laporan perancangan proses
DESCRIPTION
Perancangan ProsesTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
Kegiatan perancangan proses sebagai salah satu bagian dari manajemen
produksi sangat menentukan bagaimana suatu produksi berjalan. Tujuan dari
perancangan proses harus tegas, jelas dan mudah dimengerti. Seringkali
perancangan harus mengalami perubahan, oleh karena itu perancangan harus
besifat luwes dan terbuka untuk dapat dirubah bila diperlukan. Sifat luwes ini
mengakibatkan pelaksanaan kegiatannya harus dimonitor dan dikendalikan terus
menerus yang disesuaikan dengan kondisi yang ada namun perperancangan harus
tetap pada tujuan yang ditetapkan (Rosnani, 2007).
Perancangan juga merupakan fungsi pemilihan langkah-langkah apa yang
harus dilakukan, siapa yang melakukan dan kapan aktivitasnya dilaksanakan.
Banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhinya maka perancangan harus dibuat
ketat namun tidak kaku, artinya dapat dirubah sewaktu-waktu. Perancangan
berawal dari suatu hasil pemikiran yang rasional dimana di dalamnya terdapat
dugaan/perkiraan, perhitungan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai pada
masa yang akan datang (Rosnani, 2007). Selain suatu perancangan harus
memiliki tujuan yang jelas dan mudah dimengerti, maka perancangan harus
terukur dan mempunyai standar tertentu.
Perancangan bisa juga dianggap sebagai tahap persiapan / tindakan
pendahuluan sehingga dapat mulai dipikirkan penyimpangan yang mungkin
terjadi. Perancangan proses adalah salah satu dari berbagai macam bentuk suatu
kegiatan pendahuluan atas proses produksi yang akan dilaksanakan dalam usaha
mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan.
Perancangan proses sangat erat kaitannya dengan pengendalian persediaan
sehingga sebagian besar perusahaan pangan menempatkan fungsi perancangan
dan pengendalian persediaan dalam satu kesatuan. Ditinjau dari bentuk industri,
perancangan proses suatu perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya
terdapat perbedaan. Banyak hal yang menyebabkan perbedaan tersebut, bahkan
pada perusahaan yang sejenis (Lakitan, 2012).
Tahap – tahap perancangan proses yaitu pembuatan diagram proses
pembuatan, teknologi proses produksi, peta produksi dan rute produksi. Agar
masing-masing fungsi yang terdapat dalam sistem perancangan dan bagian terkait
dengan proses dapat menjalankan kerja, maka seharusnya dibuat beberapa
alternatif dalam menjalankan proses. Hal ini bertujuan dapat memaksimalkan
hasil produksi.
Didalam usaha mencapai tujuan perancangan terdapat berbagai macam
permasalahan sesuai dengan proses yang akan dilaksanakan, kemudian
dirumuskan bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan secara efektif dan efisien
serta bagaimana cara pengendaliannya. Keberhasilan dalam membuat
perancangan proses dan pencapaiannya tidak hanya tergantung pada organisasi
bagian perancangan itu sendiri, melainkan sangat tergantung pada struktur
organisasi secara keseluruhan dan sistem yang diterapkan.
Kegagalan dapat terjadi akibat kesalahan dalam penggunaan sistem
informasi tidak efektif, bahkan sering terjadi kesalahan dalam pengambilan
keputusan akibat tidak memahami informasi yang ditampilkan oleh sistem
informasi yang tersedia. Kelancaran proses produksi ditentukan oleh tingkat
kematangan penjadwalan produksi (Rosnani, 2007). Didalam menyusun
perancangan harus memperhatikan berbagai elemen dari berbagai bagian sehingga
sangat memerlukan sistem yang terintegrasi dan harus didukung dengan fasilitas
yang memadai.
Perancangan proses sangat tergantung pada kapasitas, jenis perusahaan,
sumberdaya dan jenis produksi yang dikerjakan. Berdasarkan hal tersebut
perusahaan yang mengerjakan order yang terputus-pustus berdasarkan permintaan
pelanggan yang pemenuhannya pada waktu yang akan datang, tingkat kesulitan
dalam menyusun perancangan jauh lebih sulit dibanding perusahaan yang
mengerjakan produksi kontinyu (Anonim, 2013).
Pada dasarnya perancangan proses merupakan suatu proses penetapan
tingkat output/kapasitas produksi secara keseluruhan guna memenuhi tingkat
permintaan yang diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan tujuan
meminimalkan total biaya produksi.
II. PERANCANGAN PROSES
2.1 Teknologi Proses Produksi
Produksi dalam pengertian sederhana adalah keseluruhan proses dan
operasi yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Proses produksi
sangat ditentukan oleh kondisi mesin – mesin produksi untuk melakukan
fungsinya (Lakitan, 2012). Kerusakan salah satu mesin pada produksi dapat
menyebabkan terhentinya proses produksi dan hasilnya dibawah kapasitas. Dalam
hal ini, proses maintenance memegang peranan yang sangat penting dalam
menunjang availabilitas dari mesin-mesin produksi. Buruknya management
maintenance akan menurunkan lifetime mesin hingga mengalami kerusakan.
Teknologi produksi merupakan alat dan cara yang digunakan manusia
untuk menghasilkan barang atau jasa. Masyarakat pada masa lalu sudah dapat
memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan mereka, namun
teknologi yang digunakannya masih sangat sederhana (Lakitan, 2012).
Penggunaan alat sederhana memerlukan tenaga besar dan hasilnya pun terbatas.
Ketika ilmu pengetahuan berkembang maka berkembang pula teknologi. Alat-alat
yang memudahkan pekerjaan manusia banyak ditemukan. Alat-alat tersebut
sangat membantu dalam menyelesaikan pekerjaan manusia. Teknologi di bidang
penyediaan pangan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Khusus di
negara-negara maju, seperti AS, Canada, Inggris, Australia, dan lain-lain.
Peralatan yang serba modern tersebut semua aktifitas produksi bisa
dirampungkan relatif cepat, efektif dengan hasil output yang maksimal. Didalam
industri pangan, perkembangan teknologi pada mesin produksi saat ini
memungkinkan untuk membuat produk beraneka ragam yang masing-masing
dapat di seting atau di atur dalam jumlah yang banyak (massal). Keberadaan
manusia tetap dibutuhkan sebagai fungsi kontrol (Anonim, 2013). Secanggih
apapun perangkat komputerisasi mesin, manusia adalah operator utama yang
memegang peran inti. Seseorang harus menguasai terlebih dahulu disiplin ilmu
dalam hal ini adalah teknik mesin sebelum terjun mengoperasikan mesin.
Teknologi yang lebih bersahabat dalam persepsi petani dan pelaku
produksi pangan lainnya adalah teknologi yang secara teknis mudah dioperasikan
dan secara ekonomis lebih menguntungkan dibandingkan dengan cara tradisional.
Faktor penyebab kegagalan dalam introduksi teknologi pertanian/pangan yang
paling umum adalah bukan karena kendala teknis, tetapi sering disebabkan karena
biaya operasionalnya yang tinggi sehingga tidak menguntungkan bagi petani.
Harga komoditas pangan yang rendah menjadi tantangan berat bagi para
pengembang teknologi untuk menghasilkan teknologi yang sesuai bagi petani atau
pengguna primer teknologi pertanian/pangan lainnya. Tantangannya adalah
menciptakan teknologi yang lebih efisien, tidak menyebabkan ongkos produksi
lebih mahal dibandingkan dengan cara-cara tradisional yang telah diterapkan, dan
menjamin peningkatan keuntungan bagi pengguna primer yang mengadopsinya
(Lakitan, 2012).
2.2. Peta Produksi
Proses secara umum didefinisikan sebagai gambar grafik yang
menjelaskan setiap operasi yang terjadi dalam proses manufacturing. Peta proses
yang paling sederhana adalah block diagram yang menggambarkan struktur proses
yang harus dilalui didalam operasi kerja pembuatan suatu jenis produk. Jumlah
dari tahapan proses yang harus dilalui akan bergantung pada kompleks tidaknya
desain produk dibuat dari pemakaian block diagram ini.
Penggunaan block diagram ini merupakan bentuk peta proses sederhana
yang dibuat untuk menganalisa tahapan proses yang harus dilalui dalam
pelaksanaan operasi manufacturing suatu produk secara analitis dan logis. Ada 3
model peta proses lain sebagai alat untuk menganalisa proses produksi dan juga
berguna dalam perencanaan tata letak pabrik.
a. Peta Proses Operasi
Dikenal sebagai operation process chart. Peta ini akan menunjukkan
langkah-langkah secara kronologis dari semua operasi inspeksi, waktu longgar,
dan bahan baku yang digunakan di dalam satu proses manufacturing yaitu mulai
datangnya bahan baku sampai ke proses pembungkusan (packaging) dari produk
jadi yang dihasilkan. Peta ini akan melukiskan peta operasi dari seluruh bahan
baku dan bahan penolong.
Prinsip Pembuatan Peta Proses Operasi
1. Baris paling atas dinyatakan kepalanya “Peta Proses Operasi “ yang diikuti
oleh identifikasi lain seperti : nama, obyek, nama pembuat peta dll.
2. Material yang akan diproses diletakkan di atas garis horisontal, yang
menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses
3. Lambang ditempatkan dalam arah vertikal, menunjukkan terjadinya
perubahan proses
4. Penomoran terhadap sesuatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan
sesuai dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk
tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi
5. Penomoran terhadap sesuatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara
tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi,
dst.
Gambar 1. Simbol Standar Menggambarkan Jenis Aktivitas(sumber: anonim, 2011)
Manfaat dari pembuatan peta proses operasi ini yaitu antara lain seperti
diketahuinya;
Data kebutuhan jenis proses operasi/ inspeksi macam dan spesifikasi mesin
atau fasilitas bahan baku dengan memperhitungkan efisiensi pada setiap
elemen operasi kerja
Pola tata letak fasilitas dan aliran pemindahan bahannya
Alternatif-alternatif perbaikan prosedur dan data kerja yang sedang dipakai
Pertama pada baris paling atas perlu dituliskan peta proses operasi dan
seterusnya tulis semua identifikasi kerja lainnya.
Nama dan spesifikasi material yang akan diproses diletakkan di atas garis
horizontal yang menunjukkan bahwa material tersebut masuk dalam operasi
kerja.
Lambing atau symbol ASME – khususnya symbol operasi atau inspeksi -
ditetapkan dalam arah secara berurutan yang menunjukkan terjadinya
perubahan proses untuk setiap simbolnya
Penomoran terhadap kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai
dengan urutan operasi yang dilakukan untuk pembuatan produk tersebut .
Agar diperoleh gambit peta prose yang bauk, maka produk yang paling
banyak memerlukan langkah-langkah proses operasi harus dipetakan terlebih
dahulu dan digambar.
b. Peta Aliran Proses
Peta ini akan melukiskan aktivitas proses produksi secara lebih detail
dibandingkan dengan peta proses operasi seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Sebagai tambahan dari pada penggambaran yang terdapat pada peta
proses operasi maka pada peta aliran proses semua aktivitas produksi dan gerakan
perpindahan bahan yang harus dilakukan dalam proses produksi dari suatu stasiun
kerja ke stasiun kerja yang lain dalam pabrik akan digambarkan dengan lebih jelas
dan detail. Ada tiga tambahan symbol yang dipakai dalam pembuatan peta aliran
proses transportasi atau pemindahan bahan, symbol berbentuk huruf D yang
diartikan sebagai aktivitas menunggu, dan symbol segitiga terbalik berarti
aktivitas penyimpanan bahan.
Keuntungannya yang dapat diperoleh antara lain, seperti:
Mengeliminir operasi-operasi yang tidak perlu aau mengkombinasikannya
dengan operasi yang lain
Mengeliminir aktivitas handling yang tidak efisien
Mengurangi jrak perpindahan material dari satu operasi ke operasi yang
lain
Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia karena kegiatan yang tidak
produktif
c. Diagram Aliran
Peta aliran proses merupakan suatu peta memuat informasi relatif lengkap
sehubungan dengan proses dalam pabrik, tetapi peta tersebut tidak menunjukkan
gambar dari arah aliran selama bekerja. Dengan mengetahui tata letak atau
keadaan ruang di mana terjadi perpindahan suatu barang maka kita dapat
menganalisis bagaimana tata letak dalam ruangan tersebut agar jarak perpindahan
seminimum mungkin.
Diagram aliran merupakan suatu gambaran menurut skala dari susunan
lantai dan gedung yang menunjukkan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi
dalam peta aliran proses. Aktivitas tersebut yaitu pergerakan material dari satu
tempat ke tempat lain, dinyatakan oleh garis aliran dalam diagram tersebut. Arah
aliran digambarkan dengan anak panah pada garis aliran. Kegunaan diagram alir
ini yaitu,
Lebih memeperjelas suatu peta aliran proses apalagi jika arah aliran
merupakan faktor penting. Dengan adanya informasi tambahan mengenai
arah aliran dari material atau orang selama aktivitas maka akan
mendapatkan informasi yang lengkap sehingga mudah dalam perbaikan.
Tambahan informasi ini merupakan bahan analisis untuk bisa
memperpendek jarak perpindahan.
Menolong dalam perbaikan tata letak tempat kerja. Dengan diagram aliran
maka ditunjukkan tempat penyimpanan, pemeriksaan dan tempat kerja/
proses berlangsung. Juga menunjukkan arah gerakan berangkat sampai
kembalinya suatu bahan baku sampai jadi atau seorang pekerja. Dari kedua
hal tersebut maka cukup baik untuk mengatur lalu lintas dalam ruangan
sehingga tidak macet atau bertabrakan. Dengan kata lain mempunyai
bahan dalam rangka penyusunan tata letak yang baik. Melihat hal tersebut,
tata letak baru dapat dibuat dengan memindahkan titik-titik tempat
berlangsungnya operasi, pemeriksaan dan penyimpanan sehingga
ditemukan susunan tata letak baru yang ekonomis ditinjau dari jarak dan
waktu.
Diagram aliran berfungsi melengkapi peta aliran proses ini berarti
penganalisisan suatu proses kerja akan lebih sempurna jika kita mengetahui
tempat mesin, tempat kerja, daerah kerja, dan kemana arah gerakan dari bahan
atau orang selama proses berlangsung. Dan lebih jelasnya jika digambar menurut
skala, sehingga dapat memperkirakan adanya kemacetan aliran dan akan
mempermudah perancangan tata letak tempat kerja yang baru.
2.3. Rute Produksi
Rute produksi atau routeing biasanya dibuat oleh Departemen Perencanaan
dan Pengendalian Produksi untuk menentukan langkah-langkah yang harus
diambil dalam suatu operasi pengolahan. Proses ini akan menyimpulkan langkah-
langkah operasi yang diperlukan untuk merubah bahan baku menjadi produk jadi
yang dikehendaki, dimana untuk itu beberapa informasi harus ikut menyertai
didalam langkah ini seperti,
Nama dan nomor komponen yang akan dibuat
Nomor gambar kerja dan komponen tersebut
Macam operasi kerja dan nomor operasinya
Mesin atau peralatan produksi yang dipakai
Waktu standard yang ditetapkan untuk masing-masing operasi kerja
Mesin, perkakas, peralatan pembantu dan lain-lain harus dicantumkan
secara spesifik didalam proses ini karena pada akhirnya perencanaan tata letak
pabrik akan ditujukan untuk mengatur semua fasilitas produksi ini. Waktu operasi
dicantumkan untuk membantu dalam penentuan dan peralaan produksi lainnya
yang dibutuhkan. Penetapan jumlah mesin yang dibutuhkan juga akan
menentukan jumlah stasiun kerja dan luas area dari masing-masing stasiun kerja
tersebut (Risnayadi, dkk.,2008).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Diagram Proses Pembuatan Produk
Berdasarkan analisis pengolahan sari kedelai skala industri yang telah
didiskusikan, pengolahan sari kedelai diawali dengan proses pengeringan selama
dua jam kemudian direndam dengan air untuk memudahkan pengupasan. Setelah
itu, kedelai dikupas hingga dihasilkan kacang kedelai tanpa kulit ari kemudian
kacang kedelai dicuci kembali untuk menghilangkan sisa-sisa kulit ari yang masih
menempel pada permukaannya.
Selanjutnya, kacang kedelai yang sudah bersih digiling dan disaring hingga
menghasilkan sari kedelai. Sari kedelai kemudian direbus selama satu jam dan
didinginkan hingga mencapai suhu ruang selama 2-3 jam kemudian dikemas
dengan menggunakan botol plastik PET.
Diagram proses pengolahan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Flavor, gula
Perendaman t = 12 jamAir
Pengupasan
Pencucian
Kulit ari
Penggilingan
Air Air cucian
Penyaringan
Air
Ampas
Perebusan t = 1 jam
Pendinginan t = 2-3 jam
Pengemasan
Sari kedelai kemas
Gambar 2. Diagram Proses Pengolahan Sari Kedelai Skala Industri
Kacang Kedelai
Pengeringan t= 2 jam
3.2 Teknologi Proses Produksi
Penetapan Tahapan Produksi
KedelaiFlavorAir
Pengupasan
Penggilingan
Penyaringan
Perebusan
Pengemasan
Sari kedelai
Ampas
kulit
Penetapan Alternatif Metode Produksi
KedelaiFlavorAir
Pengupasan
Penggilingan
Penyaringan
Perebusan
Pengemasan
Sari kedel
ai
Ampas
kulit
Manual
Mesin giling
Kain saring
Wajan
Plastik
Mesin kupas
Alat tumbuk
Vibra separator
Panci Tetrapack
Juice extractor
Juice extractor
Boiler
Botol
Kaleng
Penetapan Alternatif Metode Produksi yang Mungkin Dipilih
KedelaiFlavorAir
Pengupasan
Penggilingan
Penyaringan
Perebusan
Pengemasan
Sari kedelai
Amp
Manual
o Mesin giling
o Kain saring
Wajan
o Plastik
o Mesin kupas
Alat tumbuk
o Vibra separator
o Panci
o Tetrapack
as kuli
t
o Juice extractor
o Juice extractor
o Boiler
oBotol
Kaleng
Keterangan : o tanda ini menunjukkan alternatif metode produksi yang dipilih
Pemilihan Alternatif Produksi Secara Detail
KedelaiFlavorAir
Pengupasan Penggilingan
Penyaringan Perebusan Pengemasan Sari kedelai
Ampas kulit
Manual o Mesin giling
o Kainsaring
Wajan o Plastik
o Mesin kupas
Alat tumbuk
o Vibra separator
o Panci o Tetrapack
o Juice extractor
o Juiceextractor
o Boiler oBotol
Kaleng
Evaluasi Penetapan Akhir Dari Proses Produksi
Kedelai
Pengupasan
Penggilingan
Penyaringan
Perebusan
Pengemasan
Sari kedelai
Manual
o Mesin giling
o Kain saring
Wajan
o Plastik
FlavorAir
Ampas
kulit
o Mesin kupas
Alat tumbuk
o Vibra separator
o Panci
o Tetrapack
o Juice extractor
o Juice extractor
o Boiler
oBotol
Kaleng
Penetapan teknologi proses produksi terdiri dari lima tahapan, yaitu :
1. Penetapan tahapan produksi
Tahapan produksi ditetapkan secara logis dan berurutan, mulai dari proses
bahan baku masuk hingga menjadi produk akhir (Risnayadi dkk, 2008). Proses
pengolahan sari kedelai ini mengalami lima tahapan produksi, yaitu pengupasan,
penggilingan, penyaringan, perebusan, dan pengemasan. Masing-masing tahapan
ini memiliki metode yang berbeda-beda.
2. Penetapan alternatif metode produksi
Alternatif metode produksi biasanya akan dibedakan dalam penekanan
terhadap distribusi penugasan antara manusia dan mesin (Risnayadi dkk, 2008).
Alternatif metode produksi pada proses pengupasan sari kedelai adalah secara
manual yang dilakukan oleh tenaga kerja dan mesin pengupas, proses
penggilingan menggunakan metode mesin giling, alat tumbuk, dan juice extractor.
Pengolahan dengan mesin giling dan juice extractor menggunakan mesin dan
tenaga kerja sebagai operator untuk mengawasi jalannya produksi sedangkan
pengolahan dengan alat tumbuk dilakukan dengan manusia sepenuhnya.
Alternatif metode penyaringan yang akan dipilih adalah dengan metode
kain saring, vibra separation, dan juice extractor. Tenaga kerja memegang
peranan yang sangat penting dalam pengolahan menggunakan kertas saring
sedangkan vibra separation merupakan teknik yang lebih cepat dibandingkan kain
saring serta metode yang paling efektif dan efisien adalah juice extractor karena
dapat menggabungkan proses penggilingan dan penyaringan hingga menjadi sari
kedelai tanpa ampas.
Proses perebusan menggunakan alternatif wajan, panci, dan boiler
sedangkan pengemasan menggunakan alternatif plastik, tetrapack, botol dan
kaleng.
3. Penetapan alternatif metode produksi yang mungkin pipilih
Metode mesin kupas dipilih dalam proses pengupasan karena dianggap
memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknik manual baik dari
segi biaya, tenaga, dan waktu pengerjaan. Penggunaan mesin juga menghasilkan
kacang kedelai dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan manual. Mesin
giling dan juice extractor dipilih dalam proses penggilingan juga karena
pertimbangan efisiensi biaya, tenaga, dan waktu.
Metode penyaringan yang dipilih adalah ketiga metode yang disebutkan,
yaitu kain saring, vibra separation, dan juice extractor sedangkan metode
perebusan yang dipilih adalah panci dan boiler, wajan tidak dipilih karena
kapasitasnya lebih sedikit dibandingkan panci dan boiler. Metode pengemasan
yang dipilih adalah menggunakan plastik, tetrapack, dan botol. Kaleng tidak
dipilih karena pengemasan dengan kaleng biasanya melalui proses sterilisasi
dengan suhu tinggi terlebih dahulu yang dikhawatirkan dapat merusak komponen
gizi sari kedelai.
4. Pemilihan alternatif produksi secara detail
Alur pemilihan metode produksi adalah dimulai dari pengupasan dengan mesin
giling dan dilanjutkan dengan penggilingan dengan metode mesin giling atau juice
extractor lalu penyaringan dengan kain saring, vibra separation, atau juice
extractor kemudian proses perebusan dengan panci atau boiler dan pengemasan
dengan plastik, tetrapack, botol, atau kaleng.
5. Evaluasi penetapan akhir proses produksi
Jalur proses produksi yang paling tepat dalam tahap ini adalah dimulai dari
teknik pengupasan dengan mesin giling, penggilingan sekaligus penyaringan
dengan juice extractor, perebusan dengan boiler, dan pengemasan dengan botol.
Tahapan ini dipilih karena dianggap memiliki efisiensi tinggi terhadap tenaga,
biaya, waktu, dan biaya serta dapat menghasilkan produk sari kedelai yang
berkualitas tinggi baik dari segi sanitasi maupun kandungan gizinya.
Pengeringan 0-1
Perebusan 0-7
Penyaringan 0-6
Penggilingan 0-5
Pencucian 0-4
Pengupasan 0-3
Perendaman 0-2
Pendinginan 0-8
0-9Pengemasan
3.3 Peta Produksi
Peta produksi adalah langkah-langkah yang menunjukan semua operasi
secara kronologis (Risnayadi, 2009). Langkah-langkah yang dimaksud adalah
proses manufakturing yaitu dari bahan baku sampai dengan produk jadi yang
dihasilkan. Pembuatan peta produksi yang berupa lukisan peta operasi seluruh
kegiatan produksi menggunakan dua symbol yaitu persegi dan lingkaran. Persegi
menggambarkan aktivitas inspeksi sedangkan lingkaran menggambarkan proses
operasi. Selain itu pula terdapat garis vertical yang menggambarkan aliran umum
dari proses yang dilaksanakan sedangkan garis horizontal akan menunjukan
adanya material yang akan bergabung dengan komponen yang akan dibuat.
Gula/Flavor (3) Air bersih (2) Kacang kedelai (1)
Gambar 2. Peta produksi sari kacang kedelai
Peta produksi tersebut menggambarkan proses pengolahan minuman sari
kedelai yang dimulai dari kedelai yang sudah disortasi mengalami proses
pengeringan (0-1), perendaman (0-2), pengupasan (0-3), pencucian (0-4),
penggilingan dengan penambahan air bersih (0-5), penyaringan (0-6), perebusan
dengan penambahan gula dan flavor (0-7), pendinginan (0-8), dan pengemasan (0-
9). Air yang ditambahkan air yang sudah bersih sehingga tidak mengalami proses
tersendiri, begitu juga untuk gula dan flavor yang dapat ditambahkan langsung
tanpa diproses terlebih dahulu.
3.4 Rute Produksi
Rute produksi adalah langkah-langkah operasi secara spesifik diatur dalam
proses “routeing” yang menyimpulkan langkah-langkah operasi tersebut menjadi
beberapa informasi yang terdiri dari nama dan nomor komponen yang akan
dibuat, nomor gambar kerja dari komponen tersebut, macam operasi kerja dan
nomor operasinya, mesin dan alat produksi yang dipakai, dan waktu standar yang
ditetapkan untuk masing-masing operasi kerja.
Informasi yang tercantum dalam rute produksi dapat berguna dalam
menganalisa keseimbangan lintas kerja, model antrian, dalam optimalisasi sistem
hubungan antara manusia mesin dan juga model-model program linier yang
nantinya akan membuat suatu keselarasan sistem produksi.
Rute produksi untuk pembuatan sari kacang kedelai ini disusun dalam
tabel yang berisikan informasi nomer operasi kerja, operasi kerja, mesin atau alat
yang digunakan, mesin atau alat bantu, jalannya proses (batch atau kontinyu) dan
kapasitas proses.
Tabel 1. Rute produksi pembuatan sari kacang kedelaiNo. operasi kerja
Operasi kerja
Mesin/alat yang digunakan
Mesin/alat bantu
Batch/kontinyu
Kapasitas(kg/jam)
0-1 Pengeringan Oven Loyang Batch 100 kg/jam
0-2 Perendaman Bak
perendaman
- Batch 100 kg/jam
0-3 Pengupasan Mesin kupas Tray Kontinyu 50 kg/jam
0-4 Pencucian Bak pencuci Pengaduk Batch 100 kg/jam
0-5 Penggilingan Juice
extractor
- Kontinyu 50 kg/jam
0-6 Penyaringan Juice
extractor
- Kontinyu 50 kg/jam
0-7 Perebusan Boiler Kompor Batch 100 kg/jam
0-8 Pendinginan Boiler - Batch 100 kg/jam
0-9 Pengemasan Botol Pipa
pengisi
Kontinyu 50 kg/jam
Berdasarkan rute produksi minuman sari kacang kedelai, proses pertama
yaitu pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven dan alat pembantu seperti
loyang untuk menjaga kacang kedelai agar tidak tercecer. Proses tersebut
dilakukan secara batch dengan kapasitas 100 kg/jam tujuannya agar semua bahan
kacang kedelai yang akan digunakan memiliki kadar air yang relatif sama. Kacang
kedelai yang sudah kering dimasukkan kedalam bak cuci dan mengalami proses
perendaman. Proses tersebut dilakukan secara batch dengan kapasitas 100 kg/jam.
Kacang kedelai kemudian dipindahkan dengan tray berjalan dan mengalami
proses pengupasan di mesin kupas. Proses berjalan secara kontinyu dengan
kapasitas 50 kg/jam. Kacang kedelai yang telah dikupas dimasukkan ke dalam bak
pencuci untuk proses pencucian dibantu dengan alat pengaduk. Proses dilakukan
secara batch dengan kapasitas 100 kg/jam. Kacang kedelai yang sudah bersih dari
kulit dan kotoran kemudian masuk kedalam alat penggilingan, alat yang
digunakan adalah juice extractor. Proses dilakukan secara kontinyu dengan
kapasitas alat mencapai 50 kg/jam. Alat tersebut dilengkapi dengan alat penyaring
sehingga proses penyaringan dapat dilakukan segera setelah bahan digiling.
Proses berjalan secara kontinyu. Hasil penggilingan bahan berupa sari kacang
kedelai yang kemudian mengalami proses perebusan didalam boiler dengan
pemanasan dari kompor. Proses dilakukan secara batch dengan kapasitas 100
kg/jam. Setelah sari kacang kedelai matang, kompor dimatikan dan dilanjutkan
proses pendinginan dengan kapasitas yang sama. Sari kacang kedelai yang sudah
dingin dialirkan melalui pipa pengisi dan mengalami proses pengemasan ke dalam
kemasan botol. Proses berjalan kontinyu dengan kapasitas 50 kg/jam.
KESIMPULAN
Evaluasi penetapan akhir dari proses produksi meliputi pengupasan
dengan mesin pengupas, penggilingan dengan juice extractor, penyaringan
dengan juice extractor, perebusan dengan boiler, dan pengemasan
menggunakan botol.
Peta dan rute produksi meliputi pengeringan secara batch, perendaman
secara batch, pengupasan secara kontinyu, pencucian secara batch,
penggilingan secara kontinyu, penyaringan secara kontinyu, perebusan
secara batch, pendinginan secara batch, dan pengemasan seacar kontinyu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Perkembangan Teknologi Bidang Produksi. Available at : http://www.infosagala.com (diakses tanggal 11 Oktober 2013)
Anonim. 2011. Peta Proses Operasi. Available at http://ruanguntuksemua.blogspot.com (diakses 10 Oktober 2013)
Lakitan, B. 2012. Kontribusi Teknologi dalam Pencapaian Ketahanan Pangan. Available at : http://benyaminlakitan.files.wordpress.com (diakses tanggal 11 Oktober 2013)
Risnayadi, Heri., B. Nurhadi., E. Mardwati. 2008. Perancangan Pabrik Pengolahan Pangan. Widya Padjajaran.
Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Graha Ilmu : Yogyakarta.