedaan, sehingga uji hedonik sering digunakan untuk
menilai secara organoleptik komoditas sejenis, produk pengembangan
ataupun produk akhir (Setyaningsih et al., 2010).
Prinsip dari uji hedonik, yaitu panelis diminta untuk mencoba suatu
produk tertentu. Kemudian, panelis diminta untuk memberikan tanggapan
dan penilaian atas produk yang baru dicoba tersebut tanpa
membandingkannya dengan yang lain. Sedangkan secara umum, tujuan
dari uji hedonik adalah untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen
terhadap produk dan untuk menilai komoditi jenis atau produk
pengembangan secara organoleptik (Michael J. Gibney, dkk. 2009).
Berbeda dengan uji kesukaan, uji mutu hedonik tidak menyatakan
suka atau tidak melainkan menyatakan kesan tentang baik atau buruk.
Kesan baik atau buruk ii disebut kesan mutu hedonik. Kesan mutu
hedonik lebih spesifik daripada sekedar suka atau tidak suka. Mutu
hedonik dapat bersifat umum, yaitu baik dan buruk seperti empuk atau
keras, renyah atau liat untuk mentimun (Wagiyono, 2003).
Rentangan tingkat skala bervariasi tergantung dari rentagan mutu
yang diinginkan dan sensitivitas antar skala. Skala hedonik untuk uji mutu
dapat berarah satu atau berarah dua. Data penilaian dapat ditransformasi
dalam skala numerik dan selanjutnya dapat dianalisis statistik untuk
interprestasinya (Wagiyono, 2003).
Pada praktikum ini, panelis disediakan 3 sampel kecap manis dengan
merk yang berbeda. Lalu, panelis melakukan analisis pada ketiga sampel
tersebut dan memberikan penilaian terhadap rasa suka atau
ketidaksukaannya dengan menggunakan skala hedonik berupa skala
numerik sesuai tingkat kesukaan. Skala yang digunakan, yaitu tidak suka,
agak suka, sedikit suka, suka, dan sangat suka. Masing – masing sampel
diberikan kode sampel yang berbeda, seperti kode 192 untuk kecap ABC,
179 untuk kecap bango, dan kode 299 untuk kecap sedap. Percobaan ini
menggunakan 15 orang panelis. Atribut sensori yang diamati pada
pengujian ini meliputi warna, aroma, dan rasa pada kecap manis.
Warna
Penampakan merupakan parameter oganoleptik yang penting
karena merupakan sifat sensoris pertama dilihat oleh konsumen. Pada
umumnya, konsumen memilih makanan yang memiliki penampakan
menarik. Warna khas dari kecap adalah cokelat kehitaman. Warna ini
diperoleh dari kedelai hitam yang digunakan sebagai bahan baku,
kluwak, gula kelapa, dan gula pasir yang dipanaskan sehingga
membentuk karamel, serta reaksi browning yang terjadi pada saat
proses penjemuran.
Berdasarkan praktikum ini, diperoleh data bahwa kecap ABC
memiliki nilai 51 dengan rata – rata 3,4. Kecap bango memiliki nilai
yang sama seperti kecap ABC. Sedangkan, kecap sedap mendapatkan
nilai 56 dengan rata – rata 3,73. Ini berarti bahwa panelis lebih
menyukai kecap sedap dibandingkan kecap yang lain. Hal tersebut
dapat terjadi karena masing – masing dari produsen kecap ada yang
memberikan penambahan bahan lain pada kecap yang menyebabkan
warna kecap berbeda – beda.
Aroma
Bau merupakan daya tarik tersendiri dalam menentukan rasa
enak dari produk suatu makanan. Dalam hal ini, bau lebih banyak
dipengaruhi oleh indera penciuman. Pada umumnya, bau yang dapat
diterima oleh hidung dan otak lebih banyak merupakan campuran dari
4 macam bau, yaitu harum, asam, tengik dan hangus.
Kecap yang berkualitas baik memenuhi beberapa kriteria, yaitu
dalam hal kadar protein, cita rasa, kekentalan, warna, daya tahan, dan
endapan. Semakin tinggi kadar proteinnya, maka semakin tinggi
kualitas kecap tersebut. Kadar protein berkaitan erat dengan
kandungan unsur N (Nitrogen) dalam bahan baku kecap. Cita rasa dan
aroma kecap hanya dapat diperoleh dari proses pembuatan secara
tradisional, yaitu proses fermentasi (Purwandari, 2010).
Pada praktikum ini, diperoleh data bahwa panelis memberikan
penilaian pada kecap ABC, yaitu berjumlah 50 dengan rata – rata
3,33. Kecap bango mempunyai nilai berjumlah 54 dengan rata – rata
3,6. Dan, kecap sedap mempunyai nilai dari panelis berjumlah 49 dan
rata – ratanya 3,267. Hal ini terjadi karena masing-masing aroma dari
beberapa jenis kecap pada umumnya memang hampir sama antara
satu kecap dengan kecap yang lainnya.
Faktor yang mempengaruhi tingkat aroma dari kecap adalah
aroma sangat subjektif serta sulit untuk diukur karena setiap orang
memiliki sensitifitas dalam mendeteksi aroma. Kecap yang memiliki
kekentalan tinggi menghasilkan aroma yang lebih kuat serta lebih
mudah untuk dikenali aromanya.
Rasa
Rasa merupakan faktor penentu daya terima konsumen terhadap
produk pangan. Faktor rasa mempunyai peranan penting dalam
pemilihan produk oleh konsumen. Rasa merupakan respon lidah
terhadap rangsangan yang diberikan oleh suatu makanan.
Penginderaan rasa terbagi menjadi 4 jenis rasa, yaitu manis, asin,
pahit, dan asam. Konsumen akan memutuskan menerima atau
menolak produk dengan 4 rasa tersebut (Purwaningsih, 2011).
Data yang diperoleh dari praktikum ini, adalah panelis
memberikan nilai pada kecap ABC sejumlah 50 dan rata – ratanya
3,33. Kecap bango dengan nilai 53 dan rata – rata 3,53. Sedangkan,
kecap sedap mempunyai nilai 45 dengan rata – rata 3. Faktor yang
mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap rasa kecap, yaitu rasa
yang tertinggal atau after taste manis yang masih terasa setelah
dirasakan. Sebagian konsumen kurang menyukai rasa manis yang
berlebihan dan ada pula konsumen yang kurang menyukai kecap.
Selain itu, rasa manis pada kecap dipengaruhi oleh kekentalan dari
kecap tersebut, sehingga memiliki konsentrasi kecap yang berbeda.
Semakin tinggi konsentrasi kecap, maka kecap yang dihasilkan akan
semakin manis.
Air penetral yang seharusnya berfungsi untuk menetralkan lidah
bisa tercampur dengan kecap pada saat penuangan awal atau
tercampur pada saat panelis sedang melakukan pengujian. Sedotan
yang tidak terbilas atau dibersihkan dengan baik dapat memberikan
penilaian yang salah karena masih tertinggalnya sisa rasa dari sampel
sebelumnya.
Secara keseleruhan, panelis dapat membedakan karakteristik dari
kecap, yaitu warna, aroma, dan rasa. Faktor – faktor yang dapat
mempengaruhi penilaian panelis tetrhadap sampel kecap, antara lain
panelis cenderung memberikan penilaian yang lebih baik atau lebih buruk
apabila didahului pemberian sampel yang lebih baik atau lebih buruk.
Sampel yang memiliki tingkat lebih baik sebelum sampel lainnya,
mengakibatkan panelis menilai sampel yang berikutnya selalu lebih
rendah atau panelis cenderung meberi mutu yang rata – rata sama.
Sedotan yang tidak terbilas atau dibersihkan dengan baik dapat
memberikan penilain yang salah karena masih tertinggalnya sisa rasa dari
sampel sebelumnya.
Waktu yang disediakan untuk panelis dalam melakukan pengujian
secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil penilaian. Waktu yang
terbatas akan memberikan beban pikiran kepada panelis untuk lebih cepat
mendeteksi rasa. Akan tetapi, jika panelis diberikan waktu yang lebih
lama atau tidak terbatas, panelis akan lebih tenang tanpa beban pikiran
sehingga lebih teliti dan cermat dalam mendeteksi rasa, warna, dan aroma.
V. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
1. Uji hedonik atau uji kesukaan merupakan salah satu jenis uji
penerimaan. Dalam uji ini, panelis diminta untuk mengungkapkan
tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya. Disamping
itu, panelis juga mengemukakan tingkat kesukaan atau ketidaksukaan.
Tingkat – tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Skala hedonik
dapat juga diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu menurut
tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini, dapat dilakukan dengan
analisis secara statistik. Penggunaan skala hedonik pada prakteknya
dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan. Sehingga uji hedonik
sering digunakan untuk menilai secara organoleptik terhadap
komoditas sejenis atau produk pengembangan. Uji hedonik banyak
digunakan untuk menilai produk akhir.
2. Panelis memberikan tanggapan pribadi yang berbeda – beda pada
sampel tentang kesukaannya terhadap produk pangan yang disajikan.
3. Pada warna, panelis lebih menyukai kecap sedap dengan rata – rata
3,73. Dan, panelis lebih menyukai aroma kecap dengan rata – rata 3,6.
Sedangkan pada rasa, panelis lebih menyukai kecap bango. Hal ini
menunjukkan bahwa kecap bango lebih disukai oleh panelis.
B. Saran
Sebaiknya pada saat praktikum, panelis yang sedang melakukan
pengujian diberikan sekat atau bilik diantara tempat pengujian sampel.
Dan panelis yang sedang menunggu untuk melakukan uji, lebih baik tidak
berada didekat panelis yang sedang melakukan uji organoleptik. Hal itu
dapat menyebabkan panelis akan menjadi terpengaruh ketika melakukan
pengujian sampel.
Daftar Pustaka
Hidayat N, Masdiana CP, dan Suhartini S. 2006. Mikrobiologi Industri. Andi:
Yogyakarta.
Michael J. Gibney. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. EGC: Jakarta.
Saleh. 2004. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan. Institut
Teknologi Bandung: Bandung.
Setyaningsih, D., P. Maya dan A. Anton. 2010. Analisis Sensori untuk
Industri Pangan dan Argo. Institut Pertanian Bogor Press: Bogor.
Silvana, D Hari Kedua. 2010. Efek Penambahan Ekstrak Air Jahe (Zingiber
officinale Roscoe) dan Penyimpanan Dingin terhadap Mutu Sensori
Ikan Tuna (Thunnus albacores). Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol.
VI no.1 : 34 – 40.
Wagiyono. 2003. Menguji Kesukaan Secara Organoleptik Bagian Proyek
Pengembangan Kurikulum. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah. Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.
Lampiran Foto
LAPORAN PRAKTIKUM
EVALUASI SENSORIS
Penanggung Jawab:
Ika Wahyu Bintari A1M0130
Abdullah Syukur A1M013013
Frans Yudhistira A. A1M013016
Reni Nuraini Alafiah A1M013030
Athifah Hasna Shafiyyah A1M0130
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015