laporan pkl di tekmira
TRANSCRIPT
Laporan Praktek Kerja Lapangan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam rangka meningkatkan pengalaman, kemampuan dan keterampilan
mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat selama perkuliahan yang
berlangsung didunia kerja maka dicanangkan program kerja praktik yang
dilakukan di istansi-istansi pemerintahan, lembaga penelitian dan juga di
lingkungan industri. Kerja praktik juga dilakukan untuk memenuhi salah satu
syarat kelulusan dari mahasiswa.
Salah satu istansi pemerintahan yang dijadikan sebagai lahan tempat
kerja praktik adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan
Batubara (PPPTMB) Bandung. Laboratorium yang digunakan sebagai tempat
praktik kerja lapangan adalah laboratorium kimia mineral. Dilaboratorium ini
mahasiswa biasanya melakukan analisis beberapa mineral yang terdapat dalam
sampel-sampel bahan galian/mineral dan lain-lain.
Adapun mahasiswa memilih tempat PKL di puslitbang TekMIRA ini
karena untuk menambah pengetahuan mahasiswa lebih mendalam lagi tentang
mineral /bahan galian dan juga adanya kebutuhan mahasiswa akan lahan tempat
kerja praktik untuk mengasah dan melatih kemampuan analisis serta untuk
melihat realitas dunia kerja setelah lulus nanti. Pada penulisan laporan hasil
praktik kerja lapangan ini, penyusun mengambil judul “ANALISIS KOMPOSISI
MINERAL PADA FLY ASH’’.
1
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Fly ash batubara adalah material yang memiliki ukuran butiran yang
halus berwarna keabu-abuan dan diperoleh dari hasil pembakaran batubara
(Wardani, 2008). Partikel abu yang terbawa gas buang disebut fly ash, sedangkan
abu yang tertinggal dan dikeluarkan dari bawah tungku disebut bottom ash. Fly
ash merupakan residu mineral dalam butir halus yang dihasilkan dari pembakaran
batu bara yang dihaluskan pada suatu pusat pembangkit listrik.
1.2 Tujuan Kerja Praktik
Tujuan dari praktek kerja lapangan ini adalah:
1. Meningkatkan kemampuan, memperluas, dan memantapkan keterampilan
mahasiswa sebagai bekal kerja yang sesuai dengan program studi analis
kimia.
2. Menumbuh kembangkan dan memantapkan sikap profesional mahasiswa
dalam rangka memasuki lapangan kerja.
3. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam hal penggunaan instrumen
analis kimia unsur yang lebih modern, dibandingkan dengan fasilitas yang
tersedia dikampus.
4. Memperkenalkan mahasiswa pada fungsi dan tugas seorang sarjana kimia
kepada lembaga-lembaga penelitian dan perusahaan industri ditempat
pelaksanaan PKL.
2
Laporan Praktek Kerja Lapangan
1.3 Manfaat dari Pelaksanaan Kerja Praktik
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana ilmu yang didapat selama
mengikuti kegiatan perkuliahan yang dapat diterapkan secara langsung
pada dunia kerja saat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.
2. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa dalam dunia
kerja sehingga dapat mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia
kerja sesungguhnya setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah tinggi.
3. Dapat memupuk kedisiplinan mahasiswa pada dunia kerja.
4. Terjadinya hubungan kerja antara program Studi Analis Kimia Sekolah
Tinggi Analis Bakti Asih dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Mineral dan Batubara.
5. Memperkenalkan Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih kepada pihak luar.
1.4 Lokasi dan Waktu Kegiatan Praktik Kerja
Lokasi Penulis melakukan praktik kerja lapangan adalah di Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (Puslitbang-
Tekmira) Jl.Jendral Sudirman no.623 Bandung, Indonesia. Kegiatan kerja praktik
ini dilakukan dari tanggal 9 Maret 2015 sampai 1 Mei 2015.
3
Laporan Praktek Kerja Lapangan
1.5 Sistematika Penyusunan
Dalam penyusunan laporan ini mengikuti sistematika penyusunan sebagai
berikut :
(1)Kata Pengantar, (2)Daftar isi, (3) Isi laporan, (4) Daftar Pustaka, (5) Lampiran.
Bagian Daftar isi terdiri atas : (a)Daftar isi, (b) Daftar Gambar, (c) Daftar Tabel,
(d) Daftar Lampiran.
Bagian isi Laporan terdiri atas : (a) Bab I Pendahuluan, (b) Bab II Tinjauan
Umum Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara Bandung, (c) Bab III Tinjauan
Pustaka, (d) Bab IV Metode Analisis, (e) Bab V Pengolahan Data Statistik dan
Pembahasan, (f) Bab VI Penutup
Bagian Daftar Pustaka terdiri atas : Daftar Pustaka
Bagian Lampiran terdiri atas : (a) Jurnal Kegiatan Kerja, (b) Hasil Analisis
4
Laporan Praktek Kerja Lapangan
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Sejarah Berdirinya PPTM
Berdasarkan surat keputusan Menteri Pertambangan dan Energi no.548
tahun 1976, tanggal 11 November 1976 Pusat Pengembangan Teknologi Mineral
Bandung merupakan suatu lembaga gabungan dari Akademi Geologi dan
Pertambangan (AGP) dengan Balai Penelitian Tambang dan Pengolahan Bahan
Galian (BPTPBG) yang telah bekerja sejak tahun 1960.
Bergabungnya kedua balai ini menjadi Pusat pengembangan Teknologi
Mineral (PPTM) diresmikan pada tanggal 11 November 1976 berdasarkan surat
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi no.548 tahun 1976. Berdasarkan
surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi no.1092 tahun 1984 yang
merupakan penyempurnaan dari Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
no.132 tahun 1979, Pusat Pengembangan Teknologi Mineral adalah unit
pelaksana teknis dibidang pengembangan teknologi mineral dilingkungan
Departemen Pertambangan dan Energi yang berada dibawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Direktur Jendral Pertambangan umum pada waktu itu.
PPTM dipecah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral
(PPTM) dan Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan (PPTP) berdasarkan
surat keputusan Menteri Pertambangan Energi no.1748 tahun 1992.
Pada tahun 2001 terjadi restrukturisasi lembaga organisasi dan nama
PPPTM dirubah menjadi PPPTMB (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral dan Batubara)/Puslitbang tek-MIRA.
5
Laporan Praktek Kerja Lapangan
2.2 Kedudukan / Lokasi
Pusat penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
adalah pelaksana tugas dibidang geoteknologi tambang, teknologi penambangan
dan eksploitasi air tanah , teknologi pengolahan mineral, teknologi pengolahan
dan pemanfaatan batubara, lingkungan, tekno-ekonomi mineral batubara dan
teknologi informasi pertambangan, serta pelanyanan jasa teknologi yang
bertanggung jawab langsung kepada Badan Litbang Energi dan Sumber Daya
Mineral.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
terletak di Jalan Jendral Sudirman no.623 Bandung, Lingkungan Warung
Muncang, Kecamatan Bandung Kulon Wilayah Kotamadya Bandung.
6
Laporan Praktek Kerja Lapangan
2.3 Organisasi
Gambar 1 Struktur Organisasi PPTM/Puslitbang TekMIRA (Peraturan menteri
ESDM No.18/2010)
7
KAPUS
BAGIAN TATA USAHA
Subbagian umum dan kepegawaian Subbagian Keuangan
BIDANG PROGRAM
SUBBIDANG PENYIAPAN RENCANA
SUBBIDANG ANALISIS & EVALUASI
BIDANG PENYELENGGARAAN & SARANA
SUBBIDANG PENYELENGGARAAN LITBANG
SUBBIDANG SARANA LITBANG
BIDANG AFILIASI & INFORMASI
SUBBIDANG AFILIASI
SUBBIDANG INFORMASI
KOORDINATOR KPL
Teknologi Eksploitasi Tambang dan Pengelolaan
KOORDINATOR KPL
Teknologi Pengelolaan
KOORDINATOR KPL
Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara
Peneliti Perekayasa
Peneliti Perekayasa
Peneliti Penyelidik Bumi Perekayaan
Peneliti Perekayasa
Peneliti Penyelidik Bumi Perekayasa
Peneliti Penyelidik Bumi Perekayasa
Peneliti Perekayasa
Peneliti Perekayasa
Peneliti Penyelidik Bumi Perekayasa
Teknologi Penambangan Mineral & Batubara
Teknologi Pengolahan &Pemanfaatan Mineral
Teknologi Pengolahan &Pemanfaatan batubara
Kebijakan &Tekno ekonomi Minerba
Lingkungan Pertambangan Minerba
Laporan Praktek Kerja Lapangan
2.4 Tata Kerja
Karyawan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan
Batubara (PPPTMB) Bandung, mempunyai jam kerja sebagai berikut :
Senin sampai Kamis mulai dari Pukul 07.30 WIB sampai pukul 16.00
WIB, istirahat pukul 12.00 WIB sampai pukul 13.30 WIB , sedangkan Sabtu dan
Minggu adalah hari libur, tiap tanggal 17 dan hari besar nasional lainnya wajib
mengikuti upacara bendera.
2.5 Deskripsi Tempat Kerja
Laboratorium Kimia Mineral adalah kelompok fungsional dari salah satu
bagian kelompok Mineral dibawah koordinator Litbang Kelompok Program
Pengolahan dan manfaat Mineral yang ada dipusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral dan Batubara. Kelompok utama tersebut mempunyai tugas
melaksanakan pengujian kimia dan karakterisasi mineral, penelitian dan
pengembangan teknologi pengolahan mineral industri dan mineral logam,
teknologi bahan, serta manfaat buangan pengolahan, sedangkan kelompok
karakterisasi mineral mempunyai tugas melaksanakan analisis kimia mineral,
pengujian kimia fisika mineral, karakterisasi mineral dan analisis kimia
lingkungan.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, kelompok Program Litbang
pengolahan dan pemanfaatan Mineral mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Penyusunan rencana dan program penelitian dan pengembangan dibidang
teknologi pengolahan mineral.
8
Laporan Praktek Kerja Lapangan
2. Pengujian kimia dan fisika mineral serta lingkungan, penyusunan prosedur
analis kimia dan fisika mineral, standarisasi, serta pengujian mineralogy
bahan galian.
3. Penelitian dan pengembangan teknologi mineral industri.
4. Penelitian dan pengembangan pengolahan mineral logam.
5. Penelitian pengembangan teknologi bahan.
6. Pengumpulan dan pengolahan data dibidang teknologi pengolahan
mineral.
7. Pembinaan tenaga peneliti/ahli dibidang teknologi pengolahan mineral.
8. Studi perbandingan dilaboratorium dan lapangan mengenai teknik/metoda
teknologi pengolahan mineral.
9. Pengolahan hasil penelitian dan pengembangan dibidang teknologi
pengolahan mineral.
10. Penyusunan rencana dan kegiatan pelayanan jasa.
11. Pemberian petunjuk teknis dan ilmiah dibidang teknologi pengolahan
mineral.
Kelompok Program Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Pengolahan Mineral terdiri atas :
a. Kelompok Teknologi Pengolahan Mineral Industri
Kelompok Teknologi Pengolahan Mineral industri mempunyai tugas
pengujian teknolgi pengolahan dari pemanfaatan mineral industri.
9
Laporan Praktek Kerja Lapangan
b. Kelompok Teknologi Mineral Logam
Kelompok Teknologi Mineral Logam mempunyai tugas melakukan
pengujian teknologi pengolahan ekstraksi, pemurnian dan pemanfaatan
mineral logam.
c. Kelompok Teknologi Bahan
Kelompok Teknologi Bahan mempunyai tugas melakukan pengujian
teknologi bahan yang mencakup pembuatan bahan-bahan pembuatan
bahan-bahan paduan logam, keramik dan bahan-bahan lainnya serta
penyusunan standarisasi metode pengujian bahan tersebut.
d. Kelompok Teknologi Pemanfaatan Buangan Pengolahan
Kelompok Teknologi Pemanfaatan Buangan Pengolahan mempunyai
tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan buangan pengolahan.
e. Kelompok Karakterisasi Mineral
Kelompok Karakterisasi Mineral mempunyai tugas melakukan
pengujian kimia dan fisika mineral serta lingkungan, penyusunan metode
pengujian dan analisis kimia dan fisika.
2.6 Tugas dan Fungsi Pokok
Adapun tugas pokok dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Mineral dan Batubara adalah melaksanakan penelitian dan pengembangan
teknologi bidang mineral dan batubara.
10
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Sedangkan fungsi pokok dari Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral dan Batubara adalah :
a. Penelitian dan pengembangan teknologi tambang terbuka, tambang dalam,
geomekanika tambang, keselamatan kerja, reklamasi tambang serta
melakukan pelayanan jasa teknologi pertambangan.
b. Pengujian kimia dan fisika mineral, penelitian dan pengembangan
pengolahan mineral industri, mineral logam, teknologi pengolahan
ekstraksi.
c. Pengujian kimia dan fisika batubara dan gambut, serta penelitian dan
pengembangan teknologi pengolahan konservasi dan pembakaran batubara
dan gambut.
d. Penelitian dan pengembangan rancangan bangun dan simulasi kendali.
11
Laporan Praktek Kerja Lapangan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Mineral
Mineral merupakan batuan yang terbentuk melalui proses geologis yang
tersusun dari oksida logam maupun garamnya yang terdapat di dalam kerak bumi.
Sumber-sumber mineral mencakup benda padat seperti biji logam dan batubara,
benda cair seperti minyak mentah dan gas seperti gas alam. Dalam ilmu geologi
unsur/senyawa tersebut sangat penting dan dibutuhkan dalam mengidentifikasi
pembentukan batuan, susunan kandungan yang terdapat didalam mineral. Adapun
ilmu yang mempelajarinya adalah mineralogi.
Menurut definisi, mineral adalah padatan homogen yang terjadi karena
proses alamiah yang mempunyai struktur kristal dan komposisi karena proses
alamiah yang mempunyai struktur kristal dan komposisi kimia tertentu (umumnya
tidak tetap ) dan memiliki susunan atom yang teratur, biasanya terbentuk secara
anorganik.
Batasan Mineral itu sendiri dapat dibagi menjadi dua, yang masing-masing
dikemukakan oleh :
1. Escher (1950), bahwa mineral adalah sebagian besar merupakan kristalin
dalam kerak bumi, serta mempunyai sifat-sifat yang sama pada satu
keahlian bila dipandang dari sudut yang sembarang.
12
Laporan Praktek Kerja Lapangan
2. Berry dan Manson (1968), bahwa mineral merupakan benda padat
homogen yang dibentuk dialam dengan proses anorganik dan mempunyai
susunan kimia tertentu yang didalamnya terdapat suatu pengaturan atom-
atom atau ion-ion yang teratur.
Berdasarkan kedua batasan tersebut, mineral dapat didefinisikan sebagai
berikut :
“Mineral adalah salah satu zat homogen yang terjadi dialam secara alamiah
dengan suatu komposisi kimia tertentu (umumnya tidak tetap) dan memiliki
susunan atom yang teratur, biasanya terbentuk secara proses anorganik”.
Gabungan dari beberapa mineral adalah batuan, agar lebih mengenal jelas
jenis batuan, perlu ditetapkan terlebih dahulu jenis mineral yang terkandung
didalamnya. Untuk mengenai jenis batuan perlu diketahui :
Jenis mineral yang terkandung.
Ukuran dan bentuk kristal serta penyusun ruang antara mineral yang satu
dengan mineral yang lain, sifat ini biasa disebut tekstur batuan.
Menetapkan secara kuantitatif kandungan mineralnya.
Komposisi kimia mineral.
Penggolongan mineral-mineral pada umumnya dilakukan berdasarkan
pada kandungan senyawa-senyawa kimia yang terkandung seperti sulfida,
oksida, silika, karbonat, fosfat, dan sebagainya. Akan tetapi penamaan mineral
tidak selalu berdasarkan kandungan senyawa-senyawa kimia yang terkandung,
namun berdasarkan pada :
13
Laporan Praktek Kerja Lapangan
1. Sifat fisik atau kimia, diantaranya adalah warna, sifat magnetik, dan unsur
dominan.
2. Nama tempat ditemukan.
3. Nama seorang tokoh atau ahli mineral.
Salah satu buku yang pertama kali memuat tentang mineral adalah “ON
STONES” yang ditulis oleh Theopratus pada tahun 372-287 sebelum masehi. Pada
abad pertama mencatat banyak sekali pengetahuan alam yang sudah dikenal oleh
orang-orang romawi, yang menerangkan sebagai macam mineral dan
kegunaannya. Buku tersebut adalah “DE TE METALICA” dan “DE NATURE
FOSSILIUM”(1546), yang ditulis ilmuwan Jerman bernama Gergius Agrikola.
Hardness (Kekerasan)
Derajat Kekerasan merupakan salah satu sifat umum yang menjadi
dasar identifikasi, hal ini merupakan ukuran terdapat goresan suatu
mineral. Kekerasan ini diuji berdasarkan skala kekerasan Mohs,
yang menunjukkan kekerasan mineral tertentu pada skala 1-10,
skala itu adalah:
14
Scale Mineral Gambar Scale
1
GambarMineral
Talc
(Mg3Si4O10(OH)2)
6 Orthoclase
(KalSi3O8)
2 Gypsum
(CaSO4.2H2O)
7 Quartz
(SiO2)
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Tabel 1. Sifat-sifat mineral
Luster (Kilau)
Merupakan penampakan permukaan mineral didalam cahaya yang
dipantulkan. Uji ini sangat sulit dilakukan jika permukaaan kotor
atau tidak, hasilnya akan menyimpang.
Color (Warna)
Ketidak murnian dapat dengan mudah mengubah warna suatu
mineral. Kotoran atau zat lain pada permukaan yang menyebabkan
kesalahan pengamatan.
Streak (Coret)
Streak (coret) merupakan warna residu mineral dalam keadaan
bubuk. Alat yang digunakan adalah pecahan kaca yang putih yang
tidak berglazur. Pecahan ini memiliki kekerasan sekitar 6, alat ini
tidak dapat digunakan pada mineral yang mempunyai kekerasan
lebih dari 6.
15
3 Calcite
(CaCO3)
8 Topaz
(Al2SiO4(OH-F-)2)
4 Fluorite
(CaF2)
9 Corundum
(Al2O3)
5 Apatite
(Ca5(PO4)3(OH-,Cl-,F-))
10 Diamond
(C)
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Warna coretan pada mineral diantaranya :
Warna Coretan Mineral
Hitam Graphite
Pryte
Magnetite
Chalcopyrite
Abu-abu Galena
Kuning-Coklat Limonite
Merah-Coklat Hematite
Tabel 2. Warna Coretan Mineral
Cleavage (belahan)
Cleavage (belahan) merupakan suatu kecenderungan mineral untuk
terbagi sepanjang bidang tertentu.
Fracture (patahan)
Merupakan bentuk mineral pada saat hancur.
Crystalline shape (bentuk kristal)
Merupakan pola geometris yang dimiliki kristal tunggal suatu
mineral.
Specific gravity (massa jenis)
Merupakan perbandingan massa jenis mineral terhadap massa jenis
air (1g/cm3).
16
Laporan Praktek Kerja Lapangan
3.2 Jenis-jenis Mineral
3.2.1 Fly Ash
Gambar 2. Fly Ash
Fly ash merupakan residu mineral dalam butir halus yang dihasilkan dari
pembakaran batu bara yang dihaluskan pada suatu pusat pembangkit listrik. Fly
ash terdiri dari bahan inorganik yang terdapat di dalam batu bara yang telah
mengalami fusi selama pembakarannya. Bahan ini memadat selama berada di
dalam gas-gas buangan dan dikumpulkan menggunakan presipitator elektrostatik.
Karena partikel-partikel ini memadat selama tersuspensi di dalam gas gas
buangan, maka partikel-partikel fly ash umumnya berbentuk bulat. Partikel-
partikel fly ash yang terkumpul pada presipitator elektrostatik biasanya berukuran
(0.074 – 0.005 mm). Bahan ini terutama terdiri dari silikon dioksida (SiO2),
aluminium oksida (Al2O3) dan besi oksida (Fe2O3).
Saat ini umumnya fly ash batubara digunakan dalam pabrik semen sebagai
salah satu bahan campuran pembuat beton. Selain itu, sebenarnya abu terbang
batubara memiliki berbagai kegunaan yang amat beragam:
1. Penyusun beton untuk jalan dan bendungan.
2. Penimbun lahan bekas pertambangan.
3. Recovery magnetit, cenosphere, dan karbon.
17
Laporan Praktek Kerja Lapangan
4. Bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori.
5. Bahan penggosok (polisher).
6. Filler aspal, plastik, dan kertas.
7. Pengganti dan bahan baku semen.
8. Konversi menjadi zeolit dan adsorben.
Konversi abu terbang batubara menjadi zeolit dan adsorben merupakan
contoh pemanfaatan efektif dari abu terbang batubara. Keuntungan adsorben
berbahan baku fly ash batubara adalah biayanya murah. Selain itu, adsorben ini
dapat digunakan baik untuk pengolahan limbah gas maupun limbah cair.
Fly ash batubara mengandung unsur kimia antara lain silika (SiO2) alumina
(Al2O3), fero oksida (Fe2O3) dan kalsium oksida (CaO), juga mengandung unsur
tambahan lain yaitu magnesium oksida (MgO), titanium oksida (TiO2), alkalin
(Na2O dan K2O), sulfur trioksida (SO3), Pospor Oksida (P2O5) dan karbon.
Tabel 3. Komposisi dan Klasifikasi Fly Ash
18
Laporan Praktek Kerja Lapangan
3.2.2 Batuan Phospat
Batuan phospat terdiri dari mineral-mineral yang kristalnya tidak terlihat
karena phospatnya terikat dengan kalsium. Phospat adalah unsur dalam suatu
bahan baku (apatit) atau sedimen dengan kandungan pospor ekonomis. Biasanya
kandungan pospor dinyatakan sebagai Bone phospate of lime (BPL) atau Tri
Phospate of lime (TPL) atau berdasarkan kandungan P2O5 .
Phospat apalit termasuk phospat primer karena gugusan oksida phospatnya
terdapat dalam mineral apatit (Ca10(PO4)6F2) yang terbentuk selama proses
pembekuan magma. Kadang-kadang endapan phospat berasosiasi dengan batuan
beku alkali kompleks, terutama karbonit kompleks dan sienit.
Di Indonesia batuan phospat terjadi dalam gua-gua gunung kapur sebagai
hasil reaksi antara kotoran, urine, bangkai dari burung, dan kelelawar yang tinggal
didalam gua-gua dengan batuan dasar membentuk batuan phospat.
Batuan phospat dipergunakan sebagaian besar untuk bahan baku
pembuatan pupuk sebagai sumber pospat, bahan kimia, besi pospat, pembuatan
pospor, karena jenis ini lebih mudah larut dalam air tanah, sedangkan pupuk
batuan kalsium phospat lebih sering digunakan sebab tidak memboroskan
pemakaian asam sulfat, untuk bahan baku pembuat phospor dapat digunakan jenis
phospat dengan kadar phospat P2O5 diatas 19%.
Phospat komersil dari mineral adalah kalsium fluo-phospat dan kloro-
phospat dan sebagian kecil wavellite (Phospat aliminium hidros). Sumber lain
dalam jumlah sedikit berasal dari jenis slag guano, crandallite
[CaAl3(PO4)2(OH)5.H2O] dan millsite (Na,K).CaAl6(PO4)4(OH)9.3H2O.
19
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Sifat Fisik mineral phosphat memiliki nilai kekerasan skala 3 (skala
Mohr), BJ 2,71 dan bentuk prismatic, tabular, pejal, berbulir halus sampai kasar,
dapat terbentuk sebagai stalaktit, modul tubleros, koraloidal, olitik atau pisolitik.
Phospat dipasarkan dengan berbagai kandungan P2O5 antara 4 – 42%.
Sementara itu tingkat uji pupuk phospat ditentukan oleh jumlah kandungan N
(nitrogen), P (phospat atau P2O5), dan K (Potas cair atau K2O).
Phospat sebagai pupuk alam tidak cocok untuk tanaman pangan, karena
tidak tidak larut dalam air sehingga sulit diserap oleh akar tanaman pangan.
Phospat untuk pupuk tanaman pangan perlu diolah menjadi pupuk buatan. Di
Indonesia jumlah cadangan yang telah diselidiki adalah 2,5 juta ton endapan
guano (kadar P2O5 = 0,17 – 43%). Terdapat di Propinsi Aceh, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Kalimantan dan Irian Jaya.
Di Indonesia, ekplorasi phospat dimulai sejak tahun 1919. Umumnya,
kondisi endapan phospat guano ada yang berbentuk lensa-lensa, sehingga
digunakan untuk penentuan jumlah cadangan, dibuat sumur uji pada kedalaman
2-5 meter. Selanjutnya, pengambilan contoh dilakukan dengan pemboran apabila
kondisi struktur geologi total diketahui.
3.2.3 Kalsit
Kalsit merupakan kalsium karbonat (CaCO3) dengan kandungan CaO 56%
dan CO2 44% , memiliki sistem kristal heksagonal dan berlahan rhombohedral,
tidak berwarna dan transparan. Endapan kalsit kadang-kadang terdapat dalam
bentuk CaCO3 murni dan dapat pula kalsiumnya diganti dengan Mg, Fe atau Mn.
Endapan kalsit selalu bercampur dengan pengotor seperti silikat, lempung,
limonit, atau hematit.
20
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Unsur kalsium dalam kalsit dapat tersubsitusi oleh unsur logam sebagai
pengotor dalam persentase membentuk mineral lain. Dengan adanya subsitusi ini
ada perubahan dalam penulisan rumus kimia yaitu CaFe(CO3)2 dan MgCO3
(Subsitusi Ca oleh Fe), CaMgCO3, Ca2MgFe(CO3)4 (subsitusi oleh Mg dan Fe)
dan CaMnCO3 subsitusi oleh Mn).
Dilihat dari kejadiannya, kalsit secara umum berkaitan erat dengan batu
gamping dan aktifitas magma, namun berdasarkan data hasil penelitian, baru
diketahui di sepanjang pantai barat Sumatera, Jawa bagian Selatan dan Utara
(sebagian kecil). Bentuk endapan datar, bukit cadangan terbesar didaerah
Indarung (10,1 juta ton), Sumatera Barat (10 juta Ton) dan Bagelan di Kabupaten
Purwokerto (0,1 juta ton).
Kalsit terjadi karena penghabluran kembali larutan gamping akibat
pengaruh air tanah. Endapan kalsit ditemukan berupa pengisian rongga, rekahan,
atatu kekar, sehingga jumlahnya tidak banyak karena sifatnya setempat-setempat.
Selain karena proses penghabluran kembali, kalsit juga dapat terbentuk karena
proses metamorfosa sentuh/regional pada batu gamping karena tekanan tanah, dan
pelapukan.
Kegunaan batuan ini diantaranya sebagai : bahan pemutih, pengisi cat
kaleng, karet, penetral asam pada tanah untuk pertanian, bahan pelapis kertas,
bahan pasta gigi, industri keramik, bahan penyerap kotoran-kotoran pada
peleburan gelas dan pasir kwarsa.
21
Laporan Praktek Kerja Lapangan
3.2.4 Batu Kapur
Gambar 3. Batu Kapur
Batu kapur dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara
mekanik atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat dialam
terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang
dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang. Batu
kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat, bahkan hitam,
tergantung kepada keberadaan mineral pengotornya.
Apabila dilarutkan dengan asam, batu kapur akan larut dan mengeluarkan
gas yang tidak berbau, yaitu CO2. Kalsinasi batu kapur pada suhu agak tinggi akan
melepaskan gas CO2 yang sisanya terdiri dari CaO, jika CaO diberi air maka akan
terjadi penghidratan yang cepat menjadi kalsium hidroksida.
Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur
adalah (CaCO3) . Mineral lainnya yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu
kapur atau aragonit (CaCO3). Mineral lainnya yang umum berasosiasi dengan batu
kapur atau dolomit adalah sederit (FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan
magnesit (MgCO3).
22
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Kegunaan batu kapur diantaranya : bahan kaptan, bahan campuran
bangunan, industri karet dan ban, kertas, penetral pH tanah yang asam,
pengkoloid dalam industri gula, bahan baku untuk semen pertland. Potensi batu
kapur diindonesia sangat besar dan tersebar hampir merata diseluruh kepulauan
indonesia
3.2.5 Batuan Gypsum
Gambar 4. Batuan Gypsum
Gypsum merupakan mineral hydrous calsium sulfat (CaSO4.2H2O) yang
terjadi dialam. Pada umumnya endapan gypsum berbentuk sedimen mendatar,
terletak pada permukaan bumi dengan penyebaran yang luas, serta sering
berasosiasi dengan batuan kapur, shale, batu pasir, marmer, dan lempeng.
Umumnya gypsum mengandung SiO2, CaO, H2O.
Gypsum mempunyai kelompok yang terdiri dari gypsum batuan, gipsit
alabaster, satin sper, dan selenit. Gypsum umumnya berwarna putih, namun
terdapat variasi warna lain., seperti warna kuning, abu-abu, merah jingga dan
hitam. Hal ini tergantung mineral pengotor yang berasosiasi dengan gypsum.
Gypsum umumnya mempunyai sifat lunak, pejal. Kekerasan 1,5-2 (skala mohr),
berat jenis 2,31-2,35, kelarutan dalam air 1,8 gr/L pada 0oC yang meningkat
menjadi 2,1 gr/L pada 40oC tapi menurun lagi ketika suhu semakin tinggi.
23
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Endapan gypsum sebagian besar terbentuk dari air laut dan hanya sebagian
kecil berasal dari endapan danau yang mengandung garam. Gypsum terbentuk
dalam kondisi berbagai kemurnian dan ketebalan yang bervariasi. Gypsum
merupakan garam yang pertama kali mengendap akibat proses evaporasi air laut
diikuti oleh anhidrit dan halit, ketika salinitas makin bertambah. Sebagai mineral
evaporit, endapan gypsum berbentuk lapisan diantara batuan-batuan sedimen batu
gamping, serpih merah, batu pasir, lempung, dan garam batu, serta sering pula
berbentuk endapan lensa-lensa dalam satuan-satuan batuan sedimen. Gypsum
dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat terjadinya, yaitu endapan danau garam,
berasosiasi dengan belerang, terbentuk sekitar fumarol volkanik, efflorescence
pada tanah atau goa-goa kapur, tudung kubah garam, penudung oksida besi
(goosan) pada endapan pirit diaerah batu gamping. Gypsum juga didapat dari hasil
kegiatan vulkanik, dimana gas H2S hasil fumarol bereaksi dengan kapur hasil
pelapukan batuan. Gypsum banyak digunakan disektor industri maupun disektor
konstruksi.
3.2.6 Mangan
Mineral mangan tersebar secara luas dalam banyak bentuk yaitu oksida,
silikat dan karbonat. Penemuan sejumlah besar senyawa di temukan didasar lautan
dengan kandungan 24% mangan dan bersamaan dengan unsur lainnya dengan
kandungan yang lebih sedikit.
Jenis mangan yang paling berharga adalah merupakan oksida-oksida, dan
yang terpenting adalah pirolusit (MnO2) yaitu mineral yang berwarna kebiru-
biruan atau hitam keabu-abuan dan juga coklat kehitam-hitaman. Mudah luntur
dengan warna hitam atau coklat dan rapuh. Biji mangan lainnya yaitu :
24
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Marganite (MnOOH) 63% Mn, Braunite (3MnO3.MnSi3) 64% Mn. Hausmanit
(Mn3O3), rhodochosite (MnCO3) 48% Mn.
Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung kerak bumi. Bijih
mangan pertama adalah pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi
oksida dan terbentuk dalam cebakan sedimen dan residu. Mangan mempunyai
warna abu-abu besi dengan kilap metalik sampai sub metalik, kekerasan 2-6, berat
jenis 4-8, massif, reniform, botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang berstruktur
fibrous dan radial. Mangan berkomposisi oksida lainnya namun berperan bukan
sebagai mineral utama dalam cabakan bijih adalah bauksit, manganit, hausmanit,
dan lithiofori, sedangkan yang berkomposisi karbonat adalah rhodokronit, serta
rhodonit yang berkomposisi silika.
Cebakan mangan dapat terjadi dalam beberapa tipe, seperti cebakan
hidrotermal, cebakan sedimen, cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava bawah
laut, cebakan metamorfosa, cebakan laterit dan akumulas residu. Sekitar 90%
mangan dunia digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk proses produksi
besi-baja, sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non metalurgi antara lain
untuk produksi baterai kering, keramik, gelas kimia dan lain-lain.
Potensi cadangan bijih mangan di indonesia cukup besar, namun terdapat
diberbagai lokasi yang tersebar di seluruh indonesia. Potensi tersebut terdapat di
pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan
Papua.
25
Laporan Praktek Kerja Lapangan
3.2.7 Pasir Kwarsa
Gambar 5. Pasir Kwarsa
Pasir Kwarsa adalah bahan galian yang terdiri atas kristal-kristal silika
(SiO2) dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses
pengendapan. Pasir kwarsa juga dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil
pelapukan batuan yang mengandung mineral utama, seperti kwarsa dan feldspar.
Hasil pelapukan kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang
terendapkan ditepi-tepi sungai, danau atau laut.
Selain mineral silika, pasir kwarsa mengandung mineral-mineral atau zat
lain sebagai unsur pengotor. Unsur pengotor itu umumnya berupa oksida-oksida
besi, kalsium, alkali, aluminium, magnesium, lempung dan zat-zat organik hasil
dari pelapukan sisa-sisa hewan dan tumbuh-tumbuhan. Unsur pengotor diatas
pada dasarnya menentukan warna pasir, sehingga dari warna yang ditunjukkan
diperkirakan derajat kemurnian pasir kwarsa.
Pasir kwarsa mempunyai komposisi gabungan dari SiO2, Fe2O3, Al2O3,
TiO2, CaO, MgO, dan K2O berwarna putih bening atau warna lain bergantung
pada senyawa pengotornya, kekerasan 7 (skala mohs),berat jenis 2,65 titik lebur
17,150oC, bentuk kristal hexagonal, panas spesifik 0,185 dan konduktivitas panas
12-1000oC.
26
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Dalam kegiatan industri, pengunaan pasir kwarsa sudah berkembang
meluas, baik langsung sebagai bahan baku utama maupun ikutan. Sebagai bahan
baku utama misalnya digunakan dalam industri gelas kaca, semen, tegel, mozaik,
keramik, bahan baku fero silikon, silikon carbide bahan abrasit (ampelas dan sand
blasting). Sedangkan sebagai bahan tambahan, misalnya dalam industri cor,
industri perminyakan, dan pertambangan, bahan tahan api (refaktor), dan
sebagainya.
Cadangan pasir kwarsa terbesar terdapat di Sumatera, potensi lain terdapat
di Kalimantan Barat, Jawa Barat, Sumetera Selatan, Kalimantan Selatan dan Pulau
Bangka dan Belitung.
3.2.8 Bijih Besi Laterit
Laterit adalah endapan residu dari hasil pelapukan batuan yang terjadi di
daerah yang mempunyai iklim tropis hingga subtropis, serta curah hujan yang
relatif tinggi.
Karakteristik biji besi laterit memiliki kandungan besi rendah, kandungan
logam-logam pengotor seperti nikel, krom, kobalt, mangan, dan kandungan air
yang tinggi jenis besi laterit yaitu soli ore, yaitu bijih yang berupa tanah hard one
yaitu bijih yang dalam kondisi keras.
Kegunaan besi laterit sebagai bahan baku pembuat briket dan bahan baku
besi dan baja (baja paduan rendah kelmaks tinggi, baja nikel, kromium, baja
struktur).
27
Laporan Praktek Kerja Lapangan
3.2.9 Pasir Besi
Gambar 6. Pasir Besi
Secara umum pasir besi terdiri dari mineral non logam seperti : kwarsa,
kalsit, feldsfar, ampibol, piroksen, biotin, dan tourmalin. Mineral tersebut terdiri
dari magnetit, titanferous magnetit, limenit, limonit, dan hematit. Titanferous
magnetitadala bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari magnetik dan
limenit. Mineral bijih pasir besi utama berasal dari batuan basaltik dan andesitik
volkanik.
Kegunaan pasir besi ini selain untuk industri logam besi juga telah banyak
dimanfaatkan pada industri semen. Pasir besi terdapat seperti di Sumatera,
Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores dan Timor.
3.2.10 Kaolin
Kaolin mempunyai komposisi kimia hydrous aluminium silikat
(Al2O3.2SiO2) berwarna putih, kuning, jingga, abu-abu, putih, atau kemereah-
merahan. Proses feologi pembentukan kaolin (kaolinisasi) adalah proses
pelapukan dan proses hydrotermal alterasi pada bakuan beku feldspartik, mineral-
mineral potas aluminium silika dan feldsfar diubah menjadi kaolin.
Mineral yang termasuk kedalam kelompok kaolin adalah kaolinit, nakrit,
dikrit, dan halloysit (Al2(OH)4SiO5.2H2O), yang memiliki kandungan air lebih
besar dan umumnya membentuk endapan sendiri.
28
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Sifat-sifat Mineral kaolin antara lain, yaitu kekerasan 2-2,5,
berat jenis 2,6-2,63 plastis, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang rendah,
serta pH bervariasi.
Mineral-mineral kaolin adalah kaolinit, nakrit, dikrit, dan hallosyit, dengan
kaolinit sebagai hasil utamanya . Kaolin dapat digunakan untuk industri karet dan
tekstil, industri kertas.
Proses pembentukan Kaolin (Kaolinisasi) dapat terjadi melalui proses
pelapukan dan proses hidrotermal alterasi pada batuan beku felspartik. Endapan
Kaolin ada dua macam yaitu : endapan residual dan sedimentasi.
Potensi dan cadangan kaolin yang besar di Indonesia terdapat di
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Pulau Bangka dan Belitung, serta
potensi lainnya tersebar di pulau Sumatera, Pulau Jawa, Suleawesi Utara.
3.2.11 Zirkon
Gambar 7. zirkon
Zirkon merupakan mineral silikat yang terjadi secara luas diseluruh kerak
bumi, meskipun jarang dalam jumlah terkonsentrasi. Mineral utama yang
mengandung unsur Zirkonium adalah Zirkon/zirkonium silika (ZrO2.SiO2) dan
baddeleyit/Zirkonium oksida (ZrO2). Kedua mineral ini dijumpai dalam bentuk
29
Laporan Praktek Kerja Lapangan
senyawa dengan hafnium. Pada umumnya zirkon mengndung unsur besi, kalsium
sodium. Mangan, dan unsur lainnya yang menyebabkan warna pada zirkon
bervariasi, seperti putih bening hingga kuning, kehijauan, coklat kemerahan,
kuning kecoklatan, dan gelap, sistem kristal monokolin, prismatik, dipiramida,
dan tetragonal, kilap lilin saampai logam, belahan sempurna tidak beraturan,
kekerasan 6,5-7,5, berat jenis 4,6-5,8, indeks reflaksi 1,92-2,19, hilang pijar 0,1%
dan titik lembut dari pada topaz.
Zirkon terbentuk sebagai mineral accesories pada batuan yang mengandung
Ne-feldspar (batuan beku asam dan batuan metamorf). Jenis cebakannya dapat
berupa endapan primer maupun endapan sekunder. Zirkon mempunyai kekerasan
yang berskala 7,5 dalam skala Mohs, yang berarti sedikit lebih keras
dibandingkan dengan kwarsa dan lebih lembut dari pada topaz.
Kegunaan zirkon adalah untuk bahan baku elektronik, keramik. Potensi
zirkon menyebar di Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan
Kalimantan bagian barat. Potensi ini mengikuti penyebaran kasiterit yang dikenal
dengan nama tin belt.
3.3 Metode Gravimetri
Gravimetri merupakan suatu cara analisis jumlah untuk menetapkan unsur-
unsur atau senyawa-senyawa berdasarkan pengendapan atau penimbangan berat.
Dasar dan cara analisis gravimetri meliputi.
Cara Pengendapan
Suatu sampelyang akan ditentukan secara gravimetri mula-mula ditimbang
secara kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan kembali
30
Laporan Praktek Kerja Lapangan
dengan reagen tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi syarat yaitu
memiliki kelarutan sangat kecil sehingga bisa mengendap kembali dan dapat
dianalisis dengan menimbang. Endapan yang terbentuk harus harus berukuran
lebih besar pada pori-pori alat penyaring (kertas saring), kemudian endapan
tersebut dicuci dengan larutan elektrolit yang mengandung ion sejenis dengan ion
endapan. Hal ini dilakukan untuk melarutkan pengotor yang terdapat dipermukaan
endapan dan memaksimalkan endapan. Endapan yang terbentuk dikeringkan pada
suhu 100-130 derajat celcius atau dipijarkan sampai suhu 800 derajat celcius
tergantung suhu dekomposisi dari analit. Pengendapan kation misalnya,
pengendapan sebagai garam sulfida, pengendapan nikel dengan DMG (dimetil
glioksin), pengendapan perak dengan klorida atau logam hidroksida dengan
mengatur pH larutan. Penambahan reagen dilakukan secara berlebihan untuk
memperkecil kelarutan produk yang diinginkan.
Pembentukan endapan dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Endapan dibentuk dengan reaksi antar analit dengan suatu pereaksi,
biasanya berupa senyawa baik kation maupun anion. Pengendapan dapat
berupa anorganik maupun organik.
2. Endapan dibentuk cara elektrokimia (analit dielektrolisa), sehingga terjadi
logam sebagai terjadi logam sebagai endapan, dengan kation diendapkan.
Cara Penguapan
Digunakan untuk menetapkan komponen-komponen dari suatu senyawa yang
relatif lebih mudah menguap yaitu dengan cara :
Pemanasan dalam udara atau gas tertentu.
Penambahan pereaksi sehingga mudah menguap.
31
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Zat-zat yang relatif mudah menguap bisa diabsorpsi dengan suatu absorben
yang sesuai dan telah diketahui berat tetapnya. Untuk penentuan kadar air
suatu kristal dalam senyawa hidrat, dapat dilakukan dengan memanaskan
senyawa pada suhu 105oC -110oC. Berkurangnya berat sebelum pemanasan
menjadi berat sesudah pemanasan merupakan berat air kristalnya. Asal
senyawa tidak terurai oleh pemanasan, atau bisa juga menggunakan zat
pengering seperti CaCl2 dan Mg(ClO4)2.
Cara pengendapan elektrolis.
Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam
terlarut menjadi endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation
apabila dialiri dengan arus listrik dengan besar tertentu dalam waktu tertentu
maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan oksidasi 0.
Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan beratnya,
misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel cair dengan
cara mereduksi. Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada sampel yang
diduga mengandung kadar logam terlarut cukup besar seperti air limbah.
Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit yang terdapat dalam
sampel relatif besar sehinggga dapat diendapkan dan ditimbang. Apabila kadar
analit dalam sampel hanya berupa unsur pelarut, maka metode gravimetri
tidak akan mendapat hasil yang teliti. Sampel yang dapat dianalisis dengan
metode gravimetri dapat berupa sampel padat maupun sampel cair. Prinsipnya
senyawa ion yang akan diendapkan dipisahkan secara elektrolisisnya cermat
dapat terhindar dari peristiwa kopresipitasi dan post-presipitasi.
32
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Tahapan kerja dalam analisis gravimetri, yaitu meliputi : Penimbangan,
pelarutan, pemanasan, pengendapan, penyaringan, pencucian, pemijaran,
pendinginan dan penimbangan.
Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka endapan yang terbentuk harus
mempunyai syarat.
1. Endapannya murni.
2. Kelarutannya kecil.
3. Rumus kimia pasti.
4. Mantap.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan agar hasil analisis secara gravimetri
mendekati kebenaran diantaranya :
1. Pemilihan pereaksi pengendap yang tepat sehingga endapan yang
didapatkan hanya unsur yang ditetapkan.
2. Memilih pereaksi pengendap yang kelarutannya tinggi.
3. Mengatur situasi dan kondisi lingkungan (pH).
4. Memperhatikan suhu pada waktu pengendapan.
5. Penambahan pereaksi pembantu jika diperlukan, seperti larutan
penyangga.
6. Menambah pereaksi pengendapan berlebih, agar pengendapan
sempurna dan memperkecil kelarutan endapan.
33
Laporan Praktek Kerja Lapangan
3.4 Metode Instrumental
Analisis instrumental adalah cara analisis didasarkan pada gabungan alat-
alat pepnglihat. Analisis instrumental yang biasa dilakukan dilaboratorium kimia
Mineral Puslitbang tek-MIRA diantaranya cara spektrofotometri dan
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA/AAS).
Kedua cara analisis diatas berdasarkan pada hukum lambert-Beer.
1) Hukum Lambert
Lambert (1760) menyelidiki hubungan antara intensitas cahaya mula-mula
(lo) dengan intensitas cahaya yang dipancarkan (lt) terhadap tebal dan
memberikan suatu hukum yang berbunyi :
“Bila suatu cahaya melalui suatu media yang transparan maka
bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding
dengan bertambah tebalnya media (t).”
Rumus yang diperoleh dari hasil pengintegralan :
log lt = -k.t lo
log lt = k.tlo
2) Hukum Beer
Beer (1852) menyelidiki hubungan antara intensitas antara intensitas
cahaya mula-mula dan cahaya yang dipancarkan terhadap kepekatan media
dan memberikan hukum yang berbunyi :
“Bila suatau cahaya suatu bidang/media yang transparan maka
bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan
bertambah turunnya kepekatan media (c).”
34
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Rumus yang diperoleh dari pengintegralan :
log lt = -k`.t lo
-log lt = k`.t lo
3) Hukum Lambert-Beer
Karena adanya kesamaan kedua hukum tersebut, maka keduanya
digabungkan dan berbunyi :
“Bila suatu cahaya melalui suatu media yang transparan maka bertambah
turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan bertambah
turunnya ketebalan dan kepekatan media.”
Rumus yang diperoleh dari hasil pengintegralan :
-log lt =k.k`.c.t lo
Karena k dan k` merupakan tetapan maka dapat diganti menjadi :-log lt = ε. c. t loKarena –log T = lt
lo
Maka –log T = log lo lt
A= -log T = log lt lo
A= T. C. t
Ket :
k. k` = tetapan
ε = tetapan pengganti k dan k` yang besarnya tergantung pada panjang
gelombang cahaya dan jenis senyawanya.
lo = intensitas cahaya mula-mula
35
Laporan Praktek Kerja Lapangan
lt = intensitas cahaya yang dipancarkan
T = transmisi
A = absorban
Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah suatu cara analisis jumlah yang berdasarkan
kenyataan bahwa tua mudanya suatu larutan yang berwarna tergantung kepada
kepekatannya.
Teori kolorimetri didasarkan atas hubungan antara besarnya penyerapan
suatu cahaya dengan tebal media dan kepekatan larutan. Setiap zat akan menyerap
cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawaan dan warna
yang ada.
Bagian-bagian terpenting dari spektrofotometer :
1) Sumber cahaya, sebagai sumber cahaya dapat digunakan lampu wolfram
yang menghasilkan sinar dengan panjang gelombang atas 375 µm. Dengan
salah satu dari kedua sinar tersebut, dapat dilakukan penetapan pada
daerah sinar tampak atau daerah sinar ultraviolet.
2) Monokromator, berfungsi untuk mendapatkan cahaya yang monokromatis,
yaitu prisma dan grating.
3) Kuvet, berfungsi untuk menyimpan sampel yang akan diperiksa, kuvet
yang baik mempunyai syarat-syarat :
a. Tidak berwarna.
b. Permukaan secara optik sejajar.
c. Tidak boleh rapuh.
d. Bentuknya sederhana.36
Laporan Praktek Kerja Lapangan
4) Detektor, berfungsi mengubah cahaya menjadi arus listrik. Sebagai
detektor dapat dipakai photo tube, Photo Multipler Tube, atau Barrier
Layer Cell.
Gambar 8. Bagian alur Analisa Spektrofotometri
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis dengan
spektrofotometer :
1) Pembentukan warna
Dalam pembentukan warna dari zat yang dianalisis digunakan pereaksi
pembentuk warna. Pereaksi ini harus mempunyai syarat, yaitu :
a. Harus selektif artinya pereaksi hanya bereaksi dengan unsur yang
dianalisisi serta menghasilkan warna yang spesifik.
b. Reaksinya peka artinya pereaksi dapat membentuk warna dan
bereaksi walaupun zat yang dianalisis dalam konsentrasi kecil
sekali.
2) Pemilihan panjang gelombang yang optimal biasanya dibuat spektrum
absorban, yaitu berupa kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang
gelombang.
37
Source Monokromator
Detector
+
Measuring System
+
Readout
Sample
Compartment
Laporan Praktek Kerja Lapangan
3) Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan pengukuran absorbansi terhadap
konsentrasi larutan standar pada panjang gelombang yang sama.
4) Penentuan kadar
Setelah absorbansi larutan contoh terukur, kemudian diplotkan pada kurva
kalibrasi seri larutann standar maka konsentrasi contoh dapat diketahui.
Gambar 9. Spektrofotometer UV-Vis Varian 50-Conc
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA/AAS)
Spektrofotometri Serapan Atom biasa dikenal dengan nama AAS (Atomic
Absorbtion Spektrofotometry) adalah suatu teknik yang berdasarkan atas
absorbansi sinar yang spesifik oleh atom bebas pada panjang gelombang tertentu.
Cara lain ini diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh Walsh pada tahun 1953.
Sekarang cara ini telah berkembang dengan pesat dan telah menjadi suatu cara
analisis yang dikerjakan secara rutin. AAS menjadi pilihan utama dalam analisis
unsur karena mempunyai kelebihan, antara lain :
1) Dapat mendeteksi kadar logam/unsur dari suatu campuran yang sangat
kompleks dan kepekatan tinggi.
38
Laporan Praktek Kerja Lapangan
2) Dapat mendeteksi kadar logam tertentu dalam kepekatan yang relatif
rendah walaupun ada unsur lain yang tingkat kepekatannya lebih tinggi
tanpa dilakukan pemisahan terlebih dahulu.
3) Dapat mendeteksi kadar logam dari kepekatan rendah sampai tinggi.
Dapat diketahui bahwa penetapan dengan cara AAS ini didasarkan atas
penyerapan sinar oleh atom bebas, atom-atom bebas ini setelah dapat menyerap
energi cahaya pada suatu tingkat energi tertentu dan pada panjang gelombang
tertentu. Biasanya cahaya yang diserap berbanding lurus dengan konsentrasi atom
dalam sampel tersebut dan sesuai dengan hukum Lambert-Beer.
Bagian-bagian terpenting dari Spektrofotometer Serapa Atom (SSA)
adalah :
1) Sumber Cahaya
Menggunakan sumber cahaya yang mempunyai panjang gelombang
tertentu dan setiap unsur adalah spesifik. Biasanya digunakan lampu
katoda yang terbuat dari gelas yang membungkus katoda dan sebuah
anoda yang cocok. Kedua elektroda diselubungi gas neon pada tekanan
rendah. Apabila dihubungkan sumber tegangan maka ion gas yang
bermuatan positif yang akan memakan katoda dan mengusir atom dari
unsur pada katoda. Atom ini akan tereksitasi dan dapat menghasilkan sinar
emisi yang mempunyai panjang gelombang yang khas.
2) Bagian atomisasi
Pada bagian ini larutan sampel diubah menjadi bentuk atom-atomnya
setelah melalui spray chamber, dengan bantuan gas pembakar untuk
diatomisasi.
39
Laporan Praktek Kerja Lapangan
3) Sistem optik
Dalam AAS maksud utama dari sistem optik adalah mengumpulkan
cahaya dari sumber cahaya, melewatkannya melalui sampel lau
kemonokromator. Sistem optik pada AAS dapat single beam (satu berkas
cahaya) atau double beam (dua berkas cahaya). Pada single beam harga lo
selalu tetap selama pengukuran sinar yang ditransmisikan (lt). Pada sistem
double beam secara periodik disisipkan cermin datar pada jalannya sinar
dari nyala masuk ke dalam monokromator, sehingga lo dapat diukur.
4) Monokromator
Berfungsi mengisolasi sinar yang diperlukan dari sinar yang dihasilkan
oleh lampu katoda. Jadi apabila terdapat beberapa panjang gelombang
cahaya, maka yang dilewatkan ke detektor hanyalah panjang gelombang
tertentu sesuai keinginan.
5) Detektor
Seperti halnya pada spektrofotometer, detektor pada AAS mempunyai
sifat dapat mengubah cahaya menjadi energi listrik yang kemudian
diteruskan keamplifer lalu kesistem pembacaan (Galvanometer).
Gangguan-gangguan yang timbul pada penetapan dengan menggunakan AAS
diantaranya :
1) Gangguan ionisasi
Keberadaan logam-logam lain dapat mengganggu keseimbangan jumlah
atom yang stabil dengan terionisasi. Terbentuknya elektron-elektron dari
logam–logam tersebut akan memperbesar jumlah atom pada nyala
sehingga absorbansi makin tinggi. Gangguan ini dapat diatasi dengan
40
Laporan Praktek Kerja Lapangan
penambahan pereaksi, seperti untuk pengukuran kalsium dan magnesium
perlu penambahan stronsium dan litium.
2) Pengaruh anion
Keberadaan anion dapat mempersulit pembentukan atom bebas karena
terbentuknya senyawa yang relatif sulit untuk diatomisasi.
Keadaan ini dapat dihindari dengan beberapa cara, anara lain :
a) Penambahan pereaksi pengkelat yang dapat membentuk senyawa
kompleks.
b) Pemakaian suhu tinggi.
c) Ditambahkan kation, yang dapat mengikat anion (ion pembebas)
3) Gangguan sinar emisi
Di dalam bagian atomisasi disamping terdapat atom yang stabil juga
terjadi eksitasi atom-atom yang menghasilkan sinar emisi dengan panjang
gelombang yang sama dengan sinar katoda, sehingga sulit dibedakan oleh
monokromator. Hal ini dapat menambah sinar yang ditansmisikan
sehingga akan memperkecil kadar. Gangguan semacam ini dapatkan
diatasi dengan pengguanaan sistem modulasi, yaitu :
a) Chopper (mechanically modulation)
b) Voltage (electrical modulation)
4) Gangguan fisika
Gangguan fisika seperti kekentalan dan tegangan permukaan sangat
berpengaruh terhadap kesempurnaan proses atomisasi contoh. Keadaan ini
dapat dikurangi dengan peningkatan suhu pembakar.
41
Laporan Praktek Kerja Lapangan
5) Perhitungan kadar dengan AAS
Perhitungan kadar dapat dihitung dengan salah satu cara sebagai berikut :
Kadar Unsur (%) =|Sampel||Standar| x ppm standar x fp x 100
bobot sampel (mg ) x1000
Gambar 10. AAS Varian
42
Laporan Praktek Kerja Lapangan
BAB IV
METODE ANALISIS
4.1 ALAT DAN BAHAN
4.1.1 ALAT
a) Batang pengaduk
b) Botol semprot
c) Botol timbang
d) Buret
e) Cawan porselen
f) Eksikator
g) Filler
h) Furnace
i) Gelas kimia
j) Hot plate
k) Kaca arloji
l) Kaki tiga
m) Kertas saring
n) Labu erlenmeyer
o) Labu ukur
p) Neraca analitik
q) Oven
r) Pemanas bunsen
s) Pipet volum
t) Platina
u) Spektrofotometer
v) Statif dan klem
w) Tangkrus
x) Teflon
y) Whatman No.40
z) Whatman No.42
4.1.2 BAHAN
a) Aquadest
b) H2O3 3%
c) H2SO4 1:1
d) H3PO4
e) HCl pekat
f) HClO4
g) HF
h) HNO3 pekat
i) HNO3 1:24
j) K2S2O7
k) Molibdat
l) Sampel fly ash
m) Vanadat
43
Laporan Praktek Kerja Lapangan
4.2 Analisis Contoh Fly Ash
Senyawa yang dianalisis antara lain: H2O-, LOI, SiO2, SO3, TiO2,
dan PO4
4.2.1 Penentuan H2O-
A. Prinsip
Pada umumnya batuan atau tanah mengandung air lembab, senyawa
organik dan anorganik. Dengan pemanasan didalam oven pengeringan
pada suhu 105oC maka H2O- akan menguap. Bobot air yang menguap
adalah selisih bobot sebelum dipanaskan.
B. Prosedur Kerja
1. Panaskan botol timbang di dalam oven pengeringan pada suhu
105-110oC selama 15 menit.
2. Angkat, dinginkan dan timbang (A gram).
3. Timbang ±1 gram sampel kedalam botol timbang tersebut
(B gram).
4. Panaskan kembali dalam oven pengeringan pada suhu 105-110oC
selama 1-2 jam.
5. Angkat, dinginkan dan timbang (C gram).
C. Perhitungan
% H2O- = B−CB−A
x 100%
Keterangan:
A = Berat botol timbang (gram)
B = Berat botol timbang + contoh (gram)
C = Berat botol timbang + contoh setelah pengeringan (gram)
44
Laporan Praktek Kerja Lapangan
4.2.2 Penentuan LOI
A. Prinsip
Pada umumnya batuan atau tanah mengandung air lembab, senyawa
organik dan anorganik. Senyawa organik akan mengurangi atau hilang
bila dipijarkan pada suhu 900oC. Selisih bobot sebelum dan sesudah
pemijaran dihitung sebagai kadar zat hilang bakar (LOI).
B. Prosedur Kerja
1. Panaskan cawan porselen kosong dalam furnace pada suhu
900oC selama 15 menit, angkat dan dinginkan. Kemudian
timbang ( A gram).
2. Timbang ±1 gram sampel kedalam cawan porselen tersebut
(B gram).
3. Panaskan dalam furnace pada suhu 900oC selama 1-2 jam,
angkat dan dinginkan. Kemudian timbang (C gram).
C. Perhitungan
% LOI = B−CB−A
x 100%
Keterangan:
A = Berat cawan porselen (gram)
B = Berat cawan porselen + contoh (gram)
C = Berat cawan porselen + contoh setelah pemijaran (gram)
45
Laporan Praktek Kerja Lapangan
4.2.3 Pelarutan dengan (HCl-HNO3-H2SO4) untuk Penentuan SiO2
A. Prinsip
Contoh dilarutkan dengan asam campur (HCl-HNO3-H2SO4) dimana
asam sulfatnya membantu pengoksidasi kuat untuk memecahkan
senyawa atau ikatan yang komplek. Pelarut menjadi sempurna dengan
penambahan HCl kembali, senyawa yang tidak larut ditetapkan
sebagai SiO2.
B. Persamaan reaksi
SiO2 + 6 HF H2SiF6 + 2 H2O
H2SiF6 SiF4 (g) + 2HF (g)
C. Prosedur kerja
1. Timbang dengan teliti ±0,2 gram sampel dan masukkan ke
dalam gelas kimia 300 ml, basahi dengan sedikit aquadest.
2. Larutkan dengan aquaregia sulfat (15 ml HCl pekat, 5 ml
HNO3 pekat, dan 10 ml H2SO4 1:1), tutup dan panaskan diatas
hot plate. Setelah bereaksi buka tutupnya lalu panaskan sampai
kering.
3. Panaskan diatas bunsen menggunakan tangkrus secara
perlahan sampai keluar asap putih (untuk memastikan bahwa
sulfat sisa pengeringan benar habis).
4. Angkat dan dinginkan.
5. Tambahkan 10 ml HCl pekat dan panaskan kembali sampai
semua garam larut kecuali SiO2.
6. Encerkan dengan aquadest sampai volume 100 ml dan
didihkan. Larutan disaring dengan kertas saring whatman
No.40.
46
Laporan Praktek Kerja Lapangan
7. Endapan dibilas dengan air panas beberapa kali sampai bersih,
endapan tersebut dimasukan kedalam cawam platina.
Diarangkan dan dipijarkan dalam furnace sampai tidak ada
arang ±45 menit. Angkat dan dinginkan di dalam eksikator.
Setelah itu timbang (A gram).
8. Basahi residu hasil pemijaran dengan 1-2 tetes H2SO4 1:1 dan 3
ml HF. Setelah kering tambahkan kembali HF sebanyak 3 ml
(penambahan HF 3 ml dilakukan sebanyak 3 kali agar endapan
benar benar larut).
9. Panaskan platina secara perlahan diatas bunsen (untuk
menghilangkan sulfat sisa penguapan).
10. Pijarkan dalam furnace selama 15 menit. Dinginkan dalam
eksikator. Kemudian timbang (B gram).
11. Lebur dengan K2S2O7 dan cuci dengan HCl pencuci sambil
dipanaskan diatas hot plate.
D. Perhitungan
% SiO2 = A−B
Wx100 %
Keterangan:
A = Berat endapan sebelum ditambah HF (gram)
B = Berat endapan setelah penambahan HF (gram)
W = Berat contoh (gram)
4.2.4 Pelarutan dengan HCl untuk Penentuan SO3
A. Prinsip
Ion SO42- diendapkan dengan BaCl2 membentuk endapan yang
berwarna putih, kemudian disaring. Endapan dipijarkan, didinginkan
47
Laporan Praktek Kerja Lapangan
dan ditimbang sebagai BaSO4 . Kadar SO3 dihitung setelah di koreksi
faktor kimia.
B. Persamaan Reaksi
SO42- + BaCl2 BaSO4 (putih) + 2Cl-
C. Prosedur Kerja
1. Ditimbang dengan teliti 0,2 gram sampel dalam kaca arloji dan
dimasukkan kedalam gelas kimia 300 ml kemudian dibasahkan
dengan sedikit aquadest.
2. Dilarutkan dengan 10 ml HCl pekat kemudian dipanaskan sambil
ditutup diatas hot plate sampai larut. Panaskan sampai macah-
macah.
3. Kemudian tambahkan kembali 10 ml HCl pekat, panaskan kembali
diatas hot plate.
4. Diencerkan dengan aquadest sampai volume ± 100 ml, kemudian
dipanaskan lagi sampai mendidih.
5. Disarin dengan kertas saring whatman No.40, larutan ditampung
dalam gelas kimia 250 ml dan dicuci dengan air panas. Kemudian
filtrat hasil saringan dididihkan kembali.
6. Ditambahkan 10 ml BaCl 10% kemudian panaskan kembali.
Kemudian turunkan dan dibiarkan semalaman agar proses
pengendapan terjadi dengan sempurna.
7. Disaring dengan kertas saring whatman No.42 dan cuci dengan air
panas sampai bebas Cl-.
8. Kertas saring yang berisi endapan dimasukkan kedalam cawan
porselen kosong yang telah diketahui bobotnya (A gram).
9. Endapan diperarang diatas meker, kemudian dipijarkan didalam
furnace pada suhu 900oC, dinginkan dalam eksikator kemudian
timbang (B gram).
48
Laporan Praktek Kerja Lapangan
D. Perhitungan
% SO3 = B−A
Wx fk x 100 %
Keterangan:
A = Berat cawan kosong (gram)
B = Berat cawan + abu (gram)
W= Berat sampel (gram)
Fk= Faktor kimia (0,343)
4.2.5 Pelarut dengan asam campuran (HF-HNO3-HClO4) untuk
Penentuan TiO2 Dan PO4
A. Prosedur Kerja
1. Timbang dengan teliti sampel ± 0,2 gram lalu masukkan ke
dalam teflon yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
2. Tambahkan kedalamnya 5 ml HNO3 pekat dan 10 ml HF pekat
kemudian panaskan diatas hot plate sampai kering kerontang
(jika contoh belum larut, penambahan HF dan HNO3 pekat
dilakukan beberapa kali sampai contoh larut atau bebas
silikat).
3. Tambahkan 5 ml HNO3 pekat dan 2,5 ml HClO4 kemudian
panaska di hot plate sampai mengeluarkan asap putih dan
macah-macah.
4. Tambahkan 5 ml HNO3 pekat. Panaskan sampai garam-
garamnya larut kemudian encerkan dengan 10 ml aquadest.
5. Dinginkan larutan, kemudian masukkan kedalam labu ukur
100 ml, tanda batasi lalu kocok hingga homogen (larutan
induk).
49
Laporan Praktek Kerja Lapangan
4.2.6 Penentuan TiO2
A. Prinsip
Senyawa titan direaksikan dengan H2O2 membentuk senyawa komplek
berwarna kuning, kemudian diukur absorbanya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 400 nm. Adanya unsur besi
dengan HCl akan membentuk besi (III) klorida yang berwarna kuning
juga, untuk menghilangkan warna kuning tersebut maka ditambahkan
asam sulfat dan asam phosfat sehingga yang terbentuk besi phosfat
yang tidak berwarna. Kadar TiO2 dapat diketahui setelah dibandingkan
dengan kalibrasi seri larutan standar.
B. Persamaan Reaksi
Fe3+ + 3Cl- FeCl3 (kuning)
2FeCl3 + 3H2SO4
Fe2(SO4)3 + 6HCl
Fe3+ + H3PO4 [Fe(HPO4)]+ + 2H+
Ti2+ + 2H2O2 (TiO2)2+(kuning) + 2H2O
C. Prosedur Kerja
1. Pipet 10 ml dari larutan induk hasil pelarutan dengan asam campur,
kemudian masukkan kedalam labu ukur 25 ml.
2. Tambahkan 2,5 ml H2SO4 1:1 + 1,5 ml H3PO4 + 2,5 ml H2O2 3%.
3. Tanda batasi dan homogenkan, diamkan selama 15 menit.
4. Ukur absorbanya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 400 nm.
50
Laporan Praktek Kerja Lapangan
4.2.7 Penentuan PO4
A. Prinsip
Ion ortofosfat direaksikan dengan Ammonium Molibdat dan
Ammonium Vanadat dalam suasana HNO3 membentuk senyawa
kompleks yang berwarna kuning. Warna yang terbentuk diperiksa
absorbanyya dengan spektrofotometer pada panajang gelombang 460
nm.
B. Persamaan Reaksi
C. PO43- + (NH4)6.Mo7O24.24H2O + NH4VO3
(NH4)3PO4.NH4VO3.16MoO3
C. Prosedur Kerja
1. Pipet 10 ml dari larutan induk hasil pelarutan dengan asam
campuran, kemudian masukkan kedalam labu ukur 25 ml.
2. Tambahkan 2,5 ml ammonium vanadat 0,25% dan 2,5 ml
ammonium molibdat 5%. Tanda bataskan dengan HNO3 1:24
kemudian barulah dihomogenkan, diamkan selama 15 menit.
3. Ukur absorbannya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 460 nm.
51
Laporan Praktek Kerja Lapangan
4.3 HASIL ANALISA
Sampel Fly Ash dengan No.Sampel 1441-1446.
Senyawa yang dianalisis antara lain: H2O-, LOI, SiO2, SO3, TiO2, dan PO4
Hasil Analisis Penentuan H2O- :
No.Sampel A (gram) B (gram) C (gram)
1441 13,6012 14,6013 14,5975
1442 12,6735 13,6735 13,6729
1443 12,7689 13,7689 13,7655
1444 13,4996 14,4997 14,4915
1445 14,1616 15,1612 15,1530
1446 13,9138 14,9120 14,9101
Perhitungan
% H2O- = B−CB−A
x 100%
Keterangan:
A = Berat botol timbang (gram)
B = Berat botol timbang + contoh (gram)
C = Berat botol timbang + contoh setelah pengeringan (gram)
Sampel No.1441
% H2O- = B−CB−A
x 100%
= 14,6013−14,597514,6013−13,6012
x 100 %
52
Laporan Praktek Kerja Lapangan
= 0,37 %
Sampel No.1442
% H2O- = B−CB−A
x 100%
= 13,6735−13,672913,6735−12,6735
x 100 %
= 0,06 %
Sampel No.1443
% H2O- = B−CB−A
x 100%
= 13,7689−13,765513,7689−12,7689
x 100 %
= 0,34 %
Sampel No.1444
% H2O- = B−CB−A
x 100%
= 14,4997−14,491514,4997−13,4996
x100 %
= 0,81 %
Sampel No.1445
% H2O- = B−CB−A
x 100%
= 15,1612−15,153015,1612−14,1616
x 100 %
= 0,82 %
Sampel No.144653
Laporan Praktek Kerja Lapangan
% H2O- = B−CB−A
x 100%
= 14,9120−14,910114,9120−13,9138
x 100 %
= 0,19 %
Hasil Analisis Penetuan LOI :
No.Sampel A (gram) B (gram) C (gram)
1441 13,6012 14,6013 14,5820
1442 12,6735 13,6735 13,6706
1443 12,7689 13,7689 13,7400
1444 13,4996 14,4997 14,4529
1445 14,1616 15,1612 15,1293
1446 13,9138 14,9120 14,8904
Perhitungan:
% LOI = B−CB−A
x 100%
Keterangan:
A = Berat cawan porselen (gram)
B = Berat cawan porselen + contoh (gram)
C = Berat cawan porselen + contoh setelah pemijaran (gram)
Sampel No.1441
% LOI = B−CB−A
x 100%
= 14,6013−14,582014,6013−13,6012
x 100 %
= 1,5 %
54
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Sampel No.1442
% LOI = B−CB−A
x 100%
= 13,6735−13,670613,6735−12,6735
x 100 %
= 0,23 %
Sampel No.1443
% LOI = B−CB−A
x 100%
= 13,7689−13,740013,7689−12,7689
x 100 %
= 2,55 %
Sampel No.1444
% LOI = B−CB−A
x 100%
= 14,4997−14,452914,4997−13,4996
x100 %
= 3,89 %
Sampel No.1445
% LOI = B−CB−A
x 100%
= 15,1612−15,129315,1612−14,1616
x 100 %
= 2,39 %
Sampel No.1446
55
Laporan Praktek Kerja Lapangan
% LOI = B−CB−A
x 100%
= 14,9120−14,890414,9120−13,9138
x100 %
= 1,97%
Hasil Analisis Penentuan SiO2 :
No.Sampel Berat Sampel A (gram) B (gram)
1441 0,2000 35,7176 35,5665
1442 0,2000 35,7182 35,5652
1443 0,2000 35,8553 35,7843
1444 0,2000 35,8166 35,7234
1445 0,2000 35,4269 35,3390
1446 0,2000 35,0695 34,9707
Perhitungan
% SiO2 = A−B
Wx100 %
Keterangan:
A = Berat endapan sebelum ditambah HF (gram)
B = Berat endapan setelah penambahan HF (gram)
W = Berat contoh (gram)
56
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Sampel No.1441
% SiO2 = A−B
Wx100 %
= 35,7176−35,5665
0,2000x100 %
= 75,55 %
Sampel No.1442
% SiO2 = A−B
Wx100 %
= 35,7182−35,5652
0,2000x100 %
= 76,50 %
Sampel No.1443
% SiO2 = A−B
Wx100 %
= 35,8553−35,7843
0,2000x100 %
= 35,50 %
Sampel No.1444
% SiO2 = A−B
Wx100 %
= 35,8166−35,7234
0,2000x100 %
= 46,60%
Sampel No.1445
% SiO2 = A−B
Wx100 %
= 35,4269−35,3390
0,2000x100 %
57
Laporan Praktek Kerja Lapangan
= 43,95 %
Sampel No.1446
% SiO2 = A−B
Wx100 %
= 35,0695−34,9707
0,2000x100 %
= 49,45 %
Hasil Analisis Penentuan SO3 :
No.Sampel Berat Sampel A (gram) B (gram)
1441 0,5000 12,7678 12,8186
1442 0,5000 14,3385 14,4035
1443 0,5000 12,7824 12,8184
1444 0,5000 13,4990 13,5356
1445 0,5000 12,6725 12,6970
1446 0,5000 13,9129 13,9592
Perhitungan
% SO3 = B−A
Wx fk x 100 %
Keterangan:
A = Berat cawan kosong (gram)
B = Berat cawan + abu (gram)
W= Berat sampel (gram)
Fk= Faktor kimia (0,343)
Sampel No.1441
58
Laporan Praktek Kerja Lapangan
% SO3 = B−A
Wx fk x 100 %
= 12,8186−12,7678
0,5000x fk x100 %
= 3,36 %
Sampel No.1442
% SO3 = B−A
Wx fk x 100 %
= 14,4035−14,3385
0,5000x fk x 100%
= 4,46 %
Sampel No.1443
% SO3 = B−A
Wx fk x 100 %
= 12,8184−12,7824
0,5000x fk x 100 %
= 2,46 %
Sampel No.1444
% SO3 = B−A
Wx fk x 100 %
= 13,5356−13,4990
0,5000x fk x100 %
= 2,51 %
Sampel No.1445
% SO3 = B−A
Wx fk x 100 %
= 12,6970−12,6725
0,5000x fk x 100%
= 1,68 %
Sampel No.1446
59
Laporan Praktek Kerja Lapangan
% SO3 = B−A
Wx fk x 100 %
= 13,9592−13,9129
0,5000x fk x 100%
= 3,17 %
BAB V
PENGOLAHAN DATA STATISTIK DAN PEMBAHASAN
5.1 Validai Analisis HP/LOI
Pengulangan %LOI1 272 273 26,84 26,75 26,76 26,87 26,58 27,29 27,310 2711 2712 27
60
Laporan Praktek Kerja Lapangan
13 2714 27
Rata-Rata 26,9286Jumlah 377
Standar Deviasi 0,2091%RSD 0,0078
c (Konsentrasi/100) 0,2693CV 2,2849
2/3 CV 1,5233%True Value 27,2000
% Bias -0,9979
5.1.3 Presisi
RSD = SDX
x 100 %
= 0,0078 %
CVH= 2 1 - 0,5 log C
= 21 - 0,5 log 0,2639
= 2,2849
2/3 x 2,2849 = 1,5233
*Catatan : RSD (%) < 2/3 CVH
5.1.5 Akurasi
% Bias = X−μ
μx100 %
= -0,9979
*Catatan : % Bias < 5%
61
Laporan Praktek Kerja Lapangan
5.2 Validasi Analisis SiO2
Pengulangan Kadar SiO21 76,12 76,73 77,44 76,25 76,86 77,67 76,48 77,49 76,310 77,8
Rata-Rata 76,87Jumlah 768,7
Standar Deviasi 0,6308%RSD 0,0082
c (Konsentrasi/100) 0,7687CV 2,0571
62
Laporan Praktek Kerja Lapangan
2/3 CV 1,3714%Bias 0,35
5.2.1 Presisi
RSD = SDX
x 100 %
= 0,0082 %
CVH = 2 1 - 0,5 log C
= 21 - 0,5 log 0,7687
= 2,0571
2/3 x 2,0571= 1,3714
*Catatan : RSD (%) < 2/3 CVH
5.2.2 Akurasi
% Bias = X−μ
μx100 % = 0,35 %
*Catatan : % Bias < 5%
5.3 Validasi Analisis TiO2
Pengulangan Kadar TiO21 0,862 0,853 0,894 0,875 0,846 0,97 0,868 0,99 0,8610 0,86
63
Laporan Praktek Kerja Lapangan
11 0,8712 0,8613 0,8814 0,87
Rata-Rata 0,8693Jumlah 12,1700
Standar Deviasi 0,0177%RSD 0,0204
c (Konsentrasi/100) 0,0087CV 3,0304
2/3 CV 2,0203
%True Value 0,870
0 %Bias -0,0821
5.3.1 Presisi
RSD = SDX
x 100 %
= 0,0204 %
CVH = 2 1 - 0,5 log C
= 21 - 0,5 log 0,0087
= 3,0304
2/3 x 3,0304 = 2,0203
*Catatan : RSD (%) < 2/3 CVH
5.3.2 Akurasi
% Bias = X−μ
μx100 % = - 0,0821 %
*Catatan : % Bias < 5%
64
Laporan Praktek Kerja Lapangan
5.4 PEMBAHASAN
Mineral tersusun dari oksida-oksida logam dan garamnya, maka
untuk analisisnya dilakukan two stage atau dua langkah pengerjaan,
diantaranya adalah :
Dekomposisis/pelarutan
Dekomposisi adalah merubah mineral dari bentuk solid ke bentuk larutan
dengan cara:
a. Pelarutan langsung dengan asam kuat
Contohnya yaitu:
-HCl untuk batu kapur dan Gypsum
-HCl + HNO3 untuk mineral sulfidecontohnya pirit (FeS2), galena
(PbS), kalkopirit (CuFeS2), (Fly Ash) dan spalerit (ZnS).
-HCl + HNO3 + HClO4 untuk selain mineral.
b. Peleburan
Peleburan menggunakan basa-basa kuat dan garamnya.
Contohnya:
NaOH + Na2O2
Na2CO3 + Na2B4O7
65
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Na2O2
Penentuan Unsur-unsur
Menggunakan metode instrument seperti AAS dan spektrofotometri, dan
metode konvensional mengggunakan cara volumetri dan gravimetri.
Metode analisis yang selalu digunakan di Laboratorium Kimia
Mineral PUSLITBANG tekMIRA sampai saat ini adalah metoda
klasik/konvensional dan metoda modern/instrument. Metoda klasik yang
sering digunakan adalah gravimetri dan volumetric, meskipun memerlukan
waktu yang relatif sama tetapi masih sering digunakan karena memiliki
tingkat ketelitian yang tinggi, sedangkan metoda analisis
modern/instrument yang sering digunakan adalah spektrofotometer dan
AAS.
Metoda ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan metoda konvensional
yaitu waktu analisa yang diperlukan lebih sedikit, dapat langsung menentukan
kadar unsur-unsur tanpa ada pemisahan, bisa mendeteksi kadar unsur yang rendah
sampai yang tinggi sehingga kesalahan yang kecil dapat berpengaruh besar pada
hasil analisis.
Penetapan kadar LOI
LOI (Loss Of Ignition) atau hilang pada pemijaran adalah tes yang
digunakan dalam analisis kimia Anorganik khususnya dalam analisis
mineral dengan jalan memijarkan suatu contoh pada suhu tertentu,
sehingga zat yang mudah terbang akan terlepas sampai pada kondisis yang
konstan. Variasi dari pengujian ini adalah perubahan berat yang
diakibatkan oleh suhu, hal ini disebut thermogravimetri.
Hilang pijar dilaporkan sebagai hilang nya bagian dari suatu
material atau oksida dari suatu mineral. Zat yang mudah terbang pada
hilang pijar adalah air terikat dan karbon dioksida dari karbonat, dan ini
dapat digunakan sebagai pengujian kualitas.
Prinsip :
66
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Pada umumnya batuan atau tanah mengandung air lembab,
senyawa organik. Senyawa organik akan mengurai atau hilang bila
dipijarkan. Selisih bobot sebelum dan sesudah pemijaran, dihitung sebagai
kadar zat hilang bakar (LOI).
Reaksi :
C + O2 CO2
Senyawa karbonat CO2
Penetapan kadar LOI dilakukan dengan pemanasan dimana
sejumlah contoh mineral abu terbang (Fly Ash) ditimbang dalam cawan
porselin dan dipijarkan pada suhu ± 925oC dalam tungku pemanas
(furnace). Selisih berat sebelum dan sesudah pemanasan dihitung.
Penetapan kadar H2O-
Penetapan kadar H2O- dengan cara di oven dimana contoh
ditimbang dalam botol timbang dan dipanaskan dalam oven pada suhu
110oC. pemilihan suhu pada titik 110oC karena air pada titik tersebut
menguap. Selisih berat sebelum dan sesudah dipanaskan adalah kadar air
lembab.
Reaksi :
(Fly Ash).xH2O (Fly Ash) Anhidrat + H2O
Penetapan kadar SiO2
Silikon dioksida atau silika adalah salah satu senyawaan kimia
yang paling umum. Silika murni terdapat dalam dua bentuk yaitu kuarsa
dan kristobalit. Silikon selalu terikat secara tetrahedral kepada empat atom
oksigen, namun ikatan-ikatannya mempunyai sifat yang cukup ionik.
Dalam kristobalit , atom-atom silikon ditempatkan seperti halnya atom-
atom karbon dalam intan dengan atom-atom oksigen berada ditengah dari
setiap pasangan. Dalam kuarsa terbentuk heliks sehingga terbentuk kristal
67
Laporan Praktek Kerja Lapangan
enansiomorf. Kuarsa dan kristobalit dapat saling dipertukarkan apabila
dipanaskan. Proses ini lambat karena dibutuhkan pemutusan dan
pembentukan kembali ikatan –ikatan dengan dan energi pengaktifannya
tinggi. Silika relatif tidak reaktif terhadap Cl2, H2, asam-asam dan sebagian
besar logam pada suhu 25oC atau pada suhu yang lebih tinggi, tetapi dapat
diserang oleh F2, HF aqua, hidroksida alkali dan leburan-leburan karbonat
(Cotton, 1998).
Mineral silika mempunyai berbagai sifat kimia antara lain sebagai
berikut :
Reaksi Asam
Silika relatif tidak reaktif terhadap asam kecuali terhadap asam
hidrofluorida dan asam phosfat.
SiO2(s) + 4HF (aq) SiF4(aq) + 2H2O(1) (Vogel,
1985:376)
Dalam asam berlebih reaksinya adalah
SiO2 + 6HF H2[SiF6] (aq) + 2H2O (1) (Vogel,
1985:376)
Reaksi Basa
Silika dapat bereaksi dengan basa, terutama dengan basa kuat,
seperti dengan hidroksida alkali.
SiO2(s) + 2NaOH (aq) Na2SiO3 + H2O (Vogel,
1985:374)
Secara komersial, silika dibuat dengan mencampur larutan natrium
silikat dengan suatu asam mineral. Reaksi ini menghasilkan suatu dispersi
pekat yang akhirnya memisahkan partikel dari silika terhidrat, yang
dikenal sebagai silika hidrosol atau asam silikat yang kemudian 68
Laporan Praktek Kerja Lapangan
dikeringkan pada suhu 110oC agar terbentuk silika gel. Reaksi yang terjadi
:
Na2SiO3(aq) + 2HCl (aq) H2SiO3(1) + 2NaCl (aq)
H2SiO3(s) SiO2.2H2O(s) (R. Bakri, dkk 2008).
Penetapan kadar SiO2 dari contoh mineral abu terbang (Fly Ash)
menggunakan pereaksi diantaranya H2SO4 untuk mengendapkan silikat
menjadi silikat sulfat, HCl untuk melarutkan endapan silikat sulfat yang
telah terbentuk, 2 atau 3 tetes H2SO4 untuk mengeluarkan silikat yang
terkurung dalam garam-garam Al dan Fe yaitu mengubah garam Al dan Fe
dalam bentuk oksida mudah menguap, serta HF untuk mengikat silikat
H2SiF6 yang akan menguap saat dipanaskan. Di alam ada dua bentuk
siliakat SiO2 bebas (free Si) dan SiO2 reaktif (Si dalam bentuk garam-
garam silikat). Contoh garam-garam silikat CaSiO3, MgSiO3, Al2(SiO3)3,
FeOSiO2/FeSiO3. SiO2 reaktif itu larut dalam HF encer, namun SiO2 tidak
larut dalam dalam HF encer.
Penetapan kadar SO3
Pengujian SO3 dari bahan galian dalam contoh batuan sulfida
dilakukan secara gravimetri yang meliputi standar acuan, prinsip dan
peralatan yang digunakan.
Prinsip :
Contoh dilarutkan dengan asam klorida untuk memisahkan zat terlarut
dengan yang tidak terlarut, larutan yang tidak larut dalam tahap
penyaringan pertama adalah SiO2. SiO2 tidak larut dalam asam-asam
69
Laporan Praktek Kerja Lapangan
kecuali Asam Fluorida (HF), karena itu penyaringan pertama dilakukan
untuk memisahkan SiO2 terlebih dahulu. Selanjutnya filtrat diendapkan
dengan larutan BaCl2 dan SO3 ditetapkan sebagai kadar BaSO4 dengan
menghitung faktor kimia.
Penetapan kadar PO43-
Phospat atau fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal
terdiri dari suatu atom fosforus dan empat oksigen. Dalam bentuk ionik,
fosfat membawa sebuah 3- muatan formal, dan dinotasikan PO43-. Fosfat
merupakan satu-satunya bahan galian (diluar air) yang mempunyai siklus,
unsur fosfor di alam diserap oleh mahluk hidup, senyawa fosfat pada
jaringan mahluk hidup yang telah mati terurai. Kemudian terakumulasi
terendapkan di lautan. Proses terbentunya endapan fosfat ada tiga :
1. Fosfat primer terbentuk dari pembekuan magma alkali yang bersusunan
nefelin, syenit dan takhit, mengandung mineral fosfat apatit, terutama fluor
apatit {Ca5 (PO4)3F} dalam keadaan murni mengandung 42% P2O5 dan
3,8% F2.
2. Fosfat sedimenter (marin), merupakan endapan fosfat sedimen yang
terendapkan dilaut dalam, pada lingkungan alkali dan suasana tenang,
mineral fosfat yang terbentuk terutama frankolit.
3. Fosfat guano, merupakan hasik sekresi burung pemakan ikan dan
kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batugamping karena pengaruh
air hujan dan air tanah. Berdasarkan tempatnya fosfat guano terdiri dari
endapan permukaan, bawah permukaan dan gua.
Penetapan kadar PO43-
dari contoh Fly Ash secara
sepektrofotometri ditambah pereaksi-pereaksi yaitu asam nitrat (1:24),
amonium vanadat dan amonium molibdat. Amonium vanandat dan asam
nitrat sebagai suasana asam dan menghilangkan warna kuning dari Fe3+
(sebagai FeCl3) yang dapat mengganggu penetapan, amonium molibdat
sebagai pemberi warna dari kompleks ammonium fosfomolibdat.
Reaksi :70
Laporan Praktek Kerja Lapangan
PO43- + (NH4)6.Mo7O24.24H2O + NH4VO3
(NH4)3PO4.NH4VO3.16MoO3
Penetapan kadar TiO2
Prinsip:
Senyawa titan direaksikan dengan H2O2 membentuk senyawa
komplek berwarna kuning, kemudian diukur absorbanya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 400 nm. Adanya unsur besi
dengan HCl akan membentuk besi (III) klorida yang berwarna kuning
juga, untuk menghilangkan warna kuning tersebut maka ditambahkan
asam sulfat dan asam phosfat sehingga yang terbentuk [Fe(HPO4)]+ yang
tidak berwarna. Kadar TiO2 dapat diketahui setelah dibandingkan dengan
kalibrasi seri larutan standar.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil kegiatan prakerin/PKL di PUSLITBANG tekMIRA kami dapat
mengolah ilmu yang telah di pelajari selama kuliah sehingga dapat lebih dipahami
serta dapat mengaplikasikan metode-metode keterampilan sesuai dengan program
studi analis kimia kinsentrasi analisis kimia.71
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Disisi lain, kami juga memperoleh pengetahuan dalam hal penggunaan
instrument kimia analisis dan metode-metode baru yang tidak tersedia di kampus
dengan kegiatan prakerin/PKL ini kami dapat mengetahui fungsi dan tugas
seorang analis kimia di dunia industri.
6.2 Saran
Saran untuk lembaga
Lebih memperhatikan keselamatan para pekerja serta siswa yang prakerin
di pihak lembaga, dimana di lengkapi dengan Alat Pelindung Diri sesuai
standar K3 yang berlaku.
Lebih dilengkapi lagi alat-alat yang mendukung kegiatan analisa, terutama
dari jumlah alat, agar kgiatan analisa dapat berjalan dengan lancar.
Semoga pihak lembaga senantiasa bersedia untuk melakukan kerja sama
dengan pihak kampus dalam hal pengadaan tempat prakerin bagi
mahasiswa di tahun-tahun mendatang.
Saran untuk kampus
Di harapkan kampus Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih dapat melakukan
pengadaan alat-alat instrumen terutama alat-alat instrumen kimia analisis yang
modern dan terbaharukan seperti yang digunakan di industri sehingga saat terjun
ke dunia industri mahasiswa sudah mengetahui prinsip kerja dan cara
mengoprasikan alat yang bersangkutan. Juga harus lebih mengembangkan teori-
teori untuk alat-alat instrument yang terkini dan modern yang ada di perusahaan-
perusahaan besar.
72
Laporan Praktek Kerja Lapangan
LAMPIRAN
1. JURNAL KEGIATAN
NAMA : Dina Junivita
NIM : 1112C1002
PEMBIMBING : Rd.Irwan Dharmansyah
Waktu No.Sampel Jumlah Parameter Uji Keterangan Paraf73
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Pengerjaan
10-12 maret
20015
657 1 SiO2, H2O-, LOI Selesai
12-26 maret
2015
542-555 14 H2O-, LOI, SiO2, SO3, TiO2, PO4 Selesai
16 maret-19
april 2015
742-745 4 H2O-, LOI, SiO2, SO3, CaO, MgO, Fe
total, TiO2, PO4
Selesai
20 maret 2015 799-800 2 Cao Selesai
27-31 maret
2015
1008-1009 2 SiO2 langsung, TiO2 Selesai
30 maret-1 april
2015
1111 1 SiO2, Fe total, TiO2 Selesai
1-13 april 2015 1054-1056 4 H2O-, LOI, SiO2, TiO2, PO4 Selesai
9 april 2015 1164-1169 6 S total Selesai
13 april 2015 972 1 Zirkon Selesai
14-23 april
2015
1277-1278 2 SiO2 langsung, SiO2 aquaregia, SiO2
dengan pelebur LiBO2
Selesai
16-27 april
2015
1302-1310 9 SiO2 total, SiO2 bebas, SiO2 reaktif Selesai
23 april 2015 1226-1227 2 SO3 Selesai
29-30 april
2015
1487 1 LOI, SiO2, SiO2 langsung dari LOI Selesai
2. HASIL ANALISIS
No.Sampel % SiO2 % H2O- % LOI
657 3,05 0,32 10,52
No.Sampel % H2O- % LOI % SiO2 % SO3 % TiO2 % PO4
542 0,024 0,008 70,35 0,78 0,2934 0,1530
543 0,008 0,65 61,15 0,86 0,4714 0,2546
544 0,029 0,22 61,15 0,35 0,4428 0,1994
545 0,049 0,12 68,10 0,13 0,3322 0,119374
Laporan Praktek Kerja Lapangan
546 0,091 0,091 66,00 0,14 0,3601 0,1436
547 0,048 0,067 68,70 0,19 0,3171 0,1326
548 0,066 0,066 75,80 0,19 0,2352 0,0725
549 0,056 0,009 65,55 0,73 0,4148 0,1634
550 0,11 0,008 64,75 0,32 0,4006 0,1844
551 0,044 0,026 63,85 0,31 0,4036 0,1624
552 0,056 0,016 63,70 0,34 0,3922 0,1629
553 0,028 0,057 61,30 0,29 0,4252 0,1623
554 0,009 0,009 65,65 0,34 0,3970 0,1467
555 0,028 0,047 63,95 0,29 0,4103 0,1680
No.Sampel % H2O- %
LOI
%
SiO2
%
SO3
%CaO %MgO %Fe total % TiO2 % PO4
742 0,55 3,73 2,56 14,27 5,38 7,26 8,38 0,0808 -0,1993
743 0,98 2,61 5,95 14,13 3,81 7,26 6,98 0,1305 0,2456
744 0,62 1,79 2,5 12,93 4,26 9,35 12,01 0,1125 0,3103
745 0,56 1,87 6,8 13,93 4,26 7,58 9,49 0,2213 -0,1718
No.Sampel %CaO
799 8,61
800 8,52
No.Sampel %SiO2 langsung %TiO2
1008 1,93 0,1724
1009 1,72 0,1179
No.Sampel % SiO2 % Fe total %TiO2
75
Laporan Praktek Kerja Lapangan
1111 5,7 74,8 0,4432
No.Sampel % H2O- % LOI % SiO2 %TiO2 % PO4
1054 0,088 13,96 7,05 0,3234 0,1451
1055 1,01 9,78 3,15 0,2644 0,2410
1056 1,77 13,14 6,75 0,2536 0,1193
No.Sampel % S total
1164 20,53
1165 20,58
1166 18,78
1167 17,82
1168 14,04
1169 6,40
No.Sampel % Zirkon
972 64,10
No.Sampel % SiO2 langsung % SiO2 aquaregia % SiO2 dengan pelebur
LiBO2
1277 5,62 41,35 5,50
1278 15,98 36,55 16,30
No.Sampel % SiO2 total % SiO2 bebas % SiO2 reaktif
1302 49,25 0,68 48,57
1303 67,90 2,65 65,25
1304 58,30 18,34 39,96
1305 52,95 10,29 42,66
1306 35,10 5,73 29,3776
Laporan Praktek Kerja Lapangan
1307 52,40 18,75 33,65
1308 37,55 6,76 30,79
1309 69,60 6,71 62,89
1310 79,95 4,78 75,17
No.Sampel % SO3
1226 4,05
1227 6,35
No.Sampel % LOI % SiO2 %SiO2 langsung
1478 8,18 63,90 67,97
NAMA : Martua H. Pandiangan
NIM : 1112C1003
PEMBIMBING : Ernawati
Waktu Pengerjaan No.Sampel Jumlah Parameter Uji Keterangan Paraf
9 – 19 maret 2014 470-485 13 H2O-, LOI, SiO2, SO3, TiO2, PO4 Selesai
23 maret – 1 april 2014 1121-1122 2 LOI, TiO2 Selesai
3 - 9 april 2014 1123-1125 3 H2O-, LOI, SiO2, SO3, TiO2, PO4 Selesai
77
Laporan Praktek Kerja Lapangan
10 – 16 april 2014 1266-1267 2 H2O-, LOI, SiO2, TiO2, PO4 Selesai
17 april 2014 1272 1 LOI, SiO2 Selesai
20 – 23 april 2014 1353-1355 3 H2O-, LOI, TiO2, PO4 Selesai
27 – 29 april 2014 1441-1446 6 H2O-, LOI, SiO2, SO3, TiO2, PO4 Selesai
Hasil Kerja:
No.Sampel % H2O- % LOI % SiO2 % SO3 % TiO2 % PO4
470 0,51 2,19 50,90 3,51 0,0646 -0,4056
471 0,38 1,02 38,00 18,33 0,0934 -0,4010
472 0,37 1,00 39,40 7,20 0,3384 -0,2717
473 0,37 0,62 53,25 2,45 0,2707 0,2643
474 0,35 1,94 38,30 2,81 0,3679 0,9153
475 0,30 3,75 34,25 8,42 0,2835 -0,046278
Laporan Praktek Kerja Lapangan
476 0,13 0,76 62,35 3,65 0,0114 -0,4819
477 0,17 0,69 71,25 8,86 -0,1991 -0,6396
478 0,65 4,18 45,15 8,16 0,3158 -0,6218
479 1,00 4,90 53,80 14,23 -0,0552 -0,5629
480 0,36 2,72 29,20 10,29 0,4317 -0,6867
481 0,28 1,07 59,45 2,14 0,3732 -0,5727
485 0,45 3,94 45,85 8,98 0,3440 -0,5276
No.Sampel % LOI % PO4
1121 0,38 0,1564
1122 0,51 0,1821
No.Sampel % H2O- % LOI % SiO2 % SO3 % TiO2 % PO4
1123 0,01 0,02 59,75 0,48 0,6785 0,0527
1124 0,03 0,05 61,55 0,42 0,7279 0,0771
1125 0,02 0,16 55,75 1,52 0,6169 0,0248
No.Sampel % H2O- % LOI % SiO2 % TiO2 % PO4
1266 15,06 4,92 55,60 1,2148 0,5778
1267 22,27 9,75 58,20 1,4617 0,5018
No.Sampel % H2O- % LOI
1353 50,64 19,91
1354 37,22 13,7379
No.Sampel % LOI % SiO2
1272 0,079 59,75
Laporan Praktek Kerja Lapangan
1355 54,05 17,37
No.Sampel % H2O- % LOI % SiO2 % SO3 % TiO2 % PO4
1441 0,37 1,55 75,55 3,36 0,2855 0,0426
1442 0,06 0,34 76,50 4,46 0,1900 0,3289
1443 0,34 2,55 35,50 2,46 0,6030 0,7823
1444 0,81 3,89 46,60 2,51 0,6019 0,4586
1445 0,82 2,39 43,95 1,68 0,6011 0,9208
1446 0,19 1,97 49,45 3,17 0,4990 0,1684
NAMA : Imam Zamachsyari
NIM : 1112C1008
PEMBIMBING : Yani
80
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Waktu Pengerjaan No.Sampel Jumlah Parameter Uji Keterangan Paraf
9 maret 2015 545-548 4 LOI Selesai
11 maret 2015 981 1 LOI Selesai
17 maret 2015 6303-6305 3 TiO2 Selesai
31 maret 2015 927-928 2 SO3, PO4 Selesai
2 april 2015 1008-1009 2 SiO2 Selesai
2 april 2015 1080-1085 5 SiO2, SO3, TiO2, PO4 Selesai
4 april 2015 1128-1129 2 LOI, SO3, TiO2, PO4 Selesai
16 april 2015 1211 1 SiO2, TiO2 Selesai
27 april 2015 1300-1301 2 SiO2, PO4 Selesai
Hasil Kerja:
No.Sampel %LOI
545 10,91
546 5,90
547 7,76
81
Laporan Praktek Kerja Lapangan
548 5,53
No.Sampel %LOI
981 20,53
No.Sampel % TiO2
6303 0,9614
6304 1,3695
6305 0,8344
No.Sampel % SO3 % PO4
927 2,04 0,51
928 0,60 0,46
No.Sampel % SiO2
1008 92,36
1009 93,88
No.Sampel % SiO2 % SO3 % TiO2 % PO4
1080 32,10 14,47 0,4007 -0,0774
1081 63,20 7,68 0,1575 -0,0026
1082 47,60 3,27 0,8505 0,4384
1083 70,55 2,31 -0,0857
82
Laporan Praktek Kerja Lapangan
1084 37,30 5,40 0,6591
1085 46,25 1,18 0,7322
No.Sampel % LOI % SO3 % TiO2 % PO4
1128 14,11 0,64 0,5823 0,1908
1129 14,29 0,72 0,7965 0,1914
No.Sampel % TiO2 % SiO2
1211 3,1764 44,45
No.Sampel % PO4 % SiO2
1300 -0,4707 0,45
1301 -0,5064 0,42
3. Gambar Spektrofotometer
83
Laporan Praktek Kerja Lapangan
4. Gambar AAS
84
Laporan Praktek Kerja Lapangan
DAFTAR PUSTAKA
Candra, Eko dan Kukandi. 2004. Tugas Akhir Kadar Fly Ash Optimum pada
Paving Block Mutu Tinggi. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro. Semarang
Abadi, Taufan Candra, 1998, Studi Pengaruh Campuran Tanah-fly ash terhadap
Kuat Geser Tanah dengan Uji Direct Shear dan Prisma Bebas (Unconfined
Compression Test) pada Tanah Ekspansif Cikampek, Tugas Akhir Institut
Teknologi Nasional,Bandung.
American Society for Testing and Material, 1988, Annual Book Of ASTM
Standard, United State of America.
Ardhyan, 1997, Studi Laboratorium Peningkatan Kekuatan Geser Tanah
Ekspansif Cikampek Dengan Stabilisasi Semen, Tugas Akhir Institut Teknologi
Nasional, Bandung.
D. J. Cook., T.Cao., 1987, Fly ash, Slag and Silica Fume, Longman Chesire,
Australia. Head, K.H., 1986, A Halsted Press Book Manual of Soil Laboratory
Testing, volume 3, ELE International Limited, London.
R. Hausmann, Manfred., 1990, Engineering Principles of Ground Modification,
McGraw-Hill Publishing Company, Sydney. Brunel University
Munir, Misbachul, 2008, “Pemanfaatan Abu Batubara (Fly Ash) Untuk Hollow
Block Yang Bermutu Dan Aman Bagi Lingkungan”, Universitas Diponegoro,
Semarang
ASTM E 247 – 96 : Standard Test Method for Determination of Silika in
Manganese Ores, Iron Ores and related Materials by Gravimetry.
85
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Madiadipoera, Tushadi 1999, Bahan Galian Industri di Indonesia. Bandung
Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia.
Michael Purba, Soetopo Hidayat. 1995. Buku Pelajaran Ilmu Kimia Jilid 1a.
Jakarta : Erlangga.
Tim PPPTM. 2000. Ensiklopedia Pertambangan 2. Bandung: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara.
VOGEL, A.l., 1972, A Text book of Quantitative Inorganic Analysis, Including
Elementry Instrumental Analysis, Thrid Edition, London, Longman.
Harjadi, w. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.
86