laporan praktikum penyehatan udara
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
PENYEHATAN UDARA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penyehatan Udara
Semester Tiga
Kelas Non-Reguler
Disusun oleh :
1. Joko Harjono
2. Khafid Anwar C
3. Lina Hanarisanty
4. Linda Anggraini P
5. Maria Pradnyayu
6. Nia Utami
P07133110066
P07133110067
P07133110070
P07133110071
P07133110073
P07133110076
7. Okvendri Abrihari
8. Pratiwi Anggun M
9. Priestiana Mugi R
10. Ratna Purwanti
11. Rindy Astike D
12. Riza Nurita A
P07133110079
P07133110080
P07133110081
P07133110082
P07133110083
P07133110084
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
tugas penyusunan laporan penyehatan udara dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Laporan ini terwujud atas bimbingan, saran dan bantuan dari
berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan pada
kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima
kasih kepada:
1. Dr. Hj. Lucky Herawati, SKM.MSc, selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes Yogyakarta
2. Tuntas Bagyono, SKM,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan Kemenkes RI Yogyakarta
3. Sri Muryani, SKM, M. Kes dan Sigid Sudaryanto, SKM, M.Pd
selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Penyehatan Udara
4. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa
5. Teman-teman baikku yang selalu semangat memberikan
dukungan dan bantuannya.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca untuk kesempurnaan Laporan Penyehatan Udara ini.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Yogyakarta, Desember
2011
Penyusun
PRAKTIKUM I
UJI EMISI KENDARAAN BERMOTOR
Hari,tanggal : Senin, 21 November 2011
Lokasi Praktik : Depan Laboratorium Rekayasa
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menganalisis kandungan dari gas buangan
kendaraan bermotor
2. Untuk mengetahui cara menguji gas buangan dari kendaraan
bermotor roda dua yang berbahan bakar bensin
3. Untuk mengetahui dan membandingkan antara persentase gas
buangan dengan baku mutu emisi sumber bergerak (kendaraan
bermotor roda dua)
B. Landasan Teori
Emisi adalah gas hasil dari pembakaran bahan bakar kendaraan
bermotor. Dalam uji emisi sumber bergerak bertujuan untuk mengetahui
berapa banyak kandungan (gas buang/partikulat) yang terdapat pada sumber
bergerak seperti mobil dan motor. Dengan uji ini dapat diketahui layak atau
tidaknya kendaran bermotor untuk beroperasi. Alat yang digunakan pada uji
emisi sumber bergerak menggunakan alat autocheck. Autocheck dapat juga
digunakan pada udara bebas untuk mengetahui kandungan–kandungan yang
terdapat pada udara bebas. Dalam autocheck yang diperiksa antara lain
kandungan CO2,CO,HC,O2 dan NOx yang terdapat pada kendaraan bermotor
(motor).
Pencemaran kendaraan bermotor saat ini makin terasa. Pembakaran
bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab
polusi udara. Disamping monoksida, juga dikeluarkan nitrogen oksida,
belerang oksida, partikel padatan dan senyawa-senyawa fosfor timbal.
Senyawa ini selalu terdapat dalam bahan bakar dan minyak pelumas mesin.
Rancangan mesin dan macam bensin ikut menentukan akan jumlah
pencemar yang timbul. Karbon monoksida merupakan gas yang tidak
berwarna dan tidak berbau tetapi sangat berbahaya.
Kadar 10 bpj CO dalam udara dapat menyebabkan manusia sakit.
Dalam waktu setengah jam 1300 ppm dapat menyebabkan kematian. Setiap
lima liter bensin dapat menghasilkan 1-1,5 kg CO. Jika kita duduk di udara
dengan kadar 60 bpj CO selama 8 jam, maka kemampuan mengikat O2 oleh
darah kita akan turun sebanyak 15 %. Sama dengan kehilangan darah
sebanyak 0,5 liter. Pencemaran paling buiruk ialah bahan bakar yang kualitas
rendah dan murah, karena mengandung belerang yang tinggi. Jika
konsentrasi SO2 naik, orang akan merasa terganggu. Kadar 6 bpj SO2 akan
melumpuhkan dan merusak organ pernapasan.
Pembakaran bensin akan lebih efisien jika kendaraan bermotor
dilarikan dengan kecepatan yang konstan dan mengurangi frekuensi
pengereman serta menstarter. Pemeliharaan mesin dan penyetelan mesin
yang teratur akan menambah efisiensi kerja kendaraan bermotor.
Pembakaran bensin yang tidak sempurna akan menghasilkan banyak bahan
yang tidak diinginkan dan meningkatkan pencemaran.
C. Alat dan Bahan
1. Autochek
2. Kendaraan bermotor
3. Alat Tulis
D. Langkah Kerja
1. Menghubungkan autochek dengan sumber listrik.
2. Menghidupkan kendaraan bermotor dan kemudian menunggu selama 5
menit.
3. Menghidupkan autochek dengan menekan tombol on kemudian pilih gas.
Akan muncul kategori CO2, CO, HC, O2 dan NO2.
4. Menekan enter dan memasukkan pipa autochek ke dalam knalpot
kendaraan bermotor yang akan diuji emisinya.
5. Menunggu hingga autocheck berbunyi.
6. Setelah autochek berbunyi, maka mengeluarkan pipa autochek dari
knalpot kendaraan.
7. Setelah itu akan muncul hasil dari uji emisi yang diuji.
8. Menekan enter tunggu hingga keluar print out hasil uji emisi yang
didalamnya juga terdapat standar baku mutu
E. Hasil Pengamatan
Baku Mutu Gas Buang Kendaraan Bermotor
PARAMETER STANDARD GAS LIMID
CO2 0,00%CO 4,50%HC 2400 ppmO2 10,97%AFR 5,00
Hasil Uji Emisi Kendaraan Bermotor
Plat nomor
Nama Pemilik
Jenis Kendaraan dan tahun Pembelian
CO2
(%)CO
( % )
HC (ppm)
O2
( % )
AFR
AB 6759
WESri K
Supra X 125 R
(2010)
0,002,92 1917 6,60 5,00
AB 2531
WT
Santika
N
Yamaha Mio
(2010)
1,385,58 2045 7,18
15,6
0
AD
Pratiwi
Anggun
M
Honda Vario
Combi Break
(2011)
0,50 9,96 2376 6,5010,6
3
AB Tomi S Satria (1998) 0,00 4,38 3698 6,12 5,00
AD 6264
NJ
Nopiyant
o
Honda Vario
(2010)
1,536,89 2186 6,51
13,4
8
F. Pembahasan
Dalam praktik uji emisi sumber bergerak (kendaraan bermotor) dengan
menggunakan autocheck kita dapat melihat mekanisme pelaksanaan uji emisi
kendaraan, pemeriksan dilakukan satu persatu pada knalpot motor yang ingin
diuji. Pada uji emisi sumber bergerak kita menguji kadar seperti CO2, CO, HC,
O2 yang terkandung dari hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor
dalam uji emisi ini kendaran bermotor, yang meliputi :
1. Supra X 125 R, volume gas buang yang dikeluarkan semuanya tidak
melebihi baku mutu gas buang kendaraan bermotor. Hal tersebut bisa dilihat
dari data hasil uji emisi yang dibandingkan dengan baku mutu yang ada.
Hasil uji emisi terhadap motor ini adalah CO2 menunjukkan angka 0,00 % ;
sudah memenuhi standar baku mutu. CO menunjukkan angka 2,92 % ;
sedangkan standar baku mutunya adalah 4,50 % ,sudah memenuhi standar
baku mutu. AFR dalam uji emisi menunjukkan angka 5,00 ; artinya sudah
memenuhi standar baku mutu yaitu 5,00. Untuk HC dan O2 angka hasil uji
emisi masih berada di bawah angka baku mutu atau masih angka aman.
2. Yamaha Mio, volume gas buang yang dikeluarkan oleh motor ini ada yang
melebihi baku mutu yaitu CO2, CO dan AFR. CO2 hasil uji emisi
menunjukkan angka 1,38% ; padahal standar baku mutu adalah 0,00%. CO
hasil emisi menunjukkan angka 5,58% ; sedangkan standar baku mutunya
adalah 4,50%. AFR dalam uji emisi menunjukkan angka 15,60 ; artinya jauh
dari standar baku mutu yaitu 5,00. Untuk HC dan O2 angka hasil uji emisi
masih berada di bawah angka baku mutu atau masih angka aman.
3. Honda Vario Combi Break, volume gas buang yang dikeluarkan oleh motor
ini ada yang melebihi baku mutu yaitu CO2, CO dan AFR. CO2 hasil uji
emisi menunjukkan angka 0,50% ; padahal standar baku mutu adalah
0,00%. CO hasil emisi menunjukkan angka 9,96% ; sedangkan standar baku
mutunya adalah 4,50%. AFR dalam uji emisi menunjukkan angka 10,63 ;
artinya jauh melebihi standar baku mutu yaitu 5,00. Untuk O2 angka hasil uji
emisi masih aman atau dibawah standar baku mutu, sedangkan untuk HC
angka menunjukkan 2376 ppm, artinya tidak melebihi baku
mutu hanya saja masih terlalu tipis selisihnya dari angka
standar yaitu 2400 ppm.
4. Satria, volume gas buang yang dikeluarkan oleh motor ini ada yang
melebihi baku mutu yaitu HC. HC dalam dalam uji emisi menunjukkan
angka 3698 ppm, yang artinya melebihi ketentuan baku mutu
yaitu 2400 ppm. Untuk CO2, O2 dan AFR angka hasi uji emisi masih
di bawah standar baku mutu sehingga masih aman. Sedangkan untuk CO
angka hasil uji emisi menunjukkan 4,38% ; yang memiliki selisih
tipis dengan standar baku mutu CO yaitu 4,50%.
5. Honda Vario, volume gas buang yang dikeluarkan oleh motor ini ada
yang melebihi baku mutu yaitu CO2, CO dan AFR. CO2 hasil uji emisi
menunjukkan angka 1,53% ; padahal standar baku mutu adalah 0,00%. CO
hasil emisi menunjukkan angka 6,89% ; sedangkan standar baku mutunya
adalah 4,50%. AFR dalam uji emisi menunjukkan angka 13,48 ; artinya jauh
melebihi standar baku mutu yaitu 5,00. Untuk O2 angka hasil uji emisi
masih aman atau dibawah standar baku mutu, sedangkan untuk HC angka
menunjukkan 2186 ppm, artinya tidak melebihi baku mutu dari
angka standar yaitu 2400 ppm.
G. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan uji emisi sumber bergerak (motor), kami
mendapatkan kendaraan tersebut masih banyak menghasilkan gas buang
yang volumenya melebihi baku mutu gas buang kendaraan bemotor. Berikut
kesimpulan dari kelima motor yang dilakukan uji emisi :
1. Supra X 125 R : Lulus Uji Emisi
2. Yamaha Mio : Fail On CO2, CO dan AFR
3. Vario Combi Break : Fail On CO2, CO dan AFR
4. Satria : Fail On HC
5. Honda Vario : Fail On CO2, CO dan AFR
H. Saran1. Kendaraan bermotor sebaiknya diuji emisi secara periodic untuk
mengetahui kadar gas buangan
2. Diperlukan rekayasa knalpot untuk mengurangi jumlah polutan karena
gas buangan kendaraan bermotor agar ramah lingkungan
3. Mengganti bahan bakar bensin (kadar Pb tinggi) dengan pertamax
4. Pengecekan atau perawatan mesin kendaraan bermotor secara berkala
atau rutin.
PRAKTIKUM II
PEMERIKSAAN KUALITAS FISIK UDARA RUANG
( Suhu dan Kelembaban, Intensitas Cahaya, Kebisingan )
I. Pengukuran Suhu dan Kelembaban
Hari,tanggal : Senin, 28 November 2011
Lokasi : Lab.Hyperkes
A. Tujuan
1. Agar mahasiswa terampil menggunakan atau mengoperasikan alat
2. Agar mahasiswa dapat melakukan pengukuran suhu dan kelembaban
3. Agar mahasiswa dapat menentukan kriteria suhu dan kelembaban
ruang berdasar persyaratan
B. Landasan Teori
Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata – rata dari pergerakan
molekul – molekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan
kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke benda –
benda lain atau menerima panas dari benda – benda lain tersebut. Dalam
sistem dua benda, benda yang kehilangan panas dikatakan benda yang
bersuhu lebih tinggi. Dasar pengukuran suhu adalah alat pengukur suhu
disebut termometer. Termometer dibuat dengan mendasarkan sifat – sifat
fisik dari suatu zat (bahan), misalnya pengembangan benda padat, benda
cair, gas dan juga sifat merubahnya tahanan listrik terhadap suhu. Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu – suhu yang tinggi disebut Pyrometer,
misalnya Pyrometer radiasi, digunakan untuk mengukur suhu benda yang
panas dan tidak perlu menempelkan alat tersebut pada benda yang diukur
suhunya. Suhu tidak berdimensi sehingga untuk mengukur derajat suhu,
pertama – tama ditentukan 2 titik tertentu yang disesuaikan dengan suatu
sifat fisik suatu benda tertentu. Kemudian diantara dua buah titik yang telah
di tentukan tersebut di bagi – bagi dalam skala – skala, yang menunjukan
derajat – derajat suhu. Skala – skala tersebut merupakan pembagian suhu dan
bukan satuan daripada suhu. Dengan demikian suhu 30°C tidak berarti 3 x
10°C, dan 10°C berarti skala derajat C ke sepuluh.
Skala Suhu
Titik es adalah suhu dimana es murni mulai mencair di bawah
tekanan dari luar 1 atmosfer standar (normal) yaitu tekanan yang dapat
menahan berat sekolom air raksa setinggi 76 cm atau 1013,250 mb.
Sedangkan yang dimaksud titik uap adalah suhu dimana air murni mulai
mendidih dibawah tekanan dari luar 1 atmosfer standar. Skala suhu yang
biasa digunakan yaitu :
1.Skala Celsius, dengan titik es 0°C dan titik uap 100°C dan dibagi menjadi
100 bagian (skala).
2.Skala Fahreinheit, dengan titik es 32°F dan titik uap 212°F, dibagi menjadi
180 bagian (skala).
Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi
ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik
atau kelembapan relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut
higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat
kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap
(dehumidifier). Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan
termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara
berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat
permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi
0,5% pada 0 °C (32 °F).
Kelembaban udara dalam ruang tertutup dapat diatur sesuai dengan
keinginan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkan atas prinsip
kesetaraan potensi air antara udara dengan larutan atau dengan bahan padat
tertentu. Jika ke dalam suatu ruang tertutup dimasukkan larutan, maka air
dari larutan tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara
potensi air pada udara dengan potensi air larutan. Demikian pula halnya jika
hidrat kristal garam-garam (salt cristal bydrate) tertentu dimasukkan dalam
ruang tertutup maka air dari hidrat kristal garam akan menguap sampai
terjadi keseimbangan potensi air (Lakitan, 1994).
Higrometer adalah sejenis alat untuk mengukur tingkat kelembapan
pada suatu tempat. Biasanya alat ini ditempatkan di dalam bekas (container)
penyimpanan barang yang memerlukan tahap kelembapan yang terjaga
seperti dry box penyimpanan kamera. Kelembapan yang rendah akan
mencegah pertumbuhan jamur yang menjadi musuh pada peralatan tersebut.
Higrometer juga banyak dipakai di ruangan pengukuran dan instrumentasi
untuk menjaga kelembapan udara yang berpengaruh terhadap keakuratan
alat-alat pengukuran.
C. Alat dan Bahan
1. Sling Psychrometer
2. Chart Psychrometer
3. Stop watch
4. Alat tulis
D. Langkah Kerja
1. Membasahi ujung benang sampai pada ujung termometer basah
2. Memutar sling psychrometer hingga benang menjadi basah uap selama
15 menit ( dilakukan 3x pengulangan ), pada saat memutar dilakukan di
atas kepala
3. Membaca suhu pada termometer basah dan kering
4. Menambahkan suhu basah dan kering kemudian dibagi 2, sebagai suhu
ruang
5. Mencocokkan dengan grafik suhu – kelembaban
6. Cara membaca grafik :
a) Menghitung / mengkonversikan suhu dari termometer (Celcius) menjadi
suhu Fahrenheit
b) Garis mendatar pada grafik menunjukkan suhu kering
c) Garis diagonal menunjukkkan suhu basah
d) Perpotongan antara suhu basah dan kering merupakan kelembaban
e) Mengikuti garis melengkung sehingga diketahui kelembaban
E. Hasil Pengamatan
Data suhu dan kelembaban : 1 titik dengan 3x pengulangan
Dalam skala Celcius
Pengulangan Suhu
basah (x)
Suhu
kering (y)
Suhu
ruang (
x+ y2
)
1. 270 C 300 C 28,50 C
2. 27 0 C 29,50 C 28,250 C
3. 260 C 290 C 27,50 C
Rata-rata 26,66 0 C 29,5 0 C 28,08 0 C
Dalam skala Fahrenheit ,dengan rumus : = (9/5 x suhu 0C ) + 32
Dari pembacaan Chart Psychrometer dapat kita ketahui bahwa :
Pengulangan Relative
humidity
(% )
Spesifik
humidity
(grains/lb)
Dew point
(0F)
1. 78 150 41
2. 82 154 42
3. 78 140 39
Rata-rata 79,33 148 40,66
F. Pembahasan
Suhu udara sangat berperan dalam kenyamanan bekerja karena
tubuh manusia menghasilkan panas yang digunakan untuk metabolisme
basal dan muskuler. Namun dari semua energi yang dihasilkan tubuh
hanya 20 % saja yang dipergunakan dan sisanya akan dibuang ke
lingkungan. Jika dibandingkan dengan Standar Baku Mutu sesuai
KepMenkes. No.261 bahwa suhu yang dianggap nyaman untuk
suasana bekerja 18-26 0C maka suhu rata-rata ruangan pada ruang kelas
Pengulangan Suhu
basah
Suhu
kering
1. 80,60 F 860 F
2. 80,6 0 F 85,10 F
3. 78,80 F 84,20 F
Rata-rata 800 F 85,10 F
hyperkes belum memenuhi standar yaitu 28,08 ˚C. Selain itu, suhu udara
ruang kerja yang terlalu dingin dapat menimbulkan gangguan kerja
bagi karyawan, salah satunya gangguan konsentrasi dimana pegawai
tidak dapat bekerja dengan tenang karena berusaha untuk
menghilangkan rasa dingin tersebut.
Kelembaban udara yang relatif rendah yaitu kurang dari 20 % dapat
menyebabkan kekeringan selaput lendir membran, sedangkan kelembaban
tinggi akan meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme. Hasil pengukuran
rata-rata kelembaban relatif pada ruang kelas hyperkes 79,33 % .Jika
dibandingkan dengan Standar Baku Mutu sesuai KepMenkes No.261
dimana kelembaban ideal berkisar 40-60 %, maka kelembaban ruangan
pada ruang kelas hyperkes belum memenuhi standar . Pada saat dilakukan
pengukuran suhu dan kelembaban dengan menggunakan sling psychrometer
seharusnya pada saat memutar sling psychrometer dilakukan di atas kepala
menurut petunjuk penggunaan, tetapi dalam prakteknya tidak demikian.
Selain itu, pembacaan pada Chart psychrometer mengalami kesulitan dalam
hal penentuan hasil, kurang akurat dan tepat. Dalam praktik ini dilakukan
pengulangan pengukuran suhu dan kelembaban sebanyak 3x, sehingga data
yang diperoleh lebih valid karena bisa diambil perhitungan rata-rata.
G. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban dan diulang
sebanyak 3x dapat disimpulkan bahwa hasil suhu rata-rata ruang kelas di
Lab. Hyperkes adalah sebesar 28,08 0C dan untuk kelembaban rata-ratanya
adalah sebesar 79,33 %.
II. Pengukuran Intensitas Cahaya
Hari,tanggal : Senin, 28 November 2011
Lokasi : Ruangan di Lab.Hyperkes
A. Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran pencahayaan dan menghitung
tingkat pencahayan
B. Landasan Teori
Cahaya adalah salah satu bentuk energi yang memungkinkan melihat
segala sesuatu yang ada disekitar kita.Cahaya termasuk gelombang elektro-
magnetik, tidak memerlukan medium penghantar gelombang.
Gangguan akibat pencahayaan yang tidak adekuat :
1. gangguan kenyamanan
2. meningkatnya kecelakaan
3. menurunnya produktivitas
Gangguan akibat ultra violet yang berlebihan :
1. conjunctivitas
2. inflamasi kornea
3. necrasis retina
4. katarak
CANDLE/CANDELA ( Cd ) : Satuan intensitas sebuah sumber
cahaya . Banyaknya cahaya yang dipancarkan oleh nyala lilin standart
(massa = 1/6 pound, cepat pembakaran 7,8 gr/jam)
LUMEN ( lm ) : Banyaknya flux cahaya yang diperlukan un-tuk menerangi
bidang seluas 1 ft2 dengan kekuatan 1 Fc
Intensitas cahaya adalah besaran pokok fisika untuk mengukur daya
yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu per satuan
sudut. Satuan SI dari intensitas cahaya adalah Candela (Cd). Dalam bidang
optika dan fotometri (fotografi), kemampuan mata manusia hanya sensitif
dan dapat melihat cahaya dengan panjang gelombang tertentu (spektrum
cahaya nampak) yang diukur dalam besaran pokok ini. Alat ukur cahaya (lux
meter) adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya intensitas
cahaya di suatu tempat. Besarnya intensitas cahaya ini perlu untuk diketahui
karena pada dasarnya manusia juga memerlukan penerangan yang cukup.
Untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya ini maka diperlukan sebuah
sensor yang cukup peka dan linier terhadap cahaya. Sehingga cahaya yang
diterima oleh sensor dapat diukur dan ditampilkan pada sebuah tampilan
digital.
Tingkat pencahayaan suatu ruangan dapat mempengaruhi
produktifitas kerja kita. Biasanya, kita ingin mendapatkan kenyamanan
dalam sebuah ruangan. Kenyamanan tersebut dapat ditentukan dari tingkat
suhu dan tingkat pencahayaan yang kita harapkan. Bila suhu ruangan dapat
kita ukur dengan termometer, maka tingkat pencahayaan dapat diukur
dengan lux meter. Kebutuhan pencahayaan berbeda di setiap ruangan.
Aktifitas dan pekerjaan yang dilakukan akan mempengaruhi kebutuhan
pencahayaan ruangan. Misalnya, kita hanya butuh cahaya yang untuk
membaca, maka kita tidak perlu menyediakan cahaya yang dibutuhkan untuk
menggambar arsitek. Namun, ruang baca membutuhkan tingkat pencahayaan
lebih besar dibandingkan ruang tidur. Demikian halnya, ruang komputer
membutuhkan tingkat pencahayaan lebih besar dari pada kamar mandi.
Tujuan penggunaan lux meter adalah agar tingkat pencahayaan
ruangan sesuai dengan fungsi ruangan. Fungsi ruangan yang dimaksud
adalah jenis aktifitas yang dilakukan di dalam ruangan tersebut. Bila tingkat
pencahayaan ruangan telah sesuai dengan fungsinya, dan ruangan tidak
terlalu terang dan tidak terlalu redup untuk suatu pekerjaan tertentu, berarti
efisiensi energi untuk penerangan telah dicapai. Badan Standarisasi Nasional
telah membuat standar tingkat pencahayaan rata-rata. Hal ini telah tertuang
dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 03-6197-2000 tentang
konservasi energi pada sistem pencahayaan. SNI tersebut menyebutkan
tingkat pencahayaan yang dianjurkan untuk masing-masing fungsi ruangan.
Lux meter digunakan untuk mengukur tingkat iluminasi. Hampir
semua lux meter terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto, dan layer
panel. Sensor diletakkan pada sumber cahaya. Cahaya akan menyinari sel
foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin
banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan lebih besar. Kunci
untuk mengingat tentang cahaya adalah cahaya selalu membuat beberapa
jenis perbedaan warna pada panjang gelombang yang berbeda. Oleh karena
itu, pembacaan merupakan kombinasi efek dari semua panjang gelombang.
Standar warna dapat dijadikan referensi sebagai suhu warna dan dinyatakan
dalam derajat Kelvin. Standar suhu warna untuk kalibrasi dari hampir semua
jenis cahaya adalah 2856 derajat Kelvin, yang lebih kuning dari pada warna
putih. Berbagai jenis dari cahaya lampu menyala pada suhu warna yang
berbeda. Pembacaan lux meter akan berbeda, tergantung variasi sumber
cahaya yang berbeda dari intensitas yang sama. Hal ini menjadikan, beberapa
cahaya terlihat lebih tajam atau lebih lembut dari pada yang lain.
C. Alat dan Bahan
1. Lux meter
2. Alat tulis
D. Langkah Kerja
1. Menentukan titik sampling yang baik, jarak dari dinding minimal 1
meter
2. Meletakkan/pegang sound level meter pada ketinggian 1-1,2 meter
3. Mengarahkan sensor ke sumber cahaya
4. Menghidupkan lux meter dengan menggeser tombol switch on/off
yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor
5. Membawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik
pengukuran untuk intensitas penerangan setempat atau umum.
6. Mengatur range sesuai kuat pencahayaan
7. Membaca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu
beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.
8. Mencatat hasil pengukuran
9. Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas
cahaya.
E. Hasil Pengamatan
No Ruang kelas
(lux)
Ruang
Bpk.Urip
(lux)
Ruang
Reaction
Time (lux)
1. 31,41 34,86 53,1
2. 23,38 34,79 110,2
3. 22,36 29,44 118,4
4. 36,11 33,48 30,66
5. 39,1 30,37 32,13
Rata
2
30,472 32,588 68,898
F. Pembahasan
Pemeriksaan tingkat pencahayaan dilakukan pada tiga ruang berbeda
yang terdapat di Lab. Hyperkes diantaranya ruang kelas, ruang reaction time,
dan ruang dosen Bpk.Urip . Karena luas masing-masing ruangan kurang dari
5 x 8 m maka diambil 5 titik pemeriksaan dan setiap ruangan memiliki
tingkat pencahayaan yang berbeda-beda. Setelah dilakukan perhitungan
tingkat pencahayaan pada tiga ruang yang telah ditentukan apabila
dibandingkan dengan baku mutu yang ada menurut Menkes/SK/XI/2002
yang menyatakan bahwa tingkat pencahayaan ruang yang baik adalah
sebesar 100-300 lux maka ketiga ruang yang diperiksa tingkat pencahayaan
nya belum memenuhi standar baku mutu karena hasilnya di bawah 100 lux.
G. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengukuran tingkat pencahayaan di tiga ruangan
yang ada pada Lab. Hyperkes dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
pencahayaan yang tertinggi terdapat pada ruang reaction time sebesar 68,89
lux dan nilai rata-rata pencahayaan yang paling rendah adalah ruang kelas
sebesar 30,472 lux. Sedangkan untuk ruang satunya yaitu ruangan dosen
Bpk.Urip tingkat pencahayaan sebesar 32,58 lux.
III. Pengukuran Kebisingan
Hari,tanggal : Senin, 28 November 2011
A. Tujuan
Mahasiswa terampil melakukan pengukuran tingkat kebisingan
B. Landasan Teori
Kebisingan adalah semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada
tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Kwalitas suatu
bunyi ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan
dalam jumlah getaran perdetik ( Hertz,Hz ), sedangkan intensitas atau arus
energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang
disebut desibel ditulis dBA atau dB(A).
Untuk mengukur kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan
dengan menggunakan alat Sound Level Meter. Ada tiga cara atau metode
pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja.
1. Pengukuran dengan titik sampling
Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang
batas hanya pada satu atau beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat
dilakukan untuk mengevalusai kebisingan yang disebabkan oleh suatu
peralatan sederhana, misalnya Kompresor/generator. Jarak pengukuran dari
sumber harus dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian 1 meter.
2. Pengukuran dengan peta kontur
Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam
mengukur kebisingan, karena peta tersebut dapat menentukan gambar
tentang kondisi kebisingan dalam cakupan area. Pengukuran ini dilakukan
dengan membuat gambar isoplet pada kertas berskala yang sesuai dengan
pengukuran yang dibuat. Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk
menggambarkan keadaan kebisingan, warna hijau untuk kebisingan dengan
intensitas dibawah 85 dBA warna orange untuk tingkat kebisingan yang
tinggi diatas 90 dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas
antara 85 – 90 dBA.
3. Pengukuran dengan Grid
Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat contoh data
kebisingan pada lokasi yang di inginkan. Titik–titik sampling harus dibuat
dengan jarak interval yang sama diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran
lokasi dibagi menjadi beberpa kotak yang berukuran dan jarak yang sama,
misalnya : 10 x 10 m. kotak tersebut ditandai dengan baris dan kolom untuk
memudahkan identitas.
C. Alat dan Bahan
1. Sound level meter
2. Alat tulis
3. Stop watch
4. Formulir Bis – 1
5. Formulir Bis – 2
D. Langkah Kerja
1. Menentukan titik sampling yang baik, jarak dari dinding pemantul 2-3
meter
2. Mengecek baterai sound level meter dengan memggeser tombol power
3. Meletakkan sound level meter pada ketinggian 1-1,2 meter dan
mengarahkan mikrofon ke sumber suara
4. Menghidupkan SLM dengan tombol switch on/off
5. Stel respon F (fast) pada jenis kebisingan kontinue dan S pada kebisingan
fluktuatif
6. Selanjutnya mencatat angka yang muncul pada display setiap 5 detik
terakhir
7. Mencatat dan memasukkan pada formulir bis-1
8. Melakukan pengukuran selama 10 menit,(120 angka)
9. Melakukan pengelompokan hasil pengukuran dengan formulir bis-2
10. Menghitung tingkat kebisingan dengan rumus sebagai berikut:
L = X+(P1)
(P 1+P 2)x C
Keterangan :
L = Tingkat kebisingan
X = Batas bawah kelas yang mengandung modus
P1 = Beda frekuensi kelas modus dengan kelas di bawahnya
P2 = Beda frekuensi kelas modus dengan kelas di atasnya
C = Lebar kelas
E. Hasil Pengamatan
Formulir Bis- 1 (pengulangan I)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 67,8 65,7 66,0 64,4 58,0 47,9 54,0 47,3 72,7 46,8
2 67,0 53,0 63,4 59,8 46,5 57,9 60,3 57,1 68,6 61,8
3 61,3 54,6 58,8 64,4 54,7 47,9 58,9 64,7 59,8 64,0
4 58,1 67,7 56,4 59,4 51,1 62,2 71,1 68,9 57,8 51,8
5 52,1 70,4 51,0 67,8 53,1 45,9 78,0 61,2 61,1 55,0
6 64,1 64,9 62,9 58,7 61,8 56,3 53,2 69,1 60,6 59,6
7 64,8 62,7 58,1 51,8 60,9 58,6 50,6 64,7 62,3 57,6
8 63,1 59,0 60,5 61,3 49,1 53,7 54,7 65,5 60,8 49,0
9 66,9 64,6 68,7 51,6 58,7 52,0 59,7 58,7 56,5 60,8
1
0
53,7 64,4 67,9 58,0 51,4 52,7 57,7 59,5 61,5 49,7
1
1
61,7 53,3 58,4 51,5 61,0 49,7 53,0 62,8 65,1 60,4
1
2
63,0 64,9 64,8 58,7 59,4 61,4 62,6 53,1 60,1 69,8
Formulir Bis- 1 (pengulangan II)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 65,6 61,1 69,7 64,8 64,4 57,4 61,4 60,8 57,3 58,8
2 62,2 50,9 71,4 56,2 63,7 66,3 59,6 62,5 64,8 68,5
3 64,4 61,3 66,3 63,8 72,0 65,9 70,1 66,6 59,8 64,9
4 61,0 72,5 63,9 59,7 64,3 58,4 61,7 61,3 64,9 66,0
5 69,5 61,3 64,6 61,6 63,9 67,6 59,8 72,1 66,3 57,5
6 61,7 59,1 62,7 57,3 63,3 67,5 67,8 62,0 55,6 71,4
7 59,7 61,5 59,4 65,7 61,5 59,4 65,1 70,0 55,2 63,3
8 55,6 57,1 66,0 66,1 59,3 64,0 64,3 55,4 63,0 68,0
9 60,4 59,9 67,4 57,8 65,5 53,7 73,6 53,7 51,0 55,0
1 62,0 65,4 65,2 63,0 65,9 55,0 55,8 63,4 66,1 51,5
0
1
1
49,7 65,9 71,7 59,2 61,6 65,1 59,5 67,6 61,9 52,9
1
2
71,4 63,7 63,4 51,2 65,7 69,3 60,2 57,5 62,5 54,3
Formulir Bis- 1 (pengulangan III)
x1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 73,6 64,
0
67,3 51,9 70,
3
68,7 66,3 67,
8
67,8 70,5
2 70,0 53,
1
52,4 68,3 52,
8
61,5 67,1 54,
3
65,5 69,5
3 65,8 75,
0
50,0 54,0 48,
4
83,4 61,7 66,
5
62,8 59,9
4 64,8 75,
3
61,7 68,6 64,
7
71,9 58,1 69,
3
58,7 57,0
5 62,1 69,
3
65,8 63,5 58,
0
56,1 64,7 50,
6
58,1 58,2
6 71,3 63,
9
70,4 61,2 67,
4
57,5 58,8 52,
4
60,2 58,7
7 73,3 73,
4
72,5 70,4 65,
6
61,4 61,9 52,
4
51,7 69,6
8 60,3 61,
7
52,7 67,5 58,
5
55,7 61,9 64,
9
61,4 68,6
9 58,0 66,
1
73,8 61,9 68,
2
55,9 69,2 54,
6
65,4 71,3
10 61,0 76,
2
59,9 60,5 59,
5
52,1 63,5 69,
2
56,8 59,6
11 51,0 67,
0
57,7 62,4 65,
4
67,6 70,7 65,
3
59,7 66,7
12 70,4 60,
8
59,9 56,5 65,
8
68,3 60,1 52,
0
57,3 52,9
Formulir Bis- 2 (pengulangan I)
Kelas
Interval
Jumlah Prosen Jumlah
Kumulatif
Prosen
Kumulatif
45-49 7 5,83 % 7 5,83 %
50-54 23 19,16 % 30 25 %
55-59 24 20 % 54 45 %
60-64 36 30 % 90 75 %
65-69 24 20 % 114 95 %
70-74 5 4,16 % 119 99,16 %
75-79 1 0,83 % 120 100 %
80-84 - - - -
Formulir Bis- 2 (pengulangan II)
Kelas Jumlah Prosen Jumlah Prosen
Interval Kumulatif Kumulatif
45-49 1 0,83 % 1 0,83 %
50-54 8 6,66 % 9 7,5 %
55-59 29 24,16 % 38 31,66 %
60-64 43 35,83 % 81 67,5 %
65-69 29 24,16 % 110 91,66 %
70-74 10 8,33% 120 100 %
75-79 - - - -
80-84 - - - -
Formulir Bis- 2 (pengulangan III)
Kelas
Interval
Jumlah Prosen Jumlah
Kumulatif
Prosen
Kumulatif
45-49 1 0,83 % 1 0,83 %
50-54 16 13,33 % 17 14,16 %
55-59 22 18,33 % 39 32,5 %
60-64 28 23,33 % 67 55,83%
65-69 33 27,5 % 100 83,33 %
70-74 16 13,33% 116 96,66 %
75-79 3 2,5 % 119 99,16 %
80-84 1 0,83 % 120 100 %
Analisis tingkat kebisingan :
Pengulangan I
L = X+(P1)
(P 1+P 2)x C
= 59,5+(12)
12+12 x 5
= 62
Pengulangan II
L = X+(P1)
(P 1+P 2)x C
= 59,5+(14 )
14+14 x 5
= 72
Pengulangan III
L = X+(P1)
(P 1+P 2)x C
= 64,5+(5)
5+17 x 5
= 65,63
Rata-rata tingkat kebisingan :
= 62 + 72 + 65,63
3
= 66,54
F. Pembahasan
Tingkat kebisingan yang melebihi ambang batas dapat menyebabkan dampak
negatif terhadap tenaga kerja. Dengan kata lain, kebisingan berpotensi
menimbulkan penyakit akibat kerja. Misalnya, terganggunya fungsi
pendengaran.
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja, yaitu nomor KEP.
51/MEN/1999, Nilai Ambang Batas (NAB) adalah standar faktor tempat kerja
yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari
atau 40 jam seminggu.
Dalam kepmen tersebut, khususnya pada Pasal 3 dinyatakan bahwa NAB
kebisingan ditetapkan sebesar 85 desi Bell A (dBA). Tingkat kebisingan yang
diperiksa = 66,54 dB yang berarti masih memenuhi standar baku mutu.
Dalam praktik pengukuran tingkat kebisingan diperlukan kerja sama antara
dua orang praktikan, untuk praktikan satu bertugas melakukan pengamatan
terhadap sound level meter dan melihat waktu sedangkan praktikan yang lain
bertugas mencatat hasil pengamatan yang ada.
G. Kesimpulan
Setelah dilakukan pegukuran kebisingan dan juga pengulangan pengukuran
sebanyak 3x ,rata-rata tingkat kebisingan di ruang kelas adalah sebesar 66,54 dB,
yang berarti bahwa masih memenuhi standar baku mutu seperti yang disebutkan
di atas, dalam artian tingkat kebisingan di ruang kelas masih aman, tidak
menimbulkan gangguan bagi kesehatan. Dan tingkat kebisingan tertinggi terjadi
pada saat pengulangan pengukuran kedua sebesar 72 dB.
PRAKTIKUM III
PENGAMBILAN DAN PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN DI UDARA
Hari dan tanggal : Senin, 05 dan 07 Desember 2011
A. Tujuan
1. Agar mahasiswa terampil melakukan pengambilan sampel kuman udara
2. Agar mahasiswa terampil melakukan pemeriksaan sampel kuman udara
B. Landasan Teori
Udara bukan merupakan habitat kuman, namun sel-sel kuman yang
terdapat di udara merupakan kontaminan besar. Kuman adalah
mikroorganisme atau jasad hidup yang sangat kecil ukurannya sulit diamati
tanpa alat pembesar, berukuran beberapa micron dan meliputi : bakteri,
jamur, alga, protozoa. Pertumbuhan kuman di dala ruangan dipengaruhi oleh
factor-faktor lingkungan seperti : suhu, kelembaban, cahaya. Angka kuman
adalah angka yang menunjukkan banyaknya kuman yang ada di udara dalam
ruangan yang diperoleh dengan cara pengukuran menggunakan nutrient agar.
Pemriksaan angka kuman di udara untuk mengetahui banyaknya angka
kuman di dalam suatu ruangan. Sedangkan pengambilan sampel udara untuk
menentukan kandungan mikroorganisme (kuman) memerlukan peralatan
khusus. Secara umum, peralatan tersebut terbagi menjadi dua, yaitu : bentuk
padat (solid impingement device) dan bentuk cair (liquid impingement
device). Prinsip pengoperasiannya dengan mengalirkan udara yang terukur
volumenya pada suatu alat, kemudian dilakukan pemaparan dengan
kecepatan aliran tertentu selama 15 menit, dan alat dimatikan. Sampel
diambil dengan pipet steril dan kemudian dimasukkan ke dalam petridish,
selanjutnya ditambahkan media agar cair dan dilakukan pengeraman pada
incubator suhu 370 selama 2x24 jam. Jumlah koloni kuman yang terbentuk
dihitung dengan koloni counter sel yang merupakan bagian dari alat tersebut
dan dilengkapi dengan kalkulator. Dengan cara menekan ujung detector pada
agar strip, maka akan terbaca jumlah koloni kuman yang terbentuk pada
display calculator.
C. Alat dan Bahan
1. Pengambilan sampel kuman udara :
a. Alat :
1) Midget impinge steril
2) Air pump
3) Stopwatch/ penghitung waktu
4) Pipet ukur 10 ml steril
5) Propipet
b. Bahan :
1) NaCl Fisiologis (0,85%)
2) Kertas label
3) Alkohol 70%
2. Pemeriksaan sampel untuk angka kuman udara :
a. Alat :
1) Lampu Bunsen
2) Korek api
3) Inkubator
4) Coloni counter
5) Cawan petri
6) Pipet ukur 10 ml steril
b. Bahan :
1) Plate Count Agar (PCA) 2% cair
2) NaCl 0,85 %
3) Kertas label
4) Kertas payung
D. Langkah Kerja
1. Pengambilan sampel kuman udara :
a. Mengusap tangan dengan alcohol 70%
b. Menghubungkan air pump dengan midget impinge steril yang
sebelumnya dimasukkan NaCl 0,85% sebanyak 15 ml ke dalam
impinger steril
c. Mengatur kecepatan aliran pada air pump dengan menekan tombol
“on” dan memutar pada kecepatan aliran dengan memutar tombol
sampai bola menunjuk angka 1 lpm
d. Inlet pad midget impinge diletakkan setinggi 1 meter dari atas lantai,
dan paparkan selama 15 menit.
e. Setelah 15 menit, air pump dimatikan.
2. Pemeriksaan Angka Kuman Udara :
a. Menyiapkan cawan petri steril sebanyak 4 buah untuuk masing-
masign sampel.
b. Memberi kode pada cawan petri dengan kertas label angka sampai
angka 4. Cawan dengan kode 4 digunakan sebagai control.
c. Menggoyang sampel uji hingga sampel homogeny.
d. Mengambil 3 ml sampel dengan pipet ukur 10 ml steril. Kemudian
memasukkan ke dalam cawan petri kode 1 sampai 3 masing-masing 1
ml. Sedangkan cawan petri kode 4 dilakukan pengisian 1 ml larutan
NaCl 0,85%.
e. Menuangkan PCA 2% yang sebelumnya telah dilakukan pencairan
dan pada suhu hangat-hangat kuku secukupnya pada masing-masing
cawan petri.
f. Melakukan pengeraman pada incubator untuk seluruh sampel dan
control pada suhu 370 selama 2x24 jam dalam posisi terbalik. Selain
itu, 4 buah cawan petri sebelum dimasukkan ke dalam incubator
dilakukan pembungkusan dengan kertas paying dan diikat dengan tali
kenur serta member keterangan kepemilikan pada kertas payungnya.
g. Setelah dieramkan, hitung jumlah koloni dengan coloni counter.
E. Hasil Pengamatan
Setelah dilakukan pengeraman selama 2 hari (05-12-2011 sampai 07-
12-2011), dan dilakukan perhitungan didapatkan data sebagai berikut :
Jumlah koloni kuman :
1. Cawan petri 1 = 839
2. Cawan petri 2 = 1017
3. Cawan petri 3 = 817
4. Cawan petri 4 (control) = 189
Analisis Data :
1. Rata-rata jumlah koloni kuman
( A−D )+( B−D )+(C−D)3
= …… koloni
Keterangan :
A : Jumlah koloni kuman cawan 1
B : Jumlah koloni kuman cawan 2
C : Jumlah koloni kuman cawan 3
D : Jumlah koloni kuman cawan 4
¿(839−189 )+ (1017−189 )+(817−189)
3
¿ 650+828+6283
= 2106
3
= 702 koloni
2. Jumlah koloni kuman per m3
rata−ratakoloni x volume NaCl x 1000kecepatan (lpm ) x waktu sampling(menit)
=…CF/m3
702 x 0,015 x10001 x 15
= 702 CF/m3
F. Pembahasan
Berdasarkan hasil dari praktikum Pemeriksaan dan Pengambilan
Sampel Kuman di udara yang dilakukan di Laboratorium Dasar
Mikrobiologi, yang dilakukan pada hari Senin (05-12-2011) dan Rabu (07-
12-2011), diperoleh hasil bahwqa jumlah kolini kuman Laboratorium Dasar
Mikrobiologi adalah 702 CF/m3. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kondisi
Laboratorium Dasar Mikrobiologi tidak memenuhi syarat sesuai dengan
Kepmenkes RI No. 1405/MENKES/SK/IX/2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, yangh menyatakan
bahwa udara ruangan memenuhi syarat mikrobiologi (angka kuman) yaitu
kurang dari 700 koloni/m3 udara dan bebas kuman pathogen.
Hal ini mungkin disebabkan system sirkulasi udara pada Laboratorium
ini yang kurang baik, sehingga suplai udara segar dari luar tidak dapat masuk
secara sempurna. Dikarenakan juga letak ventilasi yang tidak menggunakan
cross system. Dan posisi Laboratorium Dasar Mikrobiologi yang tidak
menguntungkan, yaitu berada di antara ruangan-ruangan lain, menyebabkan
kurangnya cahaya pada ruangan tersebut. Padahal cahay dapat
memperngaruhi pertumbuhan kuman di udara. Karena bakteri dapat tumbuh
baik pada kondisi kurang cahaya ataupun gelap. Agar angka kuman di udara
pada ruangan tersebut dapat memnuhi persyaratan angka kuman udara,
sebaiknya dilakukan tindakan sebagai berikut : lant system ai dibersihkan
dengan antiseptic, memelihara system ventilasi agar dapat berfungsi dengan
baik dan karyawan yang sedang menderita penyakut yang dapat ditularkan
melalui udara tidak diperkerjakan sementara waktu. Oleh karena itu agar
udara dalam ruangan baik, harus memperhatikan design dan lokasi ruangan,
sistem ventilasi ruangan dan manajemen polutan.
G. Kesimpulan
Dari hasil praktikum didapatkan hasil bahwa jumlah koloni kuman di
Laboratorium Dasar Mikrobiologi adalah 702 CF/m3. Hal ini menunjukkan
angka kumanudara di Laboratorium Dasar Mikrobiologi tidak memenuhi
persyaratan Kepmenkes RI No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Indutri yang
seharusnya < 700 koloni/m3. Harus dilakukan perbaikan sistem ventilasi,
agar udara segar dari luar dapat masuk ke dalam ruangan. Membuka jendela,
membersihkan lubang ventilasi secara periodic dan melakukan perawatan
AC ruangan.
PRAKTIKUM IV
DESINFEKSI RUANGAN
Hari , tanggal : Senin, 12 Desember 2011
A. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat melakukan dan memahami desinfeksi ruangan
2. Agar mahasiswa dapat melakukan perhitungan desinfeksi
B. Landasan Teori
Desinfeksi adalah upaya menurunkan jumlah mikroorganisme .
Desinfeksi ruangan adalah upaya menurunkan jumlah mikroorgasni di udara
dalam suatu ruangan dan menggunakan zat – zat tertentu. Dalam proses
desinfeksi ada 2 cara yaitu cara fisik (desinfeksi ruangan dengan
pemananasan) dan cara kimia (desinfeksi ruangan dengan perubahan bahan
kimia). Metode desinfeksi ruangan dapat dilakukan dengan menggunakan
radiasi sinar ULV dan Ozontek. Bahan untuk desinfeksi disebut desinfektan.
Desinfektan ini merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah
adanya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik, seperti bakteri terutama
balteri patogen dan virus . bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam
proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas ,funfgsi serta target
mikroorganisme yang akan dimatikan.
Efektivitas desinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya,
yaitu lama paparan, suhu, konsentrasi desinfektan, pH dan ada tidaknya
bahan pengganggu. pH merupakan faktor penting dalam menentukan
efektivitas desinfektan sebagai contoh senyawa penganggu yang dapat
menurunkan efektivitas desinfektan adalah senyawa organik. Jenis – jenis
bahan kimia penggunaan chlorin dilarang. Sedangkan virkon, mikrozoid,
cidex masih digunakan karena kandungan didalamnya yang berupa fenol.
Virkon merupakan bahan desinfektan yang memiliki spektrum luas
terdapat aktivitas bakteri dan virus serta jamur. Virkon berbentuk serbuk
(powder), bau enak seperti bau jeruk , warna merah muda , cara penggunaan
virkon diencerkan dengan air serta dengan perbandinagn 1 % . Satu liter
campuran virkon dan air digunakan untuk ruangan yang memiliki 30 – 35 m3.
Kelemahan dari virkon ini ruangan akan menjadi basah dan licin sehingga
ada waktu kontak selama 2 jam . Selain itu, akan menimbulakan residu
( bekas) berwarna putih . Untuk mikrozoid dalam bentuk cairan , dapat
langsung digunakan tanpa campuran apapun, tetapi harga mikrozoid mahal.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Fogger/ ULV
b. Roll kabel
c. Koran
d. Isolasi
e. Gelas ukur 1 Liter
f. Pengaduk
g. Timbangan
h. APD (sarung tangan, masker , topi)
i. Alat tulis dan sumber listrik
j. Penggaris
2. Bahan
a. Virkon
b. Air
D. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Mengukur volume ruangan ( p x l x t ) untuk menentukan jumlah virkon
yang dibutuhkan dan kebutuhan air untuk pelarut
3. Menutup ventilasi yang ada dengan koran secara rapat dan menyeluruh
4. Memberikan catatn peringatan di depan pintu masuk ruanagn yang akan
di desinfeksi . contoh “ Dilarang masuk karena ruangan sedang di
desinfeksi”
5. Mencampurkan virkon yang sudah ditimbang dengan air yang sudah
disesuaikan
6. Memasukkan campuran air dan virkon ke dalam ULV/Fogger
7. Menggunakan APD
8. Melakukan pengkabutan , dengan langkah sebagai berikut :
a. Menyambungkan alat fogger / ULV ke sumber listrik roll kabel
b. Meletakkan ULV/ fogger pada meja beroda atau mengangkat secara
manual dengan kedua tangan.
c. Menekan tombol on
d. Mengarahkan ULV/Fogger ke arah luruh ,kanan,kiri ,atas , bawah
dengan jarak Fogger/ ULV dan tembok ± 1m
e. Berjalan mundur ke arah pintu
f. Waktu desinfektan 2 jam , setelah ruangan dapat digunakan kembali
g. Jangan lupa untuk dimatikan dahulu sebelum dilakukan desinfeksi
ruangan
E. Hasil Pengamatan
1. Perhitungan
a. Volume ruangan sansur
Panjang = 9,05 m
Lebar = 6,30 m
Tinggi = 3,40 m
Volume ruangan = P X L X T
= 9,05 X 6,30 X 3,40
= 193,85 m3
b. Jumlah air dan virkon yang dibutuhkan :
Volume ruangan : 193,85 m3 , efektivitas : 35 m3
Maka : jumlah air yang dibutuhkan
= 193, 85 m3
35 m3
= 5,53 Liter
= 5,5 Liter
= 5500 mL
Banyak virkon yang dilarutkan dengan air seesuai perbandingan
yaitu 1 %
= 1
100 X 5500
= 55 gram
Maka banyak virkon = 55 gram
F. Pembahasan
Setelah dilakukan perhitunagn , banyaknya virkon yang diperlukan
sebanyak 55 gram dan dilarutkan dalam 5,5 Liter air. ULV/Fogger yang
digunakan untuk desinfeksi ruangan hanya cukup menampung 4 Liter
campuran antara virkon dan air (kapasitas kotak cairan desinfektan ULV .
setiap proses desinfeksi ruangan , campuran antara air dan virkon harus habis
, dalam artian sekali pakai. Untuk itu perhitungan kebutuhan air dan virkon
harus tepat dan sesuai dengan volume ruangan yang akan didsinfeksi.
Kesalahn yang dilakukan adalah karena dengan tangan yang
mengangkat ULV/Fogger saat desinfeksi setiap praktikan yang mengankat
ULV/Fogger saat desinfeksi ruangan , tidak menggunakan meja beroda
sehingga menyebabkan setiap praktikan yang mencoba hanya beberapa
menit saja dan kurang meratn tidak ke segala arah karena cepat lelah
mengangkat ULV, proses desinfeksi ruangan tidak efektif dan kurang
merata. Selain itu, karena ULV/Fogger yang digunakn setting kecepatan
keluarnya desinfektan tidak berfungsi, dan menyebabkan bahan kimia virkon
yang sudah dilarutkan dalam air keluarnya sedikit – sedikit dan
membutuhkan waktu yang lama untuk menghabiskan 4 Liter campuran
virkon dan air pada ULV/Fogger . pada akhirnya menyebabkan campuran
virkon dan air dalam ULV /Fogger tidak habis bahkan sisa banyak.
G. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa
bahan desinfektan yang digunakan untuk desinfeksi ruangan sansur adalah
virkon sebanyak 55 gram dengan pelarut yaitu air sebnayak 5,5 liter dengan
volume ruangan sansur = 193,85 m3 .
PRAKTIKUM V
REKAYASA MODEL KNALPOT
Hari/ Tanggal : Senin, 19 Desember 2011
A. Tujuan
Mahasiswa dapat memodifikasi atau merekayasa knalpot yang ada menjadi
knalpot yang ramah lingkungan.
B. Landasan Teori
Tidak berbeda dengan desain knalpot pada umumnya, knalpot ramah
lingkungan adalah knalpot standar yang dipasangi batu–batu zeolit sebagai
penyaring asap dan gas karbon. Batu zeolit berfungsi untuk mengurangi emisi
dan karbon berbahaya. Batu zeolit ini mampu menarik dan menyaring gas
karbon, ditaruh sebagai penyaring dan dipasangkan di dalam kipas yang sengaja
dipasang pada knalpot. Mungkin dapat dibantu di bengkel untuk pemasangannya
karena harus di las. Batu zeolit adalah batuan asam yang berbutir halus, berpori,
serta berstruktur tiga dimensi. Hasilnya, mampu mengurangi karbon hingga 50
% lebih dengan diukur menggunakan media kertas sebelum dan sesudah pakai
zeolit nampak perbedaannya. Setelah disaring pakai zeolit kehitamannya jauh
berkurang. Sifat zeolit sebagai adsorben dan penyaring molekul, dimungkinkan
karena struktur zeolit yang berongga, sehingga zeolit mampu menyerap sejumlah
besar molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya.
Selain itu kristal zeolit yang telah terdehidrasi merupakan adsorben yang selektif
dan mempunyai efektivitas adsorpsi yang tinggi.
Kemampuan zeolit sebagai katalis berkaitan dengan tersedianya pusat-
pusat aktif dalam saluran antar zeolit. Pusat-pusat aktif tersebut terbentuk karena
adanya gugus fungsi asam tipe Bronsted maupun Lewis. Perbandingan kedua
jenis asam ini tergantung pada proses aktivasi zeolit dan kondisi reaksi. Pusat-
pusat aktif yang bersifat asam ini selanjutnya dapat mengikat molekul-molekul
basa secara kimiawi. Sedangkan sifat zeolit sebagai penukar ion karena adanya
kation logam alkali dan alkali tanah. Kation tersebut dapat bergerak bebas
didalam rongga dan dapat dipertukarkan dengan kation logam lain dengan
jumlah yang sama. Akibat struktur zeolit berongga, anion atau molekul
berukuran lebih kecil atau sama dengan rongga dapat masuk dan terjebak.
Arang aktif merupakan senyawa karbon amorph, yang dapat dihasilkan
dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan
dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Arang aktif
dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat
adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas
permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25- 1000% terhadap berat
arang aktif. Karena hal tersebut maka karbon aktif banyak digunakan oleh
kalangan industri. Hampir 60% produksi arang aktif di dunia ini dimanfaatkan
oleh industri-industri gula dan pembersihan minyak dan lemak, kimia dan
farmasi.
Karbon atau arang aktif adalah material yang berbentuk butiran atau
bubuk yang berasal dari material yang mengandung karbon misalnya batubara,
kulit kelapa, dan sebagainya. Dengan pengolahan tertentu yaitu proses aktivasi
seperti perlakuan dengan tekanan dan suhu tinggi, dapat diperoleh karbon aktif
yang memiliki permukaan dalam yang luas.
C. Alat dan Bahan
1. Knalpot motor standar
2. Kawat kasa
3. Gunting besi
4. Kawat
5. Zeolit
6. K arbon aktif
7. Timbangan
D. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan kami gunakan dalam
praktikum.
2. Melihat kerangka knalpot motor yang akan kami modifikasi.
3. Membuat design alat penyaring dala knalpot yang kami sesuaikan
dengan volume knalpot.
4. Memilih absorban yang akan kami gunakan yaitu campuran antara arang
aktif dengan zeolit.
5. Memotong kawat kasa dengan ukuran yang kami sesuaikan dengan
ukuran knalpot.
6. Membentuk kawat kasa sesuai dengan design yang telah kami buat.
7. Mengayak arang aktif dan zeolit dengan diameter yang lebih besar dari
pada diameter kawat kasa.
8. Menimbang arang aktif dengan zeolit.
9. Memasukkan arang aktif dan zeolit kedalam kawat kasa yang telah kami
bentuk.
10. Memasang alat penyaring yang telah jadi ke dalam knalpot motor
standar.
E.Hasil Pengamatan
Design alat penyaring
16,5 cm
4 cm 8 cm
Dengan ukuran knalpot 16,5 x 8 x 4 cm3 kami membuat alat penyaring dengan
Berat zeolit : 90 gr
Berat arang aktif : 48 gr
Jadi kami mendapatkan perbandingan arang aktif dengan zeolit adalah 1 : 2
F.Pembahasan
Bentuk atau design dari alat penyaring yang kami buat, kami sesuaikan
dengan bentuk rancangan dalam knalpot yang akan kami rekayasa.
Absorben yang kami gunakan dalam alat penyaring adalah campuran
antara arang aktif dengan zeolit dengan perbandingan 1:2. Cara mendapatkan
perbandingan adalah dengan memenuhi bentukan kawat kasa dengan perkiraan
banyaknya zeolit dengan perkiraan banyaknya arang aktif yang kami dapat
adalah 90 gram zeolit dan 48 gram arang aktif. Arang aktif sangat efektif dalam
mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya
selektif. Sedangkan zeolit untuk mengurangi emisi dan karbon berbahaya. Batu
zeolit ini mampu menarik dan menyaring gas karbon, ditaruh sebagai penyaring
dan dipasangkan di dalam kipas yang sengaja dipasang pada knalpot.
Tujuan pengayakan dalam pembuatan alat penyaringan ini adalah supaya
didapatkan diameter karbon aktif dan zeolit yang seragam. Alat ayak yang kami
gunakan mempunyai diameter yang lebih besar dari kawat kasa. Hal ini
bertujuan absorben yang akan kami gunakan tidak lolos dari kawat kasa apabila
mendapat tekanan dari gas saat mesin kendaraan dihidupkan.
G.Kesimpulan
Alat penyaring dengan dengan ukuran 16,5 x 8 x 4 cm3 membutuhkan
zeolit dan arang aktif masing-masing sebanyak 90 gram dan 48 gram.
PRAKTIKUM VI
PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIENT
Hari,tanggal : Selasa, 20 Desember 2011
Lokasi Praktik : Jalan Godean Km. 4,5
Waktu : 07.30 – Selesai
I.Pengukuran kebisingan
A. Tujuan
1. Agar mahasiswa terampil menggunakan / mengoperasikan alat
2. Agar mahasiswa terampil melakukan pengukuran tingkat kebisingan
B. Landasan Teori
Sound adalah Sensasi psikologis yang dihasilkan dari usik-an
gelombang yang mencapai telinga.Berupa gelombang mekanik longitudinal
yang memerlukan medium penghantar (zat padat, cair, gas). Kebisingan
adalah Bunyi yang tidak diinginkan dengan kualitas musikal yang tidak
menyenangkan yang menyebabkan Gangguan psikologis :konsentrasi,
istirahat, emosi Gangguan komunikasi Gangguan fisiologis :tempory
permanent, Pengukuran, mengacu pada KepMenLH N0.49/MenLH/11/1996,
3 diantaranya adalah sebagai berikut:
- Waktu pengukuran adalah 10 menit tiap jam ( dalam 1 hari ada 24 data)
- Pencuplikan data adalah tiap 5 detik ( 10 menit ada 120 data)
-Ketinggian microphone adalah 1,2 m dari permukaan tanah.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan
yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam
empat zona. Zona A adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit,
tempat perawatan kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingannya berkisar 35 –
45 dB. Zona B untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Angka
kebisingan 45 – 55 dB. Zona C, antara lain perkantoran, pertokoan,
perdagangan, pasar, dengan kebisingan sekitar 50 – 60 dB. Zona D bagi
lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal bus. Tingkat
kebisingan 60 – 70 dB.
Ada beberapa cara untuk mengurangi pengaruh kebisingan: mengurangi
kebisingan pada sumbernya, membuat penghalang pada media penghantar,
dan memasang penutup telinga.
Peredaman kebisingan dapat dilakukan dengan menanam tanaman
berupa rumput, semak dan pepohonan. Pohon dapat meredam suara dengan
cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis
tumbuhan yang efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk
yang tebal dengan daun yang rindang. Dengan menanam tanaman dengan
berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi
kebisingan. Dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95%.
Tanaman selain dapat meredam kebisingan, pada saat tertiup angin dapat
menghasilkan suara.
C. Alat dan Bahan
1. Sound Level Meter
2. Formulir Bis – 1
3. Formulir Bis – 2
4. Formulir Bis – 3
5. Stop watch
6. Alat tulis
D. Langkah Kerja
a. Mengecek baterai sound level meter dengan memggeser tombol power
b. Meletakkan sound level meter pada ketinggian 1-1,2 meter
c.Menghidupkan SLM dengan tombol switch on/off
d. Stel respon F (fast) pada jenis kebisingan kontinue dan S pada
kebisingan fluktuatif
e.Selanjutnya mencatat angka yang muncul pada display setiap 5 detik
terakhir
f. Mencatat dan memasukkan pada formulir bis-1
f. Melakukan pengukuran selama 10 menit,(120 angka)
g. Melakukan pengelompokan hasil pengukuran dengan formulir bis-2
h. Menghitung tingkat kebisingan dengan rumus sebagai berikut:
L = X+(P1)
(P 1+P 2)x C
Keterangan :
L = Tingkat kebisingan
X = Batas bawah kelas yang mengandung modus
P1 = Beda frekuensi kelas modus dengan kelas di
bawahnya
P2 = Beda frekuensi kelas modus dengan kelas di atasnya
C = Lebar kelas
E. Hasil Pengamatan
Formulir Bis- 1 (pengulangan I)
Formulir Bis- 1 (pengulangan II)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 80,2 79,4 71,0 78,9 75,2 77,5 79,0 79,2 75,0 79,9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 77,7 71,8 78,1 69,4 75,9 74,3 83,7 75,8 81,2 73,6
2 78,1 84,3 76,3 74,6 77,6 75,9 75,9 68,6 78,2 79,0
3 76,8 85,1 77,6 75,7 75,2 73,5 76,7 76,7 77,0 68,5
4 78,3 76,6 75,4 75,9 73,1 76,0 76,7 73,8 79,1 79,0
5 74,0 81,0 77,7 78,5 75,5 81,1 80,9 73,9 76,1 79,6
6 73,2 78,5 76,9 73,8 77,7 79,7 78,8 82,1 74,7 73,3
7 71,6 87,5 73,8 77,4 72,0 76,1 89,0 80,2 78,8 75,8
8 66,8 78,6 80,7 77,5 78,6 79,1 74,1 73,8 70,1 78,6
9 69,8 76,7 84,2 77,5 74,5 87,9 70,5 76,6 73,5 80,7
1
0
67,1 75,1 76,7 75,0 73,9 82,0 70,8 79,0 90,1 80,9
1
1
66,7 77,5 79,1 77,8 70,6 82,2 79,8 82,1 71,3 77,1
1
2
70,8 76,3 75,8 77,8 72,7 81,6 79,1 80,3 69,0 75,3
2 75,5 77,9 76,9 79,9 79,7 78,4 73,5 79,4 82,1 76,2
3 78,76 77,1 78,4 80,4 87,3 72,7 76,0 76,1 81,5 76,8
4 74,8 76,1 74,3 76,8 81,9 75,2 76,0 73,5 77,4 77,0
5 81,8 79,0 77,4 74,9 80,0 77,1 78,7 74,4 75,1 78,6
6 77,2 90,9 80,6 80,9 71,4 72,4 73,7 74,3 81,7 79,7
7 78,8 75,6 82,8 75,9 72,9 69,7 71,9 67,3 78,3 76,2
8 77,3 68,9 76,7 73,0 76,5 68,5 74,5 66,1 79,3 71,0
9 75,9 100,1 77,7 67,2 76,6 77,4 79,3 72,8 77,0 66,7
10 80,2 78,1 76,3 74,0 75,7 74,8 79,6 75,7 74,8 70,9
11 66,9 78,0 80,0 74,4 76,8 66,4 80,4 73,0 78,1 75,2
12 74,4 84,5 76,9 73,3 79,3 77,3 78,4 73,8 76,1 78,5
Formulir Bis- 1 (pengulangan III)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 71,
0
75,
6
76,
9
70,
6
76,
7
81,
3
74,
2
77,
8
72,
0
75,
1
2 76,
8
74,
4
87,
9
78,
7
76,
5
80,
2
79,
0
78,
9
80,
4
74,
3
3 79,
1
74,
3
77,
7
81,
0
77,
5
71,
3
76,
0
74,
9
76,
0
68,
4
4 77, 77, 77, 87, 83, 76, 85, 76, 73, 73,
7 1 3 9 7 6 3 0 6 5
5 78,
0
76,
2
73,
3
77,
8
75,
0
75,
9
69,
8
75,
3
76,
4
78.
0
6 74,
4
74,
2
71,
1
77,
6
79,
1
76,
1
74,
3
76,
4
74,
2
75,
6
7 72,
8
77,
4
73,
4
76,
4
73,
7
77,
5
70,
0
73,
4
69,
0
76,
6
8 68,
8
77,
8
73,
0
80,
3
68,
3
80,
6
74,
9
76,
4
66,
0
73,
8
9 76,
8
76,
1
72,
6
80,
3
75,
9
80,
4
75,
1
78,
1
75,
5
77,
4
1
0
74,
1
73,
3
67,
9
75,
0
64,
3
75,
8
74,
0
76,
3
78,
2
76,
3
1
1
75,
3
75,
7
66,
5
78,
0
67,
9
71,
7
76,
3
73,
0
68,
7
79,
6
1
2
78,
8
73,
5
64,
4
73,
9
73,
6
76,
7
79,
3
75,
5
79,
0
74,
2
Formulir Bis- 1 (pengulangan I)
Kelas
Interval
Jumlah Prosen Jumlah
Kumulatif
Prosen
Kumulatif
60-64 - - - -
65-69 8 6,67% 8 6,67%
70-74 28 23,33% 36 30%
75-79 62 51,67% 98 81,67%
80-84 16 13,33% 114 95%
85-89 5 4,17% 119 99,17%
90-94 1 0,83% 120 100%
95-99 - - - -
Formulir Bis- 2 (pengulangan II)
Kelas
Interval
Jumlah Prosen Jumlah
Kumulatif
Prosen
Kumulatif
65-69 9 7,5% 9 7,5%
70-74 27 22,5% 36 30%
75-79 68 56,67% 104 86,67%
80-84 13 10,84% 117 97,51%
85-89 1 0,83% 118 98,34%
90-94 1 0,83% 119 99,17
95-99 - - - -
100-104 1 0,83% 120 100%
105-109 - - - -
Formulir Bis- 2 (pengulangan III)
Kelas
Interval
Jumlah Prosen Jumlah
Kumulatif
Prosen
Kumulatif
60-64 2 1,67% 2 1,67%
65-69 9 7,5% 11 9,17%
70-74 35 29,17% 46 38,34%
75-79 61 50,83% 107 89,17%
80-84 10 8,33% 117 97,5%
85-89 3 2,5% 120 100%
90-94 - - - -
Analisis tingkat kebisingan :
Pengulangan I
L = X+(P1)
(P 1+P 2)x C
= 74,5+(34 )
34+46 x 5
= 76,625
Pengulangan II
L = X+(P1)
(P 1+P 2)x C
= 74,5+(41)
41+55 x 5
= 76,635
Pengulangan III
L = X+(P1)
(P 1+P 2)x C
= 74,5+(26)
26+51 x 5
= 76,188
Rata-rata tingkat kebisingan :
L = 76,625 + 76,635 + 76,1883
= 76.483
F. Pembahasan
Praktikum ini kami lakukan di depan mini market indomaret,sisi
utara jalan godean km 4,5 selama 30 menit yaitu pada pukul 08.00-08.30
WIB. Dilakukan oleh dua orang petugas, satu orang pencatat dan satu orang
pembaca sound level meter. Sound level meter dibaca setiap 5 detik selama
10 menit dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Setelah mendapatkan
data, data tersebut diolah sedemikian rupa hingga mendapatkan hasil tingkat
kebisingan. Pada umumnya keseluruhan pemantauan tersebut diatas, sumber
bising utamanya adalah aktivitas dari kendaraan yang ada di jalan raya,
kelemahannya adalah metode pengukurannya secara general tanpa
memperhatikan tipe atau jenis bising utamanya, sehingga kelemahannya
adalah tidak dihitungnya jumlah, jenis maupun kecepatan kendaraannya.
G. Kesimpulan
1. Tingkat kebisingan di jalan godean km 4,5 pada pagi hari di sisi utara
jalan sebesar 76.483 dB.
2. Berdasarkan data tersebut bila dibandingkan dengan nilai ambang batas
kebisingan lalu lintas yang termasuk dalam zona D sebesar 70 dB maka
tingkat kebisingan di jalan godean belum memenuhi baku mutu yang ada.
II.Pengukuran kelembaban
A. Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran kelembaban dan menghitung
tingkat kelembaban
B. Landasan Teori
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi
suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu
menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam
suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan
maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-
atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.Suhu juga disebut
temperatur yang diukur dengan alat termometer. Secara kualitatif, kita dapat
mengetahui bahwa suhu adalah sensasi dingin atau hangatnya sebuah benda
yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara kuantitatif, kita dapat
mengetahuinya dengan menggunakan termometer. Suhu dapat diukur dengan
menggunakan termometer yang berisi air raksa atau alkohol. Kata
termometer ini diambil dari dua kata yaitu thermo yang artinya panas dan
meter yang artinya mengukur (to measure). Variasi harian suhu permukaan
selama 24 jam, suhu udara selalu mengalami perubahan – perubahan. Di atas
lautan perubahan suhu berlangsung lebih banyak perlahan – lahan daripada
di atas daratan. Variasi suhu pada permukaan laut kurang dari 1°C, dan
dalam keadaan tenang variasi suhu udara dekat laut hampir sama. Sebaliknya
diatas daerah pedalaman continental dan padang pasir perubahan suhu udara
permukaan antara siang dan malam mencapai 20°C. Sedangkan pada daerah
pantai variasinya tergantung dari arah angin yang bertiup. Variasinya besar
bila angin bertiup dari atas daratan dan sebaliknya.
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang
dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif)
maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandungan uap
air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) per satuan
volum. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap
air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk
menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut
(pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. Sedangkan defisit tekanan
uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual.
Masing-masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan
fungsi tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas (Handoko,1994).
Semua uap air yang ada di dalam udara berasal dari penguapan.
Penguapan adalah perubahan air dari keadaan cair kekeadaan gas. Pada
proses penguapan diperlukan atau dipakai panas, sedangkan pada
pengembunan dilepaskan panas. Seperti diketahui, penguapan tidak hanya
terjadi pada permukaan air yang terbuka saja, tetapi dapat juga terjadi
langsung dari tanah dan lebih-lebih dari tumbuh-tumbuhan. Penguapan dari
tiga tempat itu disebut dengan Evaporasi(Karim,1985).
C. Alat dan Bahan
1. Sling Psychrometer
2.Chart Psychrometer
3.Stop watch
4.Alat tulis
D. Langkah Kerja
1.Membasahi ujung benang sampai pada ujung termometer basah
2.Memutar sling psychrometer hingga benang menjadi basah uap selama 15
menit ( dilakukan 3x pengulangan ), pada saat memutar dilakukan di atas
kepala
3. Membaca suhu pada termometer basah dan kering
4. Menambahkan suhu basah dan kering kemudian dibagi 2, sebagai
suhu ruang
5. Mencocokkan dengan grafik suhu – kelembaban
6. Cara membaca grafik :
a)Menghitung / mengkonversikan suhu dari termometer (Celcius)
menjadi suhu Fahrenheit)
b)Garis mendatar pada grafik menunjukkan suhu kering
c)Garis diagonal menunjukkkan suhu basah
d)Perpotongan antara suhu basah dan kering merupakan kelembaban
e)Mengikuti garis melengkung sehingga diketahui kelembaban
E. Hasil Pengamatan
Data suhu dan kelembaban : 1 titik dengan 3x pengulangan
Dalam skala Celcius
Pengulangan Suhu
basah (x)
Suhu
kering (y)
Suhu
ruang (
x+ y2
)
1. 250 C 260 C 25,50 C
2. 24 0 C 250 C 24,50 C
3. 250 C 290 C 270 C
Rata-rata 24,66 0 C 26,660 C 25,66 0 C
Dalam skala Fahrenheit
95
x suh u (celcius )+32
Pengulangan Suhu
basah
Suhu
kering
1. 770 F 78,80 F
2. 75,2 0 F 770 F
3. 770 F 84,20 F
Rata-rata 76,40 F 800 F
Dari pembacaan Chart Psychrometer dapat kita ketahui bahwa :
Pengulangan Relative
humidity
(% )
Spesifik humidity
(grains/lb)
Dew point
(0F)
1. 95 140 39
2. 91 130 37
3. 72 130 37
Rata-rata 86 133,33 37,66
F. Pembahasan
Praktikum ini kami lakukan di jalan godean km 4,5 selama 45 menit
yaitu pada pukul 08.00-08.45 WIB. Dilakukan oleh tiga orang petugas,
apabila satu orang bertugas maka dua orang petugas lainnya bertugas
mencatat hasil pemeriksaan. Setiap satu orang bertugas memutar Sling
Psychrometer selama 15 menit dan dilakukan secara bergantian.Dilakukan
pengulangan 3x supaya data yang diperoleh hasilnya lebih valid. Setelah
mendapatkan data, data tersebut diolah sedemikian rupa sehingga
mendapatkan hasil mengenai suhu dan kelembaban yang ada di jalan godean
tersebut. Data suhu basah dan kering harus diubah dulu dalam Fahrenheit
karena itu merupakan syarat pembacaan kelembaban pada Chart
Psychrometer sedangkan untuk suhu diperoleh dengan cara menjumlahkan
suhu basah dan kering dalam satuan derajat celcius dan membagi dua, dan
selanjutnya dihitung nilai rata-ratanya. Pengukuran suhu dan kelembaban
harus terhindar dari berbagai gangguan lokal maupun hal-hal lain yang
mengurangi kemurnian suhu atmosfer. Beberapa gangguan yang perlu
dihindarkan antara lain pengaruh radiasi langsung dari surya dan
pantulannya oleh benda-benda di sekelilingnya, gangguan tetesan air hujan,
tiupan angin yang terlalu kuat, pengaruh lokal gradien suhu tanah akibat
pemanasan dan pendinginan permukaan tanah setempat.
G. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan Sling Psychrometer
pada pagi hari diperoleh hasil yaitu :
1. Suhu rata-rata di jalan godean km 4,5 sebesar 25,660C
2. Kelembaban rata-rata sebesar 86 %.
III.Pengukuran kepadatan lalu lintas
A. Tujuan
Agar mahasiswa dapat melakukan pengukuran tingkat kepadatan lalu lintas.
B. Landasan Teori
R.J. Salter, 1976 menyatakan analisis arus kendaraan sepanjang ruas jalan
dipengaruhi oleh tiga parameter yang sangat signifikan, yaitu kecepatan,
kepadatan dan arus (volume) kendaraan. Kepadatan kendaraan menggambarkan
ukuran kualitas pelayanan ruas yang ditujukan melalui aliran kendaraan. Arus
atau volume kendaraan merupakan ukuran kuantitas dari aliran kendaraan atau
permintaan pada suatu ruas jalan. Arus lalu lintas merupakan interaksi yang unik
antara pengemudi, kendaraan, dan jalan. Tidak ada arus lalu lintas yang sama
bahkan pada keadaan yang serupa, sehingga arus pada suatu ruas jalan tertentu
selalu bervariasi. Walaupun demikian diperlukan parameter yang dapat
menunjukkan kondisi ruas jalan atau yang akan dipakai untuk desain. Parameter
tersebut adalah volume, kecepatan dan kepadatan, tingkat pelayanan dan derajat
kejenuhan. Hal yang sangat penting untuk dapat merancang dan mengoperasikan
sistem – sistem transportasi dengan tingkat efisiensi dan keselamatan yang
paling baik.
Khristy C. Jotin dan Lall B. Kent menyatakan terdapat beberapa variabel
atau ukuran dasar yang digunakan untuk menjelaskan arus lalu lintas. Tiga
variabel utama adalah kecepatan (v) volume (q), dan kepadatan (k). Variabel
lainnya yang digunakan dalam analisis lalu lintas adalah headway (h), spacing
(s), dan occupancy (R). Kepadatan (destiny) atau konsentrasi didefinisikan
sebagai jumlah kendaraan yang menempati panjang ruas jalan tertentu atau lajur,
yang umumnya dinyatakan sebagai jumlah kendaraan per kilometer atau satuan
mobil penumpang per kilometer (smp/km). Jika panjang ruas yang diamati
adalah I, dan terdapat n kendaraan, maka kepadatan k dapat dihitung sebagai
berikut,
k = I
n¿¿
keterangan:
k = kepadatan
n = jumlah kendaraan pada panjang
I = Panjang ruas jalan
Kepadatan sukar diukur secara langsung (karena diperlukan titik
ketinggian tertentu yang dapat megamati jumlah kendaraan dalam panjang ruas
jalan tertentu), sehingga besarnya ditentukan dari dua parameter volume dan
kecepatan, yang mempunyai hubungan sebgai berikut :
k = va
keterangan :
k = kepadatan rata – rata (kend/km atau smp/km)
q = volume lalu lintas (kend/jam atau smp/jam)
v = kecepatan rata – rata ruang (km/jam)
Kepadatan merupakan parameter penting dalam menjelaskan kebebasan
bermanuver dari kendaraan.
C. Alat dan Bahan
1. Counter
2. Stopwatch
3. Alat tulis
D. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Meentukan dua titik jalur jalan yang akan dihitung kepadatannya, pisahkan
roda dua dan roda empat.
3. Menghitung kendaraan yang melewati jalan tersebut selama satu jam,
kemudian mencatatnya.
4. Menghitung rata – rata hasil kendaraan.
E. Hasil Pengamatan
Tempat
Jenis Kendaraan
Rata-rata/
menit
Roda dua Roda empat
Utara JalanSelatan
Jalan
Utara
Jalan
Selatan
Jalan
Jalan
Godean
2887
unit/jam
1010
unit/jam
405
unit/jam
284
unit/jam77 unit
Kepadatan lalu lintas kendaraan
K= jumlah roda dua + jumlah roda empat
60 menit
= 3897 unit/jam + 689 unit/ jam
60 menit
= 77 unit/menit.
F. Pembahasan
Data kepadatan lalu lintas mengambil lokasi studi pada Jalan Godean KM.4
yaitu depan Indomaret Godean dengan menggunakan counter pada jam 07.30
WIB – 08.30 WIB, yaitu pada hari Selasa, 20 Desember 2011. Data diambil
dengan waktu 60 menit, penggolongan jenis kendaraan yaitu kendaraan roda dua
dan kendaraan roda empat atau lebih. Berdasarkan distribusi jumlah kepadatan
lalu lintas seperti yang disajikan pada tabel, dapat dilihat adanya variasi jumlah
kendaraan bermotor dalam waktu maupun lokasi penelitian. Tingginya jumlah
kepadatan kendaraan jalan Godean pada pagi hari disebabkan karena letaknya
yang strategis dimana jalan ini dekat dengan beberapa perkantoran, pusat
perbelanjaan dan pusat pendidikan. Jalan ini merupakan pusat kota yang
memiliki aktivitas yang tinggi dan dilalui oleh berbagai jenis kendaraan. Adapun
kendaraan yang lewat pada jalan Godean ini adalah bus kota, angkot, mobil
pribadi, truk, dan kendaraan roda dua.
G. Kesimpulan
Dari hasil penelitian terhadap kepadatan lalu lintas di jalan Godean
dapat diambil kesimpulan bahwa kepadatan lalu lintas pada jalan Godean
termasuk padat dikarenakan didapatkan hasil 77 unit kendaraan/menit.
IV.Pemeriksaan H2S
A. Tujuan
Mahasiswa terampil memeriksa H2S Udara dengan metode mthylen blue
dengan H2S in Air Tes Kit.
B. Landasan Teori
Gas H2S adalah rumus kimia dari gas Hidrogen Sulfida yang terbentuk dari 2
unsur Hidrogen dan 1 unsur Sulfur. Satuan ukur gas H2S adalah PPM ( part per
milion ). Gas H2S disebut juga gas telur busuk, gas asam, asam belerang atau uap
bau. Gas H2S terbentuk akibat adanya penguraian zat-zat organik oleh bakteri.
Gas ini dapat ditemukan di dalam operasi pengeboran minyak/ gas dan panas
bumi, lokasi pembuangan limbah industri, peternakan atau pada lokasi
pembuangan sampah.
Gas H2S tersebut bisa menimbulkan bahaya bagi manusia karena bisa
menyebabkan batuk-batuk, iritasi mata dan indera penciuman sudah tidak
berfungsi, Pembengkakan mata dan rasa kekeringan di tenggorokan, Kehilangan
kesadaran dan bisa mematikan dalam waktu 30 - 1 jam. Tergantung tingkat H2S
(ppm) yang memapar pada manusia. Semakin banyak semakin berbahaya.Oleh
karena itu pencemaran karena H2S harus benar-benar diperhatikan.
Sifat-sifat gas H2S
1. tidak berwarna
2. berbau seperti telur busuk pada konsentrasi 0,01 ppm sampai 100 ppm.
Baunya saja tidak dapat hilang dalam waktu 3 – 15 menitpada konsentrasi 100
ppm.
3. sangat beracun
4. dapat larut dalam cairan seperti crude oil dan air, segera lepas apabila cairan
tersebut dipanaskan atau ter-agitasi.
5. sangat korosif terhadap logam tertentu.
6. lebih berat dari udara sehingga dapat berakumulasi menjadi konsentrasi
berbahaya pada daerah rendah seperti pada lobang parit dan pompa, tetapi gas
ini dapat segera menyebar oleh gerakan udara atau angin.
7. gas H2S mudah terbakar, jika terbakar mengeluarkan nyala biru dan
menghasilkan gas sulfur dioksida (SO2) yang juga merupakan gas
beracun.peralatan yang mengandung gas H2S dapat juga mengandung kerak
sulfide besi. Kerak sulfide besi ini akan teriksidasi jika terpapar keudara dan
mungkin menimbulkan panas yang cukup (kerak tersebut sebagai sumber panas)
untuk menyalakan bahan-bahan lain yang mudah terbakar.
Akibat keracunan gas H2S adalah : membuat mata perih, menimbulkan
gangguan system pernapasan bila dihirup, gas yang terhirup kedalam paru-paru
akan dialirkan kedalam aliran darah, dalam jumlah kecil gas H2S (50-100 ppm)
dapat menimbulkan pusing, batuk dan sakit kepala, tetapi dalam konsentrasi
besar dari 300 ppm dapat mengakibatkan pingsan dan kematian segera karena
kegagalan pernafasan, melemahkan atau menggagalkan sama sekali indera
penciuman, pada konsentrasi mendekati 100 ppm, pemaparan terhadap gas H2S
dapat menyebabkan hilangnya indera penciuman. Efek ini dapat menimbulkan
rasa keamanan semu pada seseorang berkaitan dengan kondisi pemaparan.
Orang tersebut akan mengira bahwa gas H2S sudah hilang, padahal tidak karena
indera penciumannya sendiri sudah tidak berfungsi lagi.
Faktor –faktor yang berpengaruh pada paparan gas H2S
1. waktu paparan
lamanya seseorang menghirup gas H2S pada konsentrasi tertentu (dalam
hitungan jam atau menit).
2. frekuensi
seberapa sering seseorang terpapar (misalnya tiap hari atau sekali 2 hari atau
sekali seminggu).
3. intensitas
berapa banyak dosis (konsentrasi) yang terpapar pada seseorang (dalam satuan
ppm)
4. kerentanan seseorang
kerentanan seseorang berbeda-beda tergantung pada fisiologis orang tersebut
(umur dan daya tahan tubuh) dan apakah benar terpapar dalam beberapa jam
sebelumnya terhadap gas H2S.
C. Alat dan Bahan
a. H2S in air tes kit (merk lamote)
b. Midget Impinger
c. Pompa sampling udara
D. Langkah Kerja
a.Menuangkan 7 ml regen sulfida ke dalam midget
impinger.Menghubungkan Midget impinger dengan pompa sampling udara,
selanjutnya menyalakan pompa sampling udara dengan menekan/menggeser
tombol on
b.Memaparkan/melakukan sampling selama 10 menit dengan kecepatan
aliran udara 2 lpm
c.Setelah sampling selesai, memindahkan larutan yang telah dipaparkan
pada tabung uji dan menambahkan 0,5 ml reagen sulfida #2 dengan pipet
0,5 ml (0353) ke dalam larutan penyerap
d.Menambahkan 0,5 ml reagen sulfida #3 dengan menggunakan pipet0,5 ml
yang lain (0353) kemudian menggojoknya
e.Menambahkan 4 tetes reagen sulfide #4, di campur, ditunggu selama 1
menit warna biru menunjukan adanya sulfide
f.Menambahkan 1,0 ml reagen sulfide #5 dengan menggunakan pipet 1,0 ml
(0305) dicampur
g.Memasukkan tabung ke dalam komparator dan warna sampel dicocokan
dengan indeks standar warna.
E. Hasil Pengamatan
Setelah dilakukan pemeriksaan warna larutan pada tabung uji
menunjukkan warna kuning dan setelah dicocokkan dengan indeks standar
warna tidak ada warna yang sesuai dengan warna pada komparator.
F. Pembahasan
Pada saat pemaparan sampel dilakukan selama 10 menit dilakukan
dengan cara : tangan sebelah kanan memegang midget impinger dan tangan
sebelah kiri memegang pompa sampling udara dan mengangkat kedua
tangan di atas kepala, dilakukan demikian karena kurangnya persiapan
sarana untuk kegiatan tersebut. Karena pompa sampling udara yang
digunakan agak rusak maka setelah dihidupkan dengan menekan tombol on
tidak bisa digunakan harus secara manual dipancing dengan cara menyedot
selang pada pompa sampling udara sasmpai bisa selain itu, kecepatan aliran
pada pompa sampling udara tidak bisa mencapai 2 lpm hanya bisa 1 lpm.
G. Kesimpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan H2S dapat disimpulkan bahwa kandungan
H2S yang terdapat pada jalan godean kurang dari satu dengan waktu
sampling selama 10 menit dan warna sampel setelah dilakukan pemeriksaan
H2S adalah kuning.
Waktu
(menit)
NOMOR INDEKS WARNA KOMPARATOR
1 2 3 4 5 6 7 8
10 0,060,1
40,228 0,55 1,11 1,66
2,22 2,77
20 0,030,0
70,14 0,28 0,55 0,83
1,11 1,39
30 0,020,0
50,09 0,19 0,37 0,55
0,74 0,922
60 0,010,0
20,05 0,095 0,19 0,28
0,37 0,45
90 0,010,0
20,03 0,06 0,12 0,19
0,25 0,30