laporan praktikum

5
1. Pendahuluan Teknologi Penginderaan Jauh (inderaja) semakin berkembang melalui kehadiran berbagai sistem satelit dengan berbagai misi dan teknologi sensor. Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu atau teknologi untuk memperoleh informasi atau fenomena alam melalui analisis suatu data yang diperoleh dari hasil rekaman obyek, daerah atau fenomena yang dikaji. Perekaman atau pengumpulan data penginderaan jauh (inderaja) dilakukan dengan menggunakan alat pengindera (sensor) yang dipasang pada pesawat terbang atau satelit (Lillesand dan Keifer, 1994). Penginderaan jauh tidak pernah lepas dari Sistem Informasi Geografi (SIG). Data-data spasial hasil penginderaan jauh merupakan salah satu data dasar yang dipergunakan dalam analisis SIG. Dalam perkembangannya data-data SIG juga berguna dalam pengolahan data pengideraan jauh (Barus dan Wiradisastra, 2000). Integrasi antara data spasial dan data atribut dalam suatu sistem terkomputerisasi yang bereferensi geografi merupakan keunggulan SIG. Pengolahan data penginderaan jauh dengan memanfaatkan SIG diharapkan mampu memberikan informasi secara cepat dan tepat sehingga segera dapat digunakan untuk keperluan analisis dan manipulasi. Pemanfaatan pengindraan jauh dan Sistem Informasi Geografis ini dapat digunakan untu berbagai macam penelitian misalnya dengan menggunakan Citra ALOS yang di aplikasikan dalam aplikasi ArcGIS maka dapat diketahui informasi-informasi penting seperti persebaran vegetasi, kondisi tumbuhan air dan kedalaman air, kondisi tanah dan mengidentifikasikan kawasan terbangun. Selain itu, dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis kita dapat mengidentifikasikan kawasan terbangun dengan menggunakan goggle earth. Sehingga dapat dibuat peta suatu kawasan. 2. Penggabungan Band Citra ALOS ALOS singkatan dari Advanced Land Observing Satellite adalah satelit multimisi milik Jepang yang merupakan satelit generasi lanjutan dari JERS-1 dan ADEOS yang dilengkapi dengan teknologi yang lebih maju. Satelit ALOS telah berhasil diluncurkan pada tanggal 24 Januari 2006, mempunyai 5 misi utama yaitu, kartografi, pengamatan regional, pemantauan bencana alam, penelitian sumber daya alam, dan pengembangan teknologi. (JAXA, 2005). Untuk dapat mencapai misi utama, ALOS dilengkapi dengan tiga buah sensor penginderaan jauh dan subsistem pendukung misi, yaitu PRISM, AVNIR dan PALSAR. Prism dapat diaplikasikan untuk pembuatan DSM dengan model stereo dan bisa digunakan untuk pemetaan skala 1:10.000 atau lebih kecil serta citra Prism untuk pemetaan skala 1:5000 atau lebih

Upload: mandy-green

Post on 03-Oct-2015

224 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sistem informasi geografis

TRANSCRIPT

1. Pendahuluan

Teknologi Penginderaan Jauh (inderaja) semakin berkembang melalui kehadiran berbagai sistem satelit dengan berbagai misi dan teknologi sensor. Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu atau teknologi untuk memperoleh informasi atau fenomena alam melalui analisis suatu data yang diperoleh dari hasil rekaman obyek, daerah atau fenomena yang dikaji. Perekaman atau pengumpulan data penginderaan jauh (inderaja) dilakukan dengan menggunakan alat pengindera (sensor) yang dipasang pada pesawat terbang atau satelit (Lillesand dan Keifer, 1994).

Penginderaan jauh tidak pernah lepas dari Sistem Informasi Geografi (SIG). Data-data spasial hasil penginderaan jauh merupakan salah satu data dasar yang dipergunakan dalam analisis SIG. Dalam perkembangannya data-data SIG juga berguna dalam pengolahan data pengideraan jauh (Barus dan Wiradisastra, 2000). Integrasi antara data spasial dan data atribut dalam suatu sistem terkomputerisasi yang bereferensi geografi merupakan keunggulan SIG. Pengolahan data penginderaan jauh dengan memanfaatkan SIG diharapkan mampu memberikan informasi secara cepat dan tepat sehingga segera dapat digunakan untuk keperluan analisis dan manipulasi.

Pemanfaatan pengindraan jauh dan Sistem Informasi Geografis ini dapat digunakan untu berbagai macam penelitian misalnya dengan menggunakan Citra ALOS yang di aplikasikan dalam aplikasi ArcGIS maka dapat diketahui informasi-informasi penting seperti persebaran vegetasi, kondisi tumbuhan air dan kedalaman air, kondisi tanah dan mengidentifikasikan kawasan terbangun. Selain itu, dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis kita dapat mengidentifikasikan kawasan terbangun dengan menggunakan goggle earth. Sehingga dapat dibuat peta suatu kawasan.

2. Penggabungan Band Citra ALOS

ALOS singkatan dari Advanced Land Observing Satellite adalah satelit multimisi milik Jepang yang merupakan satelit generasi lanjutan dari JERS-1 dan ADEOS yang dilengkapi dengan teknologi yang lebih maju. Satelit ALOS telah berhasil diluncurkan pada tanggal 24 Januari 2006, mempunyai 5 misi utama yaitu, kartografi, pengamatan regional, pemantauan bencana alam, penelitian sumber daya alam, dan pengembangan teknologi. (JAXA, 2005). Untuk dapat mencapai misi utama, ALOS dilengkapi dengan tiga buah sensor penginderaan jauh dan subsistem pendukung misi, yaitu PRISM, AVNIR dan PALSAR. Prism dapat diaplikasikan untuk pembuatan DSM dengan model stereo dan bisa digunakan untuk pemetaan skala 1:10.000 atau lebih kecil serta citra Prism untuk pemetaan skala 1:5000 atau lebih kecil. Avnir-2 dapat diaplikasi untuk penentuan indeks vegetasi dan penajaman citra serta bisa digunakan untuk pemetaan skala 1:20.000 atau lebih kecil. Satelit ALOS dengan sensor AVNIR-2 (Advanced Visible and Near Infrared Radiometer type-2) juga diharapakan dapat menganalisa daerah-daerah yang mempunyai tutupan lahan yang heterogen. Palsar dapat diaplikasikan untuk penghilangan efek awan dan pembuatan DSM. Palsar dapat digunakan untuk pemetaan skala 1:30.000 atau lebih kecil.

Beberapa aplikasi yang dapat dilakukan dengan Prism, Avnir-2, dan Palsar adalah pembuatan peta jalur evakuasi tsunami, pemantauan gunung api, pembuatan aliran hidrologi, perubahan garis pantai, batas wilayah dan maritim, rencana tata ruang kota dan wilayah, manajemen wilayah pesisir, pembuatan peta tutupan lahan, perubahan geomorfologi, pemetaan kelembaban tanah, penghitungan tegakan pohon, dan berbagai mitigasi bencana lainnya. Berikut merupakan contoh aplikasi citra ALOS dengan menggunakan aplikasi AcrGIS:

a. Citra ALOS yang digunakan untuk mengetahui persebaran kawasan vegetasi. Peta ini dibuat dengan kombinasi Band R=3 G=4 dan B=2

Gambar 1

Citra ALOS untuk mengetahui persebaran vegetasi

b. Citra ALOS yang digunakan untuk mengetahui Kondisi Tumbuhan Air dan kedalaman air. Dimana semakin gelap warna perairan maka semakin dalam. Wana putih pada perairan mengidentifikasikan adanya tumbuhan. Peta ini dibuat dengan kombinasi Band R=2 G=4 dan B=4.

Gambar 1

Citra ALOS untuk mengetahui Kondisi tumbuhan air dan kedalaman tanah

c. Citra ALOS yang digunakan untuk mengetahui kondisi tanah. Peta ini dibuat dengan kombinasi Band R=4 G=4 dan B=3.

Gambar 3

Citra ALOS untuk mengetahui persebaran dan kondisi tanah

d. Citra ALOS yang digunakan untuk mengetahui persebaran kawasan terbangun. Warna putih pada citra menujukan bahwa kawasan tersebut merupakan kawasan industri. Peta ini dibuat dengan kombinasi Band R=4 G=3 dan B=3.

Gambar 4

Citra ALOS untuk mengetahui persebaran kawasan terbangun

3. Identifikasi Kawasan Terbangun dengan Digitasi Citra Google Earth

Google earth adalah sebuah Peta Dunia Virtual, peta dan informasi geografis yang awalnya disebut Earth Viewer 3D. Google earth adalah peta bumi pengenaangambaryang diperoleh dari citra satelit, foto udara, 3D globe dan lainnya. Google earth mampu menampilkan semua jenis gambar overlay pada permukaan bumi dan juga merupakan Layanan Peta Web client. Untuk sebagian dari permukaan bumi tersedia dengan gambar 3D dari medan dan bangunan. Google Earth juga dapat menjadi alat identifikasi kawasan terbangun. Dalam peta google earth dapat diketahui mana saja kawasan terbangun, kawasan hijau, dan lain sebagainya. Dari google Earth ini juga dapat diketahui pemanfaatan lahan suatu daerah sehingga nantinya dapat diolah dan mengahasilkan suatu perencanaan yang tepat.

Proses pengidentifikasian kawasan terbangun dengan citra google earth adalah dengan menentukan lokasi mana yang di Djadikan kawasan yang ingin diidentifikasi. Kemudian dilakukan pendigitan dengan menggunakan polygon sehingga didapatkan hasil digitasi bangunan bangunan dalam google earth yang nantinya akan diolah menggunakan ArcGIS. Biasanya bentuk file dari google earth itu adalah .kml sehingga harus dirubah kedalam bentuk .shp dengan menggunakan software DNR Garmin. Sehingga dapat diidentifikasi dan menghasilkan output sesuai dengan tujuan pembuatan peta tersebut.

Sumber:

Julzakaria, Atriyon. 2009. Citra ALOS, dalam ugm.ac.id. http://lib.ugm.ac.id/digitasi. Diunduh Minggu, 24 Maret 2013