laporan pendahuluan kejang demam

26
LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM DI RUANG RESUSITASI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA Oleh: NANANG EKO PRASETYO, Amd.Kep RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA - SURABAYA 1

Upload: nanangeko

Post on 23-Dec-2015

684 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Laporan Pendahuluan kejang demam sebagi syarat untk memenuhi tugas pelatihan anestesi di RSUD dr.Soetomo

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM

DI RUANG RESUSITASI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Oleh:

NANANG EKO PRASETYO, Amd.KepRSUD BHAKTI DHARMA HUSADA - SURABAYA

SMF ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI

FK UNAIR / RSUD DR SOETOMO

SURABAYA

2015

1

Page 2: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan Kejang Demam di Ruang Resusitasi IGD lantai 1 RSUD

Dr. Soetomo Surabaya.

Surabaya, Februari 2015

Penulis

Nanang Eko Prasetyo, Amd,Kep.

Pembimbing Akademik

Yeti Rohalina

Pembimbing Klinik

Fathimatuz zuhrohNIP.19670315 198803 2 019

Mengetahui,Kepala Ruangan

I Kadek Suardana, Amd.Kep.NIP. 19731130 199403 1 005

2

Page 3: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

DAFTAR ISI

COVER 1

LEMBAR PERSETUJUAN 2

DAFTAR ISI 3

BAB I (LATAR BELAKANG DAN TUJUAN) 4

BAB II (TINJAUAN TEORI) 6

1.1 PENGERTIAN 6

1.2 PENYEBAB 6

1.3 TANDA GEJALA 7

1.4 WEB OF CAUTION 7

1.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 11

1.6 PENATALAKSANAAN 11

BAB III (KONSEP ASKEP) 13

1.1 PENGKAJIAN 13

1. Identitas 13

2. Keluhan utama 13

3. Riwayat Penyakit Sekarang 13

4. Riwayat Penyakit Dahulu 13

5. Riwayat Penyakit Keluarga 13

6. Pemeriksaan Fisik 13

7. Pemeriksaan Penunjang 14

8. Terapi 14

1.2 DIAGNOSA 14

1.3 INTERVENSI 15

1.4 IMPLEMENTASI 16

1.5 EVALUASI 16

DAFTAR PUSTAKA 18

3

Page 4: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga.

Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi

penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan

anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling

sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya

kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses

ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan

bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229).

Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur

6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5

tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering

didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan

karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat

dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73)

Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu

Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data adanya

peningkatan insiden kejang demam. Pada tahun 1999 ditemukan pasien

kejang demam sebanyak 83 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0

%). Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang demam 132 orang dan tidak

didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di atas menunjukkan adanya

peningkatan insiden kejadian sebesar 37%.

Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan

mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian

hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah,

1985 : 858) .

4

Page 5: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan

pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat

diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan

bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut

untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu

memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang

meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan

berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh

secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada kejang

demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi

pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri

yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit,

prognosis dan kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 1999; 262).

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kejang demam serta

bagaimana cara penanganannya

2. Tujuan Khusus

1) Memahami tentang pengertian kejang demam

2) Memahami tentang penyebab kejang demam

3) Memahami tentang tanda gejala kejang demam

4) Memahami tentang WOC kejang demam

5) Memahami tentang pemeriksaan diagnostik kejang demam

6) Memahami tentang pelaksanaan kejang demam

7) Memahami Asuhan Keperawatan dengan diagnosa kejang demam

5

Page 6: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN

Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara

sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik

serebral yang berlebihan.(betz & Sowden,2002)

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh ( suhu rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium

(Ngastiyah, 1997:229)..

Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan

perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang

berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.

2.2 PENYEBAB

Menurut Lumbantobing,2001 Faktor yang berperan dalam menyebabkan

kejang demam:

1. Demam itu sendiri

2. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus terhadap

otak).

3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.

4.  Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit

5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak

diketahui atau ensekalopati toksik sepintas.

6. Gabungan semua faktor tersebut di atas.

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan

dengan kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat yang disebabkan infeksi

diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akut (OMA),

bronkhitis, dan lain – lain.

6

Page 7: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

2.3 TANDA DAN GEJALA

Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,

berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik,

klonik, fokal, atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Setelah kejang

berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun sejenak, tetapi setelah beberapa

detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis.

Kejang dapat diikuti oleh hemiparesis sementara (Hemiparesis Todd) yang

berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama

diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung

lama sering terjadi pada kejang demam yang pertama.

Durasi kejang bervariasi, dapat berlangsung beberapa menit sampai lebih

dari 30 menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut. Sedangkan

frekuensinya dapat kurang dari 4 kali dalam 1 tahun sampai lebih dari 2 kali

sehari. Pada kejang demam kompleks, frekuensi dapat sampai lebih dari 4 kali

sehari dan kejangnya berlangsung lebih dari 30 menit. 

Gejalanya berupa:

a) Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang

tejradi secara tiba-tiba)

b) Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu

terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam)

c) Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya

berlangsung selama 10-20 detik)

d) Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,

biasanya berlangsung selama 1-2 menit)

e) Lidah atau pipinya tergigit

f) Gigi atau rahangnya terkatup rapat

g) Inkontinensia (mengompol)

h) Gangguan pernafasan

i) Apneu (henti nafas)

j) Kulitnya kebiruan

Setelah mengalami kejang, biasanya:

7

Page 8: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

a) Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama

1 jam atau lebih

b) Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi)-sakit kepala

c) Mengantuk

d) Linglung (sementara dan sifatnya ringan)

2.3.1 Kejang parsial ( fokal, lokal )

a. Kejang parsial sederhana :

Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut

ini :

1) Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi

tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.

2) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah,

dilatasi pupil.

3) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik,

merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.

4) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.

b. Kejang parsial kompleks

1) Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai

kejang parsial simpleks

2) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap –

ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang –

ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.

3) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku

2.3.2 Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )

a. Kejang absens

1) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas

2) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung

kurang dari 15 detik

3) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan

konsentrasi penuh

8

Page 9: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

b. Kejang mioklonik

1) Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang

terjadi secara mendadak.

2) Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik

berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan

kaki.

3) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam

kelompok

4) Kehilangan kesadaran hanya sesaat.

c. Kejang tonik klonik

1) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum

pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung

kurang dari 1 menit

2) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih

3) Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.

4) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal

d. Kejang atonik

1) Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan

kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.

2) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

9

Page 10: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

2.4 WEB OF CAUTION

2.5 PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSTIK10

Infeksi ekstrakranial : suhu tubuh

Depolarisasi membran dan lepas muatan listrik berlebih

Difusi Na dan Ca berlebih

Gangguan keseimbangan membran sel neuron

kejang

parsial umum

sederhanakompleks absens mioklonik Tonik

klonikatonik

Kesadaran Gg peredaran darah

Aktivitas otot

Resiko cedera

Reflek menelan

Penumpukan sekret

hipoksi

Permeabilitas kapiler

Sel neuron otak rusak

Metabolisme

Keb. O2

asfiksia

Suhu tubuh makin meningkat

aspirasi

Page 11: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

1) Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai untuk membantu menetapkan jenis

dan fokus dari kejang.

2) CT scan : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari biasanya

untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

3) Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan

menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk

memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila

menggunakan pemindaian CT

4) Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi

kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan

metabolik atau alirann darah dalam otak

5) Uji laboratorium

a. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi

kejang (N < 200 mq/dl)

b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan

indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.

c. Elektrolit : K, Na

Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang

Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )

Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )

2.6 PENATALAKSANAAN

1) Memberantas kejang Secepat mungkin

Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan

kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi

suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15

menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis

yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti.

Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 %

secara intravena.

2) Pengobatan penunjang

11

Page 12: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan

penunjang

a. Semua pakaian ketat dibuka.

b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.

c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen,

bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.

d. Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan

oksigen.

e. Beri penahan gigi supaya tidak tergigit.

3) Pengobatan rumat

a. Profilaksis intermiten

Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti

konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai

kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana

yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.

b. Profilaksis jangka panjang

Diberikan pada keadaan

a) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam

b) Kejang demam yang mempunyai ciri :

1. Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi,

retardasi perkembangan dan mikrosefali

2. Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau

diikuti kelainan saraf yang sementara atau menetap

3. Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik

4. Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan

4) Mencari dan mengobati penyebab

BAB III

12

Page 13: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

3.1 PENGKAJIAN

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan

penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,

observasi, psikal assesment.

1. Identitas

Identitas pasien meliputi: nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan,

pendidikan, status perkawinan, agama, kebangsaan, suku, alamat, tanggal

dan jam MRS, no register, serta identitas yang bertanggung jawab.

2. Keluhan utama

Pada umumnya pasien panas yang meninggi disertai kejang

3. Riwayat penyakit sekarang

Menanyakan tentang keluhan yang dialami sekarang mulai dari panas,

kejang, kapan terjadi, berapa kali, dan keadaan sebelum, selama dan

setelah kejang.

4. Riwayat penyakit dahulu

Penyakit yang diderita saat kecil seperti batuk, pilek, panas. pernah

dirawat dimana, tindakan apa yang dilakukan, penderita pernah mengalami

kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang.

5. Riwayat penyakit keluarga

Tanyakan pada keluarga pasien tentang apakah didalam keluarga ada yang

menderita penyakit yang diderita oleh pasien seperti kejang atau epilepsi.

6. Pemeriksaan fisik

1) B1(Breath) : Keadaan umum tampak lemah, tampak peningkatan

frekuensi nafas sampai terjadi gagal nafas.Dapat terjadi sumbatan

jalan nafas akibat penumpukan sekret

2) B2 (Blood) : TD normal, nadi, perfusi, crt<2" , suhu panas,

kemungkinan terjadi gangguan hemodinamik

3) B3 (Brain): Kesadaran komposmentis sampai koma

4) B4 (Bladder): monitor produksi urine dan warnanya(jernih,pekat)

13

Page 14: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

5) B5 (Bowel): Inspeksi : tampak normal, auskultasi : terdengar suara

bising usus normal, palpasi : turgor kulit normal, perkusi : tidak ada

distensi abdomen

6) B6 (Bone): pada kasus kejang demam tidak ditemukan kelainan

tulang akan tetapi saat kejang berlangsung akan terdapat beberapa otot

yang mengalami kejang.

7. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

a) Darah lengkap

b) Urine lengkap

c) Serum elektrolit

b. EEG: didapatkan gelombang abnormal berupa gelombang-

gelombang lambat fokal bervoltase tinggi, kenaikan aktivitas

delta, relatif dengan gelombang tajam (Soetomenggolo, 1989)

c. CT Scan: pada pemeriksaan ini dapat menunjukan adanya lesi

pada daerah kepala.

8. Terapi

1) Bebaskan jalan napas

2) Berikan oksigenasi

3) Berikan posisi sligh head up 300

4) Pasang IV line

5) Pemberiap terapi sesuai advis dokter

6) Longgarkan pakaian yang dipakai oleh pasien

3.2 DIAGNOSA

1. Aspirasi berhubungan dengan adanya penumpukan sekret di saluran

pernapasan

2. Resiko cedera berhubungan dengan terjadinya penurunan kesadaran

3. Gangguan rasa nyaman (peningkatan suhu tubuh) berhubungan dengan

dampak patologi dari penyakitnya.

4. Kebutuhan oksigen meningkat berhubungan dengan kejang

14

Page 15: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

3.3 INTERVENSI

1. Dx: Aspirasi berhubungan dengan adanya penumpukan sekret di saluran

pernapasan

Tujuan: Tidak terjadi aspirasi

KH: jalan napas bebas, tidak ada suara napas tambahan, tidak ada sekret

yang menumpuk

Rencana tindakan:

a) Berikan posisi miring pada pasien

R/ agar jalan napas tetap terbuka

b) Lakukan suction

R/ membersihkan jalan naapas

c) Lakukan nebulizer

R/ untuk mengencerkan sekret

d) Observasi tanda-tanda vital pasien

R/ mengetahui tingkat perkembangan pasien

e) Kolaborasi dengan tim medis/ dokter dalam pemberian terapi

R/ melaksanakan fungsi independent

2. Dx: Resiko cedera berhubungan dengan terjadinya penurunan kesadaran

Tujuan: cedera pada saat terjadi kejang dapat dicegah

KH: tidak terjadi cedera, pederita tidak jatuh, lidah pasien tidak tergigit

Rencana tindakan:

a) Jaga kepala terhadap benda-benda yang dapat menimbulkan

cedera

R/ menghindari cedera saat kejang

b) Rawat pasien dengan posisi tidur kepala miring

R/ sekret dapat keluar

c) Observasi tanda-tanda vital pasien tiap 15 menit selama fase akut

R/ mengetahui tingkat perkembangan pasien

d) Buka pakaian yang menekan

R/ membuka saluran nafas agar nafas pasien tidak tertekan

e) Berikan pengamanan pada tempat tidur

R/ menghindari cedera atau jatuh

15

Page 16: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

f) Minimalkan terjadi cedea pada pasien

R/ meminimalkan terjadi cedea pada pasien

3. Dx: gangguan rasa nyaman (peningkatan suhu tubuh) berhubungan

dengan dampak patologi dari penyakitnya.

Tujuan: suhu tubuh normal dalam waktu 30 menit - 1 jam

KH: suhu tubuh 36,5 C, tidak keluar keringat dingin, pasien tenang

Rencana tindakan:

a) Berikan penjelasan pada keluarga pasien tentang penyebab

peningkatan suhu tubuh

R/ keluarga pasien dapat mengerti tentang penyebab demam

b) Ganti pakaian pasien dengan pakaian yang tipis dan mudah

menyerap keringat

R/ untuk mengurangi penguapan

c) Berikan kompres dingin pada pasien

R/ dapat mengurangi suhu panas pasien

d) Observasi tanda-tanda vital pasien

R/ mengetahui tingkat perkembangan pasien

e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antipiretik

R/ menurunkan demam dan melaksanakan fungsi independent

3.4 IMPLEMENTASI

Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana

tindakan yang telah ditetapkan meliputi tindakan independent, depedent,

interdependent. Pada pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, validasi,

rencan keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan

asuhan keperawatan dan pengumpulan data (Susan Martin, 1998)

3.5 EVALUASI

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan

data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan

keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini

16

Page 17: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya

( Santosa.NI, 1989;162).

NO. Diagnosa/Masalah Evaluasi

1.

2

3.

Aspirasi berhubungan dengan

adanya penumpukan sekret di

saluran pernapasan

Resiko cedera berhubungan

dengan terjadinya penurunan

kesadaran

Gangguan rasa nyaman

(peningkatan suhu tubuh)

berhubungan dengan dampak

patologi dari penyakitnya

Klien tidak mengalami aspirasi

Kriteria :

1. Jalan napas bebas

2. Tidak ada suara napas tambahan

3. Tidak ada sekret yang

menumpuk

Cedera pada saat terjadi kejang

dapat dicegah

Kriteria :

1. Tidak terjadi cedera

2. Penderita tidak jatuh

3. Lidah pasien tidak tergigit

Rasa nyaman terpenuhi

Kriteria :

1. Tanda vital :

Suhu : 36 – 37,5ºC

N : 100 – 110 kali/ menit

RR : 24 – 28 kali/menit

2. Kesadaran : composmentis

3. Anak tidak rewel

4. Tidak keluar keringat dingin

17

Page 18: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

DAFTAR PUSTAKA

1. Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri.

Jakarta : EGC.

2. Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa :

Maulanny R.F. Jakarta : EGC.

3. Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya

baru

4. Kejang Pada Anak. www. Pediatrik.com/knal.php

5. http://imadeyasesanjaya.blogspot.com/2011/07/lapoarn-pendahuluan-kejang-

demam.html

18