laporan perkembangan perekonomian daerah … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui...

64
LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH (LPPD) DAN KEUANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA Kantor Bank Indonesia Medan Triwulan IV - 2005

Upload: hanga

Post on 02-Apr-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH (LPPD) DAN KEUANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Kantor Bank Indonesia Medan

Triwulan IV - 2005

Page 2: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

VVViiisssiii BBB aaannnkkk IIInnndddooonnneee sssiiiaaa ::: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”. MMMiiisssiii BBBaaannnkkk IIInnndddooonnneee sssiiiaaa::: “Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan”. NNNiiilllaaaiii---nnniiilllaaaiii SSStttrrraaattteeeggg iiisss BBBaaannnkkk OOO rrrggg aaannn iiisssaaasssiii BBBaaannnkkk IIInnndddooonnneeesssiiiaaa::: “Nilai-nilai yang menja di dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berprilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan”. VVViiisssiii KKKaaannn tttooo rrr BBBaaannnkkk IIInnndddooonnneee sssiiiaaa MMMeeedddaaannn::: “Mewujudkan Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya melalui peningkatan perannya sebagai economic intelligence dan unit penelitian”. MMMiiisssiii KKKaaannntttooorrr BBBaaannnkkk IIInnndddooonnneeesssiiiaaa MMMeeedddaaannn::: “Berperan aktif dalam pelaksanaan kebijakan Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran secara efektif dan efisien dan peningkatan kajian ekonomi regional serta koordinasi dengan pemerintah daerah serta lembaga terkait”. KKKaaa llleeennndddeeerrr PPPuuubbbllliiikkkaaa sssiii Periode Publikasi Publikasi LPPD Triwulan I Pertengahan Mei LPPD Triwulan II Pertengahan Agustus LPPD Triwulan III Pertengahan November LPPD Triwulan IV Pertengahan Januari PPPeeennneeerrrbbbiiittt::: Seksi Kajian Ekonomi dan Moneter Bidang Ekonomi dan Moneter Kantor Bank Indonesia Medan Jl. Balai Kota N o.4 MEDAN, 20111 Indonesia Telp : 061-4150500 psw. 1729 Fax : 061-4152777 Homepage : www.bi.go.id Email : [email protected] [email protected]

Page 3: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

KATA PENGANTAR

Menutup tahun 2005, khususnya pada paruh akhir semester II, perekonomian Sumatera Utara diwarnai dengan aktivitas moneter yang cukup berat, sementara pertumbuhan ekonomi meskipun tidak terlalu tinggi namun relatif cukup baik. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada bulan Oktober ternyata memberikan tekanan yang luar biasa sehingga terjadi ledakan (overshooting ) ekspektasi masyarakat terhadap tingkat harga dan pada akhirnya mendorong inflasi yang sangat tinggi (high inflation). Secara musiman hal tersebut juga diperkuat pola

konsumsi yang meningkat menjelang perayaan hari besar keagamaan yang secara musiman menjadi pemicu inflasi. Yang menggembirakan, kondisi tersebut tidak membuat PDRB triwulan IV terpuruk dan sebaliknya masih tetap mampu memcapai pertumbuhan yang moderat.

Berdasarkan kilas balik sepanjang tahun 2005, perkembangan tingkat harga di Sumatera Utara mengalami tren peningkatan yang tinggi, sementara aktivitas ekonomi yang sempat mengalami momentum pertumbuhan pada awal tahun secara perlahan menjadi tertahan dan bergerak normal hingga akhir tahun. Pada sektor perbankan, fungsi intermediasi perbankan dalam hal penyaluran kredit masih menunjukkan kinerja yang menggembirakan, meskipun kewaspadaan terhadap kualitas kredit harus tetap ditingkatkan terkait dengan kebijakan Bank Indonesia untuk memperkuat basis kesehatan industri perbankan.

Ke depan, perkembangan tingkat harga secara umum tampaknya akan berangsur-angsur normal. Ancaman Imbas lanjutan (second round ) akibat kenaikan harga BBM sudah mereda yang ditunjukkan oleh deflasi pada bulan Desember. Namun penyesuaian tingkat harga masih berpotensi untuk kembali terjadi di awal tahun mengingat adanya penyesuaian gaji PNS, percepatan realisasi anggaran keuangan pemerintah daerah hingga hingga pelaksanaan BLT tahap II.

Demikianlah sekilas gambaran mengenai perkembangan perekonomian regional Sumatera Utara pada triwulan IV serta prospeknya pada triwulan berikutnya yang uraiannya secara komprehensif tercakup dalam buku Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Sumatera Utara T riwulan II Tahun 2005.

Medan, Desember 2005

BANK INDONESIA MEDAN

Hadi Hassim

Pemimpin

Page 4: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

HHHaaalllaaammmaaannn iiinnniii ssseeennngggaaajjjaaa dddiiikkkooosssooonnngggkkkaaannn

TTThhhiiisss pppaaagggeee iiisss iiinnnttteeennntttiiiooonnnaaallllllyyy bbblllaaannnkkk

Page 5: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

Kata Pengantar……………………………………………………………………………….. i

Daftar isi……………………………………………………………………………………….. ii

RINGKASAN EKSEKUTIF v

I. Gambaran Umum….……………..…………………..…………………………………. v

II. Inflasi …..…………………………………………..…………………………………….. V

III. Perkembangan Ekonomi Makro Daerah……..…………………………………………

vi

IV. Perkembangan Perbankan ………………………….……………………………......... Vi

V. Prospek Perekonomian……..……………………………..……………………………. vii

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 1

1.1. Sisi Produksi...………………………………………………………………………...... 1

1.1.1 PDRB Sektoral 1

1.2. Sisi Pengeluaran..……………………………………………………………………..... 23

1.2.1 Konsumsi ……………………………………………………………………………….. 23 1.2.3 Investasi …………………..…………………………………………………………….. 23 1.2.4 Perdagangan Internasional ...…………………………………………………………. 25

Boks-1 Survei Penjualan Eceran BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 26

2.1 Kondisi Umum……………………...…………………………………………………… 26 2.2 Faktor-faktor Penyebab Inflasi Sumut Triwulan IV-2005 ...………...……………….. 38 2.3 Perkembangan Harga di 4 Kota Perhitungan Inflasi Sumut .............………….……. 30

Boks-4 Survei Konsumen

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN, MONETER, DAN SISTEM PEMBAYARAN 39

3.1 Perbankan Sumut ………………………………………………………………………. 32 3.1.1 Bank Umum Konvensional ………………………..…………………………………. 32 3.1.2 Bank Umum Syariah ………………………………………………………………….. 38 3.1.3 BPR/BPRS ………………………………………………………………………………. 38

3.2 Perkembangan Sistem Pembayaran………………………………….……………..….. 39

3.2.1 Pengedaran Uang …………………………………………………….………………. 39

3.2.2 Kegiatan Kliring……………………………………………………………………….. 40

BAB IV PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 41

Lampiran

DDDAAAFFFTTTAAA RRR IIISSS III

Page 6: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

1.1 Jumlah Wisman SUMUT Triwulan IV 2004 – Triwulan IV 2005 …………..………… 19

1.2 Jumlah Wisman SUMUT Januari 2001 – Desember 2005 …………….......………… 20

1.3 Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar ……….…………..…….......…………..……… 21

1.4 Rata-rata TPK Hotel Berbintang Sumut…………………………...……………….…… 22

1.5 Ekspor Impor Sumut…………………………..………………..............………………. 25

2.1 Inflasi Sumut dan Nasional ..............…………………………......…………....……… 26

2.2 Inflasi Triwulanan dan Tahunan Sumut....……..………….....................……………. 28

2.3 Perkembangan Inflasi di 4 Kota Sumut ……………....…….................................….. 30

3.1 Perkembangan Indikator Bank Umum ………………………...………....................... 33

3.2 Perkembangan DPK Bank Umum ............................................................................ 34

3.3 Perkembangan Rasio ROA dan NIM ..…………………………......................……….. 46

3.4 Perkembangan BOPO .............................................................................................. 47

3.5 Perkembangan Rasio Likuiditas ................................................................................ 47

3.6 Perkembangan LDR ................................................................................................. 48

3.7 Perkembangan NPL ................................................................................................. 48

3.8 Perkembangan Indikator Keuangan Bank Syariah .................................................... 50

3.9 Peranan Perbankan Syariah ..................................................................................... 51

3.10 Perkembangan BPR/BPRS..…… …..…………………….…................……………….. 51

3.11 Perkembangan Indikator Bank Umum NAD ............................................................. 52

3.12 Perkembangan DPK Bank Umum NAD .................................................................... 54

3.13 Perkembangan LDR & Likuiditas .............................................................................. 56

3.14 Perkembangan Aliran Uang Sumut............……………………..……………………. 58

3.15 Persentase PTTB terhadap Inflow............................................................................ 58

3.16 Perkembangan Kliring Sumut................................................................................. 59

3.17 Rata-rata Nominal Kliring Sumut.......................................... .................................. 60

4.1 Ekspektasi Harga Survei Konsumen ....................................................................... 63

DDDAAAFFFTTTAAA RRR GGGRRR AAAFFF IIIKKK

Page 7: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

1.1 Nilai PDRB SUMUT Berdasarkan Lapangan Usaha………..……….………………… 1

1.2 Laju Pertumbuhan PDRB SUMUT ADH Konstan 2000 ..……………………………. 2

1.3 Struktur PDRB Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha .................................... 3

1.4 Laju Pertumbuhan Dan Struktur Sektor Pertanian………………………………….. 5

1.5 Peranan Kabupaten/Kota Terhadap NTB ADH Berlaku …………………………….. 6

1.6 Laju Pertumbuhan Dan Struktur Sektor Industri………………......…….................. 1

0

1.7 Laju Pertumbuhan Dan Struktur Sektor Listrik, gas, dan Air Bersih……….............. 1

1

1.8 Laju Pertumbuhan Dan Struktur Sektor Perdagangan, Hotel, dan

Restoran……….

1

3

1.9 Laju Pertumbuhan Dan Struktur Sektor Pengangkutan dan Komunikasi…………. 1

5

1.10 Laju Pertumbuhan Dan Struktur Sektor Keuangan dan Jasa…………................ 1

6

1.11 Laju Pertumbuhan dan Struktur Sektor Jasa …..................................................... 1

8

1.12 Realisasi PMDN dan PMA Sumut …..…….………………………......................... 2

3

2.1 Perkembangan Inflasi Sumut dan Nasional .......................................................... 2

7

2.2 Inflasi Kelompok Barang Sumut ……………………..…….................................... 2

9

2.3 Sumbangan Inflasi Kelompok Barang Sumut ....................................................... 2

9

2.4 10 Komoditi Penyumbang Inflasi ................…….......………................................ 3

0

2.5 Perkembangan Inflasi Nasional, Sumut dan 4 Kota ............................................. 3

1

3.1 Perkembangan Indikator Utama Bank Umum Sumut …....…….…....................... 3

2

3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum ………………………...…........ 3

3

3.3 Perubahan Neraca Keuangan Bank Umum ...………………………....................... 4

1

DDDAAAFFFTTTAAA RRR TTT AAABBB EEELLL

Page 8: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

3.4 Perkembangan Pangsa Penempatan Dana bank Umum...............………………… 3

4

3.5 Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan................................................ 3

5

3.6 Pertumbuhan dan Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi……………............... 3

5

3.7 Perkembangan NPL Per Sektor Ekonomi Bank Umum........................................... 3

6

3.8 Perkembangan Kredit Usaha Kecil Bank Umum.................................................... 3

7

3.9 Perkembangan Rasio Keuangan Bank Umum....................................................... 3

8

3.10 Perkembangan Indikator Utama Bank Umum Syariah.......................................... 3

8

3.11 Perkembangan BPR/BPRS..................................................................................... 3

9

Page 9: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

A. PDRB TRIWULANAN PROPINSI SUMUT ATAS DASAR HARGA BERLAKU

B. PDRB TRIWULANAN PROPINSI SUMUT ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993

C. PERTUMBUHAN PDRB TRIWULANAN PROPINSI SUMUT ATAS DASAR HARGA BERLAKU

D. PERTUMBUHAN PDRB TRIWULANAN PROPINSI SUMUT ATAS DASAR HARGA KONSTAN

1993

E. STRUKTUR PDRB TRIWULANAN PROPINSI SUMUT ATAS DASAR HARGA BERLAKU

F. STRUKTUR PDRB TRIWULANAN PROPINSI SUMUT ATAS DASAR HARGA BERLAKU

G. HASIL SURVEI PENJUALAN ECERAN

H. INFLASI NASIONAL DAN REGIONAL

LLL AAA MMM PPP III RRR AAA NNN

Page 10: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN

DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-05

I. GAMBARAN UMUM

Menutup tahun 2005, perkembangan perekonomian Sumatera Utara

diwarnai dengan perkembangan perekonomian yang cukup ketat, khususnya

pada paruh akhir semester II ini. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM

ternyata memberikan tekanan yang luar biasa sehingga terjadi ledakan (overshooting)

ekspektasi masyarakat terhadap tingkat harga dan pada akhirnya mendorong inflasi

yang sangat tinggi (high inflation). Secara musiman hal tersebut juga diperkuat pola

konsumsi yang meningkat menjelang perayaan hari besar keagamaan yang secara

musiman menjadi pemicu inflasi.

Hingga posisi Desember 2005, inflasi kalender Provinsi Sumut telah mencapai

22,41%, jauh meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya

sebesar 6,81%. Sepertihalnya pada inflasi, kegiatan ekonomi di Sumatera Utara selama

tahun 2005 turut mengalami berbagai tantangan yang terjadi khususnya triwulan akhir

tahun ini. Momentum pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi pada awal tahun 2005

terus mengalami trend yang menurun hingga akhir tahun. PDRB Provinsi Sumatera

Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 2000 pada triwulan IV tahun 2005

adalah sebesar Rp19.505,15 miliar dengan pertumbuhan 0,69% dibandingkan

triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut relatif positif mengingat kondisi masyarakat yang

cukup sulit untuk meningkatkan produksi di masing-masing sektor serta masih

berlangsungnya penyesuaian tingkat harga pasca kenaikan BBM yang lalu.

II. INFLASI SUMATERA UTARA

Perkembangan harga secara umum menunjukkan lonjakan tinggi yakni dari posisi

akhir Tahun 2004 yang sebesar 6,81% (y-o-y) menjadi 22,41%% pada posisi

Desember 2005. Trend kenaikan inflasi tahunan tersebut semakin terlihat pada

triwulan laporan khususnya pada bulan Oktober (11,55%) dan November (1,95%).

Pada triwulan laporan terlihat bahwa lonjakan inflasi terjadi di seluruh kota

perhitungan inflasi. Secara fundamental, berbagai permasalahan ekonomi yang terjadi sepanjang tahun

2005 telah membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap tingkat harga

terpuruk hingga mencapai level terendah sejak tahun 2003. Pada triwulan II yang

lalu, indeks ekspektasi harga sempat menguat pada level 25,80, namun terus

Page 11: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

terpuruk hingga triwulan laporan menjadi 18,00. Besarnya dampak kenaikan harga

BBM pada bulan Oktober yang diikuti penyesuaian tingkat harga pada berbagai

kelompok barang telah mendorong tingginya ekspektasi inflasi dan inflasi lebih

lanjut.

Secara musiman, tingginya permintaaan pada kelompok barang makanan terjadi akibat pelaksanaan bulan puasa dan perayaan hari raya besar Idul Fitri yang terjadi

pada awal November serta persiapan menyambut hari raya Natal dan Tahun Baru.

Sedangkan di luar kelompok makanan, kenaikan harga terjadi pada kelompok

barang perumahan, listrik, gas dan air minum yang diwakili biaya tempat tinggal

dan kenaikan harga gas elpiji. Bahan bangunan seperti pasir dan batu bata hingga

emas yang terus menerus mengalami kenaikan harga juga turut memberikan

sumbangan inflasi yang cukup tinggi.

Dari sisi kelompok barang dan jasa, inflasi pada bulan Oktober terjadi pada semua

kelompok barang dengan inflasi terbesar terjadi pada kelompok transportasi yakni

hingga 42,40%, disusul kelompok barang bahan makanan 10,61% dan

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar hingga 8,42%. Pada bulan November

kelompok barang bahan makanan masih memberikan tekanan yang cukup besar yakni 4,94% disusul makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 1,47%.

Kelompok barang lainnya relatif cukup merata dengan kisaran 0,16% hingga

0,69%..

II.2 EKONOMI

Kinerja perekonomian Sumatera Utara pada triwulan keempat jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang digambarkan oleh PDRB atas dasar harga

konstan tahun 2000, mengalami pen ingkatan sebesar 0,69% setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 2,24%. Peningkatan yang terjadi terutama masih

disebabkan adanya peningkatan pada sektor pertanian. Kontribusinya yang cukup

tinggi yakni hingga 28% mampu mendongkrak PDRB triwulan IV. Sektor lainnya

yang mengalami peningkatan berasal dari sektor listrik, gas dan air bersih, sektor

keuangan dan jasa perusahaan, sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan

restoran dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sementara penurunan aktivitas

ekonomi di alami sektor industri pengolahan, sektor bangunan, dan sektor

pertambangan dan penggalian.

Perbandingan total PDRB triwulan I-IV tahun 2005 secara kumulatif dibandingkan

dengan triwulan I-IV tahun 2004 tumbuh sebesar 5,48%. Selama periode tersebut,

pertumbuhan tertinggi berasal dari sektor bangunan yang tumbuh sebesar 17,16%,

diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh 9,27%, sektor pengangkutan & komunikasi sebesar 8,93%, sektor keuangan dan jasa perusahaan

sebesar 6,08%, sektor jasa-jasa sebesar 4,25%, sektor industri pengolahan sebesar

4,87%, sektor pertambangan & penggalian dan sektor pertanian sebesar 2,43%.

Page 12: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

Sementara pertumbuhan negatif terjadi pada sektor listrik, gas & air bersih dengan

penurunan sebesar 0,25%.

II.3 PERKEMBANGAN PERBANKAN

Perkembangan LDR cenderung meningkat yaitu pada triwulan IV tahun 2005 tercatat sebesar 67,54% sedangkan triwulan sebelumnya sebesar 67,04%.

Peningkatan tersebut disebabkan kenaikan laju pertumbuhan kredit lebih cepat

dibandingkan dengan laju pertumbuhan DPK. Perkembangan NPL secara neto

cenderung membaik yaitu sampai dengan triwulan IV tahun 2005 tercatat sebesar

6,23% sedangkan triwulan sebelumnya sebesar 7,27%. Penurunan NPL tersebut

disebabkan penurunan kredit yang tergolong kolektibilitas Kurang Lancar dan

Macet.

Pembiayaan sektor UMKM cenderung menurun dimana pangsa pembiayaan sektor

ini sampai dengan triwulan IV tahun 2004 tercatat sebesar 39,87% sedangkan

triwulan sebelumnya sebesar 40,11%. Sebaliknya untuk pembiayaan sektor KUK

mencatat peningkatan yaitu tercatat sebesar 15,07% pada triwulan IV tahun 2005

dan sebesar 14,96% pada triwulan III tahun 2005. Dilihat dari aspek penggunaan kredit maka kredit modal kerja masih merupakan

pangsa pembiayaan kredit perbankan yang dominan , kemudian diikuti oleh

pembiayaan konsumsi dan investasi. Berdasarkan sektor ekonomi, pembiayaan

kepada sektor Industri Pengolahan, Perdagangan dan Pertanian masih

mendominasi.

Perkembangan suku bunga kredit dan simpanan cenderung meningkat. Giro secara

rata-rata tercatat sebesar 2,46%, tabungan sebesar 4,23%, deposito sebesar

9,04% dan kredit sebesar 14,05%.

IV. OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI

Prospek perekonomian Sumut pada periode awal tahun 2006 mendatang

diperkirakan mengalami pertumbuhan yang moderat. Proyek pembangunan fisik yang tertunda pada tahun 2005 akan mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi

Sumatera Utara. Dari sisi keuangan pemerintah, kebijakan mempercepat Daftar Isian

Proyek untuk merealisasikan anggaran keuangan pemerintah daerah akan turut

mempercepat pembangunan fisik. Sektor industri relatif masih berkutat dengan upaya

menekan biaya produksi sehingga nilai tambah produksi ekonomi yang dihasilkan tetap

tidak akan mampu menyerap tenaga kerja secara optimal.

Pada tingkat harga, perkembangan pada triwulan I tahun 2006 diperkiraan

sudah akan bergerak normal. Penyesuaian tingkat harga pada kelompok makanan

sudah mengambil porsi yang cukup besar pada triwulan akhir tahun 2005, begitu pula

pada sektor transportasi dan bahan bakar BBM. Potensi kenaikan harga akan terjadi

pada gas dan listrik mengingat keterbatasan energi dan penyediaannya oleh pertamina.

Tingginya permintaan gas yang belum tentu mampu di serap pertamina dapat

Page 13: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

mendorong kenaikan harga, sementara investasi listrik yang masih menjadi kendala

utama pada tahun 2006 diperkirakan akan mendorong sektor industri untuk

menambah biaya produksinya yang pada akhirnya ditimpakan pada konsumen.

Page 14: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

BBBAAABBB III PPPEEERRR EEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN SSSUUUMMMAAATTTEEERRRAAA UUUTTTAAARRRAAA

TTTRRR IIIWWWUUULLLAAANNN IIIVVV TTTAAAHHHUUUNNN 222000000555

111...111 SSS IIISSS III PPPRRROOODDDUUUKKKSSSIII111 (((PPP DDDRRRBBB SSS EEEKKKTTTOOORRRAAALLL)))

111...111...111 PPP DDDRRRBBB

AAA... GGGaaammmbbbaaa rrraaannn UUUmmmuuummm

Kinerja perekonomian Sumatera Utara pada triwulan keempat jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang digambarkan oleh PDRB atas

dasar harga konstan tahun 2000, mengalami peningkatan sebesar 0,69 persen

setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 2,24 persen.

Tabel 1.1.

Nilai PDRB Sumatera Utara Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha Triwulan III dan Triwulan IV Tahun 2005

(Miliar Rupiah) ADH Berlaku ADH Konstan 2000 Sektor Ekonomi/

Lapangan Usaha Triw III Triw IV Triw III Triw IV (1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian 9 603,37 11 376,05 4 851,10 5 106,21

2. Pertamb. dan Penggalian 630,87 676,68 265,81 260,70

3. Industri Pengolahan 8 532,09 8 645,87 5 409,86 5 230,10

4. Listrik, Gas dan Air Minum 409,24 431,60 182,24 188,28

5. Bangunan 1 413,77 1 434,09 993,79 970,46

6. Perdag., Hotel & Restoran 6 028,33 6 340,56 3 864,07 3 902,15

7. Pengangkutan & Kom. 2 064,44 2 660,85 1 266,26 1 276,85

8. Keuangan & Jasa Perusahaan 1 604,93 1 720,52 952,55 966,03

9. Jasa -Jasa 2 559,63 2 716,83 1 585,27 1 604,37

PDRB Sumatera Utara 32 846,67 36 003,06 19 370,95 19 505,15

Berdasarkan pengolahan dan penghitungan hasil pengamatan akhir

Survei Indikator Ekonomi Triwulanan Sumatera Utara serta berbagai

data/indikator ekonomi yang ada, PDRB Sumatera Utara atas dasar harga

konstan 2000 triwulan IV -2005 sebesar 19.505,15 milyar rupiah, yang berarti

1 *Hasil Survei Indikator Ekonomi Triwulanan Sumut, kerjasama Bank Indonesia Medan dan BPS-SU.

Page 15: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

menunjukkan peningkatan dari triwulan sebe lumnya yang sebesar 19.370,95

milyar rupiah. Sedangkan berdasarkan harga berlaku, PDRB Sumatera Utara

menjadi sebesar 36.003,06 milyar rupiah, atau meningkat sebesar 9,61 persen

dari triwulan sebelumnya yang sebesar 32.846,67 milyar rupiah.

Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Triwulanan Sumatera Utara

ADH Konstan 2000 Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha Triwulan III dan IV Tahun 2004 dan Tahun 2005

(Persen)

Sektor Ekonomi/ Lapangan Usaha

Trw. IV ‘05 Thd

Trw. III ‘05

Trw. IV ‘05 Thd

Trw. IV ‘04

Tahun 2005 Thd

Tahun 2004

(1) (2) (3) (4) 1. Pertanian 5,26 6,59 1,15 2. Pertambangan dan Penggalian -1,92 1,77 2,43 3. Industri Pengolahan -3,32 2,30 4,87 4. Listrik, Gas dan Air Minum 3,31 -2,64 -0,25 5. Bangunan -2,35 -2,19 17,16 6. Perdagangan, Hotel & Rest. 0,99 4,90 9,27 7. Pengangkutan & Komunikasi 0,84 8,46 8,93 8. Keuangan & Jasa Perusahaan 1,41 5,91 6,08 9. Jasa-Jasa 1,20 6,15 4,25

PDRB 0,69 4,50 5,48

Catatan : Angka diatas berdasarkan hasil pengamatan Survei Indikator Ekonomi

Triwulanan dan masih angka sangat sementara

Peningkatan yang terjadi sebesar 0,69 persen pada triwulan IV 2005

utamanya masih disebabkan adanya peningkatan pada sektor pertanian setelah

pada triwulan III 2005 sebelumnya sudah mengalami peningkatan. Sektor

lainnya yang mengalami peningkatan berasal dari sektor listrik, gas dan air

bersih, sektor keuangan dan jasa perusahaan, sektor jasa-jasa, sektor

perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

Sementara sektor-sektor yang pada triwulan ini menga lami penurunan, berasal

dari sektor industri pengolahan, sektor bangunan, dan sektor pertambangan dan

penggalian.

PDRB triwulan IV tahun 2005 bila dibandingkan dengan triwulan yang

sama pada tahun sebelumnya, mencerminkan perubahan tanpa dipengaruhi

oleh faktor musim. PDRB triwulan IV tahun 2005 jika dibandingkan dengan

Page 16: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

triwulan IV tahun 2004 secara total tumbuh sebesar 4,50 persen, yang

merupakan dukungan dari hampir semua sektor kecuali sektor bangunan dan

sektor listrik, gas dan air bersih. Pertumbuhan tertinggi berasal dari sektor

pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 8,46 persen, diikuti sektor

pertanian sebesar 6,59 persen, sektor jasa-jasa yang tumbuh sebesar sebesar

6,15 persen, sektor keuangan & jasa perusahaan, sektor perdagangan, hotel &

restoran, sektor industri pengolahan sebesar 2,30 persen dan sektor

pertambangan & penggalian sebesar 1,77 persen. Sementara pertumbuhan

negatif berasal dari sektor listrik, gas dan air bersih yang menurun sebesar 2,64

persen dan sektor bangunan yang juga menurun sebesar 2,19 persen.

Tabel 1.3. Struktur PDRB Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha

(Persentase)

Tahun 2005 Sektor Ekonomi/ Lapangan Usaha

Tahun 2004 Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV

(1) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 29,63 30,27 28,76 29,24 31,60 2. Pertamb. dan Pengg. 1,68 1,68 1,87 1,92 1,88 3. Industri Pengolahan 25,66 24,93 26,01 25,98 24,01 4. List., Gas dan Air Mnm 1,50

1,36 1,32 1,25 1,20

5. Bangunan 4,17 4,50 4,54 4,30 3,98 6. Perdag., Hotel & Rest. 18,46

19,33 18,63 18,35 17,61

7. Pengangkutan & Kom. 6,22

6,05 6,29 6,29 7,39

8. Keu. & Jasa Perush. 4,62 4,50 4,85 4,89 4,78 9. Jasa -Jasa 8,07 7,37 7,72 7,79 7,55

PDRB 100,00

100,00 100,00 100,00 100,00

Perbandingan total PDRB triwulan I sampai dengan triwulan IV tahun

2005 secara kumulatif dibandingkan dengan triwulan I sampai dengan triwulan

IV tahun 2004 yang juga menggambarkan pertumbuhan tahunan mampu

tumbuh sebesar 5,48 persen. Selama periode tersebut, pertumbuhan tertinggi

berasal dari sektor bangunan yang tumbuh sebesar 17,16 persen, diikuti oleh

sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh 9,27 persen, sektor

pengangkutan & komunikasi sebesar 8,93 persen, sektor keuangan dan jasa

perusahaan sebesar 6,08 persen, sektor jasa-jasa sebesar 4,25 persen, sektor

Page 17: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

industri pengolahan sebesar 4,87 persen, sektor pertambangan & penggalian

dan sektor pertanian sebesar 2,43 persen. Sementara pertumbuhan negatif

terjadi pada sektor listrik, gas & air bersih dengan penurunan sebesar 0,25

persen.

Peranan sektor ekonomi pada triwulan IV tahun 2005 jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya, mengalami perubahan akibat adanya kenaikan

harga -harga hampir disemua komoditi ekonomi. Peranan terbesar masih tetap

berasal dari sektor pertanian, diikuti sektor industri pengolahan dan sektor

perdagangan, hotel, dan restoran. Demikian juga peranan terendah masih tetap

berasal dari sektor listrik, gas & air minum. Sektor-sektor yang peranannya

mengalami peningkatan, berasal dari sektor pertanian, dan sektor pengangkutan

& komunikasi.

Dengan demikian perbandingan peranan antar sektor ekonomi,

menunjukkan bahwa lebih dari separoh (55,62 persen) PDRB Sumatera Utara

masih tetap berasal dari sektor pertanian dan sektor industri pengolahan.

Masing-masing sektor ini memberikan kontribusi sebesar 31,60 persen dan

24,02 persen terhadap total PDRB Sumatera Utara. Jika melihat struktur

ekonomi pada triwulan III yang lalu, sektor pertanian memberikan peranan

sebesar 29,24 persen dan sektor industri pengolahan sebesar 25,98 persen,

memberi arti bahwa perana n sektor pertanian pada pembentukan PDRB harga

berlaku triwulan IV tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 2,36 point,

sebaliknya pada sektor industri pengolahan justru mengalami penurunan sebesar

1,96 point.

Pembahasan lebih rinci perubahan dari setiap sektor dengan beberapa

alasan yang signifikan menurut hasil survei indikator ekonomi dibahas dalam

uraian berikut ini.

BBB... PPPeeerrrkkkeeemmmbbbaaannngggaaannn EEEkkkooonnnooommmiii SSSeeekkktttooorrraaalll

1. Sektor Pertanian

Sektor Pertanian mempunyai siklus pertumbuhan dengan pola hampir sama setiap triwulan dalam satu tahun, sehingga akan mempengaruhi pola pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Pada triwulan IV tahun 2005, apabila dilihat pola laju pertumbuhan sub sektor berbeda jika dibandingkan dengan pola pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jika pada triwulan IV tahun 2004 pertumbuhan tertinggi berasal dari sub sektor peternakan, namun pada

Page 18: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

tahun 2005 sub sektor ini justru mengalami penurunan sebesar 0,96 persen, demikian juga dengan sub sektor perikanan yang pada triwulan IV tahun 2004 tumbuh sebesar 0,08 persen pada tahun ini menurun sebesar 3,42 persen. Sebaliknya sub sektor tanaman bahan makanan yang pada triwulan IV tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 7,34 persen, pada triwulan yang sama pada tahun 2005 justru meningkat sebesar 5,09 persen, demikian juga diikuti oleh sub sektor perkebunan tumbuh sebesar 9,53 persen dan sub sektor kehutanan tumbuh sebesar 8,53 persen. Sehingga secara total sektor pertanian pada triwulan ini mampu tumbuh sebesar 5,26 persen, sementara pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya menurun sebesar 3,90 persen.

Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan dan Struktur Sektor Pertanian

Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha (Persentase)

Laju Pertumbuhan Struktur Lapangan Usaha

Triw. III Triw. IV

Trw. IV’05 Thd.

Trw.IV*04 Triw. III Triw. IV

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1.1 Tanaman Bhn Makanan - 0,97 5,09 7,95 8,21 9,12

1.2 Perkebunan 7,52 9,53 10,65 10,63 11,86

1.3 Peternakan 2,64 -0,96 -0,77 5,07 5,01

1.4 Kehutanan - 8,03 8,53 -13,55 1,85 2,02

1.5 Perikanan 3,77 -3,42 5,38 3,47 3,58

Sektor Pertanian 3,13 5,26 6,59 29,24 31,60

1.1. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan

Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan meliputi kegiatan usaha komoditi

padi, palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan. Pada triwulan IV 2005 ini, sub

sektor ini kembali mampu tumbuh sebesar 5,09 persen setelah triwulan

sebelumnya menurun sebesar 0,97 persen. Peningkatan ini umumnya akibat

tingginya produksi pada komoditi sayur-sayuran dan buah-buahan akibat curah

hujan yang cukup tinggi pada triwulan ini, walaupun pada komoditi padi terjadi

penurunan. Sumbangan terbesar dalam pembentukan NTB Sub Sektor Tanaman

Bahan Makanan dan juga pengaruhnya terhadap laju pertumbuhan pada sub

sektor ini, masih tetap berasal dari komoditi Padi yaitu sebesar 71,41 persen

terhadap total NTB Tanaman Bahan Makanan. Diurutan kedua berasal dari

komoditi Jagung dengan sumbangan sebesar 14,61 persen, diikuti komoditi Ubi

Kayu sebesar 6,96 persen, Kacang Tanah sebesar 3,12 persen, Ubi Jalar sebesar

Page 19: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

2,00 persen, Kacang Kedelai sebesar 0,96 persen dan Kacang Hijau sebesar 1,04

persen.

Tabel 1.5. Peranan Kabupaten/Kota Terhadap NTB ADH Berlaku Tanaman Padi dan Palawija Triwulan IV Tahun 2005

(Persentase)

Kabupaten/Kota Padi Jagung

Kacang

Kedelai

Kacang

Hijau

Kacang

Tanah

Ubi Jalar

Ubi Kayu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Nias 1,63 0,03 0,00 0,84 1,49 1,32 0,74 2. Mandailing Natal 6,28 0,92 15,14 1,33 1,98 0,82 0,47 3. Tapanuli Selatan 10,54 1,20 7,53 4,31 3,07 2,27 1,63 4. Tapanuli Tengah 2,86 0,01 0,03 0,15 0,14 0,02 0,14 5. Tapanuli Utara 0,76 0,70 0,06 0,00 39,40 8,44 3,02 6. Toba Samosir 1,27 1,68 0,55 3,02 3,73 5,51 5,28 7. Labuhan Batu 4,42 1,33 11,94 2,40 1,12 1,99 0,11 8. Asahan 10,11 2,81 2,00 3,98 0,47 0,85 4,28 9. Simalungun 20,50 27,23 1,05 5,91 23,01 60,69 18,97 10. Dairi 3,45 15,02 0,00 0,00 8,68 2,35 0,77 11. Karo 1,10 26,37 0,00 0,00 1,03 6,52 0,00 12. Deli Serdang 22,45 14,10 53,14 60,62 8,97 5,25 59,40 13. Langkat 12,15 7,79 8,39 15,24 4,49 1,28 1,38 14. Sibolga 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 15. Tanjung Balai 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 16. Pematang Siantar 0,25 0,11 0,00 0,00 0,20 0,19 0,98 17. Tebing Tinggi 0,27 0,02 0,03 0,08 0,07 0,07 0,56 18. Medan 0,15 0,27 0,03 1,58 1,01 1,93 1,11 19. Binjai 1,04 0,30 0,03 0,26 0,58 0,16 0,67 20. Pdg. Sidempuan 0,76 0,08 0,08 0,27 0,56 0,33 0,44

Berdasarkan hasil panen padi selama triwulan IV tahun 2005 menurut

kabupaten/kota di Sumatera Utara, produksi padi terbesar berasal dari

Kabupaten Deli Serdang dengan peranan sebesar 22,45 persen dari total

produksi Sumatera Utara. Sementara yang berada diurutan kedua berasal dari

Kabupaten Simalungun sebesar 20,50 persen, diikuti oleh Kabupaten Langkat

sebesar 12,15 persen, Tapanuli Selatan sebesar 10,54 persen, dan Kabupate n

Page 20: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

Mandailing Natal sebesar 6,28 persen. Sedangkan daerah-daerah lainnya

peranannya hanya berkisar dibawah lima persen.

Selanjutnya untuk tanaman palawija lainnya seperti jagung, sumber

produksi terbesar berasal dari Simalungun (27,23 persen), Karo (26,37 persen),

Dairi (15,02 persen), Deli Serdang (14,10 persen) dan Langkat sebesar (7,79

persen). Sementara daerah lainnya berkisar di bawah tiga persen.

Selengkapnya peranan kabupaten/kota di Sumatera Utara terhadap PDRB untuk

tanaman padi dan palawija, dapat dilihat pada tabel 3.5. diatas.

Perbandingan triwulan IV-2005 dengan triwulan yang sama pada tahun

sebelumnya menurut pengamatan di lapangan ternyata menunjukkan adanya

peningkatan pada sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 7,95 persen.

Adanya peningkatan produksi Sub Sektor Tabama pada triwulan IV

tahun 2005 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, mengakibatkan

peningkatan kontribusi pada PDRB Sumatera Utara. Pada triwulan III-2005, Sub

Sektor Tabama memberikan peranan sebesar 8,21 persen, dan pada triwulan IV

memberikan peranan sebesar 9,12 persen atau naik 0,91 point. Kondisi ini

menyebabkan sub sektor Tabama menjadi penyumbang terbesar kedua pada

sektor Pertanian setelah sub sektor Perkebunan.

1.2. Sub Sektor Perkebunan

Sub Sektor Perkebunan yang meliputi tanaman keras seperti komoditi

kelapa sawit, karet, coklat dan lainnya, pada triwulan IV 2005 secara agregat

kembali menunjukkan peningkatan produksi cukup besar yaitu sebesar 9,53

persen, setelah triwulan sebelumnya juga meningkat sebesar 7,52 persen. Jika

dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, juga

mengalami peningkatan sebesar 10,65 persen.

Jika dilihat dari peranan terhadap total PDRB Sumatera Utara, sub sektor

ini merupakan penyumbang terbesar dari sektor pertanian, dimana peranannya

pada triwulan IV 2005 sebesar 11,86 persen lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya sebesar 10,63 persen, atau mengalami peningkatan sebesar 0,23

point.

1.3. Sub Sektor Peternakan

Page 21: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

Sub Sektor Peternakan pada triwulan IV 2005 mengalami penurunan

sebesar 0,96 persen, setelah pada triwulan III 2005 mengalami peningkatan

sebesar 2,64 persen. Pengaruh adanya virus flu burung yang menyerang hewan

ternak, dampaknya masih terlihat terhadap kinerja produksi pada triwulan ini.

Ternak ayam pedaging dan ternak babi, merupakan jenis ternak yang paling

besar dampaknya terhadap produksi kedua ternak tersebut akibat adanya issue

virus flu burung. Sementara ternak lainnya seperti sapi, lembu, kerbau dan

kambing/domba, pada triwulan ini masih menunjukkan produksi meningkat.

Adanya penurunan kinerja produksi ternak, mengakibatkan penurunan

kontribusinya terhadap total PDRB. Pada triwulan IV 2005 peranan sub sektor ini

terhadap total PDRB Sumatera Utara sebesar 5,01 persen yang berarti

mengalami penurunan sebesar 0,06 point dari triwulan III 2005 yang

memberikan kontribusi sebesar 5,07 persen.

1.4. Sub Sektor Kehutanan

Kegiatan Sub Sektor Kehutanan pada triwulan IV 2005 mengalami

peningkatan cukup tinggi yaitu sebesar 8,53 persen setelah pada triwulan

sebelumnya mengalami penurunan yang cukup tajam sebesar 8,03 persen.

Adanya peningkatan produksi sub sektor ini, mengakibatkan peranan sub sektor

ini terhadap pembentukan PDRB Sumatera Utara juga mengalami peningkatan

yang pada triwulan III sebesar 1,85 persen menjadi sebesar 2,02 persen pada

triwulan IV 2005.

1.5. Sub Sektor Perikanan

Hasil pengamatan akhir yang diperoleh dari lapangan menunjukkan

bahwa kinerja kegiatan perikanan mengalami penurunan produksi sebesar 3,42

persen, setelah pada triwulan sebelumnya meningkat sebesar 3,77 persen.

Adanya penurunan kinerja pada sub sektor ini, tidak terlepas dari dampak

kenaikan harga BBM yang mengakibatkan tingginya biaya produksi pada

penangkapan ikan di laut yang menggunakan kapal nelayan. Namun adanya

penurunan produksi perikanan tersebut, ternyata masih mampu mampu untuk

meningkatkan kontribusi subsektor ini terhadap total PDRB, dimana peranan

pada triwulan III 2005 sebesar 3,47 persen, menjadi 3,58 persen pada triwulan

IV tahun 2005.

Page 22: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor Pertambangan dan Penggalian pada triwulan IV 2005 kembali

mengalami penurunan yaitu sebesar 1,92 persen dari triwulan sebelumnya.

Adanya penurunan pada sektor ini merupakan akibat penurunan kinerja pada

kegiatan sub sektor pertambangan sebesar 7,14 persen, walaupun terjadi

peningkatan pada kegiatan penggalian sebesar 2,96 persen dari triwulan

sebelumnya.

Dengan kinerja kedua sub sektor tersebut, maka kontribusi sektor ini

terhadap total PDRB Sumatera Utara pada triwulan IV 2005 adalah sebesar 1,88

persen, yang menurun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 1,92 persen.

3. Sektor Industri Pengolahan

Sektor ini meliputi Sub Sektor Industri Migas dan Industri Non Migas,

dimana industri non migas merupakan salah satu motor penggerak roda

perekonomian setelah sektor pertanian di Sumatera Utara.

Kegiatan industri pengilangan Migas di Sumatera Utara setiap

triwulannya selalu berfluktuasi, adanya kecenderungan berfluktuasinya produksi

pertambangan Migas di Sumatera Utara mempengaruhi pertumbuhan

triwulanan pada sub sektor industri migas ini. Seiring dengan penurunan pada

sub sektor pertambangan, sub sektor industri pengilangan migas juga

mengalami penurunan kinerja, dimana pada triwulan IV 2005 subsektor ini

mengalami penurunan cukup tajam sebesar 9,35 persen, setelah pada triwulan

sebelumnya meningkat sebesar 2,68 persen.

Kegiatan pada industri pengolahan non migas pada triwulan ini

menunjukkan kinerja yang menurun setelah terjadinya kenaikan harga BBM

yang secara langsung berimbas terhadap kegiatan industri pengolahan.

Tabel 1.6. Laju Pertumbuhan dan Struktur Sektor Industri

Triwulan III dan IV Tahun 2005 (Persen)

Lapangan Usaha Laju Pertumbuhan Trw. IV’05 Struktur

Page 23: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

Triw. III Triw. IV Thd.

Trw.IV’04 Triw. III Triw. IV

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 3.1. Industri Migas 2,68 -9,35 -7,68 0,28 0,25

3.2. Industri Non Migas 3,22 -3,28 2,37 25,70 23,76 - Mkn.Mnn. & Tembakau 4,18 -1,44 5,70 11,32 10,63 - Tekstil, Brg. Kulit & Alas

kaki 2,13 -3,10 -0,01 2,36 2,18

- Brg. Kayu & Hasil Hutan 3,97 -2,11 -0,30 2,03 1,85

- Kertas & Brg. Cetakan -

10,00 16,52 8,20 0,27 0,29

- Pupuk, Kimia & Brg. Dr Karet

3,52 -10,37 -0,07 5,24 4,34

- Semen & Galian Bkn Logam

3,71 -9,76 -4,69 1,17 1,00

- Logam Dasar Besi dan Baja

4,19 10,63 -12,64 1,03 1,14

- Alat Angk. Mesin & Peralatan -0,29 -1,41 4,58 1,79 1,82

- Barang Lainnya 1,46 3,42 10,17 0,48 0,51

Sektor Industri 3,21 -3,32 2,30 25,98 24,01

Dari pemantauan akhir survei ini, komoditi industri pengolahan

mengalami penurunan cukup sigbifikan sebesar 3,32 persen. Penurunan yang

cukup tajam berasal berasal dari kegiatan industri pupuk, kimia dan barang dari

karet sebesar 10,37 persen, kemudian diikuti penurunan kinerja dari kegiatan

industri semen dan barang dari galian bukan logam sebesar 9,76 persen,

penurunan pada kegiatan industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki sebesar

3,10 persen, kegiatan industri kayu dan hasil hutan lainnya yang menurun

sebesar 2,11 persen, kegiatan industri makanan, minuman dan tembakau yang

mengalami penurunan sebesar 1,44 persen, dan pada kegiatan industri alat

angkutan, mesin dan peralatannya yang menurun sebesar 1,41 persen.

Sementara kegiatan industri yang mengalami peningkatan terbesar berasal dari

kegiatan industri kertas dan barang cetakan yang meningkat sebesar 16,52

persen, diikuti kegiatan industri logam dasar besi dan baja sebesar 10,63 persen,

dan kegiatan industri barang lainnya sebesar 3,42 persen.

Dengan kondisi dari kinerja kegiatan industri tersebut diatas, industri

non migas menurun sebesar 3,28 persen, sehingga secara total sektor ini

menurun sebesar 3,32 persen. Adanya penurunan kinerja tersebut

Page 24: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

mengakibatkan penurunan kontribusinya terhadap total PDRB, yaitu dari sebesar

25,98 persen pada triwulan III 2005 menjadi 24,02 persen pada triwulan IV

2005 atau turun sebesar 1,96 point.

4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Kinerja sektor listrik, gas & air bersih pada triwulan IV 2005 sudah

menunjukkan peningkatan sebesar 3,31 persen, setelah triwulan sebelumnya

turun sebesar 0,80 persen. Adanya peningkatan tersebut akibat peningkatan

kinerja pada sub sektor listrik yang meningkat cukup tinggi hingga 5,26 persen

dari triwulan sebelumnya.

Tabel 1.7. Laju Pertumbuhan dan Struktur Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Triwulan III dan IV Tahun 2005 (Persen)

Laju Pertumbuhan Struktur

Lapangan Usaha Triw. III Triw. IV

Trw. IV’05 Thd.

Trw.IV*04 Triw. III Triw. IV

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

4.1. Listrik -1,05 5,26 -3,20 0,92 0,89

4.2. Gas Kota 0,21 -1,36 1,10 0,18 0,18

4.3. Air Bersih -0,15 -3,14 -1,55 0,15 0,13

Sektor LGA - 0,80 3,31 -2,64 1,25 1,20

Hal ini menunjukkan sudah berfungsinya kembali mesin pembangkit

listrik setelah perbaikan dan pemeliharaan pada triwulan-triwulan sebelumnya.

Sementara sebaliknya pada sub sektor gas dan sub sektor air bersih pada

triwulan ini menunjukkan penurunan masing-masing sebesar 1,36 persen dan

3,14 persen.

Namun adanya peningkatan kinerja pada sub sektor listrik tersebut,

belum mampu untuk meningkatkan peranan keseluruhan dari sektor Listrik, Gas

dan Air Bersih terhadap total PDRB, dimana pada triwulan III 2005 peranannya

sebesar 1,25 persen sedangkan pada triwulan IV 2005 turun menjadi 1,20

persen.

5. Sektor Bangunan

Page 25: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

Pada triwulan IV 2005, kinerja Sektor Bangunan kembali mengalami

penurunan sebesar 2,35 persen setelah pada triwulan III juga menurun sebesar

1,90 persen. Demikian juga jika kondisi pada triwulan ini dibandingkan terhadap

triwulan IV 2004, masih mengalami penurunan sebesar 2,19 persen.

Adanya penurunan yang terjadi pada sektor bangunan ini, ternyata

mempengaruhi kontribusi yang diberikan terhadap total PDRB, dimana pada

triwulan III 2005 peranannya sebesar 4,30 persen, turun menjadi 3,98 persen

pada triwulan IV tahun 2005.

6. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran

Seiring dengan melambatnya kinerja pada kegiatan sektor industri

pengolahan, dengan kebijakan kenaikan harga BBM serta melemahnya nilai

tukar mata uang rupiah yang mengakibatkan melambungnya harga -harga pada

semua komoditi yang diperdagangkan, sektor ini hanya mampu tumbuh sebesar

0,99 persen.

Secara keseluruhan walaupun terjadi peningkatan tersebut, namun

peranan sektor ini terhadap total PDRB Sumatera Utara pada triwulan IV 2005

justru mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang sebesar 18,35

persen, menjadi 17,61 persen pada triwulan IV-2005 atau turun sebesar 0,74

point.

Tabel 1.8.

Laju Pertumbuhan dan Struktur Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Triwulan III dan IV Tahun 2005

(Persen)

Laju Pertumbuhan Struktur Lapangan Usaha

Triw. III Triw. IV

Trw. IV’05 Thd.

Trw.IV’04 Triw. III Triw. IV

(1) (2) (3) (4) (4) (5)

6.1. Perdagangan 0,93 0,96 4,69 16,80 16,09

6.2. Hotel 3,83 1,08 9,42 0,23 0,22

6.3. Restoran 1,71 1,53 7,89 1,33 1,29

Sektor Perdag, Htl, & Rest

1,00 0,99 4,90 18,35 17,61

6.1. Sub Sektor Perdagangan

Page 26: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

Pada triwulan IV tahun 2005 sub sektor ini masih mampu meningkat

walupun cukup lambat yaitu sebesar 0,96 persen. Adapun peningkatan ini

masih akibat permintaan pasar akan barang-barang perdagangan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat yang berlebaran maupun masyarakat yang

menyambut natal dan tahun baru.

Adanya peningkatan dari kinerja sub sektor ini, ternyata tidak mampu

untuk meningkatkan peranannya terhadap PDRB Sumatera Utara. Hal ini dapat

dilihat dari peranan pada triwulan III 2005 yang sebesar 16,80 persen, menjadi

sebesar 16,10 persen pada triwulan IV 2005.

6.2. Sub Sektor Hotel

Setelah mengalami peningkatan kinerja sub sektor perhotelan ini selama

triwulan III 2005 yaitu masa puncak liburan, pada triwulan IV 2005 sub sekto r

hotel ini masih mengalami peningkatan walaupun cukup lambat sebesar 1,08

persen. Kondisi inipun masih dipengaruhi adanya musim liburan lebaran, natal

dan tahun baru pada triwulan ini, dimana tingkat penghunian kamar hotel

mengalami peningkatan pada hotel non bintang. Sementara untuk hotel

berbintang, peningkatan terjadi hanya pada hotel berbintang empat. Sedangkan

hotel berbintang lainnya mengalami penurunan. Namun peningkatan kinerja

yang terjadi tersebut, belum mampu untuk meningkatkan peranannya terhadap

pembentukan PDRB Sumatera Utara yang pada triwulan ini hanya memberikan

sumbangan sebesar 0,22 persen, dari total PDRB Sumatera Utara.

6.3. Sub Sektor Restoran

Sama halnya dengan sub sektor hotel, kinerja sub sektor restoran pada

triwulan IV ini juga meningkat walaupun cukup perlahan yaitu sebesar 1,53

persen setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami peningkatan sebesar

1,71 persen. Namun peningkatan kinerja pada sub sektor ini tidak diikuti dengan

peningkatan kontribusinya terhadap PDRB Sumatera Utara, dimana kontribusi

pada triwulan III 2005 sebesar 1,33 persen turun menjadi 1,29 persen pada

triwulan IV 2005.

7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Page 27: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

Kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM memberikan dampak

yang cukup besar bagi kinerja perekonomian nasional. Salah satu sektor yang

secara langsung memberikan reaksi adalah sektor pengangkutan dan

komunikasi, dimana sektor ini merupakan sumber pemicu utama tingginya

tingkat inflasi. Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan kinerja pada sekto r

perdagangan, hotel dan restoran, pada triwulan IV 2005 kegiatan pengangkutan

dan komunikasi juga mengalami perlambatan peningkatan kinerja. Sehingga

dengan tarif yang melambung tinggi, kontribusi sektor ini pada triwulan IV 2005

mengalami peningkatan kontribusi yang cukup tinggi terhadap PDRB Sumatera

Utara, dimana peranan pada triwulan IV 2005 sebesar 7,39 persen naik dari

peranan sebesar 6,29 persen pada triwulan sebelumnya.

7.1. Sub Sektor Pengangkutan

Peningkatan yang terjadi selama triwulan IV 2005 pada sub sektor ini,

utamanya berasal dari sub sektor angkutan jalan raya, angkutan laut & asdp,

angkutan udara dan angkutan rel kereta api.

Tabel 1.9.

Laju Pertumbuhan dan Struktur Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Triwulan III dan IV Tahun 2005

(Persen)

Laju Pertumbuhan Struktur

Lapangan Usaha Triw. III Triw. IV

Trw. IV’05 Thd.

Trw.IV*04 Triw. III Triw. IV

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 7.1. Pengangkutan 2,63 1,47 7,62 4,87 6,11

a. Angkutan Rel 2,72 3,50 -6,16 0,03 0,03

b. Angkutan Jalan Raya

1,94 1,83 7,44 2,93 4,16

c. Angkutan Laut dan SDP

2,61 2,88 4,05 0,37 0,36

d. Angkutan Udara 5,80 1,32 9,29 0,42 0,50

e. Jasa Penunjang Angk. 3,60 -0,15 9,59 1,12 1,06

7.2. Komunikasi 4,16 -1,24 10,71 1,41 1,28

Sektor Angkutan & Kom

2,98 0,84 8,31 6,29 7,39

Page 28: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

Jika dilihat kinerja kegiatan angkutan, kinerja angkutan rel merupakan

tertinggi yang meningkat sebesar 3,50 persen. Selanjutnya peningkatan juga

berasal dari angkutan laut & asdp yang meningkat sebesar 2,88 persen, diikuti

dengan angkutan jalan raya sebesar 1,83 persen dan angkutan udara sebesar

1,32 persen. Dengan kondisi peningkatan kegiatan angkutan tersebut diatas,

mengakibatkan kinerja jasa penunjang angkutan menurun sebesar 0,15 persen.

Sehingga pada triwulan IV ini secara ke seluruhan sub sektor pengangkutan

hanya meningkat sebesar 1,47 persen dari triwulan sebelumnya.

Dengan peningkatan kinerja pada sub sektor angkutan tersebut,

mampu meningkatkan kontribusinya terhadap PDRB Sumatera Utara, dimana

pada triwulan sebelumnya sub sektor angkutan ini memberikan kontribusi

sebesar 4,87 persen, dan pada triwulan ini menjadi sebesar 6,11 persen.

7.2. Sub Sektor Komunikasi

Kinerja sub sektor komunikasi yang pada triwulan-triwulan sebelumnya

selalu mengalami peningkatan, namun pada triwulan ini kinerjanya kurang

menggembirakan. Pada triwulan ini, sub sektor ini menurun sebesar 1,24

persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Sehingga penurunan tersebut

menurunkan peranannya pada PDRB Sumatera Utara, dimana pada triwulan III

2005 memberikan kontribusi sebesar 1,41 persen menjadi 1,28 persen pada

triwulan IV 2005.

8. Sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan

Hingga triwulan IV 2005 ini, kinerja Sektor Keuangan dan Jasa

Perusahaan masih terlihat melambat walaupun sudah lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 1,41 persen. Namun peningkatan

tersebut ternyata tidak mampu untuk meningkatkan peranannya terhadap total

PDRB Sumatera Utara, dimana peranan sektor ini pada triwulan III tahun 2005

sebesar 4,89 persen menurun menjadi 4,78 persen pada triwulan IV 2005.

Tabel 1 .10. Laju Pertumbuhan dan Struktur Sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan

Triwulan III dan IV Tahun 2005 (Persen) Laju

Pertumbuhan Struktur

Lapangan Usaha Triw. III Triw.

IV

Trw. IV’05 Thd.

Trw.IV’04 Triw. III Triw.

IV

Page 29: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 8.1. Bank dan Lem. Keu. Lain

- 1,95 -2,92 -0,24 2,08 1,92

8.2. Sewa bangunan 2,04 4,47 9,34 2,47 2,54

8.3. Jasa Perusahaan 1,24 -1,44 15,81 0,34 0,31

Sektor Keu. & Jasa Persh

0,46 1,41 5,91 4,89 4,78

8.1. Sub Sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lain

Pada triwulan IV 2005 ini kinerja sub sektor bank dan lembaga keuangan

lainnya masih mengalami penurunan sebesar 2,92 persen dari triwulan

sebelumnya. Penurunan kinerja ini tidak terlepas dari kondisi melemahnya nilai

rupiah terhadap mata uang asing khususnya terhadap dollar AS, demikian juga

dengan tingginya tingkat inflasi yang terjadi pada awal triwulan ini. Dengan

penurunan kinerja pada sub sektor ini, mengakibatkan penurunan kontribusinya

terhadap PDRB Sumatera Utara. Jika pada triwulan III 2005 peranannya sebesar

2,08 persen, maka pada triwulan IV 2005 peranannya menjadi sebesar 1,92

persen.

8.2. Sub Sektor Sewa Bangunan

Tidak seperti kinerja pada sub sektor keuangan dan lembaga keuangan

lainnya, kinerja usaha persewaan bangunan pada triwulan ini kembali

mengalami peningkatan sebesar 4,47 persen setelah meningkat sebesar 2,04

persen pada triwulan sebelumnya. Peningkatan kinerja pada sub sektor ini,

akhirnya mampu untuk meningkatkan peranan sub sektor ini terhadap

pembentukan PDRB dimana pada triwulan III tahun 2005 sebesar 2,47 persen

menjadi 2,54 persen pada triwulan IV tahun 2005.

8.3. Sub Sektor Jasa Perusahaan

Seiring dengan sub sektor keuangan, sub sektor jasa perusahaan pada

triwulan IV 2005, juga mengalami penurunan kinerja sebesar 1,44 persen

dibandingkan triwulan sebelumnya. Adanya penurunan tersebut,

mengakibatkan penurunan peranan sub sektor ini pada PDRB Sumatera Utara,

dimana peranan sub sektor ini pada triwulan III 2005 sebesar 0,34 persen

menjadi 0,31 persen pada triwulan IV 2005.

Page 30: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

9. Sektor Jasa-jasa

Kinerja sektor jasa -jasa pada triwulan ini ternyata tidak jauh berbeda

bahkan lebih lambat dari kinerja triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan ini

hanya mampu tumbuh sebesar 1,20 persen. Demikian juga dengan peranannya

terhadap PDRB Sumatera Utara, pada triwulan ini sektor jasa-jasa memberikan

peranan sebesar 7,55 persen yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya

dengan peranan sebesar 7,79 persen.

Namun jika kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan IV ini dibandingkan

dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, sudah mengalami

peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 6,15 persen. Demikian juga

dengan peranan sektor ini pada triwulan IV 2005 yang sebesar 1,20 persen,

sudah lebih tinggi jika dibandingkan dengan peranan sektor ini pada triwulan

yang sama tahun 2004 yang sebesar 0,65 persen.

Tabel 3.11.

Laju Pertumbuhan dan Struktur Sektor Jasa-jasa Triwulan III dan IV Tahun 2005

(Persen)

Laju Pertumbuhan Struktur Lapangan Usaha

Triw. III Triw. IV

Trw. IV’05 Thd.

Trw.IV’04 Triw. III Triw. IV

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 9.1. Pemerintahan Umum

3,72 1,18 6,67 5,42 5,27

9.2. Swasta 1,67 1,27 4,73 2,37 2,28

a. Sosial Kemasyarakatan

0,83 0,26 1,39 0,83 0,77

b. Hiburan dan Rekreasi 1,29 2,46 5,97 0,28 0,27

c. Perorangan & RT 2,47 1,61 6,93 1,27 1,24

Sektor Jasa-jasa 3,16 1,20 6,15 7,79 7,55

9.1. Sub Sektor Jasa Pemerintahan Umum

Sub sektor jasa pemerintahan umum pada triwulan IV 2005 kembali

mengalami peningkatan yaitu sebesar 1,18 persen. Namun peningkatan kinerja

sub sektor ini tidak mampu meningkatkan kontribusinya yaitu dari 5,42 persen

pada triwulan sebelumnya, menjadi sebesar 5,27 persen pada triwulan IV 2005.

Page 31: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

9.2. Sub Sektor Jasa Swasta

Sub sektor Jasa Swasta pada triwulan IV 2005 masih mengalami

peningkatan walaupun secara perlahan yaitu sebesar 1,27 persen, dimana

peningkatan kinerja pada sub sektor ini utamanya berasal dari kegiatan jasa

hiburan yang tumbuh sebesar 2,46 persen, kegiatan jasa perorangan dan rumah

tangga yang tumbuh sebesar 1,61 persen dan kegiatan jasa sosial

kemasyarakatan yang tumbuh sebesar 0,26 persen. Namun peningkatan pada

kinerja sub sektor jasa swasta tersebut, belum mampu meningkatkan

kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Sumatera Utara. Peranan pada

triwulan ini sebesar 2,28 persen, yang turun dari peranan triwulan sebelumnya

yang sebesar 2,37 persen.

111000... PPPAAARRRIIIWWWIIISSSAAATTTAAA

Citra pariwisata Indonesia termasuk Sumatera Utara sudah semakin

membaik pasca peristiwa peledakan bom yang marak terjadi sejak tahun 2002.

Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya wisatawan mancanegara

(wisman) yang berkunjung ke Sumatera Utara pada dua tahun terakhir. Jumlah

wisman yang datang melalui pintu masuk Bandara Polonia pada triwulan III

tahun 2005 mencapai 28.425 orang.

Grafik 1. 1 Jumlah Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Sumatera Utara

melalui Polonia Triwulan IV 2004 - Triwulan IV 2005

23.69427.894

25.375

28.425

26.954

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

Jumlah Wisman (orang)

Tr. IV-04 Tr. I-05 Tr. II-05 Tr. III-05 Tr. IV-05*

Keterangan: *) Triwulan IV 2005 masih Angka Perkiraan

Page 32: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

Membaiknya kondisi pariwisata tersebut merupakan kerja keras

pemerintah yang gencar melakukan promosi untuk bisa menarik banyak turis,

baik asing maupun domestik. Namun, upaya pemerintah ini kembali mendapat

batu sandungan dengan adanya kasus peledakan bom Bali II yang terjadi pada

tanggal 1 Oktober 2005. Banyak negara-negara tetangga yang mengeluarkan

“travel warning” bagi warganya yang akan berkunjung ke Indonesia. Hal ini

menjadi salah satu penyebab menurunnya jumlah wisman selama triwulan IV

tahun 2005 yang diperkirakan mencapai 26.954 orang. Angka ini mengalami

penurunan 5,18 persen dari jumlah wisman yang datang pada triwulan III yang

lalu. Meskipun demikian, jumlah wisman pada triwulan ini lebih banyak jika

dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2004 dengan

peningkatan sebesar 13,76 persen.

Secara kumulatif, jumlah wisman yang berkunjung ke Sumatera Utara

sampai dengan triwulan IV 2005 diperkirakan mencapai 108.648 orang yang

berarti meningkat sekitar 17,28 persen dibanding jumlah wisman pada periode

yang sama tahun 2004 dengan jumlahnya sebanyak 92.637 orang. Wisman

yang berkunjung ke Sumatera Utara, sebagian besar berasal dari negara

Malaysia, diikuti wisman dari negara Singapura, Belanda, dan Amerika Serikat.

Grafik 1.2 Jumlah Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Sumatera Utara

melalui Polonia Januari 2001 – Desember 2005

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

2001

2002

2003

2004

2005

Jumlah Wisman (orang)

Keterangan: Nopember dan Desember 2005 masih Angka Perkiraan

Page 33: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

Indikator pariwisata lain yang dapat menggambarkan kondisi dunia

pariwisata selain jumlah wisatawan mancanegara (wisman) adalah Tingkat

Penghunian Kamar Hotel (TPK). Tingginya TPK suatu hotel mencerminkan

tingginya aktivitas perhotelan, sebaliknya rendahnya TPK suatu hotel

mencerminkan rendahnya aktivitas perhotelan suatu daerah.

Pada Triwulan IV 2005, rata -rata TPK Hotel Berbintang di Sumatera Utara

diperkirakan mencapai 39,18 persen. Persentase ini lebih rendah 4,44 persen

dibandingkan rata-rata TPK Hotel Berbintang triwulan sebelumnya yang

mencapai 41 persen. Penurunan TPK tersebut sedikitnya merupakan dampak

dari menurunnya jumlah wisman. Disamping itu, kenaikan BBM yang pada

akhirnya menyebabkan naiknya harga beberapa komoditi terutama sarana

transportasi, menyebabkan wisatawan domestik enggan melakukan perjalanan

wisata. Membandingkan angka TPK triwulan ini terhadap periode yang sama

tahun sebelumnya , ternyata rata-rata TPK Hotel Berbintang pada triwulan IV

2005 ini masih lebih tinggi sekitar 6,08 persen dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 36,94 persen.

Grafik 1.3 Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang di Sumatera Utara

Triwulan IV 2004 – Triwulan IV 2005

36,94

45,58

34,67

41,00

39,18

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 TPK (persen)

Tr. IV-04

Tr. I-05

Tr. II-05

Tr. III-05

Tr. IV-05*

Keterangan: *) Triwulan IV 2005 masih Angka Perkiraan

Jika dirinci berdasarkan klasifikasi hotel berbintang, TPK hotel tertinggi

pada triwulan IV 2005 terjadi pada klasifikasi hotel bintang III dimana jumlah

kamar terhuni setiap malam mencapai 54,66 persen, diikuti oleh hotel bintang

IV yaitu 44,19 persen, hotel bintang I sebesar 38,87 persen, dan terakhir hotel

Page 34: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

bintang II yang hanya terisi 19,02 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa minat

wisatawan baik yang berasal dari mancanegara maupun wisatawan domestik

atau lokal, cenderung untuk memilih hotel berbintang tiga untuk menginap dari

pada hotel berbintang lainnya. Kondisi yang sama juga terjadi jika dibandingkan

pada triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Dari empat klasifikasi hotel yaitu hotel bintang I, II, III dan IV, hanya TPK

dengan klasifikasi hotel bintang IV yang mengalami peningkatan di triwulan IV

2005 sebesar 7,4 persen. Sementara itu, TPK untuk hotel berbintang I, II dan III

mengalami pertumbuhan negatif masing-masing sebesar 14,95 persen, 11,48

persen dan 1,84 persen.

Grafik 1.4 Rata-rata TPK Hotel Berbintang di Sumatera Utara menurut Klasifikasi

Hotel Triwulan IV 2004 – Triwulan IV 2005

38,8

745,7

0

42,5

849,4

3

35,3

4

19,0

2

21,4

8

18,3

125,8

4

20,1

5

54,6

6

55,6

9

44,9

8

64,3

1

50,6

3

44,1

9

41,1

5

32,8

142,7

2

41,6

3

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

Tr. IV-04 Tr. I-05 Tr. II-05 Tr. III-05 Tr. IV-05*

TPK (persen)

Bintang 1

Bintang 2

Bintang 3

Bintang 4

Keterangan: *) Triwulan IV 2005 masih Angka Perkiraan

Secara agregat jumlah malam kamar terjual pada triwulan IV 2005

ini, diperkirakan mengalami penurunan sebesar 9,92 persen dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Seiring dengan kondisi TPK, peningkatan juga

berasal dari hotel berbintang empat. Sedangkan hotel berbintang tiga, hotel

berbintang dua dan hotel berbintang satu mengalami penurunan. Sama halnya

dengan TPK, jumlah malam kamar terjual di triwulan IV ini diperkirakan

mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan yang sa ma tahun

sebelumnya yaitu sebesar 13,28 persen.

Page 35: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

111...222... SSSIIISSS III PPPEEENNNGGGEEELLLUUUAAARRRAAANNN

111...222...111 KKK OOONNNSSSUUUMMMSSSIII

Indikator konsumsi yang dilakukan produsen dengan menggunakan

pendekatan data Survei Penjualan Eceren pada triwulan IV tahun 2005

menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan konsumsi triwulan

sebelumnya. Selama triwulan laporan, nilai transaksi yang dilakukan masyarakat

meningkat cukup besar yakni hingga Rp.5,03 miliar. Tingginya kenaikan

konsumsi masyarakat terjadi pada hampir seluruh kelompok usaha kecuali

peralatan tulis dan pembelian suku cadang. Sementara kelompok usaha yang

mengalami lonjakan permintaan terjadi pada kelompok bahan bakar dan

perlengkapan rumah tangga. (Perincian secara detail dapat dilihat pada box

Survei Penjualan Eceran).

111...222...222 RRREEE AAALLL IIISSS AAASSSIII IIINNNVVVEEESSSTTT AAASSSIII

Tabel 1.12 Realisasi Investasi Provinsi Sumut Januari-September 2005

INA A INA APMDN 6 391.867,35 231 0 1 584,15 6PMA 17 122.530,90 909 17Jumlah 23 1140 17 1 6 0

ProyekPENAMBAHAN PENGURANGAN

JMLInvestasi

(Rp. Juta) (us$ 000)TK

JMLInvestasi

(Rp. Juta) (us$ 000)TK

Sumber : BAINPROM

Sepanjang tahun 2005, perkembangan dunia investasi di Sumatera Utara

belum menunjukkan geliat yang menggembirakan. Berbagai permsalahan

mendasar yang sering mengemuka mulai dari praktek ekonomi biaya tinggi

hingga masalah keamanan dan iklim usaha yang kurang kondusif menyebabkan

investor tampak enggan untuk menanamkan modalnya.

Kondisi tersebut tercermin dari realisasi investasi Provinsi Sumut baik

PMDN ma upun PMA yakni masing-masing hanya sebesar Rp.391,87 miliar dan

US$122,53 juta. Dari penambahan proyek tersebut jumlah tenaga kerja yang

berhasil diserap melalui PMDN adalah sebanyak 1.140 orang, sementara untuk

PMA sebanyak 17 orang.

Minimnya kontribusi dunia investasi dalam pembangunan provinsi Sumut

tersebut diperkirakan akan semakin berat pasca kenaikan BBM pada triwulan IV

lalu. Kesulitan produksi pada sektor industri terkait dengan tingginya biaya

Page 36: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

faktor produksi, terutama tekanan terhadap upah dan semakin mahalnya bahan

baku industri berpotensi membuat investor kembali berpikir panjang untuk

menanamkan modalnya. Kondisi yang sangat berat tersebut tampaknya perlu

segera disikapi oleh seluruh instansi terkait agar beratnya beban sektor industri

dapat dikompensasikan dengan perbaikan infrastruktur dan iklim usaha yang

lebih kondusif.

111...222...333 PPPEEERRRDDDAAAGGG AAANNNGGGAAANNN IIINNNTTTEEERRRNNNAAA SSSIIIOOONNNAAALLL222

Dalam konsep PDB (Produk Domestik Bruto) yang dilakukan secara

nasional, komponen ekspor dan impor diartikan sebagai barang dan jasa yang

keluar dari pabean Indonesia, namun untuk penghitungan data PDRB (Produk

Domestik Regional Bruto), pengertian ekspor dan impor adalah lalu lintas barang

dan jasa yang keluar dan masuk wilayah Sumut baik antar provinsi maupun

dengan negara lain (dapat dilihat dari PDRB menurut Penggunaan).

Untuk konsep Perdagangan Internasional yang akan disajikan berikut,

pengertian ekspor dan impor adalah lalu lintas barang dan jasa yang dari dan ke

luar negeri berdasarkan data Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dan

Pemberitahuan Impor Barang (PIB).

Perkembangan kinerja Net Ekspor pada triwulan III tahun 2005

mengalami peningkatan yang cukup baik dibandingkan triwulan sebelumnya

dengan pertumbuhan sebesar 24,94% menjadi US$ 896 juta. Besarnya

pertumbuhan net ekspor tersebut didukung peningkatan pada kinerja ekspor

yang tumbuh 17,22% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi US$1.187

juga, sementara pada impor terjadi penurunan sebesar 1,47% menjadi US$ 292

juta.

Grafik 1.5 Ekspor Impor Sumatera Utara (US$ juta)

2 Sejak triwulan IV tahun 2004, terjadi perub ahan mendasar dalam proses pengolahan dan pengambilan data yang bersifat on line dengan bekerja sama antara Bank Indonesia dengan pihak Bea Cukai serta yang kemudian diolah untuk disesuaikan dengan penggolongan/klasifikasi barang menurut standar internasional

Page 37: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

Ekspor (US$ juta) 549 745 900 1.059 1.025 999 1.013 1.187

Impor (US$ juta) 165 204 218 230 231 267 296 292

Net Ekspor - Impor (US$ juta) 384 542 682 829 794 732 717 896

Pangsa Ekspor thd. PDRB (%) 18,69 24,75 32,26 34,97 33,24 30,11 31,69 35,10

IV-03 I-04 II-04 III-04 IV-04 I-05 II-05 III-05

Peningkatan kinerja ekspor bersih tersebut juga tampak dari tingginya

volume ekspor yang tumbuh 23,53% menjadi 2,16 juta ton sementara volume

impor turun 5,12% menjadi 892 juta ton.

Perbaikan kinerja ekspor pada triwulan laporan tersebut mampu

meningkatkan pangsa ekspor cukup tinggi menjadi 35,10% dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 31,69%. (Lihat Grafik 1.5).

Page 38: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

BBBOOOKKKSSS --- 111 SSSUUURRRVVVEEE III PPPEEENNNJJJUUUAAALLLAAANNN EEECCCEEERRR AAANNN TTTRRRIIIWWWUUULLLAAANNN IIIIIIIII TTTAAAHHHUUUNNN 222000000555

I. LATAR BELAKANG

Bank Indonesia sebagai Bank Sentral mempunyai tugas antara lain

menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter melalui pengendalian

likuiditas perekonomian (jumlah uang beredar) dalam rangka mencapai dan

memelihara kestabilan nilai rupiah khususnya berkenaan dengan pengendalian

inflasi. Untuk menyusun kebijakan, dibutuhkan informasi antara lain mengenai

perkembangan penawaran dan permintaan pada sektor riil.

SPE merupakan surve i berkala bersifat mikro yang ditujukan untuk

mengumpulkan informasi yang menggambarkan kecenderungan pengeluaran

masyarakat (consumption spending) melalui sisi penjualan di tingkat pengecer

(retailer). Survei ini diharapkan juga dapat digunakan untuk mengetahui indikasi

awal perkembangan sisi permintaan, khususnya terhadap barang konsumsi.

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Realisasi Nilai Penjualan Triwulan IV Tahun 2005

Tabel - 4.1 Pertumbuhan Nilai Penjualan Berdasarkan Kelompok Barang

Triwulan IV Tahun 200 5 (Rp.Juta) Jenis Barang III-05 IV-04* ? Growth (%)

Bahan Konstruksi 1.074,06 1.191,87 117,81 10,97 Suku Cadang 255,20 237,60 (17,60) (6,90) Perlengkapan Rumah Tangga 1.505,35 1.699,40 194,05 12,89 Barang Kerajinan dan Mainan 352,84 438,18 85,34 24,19 Makanan dan Tembakau 4.572,93 4.710,19 137,26 3,00 Pakaian dan Perlengkapannya 542,57 670,80 128,23 23,63 Bahan Kimia 1.373,11 1.417,71 44,60 3,25 Kelompok Bahan Bakar 6.709,85 11.096,20 4.386,35 65,37 Peralatan Tulis 663,90 613,35 (50,55) (7,61)

JUMLAH 17.049,82 22.075,30 5.025,48 29,48

Total Nilai Penjualan yang terealisasi pada bulan triwulan IV-2005 tumbuh

29,48% dari Rp.17,05 miliar pada triwulan III-2005 menjadi Rp.22,08 juta.

(Tabel 4.1).

Perkembangan nilai penjualan eceran selama triwulan IV tahun 2005

menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Kelompok barang yang mengalami kenaikan terutama terjadi pada

Page 39: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

KLUI Bahan Bakar yakni sebesar Rp.4,37 miliar dengan pertumbuhan 65,37%,

disusul Perlengkapan Rumah Tangga yakni sebesar Rp.194,05 juta dengan

pertumbuhan 12,89% dan Makanan dan Tembakau Rp.137,26 juta yang

tumbuh 3%. Tingginya kenaikan pada kelompok barang Bahan Bakar

merupakan cerminan kenaikan harga BBM yang ditetapkan pemerintah mulai 1

Oktober lalu. Sementara pada kelompok perlengkapan rumah tangga,

peningkatan yang terjadi sejalan dengan persiapan perayaan hari raya Lebaran

dan tahun baru.

2.2 Perkembangan Linked Index

Indeks berantai (Linked Indeks) adalah satuan yang menggambarkan

perbandingan nilai penjualan periode tertentu terhadap periode sebelumnya.

Indeks di atas 1 berarti terjadi peningkatan nilai penjualan dan indeks di bawah

1 berarti terhadap penurunan nilai penjualan. Perkembangan rata-rata index

berantai (Average Linked Index) pada triwulan IV-2005 sebesar 1,29, meningkat

cukup tinggi dibandingkan posisi pada triwulan III-2005 yang sebesar 0,89.

Grafik - 4.1 Perkembangan Linked Indeks Triwulanan

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

I-03 II-03 III-03 IV-03 I-04 II-04 III-04 IV-04 I-05 II-05 III-05 IV-05

Nom

inal

0,85

0,95

1,05

1,15

1,25Li

nk In

dex

NOMINAL INDEX

Page 40: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

BBBAAABBB IIIIII PPP EEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII SSSUUUMMMAAATTTEEERRRAAA UUUTTTAAARRRAAA

222...111 KKKOOONNNDDDIIISSSIII UUUMMMUUUMMM

Grafik 2.1. Inflasi Sumut dan Nasional

Menutup akhir tahun 2005, perkembangan tingkat harga secara umum

pada triwulan IV tahun 2005 jauh melampaui target perkiraan semula. Kebijakan

peme rintah untuk mengurangi subsisi BBM yang menyebabkan kenaikan harga

BBM hingga berkisar 100% ternyata memberikan dampak makro ekonomi yang

sangat besar, khususnya terhadap kebijakan moneter yang berujung pada

tingkat inflasi. Lebih lanjut, lonjakan inflasi yang berawal pada kelompok barang

perumahan,listrik, gas, air dan bahan bakar tersebut terus menggelinding seperti

bola salju menyentuh seluruh lapisan kelompok barang lainnya. Tekanan

psikologis dari kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok masyarakat tersebut

mendorong ekspektasi inflasi yang lebih besar lagi (overshooting). Pada akhirnya

dampak langsung (first round ) inflasi terus terakumulasi dan berimbas pada

seluruh kelompok barang (second round) dan mengalami lonjakan tingkat harga

yang sangat tinggi dari perkiraan awal tahun 2005.

Penyebab tingginya tekanan tingkat harga di wilayah Provinsi Sumatera

Utara dapat dikelompokkan menjadi beberapa faktor utama antara lain faktor

fundamental psikologis masyarakat terhadap tingginya ekspektasi inflasi, sebagai

realisasi kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM (administered price ),

serta kendala distribusi pasokan menghadapi pelaksanaan puasa dan hari raya

idul Fitri yang jatuh di pertengahan triwulan IV, serta persiapan menghadapi

perayaan Natal dan T ahun Baru di akhir tahun.

2%

7%

12%

17%

22%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2004 2005

SUMUT INDONESIA

2%

7%

12%

17%

22%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2004 2005

Sibolga PDS

PMS Medan

Page 41: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

Tingginya dampak langsung kenaikan harga BBM terhadap tingkat harga

tercermin pada tingkat inflasi pada bulan Oktober di Provinsi Sumatera Utara

yang mencapai 11.55%. namun lonjakan yang terjadi pada bulan Oktober

ternyata belum mampu meredam tekanan harga pada seluruh kelompok

barang. Hal tersebut tercermin pada iinflasi yang cukup tinggi pada bulan

November yakni 1,95%. Baru pada bulan Desember tekanan terhadap tingkat

harga sedikit tertahan dan mencatat deflasi sebesar 0,29%.

Dengan kondisi tersebut, hingga periode triwulan IV tahun 2005,

akumulasi inflasi regional Sumatera Utara sepanjang tahun 2005 adalah sebesar

22,41% (inflasi tahun kalender, ytd), atau jauh di atas pencapaian akumulasi

inflasi nasional yang sebesar 17,12%. Inflasi tersebut juga berada jauh di atas

pencapaian inflasi pada periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar

6,82%.

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Nasional dan Regional Sumatera Utara (%)

Wilayah Inflasi 2004 I-05 II-05 III-05 IV-05YoY 6,40 8,81 7,43 9,07 17,12 YtD 6,40 3,19 4,28 6,40 17,12

q -t -q 2,62 3,19 1,05 2,03 10,08 Monthly 1,04 1,91 0,50 0,69 (0,04)

YoY 6,82 8,94 8,25 10,76 22,41 YtD 6,82 2,98 4,90 7,94 22,41

q -t -q 2,61 2,98 1,86 2,90 13,41 Monthly 1,41 1,57 0,60 0,46 (0,29)

INDONESIA

SUMUT

Sumber : BPS, diolah

Tingginya angka inflasi Sumut selama triwulan laporan secara triwulan

(quarter to quarter, qtq)) juga tercermin dari inflasi triwulan IV yakni sebesar

13,41%, jauh di atas inflasi nasional yang sebesar 10,08%. Sementara

berdasarkan perkembangan inflasi tahunan (year on year, yoy), terlihat pada

posisi Desember bahwa pencapaian selama tahun 2005 inflasi Sumatera Utara

telah mencapai 22,41%, sangat tinggi dibandingkan inflasi nasional yang

sebesar 17,12%. (lihat grafik 2.1).

Grafik 2.2. Inflasi Triwulan an dan Tahunan Sumut

Page 42: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

1,00

(0,40)

0,29

3,301,86

2,90

13,41

2,98

0,962,61

2,51

0,57

8,2510,76

22,41

8,947,276,81

5,60 4,23

8,00

6,65

4,72

7,17

(5,00)

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

I-03 II-03 III-03 IV-03 I-04 II-04 III-04 IV-04 I-05 II-05 III-05 IV-05

q-o-q y-o-y

222...222 FFFAAAKKKTTT OOORRR---FFFAAAKKKTTTOOORRR PPPEEENNN YYYEEEBBB AAABBB IIINNNFFFLLLAAASSS III TTTRRRIIIWWWUUULLLAAANNN IIIVVV---222000000555

2.2.1. Inflasi Kelompok Barang

Dari sisi kelompok barang dan jasa, tekanan inflasi triwulanan (qtq) pada

triwulan IV terjadi terutama pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa

keuangan yakni hingga 42,89%, disusul kelompok bahan makanan 14,01%,

dan perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 9,42%. Besarnya tekanan pada

kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan terutama disebabkan

kenaikan harga pada bensin dan solar masing-masing 74,35%, 104,76%.

Kenaikan harga pada BBM tersebut langsung disikapi kenaikan tarif upah jasa

angkutan baik dalam kota maupun antar kota di bulan Oktober yang masing-

masing mencapai 61,55% dan 74,16%. Sementara untuk biaya pemeliharaan

kendaraan meskipun mengalam kena ikan relatif tidak begitu besar. Pada

kelompok bahan makanan, tekanan harga terjadi pada seluruh sub sektor bahan

makanan dimulai dari padi-padian dan hasilnya, daging segar, ikan, hingga

buah-buahan. Kondisi tersebut sejalan dengan tingginya permintaan masyarakat

terhadap makanan menjelang puncak perayaan hari besar keagamaan di akhir

tahun 2005.

Sedangkan pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar,

kenaikan BBM di bulan Oktober juga turut memukul sektor bangunan yang

mengalami kenaikan cukup tinggi sepe rti pada batu bata 18,20%, cat tembok

12,95%, kayu balokan 11,12%, pasir 12,15%, semen 8,31% hingga seng 6%.

Ongkos sewa rumah yang terus mengalami penyesuaian pada beberapa triwulan

sebelumnya relatif stabil dan hanya meningkat 0,22% pada bulan Oktober.

Kelopok barang lainnya relatif juga mengalami tekanan harga yang cukup

besar yakni pada kisaran 1,62% - 4,35%. Kelompok barang yang mengalami

Page 43: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

deflasi triwulanan hanya terjadi pada pendidikan, rekreasi dan olahraga yang

sudah memasuki siklus normal pasca tahun ajaran baru triwulan sebelumnya.

Tabel 2.2. Inflasi Kelompok Barang Sumut Triwulan an

KELOMPOK BARANG IV-04 I-05 II-05 III-05 IV-05BAHAN MAKANAN 5,76 1,58 2,32 4,50 14,01 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 1,25 2,66 1,03 2,90 4,35 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 1,59 3,04 1,81 1,86 9,42 SANDANG 4,69 0,35 0,78 3,50 3,85 KESEHATAN (0,39) 0,47 2,59 (0,08) 1,62 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 0,05 0,51 0,23 5,98 (2,18) TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0,72 9,20 2,71 0,71 42,89

Umum 2,61 2,98 1,86 2,90 13,41 Sumber : BPS, diolah

2.2.3. Sumbangan Inflasi Kelompok Barang

Berdasarkan sumbangannya, inflasi kelompok barang dapat dilihat

melalui kontribusinya selama tiga bulan periode laporan (Oktober-Desember).

Secara umum sumbangan inflasi terbesar terjadi pada bulan Oktober. Pada

bulan November, tekanan masih berlanjut dengan menyumbangkan inflasi

sebesar 1,95% dan baru pada bulan Desember terjadi penyesuaian terhadap

lonjakan inflasi di dua bulan sebelumnya dengan mencatat deflasi sebesar

0,29%.

Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Kelompok Barang Sumut Triwulan IV tahun 2005

KELOMPOK BARANG Okt-05 Nop-05 Des-05 IV-05

1. BAHAN MAKANAN 3,12 1,47 (0,58) 4,02 2. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 0,18 0,21 0,25 0,65 3. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 2,00 0,16 0,07 2,23 4. SANDANG 0,11 0,01 0,10 0,22 5. KESEHATAN 0,05 0,02 0,00 0,07 6. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 0,00 0,00 (0,12) (0,12) 7. TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 6,09 0,07 (0,01) 6,15

Umum 11,55 1,95 (0,29) 13,22

Berdasarkan kelompok barang, inflasi terbesar disumbangkan

subkelompok transportasi yakni sebesar 6,28% terhadap total inflasi triwulan IV.

Kenaikan harga BBM seperti solar, bensin dan minyak pelumas merupakan

penyumbang utama sub kelompok transportasi tersebut. Sementara kelompok

bahan makanan diwakili sub kelompok bumbu-bumbuan, ikan segar, padi-

padian, umbi-umbian dan hasilnya, daging dan hasil-hasilnya, sayur-sayuran dan

Page 44: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

buah-buahan. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

memberikan sumbangan cukup besar melalui sub kelompok bahan bakar yakni

minyak tanah, serta biaya tempat tinggal yang didorong kenaikan harga pada

bahan bangunan.

Tabel 2.4. 10 Komoditi Penyumbang Terbesar Inflasi Triwulan IV - 2005

Sumbangan

Inflasi1 TRANSPOR 6,28 Transportasi, komunikasi dan jasa keuangan2 BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 1,69 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar3 BUMBU-BUMBUAN 1,31 BAHAN MAKANAN4 IKAN SEGAR 0,87 BAHAN MAKANAN5 MAKANAN JADI 0,56 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau6 PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 0,55 BAHAN MAKANAN7 BIAYA TEMPAT TINGGAL 0,46 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar8 DAGING-DAN HASIL-HASILNYA 0,41 BAHAN MAKANAN9 SAYUR-SAYURAN 0,25 BAHAN MAKANAN

10 BUAH-BUAHAN 0,21 BAHAN MAKANAN

No. Sub Kelompok Barang Kelompok Barang

222...333 PPPEEERRRKKK EEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN HHHAAARRRGGGAAA 444 KKK OOOTTTAAA PPPEEERRR HHHIIITTTUUUNNNGGG AAANNN IIINNNFFFLLL AAASSS III

SSSUUUMMMUUUTTT

Perkembangan harga secara triwulanan di 4 kota perhitungan inflasi

Sumut masih menunjukkan pola pergerakan yang cukup sejalan. Lonjakan harga

secara umum di triwulan laporan terutama terjadi di kota Medan yakni sebesar

13,72%, disusul Sibolga 11,99%, Pematang Siantar 11,81% dan Padang

Sidempuan 11,80%.

Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Triwulanan di 4 Kota Perhitungan Inflasi Sumut Triwulan I-2004 s.d Trw. IV -2005

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

I-03 II-03 III-03 IV-03 I-04 II-04 III-04 IV-04 I-05 II-05 III-05 IV-05*

Sibolga PDS PMS Medan

Secara akumulatif, hingga posisi akhir semester IV tahun 2005, inflasi

tahun kalender (Januari-Desember) kota Medan mencatat inflasi yang tertinggi

yakni sebesar 22,91%, disusul Sibolga 22,39%, Pematang Siantar 19,67% dan

Padang Sidempuan 18,47%. (Lihat Tabel 2.5 ).

Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Nasional, Sumut dan 4 Kota Perhitungan

Inflasi Sumut Triwulan IV Tahun 2005

Page 45: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

Wilayah Inflasi 2004 I-05 II-05 III-05 IV-05YoY 6,64 8,37 6,53 12,03 22,39 YtD 6,64 3,36 3,95 9,29 22,39

q -t -q 2,52 3,36 0,57 5,14 11,99 Monthly 1,73 1,68 0,96 1,56 (0,46)

YoY 8,98 7,84 4,05 7,64 18,47 YtD 8,98 1,63 2,65 5,96 18,47

q -t -q 1,58 1,63 1,00 3,23 11,80 Monthly 0,47 0,51 0,92 1,17 (0,24)

YoY 7,30 10,24 7,13 9,83 19,67 YtD 7,30 3,63 4,19 7,03 19,67

q -t -q 2,62 3,63 0,54 2,72 11,81 Monthly 1,37 1,50 1,14 0,45 (0,54)

YoY 6,65 8,87 8,67 10,97 22,91 YtD 6,65 2,96 5,13 8,08 22,91

q -t -q 2,67 2,96 2,11 2,81 13,72 Monthly 1,45 1,63 0,50 0,38 (0,25)

MEDAN

SIBOLGA

PDS

PMS

Sumber : Bank Indonesia

Page 46: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

BBBOOOKKKSSS --- 222 SSSUUURRR VVVEEEIII KKKOOONNNSSSUUUMMMEEENNN

TTTRRRIIIWWWUUULLLAAANNN IIIVVV TTT AAAHHHUUUNNN 222000000555

III. LATAR BELAKANG Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai tugas antara lain menetap-

kan dan melaksanakan kebijakan moneter dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah baik dalam arti pengendalian inflasi maupun

nilai tukar. Untuk menyusun kebijakan, dibutuhkan informasi antara lain mengenai perkembangan permintaan dan penawaran pada sektor riil. Oleh karena itu dipandang perlu untuk membangun indikator yang mencerminkan tendensi permintaan masyarakat seperti kondisi ekonomi saat ini, ekspektasi

terhadap kondisi ekonomi dan ekspektasi terhadap harga menurut konsumen. Secara teoritis diyakini bahwa persepsi atau keyakinan dan ekspektasi

masyarakat terhadap kondisi ekonomi akan mempengaruhi perilaku konsumsi

masyarakat. Dengan memperhatikan perilaku konsumsi masyarakat maka dapat diperkirakan perkembangan perekonomian dan tekanan harga (inflasi), sehingga

akan membantu mengantisipasi sumber-sumber potensial tekanan inflasi. Indikasi terhadap keyakinan dan ekspektasi masyarakat itu lah yang diharapkan dapat diketahui melalui Survei Konsumen ini.

IV. HASIL SURVEI A. Kondisi Ekonomi

Hasil survei pada triwulan III tahun 2005 menggambarkan bahwa keyakinan konsumen terhadap kenaikan harga-harga secara umum kembali terpuruk dengan mencatat rata -rata indeks yang lebih rendah yakni sebesar 18,00

dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 19,6. Pencapaian angka indeks yang sangat rendah menunjukkan ekspektasi yang terus meningkat terhadap

kenaikan harga secara umum. Indeks tersebut juga menunjukkan angka terendah sejak triwulan II tahun 2003 yang menunjukkan tingginya tekanan ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga barang-barang dalam kurun

waktu 6 bulan ke depan. Dampak penurunan/pencabutan subsidi BBM oleh pemerintah masih menjadi pemicu utama yang mendorong ekspektasi kenaikan harga pada triwulan laporan yakni dengan jumlah responden sebesar 32,93%, kembali meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 29,59%,

disusul pelemahan kurs rupiah sebanyak 21,72%. (Tabel 3.1).

Page 47: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

No KETERANGAN II-05 III-05 % IV-05 %1 Ketersediaan barang/jasa akan berkurang 26,42 % 17,48 % 15,37 % 13,42 % 15,46 %2 Penurunan/pencabutan subsidi pemerintah 35,03 % 41,35 % 28,53 % 29,59 % 32,93 %3 Situasi keamanan/social politik menjadi tidak stabil 23,20 % 13,39 % 19,17 % 15,60 % 11,07 %4 Distribusi barang akan terganggu 6,09 % 9,10 % 9,79 % 9,14 % 8,97 %5 Suku bunga akan meningkat 11,08 % 5,67 % 8,33 % 8,70 % 9,85 %6 Kurs rupiah akan melemah (dolar akan meningkat) 20,38 % 13,00 % 18,81 % 23,55 % 21,72 %

I-05IV-04

15%

11%9%

22%

10%

33%

Ketersediaan barang/jasa akanberkurang

Penurunan/pencabutan subsidipemerintah

Situasi keamanan/social politikmenjadi tidak stabil

Distribusi barang akan terganggu

Suku bunga akan meningkat

Kurs rupiah akan melemah (dolarakan meningkat)

No Keterangan II-05 III-05 % IV-05 %1 Makanan 29,10 % 42,01 % 37,99 % 37,34 % 47,09 %2 Sandang 5,29 % 3,49 % 4,87 % 3,15 % 3,17 %3 Perumahan dan bahan bangunan 33,51 % 24,02 % 22,12 % 22,92 % 19,47 %4 Transportasi dan Komunikasi 18,84 % 19,05 % 15,45 % 15,51 % 22,43 %5 Pendidikan 13,87 % 8,47 % 9,95 % 17,40 % 5,71 %6 Lain-lain 2,33 % 2,96 % 9,63 % 3,70 % 2,11 %

I-05IV-04

6% 2%

22% 48%

Makanan SandangPerumahan dan bahan bangunan Transportasi dan KomunikasiPendidikan Lain-lain

Tabel 3.1 Alasan Ekspektasi Harga 6 bulan yad. Meningkat

Grafik 3.1 Keyakinan Konsumen

Survei terhadap kenaikan harga menunjukkan bahwa untuk 6 bulan yang

akan datang kelompok makanan diprediksi masih mengala mi kenaikan tertinggi bahkan dengan lonjakan yang cukup besar yakni dengan persentase jumlah responden sebesar 47,09%, jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang hanya sebesar 37,34%. Kelompok transportasi dan komunikasi menyusul dengan jumlah responden sebesar 22,43%, kemudian diikuti perumahan dan

bahan bangunan 19,47% (Tabel 3.2). Pemberian subsidi langsung kepada dunia pendidikan melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang baru terealisasi pada triwulan laporan turut memberikan pengaruh positif terhadap

indeks kenaikan harga kelompok tersebut yang turun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 17,40%.

Tabel 3 .2 Ekspektasi Kenaikan Harga Untuk 6 bulan yad.

Grafik 3.2 Keyakinan Konsumen

Page 48: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

Indeks I-04 II-04 III-04 IV-04 I-05 II-05 III-05 IV-05Indeks Keyakinan Konsumen 81,62 90,72 98,36 125,22 102,84 96,24 94,67 79,68 Indeks Kondisi Ekonomi 73,12 75,70 76,83 106,42 89,88 83,60 80,81 67,83 Indeks Ekspektasi Konsumen 90,11 105,74 119,89 144,02 115,80 108,89 108,54 91,54 Sumber = Survei Konsumen, Bank Indonesia

65

75

85

95

105

115

125

135

145

I-04 II-04 III-04 IV-04 I-05 II-05 III-05 IV-05

Indeks Keyakinan KonsumenIndeks Kondisi EkonomiIndeks Ekspektasi Konsumen

c

B. Indeks Keyakinan Konsumen

Tabel 3.3 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Survei konsumen untuk triwulan IV tahun 2005 yang ditunjukkan ketiga indikator utamanya yaitu Indeks Keyakinan Konsuman (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Ekonomi (IEK) kembali menunjukkan trend

menurun setelah mengalami sedikit penguatan pada triwulan III yang lalu. (Tabel 3.3). Kondisi tersebut menunjukkan kontinuitas penurunan sejak titik balik yang terjadi pada triwulan IV tahun 2004 lalu. Penurunan yang relatif proporsional pada ketiga indikator tersebut juga menunjukkan bahwa turunnya keyakinan

masyarakat terjadi tidak hanya pada sektor moneter (harga), namun juga kontraksi ekonomi di sektor riil (output dan pendapatan).

Grafik 3.3 Keyakinan Konsumen

Dari Grafik 3.3 terlihat secara tahunan perkembangan ekspektasi

konsumen mengalami perubahan yang mendasar. Pada tahun 2004 yang lalu trend yang terjadi bergerak positif yang dipicu oleh stabilitas ekonomi makro

nasional. Trend yang positif tersebut mencapai puncaknya pada akhir tahun yang ditandai euphoria masyarakat pasca keberhasilan pemilu legislatif dan eksekutif. Sedangkan pada tahun 2005 trend yang terjadi terus bergerak

Page 49: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

menurun hingga terpuruk pada akhir 2005. trend penurunan tersebut berawal

dengan terjadinya tragedi kemanusiaan di Provinsi Banda Aceh dan semakin diperkuat oleh volatilitas ekonomi moneter yang puncaknya disebabkan gejolak harga minyak dunia dan pengurangan subsidi BBM oleh pemerintah.

Page 50: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN

3.1 PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1.1 Perkembangan Bank Umum

Indikator utama keuangan Bank Umum di Sumatera Utara hingga

triwulan IV tahun 2005 dibandingkan tahun 2004 pada umumnya menunjukan

perkembangan yang menggembirakan tercermin dari laju pertumbuhan Asset

sebesar 16,52%. Laju pertumbuhan Asset tersebut terutama disebabkan

peningkatan kegiatan penghimpunan dana yang tercermin dari laju

pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 11,70% dan pertumbuhan

laba yang mencatat sebesar 53,25%. Sejalan dengan peningkatan asset

maka kegiatan penyaluran kredit juga menunjukan peningkatan yang cukup

ekspansif yaitu mencatat pertumbuhan sebesar 28,19%. Perkembangan

indikator bank umum dalam 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.1 sbb:

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Utama Bank Umum Sumut (Triliun Rp)

Growth (%) 2005 2005 Uraian 2003 2004 I II III IV 2004 I II III IV

Asset

44.26

51.12

51.94

54.67

58.98

59.56 15.50 1.61 6.94 15.38 16.52

Kredit

19.79

26.25

27.59

30.34

31.89

33.65 32.68 5.12 15.57 21.49 28.19

DPK

40.01

45.20

45.01

46.44

47.57

50.48 12.97 -0.41 2.75 5.26 11.70

Laba

1.44

2.03

1.45

1.96

2.91

3.11 41.05 -

28.40 -3.23 43.52 53.25 Sumber: LBU Bank Indonesia

Trend perkembangan indikator bank umum dalam 3 tahun terakhir

dapat dilihat pada Grafik 3.1, sbb:

Grafik 3.1 Perkembangan Indikator Bank Umum (Triliun Rp)

Page 51: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

0

10

2 0

3 0

4 0

50

6 0

I II III IV

2 0 0 3 2 0 0 4 2005

Grafik 3.1 Perkembangan Indikator Keuangan Bank Umum

Asset Kredit DPK Laba

3.1.1.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dilihat dari penghimpunan dana maka pada triwulan IV tahun 2005

DPK mengalami pertumbuhan sebesar 11,70%. Pertumbuhan tersebut

terutama disebabkan pertumbuhan deposito dan giro sedangkan tabungan

mengalami penurunan. Perkembangan indikator penghimpunan dana pihak

ketiga bank umum dalam 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.2 sbb:

Tabel 3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum (Triliun Rp)

Growth (%) 2005 2005 Uraian 2003 2004 I II III IV 2004 I II III IV

Giro 7.56 8.21 8.06 8.68 8.77 9.31 8.63 -1.80 5.71 6.79 13.39

Tabungan 15.76 18.91 18.70 18.61 18.75 17.60 19.97 -1.09 -1.57 -0.85 -6.92

Deposito 16.69 18.08 18.25 19.15 20.06 23.58 8.33 0.94 5.93 10.96 30.41

Jumlah 40.01 45.20 45.01 46.44 47.57 50.48 12.97 -0.41 2.75 5.26 11.70

Sumber : LBU Bank Indonesia

Trend perkembangan indikator bank umum dalam 3 tahun terakhir

dapat dilihat pada Grafik 3.2, sbb:

Grafik 3.2 Perkembangan DPK Bank Umum (Triliun Rp)

Page 52: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

Tri

liun

Rp

I II III IV

2003 2004 2005

Grafik 3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum

Giro Tabungan Deposito

3.1.1.3 Penempatan Dana

Penempatan dana perbankan di wilayah Sumatera Utara sebagian

besar masih berupa penempatan pada kredit sedangkan penempatan dana

pada aktiva produktif lain seperti penempatan antar bank, penempatan pada

surat berharga dan penyertaan masih relatif kecil. Adapun perkembangan

pangsa penempatan dana perbankan pada komponen aktiva produktif dapat

lihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Perkembangan Pangsa Penempatan Dana Bank Umum (Nominal dalam Triliun)

Nominal Pangsa

Aktiva Produktif 2003 2004 2005 2003 2004 2005

Antarbank Aktiva 0.74 0.68 0.65 3.56 2.52 1.87 Surat-Surat Berharga 0.37 0.12 0.35 1.78 0.46 1.01

Kredit Yg Diberikan 19.79 26.25 33.65 94.66 97.02 97.12 Penyertaan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Jumlah 20.90 27.06 34.65 100.00 100.00 100.00

Berdasarkan data diatas maka dari aspek penempatan dana

perbankan maka sebagian besar kegiatan penempatan dana masih

didominasi oleh sektor pemberian kredit sedangkan sektor lainnya masih

relatif rendah. Belum meratanya penempatan dana tersebut dapat membawa

risiko yang cukup besar bagi kinerja perbankan secara keseluruhan.

3.1.1.4 Perkembangan Kredit

Perkembangan kredit pada triwulan IV tahun 2005 dibandingkan

dengan tahun 2004 menunjukan pertumbuhan yang cukup berarti yaitu

Page 53: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

tumbuh sebesar 28,19%. Dilihat dari pangsa kredit menurut jenis

penggunaannya maka sebagian besar penggunaan kredit masih berupa

kredit KMK, kemudian diikuti kredit konsumsi dan kredit investasi. Dilihat dari

laju pertumbuhan kredit menurut jenis penggunaan maka laju pertumbuhan

kredit konsumsi tampaknya lebih tinggi dibandingkan dengan jenis KMK dan

KI.. Perkembangan Kredit menurut jenis penggunaan dapat dilihat pada tabel

3.5.

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan (Triliun Rp)

Growth (%) 2005 2005 Uraian 2003 2004 I II III IV 2004 I II III IV

Mod Kerja

12.54

15.35

15.95

17.56

18.28

19.32 22.39 3.88 14.35 19.03 25.82

Investasi

4.10

5.25

5.71

6.05

6.29

6.47 27.94 8.70 15.17 19.83 23.18

Konsums i

3.14

5.65

5.94

6.73

7.32

7.86 80.04 5.15 19.26 29.71 39.28

Jumlah

19.79

26.25

27.59

30.34

31.89

33.65 32.68 5.12 15.57 21.49 28.19

Selanjutnya apabila dilihat penyaluran kredit menurut sektor ekonomi

maka sebagian besar penyaluran kredit diberikan untuk pembiayaan sektor

industri pengolahan, perdagangan dan pertanian.

Tabel 3.6 Pertumbuhan & Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi (Triliun Rp)

2004 2005 Growth Sektor Ekonomi Nominal Pangsa Nominal Pangsa 2004 2005

Pertanian 3.69 14.00 4.23 12.56 0.54 14.53 Pertambangan 0.01 0.00 0.00 0.01 -0.01 -57.42 Industri Pengolahan 7.23 27.50 9.62 28.58 2.39 33.02 Listrik Gas dan Air 0.01 0.00 0.01 0.02 0.00 -47.83 Konstruksi 0.92 3.50 1.23 3.66 0.31 33.92 Perdag, Restoran, Htl 6.26 23.80 8.28 24.61 2.02 32.29 Pengang, Pergud. & Kom. 0.47 1.80 0.67 2.00 0.20 43.29 Jasa Dunia Usaha 1.65 6.30 1.44 4.27 -0.21 -12.89 Jasa Sosial Masy. 0.46 1.70 0.48 1.41 0.02 3.35 Lainnya 5.55 21.20 7.70 22.88 2.15 38.70 Total 26.25 100.00 33.65 100.00 7.40 28.19 Sumber : LBU Bank Indonesia

Disamping itu, apabila dilihat dari pertumbuhan kredit menurut sektor

maka sektor pengangkutan, pergudangan dan komunikasi mengalami

pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 43,29%, kemudian diikuti sektor

Page 54: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

konstruksi dan industri pengolahan masing-masing sebesar 33,92% dan

33,02%.

3.1.1.5 Perkembangan Non Performing Loan (NPL)

Perkembangan kredit NPL menurut sektor ekonomi tercermin pada

tabel 3.7. berdasarkan tabel tersebut tampak pertumbuhan NPL bank umum

sampai dengan triwulan IV tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2004

mencatat pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu sebesar 298,32%. Sektor

yang memberikan sumbangan NPL terbesar yaitu sektor industri dan sektor

pertanian. Disamping itu dilihat dari pertumbuhannya, maka sektor industri

dan pertanian dan jasa kemasyarakat mencatat laju pertumbuhan NPL yang

tertinggi. Penyebab tingginya NPL tersebut terutama disebabkan semakin

bertambahnya jumlah kredit bermasalah yang tergolong diragukan dan

macet. Walaupun laju pertumbuhan NPL tersebut cukup tinggi, namun

kecenderung selama tahun 2005 tampaknya akan semakin menurun.

Tabel 3.7 Perkembangan NPL Per Sektor Ekonomi Bank Umum

(Triliun Rp) Growth 2005 2005 Sektor Usaha 2003 2004 I II III IV 2004 I II III IV Pertanian 0.50 0.13 0.41 0.69 0.91 0.56 -74.25 218.34 437.34 612.90 339.22

Pertambangan 0.00 0.00 - - - - -98.61 -100.0 -100.00 -100.0 -100.0

Industri 0.32 0.42 0.39 2.04 2.21 2.00 32.78 -8.75 382.38 421.45 372.11

Listrik, Gas & Air - - - - - - - - - - -

Konstruksi 0.03 0.04 0.04 0.14 0.17 0.11 28.64 5.13 271.41 346.46 195.26

Perdagangan 0.09 0.09 0.11 0.14 0.18 0.20 8.98 17.48 48.50 90.66 116.15

Angkutan 0.02 0.01 0.01 0.03 0.01 0.01 -27.57 -0.67 148.81 -6.36 17.69

Jasa Dunia Usaha 0.01 0.01 0.02 0.20 0.07 0.06 69.65 14.78 1241.02 364.78 294.61

Jasa Kemasyarakatan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.02 60.86 -19.80 19.29 312.03 609.02

Lainnya 0.05 0.08 0.10 0.11 0.14 0.18 45.38 28.85 47.56 74.96 133.51

Total 1.01 0.79 1.07 3.36 3.69 3.15 -21.98 36.11 324.91 367.73 298.32

Sumber : LBU Bank Indonesia

3.1.1.6 Perkembangan Kredit Usaha Kecil (KUK) dan Menengah (UMKM)

Sampai dengan posisi triwulan IV tahun 2005, pangsa Kredit usaha

kecil (KUK) terhadap jumlah kredit keseluruhan tercatat sebesar Rp3,26

triliyun atau 9,45% dari total kredit yang diberikan.. Apabila dibandingkan

Page 55: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

dengan triwulan sama tahun sebelumnya tampak pembiayaan sektor KUK

cenderung mengalami penurunan sebesar 31,19% selama tahun 2005.

Selanjutnya untuk pangsa UMKM terhadap seluruh total kredit tercatat

sebesar 40,17% atau Rp13,87 triliyun. Dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya pada tahun yang sama maka pangsa UMKM tampaknya sedekit

mengalami pelambatan pertumbuhan yaitu semula sebesar 34% pada tahun

2004 turun menjadi 25,40% selama tahun 2005. Perkembangan UMKM

dapat dilihat pada Tabel 3.8, sbb:

Tabel 3.8 Perkembangan KUK dan UMKM Bank Umum (Nominal dlm Triliun Rp)

2005 KUK/UMKM 2004 I II III IV

A. KUK a. Nominal 4.74 4.42 4.68 4.77 3.26 b. Pangsa (%) 18.06 16.01 15.42 14.96 9.45 c. Pertumbuhan (%) 59 -6.75 -1.27 0.63 -31.19 B. UMKM a. Nominal 11.06 11.72 12.64 13.16 13.87 b. Pangsa (%) 41.02 41.23 40.49 40.11 40.17 c. Pertumbuhan (%) 34 5.97 14.29 18.99 25.40

3.1.1.8 Rasio Keuangan Bank Umum

Pada umumnya perkembangan rasio keuangan bank umum sampai

dengan triwulan IV tahun 2005 menunjukan perkembangan yang

menggembirakan kecuali perkembangan NPL dan NIM yang cenderung

menurun. Perkembangan rasio keuangan bank umum dapat dilihat pada tabel

3.10, sbb:

Tabel 3.10 Perkembangan Rasio Keuangan Bank Umum (Persentase)

2004 2005 RASIO 2003 I II III IV I II III IV

ROA 3.3 3.0 3.9 4.6 4.0 2.8 3.6 5.2 5.2 BOPO 119.9 131.8 98.7 101.4 99.1 85.1 95.3 100.8 96.8 NIM 2.0 1.4 3.0 4.5 5.7 1.5 2.9 3.7 4.8

Page 56: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

Likwiditas 4.7 5.2 6.1 6.1 5.3 4.1 5.2 4.9 4.7 LDR 49.5 50.8 54.0 56.1 58.1 61.3 65.3 67.0 66,65 NPL Neto 3.8 3.3 2.9 2.9 1.4 2.0 7.8 7.3 5.5

Sumber : diolah dari LBU

3.1.2 Perkembangan Bank Umum Syariah

Sampai dengan triwulan IV tahun 2005 Indikator keuangan bank umum

syariah yang tercermin dari pertumbuhan Asset, Kredit, DPK dan laba/rugi

apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2004 pada

umumnya cenderung tumbuh positif. Namun apabila dibandingkan dengan

pertumbuhan tahun 2004 tampaknya indikator perbankan syariah secara

keseluruhan cenderung mengalami penurunan pertumbuhan yang cukup

signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.12, sbb:

Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Utama Bank Umum Syariah (Triliun Rp) 2005 Growth 2005

Uraian 2003 2004 I II III IV Growth

2004 I II III IV

Asset 0.31 0.97

1.05

1.09

1.10

1.21

212.90

8.82

12.68

14.10 24.74

Kredit 0.28 1.00

1.07

1.14

1.18

1.23

257.14

6.46

14.15

18.07 23.00

DPK 0.29 0.59

0.67

0.71

0.70

0.64

103.45

13.58

20.64

20.24 8.47

Laba/Rugi 0.01 0.04

0.02

0.03

0.04

0.05

300.00

(54.56)

(7.97)

14.85 25.00 Sumber : Diolah dari LBUS Bank Indonesia

3.1.3 Perkembangan BPR/BPRS

Dibandingkan dengan tahun 2004 maka pertumbuhan asset, kredit,

DPK dan laba BPR/BPRS pada tahun 2005 menunjukan perkembangan

yang menggembirakan. Namun demikian apabila dibandingkan dengan tahun

2004 tampaknya kinerja BPR/BPRS cenderung menurun.

Tabel 3.14 Perkembangan BPR/BPRS

(Miliar Rp) 2004 2005 Growth (%) Indikator 2003 I II III IV I II III IV 2004 2005

Asset 197.7 243.6 263.8 282.9 298 320 369.4 326.2 364.3 50.7 22.2 Kredit 147.1 189.5 207 219.1 227.4 235.9 273.8 249.4 279.8 54.5 23.0 DPK 139.8 191.2 207.2 212.2 223.9 242.2 277.7 242.1 270.7 60.1 20.9

Page 57: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

Laba 6.8 7.6 10.7 13.1 14.5 10.4 10.6 11.9 11.1 113.2 -

23.4 Sumber : LBPR 333...222 PPPEEERRRKKKEEEMMMBBB AAANNNGGGAAANNN SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRR AAANNN

333...222...111 KKKeeegggiiiaaatttaaannn PPPeeerrrkkkaaasssaaannn

Tabel 3.12 Perkembangan Cah Flow dan PTTB

Periode Inflow Outflow Net

Flow PTTB

I

4,363

3,368

994

1,220

II

3,731

4,004

(273)

2,102

III

3,944

4,005

(61)

2,023

2004 IV

4,735

4,878

(143)

1,708

I

4,669

3,725

944

1,379

II

4,207

3,980

227

1,809

III

4,680

4,652

28

1,211

2005 IV

5,682

5,371

310

714

Sumber : Bank Indonesia Perkembangan tran saksi tunai pada triwulan IV-2005 di Sumatera Utara menunjukkan kondisi aliran uang masuk (inflow) yang lebih besar dibandingkan aliran uang keluar (outflow) sehingga secara total, terjadi aliran uang keluar (net inflow ) sebesar Rp.714 miliar. Besarnya aliran uang yang masuk menunjukkan turunnya kebutuhan akan uang kartal selama triwulan laporan pasca perayaan hari raya keagamaan dan Tahun Baru 2005. (lihat tabel 3.12)

Page 58: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

Perkembangan Cash Flow

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

I II III IV I II III IV

2004 2005

Inflow Outflow

Perkembangan aliran kas pada periode yang sama 2 tahun terakhir terus menunjukkan trend yang meningkat, meskipun tidak mengalami lonjakan yang signifikan. Kenaikan net inflow pada triwulan IV tahun 2005 diperkirakan terjadi akibat kenaikan pada dana yang berhasil di himpun di masyarakat yang menunjukan pertumbuhan yang positif hingga triwulan laporan.

333...222...222 KKKeeegggiiiaaatttaaannn KKKllliiirrriiinnnggg Lalu lintas pembayaran melalui kliring di wilayah Sumut pada triwulan IV tahun 2005 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp22,3 triliun meningkat menjadi Rp29,4 triliun. Begitu pula dengan jumlah warkat yang ditransaksikan rata-rata perbulannya meningkat dari 1.38 juta lembar pada triwulan III tahun 2005 menjadi 1,79 juta lembar pada triwulan IV tahun 2005.

Perkembangan Kegiatan Kliring

-5,000

10,00015,00020,00025,00030,00035,000

I II III IV I II III IV

2004 2005

-

500

1,000

1,500

2,000

Kliring (lbr) Kliring (nom)

Page 59: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

BBBAAABBB IIIVVV

PPPRRROOOSSSPPPEEEKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN DDDAAAEEERRRAAAHHH DDDAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII

Berbagai permasalahan ekonomi nasional baik secara internal maupun

eksternal sepanjang tahun 2005 turut memberikan tekanan yang cukup besar

terhadap keberlangsungan aktivitas ekonomi Provinsi Sumut. Pada sisi moneter,

tingkat inflasi yang mencapai 22,41% di Provinsi Sumut cukup menggambarkan

bagaimana tekanan yang terjadi dari sisi moneter. Kondisi tersebut juga

diperkuat pelemahan rupiah yang terjadi sepanjang tahun dan baru berangsur-

angsur menguat di paruh akhir triwulan IV tahun 2005.

Dari sisi pertumbuhan ekonomi, asumsi pertumbuhan yang cukup tinggi

dengan harapan terjadinya akselerasi pembangunan ternyata mengalami

perlambatan. Ekspektasi yang cukup baik terkait dengan keberhasilan

pelaksanaan Pemilihan Umum tahun 2004 baik untuk Legislatif maupun

Eksekutif telah menimbulkan harapan bahwa tahun 2005 dapat menjadi titik

awal pertumbuhan yang berkelanjutan. Namun momentum pertumbuhan yang

diharapkan dapat terjadi ternyata terbentur berbagai permasalahan sosial

ekonomi. Bencana kemanusiaan yang terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam dan berbagai bencana lainnya telah menimbulkan nestapa yang

mendalam bagi bangsa Indonesia dan secara langsung telah menarik atensi

seluruh pihak, khususnya pemerintah Indonesia yang tentunya menambah

agenda tertentu di luar kondisi normal.

Dari sisi eksternal, penguatan mata uang Dollar Amerika Serikat dan

lonjakan harga minyak dunia merupakan dua hal utama yang telah memberikan

dampak besar bagi perekonomian dunia pada umumnya dan Indonesia pada

khususnya. Lonjakan harga minyak dunia yang sangat tinggi telah menimbulkan

tekanan yang luar biasa terhadap keuangan pemerintah sebagai kompensasi

subsidi BBM, sementara pelemahan rupiah telah menimbulkan ketidakpastian

yang tinggi terhadap dunia usaha dan menyebabkan penyesuaian harga barang-

barang impor yang sangat memberatkan ekonomi nasional dan regional.

Berbagai permasalahan tersebut pada akhirnya terakumulasi dan

menimbulkan ekspektasi psikologis yang cukup menghawatirkan tercermin dari

Page 60: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

tekanan dari sisi harga dan produksi hingga mencapai puncaknya pada bulan

Oktober. Pada bulan November, kontraksi inflasi yang diharapkan terjadi sebagai

penyesuaian lonjakan inflasi pada bulan sebelumnya ternyata belum dapat

terwujud dengan kembali mencatat inflasi di Provinsi Sumut sebesar 1,95%.

Berbagai permasalahan mendasar yang melingkupi ekonomi nasional dan

regional menjadikan tahun 2006 sebagai tahun yang sangat krusial dalam

membangun kembali stabilitas ekonomi moneter yang sempat terpuruk pada

tahun 2005. Pada sektor riil, kondisi yang sangat berat merupakan tantangan

yang harus dihadapi dimulai dari bagaimana meningkatkan kemampuan daya

beli masyarakat sekaligus mendorong penyerapan tenaga kerja yang pada

akhirnya bermuara pada pengentasan kemiskinan.

Prospek perekonomian Sumut pada periode awal tahun 2006 mendatang

diperkirakan mengalami pertumbuhan yang moderat. Proyek pembangunan fisik

yang tertunda pada tahun 2005 akan mendorong pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Sumatera Utara. Dari sisi keuangan pemerintah, kebijakan mempercepat

Daftar Isian Proyek untuk merealisasikan anggaran keuangan pemerintah daerah

akan turut mempercepat pembangunan fisik. Produktivitas Sektor bangunan

juga akan semakin meningkat mengingat proses rehabilitasi dan rekonstruksi

Nias dan Aceh akan terus dipacu untuk mengejar pencapaian realisasi

pembangunan yang rendah sepanjang tahun 2005. Kendala utama yang masih

menghadang di depan mata adalah proses penyesuaian tingkat harga yang

masih akan terus berjalan. Sektor industri relatif masih berkutat dengan upaya

menekan biaya produksi sehingga nilai tambah produksi ekonomi yang

dihasilkan tetap tidak akan mampu menyerap tenaga kerja secara optimal.

Menginjak triwulan pertama tahun 2006 ke depan, perkembangan

tingkat harga masih berpotensi mengalami tekanan, sementara dari sisi

pertumbuhan ekonomi siklus panen pertanian yang umumnya terjadi pada

triwulan I diharapkan dapat mendorong aktivitas ekonomi yang lebih tinggi.

Tekanan harga pada triwulan I diperkirakan berpotensi untuk terjadi karena

beberapa hal, antara lain pelaksanaan Bantuan Tunai Langsung Tahap II yang

berlangsung selama bulan Januari, rencana kenaikan gaji PNS hingga 15%,

realisasi anggaran keuangan pemerintah daerah serta imbas baik secara

langsung maupun efek lanjutan dari tingginya konsumsi masyarakat pada

perayaan Natal dan Tahun baru.

Page 61: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

Dari sisi perbankan, konsentrasi lebih akan tercurah pada upaya

pemenuhan standardisasi operasional bank yang sesuai dengan ketentuan

perbankan dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia. Penguatan

kesehatan bank dan upaya meminimalisir risiko akan terus dilakukan sementara

tekanan suku bunga yang relatif tinggi diharapkan tidak sampai memberatkan

dunia perbankan dalam penyaluran kredit kepada masyarakat. Pada triwulan ke

depan, industri perbankan diperkirakan masih melakukan konsolidasi internal

untuk melakukan langkah yang paling tepat dalam merespon tingkat suku

bunga dan kondisi ekonomi yang terjadi.

Page 62: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

LLL AAA MMM PPP III RRR AAA NNN

Page 63: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran

HHHaaalllaaammmaaannn iiinnniii ssseeennngggaaajjjaaa dddiiikkkooosssooonnngggkkkaaannn

TTThhhiiisss pppaaagggeee iiisss iiinnnttteeennntttiiiooonnnaaallllllyyy bbblllaaannnkkk

Page 64: LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH … · memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran