laporan pengukuran dan pemetaan 2004

41
BAB I PENDAHULUAN I.1. Maksud dan Tujuan Maksud dari pelaksanaan Praktikum Pemetaan Topografi acara Theodolith yaitu untuk membuat peta topografi dalam bentuk poligon berdasarkan data-data hasil pengolahan yang diambil dari alat theodolit. Sedangkan tujuan dari praktikum ini mencakup beberapa hal, yaitu : 1. Mampu mengenal dan menggunakan alat theodolit dalam pengambilan data lapangan. 2. Mampu membuat peta topografi dari data-data yang diambil dengan menggunakan theodolit. 3. Mengenal semua aspek perbedaan antara kompas dan theodolit, baik dalam hal penggunaan, prinsip kerjanya, tingkat ketelitian, dan hasil yang diperoleh. I.2. Alat dan Bahan

Upload: oskar-rizky-rizuta

Post on 30-Jul-2015

587 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Maksud dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan Praktikum Pemetaan Topografi acara

Theodolith yaitu untuk membuat peta topografi dalam bentuk poligon

berdasarkan data-data hasil pengolahan yang diambil dari alat theodolit.

Sedangkan tujuan dari praktikum ini mencakup beberapa hal, yaitu :

1. Mampu mengenal dan menggunakan alat theodolit dalam

pengambilan data lapangan.

2. Mampu membuat peta topografi dari data-data yang diambil dengan

menggunakan theodolit.

3. Mengenal semua aspek perbedaan antara kompas dan theodolit, baik

dalam hal penggunaan, prinsip kerjanya, tingkat ketelitian, dan hasil

yang diperoleh.

I.2. Alat dan Bahan

Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan mulai dari pengambilan

data sampai pembuatan peta, yaitu :

1. Alat tulis menulis,

Page 2: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

2. Theodolith dan tripod,

3. Kompas,

4. Bak ukur,

5. Payung,

6. Pita meter dan roll meter,

7. Senter,

8. Patok kayu,

9. Tabel data,

10. Spidol,

11. Kalkulator,

12. Mistar,

13. Kertas grafik,

14. Kertas kalkir,

15. Rapido graph.

I.3. Waktu dan Lokasi Pengukuran

Pengambilan data lapangan dengan menggunakan theodolit

dilakukan pada siang hari, tepatnya pada pukul 02.00 WITA. Lokasinya

berada dalam lingkungan seputaran Kampus Universitas Hasanuddin,

yaitu pada bagian Barat Fakultas Kedokteran (dekat Fakultas Pertanian)

Universitas Hasanuddin.

I.4. Prosedur Pengolahan Data

Page 3: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan

data, yaitu :

1. Menempatkan theodolit pada Patok 1 dan menyentringkan semua

nivonya.

2. Memulai pengukuran pembacaan depan dari Patok 1 menuju Patok 2

dengan mengarahkan pembidik theodolit pada bak ukur yang telah

ditempatkan di Patok 2.

3. Melakukan pengukuran sudut biasa dengan menempatkan pusat

teropong pada bak ukur sesuai dengan ketinggian alat dan membaca

benang atas dan benang bawah. Juga membaca sudut vertikal dan

horisontal pada teropong (setelah menyentringkan angka pada

teropong).

4. Kemudian melakukan pengukuran sudut luar biasa dengan memutar

theodolith 1800 sesuai dengan arah poligon, kemudian melakukan

prosedur sesuai dengan langkah 3.

5. Mengukur jarak antara Patok 1 dan Patok 2 dengan menggunakan

roll meter.

6. Melakukan pengukuran pembacaan belakang dari Patok 1 ke Patok 5

dengan tetap menempatkan theodolit pada Patok 1, hanya memutar

alat sehingga mengarah ke bak ukur pada Patok 5. Kemudian

memulai pengukuran sudut biasa dan luar biasa yang sama dengan

langkah (3) dan (5).

Page 4: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

7. Memindahkan theodolit pada Patok 2 dan melakukan prosedur yang

sama dengan langkah (1) sampai (6), hanya saja yang menjadi arah

penembakan adalah Patok 3 dan Patok 1. Begitupun untuk patok-

patok selanjutnya.

8. Untuk patok detail, diperhatikan dari patok utama mana arah

penembakannya. Khusus patok detail, hanya dilakukan pembacaan

sudut biasa dan depan saja, tidak dilakukan pembacaan sudut luar

biasa dan belakang.

9. Mencatat data pengukuran setiap patok pada tabel data. Data-data

yang dicatat adalah jarak antar patok, tinggi alat, pembacaan rambu,

sudut biasa baik pembacaan depan dan belakang, dan juga sudut

luar biasa baik pembacaan depan dan belakang. Data-data tersebut

akan menjadi data lapangan.

10. Data lapangan tersebut diolah dengan menggunakan rumus-rumus

matematika yang telah ada. Pengolahan yang dilakukan untuk

mencari titik koordinat dan ketinggian setiap patok.

11. Setelah diperoleh koordinat dan titik ketinggian, kemudian diplot

pada kertas grafik. Koordinat diplot dengan menggunakan diagram

kartesius sedangkan titik ketinggian dipakai dalam penarikan garis-

garis kontur.

12. Setelah digrafik, selanjutnya dibuatkan peta aslinya pada kertas

kalkir.

BAB II

Page 5: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

TEORI RINGKAS

II.1. Bagian-bagian Theodolith dan Fungsinya

Pada alat ukur theodolith, mempunyai beberapa bagian-bagian yang

sangat penting untuk diketahui, dimana hal ini sangat diperlukan dalam

pengguanaan atau pemakaian dari alat ukur ini. Adapun bagian–

bagian dari alat ukur theodolite ini dan fungsinya masing-masing adalah

sebagai berikut :

1. Teropong, yang berfungsi untuk mengamati objek ukur dari jarak

yang jauh.

2. Gelang penyetel jarak, yang berfungsi untuk mengatur fokus

teropong agar tepat pada bak ukur.

3. Alat pembidik, yang berfungsi untuk membidik arah bak ukur agar

tepat pada sasaran teropong.

4. Pengatur mikrometer, yang berfungsi juga sebagai pengarah kasar.

5. Mikrometer pembacaan, yang berfungsi sebagai tempat untuk

melihat hasil perolehan sudut, baik horizontal maupun vertikal.

6. Tombol pemilihan pembacaan sudut (H/V), yang berfungsi untuk

menyetel pembacaan sudut yang diinginkan.

7. Nivo kotak dan nivo tabung, yang berfungsi untuk melihat tingkat

kedataran posisi alat.

Page 6: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

8. Anting optis, yang berfungsi sebagai tempat untuk melihat posisi

unting-unting.

9. Pesentris, yang berfungsi untuk mengatur posisi kedataran alat.

10. Sekrup penyetel tinggi, yang berfungsi untuk menyetel tinggi

teropong.

11. Sekrup penyetel putaran, yang berfungsi untuk menyetel arah alat

ukur.

12. Klem penyetel putaran, yang berfungsi untuk mengunci putaran

pesawat.

II. 2. Prinsip Kerja Alat Ukur Theodolith

Theodolith dipergunakan untuk mengukur ketinggian dan jarak pada

daerah yang diukur dengan menggunakan acuan pengukuran sudut

horisontal dan vertikal. Theodolith dapat dipergunakan untuk mengukur

daerah yang lebih luas dan terjal, sebab selalu memiliki sifat trigonometri,

teropongnya juga dapat diputar kearah vertikal.

Ada beberapa ketentuan dalam penggunaan theodolith agar

diperoleh hasil pengukuran yang baik, yaitu :

1. Sumbu ke satu harus tegak lurus (diatur dengan nivo).

2. Sumbu kedua harus mendatar

3. Garis bidik harus tegak lurus sumbu mendatar

Page 7: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

4. Tidak ada salah indeks pada skala lingkaran tegak. Kesalahan ini

disebabkan oleh tidak tepatnya indeks pada bacaan nol. lingkaran

tegak, apabila kedudukan garis bidik mendatar, garis bidik tegak ke

atas tergantung dari sudut miring atau sudut zenith yang terbaca.

Pada Theodolith, terdapat pembacaan sudut biasa dan luar biasa.

Cara untuk mengetahui sudut ini adalah sebagai berikut :

1. Setelah syarat pertama, kedua dan ketiga terpenuhi, kemudian garis

bidik ketitik yang agak jauh.

2. Menyentringkan gelembung nivo lingkaran skala tegak

3. Membaca lingkaran tegak, misalnya diperoleh bacaan sudut z,

4. Memutar teropong mengelilingi sumbu tegak, kemudian

mengembalikan garis bidik ketitik yang sama,

5. Membaca penunjukkan vertikal, kedudukan ini disebut kedudukan

luar biasa.

II. 3. Prosedur kerja

Dalam melaksanakan praktikum pemetaan topografi ini, adapun

prosedur kerja yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan seluruh peralatan yang akan digunakan.

2. Memasang patok-patok pada titik-titik yang telah ditentukan dengan

jarak tertentu, kemudian menentukan posisi patok utama dan patok

Page 8: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

detail serta menentukan letak patok awal pengukuran yang

kemudian dilakukan pengukuran dengan searah jarum jam.

3. Memasang kaki tiga (tripod) sehorisontal mungkin yang diletakkan

diatas patok yang telah ditentukan dan menancapkan kaki tiga

tersebut dalam-dalam pada tanah sehingga alat tidak

bergerak/goyang.

4. Mengencangkan sekrup pada kaki statif serta menggunakan unting-

unting, vertikal dengan patok utama.

5. Memasang alat ukur theodolith pada statif kemudian

mengencangkan sekrup pengunci alat yaitu pada patok pertama

dengan arah ke patok kedua, kemudian sentringkan alat.

6. Melevelkan nivo kotak dengan tiga sekrup penyetel horisontal

7. Setelah sentring, mengarahkan teropong kearah patok didepannya

atau titik bidik dengan pertolongan visir kasar dengan tepat,

kemudian mengencangkan sekrup horisontal.

8. Kemudian mengukur tinggi alat serta jarak antara patokm satu

dengan patok lainnya.

9. Melakukan pembidikan ke patok utama, dengan menempatkan

benang tengah sesuai tinggi alat.

10. Melakukan pembacaan sudut, baik horisontal maupun vertikal. Dalam

pembacaan ini teropong dalam keadaan luar biasa.

11. Mengendorkan sekrup, teropong diputar 1800, membidik sasaran dan

kemudian membaca lingkaran graduasinya.

Page 9: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

12. Dalam keadaan pada no. 11, berarti teropong dalam keadaan luar

biasa.

13. Mengendorkan sekrup alat dan membidik sasaran lain namun

sebelumnya mengukur pembacaan belakang yaitu dengan cara

biasa/pengukuran biasa, serta luar biasa baik itu untuk vertikal

maupun horisontal.

14. Pembacaan belakang juga membaca skala garaduasinya.

15. Pada patok detail tidak dilakukan pembacaan luar biasa serta

pembacaan belakang.

16. Setelah pembacaan selesai, kemudian mencatat data yang diperoleh

kedalam tabel pengukuran lalu mengolah data tersebut (untuk

koreksi).

17. Dari pengolahan data akan diperoleh hasil akhir berupa koordinat X

dan Y serata titik ketinggian tiap patok. Dengan koordinat dan titik

ketinggian ini dibuatkan peta sementara pada kertas grafik sebagai

peta awal untuk selanjutnya dibuatkan peta yang sebenarnya pada

kerkas kalkir.

BAB III

Page 10: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

PENGOLAHAN DATA

A. PERHITUNGAN SUDUT DALAM

1. Sudut Dalam Patok Utama (SDPn)

SDPn =

SDP1 =

= 180.0222222222

SDP2 =

= 180.0055555556

SDP3 =

= 179.9840277778

SDP4 =

= 143.9680555556

SDP5 =

= 160.1750000000

SDP6 =

Page 11: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

= 138.2972222222

SDP7 =

= 160.3104166667

SDP8 =

= 180.0048611111

SDP9 =

= 179.9972222222

SDP10 =

= 179.9729166667

SDP11 =

= 209.9784111110

SDP12 =

= 179.8923611111

Page 12: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

SDP13 =

= 180.0250000000

SDP14 =

= 143.9173611111

SDP15 =

= 179.9784722222

SDP16 =

= 179.9590277778

= 2756.4881333332

2. Koreksi Sudut Dalam (KSDPn)

KSDPn =

= 2756.4881333332 -

= 236,4881333332

Page 13: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

3. Faktor Koreksi Sudut Dalam (FKSDPn)

FKSDPn =

FKSDP1 = = 15.4446952910

FKSDP2 = = 15.4432654030

FKSDP3 = = 15.4414184640

FKSDP4 = = 12.3514904000

FKSDP5 = = 13.7419371770

FKSDP6 = = 11.8649710600

FKSDP7 = = 13.7535550150

FKSDP8 = = 15.4432058240

Page 14: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

FKSDP9 = = 15.4425504590

FKSDP10 = = 15.4404652060

FKSDP11 = = 18.0147347210

FKSDP12 = = 15.4335540810

FKSDP13 = = 15.4449336050

FKSDP14 = = 12.3471411580

FKSDP15 = = 15.4409418350

FKSDP16 = = 15.4392736330

236.48813333320 = KSDPn

Page 15: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

4. Sudut Dalam Terkoreksi (SDTPn)

SDTPn = SDPn ± FKSDPn (bertanda - karena nilai KSDPn +)

SDTP1 = 180.0222222222 - 15.4446952910 = 195.46691751

SDTP2 = 180.0055555556- 15.4432654030 = 195.44882096

SDTP3 = 179.9840277778- 15.4414184640 = 195.425446240

SDTP4 = 143.9680555556- 12.3514904000 = 156.319545960

SDTP5 = 160.17500000000 - 13.7419371770 = 173.916937180

SDTP6 = 138.29722222220 - 11.8649710600 = 150.162193280

SDTP7 = 160.31041666670 - 13.7535550150 = 174.063971680

SDTP8 = 180.00486111110 - 15.4432058240 = 195.448066940

SDTP9 = 179.99722222220 - 15.442550459= 195.439772680

SDTP10 = 179.97291666670 - 15.4404652060 = 195.413381870

SDTP11 = 209.97841111100 - 18.0147347210 = 227.993145830

SDTP12 = 179.89236111110 - 15.4335540810 = 195.325915190

SDTP13 = 180.02500000000 - 15.4449336050 = 195.469933610

SDTP14 = 143.91736111110 - 12.3471411580 = 156.264502270

SDTP15 = 179.97847222220 - 15.4409418350 = 195.419414060

SDTP16 = 179.95902777780 - 15.4392736330 = 195.398301410

2992.976266670 =(n-2) x 1800

5. Sudut Dalam Patok Detail (SDPdn)

Page 16: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

SDPdn = (SHdn-SHPn) depan biasa

SDPd1 = (96,63055556 – 359,83333333) + 3600 = 94.541666670

SDPd2 = (81,13333333 – 359,83333333) + 3600 = 87.163888890

SDPd3 = (81,13333333 – 359,83333333) + 3600 = 109.515277780

SDPd4 = (34,84444444 – 355,59166667) + 3600 = 60.969444440

SDPd5 = (30,3 – 352,86666667) + 3600 = 37.315277780

SDPd6 = (96,63055556 – 359,83333333) + 3600 = 54.577777780

SDPd7 = (81,13333333 – 359,83333333) + 3600 = 111.373611110

B. PERHITUNGAN JARAK HORISONTAL

1. Jarak Horisontal Patok Utama (JHPn)

2.

JHPn =

JHP1 =

= 29.99938569030 m

JHP2 =

= 29.99590642412 m

JHP3 =

Page 17: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

= 15.99986653145 m

JHP4 =

= 29.99999647434 m

JHP5 =

= 30.59642609585 m

JHP6 =

= 29.99976725135 m

JHP7 =

= 30.09968743439 m

JHP8 =

= 39.98074671524 m

JHP9 =

= 29.99780968770 m

JHP10 =

= 29.98230388219 m

JHP11 =

Page 18: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

= 29.99817526672 m

JHP12 =

= 29.99628182060 m

JHP13 =

= 30.98941637975 m

JHP14 =

= 29.97750901569 m

JHP15 =

= 29.99223697787 m

JHP16 =

= 39.99827609168 m

3. Jarak Horisontal Patok Detail (JHPdn)

JHPdn = (BA-BB) x cos (900-SVPdn dpn biasa)

Page 19: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

JHPd1 = (159-129) x cos (90-89.37361111) = 29.99820720860 m

JHPd2 = (157-127) x cos (90-89.44444444) = 29.99858974522 m

JHPd3 = (158.4-128.8) x cos (90-90.45138889) = 29.59908142223

m

JHPd4 = (157-127) x cos (90-90.55277778) = 29.99860381240 m

JHPd5 = (151-121) x cos (90-89.81944444) = 29.99985104079 m

JHPd6 = (154-124) x cos (90-91.25555556) = 29.99279721448 m

JHPd7 = (152.5-122) x cos (90-90.69444444) = 30.49775976139 m

C. PERHITUNGAN JARAK VERTIKAL (BEDA TINGGI)

1. Beda Tinggi Patok Utama (BTPn)

BTPn =

BTP1 =(159 – 129 ) x sin (270.3666667 – 270 ) + (90 -

89.63333333 )

2

= 0.19198490728 m

Page 20: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

BTP2 =(157 – 127) x sin (270.9472222 – 270 ) + (90 -

89.05416667)

2

= 0.49557824332 m

BTP3 =(151 – 135 ) x sin (270.2361111– 270 ) + (90 -

89.76805556)

2

= 0.06535270249 m

BTP4 =(158 – 128 ) x sin (270.0263889– 270 ) + (90 -

89.97083333)

2

= 0.01454440986 m

BTP5 =(158,4 – 127,8 ) x sin (270.8763889– 270 ) + (90 -

89.125)

2

= 0.46766458199 m

BTP6 =(157 – 127 ) x sin (270.2277778– 270 ) + (90 -

89.77638889)

Page 21: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

2

= 0.11817302916 m

BTP7 =(158,1 – 128 ) x sin (270.2625– 270 ) + (90 -

89.74027778)

2

= 0.13717270812 m

BTP8 =(162,5 – 122,5 ) x sin (270.4902778– 270 ) + (90 -

94.04583333)

2

= -1.24092388646 m

BTP9 =(151 –121 ) x sin (270.6930556– 270 ) + (90 -

89.30833333)

2

= 0.36251060744 m

BTP10 =(158 –128 ) x sin (271.9708333– 270 ) + (90 -

88.03472222)

2

Page 22: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

= 1.03026885629 m

BTP11 =(152 –122 ) x sin (269.3694444– 270 ) + (90 -

90.63333333)

2

= -0.33087862869 m

BTP12 =(154 –124 ) x sin (269.1– 270 ) + (90 - 90.90416667)

2

= -0.47231021525 m

BTP13 =(153,5 –122,5) x sin (165.8208333– 270 ) + (90 -

91.50277778)

2

= -0.80998298919 m

BTP14 =(152–122) x sin (336.6125– 270 ) + (90 - 92.22083333)

2

= -1.16144445153 m

BTP15 =(154–124) x sin (192.9763889– 270 ) + (90 - 91.30138889)

2

Page 23: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

= -0.68243758929 m

BTP16 =(160–120) x sin (270.5569444– 270 ) + (90 - 89.49305556)

2

= 0.37136194469 m

Σ BTPn = -1.44336576976 m

| Σ BTPn| = 6.71166586460 m

2. Faktor Koreksi Beda Tinggi (FKBTPn)

FKBTPn =

FKBTPn = -1.44336576976

6.71166586460

= -0.21505328169 m

Page 24: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

3. Koreksi Beda Tinggi (KBTPn)

KBTPn =

KBTP1 = [0,19198490728] x [-0,21505328169] = 0,04128698435 m

KBTP2 = [0.49557824332] x [-0,21505328169] = 0.10657572756 m

KBTP3 = [0.06535270249] x [-0,21505328169] = 0.01405431314 m

KBTP4 = [0.01454440986] x [-0,21505328169] = 0.00312782307 m

KBTP5 = [0.46766458199] x [-0,21505328169] = 0.10057280309 m

KBTP6 = [0.11817302916] x [-0,21505328169] = 0.02541349773 m

KBTP7 = [0.13717270812] x [-0,21505328169] = 0.02949944104 m

KBTP8 = [-1.24092388646] x [-0,21505328169] = 0.26686475410 m

KBTP9 = [0.36251060744] x [-0,21505328169] = 0.07795909578 m

KBTP10 = [1.03026885629] x [-0,21505328169] = 0.22156269856 m

KBTP11 = [-0.33087862869] x [-0,21505328169] = 0.07115653494 m

KBTP12 = [-0.47231021525] x [-0,21505328169] = 0.10157186176 m

KBTP13 = [-0.80998298919] x [-0,21505328169] = 0.17418949994 m

KBTP14 = [-1.16144445153] x [-0,21505328169] = 0.24977244080 m

Page 25: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

KBTP15 = [-0.68243758929] x [-0,21505328169] = 0.14676044312 m

KBTP16 = [0.37136194469] x [-0,21505328169] = 0.07986260490 m

4. Beda Tinggi Terkoreksi (BTTPn)

BTTPn = BTPn ± KBTPn (bertanda - karena KSDPn bernilai +)

BTTP1 = 0.19198490728– 0.04128698435 = 0.15069792294 m

BTTP2 = 0.49557824332– 0.10657572756= 0.38900251576 m

BTTP3 = 0.06535270249– 0.01405431314= 0.05129838936 m

BTTP4 = 0.01454440986– 0.00312782307= 0.01141658679 m

BTTP5 = 0.46766458199– 0.10057280309= 0.36709177891 m

BTTP6 = 0.11817302916 - 0.02541349773 = 0.09275953143 m

BTTP7 = 0.13717270812 - 0.02949944104 = 0.10767326708 m

BTTP8 = -1.24092388646 - 0.26686475410 = -1.50778864056 m

BTTP9 = 0.36251060744 - 0.07795909578 = 0.28455151167 m

BTTP10 = 1.03026885629 - 0.22156269856 = 0.80870615773 m

BTTP11 = -0.33087862869 - 0.07115653494 = -0.40203516363 m

Page 26: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

BTTP12 = -0.47231021525 - 0.10157186176 = -0.57388207702 m

BTTP13 = -0.80998298919 - 0.17418949994 = -0.98417248913 m

BTTP14 = -1.16144445153 - 0.24977244080 = -1.41121689232 m

BTTP15 = -0.68243758929 - 0.14676044312 = -0.82919803241 m

BTTP16 = 0.37136194469 -0.07986260490 = 0.29149933979 m

Σ BTTPn = 0 m

5. Tinggi Patok Utama

TPn = TPn-1 + BTTPn-1

TP1 = 32 m

TP2 = 32 + 1,37262041 = 33,3726204 m

TP3 = 33,3726204 + 0,65462663 = 34,027247 m

TP4 = 34,027247 + 0,39227916 = 34,4195262 m

TP5 = 34,4195262 + (-1,64780391) = 32,7717223 m

TP1 = 32,7717223 + (-0,7717223) = 32 m = tinggi GPS

Page 27: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

6. Beda Tinggi Patok Detail (BTPdn)

BTPdn = (BA-BB) x sin (900-SVPdn depan)biasa

BTPd1 = (159-129) x sin (90-89.37361111) = 0.3279699220 m

BTPd2 = (157-127) x sin (90-89.44444444) = 0.2908836506 m

BTPd3 = (158,4-128,8) x sin (90-90.45138889) = -0.2331929684 m

BTPd4 = (157-127) x sin (90-90.55277778) = -0.2894292776 m

BTPd5 = (151-121) x sin (90- 89.81944444) = 0.0945385113 m

BTPd6 = (154-124) x sin (90- 91.25555556) = -0.6573547378 m

BTPd7 = (152,5-122) x sin (90- 90.69444444) = -0.3696613810 m

7. Tinggi Patok Detail (TPdn)

TPdn = BTPdn + TPn

TPd1 = 0.3279699220 + 40.00000000000= 40.3279699219849

m

TPd2 = 0.2908836506 + 40.15069792294 = 40.4415815735181

m

Page 28: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

TPd3 = -0.2331929684 + 40.60241541485 = 40.3692224464896

m

TPd4 = -0.2894292776 + 40.96950719375 = 40.6800779161855

m

TPd5 = 0.0945385113 + 39.66215135170 = 39.7566898630492

m

TPd6 = -0.6573547378 + 40.35337385746 = 39.6960191196573

m

TPd7 = -0.3696613810 + 38.79531929132 = 38.4256579103376

m

BAB IV

PENUTUP

IV.1. Kesimpulan

Pembuatan peta topografi dengan menggunakan alat ukur theodolith

merupakan salah satu cara dalam membuat peta topografi di samping

dengan menggunakan alat-alat ukur lain, sperti compass dan waterpass.

Page 29: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

Sebelum membuat peta topografi dengan alat ukur theodolith, maka

terlebih dahulu dimulai dengan pengambilan data di lapangan dengan

peralatan yang ditentukan, terutama adalah theodolith. Data-data yang

telah diperoleh selanjutnya diolah secara matematis dengan mengikuti

formula-formula yang telah ditentukan, sehingga diperoleh hasil akhir

berupa koordinat-koordinat dan ketinggiannya. Dengan koordinat-

koordinat dan ketinggian kemudian dibuat peta topografi dengan

menarik garis-garis kontur di dalam poligon sesuai dengan ketinggiannya.

Maka, hasil yang diperoleh adalah peta topografi skala kecil dalam bentuk

poligon.

IV.2. Saran

Hal yang paling sulit dalam pengukuran dengan menggunakan

theodolith adalah pada tahap pengolahan data, dimana digunakan

rumus-rumus yang cukup banyak dan sangat kompleks. Penggunaan

rumus tersebut tidak dapat menjamin pemahaman secara mendalam bagi

para praktikan dalam pembuatan peta topografi. Sehingga jika acara

praktikum ini telah lewat, kemungkinan langkah-langkah pengolahan data

yang telah dilakukan bisa hilang dari pemikiran para praktikan, sehingga

pembuatan peta topografi dengan metode taping compass ini bisa

dikatakan tidak berhasil. Oleh karena itu, diharapkan dibuat langkah-

langkah tertentu agar pemahaman dari acara ini bias diterima oleh semua

Page 30: Laporan Pengukuran Dan Pemetaan 2004

praktikan, karena nantinya hal-hal yang diperoleh dari acara ini akan

diturunkan juga pada generasi-generasi selanjutnya.

Diharapkan pula untuk praktikum mendatang, alat ukur waterpass tetap

diadakan. Mengingat masih banyaknya surveyor menggunakan alat ukur

ini dalam pengambilan data lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustinus T, Ir , MSi. 2002. Pemetaan Topografi Teknik Geologi.

Universitas Hasanuddin, Makassar.

I. Sinaga, M, Ir, Surv, Sc. 1984. Teori dan Praktek Pengukuran Tanah

Dan Pemetaan. Penerbit Pelangi, Jakarta.

___________.2003. Sap Penuntun Praktikum Pemetaan Topografi

acara Theodolith Jurusan Teknik Geologi. Universitas

Hasanuddin, Makassar