laporan praktikum iv stereom
TRANSCRIPT
STEREOM (SKLERENKIM DAN KOLENKIM)
LAPORAN
PRAKTIKUM ANATOMI TUMBUHAN
Oleh :
Lukita Octavia 208 203 935
Nacevi Maulana 208 203 946
Hanifah Nugraha 208 203 915
Nurkomalasari 208 203 953
Istiqomah 208 203 926
Ira Qurratulaini H 208 203 921
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI/IV/B
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2010
Nama
1. Lukita Octavia L 208 203 935
2. Nacevi Maulana 208 203 946
3. Hanifah Nugraha 208 203 915
4. Istiqomah 208 203 926
5. Ira Qurratulaini H 208 208 921
6. Nurkomalasari 208 203 953
Tgl praktikum : 5 April 2010
JUDUL : Stereom (Kolenkim & Sklerenkim)
TUJUAN:
1. Mengidentifikasi jaringan kolenkim (kolenkim angular, lamelar, anular atau
lakukar) dan sel-sel pembangunnya pada berbagai jenis tumbuhan.
2. Mengidentifikasi jaringan sklerenkim (serabut dan sklereid) dan sel-sel
pembangunnya pada berbagai jenis tumbuhan
DASAR TEORI
Pada banyak tumbuhan, penguat pada tingkat-tingkat awal pertumbuhannya
diberikan oleh suatu jaringan yang lunak tetapi kuat yang dikenal sebagai kolenkima.
Jaringan penguat pada tumbuhan, yaitu kolenkima dan sklerenkima, dari sudut
pandang fisiologis secara kolektif disebut stereom. Pada organ tumbuhan, kolenkima
dan sklerenkima mungkin dapat ditemukan keduanya, misalnya pada daerah korteks
batang Vernonia. Jaringan penguat tertentu terpusat di daerah rusuk sedangkan
jaringan penguat lainnya berada di daerah lainnya (Susetjoadi Setjo, 2004).
Kolenkim, seperti halnya sklerenkim, merupakan jaringan mekanik yang
bertugas menyokong tumbuhan. Bagian tumbuhan yang tumbuh dengan lambat
mengalami pertumbuhan sedikit saja sehingga dukungan oleh turgor dalam sel
parenkim sudah cukup. Kolenkim terbentuk oleh sejumlah sel memanjang yang
menyerupai sel prokambium dan berkembang dalam stadium awal promeristem. Sel
kolenkim adalah sel hidup, bentuknya sedikit memanjang dan pada umumnya
memiliki dinding yang tak teratur penebalannya. Dinding sekunder pada kolenkim
tidak ada, dinding primernya lunak, lentur dan tidak berlignin (Estiti B. Hidayat,
1995).
Kolenkima berfungsi sebagai jaringan penunjang pada organ muda yang
sedang tumbuh, dan pada tumbuhan herba tetap ada meskipun organnya sudah tua.
Kolenkima yang terdapat pada organ yang sedang tumbuh menyebabkan sifat plastis
dan lentur terhadap organ tersebut. Kolenkima yang sudah dewasa kurang bersifat
plastis, lebih keras dan lebih rapuh dibandungan dengan kolenkima yang masih
muda. Antara kolenkima dan parenkima ada hubungan fisiologis dan morfologis dan
pada tempat kedua jaringan tersebut letaknya berdampingan, bentuk transisi dapat
ditemukan diantara kolenkima dan parenkima tipikal (Susetjoadi Setjo, 2004).
Sel kolenkim tetap memiliki protoplas aktif yang mampu melenyapkan
penebalan dinding bila sel dirangsang untuk membelah seperti pada waktu sel
tersebut membentuk kambium gabus atau menanggapi luka. Dinding sel sklerenkim
lebih bertahan dan tak dapat seera dilenyapkan, meskipun protoplas masih ada.
Kebanyakan sel sklerenkim kehilangan protoplasnya setelah dewasa (Estiti B.
Hidayat, 1995).
Seperti halnya parenkima, kolenkima mungkin mengandung kloroplas. Pada
sel-sel kolenkima tertentu mungkin kandungan kloroplasnya banyak seperti halnya
pada parenkima, mungkin juga kloroplasnya lebih sedikit atau di dalam kolenkima
yang kebanyakan terdiri atas sel-sel yang sempit dan memanjang, tidak mengandung
kloroplas sama sekali. Sel-sel kolenkima juga mengandung tanin (Sustejoadi Setjo,
2004).
Kolenkim dapat ditemukan pada batang, daun, serta pada bagan bunga dan
buah. Pada akar, kolenkim bisa dibentuk, terutama bila akan didedahkan kepada
cahaya. Biasanya kolenkim terdapat langsung di bawah epidermis. Pada batang,
kolenkim bisa membentu silinder penuh atau tersusun menjadi berkas yang
memanjang sejajar sumbu batang. Pada daun, kolenkim terdapat di kedua sisi tulang
daun utama atau pada satu sisi saja, serta terdapat pula sepanjang tepi daun (Estiti B.
Hidayat, 1995).
Ukuran dan bentuk sel kolenkim beragam. Sel dapat berupa prisma pendek
atau bisa pula panjang seperti serat dengan ujung meruncing, namun antara kedua
bentuk tersebut bentuk peralihan. Menurut penebalan dindingnya, dibedakan menjadi
tiga jenis utama :
1. Kolenkim sudut, dengan penebalannya memanjang pada satu sudut sel. Pada
penampang melintang, penebalan sudur terlihat di tempat pertemuan tiga sel
atau lebih. Contoh : pada Solanum tuberosum.
2. Kolenkim papan, dengan penebalan terutama pada dinding tangensial.
Contohnya pada korteks Sambucus nigra.
3. Kolenkim lakuna, yang mirip kolenkim sudut, namun banyak mengandung
ruang antar sel. Contohnya pada batang Ambrosia.
(Estiti B. Hidayat, 1995)
Sklerenkima adalah jaringan yang tersusun dari sel-sel dengan dinding sel
berpenebalan sekunder, berlignin atau tidak. Jaringan ini mempunyai fungsi utama
sebagai penguat dan kadang-kadang sebagai pelindung. Sel sklerenkima berdinding
tebal dan sering berlignin tersebut diperkirakan melindungi organ tumbuhan untuk
melawan berbagai tegangan, misalnya akibat tarikan, pembelokan, beban dan
tekanan, tanpa kerusakan yang tidak pada tempatnya terhadap sel-sel yang lunak dan
berdinding tipis. Kata sklerenkima berasal dari bahasa yunani yang merupakan
gabungan dua kata, yaitu sclerous (keras) dan echyma (seduhan/infusi), yang
menekankan pada kekerasan dinding sklerenkima. Sel-sel sklerenkima secara
individual disebut sel skelerenkima. Dalam pengertian sel sel mekanik secara
keseluruhan suatu tumbuhan, kolenkima dan skelerenkima digabung dalam konsep
fisiologis stereom. Meskipun demikian, dinding primer yang mengandung banyak air
dan bersifat plastis pada kolenkima membedakannya dari skelerenkima dengan
dinding sekunder yang elastis dan keras (Susetyoadi Setjo, 2004).
Biasanya skelerenkim dibagi menjadi serat dan skelereid. Serat skelerenkim
adalah sel panjang, sedangkan sklereid adalah sel pendek. Namun, pembagian ini
kadang-kadang kurang tepat karena ada serat syang pendek dan skelereid yang
panjang. Sklereid dibentuk dari sel parenkim yang dindingnya menjadi tebal,
sedangkan sel serat sklerenkim berkembang dari sel mersitematik, jadi telah
ditentukan sejak asalnya. Namun, ada pula pengecualian terhadap ketemtuan itu
(Estiti B Hidayat, 2004).
Sklereid. Sklereid terdapat di berbagai tempat di berbagai tempat dalam
tubuh tumbuhan. Sering sklereid berhimpun menjadi kelompok sel keras diantara sel
parenkim sekelilingnya. Tempurung kelapa, misalnya, hampir seluruhnya terdiri dari
skelereid. Sering pula skelereid terdapat sebagai idioblas, yakni sel yang segera dapat
dibedakan dari sel sekelilingnya karena berbeda ukuran, bentuk dan tebal
dindingnya. Sklereid dapat dibedakan menjadi 4 macam, (1) Brakisklereid atau sel
batu yang bentuknya hampir isodiametrik, misalnya floem kulit kayu pohon; (1)
Makrosklereid yang berbentuk batang sering ditemukan dalam kulit biji, misalnya
pada Leguminosae; (3) Osteosklereid yang berbentuk tulang dengan ujung-ujung
yang membesar kadang-kadang sedikit bercabang; (4) Asterosklereid yang
bercabang-cabang dan berbentuk batang sering terdapat pada daun (Estiti B. Hidayat,
1995).
Serat terdapat di berbagai tempat dalam tubuh tumbuhan. Serat dapat
ditemukan sendiri-sendiri sebagai idioblas, misalny dalam anak daun Cycas (pakis
haji). Namun serat lebih sering ditemukan sebagai berkas, jalinan atau silinder
berongga. Serat paling sering ditemukan di antara jaringan pembuluh, namun di
sejumlah besar tumbuhan juga terdapat dalam jaringan dasar. Menurut tempatnya
dalam tubuh, dibedakan serat xilem dan serat ekstra xilem (luar-xilem) (Estiti B.
Hidayat, 1995).
Serat xilem merupakan bagian jaringan pembuluh dan berkembang dari
prokambium, yakni jaringan yang menghasilkan jaringan pembuluh. Dua macam
serat xilem yang dibedakan berdasarkan tebal dinding serta jumlah noktah adalah
serat libriform dan serang trakeid. Serat libriform mempunyai serat floem dan
biasanya lebih panjang dari pada trakeid tumbuhan. Dindingnya amat tebal dan
jumlah noktahnya sedikit. Serat trakeid adalah serat yang merupakan bentuk
peralihan antara trakeid dan serat libriform. Noktah serat trakeid tergolong serat
terlindung, namun ruang noktah lebih kecil dibandingkan dengan yang ada pada
trakeid. Beberapa macam bentuk noktah terdapat pada serat trakeid. Perkembangan
sklereid bercabang serta sel serat yang panajng menimbulkan penyesuaian di antara
sel serta mengindikasikan kebebasan dari pengaruhsel di sekelilingnya. Mula-mula
bakal sel sklereid bercabang tidak berbeda dari sel parenkim di sekitarnya. Namun
selanjutnya cabang sel sklereid tumbuh memasuki ruang antar sel dihadapannya
bahkan menyelinap di antara sel lain. Dalam perkembangannya, serat juga
mengalami pertumbuhan secara terkoordinasi dahulu selambersama dengan sel
sekelilingnya. Kemudian, kedua ujung bakal serat akan memanjang dengan
pertumbuhan intrusiti. Pada rami, pertumbuhan intrusiti di ujung atas sel berlangsung
lebih lama dibandingkan dengan pertumbuhan di ujung bawah. Denga pertumbuhan
yang berlangsung lama itu serat dapat tumbuh menjadi amat panjang. Serat floem di
kulit kayu pada dikotil merupakan serat yang diperdagangkan. Serat tersebut
digolongkan ke dalam serat lunak karena meskipun berlignin atau tidak berlignin,
senantiasa lunak dan lemas atau lentur. Beberapa contoh serat kulit kayu yang
terkenal serta banyak kegunaannya adalah jute (Corchorus capsularis) yang dipakai
sebagai tali temali dan tekstil kasar, linen (Linum usitatissiumum) menghasilkan kain
linen dan benang, dan rami(Boehmeria nivea) yang menghasilkan tali dan tekstil.
Serat pada daun monokotil tergolong serat kasar, dindingnya berlignin dan bersifat
keras dan kaku. Contoh sumber serat serta kegunaannya adalah serat ananas
(Annanas comosus) yang dipakai untuk menghasilkan tekstil, dan sisal(Agave
sisalana) yang menghasilkan tali. Selain itu, serat daun yang dipakai sebagai bahan
baku kertas adalah daun jagung (Zea mays) dan tebu (Saccharu officinarum) (Estiti B
Hidayat. 1994).
METODE PENELITIAN
ALAT KERJA DAN BAHAN
ALAT BAHAN
Mikroskop Petiolus carica papaya
Objek glass Batang Ageratum conizoides
Cover glass Batang / petriolus sambucus
Silet tajam Endocarp cocos nucifera
Tissue Batang / petioles camellia sp
Reagen
PROSEDUR KERJA
1. Kolenkim dan sel-sel pembangunnya pada petiolus carica papaya, batang
ageratum conizoides, dan batang atau petiolus sambacus.
Buat Sayatan Melintang Pada Bahan Menggunakan Pisau/Silet
Letakan Hasil Sayatan Pada Object Glass
masing-masing 1 jenis tumbuhan
Tetesi Dengan Aquadest Secukupnya
Tutup Dengan Cover Glass
Amati Dengan Mikroskop Cahaya
Hasil Pengamatan
Gambar dan beri keterangan
Lakukan determinasi terhadap jenis kolenkim yang diamati
2. Sklereid dan sel-sel pembangunnya pada endocarp cocos nucifera, batang
petiolus cammelia sp, dan batang ageratum conyzoides.
Buat Sayatan Melintang Pada Bahan Menggunakan Pisau/Silet
Letakan Hasil Sayatan Pada Object Glass
masing-masing 1 jenis tumbuhan
Tetesi Dengan Aquadest Secukupnya
Tutup Dengan Cover Glass
Amati Dengan Mikroskop Cahaya
Hasil Pengamatan
Gambar dan beri keterangan
HASIL PENGAMATAN
1. Ageratum conyzoides
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzoides L.
Habitus : Herba, 1 tahun, tinggi 10-120 cm.
Batang : Tegak atau terbaring.
Daun : Tegak atau terbaring. Tunggal, bulat telur, ujung
runcing, pangkal tumpul,tepi beringgit, panjang 3-4
cm, lebar 1-2,5 cm,
Pertulangan : menyirip, tangkai pendek, berwarna hijau.
Bunga : Majemuk, di ketiak daun, bongkol menyatu
menjadi karangan, bentuk malai rata, panjang 6-8 mm,
tangkai berambut,kelopak berbulu, hijau, mahkota bentuk
lonceng, putih atau ungu.
Buah : Padi, bulat panjang, bersegi lima, gundul atau
berambut jarang, hitam.
Biji : Kecil, hitam.
Akar : Tunggang, putih kotor.
Kandungan kimia Daun dan bunga Ageratum conyzoides
mengandung saponin, flavonoida dan polifenol, di samping itu
daunnya juga mengandung minyak atsiri.
2. Cocos nucifera
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta(Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae (suku pinang-
pinangan)
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera
Pohon dengan batang tunggal atau kadang-kadang bercabang. Akar serabut,
tebal dan berkayu, berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahar berpasir
pantai. Batang beruas-ruas namun bila sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe
monokotil dengan pembuluh menyebar (tidak konsentrik), berkayu. Kayunya kurang
baik digunakan untuk bangunan. Daun tersusun secara majemuk, menyirip sejajar
tunggal, pelepah pada ibu tangkai daun pendek, duduk pada batang, warna daun,
hijau kekuningan. Bunga tersusun majemuk pada rangkaian yang dilindungi oleh
bractea; terdapat bunga jantan dan betina, berumah satu, bunga betina terletak di
pangkal karangan, sedangkan bunga jantan di bagian yang jauh dari pangkal. Buah
besar, diameter 10 cm sampai 20 cm atau bahkan lebih, berwarna kuning, hijau, atau
coklat; buah tersusun dari mesokarp berupa serat yang berlignin, disebut sabut,
melindungi bagian endokarp yang keras (disebut batok) dan kedap air; endokarp
melindungi biji yang hanya dilindungi oleh membran yang melekat pada sisi dalam
endokarp. Endospermium berupa cairan yang mengandung banyak enzim, dan fase
padatannya mengendap pada dinding endokarp ketika buah menua; embrio kecil dan
baru membesar ketika buah siap untuk berkecambah (disebut kentos). Kelapa secara
alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Ia berasal dari
pesisir Samudera Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika.
Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1000 m dari permukaan laut, namun
akan mengalami pelambatan pertumbuhan.
3. Carica papaya
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan Plantae
(tidak
termasuk)Eudicots
(tidak
termasuk)Rosids
Ordo Brassicales
Famili Caricaceae
Genus Carica
Spesies C. papaya
Nama binomial Carica papaya
Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, sehingga
tumbuh setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada
batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima, dengan tangkai yang panjang dan
berlubang di bagian tengah. Bentuknya dapat bercangap ataupun tidak. Pepaya
kultivar biasanya bercangap dalam.
Pepaya adalah monodioecious' (berumah tunggal sekaligus berumah dua)
dengan tiga kelamin: tumbuhan jantan, betina, dan banci (hermafrodit). Tumbuhan
jantan dikenal sebagai "pepaya gantung", yang walaupun jantan kadang-kadang
dapat menghasilkan buah pula secara "partenogenesis". Buah ini mandul (tidak
menghasilkan biji subur), dan dijadikan bahan obat tradisional. Bunga pepaya
memiliki mahkota bunga berwarna kuning pucat dengan tangkai atau duduk pada
batang. Bunga jantan pada tumbuhan jantan tumbuh pada tangkai panjang. Bunga
biasanya ditemukan pada daerah sekitar pucuk.
Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya meruncing.
Warna buah ketika muda, hijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga kuning.
Bentuk buah membulat bila berasal dari tanaman betina dan memanjang (oval) bila
dihasilkan tanaman banci. Tanaman banci lebih disukai dalam budidaya karena dapat
menghasilkan buah lebih banyak dan buahnya lebih besar. Daging buah berasal dari
karpela yang menebal, berwarna kuning hingga merah, tergantung varietasnya.
Bagian tengah buah berongga. Biji-biji berwarna hitam atau kehitaman dan
terbungkus semacam lapisan berlendir (pulp) untuk mencegahnya dari kekeringan.
Dalam budidaya, biji-biji untuk ditanam kembali diambil dari bagian tengah buah.
Kelamin jantan pepaya ditentukan oleh suatu kromosom Y-primitif, yang
10% dari keseluruhan panjangnya tidak mengalami rekombinasi. Suatu penanda
genetik RAPD juga telah ditemukan untuk membedakan pepaya berkelamin betina
dari pepaya jantan atau banci.
4. Akar Anggrek
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan Plantae
Divisi Magnoliophyta
Kelas Liliopsida
Ordo Asparagales
Famili Orchidaceae
Anggrek berdasarkan tempat hidupnya bisa digolongkan
kedalam tiga jenis, yang pertama adalah anggrek epifit atau
anggrek yang pada habitat aslinya hidup menempel di tanaman
lain. anggrek bukanlah tanaman parasit yang menghisap sari
makanan inangnya, tetapi hanya ikut menempel saja dan
mendapatkan keuntungan dengan hidup di tempat yang tinggi
untuk memperoleh cahaya, udara dan nutrisi yang lebih baik
dibandingkan hidup di tanah. akar anggrek epifit pada umumnya
bersimbiosis dengan jenis mikoriza tertentu. Mikoriza ini biasanya
adalah sejenis jamur yang mengambil nutrisi dari humus yang akan
dipergunakan oleh anggrek, sedangkan jamur tersebut
mendapatkan keuntungan hasil assimilasi berupa gula. Yang kedua
adalah anggrek tanah atau terestrik, jenis anggrek ini seperti
halnya tanaman lain mampu hidup ditanah tetapi akan lebih baik
apabila medianya adalah tanah yang berporous atau berongga
dibandingkan tanah pada umumnya, seperti diketahui bahwa
anggrek kurang menyukai air yang menggenang karena akan
sangat rentan terhadap kebusukan akar dan mudahnya tumbuh
jamur. Yang ketiga adalah anggrek saprofit yaitu anggrek yang
hidupnya mampu menyesuaikan diri dengan humus atau bahan
organik lainnya. Anggrek jenis ini seperti halnya anggrek epifit
bersimbiosis dengan mikoriza, tetapi akarnya tidak sekuat anggrek
epifit dan hanya menempel pada humus saja. Anggrek ini tidak
memiliki daun sama sekali dan bunganya semuanya berwarna
putih, karena tidak melakukan fotosintesa sedangkan nutrisi
didapatkannya karena kemampuan anggrek tersebut untuk
mengambil CO2 dari udara secara langsung sedangkan serapan
nutrisi dari akar sangat minim.
Akar anggrek umumnya lebih besar dibandingkan akar
tanaman yang seukuran dengannya. Akar ini lunak, bersifat spongy
karena memiliki lapisan velamen, dindingnya licin tetapi pada
ujung akar biasanya sedikit lengket. Ujung akar juga bisanya
berkedudukan lebih padat dan berwarna hijau cerah atau hijau
gelap bergantung kepada bunganya. Biasanya bunga yang gelap
akarnya juga sedikit gelap dan yang terang akarnya juga sedikit
terang. Ujung akar akan mencari tempat yang lebih lembab atau
berair, ketika menyentuh media akan cepat menempel. Akar yang
mati atau sudah tua berwarna coklat dan ketika dipegang mudah
terbawa, kecuali bagian dalam akar sedikit liat. Anggrek juga
memiliki akar aerial atau akar yang keluar dari batang dan tidak
berada di media, umumnya besar dan biasanya bercabang.
Anggrek 10 x 10
PEMBAHASAN
1. SEL SILIKA DAN SEL GABUS
Pada Gramineae, terdapat di antara sel-sel epidermis. Yang memanjang yang
disebut sel panjang terdapat juga yang dinamakan sel pendek. Sel pendek ini terdiri
atas 2 tipe sel, yaitu : sel silika dan sel gabus. Kedua macam sel ini sering dibentuk
dalam pasangan di sepanjang daun.
Sel silika : mengandung badan-badan silika (SiO2) yang berbentuk bulatan, elips,
halter/pelana. Dijumpai juga pada tanaman Cyperaceae, Equisetinae dan Ficus dan
beberapa monokotil lainnya. Kandungan silikon dalam sel muda rendah,
akumulasinya tinggi pada sel yang mengalami proses menua. Sel gabus : dinding
selnya disisipi suberin (gabus). Fungsi sel gabus dan sel silika : memperkuat batang,
kulit batang menjadi keras.
Sel gabus (Manihot utilissima) yang dipotong melintang tampak berbentuk
heksagonal, sel yang satu dengan sel yang lainnya tersusun rapi dan rapat, di dalam
dinding sel terlihat kosong. Hal ini menyatakan bahwa sel gabus adalah sel mati.
Untuk mengamati sel gabus ini praktikan harus mengiris gabus secara melintang dan
tipis sehingga preparat dapat ditembus cahaya dan terlihat jelas melalui mikroskop
elektron dengan perbesaran 40 x. Warna dari sel gabus sendiri agak coklat muda.
Sel Gabus Sel Silika
2. Perbedaan Stomata pada tumbuhan Monokotil & Dikotil
Daun tumbuhan tersusun atas epidermis yang berkutikula dan terdapat stomata
atau trikoma. Sistem jaringan dasar pada daun monokotil dan dikotil dapat
dibedakan. Pada tumbuhan dikotil sistem jaringan dasar (mesofil) dapat dibedakan
atas jaringan pagar dan bunga karang, tidak demikian halnya pada monokotil
khususnya famili Graminae. Sistem berkas pembuluh terdiri atas xilem dan floem
yang terdapat pada tulang daun.
Daun, berfungsi sebagai tempat fotosintesis; tempat evaporasi (penguapan air);
gutasi (penetesan air); tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida (pada
stomata). Daun tersusun atas epidermis atas – mesofil (terdiri atas jaringan
palisade/jaringan tiang dan jaringan bunga karang/jaringan spons) – jaringan
pengangkut – epidermis bawah. Pertulangan daun dikotil menjari atau menyirip,
sedangkan pada daun monokotil melengkung atau sejajar.
korteks pada tumbuhan dikotil terdapat diantara berkas pembuluh dan epidermis,
sedangkan pada monokotil batas tersebut tidak jelas. Pada tumbuhan dikotil terdapat
juga jaringan dasar lain selain korteks yaitu empulur yang mengisi bagian tengah
batang. Penumpukan pati pada umumnya terdapat pada empulur ini. Pada epidermis
atas dan bawah daun dijumpai pori-pori kecil yang disebut dengan stomata (tunggal :
stoma). Pada tumbuhan darat jumlah stomata pada epidermis bawah daun lebih
banyak dari epidermis atas daun, yang merupakan adaptasi tumbuhan untuk
meminimalisasi hilangnya air dari daun. Celah stomata terbentuk apabila sepasang
sel penjaga stoma mengkerut. Sel penjaga ini mengatur ukuran stomata, berperan
penting dalam pertukaran gas (CO2 dan O2) yang terdapat di dalam daun
dengan lingkungan luar, selain itu juga berperan dalam pengaturan hilangnya air dari
tumbuhan. jaringan dasar pada daun disebut dengan mesofil. Pada daun tumbuhan
dikotil, mesofilnya terdiferensiasi menjadi jaringan pagar dan bunga karang. Yang
umumnya terdiri dari Proses fotosintesis terjadi dalam mesofil. Jaringan pagar dapat
mengandung lebih dari 80 % kloroplas daun, sedangkan jaringan bunga karang
karena sel-selnya tersusun longgar dengan ruang interselular yang banyak, jaringan
ini merupakan tempat pertukaran gas.
3. Bagian-Bagian dari Sklereid
Sklereid disebut juga sel batu yang terdiri atas sel - sel pendek, sedangkan
serabut sel – selnya. panjangsklereid berasal dari sel-sel parenkim, sedangkan serabut
berasal dari sel - sel meristem. Sklereid terdapat di berbagai bagian tubuh. Sel –
selnya membentuk jaringan yang keras, misalnya pada tempurung kelapa, kulit biji
dan mesofil daun. Serabut berbentuk pita dengan anyaman menurut pola yang khas.
Serabut sklerenkim banyak menyusun jaringan pengangkut.
Bentuk sel sklereid isodiameter (agak membulat), mempunyai dinding
sekunder yang tebal dan sangat keras. Kulit kacang menjadi keras karena adanya
sklereid, selain itu sklereid juga dijumpai tersebar dalam jaringan parenkim daging
buah misalnya pada buah pir. Berbeda dengan sklereid sel serat berbentuk panjang
dan ramping dengan ujung meruncing, biasanya terdapat dalam berkas
(kumpulan). Beberapa spesies tumbuhan mempunyai serat bernilai ekonomi tinggi,
misalnya serat manila yang digunakan sebagai bahan dasar tali.
Berdasarkan bentuknya sklereid dibagi menjadi brakisklereid, trikosklereid,
akrosklereid, osteosklereid dan asterosklereid. Brakisklereid adalah sklereid
yang berbentuk seperti insang ikan yang dapat dijumpai pada floem kulit kayu serta
daging buah tertentu, seperti buah pir. Trikosklereid adalah sklereid berbentuk
memanjang seperti benang dengan satu percabangan yang teratur, contohnya pada
daun atau batang teratai (tumb. Hidrofil). Akrosklereid adalah sklereid berbentuk
tongkat atau tubular dapat dijumpai pada kulit biji kacang-kacangan. Osteosklereid
adalah sklereid berbentuk tulang dengan ujung membesar dan kadang-kadang
bercabang, seperti pada kulit biji tumbuhan Dycotiledoniaea. Asterosklereid adalah
sklereid berbentuk cabang-cabang seperti bintang yang terdapat pada daun.
Serat dan Sklereid Sklereid Berbentuk Bulat
KESIMPULAN
Stereom adalah jaringan penguat pada tumbuhan, terdiri dari kolenkim dan
sklerenkim. Kolenkim merupakan sel hidup dan mempunyai sifat yang sama dengan
parenkim, kolenkim bertugas menyokong tumbuhan. Bagian tumbuhan yang tumbuh
dengan lambatmengalami pertumbuhan sedikit saja sehingga dukungan oleh turgor
dalam sel parenkim sudah cukup. Kolenkim terdiri atassel-sel yang berupa dengan
parenkimtapi dengan penebalan pada dinding sel primer. Umumnya terletak pada
bagian peripheral batang dan beberapa bagian daun. Dinding sel yang plastis dan
fleksibel pada kolenkim memberi dukungan yang cukup untuk sel-sel tetangganya.
Menurut penebalan dindingnya, dibedakan tiga jenis utama :
1. Kolenkim sudut
Dengan penebalan memanjang pada sudut sel. Pada penampang melintang.
Penebalan sudut terlihat di tempat pertemuan tiga sel atau lebih. Contoh : pada
batang solanum Tuberosum dan pada salvia
2. Kolenkim papan
Dengan penebalan terutama pada dinding tangensial. Contoh : pada korteks
batang sambucus nigra
3. Kolenkim lacuna
Yang mirip kolenkim sudut, namun banyak mengandung ruang antar sel.
Penebalan dinding terjadi di sekitar ruang antar sel itu. Contoh : pada batang
ambrosia.
Sklerenkim merupakan jaringan penyokong tumbuhan, yang sel-selnya
mengalami penebalan sekunder dengan lignin dan menunjukan sifat elastic.
Sklerenkim tersusun atas dua kelompok sel, yaitu sklereid dan serabut. Sklereid
disebut juga sel batu yang terdiri atas sel-sel pendek, sedangkan serabut sel-
selnya panjang.
Macam-macam sel sklerenkim
1. Sklereid
Sklereid terdapat di berbagai tempat dalam tubuh tumbuhan. Sering
sklereid berhimpun menjadi kelompok sel keras di antara sel parenkim
sekelilingnya. Tempurung kelapa misalnya, hamper seluruhnya terdiri dari
sklereid. Sering pula sklereid terdapat sebagai idioblas, yakni sel yang
segera dapat dibedakan dari sel sekelilingnya karena berbeda ukuran,
bentuk dan tebal dindingnya.
Sklereid dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
a. Brakisklereid
b. Makrosklereid
c. Osteosklereid
d. Asterosklereid
2. Serat
Serat terdapat di berbagai tempat di dalam tubuh tumbuhan. Serat
dapat ditemukan sendiri-sendiri sebagai idiolas. Misalnya dalam anak daun
Cycas (pakis haji). Namun, sering lebih ditemukan sebagai berkas, jalinan,
atau berupa silinder berongga. Serat paling sering ditemukan di antara
jaringan pembuluh. Namun di sejumlah besar tumbuhan juga terdapat
dalam jaringan dasar. Menurut tempatnya dalam tubuh, dibedakan serat
xylem dan serat ekstra xylem (luar xylem).
Serat xylem merupakan bagian jaringan pembuluh dan berkembang dari
prokambium, yakni jaringan yang menghasilkan jaringan pembuluh. Dua
macam serat xylem yang dibedakan berdasarkan tebal dinding serta jumlah
noktah adalah serat libriform dan serat trakeid.
Pertanyaan
1. Dimana jaringan kolenkim dari setiap organ tumbuhan tersebut diatas
berada? Apakah sel-selnya masih hidup? Bagaimana ciri-cirinya?
2. Bagaiman bentuk dan ukuran sel kolenkim pada setiap bagian tumbuhan
diatas dibandingkan sel epidermis dan sel praenkim disekitarnya?
3. Kolenkim apakah (angular, lamelar, lakunar) yang dimilki oleh masing-
masing tumbuhan tersebut diatas? Bagaimana ciri sel kolenkim tersebut
(bagaimana penebalan dinding selnya dan apakh ada ruang antar selnya)?
4. Dari setiap objek yang diamati pada kegiatan 2, apakah anda menemukan
serabut dan sklereidnya? Bagaimana ciri yang dapat anda temukan (bnetuk
sel, lumen, penebalan dinding, dan saluran noktahnya)?
5. Pada jaringan apa anda menemukan serabut dan sklereid? Apakah serabut
dan sklereid yang anda temukan berupa sel tunggal atau berad adalam
kelompok-kelompok (bergerombol)?
6. Apakah serabut dan sklereid yang anda temukan beruap sel hidup atau sel
mati? Jelaskan ciri-ciri yang dapat anda temukan untuk menyatakan bahwa
sel tersebut hidup atau mati!
7. Apakah serabut yang anda temukan berupa serabut xilar atau extra xilar?
Coba jelaskan perbedaannya!
8. Pada tumbuhan apa saja sklereid dapat anda temukan? Bagaimana betuknya
dan apakah nama sklereid itu?
Jawaban
1. Di tangkai / di batang. Ya, jaringan kolenkim mengalami penebalan
2. Untuk ukuran kolenkim mengalami pembelahan, sehingga terjadi
pembelahan. Sehingga membuat bentuk kolenkim berubah-ubah sedangkan
epidermis dalam parenkim tidak.
3. Tangkai daun pepaya ; kolenkim sudut (angular) terdapat ruang antar sel dan
terjadi penebalan sudut (agular).
4. Dari pegamatan yang telah dilakukan dari tempurung kelapa ditemukan sel
batu (sklereid) dimana terdapat sel-sel yang mengalami penebalan sekunder.
5. Sklereid ditemukan pada jaringan dasar, sklereid yang ditemukan berupa sel
tunggal
6. Organ dewasa pad umumnya sel mati, namun adapun sel hidup apabila organ
yang ditempatnya masih hidup.
7. Xilar terbenuk dari xilem, dan axtra xilar terbentuk dari jaringan dasar dan
floem.
8. Pada tempurung kelapa bentuknya makrosklereid. Sklereid dapat ditemukan
pada cocosnucifera (kelapa) dimana berupa sel tunggal / membulat.
Daftar Pustaka
Estiti B. Hidayat. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : Penerbit ITB.
http://preparatpecah.tripod.com/index_files/page596.htm
Susetjo Setjo. 2004.
Sutrian, yayan. 2004. Pengantar anatomi tumbuh-tumbuhan tentang sel dan
jaringan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
TABEL PEMBAGIAN TUGAS
No Nama Pembagian
1 Nacevi Maulana Dasar Teori, Metode
Praktikum
2 Lukita Octavia Pembahasan, Hasil
Pengamatan
3 Hanifah Nugraha Kesimpulan,
Pertanyaan dan
Jawaban
4 Ira Qurratulaini H Pembahasan, Hasil
Pengamatan
5 Istiqomah Hasil Pengamatan,
Pembahasan
6 Nurkomalasari