laporan praktikum
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUKURAN DIMENSIONAL
MODUL I
MIKROMETER
Diajukan untuk memenuhi tugas Praktikum Pengukuran Dimensional di Program S1
Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Cirebon
Dosen
1. Johan ST.
.
Oleh :
Nama : joko santoso
NIM : 100411012
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus
milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan
hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun
alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan bacaan digital. Pada versi
analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorang dibawah
30cm dan 0.01 untuk yang diatas 30cm.
Sedangkan piston adalah suatu komponen mesin yang melakukan 4 langkah
ker ja yaitu langkah hisap,kompres,usa dan buang pada mesin. Dalam proses
pengukuran kali ini, objek benda yang berupa piston dibagi menjadi 4 dimensi
yang terdiri dari dimensi diameter dalam pin piston, dimensi ketebalan dinding
pin piston, dimensi panjang pin piston dan dimensi diameter luar pin piston, untuk
setiap dimensinya dilakukan pengukuran sebanyak 40 kali pengukuran, sehingga
diperoleh data yang kemudian diproses kembali, untuk mengetahui nilai standar
deviasi, BKA dan BKB-nya. Untuk itu diperlukan proses pengolahan lebih lanjut.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam proses pengukuran akan sangat wajar bila hasil pengukurannya tidak
sama antara hasil pengukuran yang pertama dan selanjutnya. Mengapa hal itu bisa
terjadi? Padahal kita melakukan pengukuran dengan objek dan alat ukur yang sama,
tapi hasil pengukurannya berbeda-beda. Data itu diolah dan dicari standar deviasi,
BKA dan BKBnya. Apakah objek ukur sudah simetris bentuknya atau tidak dan
plot datanya apakah ada yang melebihi dari garis batas BKA dan BKB.
II - 2
1.3 Tujuan Praktikum
1. Mengenal alat ukur jangka sorong.
2. Mengetahui dan memahami cara penggunaan dan karakteristik alat ukur jangka
sorong.
3. mengetahui cara penggunaan dan kecermatan jangka sorong.
1.4 Alat-alat yang Digunakan
1. Jangka sorong
2. Objek ukur
1.5 Prosedur Praktikum
1. Ambil alat ukur dan objek ukurnya.
2. Ukur objek ukur pada dimensi yang digunakan (misalnya A, B, C, D) sebanyak
masing-masing 40 kali, pada tempat yang berbeda.
3. Catat hasil pengukuran pada tabel seperti contoh:
No A B C D
1
.
.
.
40
I -1
II - 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Jangka Sorong
Mistar ingsut (mistar geser, jangka sorong, jangka geser atau schuifmaat,
caliper) merupakan alat ukur linear serupa dengan mistar ukur. Alat ukur ini
memiliki skala linear pada batang dengan ujung yang berfungsi sebagai sensor
penahan benda ukur (dinamakan rahang__ukur__tetap). Suatu peluncur dengan
sisi yang dibuat sejajar dengan permukaan rahang_ukur_gerak yang bisa
digeserkan pada batang_ukur.
1. Kunci Peluncur
2. Kunci Penggerak Halus
3. Skala Utama
4. Batang Ukur
5. Lidah Pengukur Kedalaman
6. Penggerak Halus
II - 4
7. Peluncur
8. Sensor Gerak
(rahang_ukur_gerak)
9. Sensor Tetap
(rahang_ukur_tetap)
10. Nonius
II - 5
Gambar 2.1 Bagian – Bagian mistar ingsut (caliper) dimana pada batang ukurnya
terdapat skala linear berkecermatan 1 atau ½ mm. bergantung pada jenis dan cara
pembacaan skala, kecermatan pembacaan dapat dinaikkan menjadi 0.1, 0.05, atau 0.02
mm.perhatikan cara pengukuran dimensi dan di luar.
Pembacaan skala linear (skala utama) dilakukan melalui garis indeks yang terletak pada
peluncur (yang bersatu dengan rahang_ukur_gerak) dan posisinya relatif terhadap skala
diinterpolasikan dengan skala nonius atau dengan memakai jam_ukur.
2.2 Macam – Macam Mistar Ingsut
2.2.1 Mistar Ingsut Noniius ( Vernier Caliper )
Ada dua jenis utama mistar ingsut nonius, jenis pertama hanya digunakan untuk mengukur
dimensi luar dan dimensi dalam sedangkan jenis kedua selain untuk mengukur dimensi luar dan
dalam juga dapat digunakan untuk mengukur kedalaman celah.
Biasanya mistar insut mempunyai kapasitas ukur sampai dengan 150 mm, sementara untuk
jenis yang besar dapat sampai 1000 mm. Keceermatan pembaca bergantung pada skala noniusnya
yaitu 0.10, 0.05, atau 0.02 mm.
Gambar 2.2 Mistar Ingsut Nonius
2.2.2 Mistar Ingsut Jam ( Dial Caliper )
II - 6
Mistar ingsut jam memakai jam ukur sebagai ganti skala nonius dalam menginterppolasikan
posisi garis indeks relatif terhadap skala pada batang ukur. Gerakan translasi peluncur diubah menjadi
gerakan putaran jarum penunjuk dengan perantaraan roda gigi pada poros jam ukur dan batang bergigi
yang dilekatkan disepanjang batang ukur.
Kecermatan mistar ingsut jam serupa dengan kecermatan mistar ingsut nonius, yaitu 0.10
mm, 0.05 mm, atau 0.02 mm. Pada mistar ingsut dengan kecermatan 0.10 mm, satu putaran jarum
penunjuk terbagi dalam 100 bagian skala, yang berarti untuk satu kali pitaran, sensor (rahang ukur
gerak ) bergeser sejauh 100 x 0.10 mm atau 10 mm. Tiap sepuluh bagian skala jam ukur diberi angka
satuan mm, dengan demikian pembagian skala utamanya cukup dinyatakan 1 cm, atau dikatakan
kecermatan skala batang ukur adalah 10 mm
Gambar 2.3 Mistar Ingsut Jam
2.1 Tabel Kecermatan Mistar Ingsut Jam
Kecermatan
Kesetaraan satu putaran ( 100
bagian skala jam ) dengan jarak
translasi
Periode penulisan
angka pada skala
jam
Kecermatan
skala batang
ukur
0.1 mm 10 mm 10 bagian 10 mm
0.05 mm 5 mm 20 bagian 1 mm
0.02 mm 2 mm(5 bagian dalam
satuan 0.1)1 mm
Suatu jenis mistar ingsut jam, dibuat khusus yaitu selain sebagai mistar ingsut juga berfungsi
sebagai kaliber yang cocok dipakai dalam pengukuran produk berjumlah banyak (produksi massal).
Jam ukurnya terpasang pada bagian yang terpisah dari peluncur ( rahang ukur garak ).
II - 7
2.2.3 Mistar Ingsut Ketinggian ( Height Gauge )
Suatu jenis mistar ingsut yang berfungsi sebagai pengukur ketinggian disebut sebagai
sebagai mistar ingsut ketinggian atau kaliber tinggi. Alat ukur ini dilengkapi dengan rahang
ukur yang bergerak vertical pada batang berskala yang tegak lurus dengan landasannya.
Permukaan rahang ukur dibuat sejajar dengan alas, sehingga garis ukur akan tegak lurus
dengan permukaan diatas nama landasan diletakkan.
Oleh karena itu, dalam pemakaianny mistar ingsut ketinggian ini memerlukan
permukaan yang rata sebagai acuan.. Pada meja rata inilah mistar ingsut ketinggian bersama
– sama dengan benda ukur diletakkan. Proses pengukuran dilakukan dengan menggeserkan
mistar ingsut ketinggian ke beberapa tempat sesuai dengan lokasi beberapa obyek ukur pada
benda ukur.
Gambar 2.4 Mistar Ingsut Ketinggian
Beberapa hal yang harus diperhatikan sewaktu menggunakan mistar ingsut adalah
1. Rahang ukur gerak (peluncur) harus dapat meluncur pada batang ukur dengan baik tanpa
bergoyang.
2. Periksa kedudukan nol serta kesejajaran dari permukaan kedua rahang (rahang ukur tetap
dan rahang ukur gerak).
3. Benda ukur sedapat mungkin jangan hanya diukur dengan menggunakan ujung dari
rahang ukur (harus agak kedalam).
4. Tekanan pengukuran jangan terlampau kuat sehingga memungkinkan pembengkokan
rahang ukur ataupun lidah ukur kedalaman. Kecermatan pengukuran tergantung atas
penggunaan tekanan yang cukup dan selalu tetap.
5. Pembacaan skala nonius mungkin dilakukan setelah mistar ingsut diangkat dari objek
ukur dengan hati-hati (setelah peluncur dimatikan). Miringkanlah mistar ingsut ini
II - 8
sehingga bidang skala nonius hampir sejajar dengan bidang pandangan, dengan demikian
mempermudah penentuan garis nonius yang menjadi segaris dengan garis skala utama.
Selain daripada itu karena mistar ingsut adalah alat ukur maka jangan disalah gunakan,
misalnya untuk menggaris, memukul maupun untuk mengukur poros yang masih berputar
pada mesin bubut.
Mistar ingsut merupakan alat ukur yang praktis dengan kecermatan maksimum yang
dapat dicapainya sebesar 0,02 mm. Karena kesederhanaan konstruksinya maka dapat dibuat
bermacam-macam jenis mistar ingsut untuk berbagai keperluan, misalnya :
a. Mistar Ingsut Tak Sebidang
Untuk mengukur jarak antara dua permukaan yang bertingkat
b. Mistar Ingsut Jarak Senter
Untuk mengukur jarak antara senter lubang dan mengukur jarak dari senter ke tepi.
c. Mistar Ingsut Diameter Alur Dalam
Untuk mengukur alur di dalam silinder, diameter silinder minimum 30 mm.
d. Mistar Ingsut Pipa
Untuk mengukur tebal dinding pipa dan tebal plat yang melengkung.
e. Mistar Ingsut Putar
Untuk mengukur jarak dua permukaan yang sejajar tetapi tidak sebidang (sulit diukur
dengan mistar ingsut biasa).
f. Mistar Ingsut Tekanan Ringan
Untuk mengukur diameter luar pipa yang tipis dan lunak (plastik).
g. Mistar Ingsut Kedalaman
Untuk mengukur kedalaman serta lebar dan posisi alur terhadap tepi atau laur lainnya
(dengan ujung berkait).
h. Mistar Ingsut Serba Guna
Untuk mengukur diameter luar/tebal plat, pengkur diameter dalam, pengukur kedalaman,
pengukur sudut, pengukur tinggi, dapt sebagi jangka dan penggores, dapat sebagai
pembagi (jarak).
i. Mistar Ingsut Penggores
Selain sebagai pengukur diameter luar dan dalam, dapat digunaknan juga sebagai mistar
ingsut ketinggian atau pada pembuatan gambar-gambar gores.
j. Mistar Ingsut Posisi dan Lebar Alur
Untuk mengukur lebar alur dan posisi alur terhadap tepi atau alur lain.
II - 9
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat memakai mistar ingsut adalah :
1. Rahang_Ukur_Gerak (peluncur) harus dapat meluncur pada batang ukur
dengan baik tanpa bergoyang.
2. Periksa Kedudukan Nol serta Kesejajaran Permukaan ke dua rahang
dengan cara mengatupkan ke rahang
3. Benda Ukur sedapat mungkin jangan diukur hanya dengan menggunakan
ujung rahang ukur (harus agak ke dalam), supaya kontak antara permukaan sensor
dengan benda ukur cukup panjang sehingga terjadi efek pemosisian mandiri (self
aligning) yang akan meniadakan kesalahan kosinus.
Tekanan Pengukuran, jangan terlalu kuat yang bisa melenturkan rahang ukur ataupun
lidah_ukur kedalaman sehingga mengurangi ketelitian (ada kesalahan sistematik akibat
lenturan). Ketepatan (keterulangan; precision/repeatability)pengukuran bergantung pada
ketepatan (keterulangan) penggunaan tekanan yang mencukupi.
4. Pembacaan skala nonius mungkin dilakukan setelah mistar ingsut diangkat
dari obyek ukur dengan hati-hati (setelah pelunncur dimatikan). Miringkan mistar
ingsut ini sehingga bidang skala nonius yang menjadi segaris dengan garis skala
utama.
II - 10
a. Mengukur Ketebalan, Jarak Luar atau Diameter Luar
b. Mengukur Kedalaman
c. Mengukur Tingkat
d. Mengukur Jarak Celah atau Diameter Dalam
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
3.1 Model yang digunakan
Dalam penyusunan laporan ini model yang digunakan adalah standar deviasi,
dalam penentuan toleransi terhadap ukuran suatu objek dengan menggunakan analisis
statistik.
3.2 Langkah-langkah pemecahan masalah
3.2.1 Pengamatan
Dalam proses pengumpulan data ukuran suatu objek dilakukan
pengukuran yang dilaksanakan dalam kegiatan praktikum yaitu pengukuran
diameter dalam pin piston,diameter luar pin piston,ketebalan dinding piston dan
panjang pin piston. Dengan masing-masing dilakukan proses pengukuran
sebanyak 40 kali untuk setiap dimensi bendanya.
3.2.2 Merumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dalam praktek ini
masalah yang dirumuskan adalah bagaimana toleransi ukuran sebuah benda atau
objek yang diukur berdasarkan alat ukur yang digunakan dengan menggunakan
analisis statistik.
3.2.3 Studi kepustakaan
II - 11
Setelah perumusan masalah, maka dilanjutkan langkah-langkah
penentuan konsep-konsep atau teori-teori yang mendukung sebagai bahan
pertimbangan yang disajikan dalam landasan teori pada Bab II.
3.2.4 Tujuan Praktikum
1. Mengenal alat ukur jangka sorong
2. Mengetahui dan memahami cara penggunaan dan karakteristik alat ukur
jangka sorong
3. Mengetahui cara penggunaan jangka sorong
4. Mengetahui ketelitian, ketepatan, dan kecermatan jangka sorong
3.2.5 Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan dalam pengumpulan data tersebut adalah :
1. Data ukuran dimensi diameter dalam pin piston sebanyak 40 kali proses
pengukuran
2. Data ukuran dimensi ketebalan dinding piston sebanyak 40 kali proses
pengukuran
3. Data ukuran dimensi panjang pin piston sebanyak 40 kali proses pengukuran,
dan
4. Data ukuran dimensi diameter luar pin piston sebanyak 40 kali proses
pengukuran.
3.2.6 Pengolahan data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan yaitu dapat dilihat pada
langkah-langkah dibawah ini :
II - 12
1. Data dikelompokkan dalam tabel Subgrup, dengan menentukan rata-rata
subgrup (Xi ) dan kuadrat rata-rata subgrup (Xi 2)
2. Menentukan standar deviasi untuk menentukan toleransi ukuran yang tepat.
3. Menentukan batas kontrol BKA (Batas Kontrol Atas) dan BKB (Batas Kontrol
Bawah).
Menganalisa data hasil pengukuran dengan melihat faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhinya
3.3 Flow Chart Pemecahan Masalah
3.3.1 Metodologi Pengukuran
II - 13
Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian
3.3.2 Data Jangka Sorong
II - 14
Gambar 3.2 Flowchart Pemecahan Masalah Hasil Pengukuran
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
Tabel 4.1 Dimensi diameter dalam pin piston
kSubgrup
1 2 3 4
1 8,92 8,93 8,92 8,912 8,93 8,92 8,93 8,943 8,93 8,92 8,91 8,924 8,93 8,94 8,94 8,955 8,9 8,93 8,9 8,916 8,95 8,94 8,95 8,967 8,93 8,93 8,92 8,948 8,93 8,92 8,92 8,919 8,93 8,94 8,93 8,9210 8,93 8,91 8,93 8,91
Tabel 4.2Dimensi diameter luar pin piston
kSubgrup
1 2 3 4
1 12,93 12,93 12,92 12,922 12,92 12,93 12,92 12,953 12,92 12,93 12,93 12,93
II - 15
4 12,93 12,94 12,93 12,955 12,92 12,9 12,92 12,916 12,91 12,92 12,93 12,927 12,92 12,93 12,93 12,918 12,95 12,93 12,94 12,939 12,93 12,95 12,96 12,9510 12,92 12,95 12,92 12,93
Tabel 4.3 Dimensi ketebalan dinding piston
kSubgrup
1 2 3 4
1 2,2 2,21 2,21 2,222 2,2 2,21 2,22 2,23 2,21 2,23 2,2 2,24 2,22 2,23 2,21 2,215 2,21 2,22 2,22 2,26 2,22 2,23 2,21 2,227 2,2 2,2 2,2 2,198 2,23 2,24 2,23 2,229 2,21 2,22 2,2 2,2110 2,21 2,21 2,24 2,21
Tabel 4.3 Dimensi panjang pin piston
kSubgrup
1 2 3 4
1 37,82 37,82 37,83 37,822 37,82 37,84 37,82 37,823 37,84 37,83 37,82 37,824 37,85 37,84 37,84 37,835 37,82 37,82 37,82 37,836 37,81 37,82 37,81 37,827 37,82 37,84 37,82 37,828 37,86 37,85 37,84 37,859 37,84 37,82 37,83 37,810 37,85 37,84 37,85 37,82
II - 16
4.2 Pengolahan Data
Tabel 4.5 Hasil perhitungan Dimensi diameter dalam pin piston
KSUB GROUP
JUMLAH xi xi21 2 3 4
1 8,92 8,93 8,92 8,91 35,68 8,920 79,566
2 8,93 8,92 8,93 8,94 35,72 8,930 79,7453 8,93 8,92 8,91 8,92 35,68 8,920 79,5664 8,93 8,94 8,94 8,95 35,76 8,940 79,9245 8,9 8,93 8,9 8,91 35,64 8,910 79,3886 8,95 8,94 8,95 8,96 35,80 8,950 80,1037 8,93 8,93 8,92 8,94 35,72 8,930 79,7458 8,93 8,92 8,92 8,91 35,68 8,920 79,5669 8,93 8,94 8,93 8,92 35,72 8,930 79,74510 8,93 8,91 8,93 8,91 35,68 8,920 79,566
JUMLAH 357,08 89,270 796,915
Diameter pin piston
II - 17
Nilai Rata-Rata
X́1= ∑k=1
k
xi
k=89,270
10=8,9270
Standar Deviasi
S=√ k∑k=1
k
xi²−( xі ) ²
k¿ (k−1)
=√10¿796,870−¿¿¿ =0,0116
Batas Kontrol
Batas kontrol atasBKA=xі +( 3 * S) =8,9270 + ( 3 * 0,0116 ) =
II - 18