laporan praktikum sosper
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang
yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana
sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut. Masyarakat mengandung aspek dinamis yang bertempat
tinggal di wilayah. Aspek dinamis ini mencerminkan dalam pola hubungan,
cara-cara bergaul, cara hidup, dan cara-cara bertindak norang-orang yang ada
disuatu wilayah tersebut. Seperti pola hidup yang ada di desa Sambeng Wetan
yang masih memiliki rasa kebersamaan, saling mengenal antara orang, guyup-
rukun, serta mesih memiliki rasa solidaritas yang tinggi.
Pengertian desa di Indonesia berasal dari perkataan “sanskrit” yang
artinya tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Menurut UU No.19 Tahun
1965, desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang tertentu batas-
batasnya, berhak mengurus rumah tangganya sendiri, memilih penguasanya
dan mempunyai harta benda sendiri. Selanjutnya menurut UU No. 5 Tahun
1979, desa adalah wilayah yang ditempati penduduk sebagai kesatuan
masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan hukum yang memiliki organisasi
pemerintah yang terendah langsung di bawah camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik Indonesia.
1
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa
masyarakat pedesaan merupakan masyarakat yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Manusia yang hidup bersama dalam jangka waktu yang relatif lama,
menciptakan pergaulan hidup dan norma kehidupan dalam membangun
kebudayaan.
2. Sifat pergaulannya akrab, ramah dan meluas.
3. Sebagian besar aktivitasnya dalam bidang pertanian (peternakan,
perkebunan, perikanan, pengolahan sawah dan lain-lain).
B. Maksud dan Tujuan
Tugas lapangan yang kami lakukan merupakan salah satu pengalaman
untuk mendukung kompetensi sebagai mahasiswa pertanian yang sangat
berharga. Latar belakang mahasiswa yang sebagian besar bukan berasal dari
lingkungan pertanian menjadikan tugas lapang ini menjadi pengalaman baru
dan menarik untuk dikaji secara sosiologi. Kami dapat secara langsung
berdialog dengan petani, kelompok tani maupun masyarakat, mengungkap
permasalahan konkrit yang dihadapi para petani serta mencari solusi terbaik.
Teori yang diperoleh selama proses pembelajaran telah cukup sebagai dasar
untuk memahami dinamika masyarakat pertanian secara faktual. Kami juga
dapat mengkaitkan kajian teori dengan fakta di lapangan serta
membandingkan kemudian dapat menarik benang merah dari keduanya.
Dari hasil pengamatan di lapang serta analisis peristiwa secara diskriptif
akan kami jadikan sebagai bahan guna menyusun laporan praktikum. Di
2
samping itu dengan tugas lapang ini diharapkan kami dapat memahami
gambaran masyarakat pertanian dengan baik dan benar. Laporan praktikum
yang kami buat ini sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban personal
yang terkait dengan cara-cara pengamatan, analisis peristiwa dan implikasi
terhadap masalah yang ada pada masyarakat pertanian.
3
II. KEADAAN UMUM DESA
A. Letak Desa
Desa Sambeng Wetan termasuk dalam wilayah Kecamtan Kembaran,
Kabupaten Banyumas. Untuk menempuh perjalanan ke desa tersebut
dibutuhkan waktu setidaknya 15 - 20 menit dari Fakultas Pertanian
Universitas Jenderal Soedirman. Lebih tepatnya Desa Sambeng Wetan berada
di sebelah timur Kecamatan Kembaran, dengan batas wilayah desa ;
Sebelah utara : Desa Silado (Purbalingga)
Sebelah selatan : Desa Kramat
Sebelah timur : Desa Sumbang
Sebelah barat : Desa Sambeng Kulon
B. Keadaan Biogeofisik Desa
Desa Sambeng Wetan mempunyai luas daerah 72,5622 hektar yang terbagi
menjadi dua konfigurasi tanah yaitu bagian utara (sebagai tanah kelompok
tani) merupakan areal persawahan, tanah dengan kemiringan 250menjorok ke
sungai, dan bagian selatan ( tanah kelompok tani) merupakan areal
persawahan dengan kemiringan tanah 200. Suhu di desa Sambeng Wetan juga
masih terbilang masih dalam batas normal. Iklim desa Sambeng Wetan juga
sama dengan wilayah kabupaten Banyumas pada umumnya sehingga
memungkinkan untuk mengembangkan bidang pertanian, peternakan dan
perikanan.
4
C. Sejarah Desa
Sambeng, pada zaman dahulu merupakan bagian dari sebuah kerajaan.
Konon di tempat itu tinggal seorang yang kaya raya yang dikenal dengan
nama Raden Sambeng. Beliau merupakan bagian dari bangsawan kerajaan.
Meskipun sebagai bangsawan, beliau memiliki sikap yang rendah hati kepada
rakyat kerajaan yang tinggal di sekitar beliau. Kerendahan hati beliau serta
perilakunya yang demikian baiknya membuat beliau dihormati rakyat dan
menjadi panutan bagi rakyat hingga akhirnya beliau diangkat sebagai kepala
pemerintahan di daerah itu.
Dalam era perkembangannya, karena tingkat pertambahan penduduk yang
semakin tinggi dengan perkembangan sosial budaya yang semakin tinggi serta
norma kehidupan masyarakat yang diatur berdasarkan tatanan pemerintahan,
Desa Sambeng kemudian terbagi menjadi dua wilayah pemerintahan. Kedua
wilayah pemerintahan itu adalah Desa Sambeng Wetan dan Desa Sambeng
Kulon. Penamaan “wetan” dan “kulon” untuk wilayah desa itu merupakan
penyebutan untuk letak wilayah kedua desa itu. Kata wetan berasal dari
Bahasa Jawa yang berarti timur, sedangkan kulon bearti barat. Oleh karena itu,
Desa Sambeng Wetan berarti wilayah pemerintahan Desa Sambeng yang
terletak di sebelah timur, begitu juga untuk Desa Sambeng Kulon yang berarti
wilayah pemerintahan Desa Sambeng yang terletak di sebelah barat. Hingga
kini, kedua wilayah itu menjadi wilayah pemerintahan desa sendiri.
5
D. Penduduk
1. Jumlah Kepala Keluarga : 496 KK
2. Jumlah menurut jenis kelamin
a. laki-laki : 807 KK
b. perempuan : 822 KK
3. Penduduk menurut Kewarganegaraan
a. WNI laki-laki : 807 orang
b. WNI perempuan : 822 orang
4. Penduduk menurut agama
Islam : 1629 orang
5. Penduduk menurut usia
a. 0 – 6 tahun : 151 orang
b. 7 – 12 tahun : 134 orang
c. 13 – 18 tahun : 129 orang
d. 19 – 24 tahun : 133 orang
e. 25 – 55 tahun : 812 orang
f. 56 – 79 tahun : 243 orang
g. 80 tahun keatas : 27 orang
6
E. Pendidikan
Tabel 1. data pendidikan
No
.
Tingkat pendidikan Jumlah
1. Belum sekolah 184 orang
2. Tidak sekolah _
3. Tamat SD sedeajat 811 orang
4. Tamat SLTP sederajat 312 orang
5. Tamat SLTA sederajat 306 orang
6. Tamat Akademik sederajat 13 orang
7. Tamat Perguruan Tinggi 3 orang
F. Keadaan kesehatan
Tabel 2. Data SaranauntukKesehatan
No. Uraian Jumlah
1. Jumlah dukun bayi 2 orang
2. Jumlah bidan desa 1 orang
3. Jumlah posyandu 1 buah
7
G. Struktur Pemerintahan Desa
Tabel 3. Data struktur Desa
No
.
Nama Jabatan
1. Teguh Purwanto Kepala Desa
2. Sahri Romadhon Sekertaris Desa
3. Dwi Yanto Kasi PEMRT & PEMIL
4. Imam Hidayat Kasi KES& PEMBERD
5. Ciptoko Staf Kasi PEMRT & PEMIL
6. Wawan Dwi Hartono Staf Kasi KES & PEMBERD
7. Eka Windarti Kaur Keuangan
8. Narso As Kaur Umum
9. Wahyu Irianto Kadus I
10. Tasmin Kadus II
8
H. Struktur Ekonomi
Tabel 4. Data mata pencaharian
No
.
Mata pencaharian Jumlah
1. Petani 352 orang
2. Pengrajin/industri kecil 2/2 orang
3. Buruh 169 orang
4. Pedagang 59 orang
5. Pengangkutan 3 orang
6. PNS 8 orang
7. ABRI 6 orang
8. Karyawan swasta 43 orang
9. Pensiunan 10 orang
Tabel 5. Sarana Perekonomian
No Sarana dan Usaha Jumlah
1. Koperasi simpan pinjam 2 buah
2. Industri 3 buah
3. Perdagangan 32 buah
4. Angkutan 5 buah
I. Struktur Sosial
9
Struktur sosial merujuk pada pola interaksi tertentu yang kurang lebih
mantap dan tetap, yang terdiri atas jaringan relasi kelas sosial hierarkis dan
pembagian kerja tertentu serta ditopang oleh kaidah-kaidah, praturan-
peraturan dan nilai-nilai budaya.
Dalam pembahasan struktur sosial, menurut Ralph Linton, dikenal dua
konsep penting, yaitu status dan peran. Pada umumnya struktur sosial
mempunyai empat komponen dasar, yaitu :
1. Status Sosial
Merupakan kedudukan atau posisi sosial seseorang dalam
masyarakat. Struktur sosial terbagi atas :
a. Ascribed status, yaitu status yang didapat secara otomatis melalui
kelahiran
b. Achieved status, yaitu status yang didapat seseorang karena usahanya
c. Assigned status, yaitu status yang diberikan kepada seseorang karena
jasanya bagi masyarakat
2. Peran Sosial
Peran sosial merupakan seperangkat harapan terhadap seseorang
yang menempati suatu posisi atau status sosial tertentu.
3. Kerlompok
Kelompok merupakan sekumpulan orang yang memiliki norma-
norma, nilai-nilaidan harapan yang sama serta secara sadar dan teratur
saling berinteraksi.
4. Institusi
10
Institusi merupakan kumpulan norma-norma yang berkisar pada
pemenuhan suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat
(Omika, 2010).
Masyarakat pedesaan yang identik dengan masyarakat pertanian umumnya
memiliki kesadaran yang tinggi terhadap kerja sama. Kerja sama ini dapat
mencakup berbagai aspek kehidupan yang menjadi dasar menjalin hubungan
di antara warga masyarakatnya. Begitupun di Desa Sambeng Wetan,
kebutuhan warganya yang beraneka ragam mengharuskan adanya kerja sama.
Kerja sama inilah yang kemudian menyebabkan adanya struktur sosial di Desa
Sambeng Wetan. Uraian sturktur sosial di Desa Sambeng Wetan secara umum
sebagai berikut.
1. Kelompok Sosial
Akibat adanya kebutuhan yang masyarakat yang beraneka ragam serta
adanya kesadaran untuk menjalin kerja sama, maka timbul adanya
kelompok-kelmpok sosial di Desa Sambeng Wetan. Dalam bidang
pertanian, kerja sama masyarakat diwujudkan melalui pembentukan
kelompok tani. Kelompok tani ini terbentuk karena adanya kebutuhan
yang sama dari para petani untuk mengatasi kesulitan dalam pengolahan
pertanian. Sebagai contoh, pada saat-saat tertentu seringkali para petani
mengalami kelangkaan pupuk pada saat mereka membutuhkan. Tanpa
adanya kerja sama melalui kelompok tani, kesulitan yang mereka hadapi
akan lebih besar lagi mengingat mereka harus bersaing dengan petani dari
desa lain. Adanya kelompok tani memungkinkan berkurangnya potensi
11
terjadinya hal-hal semacam itu karena aktivitas para petani lebih dapat
dikoordinasikan.
Sampai saat ini di Desa Sambeng Wetan terbentuk dua kelompok
tani, yaitu Kelompok Tani Cipto Santoso dan Kelompok Tani Cipto
Raharjo. Secara umum tidak ada perbedaan di antara kedua kelompok tani
itu. Hal ini karena seluruh kegiatannya berada di bawah pengawasan
pemerintah desa meskipun tanggung jawab tetap pada ketua kelompok tani
masing-masing.
Selain kelompok tani, ada juga kelompok kaum wanita yang sudah
berkeluarga yang tergabung dalam PKK. Pada dasarnya kegiatan PKK
ditujukan untuk membina warga dalam hal yang berkaitan dengan
kebersihan dan kesehatan keluarga dan lingkungan. Salah satu program
kerja PKK dalam memberikan pendidikan kebersihan dan kesehatan
kepada warga. Hal ini penting untuk dilakukan karena hanya melalui PKK
warga dapat memperoleh pendidikan semacam itu. Di samping itu, melalui
PKK juga warga dapat saling beinteraksi untuk mempererat hubungan
sosial.
Di Desa Sambeng Wetan terdapat juga kelompok pengajian warga
yang tergabung dalam majelis taklim. Majelis taklim ini merupakan
kelompok warga yang kegiatannya berkaitan dengan keagamaan. Salah
satu kegiatan rutinnya adalah pengajian rutin yang diadakan setiap 35 hari
sekali yang dilaksanakan pada hari jum’at kliwon. Kesadaran warga akan
kesertaanya pada majelis taklim ini dilatarbelakangi oleh keinginannya
12
untuk menambah pengetahuan agamanya. Melalui majelis taklim ini juga
warga dapat bersosialisasi satu sama lain
2. Pelapisan Sosial
Seperti umumnya dalam masyarakat pertanian, Desa Sambeng
Wetan juga mengenal sistem pelapisan sosial. Meskipun dalam
kenyatannya adanya pelapisan sosial tidak begitu mempengaruhi kehidupan
masyarakat dalam artian pola kehidupan masyarakat sama sekali tidak
melihat adanya pelapisan sosial tersebut. Pelapisan sosial di Desa Sambeng
Wetan jika dilihat dari sisi stratifikasi sosial pertaniannya mencakup buruh
tani, pengolah lahan, penyewa lahan, pemilik lahan dan tengkulak.
3. Pemangku Adat
Pemangku adat di Desa Sambeng Wetan dikenal dengan sebutan sesepuh.
Kata sesepuh berasal dari bahasa Jawa dengan kata dasar sepuh yang
berarti tua. Dengan demikian kata sesepuh berarti yang dituakan. Hal ini
karena pada umumnya sesepuh adalah orang yang umurnya cukup tua dan
memiliki banyak pengalaman dalam kemasyarakatan. Seringkali sesepuh
ini digunakan sebagai tempat untuk berkonsultasi
13
III. HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTIKUM
A. Hubungan Desa Kota
Konsep pengertian masyarakat dalam kajian sosiologi memiliki 4 syarat,
yaitu:
1. Manusia yang hidup bersama
2. Bercampur dalam kurun waktu yang cukup lama
3. Menyadari adanya satu kesatuan
4. Membentuk sistem hidup bersama serta menciptakan kebudayaan
Oleh karena itu, sifat masyarakat adalah dinamis selalu bergerak atau
berubah sesuai empat cara tersebut, sedangkan pengertian desa menurut Paul
H. Landis adalah tempat atau wilayah yang dihuni oleh orang kurang dari
2500 serta pergaulannya ditandai dengan sifat keakraban, keramahan yang
meluas dan merupakan pusat kegiatan pertanian dalam arti luas. Pada sisi lain
ada pengertian masyarakat kota atau industri yang dicirikan sebagi masyarakat
yang orang-orangnya sangat heterogen, pergaulannya bersifat kosmopolitan,
pusat kegiatannya pada bidang non pertanian. (Soekanto, 1986).
Masyarakat pertanian yang bertempat tinggal di pedesaan dalam
kehidupan sehari-hari selalu melakuakan hubungan satu dengan lainnya. Pola
hubungan yang terjadi pada masyarakat desa dapat diwujudkan melalui
hubungan antar kelompok, individu, individu dengan individu, dan individu
dengan kelompok. Proses hubungan timbal balik ini dalam sosiologi disebut
proses sosial karena secara konkrit landasan utama untuk mempelajari
sosiologi pertanian adalah terjadinya proses sosial di dalam masyarakat.
14
Secara umum terlihat bahwa setiap warga atau anggota masyarakat
dalam mengembangkan pola hubungan atau proses sosial ditandai adanya
saling tatap muka, mempribadi dan tanpa pamrih. Disamping itu, dalam proses
sosial setiap orang selalu mengembangkan rasa saling teposeliroh (rasa
menghargai orang lain) atau tenggang rasa, unggah-ungguh (sopan santun)
dan rasa kebersamaan antar warga. Pola hubungan yang demikian ini selalu
dipelihara dan dijaga keberadaannya oleh antar warga sehingga membentuk
proses sosial yang mengarah pada bentuk solidaritas warga yang spesifik
sifatnya.
Pada hasil praktikum Sosiologi Pertanian ini diketahui bahwa Desa
Sumbang Wetan berhubungan dengan kota melalui berbagai jaringan, baik
yang bersifat material maupun non material. Adapun faktor yang mempererat
hubungan desa-kota di Desa Sumbang Wetan dengan berorientasi pada
potensi wilayah yaitu perdesaan sebagai sumber produk pangan bagi
penduduk yang bertempat tinggal di perkotaan, perdesaan sebagai penghasil
bahan bagi industri di perkotaan, perdesaan sebagai penyedia tenaga kerja
yang relatif murah bagi penduduk kota, perdesaan memerlukan barang jadi
masyarakat kota, perdesaan memerlukan jasa-jasa dari penduduk perkotaan.
Pengamatan yang kami lakukan di desa ini didapati bahwa hubungan
desa ini terhadap kota sangat erat. Sebagian besar masyarakat desa ini
menggantungkan hidup dari perkotaan. Warga desa yang dalam usia produktif
banyak yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, terutama mereka yang
laki-laki. Kota tujuan mereka merantau biasanya adalah Jakarta, Bandumg,
karena mereka beranggapan kota besar menjanjikan penghidupan yang besar
15
pula. Namun kebanyakan warga desa yang pergi ke kota bekerja sebagai kuli
bangunan dan pramuniaga. Selanjutnya hubungan saling ketergantungan
antara kota dengan desa, membuka peluang pekerjaan. Hal ini dapat
menggerakan minat pemuda desa, khususnya yang bertempat tinggal di
pinggiran kota untuk melakukan kerja secara komuting (ngelaju), yang tingkat
mobilitasnya sesuai dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja masyarakat kota.
Tidak sedikit pula yang pergi ke kota untuk mendapatkan pendidikan yang
lebih baik. Karena fasilitas pendidikan di desa ini kurang memadai, hanya
tersedia sekolah sampai tingkat SMP, sedangkan bila ingin mengenyam
bangku SMA harus bersekolah ke desa tetangga.
Hubungan desa ini dengan kota ialah sebagai penghasil produk pangan
bagi penduduk kota. Desa ini banyak menghasilkan tempe kedelai yang
kemudian mereka jual baik lewat pasar – pasar maupun lewat pemesan teteap,
yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat kota yang tak bisa membuatnya, hasil
panen dikumpulkan dan dijual ke tengkulak, baru selanjutnya hasil panen
tersebut diangkut ke daerah lain. Desa ini mempunyai jumlah lahan
persawahan cukup luas. Setengah dari lahan desa merupakan lahan pertanian,
dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.
B. Bentuk – Bentuk Kerjasama
Kerja sama merupakan bentuk proses sosial yang umum dijumpai dalam
kehidupan manusia karena bentuk maupun pola keja sama dapat dijumpai
pada semua kelompok manusia. Contoh dari hal ini adalah anak kecil yang
bekerja sama dengan teman mainnya atau anak membantu orang tuanya di
16
ladang. Dalam perkembanganya, bentuk kerja sama menjadi lebih jelas karena
telah ditetapkan tujuan dan fungsinya (Soekanto, 2002).
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap
kelompoknya dan kelompok lainnya. Kerja sama mungkin akan bertambah
kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan luar
yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau institusional telah
tertanam di dalam kelompok., dalam diri seorang atau segolongan orang.
Kerja sama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang
lama mengalami kekecewaan akibat perasaan tidak puas, karena keinginan-
keinginan pokoknya tidak dapat terpenuhi oleh karena adanya rintangan yang
bersumber dari luar kelompok itu. Betapa pentingnya fungsi kerja sama,
digambarkan oleh Charles H. Cooley sebagai berikut :
“Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan penegendalian terhadap diri sendiri untuk
memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya
kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-
fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna” (Narwoko, 2004)
Masyarakat pedesaan cenderung memiliki kesadaran yang tinggi untuk
bekerja sama di hampir semua aspek kehidupan, begitu juga yang dijumpai
pada masyarakat di Desa Sambeng Wetan. Kerja sama yang muncul ini
timbul akibat adanya semangat hidup untuk saling membantu di antara sesama
anggota masyarakat. Di sisi lain, kesadaran untuk bekerja sama juga muncul
17
karena adanya kepentingan yang sama untuk mengatasi persoalan yang
ditemui di dalam masyarakat.
Salah satu bentuk kerja sama dalam masyarakat Desa Sambeng Wetan
biasa dikenal dengan istilah gotong royong. Gotong royong ini biasa
digunakan oleh masyarakat desa untuk membangun fasililitas sosial bagi
kepentingan umum atau untuk membantu memperingan beban perorangan.
Sering terlihat dalam masyarakat pedesaan adanya aktivitas gotong royong
dalam pembuatan jalan desa, perbaikan saluran irigasi pertanian atau dalam
hal pembangunan tempat ibadah.Selain itu, tidak jarang juga dijumpai
aktivitas gotong royong dalam hal pembanguan rumah milik warga desa.
Tentunya masyarakat desa tidak menuntut adanya imbalan dalam
melaksanakan kegiatan gotong royong ini, tapi secara tidak langsung mereka
mengharapkan adanya timbal balik untuk memperoleh bantuan ketika mereka
mempunyai kesulitan yang sama di kemudian hari.
Adanya kesadaran gotong royong ini memungkinkan beban ekonomi
pembangunan desa menjadi lebih rendah yang dirasa sangat membantu bagi
masyarakat tingkat ekonomi bawah. Bahkan jika pembangunan fasilitas umum
mengharuskan mereka mengeluarkan biaya, biasanya mereka akan membagi
beban biaya tersebut secara merata. Merata dalam artian semua warga
mendapat kewajiban untuk membayar sejumlah tertentu biaya meskipun
kadang besarnya jumlah biaya masing-masing orang tidak sama.
Ketidaksamaan besaran jumlah biaya ini biasanya dilihat berdasarkan kondisi
ekonomi warga.Sebagai contoh, besaran biaya yang harus dibayarkan oleh
18
seorang buruh tani berbeda dengan besaran biaya yang harus dibayar oleh
seorang pengusaha pertanian.
Dalam bidang pertanian, kerja sama masyarakat Desa Sambeng Wetan
diwujudkan melalui pembentukan kelompok tani. Awalnya, pembentukan
kelompok tani ini karena adanya kesulitan para petani untuk memenuhi
kebutuhan pertanian mereka, misalnya masalah kelangkaan pupuk.Seringkali
mereka menemui kendala untuk memenuhi kebutuhan pupuk pada saat
tanaman pertanian mereka memerlukan pemupukan.Meski ada beberapa kios
di sekitar rumah mereka yang menyediakan pupuk, itupun harganya
melambung sehingga memberatkan beban biaya petani. Jika mereka terpaksa
harus mencari pupuk ke luar desa, perlu biaya tambahan selain harus juga
bersaing dengan petani dari desa lain.
Sebagai pemegang tanggung jawab desa, Kepala Desa Sambeng Wetan
(sebelum dibentuk kelompok tani) pernah mengajukan permohonan
penyediaan pupuk kepada dinas pertanian terdekat tapi tetap saja hasilnya
nihil. Alasannya adalah karena belum adanya kelompok tani di Desa Sambeng
Wetan. Hal ini menjadikan Kepada Desa berinisiatif mengumpulkan para
petani untuk bermusyawarah membentuk kelompok tani. Karena wilayah
Desa Sambeng Wetan yang cukup luas, muncul pertimbangan untuk
membentuk dua kelompok tani. Kedua kelompok tani itu kemudian diberi
nama Kelompok Tani Cipto Santoso dan Kelompok Tani Cipto Raharjo.
Hingga saat ini, kepengurusan kedua kelompok tani telah mengalami
pergantian sebanyak tiga periode.Berdasarkan kesepakatan warga, ketua
kelompok tani diambil dari perangkat desa. Hal ini berdasarkan pertimbangan
19
agar ketua kelompok tani dapat lebih memahami hubungan pertanian desa
dengan pemerintahan desa sehingga memudahkannya dalam pengambilan
keputusan sesuai dengan kondisi desa.
Perhatian pemerintah terhadap pertanian Desa Sambeng Wetan semakin
terlihat setelah terbentuknya kelompok tani.Petani merasa memperoleh
kemudahan untuk memenuhi kebutuhan pertanian.Pengajuan bantuan oleh
pemerintah desa kepada Dinas Pertanian selalu mendapat respon
positif.Permohonan pengajuan pupuk pun sekarang lebih dipermudah.Bahkan
sesekali Desa Sambeng Wetan kedatangan penyuluh PPL yang memberikan
penyuluhan pertanian kepada masyarakat.
Namun sayangnya, pada saat ini kesadaran masyarakat sebagai anggota
kelompok tani semakin menurun.Pertemuan rutin kelompok tani kurang
mendapat perhatian.Mereka menghadiri pertemuan rutin hanya jika ada
sesuatu yang mereka anggap penting dan dapat mereka peroleh, misalnya jika
datang bantuan pupuk dari pemerintah.
Bentuk kerja sama lain yang dapat ditemui di Desa Sambeng Wetan adalah
perkumpulan PKK. PKK ini merupakan tempat bagi para ibu di Desa
Sambeng Wetan untuk saling berbagi dan belajar mengenai kesejahteraan
keluarga.PKK di Desa Sambeng Wetan sudah memiliki kepengurusan yang
baik serta memiliki program kerja yang menjadi acuan dalam setiap
kegiatan.Ketua PKK di Desa Sambeng Wetan adalah Ibu Kepala Desa yang
secara otomatis menjadi ketua PKK. Jabatan menjadi ketua PKK akan terganti
jika masa kepengurusan kepala desa telah selesai.
20
Anggota PKK memiliki kesadaran yang tinggi untuk mengikuti setiap
kegiatan.Bahkan pertemuan rutin yang diadakan pengurus PKK selalu
mendapat tanggapan positif dari anggota.Hal ini nampaknya karena para
anggota merasakan sendiri manfaat yang diperolehnya melalui keterlibatannya
dalam setiap kegiatan PKK.Salah satu contohnya adalah kegiatan PKK
mensosialisasikan kesehatan lingkunga, kesehatan keluarga serta cara-cara
perawatan terhadap anak.Hal-hal semacam ini jarang mereka dapatkan di luar
PKK.Di samping itu, keterlibatan mereka dalam kegiatan PKK juga mampu
mempererat jalinan pergaulan di antara mereka sehingga memperkecil potensi
timbulnya konflik.
Dalam bidang ekonomi, bentuk kerja sama masyarakat Desa Sambeng
Wetan dapat ditinjau dari hubungan antara buruh tani, pengolah lahan,
penyewa, tengkulak dan pemilik lahan. Keempatnya memiliki hubungan yang
saling menguntungkan dan bersifat timbal balik.
Buruh tani merupakan pekerja yang dipekerjakan oleh pengolah lahan
yang biasanya sistem pembayarannya dihitung per hari kerja.Dalam hubungan
ini, petani memperoleh keuntungan dari sejumlah uang yang dibayarkan oleh
pengolah lahan serbagai imbalan hasil kerjanya. Di sisi lain, pengolah lahan
juga mendapat keuntungan mendapat keringanan untuk mengolah lahan
karena keterlibatan buruh tani tersebut. Seringkali buruh tani memiliki
keterampilan bertani yang lebih baik dibandingkan pengolah lahan sendiri,
hanya saja buruh tani tidak memiliki lahan pertanian atau kalaupun memiliki
lahan tidak luas sehingga hanya mencukupi kebutuhan pokok saja.
21
Hubungan antara pengolah lahan dengan pemilik lahan umumhnya terjadi
karena pemilik lahan yang memiliki lahan pertanian yang luas tidak memiliki
cukup waktu untuk mengolah sendiri lahan pertaniannya. Hal ini
menyebabkan pengolahan sebagian atau seluruh lahan pertaniannya
diserahkan kepada orang lain, yaitu pengolah lahan. Keuntungan hasil
pertanian nantinya akan dibagi berdasarkan sistem bagi hasil berdasarkan
kesepakatan. Umumnya pembagian hasil panen antara pengolah lahan dan
pemilik lahan di Desa Sambeng Wetan berlaku sistem pembagian setengah
dan seperlima. Pembagian setengah berlaku apabila pemilik lahan tidak
mengeluarkan biaya sama sekali dalam pengolahan lahan pertanian.
Keseluruhan biaya pengolahan lahan berasal dari pengolah lahan.Pembagian
seperlima berlaku apabila pemilik lahan adalah penyedia seluruh biaya
pengolahan lahan pertanian, sedangkan pengolah lahan bertindak sebagai
pengatur penggunaan biaya.Dalam hal ini pengolah lahan mendapat seperlima
bagian dari hasil panen, sedangkan sisanya adalah milik pemilik lahan.
Selanjutya hubungan antara penyewa dan pemilik lahan.Penyewa pada
umumnya adalah orang yang mempunyai cukup uang dan mempunyai
keterampilan untuk mengolah lahan pertanian.Dalam hubungan ini, penyewa
membayar uang sewa kepada pemilik lahan untuk beberapa waktu
pengolahan.Waktu yang ditetapkan untuk pengolahan lahan oleh penyewa
biasanya berdasarkan kesepakatan, yaitu oyodan atau tahunan.Oyodan berarti
jangka waktu pengolahan lahan berdasarkan jumlah periode
pemanenan.Tahunan berarti penyewa menyewa lahan pertanian dengan harga
sewa dihitung per tahun pengolahan lahan. Berbeda dengan hubungan antara
22
pengolah dan pemilik lahan, hubungan kerja sama antara penyewa dan pemilik
lahan tidak mengenal sistem bagi hasil. Keseluruhan hasil pertanian
merupakan milik penyewa lahan.
Berikutnya adalah hubungan kerja samaantara penyewa atau pemiliki
lahan dan tengkulak. Hasil panen yang diperoleh penyewa atau pemilik lahan
umumnya akan dijual kepada tengkulak. Pada umumnya penjualan hasil panen
kepada tengkulak dilakukan jika jarak pasar dari desa bersangkutan cukup
jauh sehingga memerlukan biaya untuk menuju ke pasar. Selain itu, penjualan
kepada tengkulak juga seringkali dilakukan apabila hasil panen yang diperoleh
tidak cukup banyak untuk dijual sendiri ke pasar dan jika dijual ke pasar justru
akan memperbanyak biaya yang menyebabkan kerugian. Dalam hubungan ini,
penyewa atau pemilik lahan memperoleh kemudahan memasarkan hasil
pertaniannya sedangkan tengkulak memperoleh keuntungan melalui laba yang
diperoleh dari penjualan hasil pertanian tersebut.
C. Mobilitas sosial
Dalam sebuah masyarakat terdapat istilah yang sering kita dengar yaitu
mobilitas sosial. Banyak sekali masyarakat yang dalam kehidupannya
mengalami mobilitas sosial, namun tidak sedikit pula dari mereka yang juga
tidak mengetahui dan menyadari bagaimana dan mengapa kita bisa terjun
dalam sebuah mobilitas. Mobilitas sosial berasal dari bahasa latin yaitu
mobilis yang memiliki arti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari
suatu tempat ke tempat lain atau dapat juga diartikan sebagai pergerakan
perpindahan. Mobilitas sosial adalah perpindahan individu dari satu status
23
sosial ke status sosial yang lain yang sifatnya bisa naik atau turun. Menurut
Coulhoun (1978) mengatakan bahwa gerak sosial masyarakat memiliki
kecenderungan yang ke atas dan ke bawah yang disebut mobilitas vertikal dan
juga dapat memiliki mobilitas horizontal dan antar generasi. Seseorang dapat
naik dan turun kelas sosialnya berdasarkan berbagi alasan. Kesempatan
mobiltas horizontal dan vertikal yang di peroleh di desa lebih terbatas
ditimbang di kota. Mobilitas horizontal adalah pergeseran status sosial pada
tingkat yang sama tidak menunjukan adanya gerakan yang menanjak dan
menurun. Manusia baik sebagai mahkluk individu maupun makhluk sosial
senantiasa berada dalam suatu proses gerak sosial (social Mobility). Gerak
pencapaian suatu status merupakan kegiatan yang berorentiasi utuk memenuhi
kebutuhan sosial.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi mobilitas sosial dalam
masyarakat, antara lain : faktor pendidikan, faktor pekerjaan, faktor
pendapatan, dan faktor kepemilikan lahan.
1. Faktor Pendidikan
Di Desa Sambeng Wetan, rata-rata orang tua nya berpendidikan
sampai tamat Sekolah Dasar. Sedangkan generasi penerusnya (anak-
anaknya) berpendidikan hingga tamat Sekolah Menengah Atas (SMA),
dan hanya sebagian kecil anak-anaknya yang melanjutkan pendidikannya
hingga perguruan tinggi. Di Desa Sambeng Wetan terdapat fasilitas
pendidikan berupa Sekolah Dasar (SD), Taman Kanak-Kanak (TK), dan
TPA. Fasilitas pendidikan di Desa Sambeng Wetan tergolong sangat
minim karena di desa tersebut tidak ada SMP dan SMA.
24
2. Faktor Pekerjaan
Penduduk di Desa Sambeng Wetan rata-rata bermata pencaharian
sebagai petani, pedangan (wirausaha) dan buruh. Ada sebagian kecil
penduduk di desa Sambeng Wetan yang bekerja sebagai PNS, polisi dan
TNI. Tetapi dengan kemajuan zaman, pekerjaan sebagai petani sudah
mulai menurun karena generasi muda jarang yang ingin meneruskan
pekerjaan sebagai seorang petani. Generasi penerus (para pemuda) lebih
memilih bekerja di kota dibandingkan bekerja di desa.
3. Faktor pendapatan
Upah yang relatif rendah dan tidak menentu mengakibatkan para
pemuda lebih menyukai bekerja di sektor non pertanian, misalnya bekerja
di kota sebagai buruh.
4. Faktor Kepemilikan Lahan
Sebagian besar rata-rata penduduk di Desa Sambeng Wetan
memiliki lahan pertaniannya sendiri. Dalam penggarapan lahan, biasanya
pemilik lahan menggunakan jasa orang lain untuk menggarap lahannya,
meskipun masih ada beberapa petani yang menggarap sawahnya sendiri.
Di Desa Sambeng Wetan, banyak para pemudanya yang
melakukan urbanisasi (perpindahan dari desa ke kota) karena para pemuda
menganggap bahwa pendapatan di kota jauh lebih besar dibandingkan
pendapatan di desa. Padahal faktanya, dalam memenuhi kebutuhan hidup
di kota, jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan hidup di desa. Alasan
25
lain para pemuda melakukan urbanisasi adalah karena mereka ikut dengan
kerabat atau saudara.
Menurut nasution (1973), faktor yang mendasari gerak sosial
sangat tergantung dengan sifat atau sistem yang berlaku dalam
masyarakat. Bagi masyarakat yang menganut sistem masyarakat tertutup
(closed class societies) gerak sosial menjadi lebih lamban, sebaliknya jika
menganut sistem terbuka (open class societies) maka gerak sosial menjadi
cepat dan lebih dinamis. Sedangkan Soekanto (1986) mengatakan bahwa
di samping adanya gerak sosial vertikal, juga dalam mesyarakat terjadi
gerak sosial horisontal. Mobilitas horisontal adalah pergeseran status
sosial pada tingkat yang sama tidak menunjukkan adanya gerakan
menanjak atau menurun, tetapi berada dalam posisis yang sama.
Penduduk Desa Sambeng Wetan memiliki sistem open class socety
(terbuka). Dalam hal ini setiap masyarakat memiliki kesempatan untuk
berpindah dari satu status sosial ke status sosial yang lain. Perpindahan
status sosial biasanya ditentukan oleh usaha-usaha yang dilakukannya
serta peranannya dalam aktivitas kemasyarakatan.
D. Masuknya Teknologi Baru ke Desa
Teknologi memegang peranan penting dalam pengembangan potensi
sumberdaya tanaman pangan, sumberdaya peternakan dan sumberdaya
perikanan. Teknologi yang dihasilkan dari penelitian dan pengkajian (litkaji)
akan menjadi sia-sia jika tidak diaplikasikan di lapangan, terutama dalam
upaya pemberdayaan masyarakat tani. Seperti bajak yang awalnya dikerjakan
26
oleh sapi jantan, dan kemudian di banyak daerah oleh kuda. Dalam negara
industri, pertama alat mekanik tarik yang digunakan membajak dengan uap-
daya (ploughing mesin atau traktor uap) tetapi ini telah secara bertahap
superseded oleh internal-combustion-powered traktor. Hal itu juga terjadi di
desa Sambeng Wetan, meski keberadaan alat-alat traktor masih terbatas dan
milik perseorangan. Beberapa teknologi yang telah ditransformasikan oleh
beberapa petani di desa Sambeng Wetan, baik milik petani secara pribadi
maupun kelompok. Teknologi pertanian yang dimiliki oleh petani Desa
Sambeng Wetan antara lain:
1. Traktor
Pekerjaan pengolahan tanah adalah pekerjaan pertanian yang relatif
membutuhkan daya yang besar dibanding pekerjaan lainnya. Penggunaan
traktor tangan dapat mempercepat pengolahan tanah dan petani menyadari
melakukan pengolahan tanah dengan traktor lebih menguntungkan
dibanding cara lain. Traktor yang dimiliki warga desa Sambeng Wetan
sebanyak empat buah dan itu merupakan milik pribadi petani.
2. Mesin Perontok
Desa Sambeng Wetan sudah cukup banyak memiliki mesin ini, yaitu
sekitar lima unit. Mesin ini memperingan pekerjaan petani dalam
merontokkan padi, jagung, maupun kedelai.
3. Tempat Penggilingan Padi
Desa Sambeng Wetan sudah memiliki tempat penggilingan padi untuk
memudahkan para petani. Dalam memperoleh teknologi tersebut bukanlah
suatu hal yang mudah, melainkan dibutuhkan perjuangan keras. Perangkat
27
desa maupun kelompok tani sudah mengajukan permintaan kepada
pemerintah tetapi tidak juga direalisasikan. Alat-alat tersebut diperoleh
dari dana petani pribadi. Mereka berinisiatif membelinya untuk
memperingan pekerjaan. Jadi teknologi pertanian sangat membantu para
petani di desa Sambeng Wetan. Semua masyarakat desa sangat
mendukung dengan adanya teknologi tersebut.
28
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil survey, didapatkan data mata pencaharian penduduk di
Desa Sambeng Wetan sebagian besar sebagai petani, buruh, pedagang, dan
karyawan swasta. Ada beberapa orang yang menjadi PNS, ABRI dan
pensiunan.
2. Di desa Sambeng Wetan terdapat beberapa kelompok tani yang memiliki
tujuan meningkatkan kualitas pertanian Desa Sambeng Wetan, melengkapi
kebutuhannya sebagai petani dan menerima langsung bantuan dari
pemerintah yaitu Cipto Santoso dan Cipto Raharjo
3. Mobilitas sosial atau gerak sosial yang terjadi dalam masyarakat memiliki
dimensi yang luas. Pada hakekatnya manusia sebagai makhluk individu
dan sosial senantiasa berada dalam suatu proses gerak sosial(social
mobility).
4. Di Desa SambengWetan pemakaian teknologi sudah masuk dan menyebar
luas pada masyarakatnya. Hal ini dapat dilihat dari pengguanaan alat-alat
pertanian yang semakin maju contohnya saja seperti traktor, mesin
perontok padi dan mesin penggilingan padi.
B. Saran
1. Mengingat dalam sejarahnya pada zaman dahulu Desa Sambeng Wetan
adalah bagian dari sebuah kerajaan, maka perlu ditelusuri apakah budaya
29
kerajaan zaman dahulu mempengaruhi pola kehidupan masyarakat atau
tidak
2. Jika budaya kerajaan memengaruhi masyarakat saat ini, perlu adanya
penelitian bagaimana dan seberapa besar berdampak pada masyarakat saat
ini
30
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, D.P. 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta : Gramedia.
Narwoko, J.Dwi. 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.Jakarta : Kencana.
Nasution. 1975. Sosiologi. Bandung : Alumni.
Omika, Hefri Asra.2010.Struktur Sosial.http://infopos.wordpress.com, diakses 18 Juni 2012.
Redfield, R.1985.Masyarakat Petani dan Kebudayaan.Jakarta : Rajawali.
Soekanto, Soerjono.1990.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: Raja Gravindo Persada/
31