laporan praktikum - web viewdengan demikian proses pembuatan logam zirkon harus dilakukan dengan...
TRANSCRIPT
LAPORANPRAKTIKUM PROSES KIMIA
PELINDIAN SERBUK NATRIUM ZIRKONAT HASIL
PROSES PASIR ZIRKON DENGAN LARUTAN HCl
Disusun oleh :
Nama : Dewi Ramandhanni K
NIM : 010800214
Kelompok : V
Teman Kerja : Sri Nuryani
Taufik Juliade H
Asisten : Ir. Budi Sulistyo
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIRYOGYAKARTA
2011
PELINDIAN SERBUK NATRIUM ZIRKONAT
HASIL PROSES PASIR ZIRKON
DENGAN LARUTAN HCl
A. TUJUAN
1. Mencari hubungan waktu pelindian terhadap prosentase zirkon yang
terlarut.
2. Mencari hubungan normalitas pelarut terhadap prosentase zirkon yang
terlarut.
3. Menentukan kondisi optimum waktu pelindian terhadap kadar zirkon yang
terlarut dalam larutan HCl.
B. DASAR TEORI
Elemen zirkonium diketemukan pertama kali oleh B.H. Klaproth pada
tahun 1789, pada saat ini penggunaanya dalam bidang industri cukup banyak.
Misalnya industri keramik, industri gelas dan industri logam. Dengan makin
bertambahnya pengetahuan mengenai zirkon , maka penggunaannya juga
bertambah. Pada waktu ini, logam zirkon juga digunakan sebagai bahan
struktur reaktor. Hal ini dimungkinkan oleh beberapa sifatnya seperti
mempunyai daya tahan yang besar terhadap korosi, mempunyai penampang
lintang neutron yang kecil, juga mempunyai titik lebur yang tinggi. Zirkonium
banyak terdapat di alam sehingga banyak digunakan sebagai bahan cladding.
Zirkonium digunakan dalam bentuk paduannya baik sebagai bahan struktur
maupun bahan cladding.
Zirkonium baik sebagai logam murni maupun logam paduan dipakai
sebagai bahan pembuatan kelongsong bahan bakar nuklir, karena mempunyai
sifat-sifat tertentu diantaranya yang sangat berpengaruh di dalam reaktor
nuklir adalah mempunyai penampang lintang yang kecil (0,185 barn) dan tidak
menyerap neutron, tahan terhadap suhu tinggi, tahan terhadap korosi,
mempunyai sifat mekanika yang kuat dan struktrur yang baik, sehingga dapat
mempermudah pelepasan bahan bakar setelah habis dipakai dan mempunyai
sifat penghantar panas yang baik.
Sebagai bahan pembuatan kelongsong bahan bakar nuklir, zirkonium
harus mempunyai kemurnian yang tinggi. Umumnya di alam zirkonium ada
dalam bentuk zirkonium silikat, ZrSiO4, sebagai pasir zirkon atau pasir
monasit yang mempunyai kadar zirkon sekitar 60% dan diproduksi secara
komersial dengan kandungan unsur-unsur lain dalam kadar yang cukup tinggi
disamping hafnium (Hf) yang sukar pemisahannya (karena mempunyai sifat-
sifat fisika kimia yang hampir sama dengan Zr). Persyaratan Zr murni nuklir
yang akan digunakan untuk bahan pembuatan kelongsong tersebut adalah
kandungan Hf harus seminimal mungkin. Dengan demikian proses pembuatan
logam zirkon harus dilakukan dengan sangat teliti agar Hf bisa dipisahkan
secara sempurna, diantara proses tersebut adalah melalui proses pelindihan
dengan air, pelindihan dengan larutan HCl, kristalisasi, dan ekstraksi.
Bahan dasar yang dipakai untuk menghasilkan zirkon adalah mineral
yang umumnya berupa pasir, dengan susunan dan kadar yang bermacam-
macam. Kebanyakan yang diusahakan secara komersial adalah berbentuk
ZrSiO4 atau ZrO2 (Lustmen 1955). Berbagai cara telah digunakan untuk dapat
memisahkan zirkon dari mineralnya. Hal ini cukup sulit, karena mineral zirkon
umumnya sukar bereaksi, karena itu pertama kali ikatan antara zirkon dengan
silikat harus dipecah dahulu, selanjutnya keduanya dipisahkan. Pemisahan
dilakukan dengan pelindihan menggunakan pelarut air untuk mengambil
silikatnya. Pengambilan zirkon dari residunya dilakukan dengan berbagai cara.
Ishino (1951) mengeringkan residu terlebih dahulu, kemudian residu ini
direaksikan dengan HCl atau asam sulfat selanjutnya dilindi dengan air.
Di dalam pengolahan pasir zirkon menjadi zirkon ingot (logam), ada
beberapa tahapan proses, diantaranya adalah :
1. Pengolahan pasir zirkon menjadi kristal ZrOCl2.8H2O.
2. Pemurnian zirkon dengan cara ekstraksi hingga diperoleh senyawa ZrO2.
3. Pembuatan logam zirkon-ingot dari ZrO2.
Pada pengolahan pasir zirkon menjadi kristal ZrOCl2.8H2O dibagi
menjadi beberapa proses, antara lain :
1. Peleburan pasir zirkon dengan NaOH padat pada dapur listrik, pada suhu
650 0C selama 2 jam pada tekanan 1 atmosfir, dengan perbandingan pasir
zirkon : NaOH padat = 1,0 :1,1, sehingga diperoleh leburan berwarna abu-
abu. Selama peleburan terjadi reaksi sebagai berikut :
4NaOH + ZrSiO4 Na2ZrO3 + Na2SiO2 + 2 H2O
2. Proses pelindihan hasil leburan dengan air , proses ini bertujuan untuk
memisahkan hasil leburan yang larut dalam air , sehingga diperoleh
padatan yang tidak larut dalam air, yaitu Na2ZrO3 karena adanya reaksi
kesetimbangan berikut :
Na2ZrO3 + H2O ZrO2 + 2 NaOH
3. Dari hasil pelindihan dengan air kemudian kristalnya dilakukan proses
pelindihan dengan pelarut HCl, sehingga diperoleh larutan ZrOCl2 dan
sisanya ampas yang tidak larut dalam HCl, persamaan reaksinya :
ZrO2 + 2 HCl ZrOCl2 + H2O
Atau
Na2ZrO3 + 4 HCl ZrOCl2 + 2 NaCl + 2 H2O
4. Proses pemekatan dan kristalisasi larutan.
Dalam proses ini, larutan ZrOCl2 yang hanya mempunyai kadar rendah
sekitar 12 g Zr/L, akan diuapkan sampai menjadi pekat sehingga kadarnya
menjadi sekitar 45 g Zr/L. Penguapan dilanjutkan sampai terjadi larutan
lewat jenuh , kemudian dikristalkan sehingga akan diperoleh kristal
ZrOCl2.8H2O yang berwarna putih sampai kekuningan. Setelah itu
dipisahkan dengan cara penyaringan.
Pelindihan (leaching) adalah proses melarutkan zat padat di dalam zat
cair, sehingga sebagian zat padat ada yang larut dan sebagian lagi tidak larut
sebagai inert. Menurut reaksi pelindihan secara umum sebagai berikut :
aA (larutan) + bB (padatan) Hasil (larutan)
Pelindihan serbuk natrium zirkonat hasil proses peleburan pasir zirkon
dapat dilakukan di dalam tangki dari bahan gelas atau beker gelas dengan
pelarut HCl sambil diaduk, warna serbuk Na2ZrO3 adalah putih kecoklatan
sedangkan warna dari cairan hasil pelindihan adalah kekuning-kunigan, sesuai
dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
Na2ZrO3 + 4 HCl ZrOCl2 + 2 NaCl + 2 H2O
Di dalam proses pelindihan ada beberapa faktor yang sangat
berpengaruh, diantaranya :
1. Perbandingan serbuk Na2ZrO3 dengan pelarut HCl.
Perbandingan serbuk Na2ZrO3 : larutan HCl, sangat berpengaruh
terhadap proses pelindihan. Perbandingan yang terlalu besar berarti
jumlah HCl sebagai pelarut sedikit, akibatnya ada sebagian Zr dalam
serbuk belum terlarut semua dalam larutan HCl. Bila perbandingan di
atas terlalu kecil berarti larutan HCl terlalu banyak, dari segi proses
kurang ekonomis, maka dicari perbandingan yang ditinjau dari reaksi
dan proses dapat optimum dan ekonomis.
2. Konsentrasi larutan HCl.
Konsentrasi larutan HCl sangat berpengaruh padap kelarutan zirkonnya,
konsentrasi HCl yang terlalu encer (rendah) akan menyebabkan zirkon
sukar larut dan apabila terlalu tinggi konsentrasinya maka kelarutannya
akan turun, menurut Zaidi dkk, larutan HCl yang diperlukan berkisar
antara 3 -6 N.
3. Waktu pelindihan.
Waktu pelindihan adalah waktu yang diperlukan untuk mencapai jumlah
zirkon dalam serbuk akan larut dalm HCl. Waktu yang baik adalah
apabila jumlah zirkon dalam larutan mencapai optimum, waktu
maksimum apabila larutan sudah tidak ada penambahan zirkon lagi.
4. Kecepatan pengadukan.
Pengadukan sangat berpengaruh dalam proses pelindihan, pengadukan
akan mengakibatkan gerakan butir serbuk natrium zirkonat kontak
dengan lapisan film dari larutan HCl, maka disini akan terjadi
perpindahan massa. Kalau tanpa pengadukan maka akan sukar terjadi
proses pelindihan. Kecepatan pengadukan yang diperlukan oleh proses
pelindihan tergantung pada viskositas/kekentalan dari larutan dan
densitas larutan. Adanya kecepatan pengadukan ini akan menimbulkan
frekuensi yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan reaksi.
Variabel yang mempengaruhi proses pelindihan natrium zirkonat hasil
proses peleburan pasir zirkon dengan HCl sebagaimana telah disebutkan di
atas adalah : Waktu pelindihan, konsentrasi HCl, perbandingan serbuk natrium
zirkonat dengan larutan HCl dan kecepatan pengadukan. Pada percobaan ini
variabel yang dibahas adalah waktu pelindihan yang optimum dan konsentrasi
larutan HCl yang digunakan.
RUMUS YANG DIGUNAKAN
A. Menentukan Zirkon mula-mula dalam Natrium Zirkonat untuk per liter
larutan
Ar Zr = 91,22 g/mol
Ar Na = 22,9898 g/mol
Ar O = 15,9994 g/mol
Mr. Na2ZrO3 = 185,1978 g/mol
Kandungan Zr mula-mula dalam Na2ZrO3 adalah :
Zr mula- mula =
Ar ZrMr . Na2 ZrO3 x % Kandungan Zr x Berat Zr gram
B. Menentukan kandungan Zr (g Zr/L) dalam filtrat berdasarkan analisis
dengan metode titrasi.
1 mL sampel diencerkan menjadi 50 mL , setiap 25 mL membutuhkan
Larutan EDTA 0,01 M sebanyak Y mL
1 ml sampel = X x Y ml x 0,01 mmol/ml x 91,22 mg/mmol
1 l sampel = X x Y x 0,01 x 91,22 gram Zr
Kadar Zr = X x Y x 0,01 x 91,22 g/L Zr
X = Faktor Pengenceran
C. Menentukan prosen Zr terlarut
% Zr terlarut =
Zr terlarutZr mula−mula x 100 %
C. ALAT DAN BAHAN
A. Bahan penelitian
1. Serbuk natrium zirkonat (Na2ZrO3) hasil proses peleburan pasir zirkon
2. Larutan HCl
3. Aquadest
4. Larutan EDTA 0,01 M
5. Indikator Xylene Orange
6. Kertas saring
B. Alat penelitian
1. Neraca Analitik
2. Motor pengaduk yang dilengkapi dengan pengatur kecepatan
3. Batang pengaduk
4. Buret
5. Pipet volume
6. Pipet ukur
7. Bulb pet
8. Pipet tetes
9. Labu takar
10. Labu erlenmeyer
11. Corong
12. Gelas beker
13. Batang magnet
14. Magnetic Stirer
15. Statif
Gambar 1. Motor Pengaduk
D. CARA KERJA
1. Variasi waktu pelindihan terhadap kelarutan Zr dalam Larutan HCl
a. Ditimbang serbuk Na2ZrO3 dari hasil peleburan pasir zircon
sebanyak 5,0025 gram.
b. Dibuat larutan HCl 4,5 N sebanyak 200 ml
c. Serbuk dimasukan dalam gelas beker 500 ml, kemudian ditambah
200 ml HCl 4,5 N dituangkan pelan – pelan kemudian pengaduk
dijalankan.
d. Dicatat waktu pengadukan.
e. Diambil sampel sebanyak 10 ml setiap waktu tertentu, yaitu 5
menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, 30 menit dan 35
menit.
f. Sampel disaring, kemudian filtratnya diambil 1 ml dan diencerkan
menjadi 50 ml kemudian diambil 25 ml untuk dianalisa kadar
zirkoniumnya dengan cara titrimetri dengan larutan EDTA 0,01 M
dan menggunakan indicator xylene orange.
g. Dihitung kadar zirkon dalam larutan tersebut.
h. Dibuat grafik hubungan Zr terlarut terhadap waktu pelindian
2. Variasi konsentrasi HCl terhadap Zr terlarut.
a. Ditimbang serbuk Na2ZrO3 sebanyak 2 gram
b. Dibuat larutan HCl 3,5 N sebanyak 80 ml
c. Serbuk dimasukan dalam gelas beker 500 ml kemudian ditambah
HCl 3 N sebanyak 80 ml.
d. Pengaduk dijalankan selama 25 menit.
e. Diambil larutan sebanyak 10 ml kemudian disaring, filtratnya
diambil 1 ml dan diencerkan 50 kali, diambil 25 ml kemudian
dianalisa kadar zirkoniumnya dengan cara titrimetri dengan larutan
EDTA 0,01 M menggunakan indicator xylene orange. Titrasi
diulangi 2x lagi.
f. Diulangi langkah percobaan a s/d e dengan menggunakan larutan
HCl 4,5 N dan 6 N.
g. Dibuat grafik hubungan normalitas HCl terhadap konsentrasi Zr yang
terlarut.
E. DATA PERCOBAAN
1. Variasi waktu pelindian terhadap Zirkon terlarut.
Berat serbuk Na2ZrO3 : 5,0025 gr
Konsentrasi larutan HCl : 4,5 N
Jumlah larutann HCl : 300 ml
Waktu
pelindian
(menit)
5 10 15 20 25 30 35
Volume
EDTA
rata-rata
(ml)
0,55 1,44 1,95 2,86 2,16 2,46 5,1
Zr
terlarut
(gr/L)
1,003 2,627 3,558 5,218 3,941 4,488 9,304
% Zr
terlarut8,36 21,88 29,63 43,46 32,82 37,38 77,50
2. Variasi konsentrasi HCl terhadap Zr terlarut.
Waktu pelindian : 25 menit
Berat serbuk Na2ZrO3 : 2 gr
Jumlah larutan HCl : 80 ml
N HCl 3 N 4,5 N 6 N
V EDTA rata-rata (ml) 1,9 2,16 7,24
Zr terlarut (gr/L) 3,466 3,941 13,208
(%) Zr terlarut 28,87 32,82 110,018
F. PENGOLAHAN DATA
1. Menentukan zircon mula-mula dengan Natrium Zirkonat untuk per
liter larutan
Zr(mula−mula)=
91,22 gr /mol185,1978 gr /mol
×97,45 %× massa Na2 ZrO 3
Volume Larutan
Zr(mula−mula)=
91,22 gr /mol185,1978 gr /mol
×97,45 %× 5,0025 gram
0,2liter
= 12,006 gr/L
2. Menentukan kadar Zr (gr/L) dalam filtrat berdasarkan analisis
dengan Metode Titrasi
Kadar Zr= Vol pengenceranV . sam dianal× v . sam dittr
× V .EDTA × KonstEDTA × 91,22 grmol
Untuk Variasi Waktu Pelindihan
Pada Waktu Pelindihan 5 menit
Kadar Zr= 50 ml1 ml×25 ml
×0,55 ×0,01 molliter
× 91,22 grmol
=1,003 gr/L
Dengan cara sama untuk waktu berbeda diperoleh:
Waktu
pelindian
(menit)
5 10 15 20 25 30 35
Volume
EDTA
rata-rata
(ml)
0,55 1,44 1,95 2,86 2,16 2,46 5,1
Zr
terlarut
(gr/L)
1,003 2,627 3,558 5,218 3,941 4,488 9,304
Dengan cara sama untuk konsentrasi berbeda diperoleh:
N HCl 3 N 4,5 N 6 N
V EDTA rata-rata (ml) 1,9 2,16 7,24
Zr terlarut (gr/L) 3,466 3,941 13,208
3. Menentukan Prosentase Zr yang Terlarut
Prosentase Zr(terlarut)=Kandungan Zr dalam filtratKandungan Zr mula−mula
×100 %
Untuk Variasi Waktu Pelindihan
Pada waktu 5 menit
Prosentase Zr(terlarut)=1,005 gr / L12,006 gr / L
×100 %
= 8,37%
Dengan cara sama untuk waktu berbeda diperoleh:
Waktu
pelindian
(menit)
5 10 15 20 25 30 35
Zr
terlarut
(gr/L)
1,003 2,627 3,558 5,218 3,941 4,488 9,304
% Zr
terlarut8,36 21,88 29,63 43,46 32,82 37,38 77,50
Dengan cara sama untuk konsentrasi berbeda diperoleh:
N HCl 3 N 4,5 N 6 N
Zr terlarut (gr/L) 3,466 3,941 13,208
(%) Zr terlarut 28,87 32,82 110,018
G. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan pelindihan serbuk Natrium Zirkonat hasil
proses pasir zircon dengan larutan HCl. Percobaan ini bertujuan untuk mencari
hubungan waktu pelindian terhadap prosentase zirkon yang terlarut, mencari
hubungan normalitas pelarut terhadap prosentase zirkon yang terlarut, dan
menentukan kondisi optimum waktu pelindian terhadap kadar zirkon yang
terlarut dalam larutan HCl.
Dalam percobaan ini, proses yang digunakan untuk menghilangkan Hf
adalah pelindihan dengan larutan HCl. Faktor-faktor yang berpengaruh pada
proses pelindihan ini antara lain:
1. Perbandingan serbuk Na2ZrO3 dengan pelarut HCl.
2. Konsentrasi larutan HCl.
3. Waktu pelindihan.
4. Kecepatan pengadukan.
Berdasarkan keempat faktor yang berpengaruh pada proses pelindihan
tersebut, maka dalam percobaan ini akan diteliti dua dari empat faktor yang
berpengaruh, yaitu faktor ke-2 dan ke-3 dengan memvariasikan waktu
pelindihan terhadap zircon terlarut dan memvariasikan konsentrasi HCl
terhadap zircon terlarut.
Prinsip dari percobaan untuk melihat pengaruh waktu terhadap zircon
terlarut, yaitu serbuk Na2ZrO3 hasil proses pasir zirkon dilindi dengan larutan
HCl 4,5 N dengan perbandingan 1 : 4 dengan 7 titik variasi waktu, yaitu 5, 10,
15, 20, 25, 30, dan 35 menit. Pada masing-masing variasi diberi perlakuan
yang sama, yaitu dalam pelindihan dilakukan pengadukan dengan kecepatan
yang sama.
Gambar 2. Proses Pengadukan
Pengadukan ini dimaksudkan agar butiran-butiaran serbuk Na2ZrO3
mengalami kontak dengan lapisan film dari larutan HCl, sehingga terjadi
perpindahan massa, karena tanpa pengadukan sukar terjadi proses pelindihan.
Reaksi yang terjadi adalah :
Na2ZrO3 + 4HCl ZrOCl2 + 2NaCl + 2 HCl
Setelah dilakukan pengadukan, maka sampel tersebut dicuplik untuk
dianalisis secara titrimetri dengan menggunakan indicator Xylene Orange dan
peniter EDTA 0,01 M. Titrasi dilakukan dalam kondisi hangat untuk
menghilangkan pengotor-pengotor oksida bebas selain itu, perlakuan dalam
kondisi hangat ini berfungsi untuk mempercepat reaksi. Sampel yang
ditambah indicator Xylene Orange mulanya berwarna merah, namun setelah
dilakukan titrasi berubah warna menjadi kuning lemon[1]. Indikator yang
digunakan adalah xylene orange dikarenakan indicator ini cocok digunakan
untuk larutan asam yang mengandung logam dan peniter EDTA pun cocok
untuk larutan yang mengandung logam karena dapat membentuk komplek
dengan logam[2]. Prosesi perubahan warna yang terjadi, yaitu pada saat larutan
sampel diberi Xylene Orange maka akan terbentuk kompleks berwarna merah
dengan logam zirkon dan setelah ditrasi dengan EDTA maka EDTA akan
membentuk komplek dengan logam zirkon sedangkan Xylene Orange akan
membentuk kompleks dengan asam sehingga larutan sample menjadi
berwarna kuning lemon.
Gambar 3. Perubahan warna dari merah menjadi kuning lemon
Banyaknya volume EDTA yang ditambahkan pada masing-masing
variasi waktu yang dilakukan menunjukkan banyaknya Zr yang terlarut.
Berdasarkan percobaan, untuk waktu pelindihan 5 menit membutuhkan EDTA
sebanyak 0,55 ml dan diperoleh banyaknya Zr terlarut, yaitu sebanyak 1,003
gr/L yang kemudian dibagi dengan Zr mula-mula sebanyak 12,006 gr/L
sehingga diperoleh prosentase Zr terlarut pada waktu pelindihan 5 menit
sebesar 8,36%. Untuk waktu pelindihan 10 menit larutan membutuhkan
volume EDTA sebanyak 1,44 ml dengan banyaknya Zr terlarut yaitu 2,627
gr/L dan prosentase Zr terlarut sebesar 21,88%. Untuk waktu pelindihan 15
menit larutan membutuhkan volume EDTA sebanyak 1,95 ml dengan
banyaknya Zr terlarut yaitu 3,558 gr/L dan prosentase Zr terlarut sebesar
29,63%. Untuk waktu pelindihan 20 menit larutan membutuhkan volume
EDTA sebanyak 2,86 ml dengan banyaknya Zr terlarut yaitu 5,218 gr/L dan
prosentase Zr terlarut sebesar 43,46%. Untuk waktu pelindihan 25 menit
larutan membutuhkan volume EDTA sebanyak 2,16 ml dengan banyaknya Zr
terlarut yaitu 3,941 gr/L dan prosentase Zr terlarut sebesar 32,82%. Untuk
waktu pelindihan 30 menit larutan membutuhkan volume EDTA sebanyak
2,46 ml dengan banyaknya Zr terlarut yaitu 4,488 gr/L dan prosentase Zr
terlarut sebesar 37,38%. Untuk waktu pelindihan 35 menit larutan
membutuhkan volume EDTA sebanyak 5,1 ml dengan banyaknya Zr terlarut
yaitu 9,304 gr/L dan prosentase Zr terlarut sebesar 77,50%. Hubungan lama
waktu pelindihan VS % Zr terlarut disajikan dalam grafik berikut.
0 5 10 15 20 25 30 35 400
102030405060708090
Grafik Hubungan Variasi Waktu Pelindian VS % Zr terlarut
Waktu Pelindihan (menit)
Zr te
rlaru
t (%
)
Grafik yang diperoleh tersebut terlihat fluktuatif, yaitu pada waktu
pelindihan 20 menit terjadi penanjakan kemudian turun dan pada waktu
pelindihan 35 menit juga terjadi kenaikan yang sangat tajam. Hal ini dianggap
sebagai suatu kejanggalan. Perlu diketahui bahwa pelindihan natrium zirkonat
dengan NaOH yang dilakukan pada umumnya tidak mungkin diperoleh
prosentase Zr terlarut lebih besar dari 70% dengan waktu pelindihan selama 1-
1,5 jam sedangkan dalam percobaan ini bisa dicapai prosentase Zr telarut lebih
dari 70% tepatnya 77,50% pada waktu pelindihan 35 menit. Adanya
permasalahan ini dikarenakan suhu yang dilakukan pada saat proses titrasi
kurang hangat sehingga reaksi yang berlangsung kurang sempurna. Padahal
sebenarnya reaksi EDTA dengan larutan logam berjalan sangat lambat
sehingga dibutuhkan suhu pemanasan yang cukup ketika melakukan titrasi.
Selain itu, apabila suhu yang diberikan kurang hangat maka kemungkinan
masih terdapat oksida-oksida bebas sehingga mengganggu jalannya reaksi
yang menyebabkan semakin banyaknya EDTA yang ditambahkan. Untuk
kemungkinan yang terakhir, yaitu masih terdapatnya silica bebas dalam
larutan yang turut serta dapat menggangu jalannya reaksi sehingga hal ini
dapat diatasi dengan menambahkan asam sulfat 1 M, dimana asam sulfat ini
berfungsi menghilangkan pengaruh silica bebas[3]. Dalam percobaan ini, waktu
minimumnya adalah pada pelindihan 5 menit dan waktu maksimumnya adalah
pada pelindihan selama 35 menit. Kemudian dicari waktu optimumnya dimana
waktu optimum adalah waktu terbaik yang terletak antara waktu minimum dan
waktu maksimum. Berdasarkan percobaan, waktu pelindihan optimum
diperoleh pada waktu pelindihan selama 25 menit.
Selanjutnya dilakukan variasi konsentrasi HCl terhadap prosentase Zr
terlarut pada waktu optimum 25 menit. Berdasarkan percobaan diperoleh
bahwa semakin tinggi konsentrasi HCl maka semakin banyak volume EDTA
yang ditambahkan sehingga konsentrasi Zr terlarut semakin besar dan otomatis
prosentase Zr terlarutnya pun semakin besar. Hal ini ditunjukkan melalui hasil
yang diperoleh bahwa dengan konsentrasi HCl sebesar 3 N dibutuhkan EDTA
sebanyak 1,9 ml dengan Zr terlarut sebesar 3,466 gr/L dan prosentase Zr
terlarut sebesar 28,87%. Untuk larutan dengan konsentrasi HCl 4,5 N
dibutuhkan EDTA sebanyak 2,16 ml dengan Zr terlarut sebesar 3,941 gr/L dan
prosentase Zr terlarut sebesar 32,82%. Untuk larutan dengan konsentrasi HCl
6 N dibutuhkan EDTA sebanyak 7,24 ml dengan Zr terlarut sebesar 13,208
gr/L dan prosentase Zr terlarut sebesar 110,018%. Berikut tampilannya dalam
bentuk grafik.
2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.50
20
40
60
80
100
120
Grafik Hubungan Konsentrasi HCl VS % Zr terlarut
Konsentrasi HCl (N)
Zr te
rlaru
t (%
)
Berdasarkan data yang diperoleh, tejadi kejanggalan pada prosentase
Zr terlarut pada konsentrasi HCl 6 N. Tidak mungkin Zr terlarut melebihi
besarnya Zr mula-mula (13,208 gr/L > 12,006 L) sehingga diperoleh
prosentase Zr terlarut lebih dari 100%. Adanya kejanggalan ini disebabkan
oleh kurang sempurnanya reaksi yang berjalan akibat kurangnya suhu
pemanasan yang digunakan pada saat titrasi sehingga volume EDTA yang
dibutuhkan untuk titrasi menjadi semakin tinggi dan hal ini tentunya
mempengaruhi hasil analisis kunntitatif untuk perhitungan prosentase Zr yang
terlarut.
H. KESIMPULAN
1. Semakin lama waktu pelindihan, maka semakin besar prosentase zircon
yang terlarut, yaitu pada waktu pelindihan 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit
diperoleh prosentase zircon terlarut berturut-turut sebesar 8,36%, 21,88%,
29,63%, 43,46%, 32,82%, 37,38%, dan 77,50%.
2. Semakin besar konsentrasi HCl yang digunakan, maka semakin besar pula
zircon yang terlarut, yaitu pada konsentrasi HCl 3 N, 4,5 N, dan 6 N
diperoleh prosentase zircon terlarut berturut-turut sebesar 28,87%, 32,82%,
dan 110,018%.
3. Waktu pelindihan optimum yang diperoleh dari percobaan adalah waktu
pelindihan selama 25 menit.
I. DAFTAR PUSTAKA
Sulistyo,Budi.dkk.2010.Petunjuk Praktikum Proses Kimia. Yogyakarta:
PTAPB-BATAN.
http://www.tekmira.esdm.go.id/dwnload/01_Jurnal
%20tekMIRA_Januari_2006.pdf (diakses pada tanggal 28 Mei 2011)
[1]http://www.chem-is-try.org/materi kimia/instrumen analisis /kompleksometri
/contoh-indikator-ion-logam/ (diakses pada tanggal 28 Mei 2011)[2]http://www.chem-is-try.org/materi kimia/instrumen analisis/
kompleksometri/ jenis-titrasi-edta/ (diakses pada tanggal 28 Mei 2011)[3]http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0304386X02000427
(Mohammed, N.A. and A.M. Daher, 2002, Preparation of High-Purity
Zirconia from Egyptian Zircon : an Anion-exchange Purification
Process, Hydrometallurgy, Elsevier) (diakses pada tanggal 28 Mei
2010)
Yogyakarta, 1 Juni 2011
Asisten, Praktikan,
Ir. Budi Sulistyo Dewi Ramandhanni Kusumawati