laporan praktek.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Praktik membubut dan mengefrais merupakan usaha sadar membekali individu dengan
pengetahuan dan kemampuan untuk menghasilkan skil yang sesuai standar untuk bekerja di
industri maupun untuk menjadi seorang guru. Oleh karena itu, sudah semestinya dalam proses
praktek membubut dan mengefrais harus tercemin adanya pengarah pada pemenuhan kebutuhan
untuk menjawab dan meyesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam praktek
membubut dan mengefrais.
Melalui mata Kuliah teknik permesinan berusaha untuk meningkatkan sumber daya
manusia (SDM) terutama dalam menghadapi industrialisasi sehingga tidak kalah bersaing
dengan bangsa-bangsa dan Negara-negara lainnya.
Untuk mencapai maksud tersebut mata Kuliah Teknik Permesinan untuk diberikan
kepada siswa sejak mereka memasuki Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Namun, tidak semua
siswa meyukai mata pelajaran teknik permesinan bahkan kurang memiliki minat, dan
kebanyakan menganggap sulit. Sulitnya mahasiswa pada mata pelajaran ini ditunjukan dengan
rendahnya hasil akhir pengerjaan membubut dan mengefrais.
Kunci keberhasilan mahasiswa dalam Kuliah Teknik Permesinan yaitu pada kemempuan
memehami metode-metode membubut dan mengefrais secara baik, yaitu petunjuk, proses,
pemakaian,dan hasil.
Kegagalan mahasiswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain terlalu banyak mata
pelajaran yang harus diikuti, pengetahuan mahasiswa yang kurang, dosen yang kurang
menguasai materi, atau juga karena kemampuan nalar mahasiswa yang kurang, meyebabkan
mahasiswa kurang tertarik pada mata Kuliah Teknik Permesinan
2. TUJUAN
2.1 Tujuan Umum
Dengan mengadakan praktek kerja membubut dan mengefrais di Work Shop tempat penulis
menjadi mahasiswa, penulis bertujuan untuk memperoleh gambaran secara obyektif tentang
kesulitan yang banyak dihadapi oleh mahasiswa dalam menguasai tentang praktek kerja
membubut dan mengefrais.
Hasil laporan ini diharapkan dapat digunakan oleh para dosen Teknik Permesinan untuk
bahan perbandingan dalam meningkatkan dalam kegiatan mengajarnya. Laporan ini dapat
dikembangkan secara berkesinambungan untuk semua praktek kerja membubut dan mengefrais
dan lainnya, dengan demikian diharapkan prestasi belajar siswa lebih dapat ditingkatkan.
2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan pekerjaan yang sulit contohnya membuat ulir, asentrik dan roda gigi.
Mahasiswa ahli dalam kerja membubut dan mengefrais yang akan memudahkan untuk mencari kerja.
Mahasiswa dapat menggunakan mesin bubut dan frais konfesional, karena sebagai dasar untuk keahlian kerja membubut dan mengefrais dengan teknologi CNC.
Mahasiswa dapat mengoreksi kesalahan yang terjadi pada saat kerja membubut dan mengefrais.
3. Ruang Lingkup
Membubut dan Frai
BAB II
ISI
1. ALAT
1.1 Alat Utama
a. Bubut Bertingkat dan Bubut Dalam Mesin Bubut
Pahat Bubut (HSS)
Pahat Bubut Dalam (HSS)
Mata Bor
b. Kartel dan Alur Mesin Bubut
Pahat Bubut Rata (HSS)
Pahat Bubut alur (HSS)
Pahat Bubut Dalam (HSS)
Alat Kartel
Center drill
c. Bubut Eksentrik
Mesin Bubut
Cekam berahang empat
Pahat Bubut Rata (HSS)
Dial Indikator
Center drill
d. Roda Gigi Mesin Frais
Pahat Frais (HSS)
1 set alat mesin bubut
1 set alat mesin frais
e. Mandrel Mesin Bubut
Pelat pembawa dan pembawa bengkok
Pahat Ulir (HSS)
Center drill
1 set alat mesin bubut
Lothedog.
1.2Alat Tambahan
a. jangka sorong.
b. Palu plastic.
c. Mata bor.
d. Mistar.
e. Kunci pemegang pahat.
f. Kunci L.
g. Kunci Pas 14.
h. Air pendingin mata pahat (coolant)
i. Majut
j. Kertas basah.
k. Penjepit bahan.
l. Alat ukur Go / No Go.
1.3 Alat Keselamatan Kerja
Kacamata pengaman.
Pakaian kerja.
Sepatu Safety.
Masker.
2. BAHAN YANG DIGUNAKAN
Dalam mengerjakan membubut jenis bahanyang digunakan , yaitu : Baja ST 37 dengan
ukuran Tinggi 150 mm dan Diameter 25,4 mm.
Sedangkan bahan yang digunakan untuk membuat roda gigi dengan menggunakan mesin frais,
yaitu alumunium dengan diameter 42,75 mm dan tebal 20 mm
3. LANDASAN TEORI
3.1 Mesin Bubut
Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin
berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan Mesin Bubut. Prinsip dasarnya dapat
didefinisikan sebagai proses pemesinan permukaan luar benda silindris atau bubut rata :
�� Dengan benda kerja yang berputar
�� Dengan satu pahat bermata potong tunggal (with a single-point cutting tool)
�� Dengan gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak tertentu sehingga akan
membuang permukaan luar benda kerja (lihat Gambar 6.1 no. 1).
Proses bubut permukaan (surface turning, Gambar 6.1 no. 2) adalah proses bubut yang
identik dengan proses bubut rata, tetapi arah gerakan pemakanan tegak lurus terhadap sumbu
benda kerja. Proses bubut tirus (taper turning, Gambar 6.1 no. 3) sebenarnya identik dengan
proses bubut rata di atas, hanya jalannya pahat membentuk sudut tertentu terhadap sumbu benda
kerja. Demikian juga proses bubut kontur, dilakukan dengan cara memvariasi kedalaman potong,
sehingga mengha-silkan bentuk yang diinginkan. Walaupun proses bubut secara khusus
menggunakan pahat bermata potong tunggal, tetapi proses bubut bermata potong jamak tetap
termasuk proses bubut juga, karena pada dasarnya setiap pahat bekerja sendiri-sendiri. Selain itu
proses pengaturan (setting) pahatnya tetap dilakukan satu persatu. Gambar skematis Mesin Bubut
dan bagianbagiannya dijelaskan pada Gambar 6.2.
Gambar 6 1. (1) Proses bubut rata, (2) bubut permukaan, dan (3) bubut tirus.Gambar 6 2. Gambar skematis Mesin Bubut dan nama bagianbagiannya.
Prinsip kerja mesin bubut
Poros spindel akan memutar benda kerja melalui piringan pembawa sehingga memutar
roda gigi pada poros spindel. Melalui roda gigi penghubung, putaran akan disampaikan ke roda
gigi poros ulir. Oleh klem berulir, putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada
eretan yang membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang berbentuk
ulir.
Bagian-bagian mesin bubut
Mesin bubut terdiri dari meja dan kepala tetap. Di dalam kepala tetap terdapat roda-roda
gigi transmisi penukar putaran yang akan memutar poros spindel. Poros spindel akan menmutar
benda kerja melalui cekal. Eretan utama akan bergerak sepanjang meja sambil membawa eretan
lintang dan eretan atas dan dudukan pahat. Sumber utama dari semua gerakkan tersebut berasal
dari motor listrik untuk memutar pulley melalui sabuk.
Kecepatan putar (Speed)
Kecepatan putar, n (speed), selalu dihubungkan dengan sumbu utama (spindel) dan
benda kerja. Kecepatan putar dinotasikan sebagai putaran per menit (rotations per minute, rpm).
Akan tetapi yang diutamakan dalam proses bubut adalah kecepatan potong (cutting speed atau v)
atau kecepatan benda kerja dilalui oleh pahat/keliling benda kerja (lihat Gambar 6.3). Secara
sederhana kecepatan potong dapat digambarkan sebagai keliling benda kerja dikalikan dengan
kecepatan putar atau :
vc =
Dimana:
Vc = Kecepatan Potong (m/menit)
D0 = Diameter benda kerja (mm)
n = Putaran spindel (rpm)
Gambar 6 3. Panjang permukaan benda kerja yang dilaluipahat setiap putaran.
Bagian-bagian Mesin Bubut
Mesin bubut terdiri dari meja dan kepala tetap. Di dalam kepala tetap terdapat roda-roda gigi
transmisi penukar putaran yang akan memutar poros spindel. Poros spindel akan memutar benda
kerja melalui cekal. Eretan utama akan bergerak sepanjang meja sambil membawa eretan lintang
dan eretan atas dan dudukan pahat. Sumber utama dari semua gerakan tersebut berasal dari
motor listrik untuk memutar pulley melalui sabuk.
1. Kepala tetap ( head stock )2. Spindel (spindle )3. Eretan ( carriage )4. Kepala lepas ( tail stock )5. Alas ( bed )6. Ulir pembawa ( lead screw )7. Poros penjualan ( feed rod )8. Tempat pahat ( tool post )9. Alas putar (swivel base )10. Lemari roda gigi ( Gear box )
No
.
Nama Bahan Kecepatan Potong (m/menit)
1. Baja lunak 24-30 2. Baja perkakas 12-18 3. Besi tuang abu-
abu 18-24
4. Kuningan keras 45 5. Kuningan lunak 60 6. Tembaga 60 7. Alumunium 300
3.2 Bubut Bertingkat dan Bubut Dalam
Proses bubut permukaan (surface turning) adalah proses bubut yang identik dengan proses
bubut rata, tetapi arah gerakan pemakanan tegak lurus terhadap sumbu benda kerja. Proses bubut
tirus (taper turning) sebenarnya identik dengan proses bubut rata diatas, hanya jalannya pahat
membentuk sudut tertentu terhadap sumbu benda kerja. Demikian juga dengan proses bubut
kontur, dilakukan dengan cara memvariasi kedalaman potong, sehingga menghasilkan bentuk
yang diinginkan.
Walaupun proses bubut secara khusus menggunakan pahat bermata potong tunggal, tetapi
proses bubut bermata potong jamak tetap termasuk proses bubut juga, karena pada dasarnya
setiap pahat bekerja sendiri-sendiri.
Parameter yang dapat diatur pada mesin bubut, Tiga parameter utama pada setiap proses
bubut adalah kecepatan putar spindel (speed), gerak makan (feed) dan kedalaman potong (depth
of cut).
Kecepatan putar spindel (speed).
Selalu dihubungkan dengan sumbu utama (spindel) dan benda kerja. Kecepatan putar
dinotasikan sebagai putaran permenit (rotations per minute, rpm). Akan tetapi yang diutamakan
dalam proses bubut adalah kecepatan potong (cutting speed atau v) atau kecepatan benda kerja
dilalui oleh pahat/keliling benda kerja. Dengan demikian kecepatan potong ditentukan oleh
diameter benda kerja. Selain kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja, faktor
bahan benda kerja, dan bahan pahat sangat menentukan harga kecepatan potong.
Gerak Makan, f (feed).
Jarak yang ditempuh oleh pahat setiap benda kerja berputar satu kali, sehingga satuan f
adalah mm/putaran. Gerak makan ditentukan berdasarkan kekuatan mesin, material benda kerja,
material pahat, bentuk pahat dan terutama kehalusan permukaan yang diinginkan. Gerak makan
biasanya ditentukan dalam hubungannya dengan kedalaman potong. Gerak makan tersebut
berharga sekitar 1/3 sampai 1/20 atau sesuai dengan kehalusan permukaan yang dikehendaki.
Kedalaman Potong (depth of cut)
Tebal bagian benda kerja yang dibuang dari benda kerja, atau jarak antara permukaan yang
dipotong terhadap permukaan yang belum terpotong. Ketika pahat memotong sedalam a, maka
diameter benda kerja akan berkurang 2a, karena bagian permukaan benda kerja yang dipotong
ada di dua sisi, akibat dari benda kerja yang diputar. Beberapa proses permesinan selain proses
bubut, pada mesin bubut juga dilakukan proses permesinan yang lain, yaitu bubut dalam
(internal turning).
3.3 Kartel dan Alur
Adalah membuat rigi-rigi pada benda kerja dengan gigi kartel yang tersedia. Kartel
dipasang pada rumah pahat dan kedudukannya harus setinggi center. Kerja kartel ini adalah
menekan benda kerja bukan menyayat seperti pahat bubut.
Dari berbagai produk seperti pegangan, mur, sekerup dan lainnya, yang diputarkan dengan
tangan, permukaannya dibuat kasar, pekerjaan ini disebut merigi (mengkartel). Petronnya
ditekan kedalam benda kerjanya dengan bantuan alat perigi. Untuk kartel lurus, alat itu
mempunyai sebuah rol dan untuk kartel silang dua buah rol, rol-rol itu dapat diperoleh dipasaran
dalam berbagai bentuk dan dengan berbagai tusukt secara terpisah.
Tusuknya harus disesuaikan pada bahannya, diameter dan panjang benda kerjanya, bahan-
bahna yang liat lebih cocok untuk dikartel daripada yang rapuh, kecepatan keliling dari benda
kerjanya harus kira-kira 15 m/men. Pelumasan yang baik diperlukan untuk mengindari
penyerpihan karena gesekan, yang paling baik adalah menekan rol ke dalam bahannya pada
permulaan, sepanjang jarak kira-kira dua kali tusuknya dan kemudian mengeserkannya dengan
ingsutan kira-kira sama dengan tusuknya tiap perputaran untuk pengerjaan membubut alur di
pergunakan pahat bubut pengalur dan jenisnya ada yang lurus, bengkok, berjenjang ke kanan / ke
kiri. Bubut alur dilakukan secara berulang-ulang hingga mendapatkan hasil yang diinginkan.
3.4 Bubut Eksentrik
Bila garis-garis hati dari dua atau lebih silinder dari sebauah benda kerja sejajar, benda
kerja ini eksentris, jarak antara garis-garis hati itu disebut eksentrisitas e. Benda kerja pendek
dengan satu tap yang eksentis dapat dikencangkan dan diatur kedudukannya pada cakram empat
yang bebas pengaturannya, tetapi bila pada kedua ujungnya harus dibubut tap eksentris, cara
pengencangan ini tidak cocok, hal ini disebabkan karena hampir tidak mungkin untuk membuat
garis-garis hati dari kedua eksentris itu berimpitan, dalam hal ini akan lebih mudah kalau benda
kerja itu dibubut antara senter-senter, untuk itu porosnya harus dilengkapi dengan lubang-lubang
senter eksentris, lubang – lubang senter ini harus dibuat seteliti-telitinya.
3.5 Roda Gigi (Mesin Frais)
Pengertian Mesin Frais (milling machine) adalah mesin perkakas yang dalam proses kerja
pemotongannya dengan menyayat atau memakan benda kerja menggunakan alat potong bermata
banyak yang berputar (multipoint cutter). Pada saat alat potong (cutter) berputar, gigi – gigi
potongnya menyentuh permukaan benda kerja yang dijepit pada ragum meja mesin frais
sehingga terjadilah pemotongan/penyayatan dengan kedalaman sesuai penyettingan sehingga
menjadi benda produksi.
Dengan prinsip – prinsip pemotongan, kita dapat melakukan pembuatan benda kerja dengan
berbagai bentuk diantaranya :
a. Bidang rata datar
b. Bidang rata miring menyudut
c. Bidang siku
d. Bidang sejajar
e. Alur lurus atau melingkar
f. Segi beraturan atau tidak beraturan
g. Pengeboran lubang atau tidak beraturan
Selain bentuk-bentuk diatas, kita juga dapat melakukan pembuatan benda kerja dengan
bentuk yang lain dimana bentuk ini sangat dipengaruhi oleh bentuk pisau dan arah gerakannya
alat serta perlengkapan lain yang digunakan diantarannya :
a. Roda gigi lurus
b. Roda gigi helik
c. Roda gigi payung
d. Roda gigi cacing
e. Nok/eksentrik
f. Ulir yang memiliki kisar/pitch yang besar
Mesin frais merupakan jenis mesin perkakas yang sangat cepat berkembang dalam
teknologi penggunaannya, sehingga dengan mesin ini dapat digunakan untuk membentuk dan
meratakan permukaan. Membuat alur (splines), membuat roda gigi dan ulir bahkan dapt
dipergunakan untuk mengebor dan meluaskan lubang. Tetapi yang paling banyak dijumpai
adalah jenis mesin tiang dan lutut (column-and-knee), meja tetap (fixed-bed) dan pengendalian
manual sebelum mesin – mesin pengendalian komputer dikembangkan. Jenis mesin frais yang
lain prinsip kerjanya khusus seperti mesin frais yaitu mesin hobbing (hobbing machines) dan
mesin pembuat pasak (key milling machines).
Jenis – jeis Pisau Frais
Pisau mesin frais/cutter mesin frais baik horizontal maupun vertical memiliki banyak sekali
jenis dan bentuknya. Pemilihan pisau frais berdasarkan pada bentuk benda kerja, serta mudah
atau kompleksnya benda kerja yang akan dibuat. Adapun jenis – jenis pisau frais, antara lain :
Pisau Mntel (Helical Milling Cutter)
Pisau jenis ini dipakai pada mesin Frais horizontal. Biasanya digunakan untuk pemakanan
permukaan kasar (Roughing) dan lebar.
Pisau Alur (Slot Milling Cutter)
Pisau alur berfungsi untuk membuat alur pada bidang permukaan benda kerja. Jenis pisau ini ada
beberapa macam penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pisau Frais Gigi (Gear Cutter)
Pisau Frais gigi ini dipergunakan untuk membuat roda gigi sesuai jenis dan jumlah yang
diinginkan.
Pisau Frais Radius (Convex Cutter)
Pisau jenis ini digunakan untuk membuat benda kerja yang bentuknya memiliki radius dalam
(cekung).
Pisau Frais Radius Cembung (Concave Cutter)
Pisau jenis ini dipergunakan untuk membuat benda kerja yang bentuknya memiliki radius dalam
(cekung).
Pisau Frais Alur T (T Slot Cutter)
Pisau jenis ini hanya digunakan untuk membuat alur berbetuk “T” seperti halnya pada meja
mesin frais.
Pisau Frais Sudut
Pisau jenis ini digunakan untuk membuat alur berbentuk sudut yang hasilnya sesuai dengan
sudut pisau yang digunakan. Pisau jenis ini memiliki sudut – sudut yang berbeda – beda.
Pisau Jari (Endmill Cutter)
Ukuran jenis pisau ini sangat bervariasi mulai ukuran kecil sampai ukuran besar. Cutter ini
biasanya dipakai untuk membuat alur pada bidang datar atau jenis pisau ini pada umumnya
dipasang pada posisi tegak (mesin frais vertical), namun pada kondisi tertentu dapat juga
dipasang posisi horizontal yaitu langsung dipasang pada spindle mesin frais.
Pisau Frais muka dan Sisi (Shell endmill Cutter)
Jenis pisau ini memiliki mata sayat dimuka dan disisi, dapat digunakan untuk mengefrais bidang
rata dan bertingkat.
Pisau Frais Pengasaran (Heavy Duty Endmill Cutter)
Pisau jenis ini mempunyai ciri khas yang berbeda dengan cutter yang lain. Pada sisinya
berbentuk alur helik yang dapat digunakan untuk menyayat benda kerja dari sisi potong cutter,
sehingga cutter ini mampu melakukan penyayatan yang cukup besar.
Pisau Frais Gergaji (Slitting Saw)
Pisau frais jenis ini digunakan untuk memotong atau membelah benda kerja. Selain itu juga
dapat digunakan untuk membuat alur yang memiliki ukuran lebar kecil.
Metoda pemotongan pada kerja frais dibagi menjadi 3, diantanya : pemotongan searah
jarum jam, pemotongan berlawanan jarum jam dan netral.
Pemotongan Searah Benda Kerja
Yang dimaksud pemotongan searah adalah pemotongan yang datangnya benda kerja searah
dengan putaran sisi potong cutter. Pada pemotongan ini hasilnya kurang baik karena meja (benda
kerja) cenderung tertarik oleh cutter.
Pemotongan Berlawanan Arah Benda Kerja
Yang dimaksud pemotongan berlawanan arah adalah pemotongan yang datangnya benda kerja
berlawanan dengan putaran sisi potong cutter. Pada pemotongan ini hasilnya dapat maksimal
karena meja (benda kerja) tidak tertarik oleh cutter.
Pemotongan Netral
Pemotongan netral yaitu pemotongan yang terjadi apabila lebar benda yang disayat lebih kecil
dari ukuran diameter pisau atau diameter pisau tidak lebih besar dari bidang yang disayat.
Pemotongan jenis ini hanya berlaku untuk mesin frais vertical.
3.6 Mandrel dan Bubut Ulir
Ulir adalah garis atau alur/profil melingkar (melilit pada sisinder yang mempunyai sudut
kisar atau uliran tetap.
Macam – macam ulir
a. Dilihat dari profil alur
Ulir Segitiga
Ulir Segi empat
Ulir Trapesium
Ulir Buttress
Ulir Bulat
b. Dilihat dari banyaknya jalan uliran
Ulir Tunggal : dalam satu silinder hanya terdapat satu uliran yang melingkar
Ulir Ganda : dalam satu silinder terdapat dua atau lebih ulir yang melingkar secara bersama –
sama.
c. Dilihat dari arah gerak ulir
Ulir Kanan : arah dari putaran ulir searah dengan jarum jam
Ulir Kiri : arah putaran ulir berlawanan dengan jarum jam.
d. Dilihat dari cara pengerjaan
Ulir yang dikerjakan dengan mesin
Ulir yang dikerjakan dengan tangan (senai and tap)
Ulir segitiga ada 2 macam, yaitu : Ulir metrik dengan sudut 60o dan Ulir whit worth ( WW )
dengan sudut 55 o. Maka pasanglah pahat bubut dengan sudut yang sesuai. Apabila pahatnya
belum tersedia, bentuklah pahat tersebut sesuai dengan sudut yang dibutuhkan.
1. Pasang pahat bubut pada tempat pahat. Atur kedudukan alas putar sehingga membentuk sudut 90
o dengan garis sumbu spindel.
2. Setiap memulai pembubutan harus menggunakan lonceng. Yaitu pada saat akan memulai
pembubutan , jarum dengan angka yang ditentukan harus tepat bertemu, langsung handle
otomatis dijalankan, bila sampai pada akhir ulir, handle otomatis dilepas. Hal ini dikerjakan
berulang-ulang.
3.7 Pembubutan Tirus
Pada pembubutan tirus, jalan yang ditempuh oleh pahatnya, harus membuat sudut dengan
garis hatinya benda kerja, disini adalah perlu sekali bahwa mata pahatnya harus berada tepat
pada ketinggian senter, kalau hal ini tidak demikian maka akan dibubut sebuah hiperboloida
putar, jadi bukan sebuah kerucut. Selain dari itu, benda kerjanya akan memperlihatkan
penyimpangan-penyimpangan ukuran. Diumpamakan, bahwa kita harus membubut sebuah
kerucut yang panjangnya 100 mm, diameter paling kecil 20 mm dan diameter paling besar 50
mm, maka kalau pahatnya berada 2 mm terlalu tinggi atau terlalu rendah, diameter yang paling
besar menjadi 0,24 mm terlalu kecil, bila yang dimuali pada diameter paling kecil, diameter
paling kecil menjadi 0,24 mm terlalu besar, bila dimuali pada diameter yang paling besar.
Gambar 5. Membubut tirus dengan menggunakan perletakan majemuk.
Gambar 6. Membubut tirus dengan meng-offset-kan pusat ekor tetap.
Cara Membubut Tirus
Pada bagian-bagian mesin, selain poros denagn bentuk rata memanjang atau bertingkat, ada juga
poros berbentuk tirus. Untuk membubut tirus dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama,
dengan menggeser kepala lepas, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
X
Dimana : x = Jarak geser kepala lepas dari garis sumbu spindle
D = Diameter terbesar
d = Diameter terkecil
L = Panjang benda kerja
l = Panjang yang ditiruskan
Cara kedua, dengan menggeserkan alas putar ( swifel base ) dengan menentukan besarnya
sudut.
Dimana :
tg x = Tangen x
D = Diameter terbesar
d = Diameter terkecil
l = Jarak yang
ditentukan
Setelah diketahui tangen x,
maka dapat dicari besarnya
sudut x dengan melihat daftar
di bawah ini :
4. LANGKAH KERJA
a. Bubut Bertingkat dan Bubut Dalam
xo Tg xo Tg xo Tg xo tg xo tg1 0.017 11 0.194 21 0.383 31 0.600 41 0.8692 0.038 12 0.212 22 0.404 32 0.624 42 0.9003 0.052 13 0.230 23 0.424 33 0.649 43 0.9324 0.070 14 0.249 24 0.445 34 0.674 44 0.965
5 0.087 15 0.267 25 0.466 35 0.700 45 1.000
6 0.105 16 0.286 26 0.487 36 0.726 46 1.035
7 0.122 17 0.305 27 0.509 37 0.753 47 1.071
8 0.140 18 0.324 28 0.531 38 0.781 48 1.110
9 0.158 19 0.344 29 0.554 39 0.809 49 1.180
10 0.176 20 0.364 30 0.577 40 0.839 50 1.191
1. Pastikan mesin bubut siap pakai dan persiapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti pahat bubut,
gambar kerja, benda kerja, jangka sorong, micrometer dalam, dan luar.
2. Pasang pahat bubut pada rumah pahat.
3. Pasang benda kerja pada chuck rahang 3.
4. Atur kecepatan mesin bubut untuk melakukan pembubutan ST 37.
5. Lakukan pembubutan muka terlebih dahulu sepanjang 150 mm.
6. Kemudian bubut rata secara ketebalan yang sudah ditentukan dan dilakukan secara kontynu
sepanjang 25 mm dengan diameter 22 mm.
7. Setelah poros berdiameter 23 mm bubut rata kembali sepanjang 10 mm dengan diameter 18
mm.
8. Setelah itu balikan benda kerja untuk melakukan pekerjaan bubut dalam.
Bubut dalam bertingkat
1. Setelah itu lakukan center drill
2. Setelah itu pasang mata bor 8 mm untuk mengebor benda kerja sepanjang 25mm setelah selesai,
maka ganti dengan mata bor 15 untuk memperbesar lubang sepanjang 25 mm.
3. Kemudian pasang pahat bubut dalam untuk membubut dalam.
4. Lakukan bubut dalam sepanjang 25 mm dengan diameter 18 mm
5. Setelah berdiameter 18 mm bubut kembali sepanjang 10 mm dengan diameter 23 mm.
Mengkartel dan Alur dengan mesin frais
1. Pasang pahat kartel pada rumah pahat.
2. Atur kecepatan mesin pada rpm rendah ( antara 60-80 rpm ).
3. Setelah itu pahat kartel tempelkan pada benda kerja dan yakin dengan tata letak pahat kartel
pada benda kerja, tahap selanjutnya adalah menyalakan mesin bubut dan mengoperasikannya.
4. Lakukanlah proses mengkartel berulang–ulang hingga permukaan benda mengalami perpadatan
dan diameter benda kerjanya bertambah sampai 25,7 mm.
5. Lepaskan benda kerja dari chuck rahang 3 untuk selanjutnya dilakukan proses membuat alur
dengan mesin frais.
6. Pasang benda kerja pada ragum mesin frais.
7. Atur pisau frais sehingga berada pada tengah-tengah benda kerja dan jangan lupa atur juga titik 0
(nol) pisau frais terhadap benda kerja.
8. Kemudian nyalakan mesin frais.
9. Lakukan pemakanan sedikit-sedikit sampai kedalaman 1 mm sepanjang 25 mm.
10. Dan yang terakhir matikan mesin kemudian lepaskan benda kerja dari ragum.
c. Bubut Eksentrik
1. Pastikan mesin bubut siap pakai dan persiapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti pahat bubut,
gambar kerja, benda kerja, jangka sorong, micrometer luar, dial indikator dan lain-lain.
2. Pasang pahat bubut pada rumah pahat.
3. Pasang benda kerja pada chuck rahang 3.
4. Atur kecepatan sepindel sesuai dengan kebutuhan untuk membubut baja ST 37.
5. Setelah selesai pembubutan dengan menggunakan cekam rahang 3 dilanjutkan ke cekam rahang
4 untuk melakukan pekerjaan membubut eksentrik.
6. Setting pada chuck rahang 4 dengan menggunakan alat dial indicator yang telah disediakan,
dengan menggeser benda kerja sebanyak 5,2 mm.
7. Kemudian atur kembali kecepatan mesin dengan rpm rendah, dan lakukan pemakanan secara
perlahan dengan pemakanan sedikit-sedikit dengan panjang 20 mm dengan diameter 15 mm.
d. Roda Gigi
1. Pertama – tama persiapkan alat – alat yang dibutuhkan
2. Lalu periksalah mesin bubut apakah telah berjalan dengan baik atau belum
3. Pasanglah pahat hingga menjadi posisi yang benar
4. Setelah itu pasang benda kerja pada chuck hingga tidak bergerak
5. Langkah berikutnya barulah menentukan putaran mesin
6. Setting mesin yang akan dipakai
7. Pada proses pemotongan lakukanlah sesuai dengan job sheet
8. Setelah itu lakukanlah pemeriksaan dan pengaturan mesin
9. Simpanlah indikator di atas meja untuk mempermudah pengerjaannya
10. Setelah pemotongan selesai jangan lupa matikan lah mesin pada keadaan off demi keselamatan.
e. Mandrel dan Ulir
1. Pastikan mesin bubut siap pakai dan persiapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti pahat bubut,
gambar kerja, benda kerja, jangka sorong, micrometer luar, dan alat ukur Go/no Go.
2. Pasang pahat bubut pada rumah pahat.
3. Pasang benda kerja pada chuck rahang 3.
4. Atur kecepatan sepindel sesuai dengan kebutuhan untuk membubut baja ST 37.
5. Setelah itu jangan lupa lakukan pembubutan muka dengan panjang 120 mm.
6. Lakukan bor senter dibagian kedua muka benda kerja.
7. Kemudian lakukan bubut rata sepanjang 90 mm dengan diameter 24 mm.
8. Setelah itu balikan benda kerja untuk pengerjaan bubut rata lagi dengan panjang 30 mm dengan
diameter 10 mm
9. Setelah itu lakukan pembubutan alur.
10. Normalkan kembali posisi kepala lepas yang sudah digeser kembali ke posisi semula atau nol
11. Posisi benda tetap, tetapi pahat diganti dengan pahat alur
12. Setelah Tadi dibubut sepanjang 30 mm dengan diameter 9,9 mm kemudian ujungnya dibubut
alur sepanjang 5 mm dengan diameter 8 mm.
13. Setelah itu lakukan pembubutan ulir.
14. Persiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk mengulir
15. Cek gear mesin bubut yang merupakan syarat untuk mengulir
16. Pasang pahat ulir pada rumah pahat dengan benar
17. Seting pengaturan pada mesin bubut untuk pemakanan ulir dengan kedalam ulir 1,25mm.
18. Atur kecepatan mesin bubut dengan kecepatan rendah
19. Setelah itu lakukan pembubutan secara searah, atau kembalikan lagi ketitik nol pada lonceng.
Supaya tidak terjadi penumpukan atau salah jalur pada pembubutan ulir.
20. Pembubutan ulir dilakukan secara berulang-ulang sampai mendapat ukuran yang pas yaitu
diameter 9,9 mm dengan kedalaman ulir 1,25mm.
5. TEMUAN PRAKTEK DAN PEMBAHASAN
Dalam pengerjaan kerja bangku saya mengalami beberapa kesalahan dalam proses
pengerjaannya, ternyata memang tidak semudah yang dibayangkan saat pertama kali melihat
bahan kerja yang dibagikan. Banyak beberapa prosedur yang mesti dipatuhi karena sebenarnya
hal itu juga untuk kepentingan keselamatan kita sendiri. Pelaksanaan kerja bangku ternyata
menuntut agar mempunyai ketelitian, kesabaran dan ketekunan yang kuat agar hasil benda kerja
sesuai dengan yang diharapkan. Dan juga yang tidak kalah pentingnya lagi ketersediaan alat
yang menadai juga sangat menentukan hasil benda kerja.
Pada saat mengikir banyak kendala yang di rasakan seperti tekor dan cembungnya hasil
pengikiran sesuai teori yang telah di berikan pengikiran menggunakan metoda menyilang dalam
metoda ini seharusnya saat mengikir, gerakan tangan harus panjang dan kokoh, juga supaya
permukaan kikir selalu menempel pada benda kerja agar benda kerja memperoleh hasil yang
baik. Bidang pada benda kerja yang sudah dikikir tapi belum selesai jangan sekali-kali disentuh
dengan tangan, ini akan berdampak permukaan yang akan dikikir menjadi licin, karena pada
tangan mengandung minyak, sehingga untuk beberapa gerakan pengikiran menjadi licin. Dan
jangan menggerakan tangan saat mengikir karena sesuai prosedur yang tepat adalah yang
bergerak tubuh kita bukan tangan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pengerjakan praktek mengefrais kemarin saya selaku penulis dapat menyimpulkan
bahwa masih banyak mahasiswa yang kurang menguasai Matakuliah Teknik permesinan
khususnya dalam mengfrais (pembuatan roda gigi).
Kemudian dalam pengerjaan membubut saya menemukan kesulitan dalam pengerjaan
asentrik dan ulir. Karena dibagian ini mahasiswa dituntut untuk bisa lebih teliti dalam
menggunakan dial indikatordalam pekerjaan asentrik. Dan mahasiswa juga dituntut dari hasil
pengerjaan ulir supaya tidak no go.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat melalui laporan ini, untuk mengatasi kesuliatann
mahasiswa dalam penguasaan kerja membubut dan mengefrais disarankan:
a) Pada proses praktek kerja membubut dan mengefrais mahasiswa harus ditekankan pada tahap
perataan dan tahapan selanjutnya dalam membubut dan mengefrais sehingga mendapat hasil
yang baik dan dapat bersaing di perusahaan.
b) Agar diadakan penelitian tentang kesulitan mengenai cara kerja membubut dan mengefrais,
sehingga diharapkan dosen bidang setudi Teknik Permesinan dapat menggunakan sebagai dasar
remedial atau titik acuan untuk mencapai mutu yag baik.