laporan praktek.docx

27
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Praktik membubut dan mengefrais merupakan usaha sadar membekali individu dengan pengetahuan dan kemampuan untuk menghasilkan skil yang sesuai standar untuk bekerja di industri maupun untuk menjadi seorang guru. Oleh karena itu, sudah semestinya dalam proses praktek membubut dan mengefrais harus tercemin adanya pengarah pada pemenuhan kebutuhan untuk menjawab dan meyesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam praktek membubut dan mengefrais. Melalui mata Kuliah teknik permesinan berusaha untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) terutama dalam menghadapi industrialisasi sehingga tidak kalah bersaing dengan bangsa- bangsa dan Negara-negara lainnya. Untuk mencapai maksud tersebut mata Kuliah Teknik Permesinan untuk diberikan kepada siswa sejak mereka memasuki Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Namun, tidak semua siswa meyukai mata pelajaran teknik permesinan bahkan kurang memiliki minat, dan kebanyakan menganggap sulit. Sulitnya mahasiswa pada mata pelajaran ini ditunjukan dengan rendahnya hasil akhir pengerjaan membubut dan mengefrais. Kunci keberhasilan mahasiswa dalam Kuliah Teknik Permesinan yaitu pada kemempuan memehami metode-metode membubut

Upload: emy-irvan

Post on 23-Oct-2015

60 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan praktek.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

            Praktik membubut dan mengefrais merupakan usaha sadar membekali individu dengan

pengetahuan dan kemampuan untuk menghasilkan skil yang sesuai standar untuk bekerja di

industri maupun untuk menjadi seorang guru. Oleh karena itu, sudah semestinya dalam proses

praktek membubut dan mengefrais harus tercemin adanya pengarah pada pemenuhan kebutuhan

untuk menjawab dan meyesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam praktek

membubut dan mengefrais.

            Melalui mata Kuliah teknik permesinan berusaha untuk meningkatkan sumber daya

manusia (SDM) terutama dalam menghadapi industrialisasi sehingga tidak kalah bersaing

dengan bangsa-bangsa dan Negara-negara lainnya.

            Untuk mencapai maksud tersebut mata Kuliah Teknik Permesinan untuk diberikan

kepada siswa sejak mereka memasuki Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Namun, tidak semua

siswa meyukai mata pelajaran teknik permesinan bahkan kurang memiliki minat, dan

kebanyakan menganggap sulit. Sulitnya mahasiswa pada mata pelajaran ini ditunjukan dengan

rendahnya hasil akhir pengerjaan membubut dan mengefrais.

            Kunci keberhasilan mahasiswa dalam Kuliah Teknik Permesinan yaitu pada kemempuan

memehami metode-metode membubut dan mengefrais secara baik, yaitu petunjuk, proses,

pemakaian,dan hasil.

            Kegagalan mahasiswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain terlalu banyak mata

pelajaran yang harus diikuti, pengetahuan mahasiswa yang kurang, dosen yang kurang

menguasai materi, atau juga karena kemampuan nalar mahasiswa yang kurang, meyebabkan

mahasiswa kurang tertarik pada mata Kuliah Teknik Permesinan

2.      TUJUAN

2.1 Tujuan Umum

Dengan mengadakan praktek kerja membubut dan mengefrais di Work Shop tempat penulis

menjadi mahasiswa, penulis bertujuan untuk memperoleh gambaran secara obyektif tentang

kesulitan yang banyak dihadapi oleh mahasiswa dalam menguasai tentang praktek kerja

membubut dan mengefrais.

Page 2: laporan praktek.docx

Hasil laporan ini diharapkan dapat digunakan oleh para dosen Teknik Permesinan untuk

bahan perbandingan dalam meningkatkan dalam kegiatan mengajarnya. Laporan ini dapat

dikembangkan secara berkesinambungan untuk semua praktek kerja membubut dan mengefrais

dan lainnya, dengan demikian diharapkan prestasi belajar siswa lebih dapat ditingkatkan.

2.2 Tujuan Khusus

         Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan pekerjaan yang sulit contohnya membuat ulir, asentrik dan roda gigi.

         Mahasiswa ahli dalam kerja membubut dan mengefrais yang akan memudahkan untuk mencari kerja.

         Mahasiswa dapat menggunakan mesin bubut dan frais konfesional, karena sebagai dasar untuk keahlian kerja membubut dan mengefrais dengan teknologi CNC.

         Mahasiswa dapat mengoreksi kesalahan yang terjadi pada saat  kerja membubut dan mengefrais.

3.      Ruang Lingkup

         Membubut dan Frai

BAB II

 ISI

1.   ALAT

1.1 Alat Utama

a.    Bubut Bertingkat dan Bubut Dalam      Mesin Bubut

      Pahat Bubut (HSS)

      Pahat Bubut Dalam (HSS)

      Mata Bor

b.   Kartel dan Alur      Mesin Bubut

      Pahat Bubut Rata (HSS)

      Pahat Bubut alur (HSS)

      Pahat Bubut Dalam (HSS)

      Alat Kartel

      Center drill

c.    Bubut Eksentrik

Page 3: laporan praktek.docx

      Mesin Bubut

      Cekam berahang empat

      Pahat Bubut Rata (HSS)

      Dial Indikator

      Center drill

d.   Roda Gigi      Mesin Frais

      Pahat Frais (HSS)

      1 set alat mesin bubut

      1 set alat mesin frais

e.    Mandrel      Mesin Bubut

      Pelat pembawa dan pembawa bengkok

      Pahat Ulir (HSS)

      Center drill

      1 set alat mesin bubut

      Lothedog.

1.2Alat Tambahan

a.      jangka sorong.

b.      Palu plastic.

c.       Mata bor.

d.      Mistar.

e.       Kunci pemegang pahat.

f.       Kunci L.

g.      Kunci Pas 14.

h.      Air pendingin mata pahat (coolant)

i.        Majut

j.        Kertas basah.

k.      Penjepit bahan.

Page 4: laporan praktek.docx

l.        Alat ukur Go / No Go.

1.3 Alat Keselamatan Kerja

         Kacamata pengaman.

          Pakaian kerja.

         Sepatu Safety.

         Masker.

2.   BAHAN YANG DIGUNAKAN

            Dalam mengerjakan membubut jenis bahanyang digunakan , yaitu : Baja ST 37 dengan

ukuran Tinggi 150 mm dan Diameter 25,4 mm.

Sedangkan bahan yang digunakan untuk membuat roda gigi dengan menggunakan mesin frais,

yaitu alumunium dengan diameter 42,75 mm dan tebal 20 mm

3.   LANDASAN TEORI

3.1 Mesin Bubut

            Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin

berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan Mesin Bubut. Prinsip dasarnya dapat

didefinisikan sebagai proses pemesinan permukaan luar benda silindris atau bubut rata :

�� Dengan benda kerja yang berputar

�� Dengan satu pahat bermata potong tunggal (with a single-point cutting tool)

�� Dengan gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak tertentu sehingga akan

membuang permukaan luar benda kerja (lihat Gambar 6.1 no. 1).

            Proses bubut permukaan (surface turning, Gambar 6.1 no. 2) adalah proses bubut yang

identik dengan proses bubut rata, tetapi arah gerakan pemakanan tegak lurus terhadap sumbu

benda kerja. Proses bubut tirus (taper turning, Gambar 6.1 no. 3) sebenarnya identik dengan

proses bubut rata di atas, hanya jalannya pahat membentuk sudut tertentu terhadap sumbu benda

kerja. Demikian juga proses bubut kontur, dilakukan dengan cara memvariasi kedalaman potong,

sehingga mengha-silkan bentuk yang diinginkan. Walaupun proses bubut secara khusus

menggunakan pahat bermata potong tunggal, tetapi proses bubut bermata potong jamak tetap

termasuk proses bubut juga, karena pada dasarnya setiap pahat bekerja sendiri-sendiri. Selain itu

Page 5: laporan praktek.docx

proses pengaturan (setting) pahatnya tetap dilakukan satu persatu. Gambar skematis Mesin Bubut

dan bagianbagiannya dijelaskan pada Gambar 6.2.

Gambar 6 1. (1) Proses bubut rata, (2) bubut permukaan, dan (3) bubut tirus.Gambar 6 2. Gambar skematis Mesin Bubut dan nama bagianbagiannya.

Prinsip kerja mesin bubut

Poros spindel akan memutar benda kerja melalui piringan pembawa sehingga memutar

roda gigi pada poros spindel. Melalui roda gigi penghubung, putaran akan disampaikan ke roda

gigi poros ulir. Oleh klem berulir, putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada

eretan yang membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang berbentuk

ulir.

Bagian-bagian mesin bubut

Mesin bubut terdiri dari meja dan kepala tetap. Di dalam kepala tetap terdapat roda-roda

gigi transmisi penukar putaran yang akan memutar poros spindel. Poros spindel akan menmutar

benda kerja melalui cekal. Eretan utama akan bergerak sepanjang meja sambil membawa eretan

lintang dan eretan atas dan dudukan pahat. Sumber utama dari semua gerakkan tersebut berasal

dari motor listrik untuk memutar pulley melalui sabuk.

Kecepatan putar (Speed)

            Kecepatan putar, n (speed), selalu dihubungkan dengan sumbu utama (spindel) dan

benda kerja. Kecepatan putar dinotasikan sebagai putaran per menit (rotations per minute, rpm).

Akan tetapi yang diutamakan dalam proses bubut adalah kecepatan potong (cutting speed atau v)

atau kecepatan benda kerja dilalui oleh pahat/keliling benda kerja (lihat Gambar 6.3). Secara

sederhana kecepatan potong dapat digambarkan sebagai keliling benda kerja dikalikan dengan

kecepatan putar atau :   

vc =

Dimana:

Vc = Kecepatan Potong (m/menit)

D0 = Diameter benda kerja (mm)

n = Putaran spindel (rpm)

Page 6: laporan praktek.docx

Gambar 6 3. Panjang permukaan benda kerja yang dilaluipahat setiap putaran.

Bagian-bagian Mesin Bubut

Mesin bubut terdiri dari meja dan kepala tetap. Di dalam kepala tetap terdapat roda-roda gigi

transmisi penukar putaran yang akan memutar poros spindel. Poros spindel akan memutar benda

kerja melalui cekal. Eretan utama akan bergerak sepanjang meja sambil membawa eretan lintang

dan eretan atas dan dudukan pahat. Sumber utama dari semua gerakan tersebut berasal dari

motor listrik untuk memutar pulley melalui sabuk.

1.            Kepala tetap ( head stock )2.            Spindel (spindle )3.            Eretan ( carriage )4.            Kepala lepas ( tail stock )5.            Alas ( bed )6.            Ulir pembawa ( lead screw )7.            Poros penjualan ( feed rod )8.            Tempat pahat ( tool post )9.            Alas putar (swivel base )10.        Lemari roda gigi ( Gear box )

No

.

Nama Bahan Kecepatan Potong (m/menit)

1. Baja lunak 24-30 2. Baja perkakas 12-18 3. Besi tuang abu-

abu 18-24

4. Kuningan keras 45 5. Kuningan lunak 60 6. Tembaga 60 7. Alumunium 300

Page 7: laporan praktek.docx

3.2   Bubut Bertingkat dan Bubut Dalam

         Proses bubut permukaan (surface turning) adalah proses bubut yang identik dengan proses

bubut rata, tetapi arah gerakan pemakanan tegak lurus terhadap sumbu benda kerja. Proses bubut

tirus (taper turning) sebenarnya identik dengan proses bubut rata diatas, hanya jalannya pahat

membentuk sudut tertentu terhadap sumbu benda kerja. Demikian juga dengan proses bubut

kontur, dilakukan dengan cara memvariasi kedalaman potong, sehingga menghasilkan bentuk

yang diinginkan.

        

         Walaupun proses bubut secara khusus menggunakan pahat bermata potong tunggal, tetapi

proses bubut bermata potong jamak tetap termasuk proses bubut juga, karena pada dasarnya

setiap pahat bekerja sendiri-sendiri.

         Parameter yang dapat diatur pada mesin bubut, Tiga parameter utama pada setiap proses

bubut adalah kecepatan putar spindel (speed), gerak makan (feed) dan kedalaman potong (depth

of cut).

Kecepatan putar spindel (speed).

         Selalu dihubungkan dengan sumbu utama (spindel) dan benda kerja. Kecepatan putar

dinotasikan sebagai putaran permenit (rotations per minute, rpm). Akan tetapi yang diutamakan

dalam proses bubut adalah kecepatan potong (cutting speed atau v) atau kecepatan benda kerja

dilalui oleh pahat/keliling benda kerja. Dengan demikian kecepatan potong ditentukan oleh

diameter benda kerja. Selain kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja, faktor

bahan benda kerja, dan bahan pahat sangat menentukan harga kecepatan potong.

Gerak Makan, f (feed).

         Jarak yang ditempuh oleh pahat setiap benda kerja berputar satu kali, sehingga satuan f

adalah mm/putaran. Gerak makan ditentukan berdasarkan kekuatan mesin, material benda kerja,

material pahat, bentuk pahat dan terutama kehalusan permukaan yang diinginkan. Gerak makan

biasanya ditentukan dalam hubungannya dengan kedalaman potong. Gerak makan tersebut

berharga sekitar 1/3 sampai 1/20 atau sesuai dengan kehalusan permukaan yang dikehendaki.

Page 8: laporan praktek.docx

Kedalaman Potong (depth of cut)

         Tebal bagian benda kerja yang dibuang dari benda kerja, atau jarak antara permukaan yang

dipotong terhadap permukaan yang belum terpotong. Ketika pahat memotong sedalam a, maka

diameter benda kerja akan berkurang 2a, karena bagian permukaan benda kerja yang dipotong

ada di dua sisi, akibat dari benda kerja yang diputar. Beberapa proses permesinan selain proses

bubut, pada mesin bubut juga dilakukan proses permesinan yang lain, yaitu bubut dalam

(internal turning).

3.3   Kartel dan Alur

         Adalah membuat rigi-rigi pada benda kerja dengan gigi kartel yang tersedia. Kartel

dipasang pada rumah pahat dan kedudukannya harus setinggi center. Kerja kartel ini adalah

menekan benda kerja bukan menyayat seperti pahat bubut.

Dari berbagai produk seperti pegangan, mur, sekerup dan lainnya, yang diputarkan dengan

tangan, permukaannya dibuat kasar, pekerjaan ini disebut merigi (mengkartel). Petronnya

ditekan kedalam benda kerjanya dengan bantuan alat perigi. Untuk kartel lurus, alat itu

mempunyai sebuah rol dan untuk kartel silang dua buah rol, rol-rol itu dapat diperoleh dipasaran

dalam berbagai bentuk dan dengan berbagai tusukt secara terpisah.

         Tusuknya harus disesuaikan pada bahannya, diameter dan panjang benda kerjanya, bahan-

bahna yang liat lebih cocok untuk dikartel daripada yang rapuh, kecepatan keliling dari benda

kerjanya harus kira-kira 15 m/men. Pelumasan yang baik diperlukan untuk mengindari

penyerpihan karena gesekan, yang paling baik adalah menekan rol ke dalam bahannya pada

permulaan, sepanjang jarak kira-kira dua kali tusuknya dan kemudian mengeserkannya dengan

ingsutan kira-kira sama dengan tusuknya tiap perputaran untuk pengerjaan membubut alur di

pergunakan pahat bubut pengalur dan jenisnya ada yang lurus, bengkok, berjenjang ke kanan / ke

kiri. Bubut alur dilakukan secara berulang-ulang hingga mendapatkan hasil yang diinginkan.

3.4   Bubut Eksentrik

         Bila garis-garis hati dari dua atau lebih silinder dari sebauah benda kerja sejajar, benda

kerja ini eksentris, jarak antara garis-garis hati itu disebut eksentrisitas e. Benda kerja pendek

dengan satu tap yang eksentis dapat dikencangkan dan diatur kedudukannya pada cakram empat

Page 9: laporan praktek.docx

yang bebas pengaturannya, tetapi bila pada kedua ujungnya harus dibubut tap eksentris, cara

pengencangan ini tidak cocok, hal ini disebabkan karena hampir tidak mungkin untuk membuat

garis-garis hati dari kedua eksentris itu berimpitan, dalam hal ini akan lebih mudah kalau benda

kerja itu dibubut antara senter-senter, untuk itu porosnya harus dilengkapi dengan lubang-lubang

senter eksentris, lubang – lubang senter ini harus dibuat seteliti-telitinya.

3.5    Roda Gigi (Mesin Frais)

         Pengertian Mesin Frais (milling machine) adalah mesin perkakas yang dalam proses kerja

pemotongannya dengan menyayat atau memakan benda kerja menggunakan alat potong bermata

banyak yang berputar (multipoint cutter). Pada saat alat potong (cutter) berputar, gigi – gigi

potongnya menyentuh permukaan benda kerja yang dijepit pada ragum meja mesin frais

sehingga terjadilah pemotongan/penyayatan dengan kedalaman sesuai penyettingan sehingga

menjadi benda produksi.

Dengan prinsip – prinsip pemotongan, kita dapat melakukan pembuatan benda kerja dengan

berbagai bentuk diantaranya :

a.       Bidang rata datar

b.      Bidang rata miring menyudut

c.       Bidang siku

d.      Bidang sejajar

e.       Alur lurus atau melingkar

f.       Segi beraturan atau tidak beraturan

g.      Pengeboran lubang atau tidak beraturan

         Selain bentuk-bentuk diatas, kita juga dapat melakukan pembuatan benda kerja dengan

bentuk yang lain dimana bentuk ini sangat dipengaruhi oleh bentuk pisau dan arah gerakannya

alat serta perlengkapan lain yang digunakan diantarannya :

a.       Roda gigi lurus

b.      Roda gigi helik

c.       Roda gigi payung

d.      Roda gigi cacing

e.       Nok/eksentrik

f.       Ulir yang memiliki kisar/pitch yang besar

Page 10: laporan praktek.docx

         Mesin frais merupakan jenis mesin perkakas yang sangat cepat berkembang dalam

teknologi penggunaannya, sehingga dengan mesin ini dapat digunakan untuk membentuk dan

meratakan permukaan. Membuat alur (splines), membuat roda gigi dan ulir bahkan dapt

dipergunakan untuk mengebor dan meluaskan lubang. Tetapi yang paling banyak dijumpai

adalah jenis mesin tiang dan lutut (column-and-knee), meja tetap (fixed-bed) dan pengendalian

manual sebelum mesin – mesin pengendalian komputer dikembangkan. Jenis mesin frais yang

lain prinsip kerjanya khusus seperti mesin frais yaitu mesin hobbing (hobbing machines) dan

mesin pembuat pasak (key milling machines).

Jenis – jeis Pisau Frais

         Pisau mesin frais/cutter mesin frais baik horizontal maupun vertical memiliki banyak sekali

jenis dan bentuknya. Pemilihan pisau frais berdasarkan pada bentuk benda kerja, serta mudah

atau kompleksnya benda kerja yang akan dibuat. Adapun jenis – jenis pisau frais, antara lain :

         Pisau Mntel (Helical Milling Cutter)

Pisau jenis ini dipakai pada mesin Frais horizontal. Biasanya digunakan untuk pemakanan

permukaan kasar (Roughing) dan lebar.

         Pisau Alur (Slot Milling Cutter)

Pisau alur berfungsi untuk membuat alur pada bidang permukaan benda kerja. Jenis pisau ini ada

beberapa macam penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan.

         Pisau Frais Gigi (Gear Cutter)

Pisau Frais gigi ini dipergunakan untuk membuat roda gigi sesuai jenis dan jumlah yang

diinginkan.

         Pisau Frais Radius (Convex Cutter)

Pisau jenis ini digunakan untuk membuat benda kerja yang bentuknya memiliki radius dalam

(cekung).

         Pisau Frais Radius Cembung (Concave Cutter)

Pisau jenis ini dipergunakan untuk membuat benda kerja yang bentuknya memiliki radius dalam

(cekung).

         Pisau Frais Alur T (T Slot Cutter)

         Pisau jenis ini hanya digunakan untuk membuat alur berbetuk “T” seperti halnya pada meja

mesin frais.

         Pisau Frais Sudut

Page 11: laporan praktek.docx

Pisau jenis ini digunakan untuk membuat alur berbentuk sudut yang hasilnya sesuai dengan

sudut pisau yang digunakan. Pisau jenis ini memiliki sudut – sudut yang berbeda – beda.

         Pisau Jari (Endmill Cutter)

Ukuran jenis pisau ini sangat bervariasi mulai ukuran kecil sampai ukuran besar. Cutter ini

biasanya dipakai untuk membuat alur pada bidang datar atau jenis pisau ini pada umumnya

dipasang pada posisi tegak (mesin frais vertical), namun pada kondisi tertentu dapat juga

dipasang posisi horizontal yaitu langsung dipasang pada spindle mesin frais.

         Pisau Frais muka dan Sisi (Shell endmill Cutter)

Jenis pisau ini memiliki mata sayat dimuka dan disisi, dapat digunakan untuk mengefrais bidang

rata dan bertingkat.

         Pisau Frais Pengasaran (Heavy Duty Endmill Cutter)

Pisau jenis ini mempunyai ciri khas yang berbeda dengan cutter yang lain. Pada sisinya

berbentuk alur helik yang dapat digunakan untuk menyayat benda kerja dari sisi potong cutter,

sehingga cutter ini mampu melakukan penyayatan yang cukup besar.

         Pisau Frais Gergaji (Slitting Saw)

Pisau frais jenis ini digunakan untuk memotong atau membelah benda kerja. Selain itu juga

dapat digunakan untuk membuat alur yang memiliki ukuran lebar kecil.

         Metoda pemotongan pada kerja frais dibagi menjadi 3, diantanya : pemotongan searah

jarum jam, pemotongan berlawanan jarum jam dan netral.

         Pemotongan Searah Benda Kerja

Yang dimaksud pemotongan searah adalah pemotongan yang datangnya benda kerja searah

dengan putaran sisi potong cutter. Pada pemotongan ini hasilnya kurang baik karena meja (benda

kerja) cenderung tertarik oleh cutter.

         Pemotongan Berlawanan Arah Benda Kerja

Yang dimaksud pemotongan berlawanan arah adalah pemotongan yang datangnya benda kerja

berlawanan dengan putaran sisi potong cutter. Pada pemotongan ini hasilnya dapat maksimal

karena meja (benda kerja) tidak tertarik oleh cutter.

         Pemotongan Netral

Pemotongan netral yaitu pemotongan yang terjadi apabila lebar benda yang disayat lebih kecil

dari ukuran diameter pisau atau diameter pisau tidak lebih besar dari bidang yang disayat.

Pemotongan jenis ini hanya berlaku untuk mesin frais vertical.

Page 12: laporan praktek.docx

3.6   Mandrel dan Bubut Ulir

         Ulir adalah garis atau alur/profil melingkar (melilit pada sisinder yang mempunyai sudut

kisar atau uliran tetap.

Macam – macam ulir

a.       Dilihat dari profil alur

           Ulir Segitiga

           Ulir Segi empat

           Ulir Trapesium

           Ulir Buttress

           Ulir Bulat

b.      Dilihat dari banyaknya jalan uliran

   Ulir Tunggal : dalam satu silinder hanya terdapat satu uliran yang melingkar

   Ulir Ganda : dalam satu silinder terdapat dua atau lebih ulir yang melingkar secara bersama –

sama.

c.       Dilihat dari arah gerak ulir

   Ulir Kanan : arah dari putaran ulir searah dengan jarum jam

   Ulir Kiri : arah putaran ulir berlawanan dengan jarum jam.

d.      Dilihat dari cara pengerjaan

Ulir yang dikerjakan dengan mesin

Ulir yang dikerjakan dengan tangan (senai and tap)

Ulir segitiga ada 2 macam, yaitu : Ulir metrik dengan sudut 60o dan Ulir whit worth ( WW )

dengan sudut 55 o. Maka pasanglah pahat bubut dengan sudut yang sesuai. Apabila pahatnya

belum tersedia, bentuklah pahat tersebut sesuai dengan sudut yang dibutuhkan.

1.        Pasang pahat bubut pada tempat pahat. Atur kedudukan alas putar sehingga membentuk sudut 90

o  dengan garis sumbu spindel.

2.        Setiap memulai pembubutan harus menggunakan lonceng. Yaitu pada saat akan memulai

pembubutan , jarum dengan angka yang ditentukan harus tepat bertemu, langsung handle

otomatis dijalankan, bila sampai pada akhir ulir, handle otomatis dilepas. Hal ini dikerjakan

berulang-ulang.

Page 13: laporan praktek.docx

3.7    Pembubutan Tirus

         Pada pembubutan tirus, jalan yang ditempuh oleh pahatnya, harus membuat sudut dengan

garis hatinya benda kerja, disini adalah perlu sekali bahwa mata pahatnya harus berada tepat

pada ketinggian senter, kalau hal ini tidak demikian maka akan dibubut sebuah hiperboloida

putar, jadi bukan sebuah kerucut. Selain dari itu, benda kerjanya akan memperlihatkan

penyimpangan-penyimpangan ukuran. Diumpamakan, bahwa kita harus membubut sebuah

kerucut yang panjangnya 100 mm, diameter paling kecil 20 mm dan diameter paling besar 50

mm, maka kalau pahatnya berada 2 mm terlalu tinggi atau terlalu rendah, diameter yang paling

besar menjadi 0,24 mm terlalu kecil, bila yang dimuali pada diameter paling kecil, diameter

paling kecil menjadi 0,24 mm terlalu besar, bila dimuali pada diameter yang paling besar.

Gambar 5. Membubut tirus dengan menggunakan perletakan majemuk.

Gambar 6. Membubut tirus dengan meng-offset-kan pusat ekor tetap.

Cara Membubut Tirus

Pada bagian-bagian mesin, selain poros denagn bentuk rata memanjang atau bertingkat, ada juga

poros berbentuk tirus. Untuk membubut tirus dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama,

dengan menggeser kepala lepas, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

                                              X

Dimana :      x  =  Jarak geser kepala lepas dari garis sumbu spindle

            D =  Diameter terbesar

            d  =  Diameter terkecil

            L  =  Panjang benda kerja

            l   =  Panjang yang ditiruskan

Cara kedua, dengan menggeserkan alas putar ( swifel base ) dengan menentukan besarnya

sudut.     

         Dimana  :              

tg  x  =  Tangen x

         D      =  Diameter terbesar

          d      =  Diameter terkecil

Page 14: laporan praktek.docx

         l        =  Jarak yang

ditentukan

Setelah diketahui tangen x,

maka dapat dicari besarnya

sudut x dengan melihat daftar

di bawah ini :

4.      LANGKAH KERJA

a.      Bubut Bertingkat dan Bubut Dalam

xo Tg xo Tg xo Tg xo tg xo tg1 0.017 11 0.194 21 0.383 31 0.600 41 0.8692 0.038 12 0.212 22 0.404 32 0.624 42 0.9003 0.052 13 0.230 23 0.424 33 0.649 43 0.9324 0.070 14 0.249 24 0.445 34 0.674 44 0.965

5 0.087 15 0.267 25 0.466 35 0.700 45 1.000

6 0.105 16 0.286 26 0.487 36 0.726 46 1.035

7 0.122 17 0.305 27 0.509 37 0.753 47 1.071

8 0.140 18 0.324 28 0.531 38 0.781 48 1.110

9 0.158 19 0.344 29 0.554 39 0.809 49 1.180

10 0.176 20 0.364 30 0.577 40 0.839 50 1.191

Page 15: laporan praktek.docx

1.      Pastikan mesin bubut siap pakai dan persiapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti pahat bubut,

gambar kerja, benda kerja, jangka sorong, micrometer dalam, dan luar.

2.      Pasang pahat bubut pada rumah pahat.

3.      Pasang benda kerja pada chuck rahang 3.

4.      Atur kecepatan mesin bubut untuk melakukan pembubutan ST 37.

5.      Lakukan pembubutan muka terlebih dahulu sepanjang 150 mm.

6.      Kemudian bubut rata secara ketebalan yang sudah ditentukan dan dilakukan secara kontynu

sepanjang 25 mm dengan diameter 22 mm.

7.       Setelah poros berdiameter 23 mm bubut rata kembali sepanjang 10 mm dengan diameter 18

mm.

8.      Setelah itu balikan benda kerja untuk melakukan pekerjaan bubut dalam.

Bubut dalam bertingkat

1.      Setelah itu lakukan center drill

2.      Setelah itu pasang mata bor 8 mm untuk mengebor benda kerja sepanjang 25mm setelah selesai,

maka ganti dengan mata bor 15 untuk memperbesar lubang sepanjang 25 mm.

3.      Kemudian pasang pahat bubut dalam untuk membubut dalam.

4.      Lakukan bubut dalam sepanjang 25 mm dengan diameter 18 mm

5.      Setelah berdiameter 18 mm bubut kembali sepanjang 10 mm dengan diameter 23 mm.

Mengkartel dan Alur dengan mesin frais

1.      Pasang pahat kartel pada rumah pahat.

2.      Atur kecepatan mesin pada rpm rendah ( antara 60-80 rpm ).

3.      Setelah itu pahat kartel tempelkan pada benda kerja dan yakin dengan tata letak pahat kartel

pada benda kerja, tahap selanjutnya adalah menyalakan mesin bubut dan mengoperasikannya.

4.      Lakukanlah proses mengkartel berulang–ulang hingga permukaan benda mengalami perpadatan

dan diameter benda kerjanya bertambah sampai 25,7 mm.

5.      Lepaskan benda kerja dari chuck rahang 3 untuk selanjutnya dilakukan proses membuat alur

dengan mesin frais.

6.      Pasang benda kerja pada ragum mesin frais.

7.      Atur pisau frais sehingga berada pada tengah-tengah benda kerja dan jangan lupa atur juga titik 0

(nol) pisau frais terhadap benda kerja.

8.      Kemudian nyalakan mesin frais.

Page 16: laporan praktek.docx

9.      Lakukan pemakanan sedikit-sedikit sampai kedalaman 1 mm sepanjang 25 mm.

10.  Dan yang terakhir matikan mesin kemudian lepaskan benda kerja dari ragum.           

c.   Bubut Eksentrik

1.      Pastikan mesin bubut siap pakai dan persiapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti pahat bubut,

gambar kerja, benda kerja, jangka sorong, micrometer luar, dial indikator dan lain-lain.

2.      Pasang pahat bubut pada rumah pahat.

3.      Pasang benda kerja pada chuck rahang 3.

4.      Atur kecepatan sepindel sesuai dengan kebutuhan untuk membubut baja ST 37.

5.      Setelah selesai pembubutan dengan menggunakan cekam rahang 3 dilanjutkan ke cekam rahang

4 untuk melakukan pekerjaan membubut eksentrik.

6.      Setting pada chuck rahang 4 dengan menggunakan alat dial indicator yang telah disediakan,

dengan menggeser benda kerja sebanyak 5,2 mm.

7.      Kemudian atur kembali kecepatan mesin dengan rpm rendah, dan lakukan pemakanan secara

perlahan dengan pemakanan sedikit-sedikit dengan panjang 20 mm dengan diameter 15 mm.

d.   Roda Gigi

1.      Pertama – tama persiapkan alat – alat yang dibutuhkan

2.      Lalu periksalah mesin bubut apakah telah berjalan dengan baik atau belum

3.      Pasanglah pahat hingga menjadi posisi yang benar

4.      Setelah itu pasang benda kerja pada chuck hingga tidak bergerak

5.      Langkah berikutnya barulah menentukan putaran mesin

6.      Setting mesin yang akan dipakai

7.      Pada proses pemotongan lakukanlah sesuai dengan job sheet

8.      Setelah itu lakukanlah pemeriksaan dan pengaturan mesin

9.      Simpanlah indikator di atas meja untuk mempermudah pengerjaannya

10.  Setelah pemotongan selesai jangan lupa matikan lah mesin pada keadaan off demi keselamatan.

e.   Mandrel dan Ulir

1.      Pastikan mesin bubut siap pakai dan persiapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti pahat bubut,

gambar kerja, benda kerja, jangka sorong, micrometer luar, dan alat ukur Go/no Go.

2.      Pasang pahat bubut pada rumah pahat.

3.      Pasang benda kerja pada chuck rahang 3.

Page 17: laporan praktek.docx

4.      Atur kecepatan sepindel sesuai dengan kebutuhan untuk membubut baja ST 37.

5.      Setelah itu jangan lupa lakukan pembubutan muka dengan panjang 120 mm.

6.      Lakukan bor senter dibagian kedua muka benda kerja.

7.      Kemudian lakukan bubut rata sepanjang 90 mm dengan diameter 24 mm.

8.      Setelah itu balikan benda kerja untuk pengerjaan bubut rata lagi dengan panjang 30 mm dengan

diameter 10 mm

9.      Setelah itu lakukan pembubutan alur.

10.  Normalkan kembali posisi kepala lepas yang sudah digeser kembali ke posisi semula atau nol

11.  Posisi benda tetap, tetapi pahat diganti dengan pahat alur

12.  Setelah Tadi dibubut sepanjang 30 mm dengan diameter 9,9 mm kemudian ujungnya dibubut

alur sepanjang 5 mm dengan diameter 8 mm.

13.  Setelah itu lakukan pembubutan ulir.

14.  Persiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk mengulir

15.  Cek gear mesin bubut yang merupakan syarat untuk mengulir

16.  Pasang pahat ulir pada rumah pahat dengan benar

17.  Seting pengaturan pada mesin bubut untuk pemakanan ulir dengan kedalam ulir 1,25mm.

18.  Atur kecepatan mesin bubut dengan kecepatan rendah

19.  Setelah itu lakukan pembubutan secara searah, atau kembalikan lagi ketitik nol pada lonceng.

Supaya tidak terjadi penumpukan atau salah jalur pada pembubutan ulir.

20.  Pembubutan ulir dilakukan secara berulang-ulang sampai mendapat ukuran yang pas yaitu

diameter 9,9 mm dengan kedalaman ulir 1,25mm.

Page 18: laporan praktek.docx

5.      TEMUAN PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

Dalam pengerjaan kerja bangku saya mengalami beberapa kesalahan dalam proses

pengerjaannya, ternyata memang tidak semudah yang dibayangkan saat pertama kali melihat

bahan kerja yang dibagikan. Banyak beberapa prosedur yang mesti dipatuhi karena sebenarnya

hal itu juga untuk kepentingan keselamatan kita sendiri. Pelaksanaan kerja bangku ternyata

menuntut agar mempunyai ketelitian, kesabaran dan ketekunan yang kuat agar hasil benda kerja

sesuai dengan yang diharapkan. Dan juga yang tidak kalah pentingnya lagi ketersediaan alat

yang menadai juga sangat menentukan hasil benda kerja.

Pada saat mengikir banyak kendala yang di rasakan seperti tekor dan cembungnya hasil

pengikiran sesuai teori yang telah di berikan pengikiran menggunakan metoda menyilang dalam

metoda ini seharusnya saat mengikir, gerakan tangan harus panjang dan kokoh, juga supaya

permukaan kikir selalu menempel pada benda kerja agar benda kerja memperoleh hasil yang

baik. Bidang pada benda kerja yang sudah dikikir tapi belum selesai jangan sekali-kali disentuh

dengan tangan, ini akan berdampak permukaan yang akan dikikir menjadi licin, karena pada

tangan mengandung minyak, sehingga untuk beberapa gerakan pengikiran menjadi licin. Dan

jangan menggerakan tangan saat mengikir karena sesuai prosedur yang tepat adalah yang

bergerak tubuh kita bukan tangan.

BAB III

PENUTUP

1.      Kesimpulan

Page 19: laporan praktek.docx

Dari pengerjakan praktek mengefrais kemarin saya selaku penulis dapat menyimpulkan

bahwa masih banyak mahasiswa yang kurang menguasai Matakuliah Teknik permesinan

khususnya dalam mengfrais (pembuatan roda gigi).

       Kemudian dalam pengerjaan membubut saya menemukan kesulitan  dalam pengerjaan

asentrik dan ulir. Karena dibagian ini mahasiswa dituntut untuk bisa lebih teliti dalam

menggunakan dial indikatordalam pekerjaan asentrik. Dan mahasiswa juga dituntut dari hasil

pengerjaan ulir supaya tidak no go.

2.      Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapat melalui laporan ini, untuk mengatasi kesuliatann

mahasiswa dalam penguasaan kerja membubut dan mengefrais disarankan:

a)      Pada proses praktek kerja membubut dan mengefrais mahasiswa harus ditekankan pada tahap

perataan dan tahapan selanjutnya dalam membubut dan mengefrais sehingga mendapat hasil

yang baik dan dapat bersaing di perusahaan.

b)      Agar diadakan penelitian tentang kesulitan mengenai cara kerja membubut dan mengefrais,

sehingga diharapkan dosen bidang setudi Teknik Permesinan dapat menggunakan sebagai dasar

remedial atau titik acuan untuk mencapai mutu yag baik.