laporan pendahuluan r

22
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CLOSED FRAKTUR PATELLA DI RUANG TULIP IGD RSUD Dr. MOEWARDI A. KONSEP DASAR TEORI 1. Definisi Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Mansjoer, 2000). Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Price & Wilson, 2005). Didalam buku Kapita Selekta Kedokteran tahun 2000, diungkapkan bahwa fraktur tertutup adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Pendapat lain menyatidakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi. Sedangkan menurut anatominya, patella adalah tempurung lutut. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fraktur patella tertutup merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang

Upload: ninesa-azzahra

Post on 11-Nov-2015

221 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CLOSED FRAKTUR PATELLADI RUANG TULIP IGD RSUD Dr. MOEWARDI

A. KONSEP DASAR TEORI1. DefinisiFraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Mansjoer, 2000).Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Price & Wilson, 2005).Didalam buku Kapita Selekta Kedokteran tahun 2000, diungkapkan bahwa fraktur tertutup adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Pendapat lain menyatidakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi. Sedangkan menurut anatominya, patella adalah tempurung lutut. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fraktur patella tertutup merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan yang terjadi pada tempurung lutut, dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

2. EtiologiMenurut Smeltzer dan Bare (2001), fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya remuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan sekitarnya juga akan berpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendon, kerusakan saraf, dan kerusakan pembuluh darah. Lewis (2006) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:a. Fraktur akibat peristiwa traumaSebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. b. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekananRetak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.c. Fraktur petologik karena kelemahan pada tulangFraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.Sebagian besar fraktur merupakan akibat dari cedera,seperti kecelakan mobil, olah raga atau karena jatuh. Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih besar daripada kekuatan tulang. Jenis dan beratnya patah tulang dipengaruhi oleh:a. Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.b. Usia penderita.c. Kelenturan tulang.d. Jenis tulang.

3. Manifestasi KlinisLewis (2006) menyampaikan manifestasi kunik Fraktur adalah sebagai berikuta. NyeriNyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.b. Bengkak/edamaEdema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah Fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.c. Memar/ekimosisMerupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya.d. Spame ototMerupakan kontraksi otot involunter yang terjadu disekitar fraktur.e. Penurunan sensasiTerjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema.f. Gangguan fungsiTerjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot. paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.g. Mobilitas abnormalAdalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada Fraktur tulang panjang.h. KrepitasiMerupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan.i. DeformitasAbnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong.j. Shock hipovolemikShock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat.k. Gambaran X-ray menentukan FrakturGambaran ini akan menentukan lokasi dan tipe Fraktur

4. PatofisiologiTulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Namun apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Frkatuk dapat menyebabkan kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamsi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukoit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk ke dalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma comportement (Price & Wilson, 2005).

5. Pathway(Terlampir)

6. KomplikasiKomplikasi akibat Fraktur yang mungkin terjadi menurut Doenges (2000) antara lain:a. Komplikasi Awal1) Kerusakan ArteriPecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.2) Kompartement SyndromKompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.3) Fat Embolism SyndromFat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.4) Infeksi System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.5) Avaskuler NekrosisAvaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkmans Ischemia.6) ShockShock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.b. Komplikasi Dalam Waktu Lama1) Delayed UnionDelayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karenn\a penurunan supai darah ke tulang.2) NonunionNonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang. 3) MalunionMalunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

7. Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan fisik1) InspeksiAdanya deformitas, seperti bengkak, pemendekan, rotasi, angulasi, fragmen tulang (pada fraktur terbuka)2) PalpasiAdanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi. Palpasi pada daerah distal terjadinya fraktur meliputi pulsasi arteri, warna kulit, capillary refill test3) Gerakan Adanya keterbatasan gerak pada daerah frakturb. Pemeriksaan penunjang1) Pemeriksaan radiologisDilakukan pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two yang terdiri dari:a) Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior dan lateralb) Memuat dua sendi antara fraktur, yaitu bagian proksimal dan distalc) Memuat dua ekstremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cedera maupun tidak (untuk membandingkan dengan yang normal)d) Dilakukan 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah tindakan2) Pemeriksaan laboratoriuma) Hemoglobin dan Hematokrit mungkin rendah akibat perdarahanb) LED meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luasc) Calsium dalam darah meningkat pada masa penyembuhan3) Pemeriksaan arteriografi Dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskular akibat fraktur4) Foto RontgenUntuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung mengetahui tempat dan type fraktur. Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodic (Suratun, 2008).

8. Penatalaksanaan MedisTerdapat beberapa tujuan penatalaksanaan Fraktur menurut Herdman (2009) yaitu mengembalikan atau memperbaiki bagian-bagian yang patah ke dalam bentuk semula (anatomis), imobiusasi untuk mempertahankan bentuk dan memperbaiki fungsi bagian tulang yang rusak. Jenis-jenis Fraktur reduction yaitu:a. Manipulasi atau close redAdalah tindakan non bedah untuk mengembalikan posisi, panjang dan bentuk. Close reduksi dilakukan dengan local anesthesia ataupun umum.b. Open reduksiAdalah perbaikan bentuk tulang dengan tindakan pembedahan sering dilakukan dengan internal fixasi menggunakan kawat, screlus, pins, plate, intermedullary rods atau nail. Kelemahan tindakan ini adalah kemungkinan infeksi dan komplikasi berhubungan dengan anesthesia. Jika dilakukan open reduksi internal fixasi pada tulang (termasuk sendi) maka akan ada indikasi untuk melakukan ROM.c. TraksiAlat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang Fraktur untuk meluruskan bentuk tulang. Ada 3 macam yaitu:1) Skin traksiSkin traksi adalah menarik bagian tulang yang Fraktur dengan menempelkan plester langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera, dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam).2) Skeletal traksiAdalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera dan sendi panjang untuk mempertahankan traksi, memutuskan pins (kawat) ke dalam tulang.3) Maintenance traksiMerupakan lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan dapat diberikan secara langsung pada tulang dengan kawa

B. PROSES KEPERAWATANDi dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan system atau metode proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. PengkajianPengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:a. Pengumpulan Data1) Anamnesa a) Identitas KlienMeliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.b) Keluhan UtamaPada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:i. Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi nyeri.ii. Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.iii. Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.iv. Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.v. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.c) Riwayat Penyakit SekarangPengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain.d) Riwayat Penyakit DahuluPada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit pagets yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan e) Riwayat Penyakit Keluargaf) Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.g) Riwayat Psikososialh) Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.i) Pengkajian Dasar(1) Aktivitas / istrahatTanda: keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segara, Fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari pembekalan jaringan, nyeri)(2) SirkulasiTanda: Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri atau ansietas) atau hipotesis ( kehilangan darah), Takikardia (respon stres, hipovolemia) penurunan atau tak ada nadi pada bagian distal yang cedera: pengisian kapiler lambat, pucat pada bagianyang terkena. Pembengkakkan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.(3) NeurosensoriGejala: hilang gerakan atau sensasi, spasme, otot, benas atau kesemutan (parestesis)Tanda: Deformitas lokal: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, repitasi (bunyi berderit), spasma otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi. Angitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri atau ansietas atau trauma lain).(4) Nyeri/kenyamananGejala: Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera ( mungkin terlokalisasi pada area aringan atau kerusakan spasme atau kram otot (setelah imobilisasi).(5) Keamanan Tanda: laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna, pembekakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).j) Pemeriksaan Fisik Muskulo SkeletalDalam pemeriksaan fisik musculoskeletal harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah:(1) Look (inspeksi)Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:(a) Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi).(b) Cape au lait spot (birth mark).(c) Fistulae. (d) Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.(e) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal).(f) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)(g) Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)(2) Feel (palpasi) Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien.Yang perlu dicatat adalah:(a) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.(b) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar persendian.(c) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal,tengah, atau distal).Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.(3) Move (pergeraka terutama lingkup gerak)Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.2. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang muncul pada klien fraktur menurut NANDA NIC NOC (2013-2014) adalah:a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan, pergeseran fragmen tulang.b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan laserasi kulit.c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fragmen tulang, pembatasan gerak.d. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan, prosedur invasif, traksi tulang.

3. Intervensia. Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan, pergeseran fragmen tulang.Tujuan: Nyeri berkurang Kriteria hasil : 1) Nyeri yang dirasakan hilang atau berkurang2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri.3) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.Intervensi:1) Kaji skala nyeri klien.2) Jelaskan pada klien tentang penyebab timbulnya nyeri dan cara untuk mengatasinya.3) Ajarkan dan anjurkan pada klien teknik relaksasi napas dalam maupun distraksi.4) Berikan atau ciptakan suasana nyaman dan tenang agar klien dapat beristirahat.5) Untuk sementara anjurkan pada klien untuk membatasi pergerakan.6) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai program.

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan laserasi kulit, pemasangan traksi, pen, perubahan sirkulasi, imobilisasi fisik.Tujuan: Tidak terjadi gangguan integritas kulit.Kriteria hasil:1) Tidak ada lesi, kemerahan dan nyeri tekan pada daerah yang mengalami penekanan. 2) Penyembuhan luka sesuai waktunya3) Menunjukkan perilaku untuk mencegah kerusakan kulit sehingga memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.Intervensi:1) Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae2) Monitor suhu tubuh3) Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol4) Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh5) Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan6) Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol7) Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi8) Kolaborasi emberian antibiotik.

c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fragmen tulang, pembatasan gerak.

Tujuan: Mobilitas fisik baikKriteria hasil : 1) Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling yang dapat dialakukan klien2) Mempertahankan posisi fungsinal3) Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit4) Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitasIntervensi:1) Kaji kemampuan rentang gerak dan kekuatan otot klien pada ekstremitas. 2) Ajarkan range of motion (ROM) secara aktif maupun pasif secara bertahap sesuai dengan kemampuan klien.3) Kolaborasi dengan bagian fisioterapi untuk latihan aktivitas lebih lanjut.4) Ajarkan klien dalam menggunakan alat bantu.5) Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah klien melakukan latihan.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer; kerusakan kulit; trauma jaringan; terpajan pada lingkungan; prosedur invasif; traksi tulang.Tujuan: Tidak terjadi infeksi Kriteria hasil : 1) Tidak ada tanda-tanda infeksi (dolor, kalor, rubor, tumor dan fungsiolaesa)2) Luka kering jahitan menutup rapat3) Luka sembuh tepat waktuIntervensi:1) Monitor atau kaji adanya tanda-tanda infeksi.2) Jaga kebersihan daerah sekitar operasi.3) Monitor TTV khususnya bila ada peningkatan suhu tubuh untuk mengetahui adanya peradangan daerah operasi.4) Perhatikan cairan yang keluar dari drain baik warna dan banyaknya.5) Ganti balutan dengan teknik aseptik dan antiseptik.6) Kolaborasi pemberian obat antibiotik sesuai dengan indikasi.

4. Evaluasia. Nyeri berkurang atau hilang.b. Tidak terjadi gangguan integritas kulit.c. Mobilitas fisik baik.d. Tidak terjadi infeksi.