laporan praktikum pemeliharaan

47
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TERNAK POTONG DAN KERJA PEMELIHARAAN NAMA : JIHADULHAQ BIN MARRA NIM : I 111 12 046 KELOMPOK : XII (DUA BELAS) ASISTEN : AHMAD DAVID

Upload: bryan-smith

Post on 18-Jan-2016

59 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TERNAK POTONG DAN KERJA

PEMELIHARAAN

NAMA : JIHADULHAQ BIN MARRANIM : I 111 12 046KELOMPOK : XII (DUA BELAS)ASISTEN : AHMAD DAVID

LABORATORIUM TERNAK POTONG DAN KERJAFAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2014

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan akan produk peternakan sekarang ini sangat tinggi.

Masyarakat Indonesia sudah mulai sadar akan pentingnya kebutuhan protein

hewani dalam mencukupi kebutuhan nutrisinya. Produk peternakan adalah

produk yang sangat primer.

Sebagai contoh yaitu daging, telur, susu merupakan produk yang

memiliki nilai ekonomi tinggi. Untuk saat ini banyak kalangan yang

beranggapan bahwa dunia peternakan adalah dunia yang kurang mempunyai

prospek ke depan. Apabila kita kaji dan kita perdalam tentang dunia

peternakan kita akan memperoleh makna yang sangat berharga. Untuk itu saat

ini saja orang terus memerlukan produk dari sektor peternakan walaupun

telah kita ketahui bersama, untuk harga produk peternakan jauh di atas rata-

rata harga produk lainnya. Pada sapi potong khususnya yang asli Indonesia

adalah sapi Bali, Madura, Sumba dan peranakan Sumba Ongole (SO).

Adanya potensi yang kita miliki sudah sewajarnya jika kita

mengembangkan produk ternak potong, agar dapat memenuhi kebutuhan

protein hewani masyarakat kita. Kegiatan yang dilakukan pada saat praktikum

ternak antara lain pengamatan manajemen seleksi dan breeding, manajemen

perawatan, manajemen sanitasi dan pencegahan penyakit, manajemen pakan,

manajemen perkandangan dan manajemen penanganan limbah. Hal inilah

yang melatarbelakangi dilakukannya Praktikum Pemeliharaan.

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui mengenai sanitasi

kandang, pencampuran dan pemberian pakan, serta dapat mengetahui jumlah

populasi ternak sapi potong yang digembalakan.

Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui

bagaimana cara membersihkan atau sanitasi kandang, pencampuran dan

pemberian pakan serta mengetahui jumlah ternak yang digembalakan. 

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pertumbuhan Pada Ternak

1) Proses  Pertumbuhan

Proses pertumbuhan merupakan suatu proses pertambahan berat hidup

pada seekor ternak yang dimulai sejak terjadinya fertilisasi, yaitu saat

bersatunya sel telur dengan spermatozoa sehingga terbentuk zygote,

kemudian tumbuh menjadi embrio, foetus, dan selanjutnya lahir sebagai anak

serta berakhir pada saat mengalami kematian yang alami sebagai akibat

proses penuaan . Pada proses pertumbuhan dapat dibedakan dalam 2 (dua)

pengertian, yaitu (Damarapeka, 2011) :

a. Pertambahan (growth).

Pertumbuhan dalam arti pertambahan (growth) mempunyai

pengertian sebagai pertambahan yang meliputi ukuran dan bobot dari

suatu jaringan, misalnya jaringan daging, jaringan tulang dan jaringan

syaraf. Dalam proses pertambahan ini gejala pertumbuhan dari suatu

organ atau individu ditandai dengan sel-selnya bertambah banyak

jumlahnya (proses perbanyakan sel) yang sering disebut dengan istilah

hyperplasia dan bertambah besar sel-selnya atau proses perubahan

bentuk sel, yang disebut dengan istilah hyperthropia.

b. Perkembangan (development)

Pertumbuhan dalam arti perkembangan (development)

mempunyai pengertian sebagai perubahan dari bentuk badan (body

shape) atau konformasinya. Hal ini dapat terlihat jelas pada mahluk

berderajad tinggi, misalnya perkembangan mental yang diikuti dengan

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

perkembangan bentuk tubuhnya. Dengan kata lain, secara singkat proses

perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan bentuk,

struktur dam konformasinya.

Pola pertumbuhan secara keseluruhan, yaitu sejak fase embrional

sampai dengan pertumbuhan yang maksimum yaitu pada saat dicapainya

dewasa tubuh merupakan proses yang cepat dan mempunyai pola yang tetap

dan apabila digambarkan dalam suatu diagram atau kurva maka akan

berbentuk sigmoid ( letter S; S Shape Curve). Kurva sigmoid akan dapat

terjadi apabila seekor ternak tumbuh dalam lingkungan yang optimal, namun

apabila seekor ternak yang pada waktu masih muda pernah mengalami

kekurangan makanan, maka pertumbuhannya akan terhambat dan

pertambahan berat badannya rendah, sehingga kurva sigmoid tidak akan

tercapai. Kurva sigmoid tersebut dapat digambarkan apabila dilakukan

penimbangan berat badan dari seekor ternak pada selang waktu tertentu dan

perubahan berat badan tersebut digambar dalam suatu diagram maka akan

terlihat sebagai kurva yang berbentuk sigmoid (Damarapeka, 2011).

2) Fase-Fase  Pertumbuhan

Pada proses pertumbuhan  yang berlangsung mulai dari saat fertilisasi

sampai dengan ternak mengalami kematian sebagai akibat proses penuaan

dapat terbagi dalam 3 (tiga) fase berdasarkan pada kecepatan

pertumbuhannya, yaitu (Damarapeka, 2011) :

a. Fase stasioner/ fase initial/ fase latent.

Pada fase ini dimulai dari masa embrional sampai dengan

foetus berumur 2/3 masa kebuntingan, misalnya untuk sapi sampai

foetus berumur 6 bulan dalam kandungan. Dalam fase ini belum

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

terlihat dengan jelas pertumbuhannya apabila dibandingkan dengan

pertumbuhan secara keseluruhan akan tetapi persentase kecepatan

tumbuh  (persentage growth rate) adalah tinggi. Hal ini disebabkan

bahwa walaupun rata-rata pertambahan berat harian (Average Daily

Gain) relatif rendah tetapi berat hidupnya juga rendah sehingga

perbandingan antara rata-rata pertambahan berat harian (Average

Daily Gain) dengan berat hidupnya menjadi tinggi.

b. Fase eksponensial/ fase logaritmis.

Fase ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu (a) bagian pertama,

dimulai dari umur foetus 1/3 akhir masa kebuntingan sampai dengan

dicapainya umur dewasa kelamin (pubertas), misalnya pada sapi dari

umur 3 bulan menjelang lahir sampai dengan umur pubertas yaitu 7-8

bulan. Pada fase bagian ini merupakan fase pertumbuhan yang

memiliki kecepatan tumbuh paling cepat sehingga dapat dilihat

dengan jelas kecepatan pertumbuhannya. Pada umumnya rata-rata

pertambahan berat badan harian (Average Daily Gain) maksimum

dicapai pada saat menjelang pubertas yang disebut maximum growth

rate, (b) bagian kedua, dimulai saat pubertas sampai tercapainya

ukuran tubuh yang maksimal, yaitu pada sapi sampai umur 7-8 tahun.

Pada fase bagian ini merupakan fase yang proses pertumbuhannya

berangsur-angsur kecepatannya berkurang  sampai suatu saat tidak

terjadi proses pertumbuhan.

Rata-rata pertambahan berat badan harian (Average Daily

Gain) akan mencapai titik nol (ADG = 0) pada saat dewasa tubuh

maksimum dan pada saat itulah ternak tidak mengalami kenaikan

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

berat badan lagi bahkan dapat terjadi penyusutan berat badan. Pada

fase eksponensial/logaritmis ini grafik persentase kecepatan tumbuh

(persentage growth rate) menunjukan kecenderungan menurun dan

hal ini disebabkan meskipun  rata-rata pertambahan berat badan harian

(Average Daily Gain) besar tetapi berat hidupnya mempunyai

kenaikan yang lebih besar dibandingkan dengan Rata-rata

pertambahan berat badan harian (Average Daily Gain) itu sendiri.

c. Fase regresi.

Fase ini merupakan kelanjutan dari fase sebelumnya dan

berakhir sampai dengan terjadinya kematian yang alami. Pada fase ini

tidak terjadi pertumbuhan, bahkan memungkinkan terjadi adanya

suatu penyusutan berat atau ukuran sehingga dikatakan fase regresi.

Setelah pertumbuhan maksimum dicapai, maka proses pertumbuhan

dapat dikatakan berhenti tetapi dilanjutkan dengan proses lain dari

kehidupan yang meliputi proses regenerasi, reparasi, reproduksi, dll.

Pada saat berat maksimal dicapai, berat tersebut bertahan sampai

kemudian berkurang dan apabila mulai berumur sangat tua terlihat

mengalami penyusutan berat yang nyata dan saat itulah terjadi

kecepatan pertumbuhan yang negatif.

Proses pertumbuhan apabila ditinjau dari ruang lingkup kehidupan

ternak, maka  dapat dibagi dalam 2 (dua) periode waktu yaitu (Damarapeka,

2011) :

a. Pertumbuhan Pre-Natal.

Pertumbuhan pre-natal merupakan pertumbuhan pada periode

waktu selama masih embrio, yang kemudian tumbuh berkembang

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

menjadi foetus. Dengan kata lain, pertumbuhan pre-natal merupakan

pertumbuhan pada periode waktu hidup dalam kandungan.  Pada

periode ini pertumbuhan foetus yang terbesar mulai dari 2/3 akhir

masa kebuntingan, oleh karena itu hendaknya mulai saat itu pemberian

makanan induk diusahakan sebaik mungkin karena pada pertumbuhan

pre-natal ini banyak dipengaruhi oleh kondisi induk melalui fungsi

dari placenta. Sebagai contoh pada induk ternak perah yang sedang

bunting akan dilakukan suatu periode kering kandang (tidak diperah)

mulai umur kebuntingan 7 bulan dengan maksud agar air susu tidak

diperah lagi dan energi dari air susu dipergunakan untuk memulihkan

kondisi serta untuk mensuplai makanan foetus yang relatif

pertumbuhannya cepat.

b. Pertumbuhan Post-Natal

Pertumbuhan post-natal dimulai dari saat dilahirkan sampai

dengan terjadinya kematian secara alami. Pada saat lahir sampai

dengan saat penyapihan terjadi pertumbuhan yang relatif cepat dan

kemudian setelah umur sapih mengalami penurunan sedikit.

Kecepatan pertumbuhan anak sejak dilahirkan sampai dengan disapih

sangat bergantung kepada atau banyak ditentukan oleh produksi air

susu induk, disamping adanya pengaruh dari  makanan dan

lingkungan.

Dengan kata lain, pertumbuhan selama periode laktasi banyak

dipengaruhi oleh faktor induk (maternal factor). Pada saat menjelang

dewasa kelamin (pubertas) terjadi pertumbuhan yang cepat kembali,

sedang pada saat menjelang dewasa tubuh (mature), laju pertumbuhan

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

relatif lambat dan sesudah itu pemeliharaan ternak potong pada

umumnya sudah tidak menghasilkan kenaikan berat badan lagi. Pada

ternak sapi dewasa kelamin (pubertas) dicapai pada umur lebih kurang

8 bulan, sedangkan dewasa tubuh (mature) dimana maksimum  ukuran

tubuhnya tercapai yaitu kira-kira pada umur 6-8 tahun.

B. Sistem Perkandangan

Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan

kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang

kelengkapan dalam suatu peternakan. Sarana fisik tersebut antara lain kantor

pengelola, gudang, kebun hijauan pakan, dan jalan (Peter, 2012).

Kandang merupakan salah satu sarana terpenting untuk ternak potong

karena merupakan tempat peristirahatan sapi dan tempat pemberian pakan

dan air serta tempat berlindungnya sapi dari hewan buas. Sistem

perkandangan pada sapi potong meliputi syarat kandang dan konstruksi dari

kandang.

1. Syarat Kandang

Kandang merupakan salah satu unsur penting dalam suatu usaha

peternakan, terutama dalam penggemukan ternak potong. Bangunan kandang

yang baik harus bisa memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman.

Bangunan kandang diupayakan pertama-tama untuk melindungi sapi

terhadap gangguan dari luar yang merugikan, baik dari sengatan matahari,

kedinginan, kehujanan dan tiupan angin kencang. Selain itu, kandang juga

harus bisa menunjang peternak dalam melakukan kegiatannya, baik dari segi

ekonomi maupun segi kemudahan dalam pelayanan. Kandang berfungsi

sebagai lokasi tempat pemberian pakan dan minum. Dengan adanya kandang,

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

diharapkan sapi tidak berkeliaran di sembarang tempat, mudah dalam

pemberian pakan dan kotorannya pun bisa dimanfaatkan seefisien mungkin

(Anonim, 2012).

2. Kontruksi Kandang

Konstruksi kandang harus kuat serta terbuat dari bahan- yang

ekonomis dan mudah diperoleh. Di dalam kandang harus ada drainase dan

saluran pembuangan Iimbah yang mudah dibersihkan. Tiang kandang

sebaiknya dibuat dari kayu berbentuk bulat agar Iebih tahan lama

dibandingkan dengan kayu berbentuk kotak. Selain itu, kayu bulat tidak akan

melukai tubuh sapi, berbeda dengan kayu kotak yang memiliki sudut tajam

(Wello, 2011).

Menurut Wello (2011) bagian-bagian kandang adalah sebagai berikut:

Atap kandang

Atap merupakan pembatas (isolasi) bagian atas dari kandang dan

berfungsi untuk menghindari air hujan dan terik matahari, menjaga

kehangatan ternak di waktu malam hari serta menahan panas yang dihasilkan

oleh tubuh sendiri. Tanpa atap, panas di dalam kandang sebagian akan hilang

ke atas pada waktu malam, sehingga suasana kandang pada saat itu akan

menjadi dingin. Sudut kemiringan atap sekitar 30o dengan bagian yang miring

meluncur kebagian belakang.

Tinggi kandang

Kandang di daerah yang mempunyai suhu lingkungan agak panas

(dataran rendah dan pantai) hendaknya dibangun lebih tinggi dari pada

kandang yang ada di daerah pegunungan. Hal ini dimaksudkan agar udara

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

panas di dalam ruangan kandang lebih bebas bergerak atau berganti sehingga

dapat diperoleh ruang kandang cukup sejuk.

 Kerangka kandang

Terbuat dari bahan besi, besi beton, kayu dan bambu disesuaikan

dengan tujuan dan kondisi yang ada. Pemilihan bahan kandang hendaknya

disesuaikan dengan kemampuan ekonomi dan tujuan usaha.

Dinding kandang

Dinding kandang sapi lebih sederhana dibandingkan dengan kandang

kerbau, namun perlu diperhatikan bahwa dinding sebagai pembatas bagian

tepi kandang yang berfungsi sebagai penahan angin langsung, penahan

keluarnya udara panas dari dalam kandang yang dihasilkan oleh tubuh ternak.

Ada berbagai macam bahan yang bisa dimanfaatkan untuk dinding.

Kriteria bahan harus ditinjau dari segi kemanfaatan, jaminan bagi hidup

ternak, dan ekonomis. Bahan-bahan yang bisa dipergunakan sebagai dinding

kandang sapi pada umumnya berasal dari anyaman bambu, papan dan

tembok.

Lantai kandang

Lantai kandang sebagai batas bangunan kandang bagian bawah, atau

tempat berpijak dan berbaring bagi sapi pada sepanjang waktu, maka

pembuatan lantai kandang harus benar-benar memenuhi syarat : rata, tidak

licin, tidak mudah menjadi lembab, tahan injakan, atau awet.

Tempat pakan dan air minum

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

Bagian kandang yang juga harus diperhatikan adalah tempat pakan

dan air minum. Tempat/bak pakan dapat dibuat dengan ukuran panjang 60

cm, lebar 50 cm dan dalamnya 30 cm untuk setiap ekor dewasa. Tempat

pakan diperlukan untuk efisiensi dan efektifitas pakan yang diberikan. Biaya

pakan akan membengkak jika pakan yang diberikan tidak habis dimakan

ternak tetapi hanya berserakan didalam maupun luar kandang.

Selokan

Selokan berfungsi sebagai tempat pembuangan kotoran. Selokan

biasanya dibuat dengan lebar 20-30 cm dan kedalaman 10-20 cm. Selokan ini

dibuat di dalam kandang di bagian ekor sapi, baik itu di kandang tunggal

maupun kandang ganda. Tujuannya, agar pekerja mudah membersihkan

kotoran dan urine sapi.

3. Peralatan Kandang

Menurut (Anonim, 2012) dalam kegiatan pemeliharraan ternak,

dibutuhkan peralatan untuk keperluan di dalam kandang. Peralatan hendaknya

selalu dalam keadaan bersih, adapun peralatan kandang yang diperlukan

antara lain sbegai berikut:

Ember

Digunakan untuk mengangkut air, pakan penguat, dan memandikan

ternak. Sebaiknya ember terbuat dari bahan antikarat, seperti ember

plastik.

Sikat

Digunakan untuk menggosok badan ternak waktu dimandikan dan

menggosok lantai waktu membersihkan kandang. Sikat yang baik terbuat

dari ijuk.

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

Skop

Digunakan untuk mengambil dan mengaduk pakan penguat,

mengambil/membuang kotoran.

Sapu lidi dan sapu ijuk

Digunakan untuk membersihkan kandang, sebaiknya sapu terbuat

dari lidi daun kelapa.

Gerobak

Untuk pemberian pakan, mengangkut sisa-sisa kotoran, sampah,

rumput ke tempat pembuangan.

Karung

Digunakan untuk tempat pakan.

4. Model Kandang

Menurut Purnawan dan Saparinto (2009) ada 2 model kandang sapi,

yakni kandang bebas (loose housing) dan kandang konvensional

(convention/stanchion barn).

a. Kandang Bebas

Kandang bebas merupakan barak atau areal yang cukup luas dengan

atap diatasnya. Kandang ini ditempati populasi sapi tanpa adanya batasan

sedikit pun. Sapi dapat bergerak bebas kemana saja selama masih ada didalam

area kandang. Kandang bebas hanya terdiri dari satu bangunan atau ruangan,

tetapi digunakan untuk ternak dalam jumlah banyak, Sebuah kandang bebas

yang berukuran 7m X 9m dan dapat menampung 20-25 ekor sapi.

Pembesaran sapi didalam kandang bebas dapat menyebabkan

beberapa hal berikut:

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

Membutuhkan biaya pembuatan kandang, tetapi lebih murah dibanding

dengan kandang individual.

Penggunaan tenaga kerja lebih sedikit.

Kandang mudah dikembangkan tanpa banyak perubahan

Sapi mudah saling beradu

Mudah untuk membantu mendeteksi birahi

b. Kandang Konvensional

Posisi ternak yang dipelihara di dalam kandang dibuat sejajar, lazim

disebut sistem stall. Susunan stall ada tiga macam yaitu stall tunggal, stall

ganda tail to tail, dan stall face to face.

Stall Tunggal

Pada kandang stall tunggal, sapi ditempatkan satu baris dengan kepala

searah. Bentuk ini tepat untuk jumlah ternak yang tidak lebih dari 10 ekor.

Stall Ganda Tail To Tail

Sapi pada kandang Stall ganda tail to tail ditempatkan dua baris

sejajar (stall ganda) dengan gang di tengah, sedangkan kepala ternak

berlawanan arah atau ekor saling berhadapan (tail to tail).

Stall Ganda Face To Face

Model kandang ini mendesain sapi pada dua baris sejajar dengan

gang di tengah dengan kepala ternak saling berhadapan (face to face).

Gang di tengah agak lebar.

C. Sistem Pemberian Pakan

Pakan sangat penting untuk diperhatikan, karena pakan sangat besar

pengaruhnya terhadap pertambahan bobot badan sapi. Pakan diperlukan untuk

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

hidup pokok, pertumbuhan , reproduksi, dan produksi daging. Zat gizi utama

yang dibutuhkan sapi potong adalah protein dan energi (Anonim, 2012).

Pakan yang diberikan untuk sapi potong harus cukup, baik mengenai

mutu dan pertumbuhan sehingga harus diberikan secara rutin dan teratur yaitu

pada pagi dan sore hari. Pakan yang kurang akan menghambat pertumbuhan.

Hal yang terpenting adalah pakan dapat memenuhi kebutuhan protein,

karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral bagi ternak. Pakan ternak sapi

digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu (Anonim, 2012).

1. Pakan Hijauan

Pakan hijauan ialah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman

ataupun tumbuhan, misalnya bangsa rumput (Gramineae), legum dan tumbuh-

tumbuhan lain. Pakan hijauan ini dapat diberikan dalam dua macam bentuk,

yaitu dalam bentuk hijauan segar (diberikan dalam keadaan masih segar

ataupun berupa “silase”) dan dalam bentuk kering, bisa berupa “hay” (hijauan

yang sengaja dikeringkan) atau jerami kering (sisa hasil ikutan pertanian yang

dikeringkan). Pakan hijauan ini banyak mengandung serat kasar. Seekor

ternak sapi diberi hijauan tergantung dari berat badannya, sekitar ± 10% dari

berat badan.

2. Pakan Konsentrat (Penguat)

Pakan konsentrat adalah campuran bahan-bahan makanan yang

dicampur sedemikian rupa sehingga menjadi suatu bahan makanan yang

berfungsi untuk melengkapi kekurangan gizi dari bahan makanan lainnya

(hijauan). Pakan konsentrat mempunyai kandungan serat kasar rendah dan

mudah dicerna. Pemberian pakan konsentrat per ekor per hari ± 1% dari berat

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

badan. Contoh bahan pakan konsentrat adalah dedak, bekatul, bungkil kelapa,

tetes, jagung dan berbagai ubi.

3. Pakan Tambahan

Pakan tambahan dapat berupa vitamin, mineral dan urea. Pakan

tambahan ini dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif, yang

hidupnya berada di dalam kandang terus menerus. Vitamin yang dibutuhkan

ternak sapi adalah vitamin A (karotin) dan vitamin D. Mineral dibutuhkan

oleh sapi untuk berproduksi. Mineral yang dibutuhkan oleh sapi terutama

adalah Ca dan P. Ca dan P ini dapat diperoleh dari tepung tulang

(mengandung 23-33% Ca dan 10-18% P). Urea hanya dapat diberikan kepada

sapi dalam jumlah yang sangat terbatas, yaitu 2% dari seluruh ransum yang

diberikan.

Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu

penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan

kombinasi cara pertama dan kedua (Anonim, 2012) : 

Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang

rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat

penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per

hari.

Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang

dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan

diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan

pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan

tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak

halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat

ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi

dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini

dikenal dengan istilah ransum.

Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara

penggembalaan dan keraman.  Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi

menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam

hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (leguminosa)

dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah

rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.

Pemberian jumlah pakan berdasarkan periode sapi seperti anak sapi

sampai sapi dara, periode bunting, periode kering kandang dan laktasi. Pada

anak sapi pemberian konsentrat lebih tinggi daripada rumput. Pakan berupa

rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan

(BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang

menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan

konsentrat dalam ransumnya (Anonim, 2012).

Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu,

gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa

garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan

pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari.

Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan

perhari.Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan

berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang

dipelihara. Pemberian pakan secara intensif dikombinasikan dengan

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di

musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah.

Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi

guna memperkuat kakinya (Anonim, 2012).

D. Teknik Pencampuran Pakan

Pencampuran pakan dapat dilakukan secara manual yaitu

menggunakan alat sederhana berupa skop yang dilakukan di atas lantai atau

menggunakan mesin (feedmill). Pencampuran secara manual dilakukan oleh

tenaga kerja manusia, dengan cara bahan pakan disusun sesuai formula mulai

dari yang jumlahnya paling banyak hingga yang paling sedikit dan kemudian

dilakukan pencampuran (Gunawan et al., 2003).

Penyampuran pakan menggunakan mesin dilakukan oleh serangkaian

mesin-mesin yang biasanya dioperasikan oleh pabrik-pabrik pakan ternak

yang memproduksi pakan dalam jumlah puluhan ton setiap hari. Mesin

pembuat pakan terdiri atas mesin-mesin penggiling (hammer mill), mesin

penimbang (weigher), mesin pemutar (cyclone), mesin pemindah bahan

(elevator), mesin penghembus (blower) dan mesin pencampur (mixer).

Diagram dari penyampuran menggunakan mesin (feedmill) dengan kapasitas

1 ton/jam (Gunawan et al., 2003).

Proses pakan menggunakan mesin lebih efisien dalam penggunaan

tenaga kerja dan menghasilkan campuran pakan lebih homogen. Pengalaman

selama ini menunjukkan bahwa biaya processing pakan hingga packaging

berkisar antara Rp. 85 hingga Rp. 100 untuk per kg campuran pakan

(Gunawan et al., 2003).

E. Sistem Penggembalaan

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

Sistem penggembalaan adalah pemeliharaan ternak sapi yang

dilaksanakan dengan cara ternak digembalakan di suatu padang

penggembalaan yang luas, terdiri dari padang penggembalaan rumput dan

leguminosa. Sistem padang penggembalaan merupakan kombinasi antara

pelepasan ternak di padang penggembalaan bebas dengan pemberian pakan.

Padang penggembalaan tersebut bisa terdiri dari rumput atau leguminosa.

Tetapi suatu padang rumputnya yang baik dan ekonomis adalah yang terdiri

dari campuran rumput dan leguminosa (Maslikha, 2013).

Hingga abad ke 19, metode penggembalaan secara umum tidak

tampak. Wilayah penggembalaan hewan ternak digembalakan berlebihan

dalam waktu lama (overgrazing) sehingga menimbulkan kerusakan lahan dan

penurunan hasil ternak. Berikut Jenis-jenis sistem penggembalaan (Anonim,

2013).

1. Penggembalaan Musiman

Penggembalaan musiman adalah menggembalakan hewan ternak

pada area tertentu dan di musim tertentu pada tahun tersebut. Hal ini

memungkinkan suatu lahan diistirahatkan selama penggembalaan tidak

berlangsung untuk menumbuhkan rerumputan kembali. Di musim ketika

hewan ternak tidak digembalakan (misal di musim dingin), hewan ternak

diberi pakan fermentasi (silase).

2. Penggembalaan Rotasi

Penggembalaan rotasi membagi wilayah penggembalaan menjadi

beberapa titik untuk menjadi tempat-tempat yang digembalakan secara

berurutan hingga kembali ke titik awal. Penggembalaan rotasi harus

memperhitungkan "waktu istirahat" yang cukup bagi lahan di suatu titik

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

untuk menumbuhkan kembali rumputnya. Metode ini dilakukan sepanjang

musim jika memungkinkan.

3. Penggembalaan Petak-Bakar

Penggembala membakar sepetak lahan yang berisi rumput kering.

Area yang telah terbakar ini kemudian akan menumbuhkan rumput baru

dan hewan ternak digembalakan setelah rumput baru tumbuh. Setelah dua

tahun atau lebih, petak lainnya dibakar untuk menumbuhkan rumput baru.

Metode ini mencerminkan hubungan antara ekologi api dan bison di

padang rumput dan sabana. Usaha ini juga digunakan untuk memulihkan

populasi bison yang pernah hampir punah di alam liar. Kini bison tidak

dikategorikan sebagai hewan yang terancam punah karena sudah

didomestikasi.

4. Penggembalaan Tepian

Penggembalaan tepian (riparian grazing) digunakan untuk

melestarikan hewan liar yang berbagi kawasan penggembalaan dengan

hewan ternak. Manajemen dilakukan seperti penggunaan pagar atau

dibatasi oleh situs alam seperti sungai. Manajemen dilakukan terutama

jika spesies, jumlah, dan periode penggembalaan yang berbeda.

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Pemeliharaan dilaksanakan pada tanggal 28 April - 4 Mei

2014 bertempat di Laboratori Ternak Potong Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin Makassar.

B. Materi Praktikum

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sapu lidi, skop,

gerobak, parang, karung, ember dan tempat sampah.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ternak sapi potong

sebanyak 39 ekor, dedak, rumput gajah, molases, Tumpi jagung, tepung

kacang telur, ampas tahu dan Feed Suplement Mineral, dan tepung coklat.

C. Metode Praktikum

1. Sanitasi Kandang

Pembersihan atau sanitasi dilakukan selama 7 hari setiap pagi

dan sore hari, yaitu pagi pada pukul 06.30 - selesai WITA dan sore pukul

16.00 - selesai WITA. Dimana dalam 7 hari tersebut, kandang dibersihkan

dari kotoran yang umumnya sisa bahan pakan yang bercampur dengan

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

kotoran sapi itu sendiri, selokan, palungan (tempat makan dan air minum),

gang tengah dan lantai.

2. Pencampuran dan Pemberian Pakan

Pemberian makanan yaitu berupa hijauan dan konsentrat

(makanan tambahan) sebanyak 2 ember pada pagi hari sedangkan

pemberian air minum dengan cara adlibitum (tidak terbatas).

Metode pencampuran pakan yang dilakukan yakni pertama-tama

menyiapkan alat dan bahan. Minimbang masing-masing bahan ransum

sesuai dengan perhitungan penyusunan ransum, yaitu dedak 10 kg, tumpi

jagung 15 kg feed supplement 0,2 kg, tepung coklat 2 kg, tepung kacang

telur 2 kg. Setelah diperoleh hasil penimbangan, selanjutnya mencampur

bahan dengan cara menumpuk bahan ransum dari jumlah yang terbanyak

hingga yang paling sedikit berada di atas. Setelah itu, melakukan

penghomogenan dengan cara membolak-balikkan pakan menggunakan

sekop hingga 4 kali atau sampai homogen. Masukkan ransum yang

homogen ke dalam karung yang telah disiapkan dan simpan dalam gudang

pakan. Sedangkan konsentrat cair dengan cara mencampurkan ampas tahu

seberat 15 kg dengan molasses 1 kg, urea 0,3 kg dan garam secukupnya.

Menghitung Jumlah Populasi Ternak Sapi

Penghitungan dilakukan dengan cara pengamatan langsung di

lapangan. Menyiapkan buku catatan, kemudian menghitung jumlah sapi

yang terdiri dari induk, dara, pedet, pejantan dan jantan muda, lalu catat

pada buku catatan.

3. Penggembalaan

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

Penggembalaan dilakukan yaitu pada pagi hari hingga sore.

Dimana ternak mulai dikeluarkan dari kandangnya pada pukul 10.00

WITA dan dibiarkan merumput hingga pada pukul 05.00 WITA. Setelah

merumput ternak kemudian dikembalikan pada kandang dan diberikan

rumput.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Khusus Untuk Ternak Potong

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil

bahwa keadaan khusus ternak potong yang ada di kandang dalam kondisi

yang sehat. Kandang dari ternak potong ditempati oleh ternak dalam keadaan

berkelompok. Jumlah seluruh sapi yang berada di dalam kandang yaitu 39

ekor. Induk yang terdapat di dalam populasi ternak potong terdiri dari 10 ekor

dan dara 11 ekor. Jantan terdiri atas pejantan 2 ekor, jantan muda 6 ekor dan

total pedet 10 ekor. Jenis kandang yang ditempati oleh ternak potong yaitu

jenis kandang bebas karena ternak bebas masuk ke dalam kandang yang

disukai dan merupakan kandang yang tidak memiliki penyekat dalam satu

ruang kandang yang ditempati oleh suatu populasi ternak sapi potong. Hal ini

sesuai dengan pendapat Syarif (2012) yang menyatakan bahwa kandang bebas

(koloni) merupakan barak terbuka tanpa ada penyekat di antara ternak

sehingga ternak bebas bergerak pada areal yang cukup luas, kecuali pada

waktu diberi perlakuan khusus.

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

Selain itu, kebutuhan nutrisi dari masing-masing ternak berbeda-beda

karena kebutuhan hidup dan produksi dari masing-masing ternak juga

berbeda-beda. Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa

hijauan. Hal ini sesuai dengan pendapat Syarif (2012) yang menyatakan

bahwa setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan seperti sapi dalam

masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan

pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pemberian

pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture

fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan

kedua.

Pemberian pakan sapi yang dilakukan yaitu dengan cara kereman,

yaitu ternak didalam kandang dan diberikan pakan. Pemberian pakan dengan

cara ini merupakan pemberian pakan yang terbaik. Hal ini sesuai dengan

pendapat Syarif (2012), yang menyatakan bahwa pemberian pakan dengan

kereman adalah pemberian pakan yang terbaik.

Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi 3 katagori, yaitu

hijauan segar, hijauan kering, dan silase.Macam hijauan segar adalah rumput-

rumputan, kacang-kacangan (leguminosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput

yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass),

daun turi, daun lamtoro. Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang

sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama.

B. Pencampuran Pakan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil

bahwa metode pencampuran pakan yang dilakukan yakni pertama-tama

menyiapkan alat dan bahan. Menimbang masing-masing bahan ransum sesuai

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

dengan perhitungan penyusunan ransum, seperti dedak, tumpil jagung, ampas

tahu berfungsi sebagai sumber mineral. Molases sebagai sumber energy,

Tepung mineral tepung coklat, tepung kacang telur sebagai sumber protein.

Selanjutnya mencampur bahan dan melakukan penghomogenan dengan cara

membolak-balikkan pakan menggunakan sekop. Masukkan ransum yang

homogen ke dalam karung yang telah disiapkan dan simpan dalam gudang

pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Syarif (2012), yang menyatakan bahwa

Metode pencampuran pakan, pertama-tama menyiapkan alat dan bahan.

Kemudian menimbang masing-masing bahan ransum sesuai dengan

perhitungan penyusunan ransum. Setelah diperoleh hasil penimbangan,

selanjutnya bahan dicampur dengan cara menumpuk bahan ransum dari

jumlah yang terbanyak hingga yang paling sedikit berada di atas. Setelah itu

melakukan penghomogenan dengan cara membolak-balik pakan

menggunakan sekop hingga 4 kali atau sampai homogen. Kemudian setalah

ransum tersebut homogen, lalu dimasukkan ke dalam karung yang telah

disiapkan dan menyimpannya di dalam gudang pakan.

Menurut Syarif (2012) pencampuran pakan kering juga sudah dapat

dilakukan dengan menggunakan mesin pemcampur dengan posisi tong

miring, hasil program vucer 2004. Namun, proses pencampuran pakan

biasanya masih dilakukan secara manual. Oleh karena itu, rekayasa mesin

pencampur pakan basah menjadi penting untuk dilakukan.

C. Pemberian Pakan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil

bahwa pemberian pakan dan minum dilakukan setiap hari setelah proses

sanitasi atau pembersihan kandang. Pemberian pakan pada pagi hari diberikan

Page 26: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

konsentrat. Pemberian konsentrat tersebut bertujuan untuk meningkatkan pH

rumen dan sebagai penambah energi, begitu pula dengan pemberian air

minum diberikan secara adlibitum (tidak terbatas). Sedangkan pada sore hari

diberikan hijauan. Hal ini sesuai dengan pendapat Syarif (2012) yang

menyatakan bahwa pemberian pakan pada ternak sapi potong sebaiknya

ransum hendaknya tidak diberikan sekaligus dalam jumlah banyak setiap

harinya, melainkan dibagi menjadi beberapa bagian. Pada pagi hari (misalnya

pukul 07.00), sebaiknya sapi diberi sedikit hijauan untuk merangsang

keluarnya saliva (air ludah). Saliva ini berfungsi sebagai buffer (penyangga)

di dalam rumen sehingga pH rumen tidak mudah naik maupun turun pada saat

sapi diberi konsentrat. Pemberian konsentrat dengan kandungan karbohidrat

tinggi akan mudah terfermentasi sehingga menghasilkan asam lemak dengan

mudah (volatile fatty acid, VFA) yang berpotensi menurunkan pH rumen.

Sementara pemberian konsentrat yang banyak mengandung protein

terdegradasi (rumen degradable protein, RDP) akan menghasilkan NH3 yang

berpotensi meningkatkan pH rumen. Kondisi peningkatan atau penurunan pH

rumen secara ekstrim akan berbahaya bagi kesehatan ternak, bahkan dapat

berakibat fatal, yaitu terjadinya kematian pada ternak.

D. Penggembalaan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil

bahwa penggembalan yang dilakukan dari tingkah laku ternak yang selalu

berkumpul, dan mengikuti salah satu pemimpinnya, dan jika memakan

rumput, maka sapi akan mengambil terlebih dahulu bagian tengah rumput

agar bisa terlipat dua sehingga sapi bisa memakannya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Lesmana (2013) yang menyatakan bahwa ketersediaan pakan yang

Page 27: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

terbatas akan cenderung meningkatkan perilaku sapi yang menyentuhkan

bagian mulutnya ke benda seperti tempat air, memainkan lidahnya, atau

menggertakkan giginya. Terjadi respon pertahanan atau ingin melarikan diri

dengan intensif yang ditandai dengan menendang atau menyapukan ekor pada

tiang penyangga secara terus menerus apabila ada hal yang mengancam atau

mengganggu. Pedet yang mengisap benda lain yang ada disekitarnya ketika

tidak tersedia induk untuk menyusu. Ternak yang tidak dibiarkan keluar dari

kandangnya  untuk jangka waktu yang lama akan jauh lebih antusias saat

digembalakan untuk pertama kali dibandingkan dengan yang digembalakan

setiap hari.

Menurut Lesmana (2013) bahwa banyak perilaku yang ditunjukkan

dengan keras sebagai sebuah respons menuju stimulus fisik dan fisiologis,

tapi pada kenyataannya pengaruh psikologis sekuat fisiologis atau fisik.

Sebagai contoh, sapi alaminya digembalakan, dan konsekuensinya memakan

lebih dari apa yang seharusnya mereka konsumsi.

Page 28: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan, yaitu :

Keadaan khusus untuk ternak potong yang ada di kandang dalam kondisi

yang sehat. Kandang dari ternak potong ditempati oleh ternak dalam

keadaan berkelompok. Jenis kandang yang ditempati yaitu jenis kandang

bebas karena ternak bebas masuk ke dalam kandang yang disukai.

Pencampuran pakan yang dilakukan bertujuan untuk memberikan energi

yang cukup bagi ternak selama 24 jam.

Pemberian pakan dan minum dilakukan setiap hari setelah proses sanitasi

atau pembersihan kandang. Pemberian pakan pada pagi hari diberikan

konsentrat yaitu pukul 06.30 WITA. Pemberian konsentrat tersebut

bertujuan untuk meningkatkan pH rumen dan sebagai penambah energi.

Sedangkan pada sore hari diberikan hijauan sebagai pakan utama yaitu

pukul 16.00 WITA.

Page 29: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

Pengembalaan dilakukan pada siang hari yaitu pukul 10.00 WITA dengan

membawa ternak ke padang pengembalaan untuk dilepas secara bebas

sehingga ternak bisa mengkonsumsi rumput secara bebas tergantung pada

ketersediaan rumput di lapangan.  

Jumlah ternak sapi potong yang dipelihara adalah sebanyak 39 ekor.

Jantan 14 ekor, betina 25 ekor dengan rincian pejantan 2 ekor, jantan muda

6 ekor, induk 10 ekor, dara 11 ekor, pedet 10 ekor (4 betina dan 6 jantan).

Saran

Saran untuk Laboratorium, yaitu sebaiknya kandang pemeliharaan

dibuat lebih nyaman agar ternak merasa nyaman di dalam kandang,

sedangkan untuk asisten agar dapat memberikan penjelasan lebih rinci kepada

praktikan tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses pemeliharaan dan

pengembalaan. Adapun untuk praktikan sendiri sekiranya menjalani

praktikum sesuai dengan prosedur yang telah disepakati, misalnya

menggunakan baju praktikum dan disiplin waktu agar paraktikum berjalan

sesuai waktu yang ditentukan.

Page 30: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Sistem Pemberian Pakan Ternak Sapi Potong. info-peternakan.blogspot.com/2012/11/sistem-pemberian-pakan-ternak-sapi.html.

Anonim. 2013. Penggembalaan Hewan. http://id.wikipedia.org/wiki/ Penggembalaan_hewan.

Damarapeka. 2011. Pertumbuhan Ternak Potong.http://damarapeka.wordpress. com/2011/07/14/pertumbuhan-ternak-potong-2/.

Gunawan, D. E. Wahyono, dan P. W. Prihandini. 2003. Strategi Penyusunan Pakan Murah Sapi Potong Mendukung Agribisnis. Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi.

Lesmana, Andry. 2013. Makalah Tingkah Laku Sapi (Animal Behavior). http://andrylesmana273.blogspot.com/2013/11/makalah-tingkah-laku-sapi-animal_6168.html.

Maslikha, Lilyk. 2013. Pemanfaatan Jenis Tanah Kelas Vi Untuk Penggembalaan Ternak Sapi Potong. http://smally23.blogspot.com/ 2013/10/makalah -padang-penggembalaan.html.

Peter. 2012. Perkandangan Sapi Potong. http://harunrexo.blogspot.Com/2012/ 12/perkandangan-sapi-potong.html.

Saparinto. 2009. Sistem Perkandangan dan Tipe Kandang. Agro Media. Bogor.

Page 31: LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN

Syarif, Ilham. 2012. Laporan Praktikum Sapi Potong Produksi Ternak Potong Dan Kerja.http://nasasulsel.blogspot.com/2012/12/laporan-praktikum -sapi-potong.html.

Wello. 2011. Teknik pemeliharaan Sapi potong. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Zakariah, M. Askari. 2012. Sistem Produksi Ternak Potong Di Kolaka-Sulawesi Tenggara. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.