laporan penelitian ti

Upload: fadhila1987

Post on 09-Mar-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Penelitian TI

TRANSCRIPT

Laporan PenelitianBalai Penelitian Tanaman Sayuran(Balitsa)

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.Daftar IsiKata Pengantar2Daftar Isi2Bab I Pendahuluan3 1.1 Profil Singkat Balitsa3 1.2 Visi dan Misi Balitsa4 1.3 Tujuan Penulisan5Bab II Pembahasan 2.1 Laporan Penelitian 5Bab III Penutup 3.1 Kesimpulan

Bab IPendahuluan1.1 Profil Singkat Balitsa

Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang berada di bawah koordinasi dan bertanggung jawab langsung kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Balitsa, terletak di bawah kaki Gunung Tangkuban Parahu tepatnya pada 107o30' Bujur Timur dan 60o30' Lintang Selatan yang terletak di Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat pada ketinggian tempat 1.250 m dpl. Ditinjau dari segi geologis jenis tanah di daerah tersebut merupakan tanah Andisol yang beriklim tipe B, dengan suhu rata-rata harian berkisar antara 19-24oC, kelembaban udara berkisar 34-90% dan rata-rata curah hujan 2.207,5 mm/tahun, sehingga daerah tersebut sangat cocok untuk pusat penelitian dan pengembangan tanaman sayuran.Pada tahun 1940 s.d. 1962, lembaga ini berstatus sebagai Kebun Percobaan dengan nama Balai Penyelidikan Pertanian Kebun Percobaan Margahayu di bawah Balai Penyelidikan Teknik Pertanian (BPTP) yang berkedudukan di Bogor, Jawa Barat. Pada tahun 1962 s.d. 1973, lembaga ini menjadi Kebun Percobaan Margahayu di bawah Lembaga Penelitian Hortikultura (LPH) Pusat yang berkedudukan di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tahun 1973 s.d. 1980, lembaga ini menjadi Cabang Lembaga Penelitian Hortikultura di bawah Lembaga Penelitian Hortikultura (LPH) Pusat yang berkedudukan di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pada saat itu tenaga peneliti yang tergabung dalam lembaga tersebut dibagi dalam 4 disiplin ilmu, yaitu : Pemuliaan, Hama dan Penyakit, Sosial Ekonomi, dan Teknologi Hasil Pertanian.Pada tahun 1980 melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No.861/Kpts/Org/12/1980 tertanggal 2 Desember 1980, Cabang Lembaga Penelitian Hortikultura berubah nama menjadi Balai Penelitian Tanaman Pangan (Balitan) Lembang dan bertanggung jawab langsung kepada Pusat Penelitian dan Pengambangan Tanaman Pangan di Bogor di bawah lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.Pada bulan Maret 1982 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 550/Kpts/Org/7/1982, Balai Penelitian Tanaman Pangan (Balitan) Lembang berubah nama menjadi Balai Penelitian Hortikultura (Balithort) Lembang. Di dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 613/Kpts/OT.210/8/1984 Balai Penelitian Hortikultura (Balithort) Lembang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di bidang penelitian dan pengembangan tanaman hortikultura yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Adapun tugas yang diemban oleh Balithort Lembang, yaitu melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman sayuran dan tanaman hias. Pada saat itu Balithort Lembang memiliki dua Sub Balai, yaitu Sub Balai Tanaman Hias di Cipanas, Cianjur dan Sub Balai Hama dan Penyakit di Segunung, Cianjur.Pada tanggal 1 April 1995, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 796/Kpts/OT/210/12/94, Balithort Lembang berubah nama menjadi Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) dengan tugas pokok melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman sayuran

1.2 Visi dan MisiVISIMenjadi lembaga penelitian sayuran berkelas dunia pada tahun 2014 yang menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi sayuran untuk mewujudkan industrial yang memanfaatkan sumber daya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor, dan kesejahteraan petani

MISIMerakit, menghasilkan dan mengembangkan teknologi inovasi sayuran yang secara ilmiah dan teknis dapat meningkatkan produktivitas, daya saing dan nilai tambah, serta sesuai dengan kebutuhan pengguna.Meningkatkan diseminasi teknologi dalam mendukung pengembangan kawasan hortikultura.Meningkatkankompetensi sumber daya manusia, sarana dan prasarana dalam pelayanan terhadap pengguna teknologi inovasi yang efektif dan efisien.Menjalin jejaring kerjasama dalam negeri dan luar negeri dalam membangun kemitraan untuk membangun dan memecahkan masalah rawan pangan dan gizi komunitas dunia

1.3 Tujuan PenulisanUntuk memenuhi tugas yang di berikan oleh guru dan menyebar luaskan ilmu tersebut

Bab IIPembahasan

2.1 Laporan PenelitianBanyak macam-macam sayuran atau tumbuhan yang tumbuh dan dibudidayakan di balitsa. Berikut ini adalah macam-macam sayuran dan tumbuhan:

1. KubisKubis putih (Brassica oleracea var.capitata L.) adalah salah satu komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi terutama didataran tinggi. Namun dalam budidaya tanaman tersebut tidak sedikit tantangan dan kendala yang dihadapi, khususnya masalah serangan hama dan penyakit yang dapat menggagalkan panen.Sejak awal tahun 70-an kubis juga ditanam dibeberapa daerah dataran rendah, seperti daerah Yogyakarta, Klaten, dan Jember. Kubis varietas KK Cross dan Green Baru dapat beradaptasi dengan baik dan mempunyai krop tinggi dengan umur genjah, cocok untuk dikembangkan di dataran rendah dan dataran medium. Tanaman kubis-kubisan yang lainnya yang penting adalah petsai, kubis bunga dan brokolli.Kubis mempunyai arti ekonomi penting sebagai sumber pendapatan petani dan sumber gizi (vitamin A dan C) bagi masyarakat. Jika rata-rata kepemilikan lahan petani sekitar 0,4 ha, maka ada sekitar 165.ooo petani terlibat dalam usahatani kubis, belum termasuk kubis-kubisan yang lain.Dalam upaya mengatasi masalah hama/penyakit tanaman kubis, pada umumnya petani menekankan pada pengendalian secara kimiawi. Menurut laporan Woodford et al (1981) biaya penggunaan pestisida pada tanaman kubis yang dilakukan petani di Kabupaten Bandung adalah sebesar 30 persen dari total biaya produksi. Umumnya pestisida digunakan secara intensif, baik secara tunggal maupun campuran dari beberapa jenis pestisida. Dampak negatif yang timbul sebagai akibat penggunaan pestisida yang intensif tersebut adalah 1. hama ulat daun kubis ( Plutella xylostella L.) menjadi resisten terhadap beberapa jenis insektisidan dan mikroba. 2.resurgensi hama P.xylostella terhadap Asefat, Permetrin dan Kuinalfos.3. residu pestisida yang dapat membahayakan konsumen kubis dan 4. terganggunya kehidupan dan peranan parasitoid Diadegma semiclausum sebagai musuh alami penting hama P.xylostella.

2. 6