laporan pendahuluan fm.docx
TRANSCRIPT
LAPORAN TETAP
LABORATORIUM UNIT PROSES
WETTED WALL ABSORPTION COLUMN
DISUSUN OLEH:
YUDA DWI CAHAYA 03031181320025
M. ANDRE REZA APRIANSYAH 03031181320026
ANNISA RAHMATHUL FITHRI 03031181320051
YULI ASTUTI 03031181320062
RIYALDI ISMAIL 03031181320066
ALTRI DAHLIANA 03031281320004
FRICOR NEVRIADI 03031381320054
NAMA ASISTEN: 1.
2.
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada proses industri pasti terjadi proses pencampuran. Proses
pencampuran membentuk suatu produk yang dihasilkan dari penggabungan dua
atau lebih zat kimia yang berbeda tanpa reaksi. Pada pencampuran tidak
mengubah sifat fisik, namun sifat kimia dapat berubah dari komponennya. Hasil
pencampuran dapat bersifat homogen dan heterogen, dan dapat dipisahkan
menjadi komponen aslinya secara mekanis.
Tingkat keberhasilan suatu proses bergantung pada efektifitas pengadukan
dan pencampuran zat. Pengadukan (agitation) menyebabkan suatu material akan
bergerak secara spesifik (tertentu) di dalam bejana, di mana gerakan itu biasanya
mempunyai semacam pola sirkulasi. Pencampuran (mixing) adalah peristiwa
menyebarnya bahan-bahan secara acak, dimana bahan yang satu menyebar ke
dalam bahan yang lain dan sebaliknya, sedangkan bahan-bahan itu sebelumnya
terpisah dalam dua fasa atau lebih.
Pencampuran dapat terjadi pada bahan cair-cair, cair-padat, cair-gas, dan
padat-padat. Untuk bahan yang kuantitasnya masih kecil, dapat digunakan media
seperti bejana dan tanki. Bahan yang akan dicampur dimasukan dalam bejana lalu
diaduk dengan kayu yang menggunakan tenaga manusia sehingga proses yang
dilakukan tidak konstan. Dalam lingkup kecil ini, homogenitas atau keseragaman
mungkin tidak jadi suatu masalah. Namun hal ini tidak dapat diterapkan untuk
ruang lingkup yang lebih besar seperti pada industri, karena untuk menghasilkan
homogenitas yang tinggi dibutuhkan proses pencampuran yang konstan dan
kontinyu yang tidak dapat dilakukan secara manual.
Proses pencampuran juga dibutuhkan untuk melakukan beberapa tugas
seperti pemompaan, perpindahan panas dan perpindahan massa secara cepat.
Untuk itulah dibutuhkan peralatan mixing yang sesuai dengan fungsinya dengan
keadaan konstan, serta dapat diatur kecepatan pengadukannya untuk memperoleh
17
hasil yang optimal, serta kehomogenitasan yang tinggi, dan gerakan mixing
dengan tenaga yang dibutuhkan minimum.
Untuk mencampurkan dua fase atau lebih dalam proses mixing digunakan
impeller sebagai mixer. Ada beberapa tipe impeller yang biasa digunakan antara
lain: propeller, paddle dan turbine.
1.2. Tujuan
1) Mengetahui prinsip dan cara kerja Fluid Mixing Apparatus.
2) Mengetahui faktor yang mempengaruhi perbedaan pola aliran.
3) Mengetahui pengaruh dari penggunaan Baffle pada proses pencampuran.
4) Mengetahui bentuk-bentuk Impeller.
5) Mengetahui aplikasi dari Fluid Mixing Apparatus.
1.3. Rumusan Permasalahan
Dari pemaparan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, permasalahan
yang timbul dalam suatu proses dengan Fluid Mixing antara lain :
1) Bagaimana pengaruh jenis impeller pada suatu Fluid Mixing?
2) Apakah ada pengaruhnya penggunaan baffle pada Fluid Mixing?
3) Bagaimana pengaruh bahan yang digunakan terhadap proses Fluid Mixing?
4) Bagaimana kondisi yang optimal agar pencampuran dengan Fluid Mixing
berjalan lancar?
5) Bagaimana pengaruh kecepatan putaran impeller yang berbeda dalam proses
pencampuran?
1.4. Manfaat
Manfaat dari percobaan ini adalah :
1) Dapat mengetahui prinsip dasar Fluid Mixing Apparatus.
2) Dapat mengetahui perbedaan pola aliran yang ditimbulkan oleh tiga buah
impeller yang berbeda (Propeller, Turbin dan Paddle).
17
3) Dapat mengetahui perbedaan yang terjadi pada pencampuran liquid yang
menggunakan baffle dan tidak menggunakan baffle.
4) Dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pola aliran yang berbeda
seperti padatan yang digunakan, viscositas cairan yang digunakan, kecepatan
putaran dari impeller dan lain-lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fluid Mixing Apparatus
Pada percobaan kali ini digunakan Fluid Mixing Apparatus dengan
impeller-nya. Impeller inilah yang akan membangkitkan pola aliran di dalam
sistem, yang menyebabkan zat cair bersikulasi di dalam bejana untuk akhirnya
kembali ke impeller.
Propeller merupakan impeller aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat
cair berviskositas rendah. Propeller kecil biasanya berputar pada kecepatan motor
penuh, yaitu 1.150 atau 1.750 rpm, sedang propeller besar berputar pada 400
sampai 800 rpm. Arus yang meninggalkan propeller mengalir melalui zat cair
menurut arah tertentu samapi dibelokkan oleh lantai atau dinding bejana.
Dalam proses mixing ini digunakan impeller sebaga mixer yang akan
mencampurkan dua fase atau lebih yang terpisah. Ada beberapa tipe impeller yang
biasa digunakan antara lain : propeller, paddle dan turbine. Setiap impeller ini
memiliki tingkat efisiensi yang berbeda terhadap proses pencampuran.
Ada dua macam impeller pengaduk, yaitu impeller aliran-aksial (axial-
flow impeller) dan impeller aliran-radial (radial-flow impeller). Impeller jenis
pertama membangkitkan arus sejajar dengan sumbu poros impeller, dan yang
kedua membangkitkan arus pada arah tengensial atau radial.
Dari segi bentuknya, ada tiga jenis impeller: propeller (baling-baling),
dayung (padle), dan turbin (turbine). Masing-masing jenis terdiri lagi atas
berbagai variasi dan sub-jenis. Ada lagi jenis-jenis impeller lain yang
dimaksudkan untuk situasi-situasi tertentu, namun ketiga jenis itu agaknya dapat
digunakan untuk menyelesaikan 95 persen dari semua masalah agitasi zat cair.
17
Propeller merupakan impeller aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat
cair berviskositas rendah. Propeller kecil biasanya berputar pada kecepatan motor
penuh, yaitu 1.150 atau 1.750 rpm, sedang propeller besar berputar pada 400
sampai 800 rpm. Arus yang meninggalkan propeller mengalir melalui zat cair
menurut arah tertentu samapi dibelokkan oleh lantai atau dinding bejana. Kolom
zat cair yang berputar dengan sangat turbulennya itu meninggalkan impeller
dengan membawa ikut zat cair stagnan yang dijumpainya dalam perjalanannya itu,
dan zat cair stagnan yang terbawa ikut itu mungkin lebih banyak dari yang dibawa
kolom arus sebesar itu kalau berasal dari nosel stasioner. Daun-daun propeller
merobekkan menyeret zat cair itu. Oleh karena arus aliran ini sangat gigih,
agitator propeller sangat efektif dalam bejana besar.
Mixing atau Pencampuran itu sendiri adalah pendistribusian secara acak,
dimana bahan yang satu menyebar ke dalam bahan yang lain atau sebaliknya.
Dalam proses mixing biasanya digunakan impeller sebagai mixer yang akan
mencampurkan 2 (dua) fase atau lebih yang terpisah. Arus yang ditimbulkan oleh
gerakan impeller ini menyebabkan terbentuknya vortex yang tidak diinginkan
dalam proses mixing, maka perlu digunakan baffle.
Pengadukan menunjukkan gerakan yang terinduksi menurut cara tertentu
pada suatu bahan di dalam bejana, dimana gerakan itu biasanya mempunyai
semacam sirkulasi. Tujuan pengadukan antara lain adalah :
1) Untuk memilih suspensi partikel zat padat.
2) Untuk meramu zat cair yang mampu larut, misalnya metil alkohol dan air.
3) Untuk menyebarkan gas didalam zat cair dalam bentuk gelembung kecil.
4) Untuk menyebarkan zat cair yang tidak dapat bercampur dengan zat cair lain,
sehingga membentuk emulsi atau suspensi butiran-butiran halus.
5) Untuk mempercepat perpindahan kalor antara zat cair dengan kumparan atau
mantel kalor.
Kadang-kadang pengaduk digunakan untuk beberapa tujuan sekaligus,
misalnya dalam hidrogenasi katalitik dan zat cair. Gas dan liquid dapat mengalami
kontak, dengan gas mendispersi sebagai gelembung gas. Pada agitated vessel baik
17
multi stages maupun counter current, efeknya diabaikan. Contohnya adalah
seperti karbonasi lime slurry, khlorinasi paper stock, hydrogenation of vegetables
oil, aerasi dari fermentasi air kaldu, produksi penicilin, produksi asam citrat dari
beet sugar dengan bantuan mikroorganisme. Pola Aliran dalam bejana aduk
dipengaruhi oleh :
1) Jenis impeler
2) Karekteristik fluida
3) Ukuran serta perbandingan tangki, sekat dan agitator
Kecepatan fluida pada setiap titik dalam tangki mempunyai tiga komponen
terpenting dan pola aliran secara keseluruhan di dalam tangki bergantung pada
variasi ketiga komponen tersebut dari satu lokasi ke lokasi lain. Ketiga komponen
itu adalah :
1) Komponen radial, yang bekerja pada arah tegak lurus terhadap poros impeller.
2) Komponen longitudinal, merupakan kecepatan fluida yang bekerja pada arah
paralel dengan poros impeller.
3) Komponen tangensial atau rotasional, yang bekerja pada arah singgung
terhadap lintasan lingkar disekeliling poros.
Untuk mencegah arus putar yang dapat menimbulkan vortex ada beberapa
cara, yaitu:
1) Untuk tangki yang kecil, impeller dipasang diluar sumbu tangki, porosnya
digeser sedikit dari garis pusat tangki, lalu dimiringkan dalam satu bidang
yang tegak lurus terhadap pergeseran itu.
2) Untuk tangki-tangki yang lebih besar, agitatornya dipasang disisi tangki,
dengan porosnya pada bidang horizontal, tetapi membuat sudut dengan jari-
jari tangki.
3) Pada tangki-tangki yang besar yang mempunyai agitator vertical, cara yang
paling baik untuk mengurangi arus putar ialah dengan memasang sekat atau
baffle.
2.2. Macam-macam Gambar Pola Aliran Fluida
17
Gambar 2.1 Pola aliran fluida untuk propeller ditengah vessel tanpa baffle
Gambar 2.2. Pola aliran fluida untuk propeller ditengah vessel dengan baffle, pola
aliran aksial
Gambar 2.3. Pola aliran fluida untuk propeller ditengah vessel dengan baffle,
pola aliran radial
17
Gambar 2.4. Pola aliran fluida untuk propeller tidak pada posisi ditengah vessel
Komponen radial dan komponen longitudinal, sangat aktif dalam
memberikan aliran yang diperlukan untuk melakukan pencampuran. Bila poros
itu vertikal dan terletak persis di pusat tangki, komponen tangensial biasanya
kurang menguntungkan pada saat berlangsungya proses pengadukan didalamnya.
Gambar 2.5 Posisi agitator pada vessel
(Sumber:Peavy, 1985)
2.3. Parameter Yang Mempengaruhi Proses Mixing
Parameter proses yang mempengaruhi proses mixing, yaitu:
1) Viskositas.
2) Kelarutan zat terlarut.
3) Konduktivitas termal fluida dan zat terlarut jika terjadi perpindahan panas.
4) Densitas fluida.
5) Ukuran partikel solid
Parameter mekanik yang mempengaruhi proses mixing, yaitu:
1) Diameter impeller.
17
2) Rotasi impeller permenit.
3) Bentuk impeller.
4) Volume vessel.
5) Bentuk vessel.
6) Letak agitator terhadap vessel
2.4. Macam-Macam Impeller
2.4.1. Propeller
Berikut ini merupakan ciri-ciri propeller :
a) Sirkulasi berbentuk aliran aksial dari kipas dan digunakan baffle untuk
membentuk pola aliran. Pola aliran yang dihasilkan ketika menggunakan
baffle menyebabkan fluida mempunyai aliran turbulen.
b) Dapat dioperasikan pada seluruh range kecepatan.
c) Umumnya digunakan jenis 3 (tiga) bilah kipas (blade) sama sisi.
d) Aksi pemotongan (pencampuran) sangat baik pada kecepatan tinggi.
e) Tidak mengalami kerusakan pada kecepatan rendah.
f) Pengunaan power yang ekomonis.
g) Secara umum dapat membersihkan sendiri (self cleaning).
h) Relatif sukar diletakan pada vessel untuk mendapatkan performance yang
optimum.
i) Tidak efektif untuk viscous liquid, kecuali desain khusus, biaya: sedang.
j) Merupakan impeller aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat cair
berviskositas rendah.
2.4.2.Open Turbine
a) Sirkulasi berbentuk aliran radial pengaruh gaya sentrifugal dari turbine blade,
dengan sirkulasi sangat baik.
b) Secara umum dibatasi pada kecepatan tinggi.
c) Tidak mudah rusak pada kecepatan stabil.
d) Efektif pada sistem berviskositas tinggi dan biayanya rendah.
2.4.3.Shrouded Turbine
a) Sirkulasi berbentuk aliran radial pengaruh gaya sentrifugal dari enclosed
impeller stator, dengan sirkulasi sangat baik.
17
b) Range kecepatan dapat dibatasi.
c) Tidak mudah rusak pada kecepatan stabil.
d) Tidak dapat membersihkan sendiri.
e) Flow capacity terbatas dan relatif rendah.
f) Biaya: relatif tinggi
2.4.4.Paddle
a) Sirkulasi berbentuk aliran radial, tetapi tidak pada sirkulasi vertikal kecuali
digunakan baffle.
b) Dapat digunakan pada seluruh range viskositas.
c) Tidak mudah rusak dalam pengoperasiannya.
d) Tidak mudah kotor.
e) Flow capacity bisa tinggi dengan mengunakan mutiple blade.
f) Biaya: relatif rendah.
g) Gambar dibawah ini merupakan contoh-contoh impeller.
Flat Blade Turbine Marine Propeller
Radical Propeller Flat Blade Paddle
Gambar 2.6 Contoh-contoh Impeller
(Sumber: Bhupalaka, 2010)
17
2.5. Mechanically Agitated Vessel
2.5.1.Vessel
Vessel biasanya berbentuk tanki silinder vertikal dimana didalamnya akan
diisikan fluida dengan kedalaman yang sama dengan diameter tanki, namun pada
beberapa sistem pengontakkan gas/cairan, dengan kedalaman cairan sekitar tiga
kali diameter tanki, maka akan digunakan banyak impeller. Diameter vessel
berkisar antara 0,1 m untuk unit yang kecil hingga 10 m atau lebih untuk unit atau
instalasi industri besar.
Bagian dasar tanki dapat berbentuk datar, lengkungan ataupun lancip
(kerucut) tergantung pada faktor kemudahan pada saat pengosongan ataupun
tergantung pada padatan yang terlarut. Jika bentuk cone (kerucut) digunakan
sebagai bagian dasar dari tanki maka harus diperhatikan bahwa pencampuran
dapat dilakukan dengan sempurna dalam cone tersebut dengan cara menurunkan
posisi impeller tersebut. Tapi di sisi lain dapat berbahaya karena terlalu dekat
dengan permukaan dinding vessel. Dalam kasus yang lain sering juga
digunakan dua buah impeller pada bagian atas dan bawah vessel untuk
memperoleh pencampuran yang sempurna. Pada design mixer ataupun settler
untuk solvent-extraction biasanya digunakan tanki segi empat karena
pertimbangan harga yang lebih murah untuk kapasitas yang besar dan juga lebih
mudah mengkombinasikannya dengan settler.
2.5.2.Baffle
Baffle digunakan untuk mencegah terjadinya pembentukan vortex (ruang
udara) ketika cairan dengan viskositas rendah diaduk dalam tanki silinder vertikal
dengan impeller yang berada pada pusatnya, maka digunakan baffle yang
dipasang pada dinding vessel. Baffle yang digunakan biasanya memiliki jarak
yang sama sekitar 1 – 10 dari diameter tanki. Baffle biasanya tidak menempel
pada dinding vessel sehingga secara kebetulan akan terdapat celah antara baffle
dengan dinding vessel. Baffle umumnya tidak digunakan pada cairan dengan
viskositas tinggi dimana pembentukan vortex bukanlah menjadi masalah yang
penting. Baffle dipasang pada mixing vessel untuk menambah turbulensi,
17
walaupun penggunaan baffle menaikkan kebutuhan tenaga, tetapi di sisi lain
memiliki keuntungan yaitu terjadinya perpindahan panas secara terus menerus dan
waktu pencampuran lebih cepat.
Ketika waktu yang digunakan pada proses pencampuran sangatlah sedikit,
makan pencampur yang terbaik adalah suatu pencampur dengan jumlah tenaga
yang dibutuhkan yang merupakan tenaga yang terkecil dan dengan waktu yang
sangat singkat.
2.5.3.Impeller
Beberapa tipe impeller, yaitu Propeller, Turbine, Paddle, Anchor, Helical
ribbon, dan Helical screw. Contohnya adalah Propeller yang sirkulasinya
berbentuk aliran aksial dari kipas. Penggunaan tipe impeller diatas tergantung
pada geometri vessel tangki dan viskositas cairan, sebagai berikut:
a) Untuk viskositas yang lebih kecil dari 2000 cp, maka digunakan impeller
dengan tipe Propeller.
b) Untuk viskositas antara 2000 cp – 50.000 cp, maka digunakan impeller
dengan tipe Turbine.
c) Untuk viskositas antara 10.000 – 1.000.000 cp, maka digunakan impeller
dengan tipe Anchor, Helical ribbon atau Paddle.
d) Untuk viskositas diatas 1.000.000 cp, maka digunakan pencampuran khusus,
seperti banburg mixer, extruder, sigma mixer dan beberapa tipe lainnya.
Ukuran impeller tergantung pada jenis impeller dan kondisi operasi seperti
yang dijelaskan oleh Reynolds, Froude dan Power sebagai suatu karakteristik
yang saling mempengaruhi. Untuk impeller jenis turbine, perbandingan diameter
dari impeller dan vessel berada pada range d/D = 0,3 - 0,6. Kecepatan impeller
standar yang digunakan untuk kepentingan komersil industri adalah 37, 45, 56,
68, 84, 100, 125, 155, 190 dan 320 rpm. Tenaga yang dibutuhkan biasanya tidak
cukup untuk digunakan secara kontinyu untuk mengatur gerakan steam turbin.
Dua kecepatan driver mungkin dibutuhkan pada saat torques awal sangat tinggi.
Jenis-jenis impeller adalah The marine type propeller, Flat – blade turbine, The
17
disk flat – blade turbine, The curved – blade turbine, The pitched – blade turbine,
The shrouded turbine.
2.6. Jet Mixer
Pencampuran dalam sebuah vessel dilakukan untukviskositas rendah
dengan menggunakan jet nozzle yang dimasukkan dalam vessel dimana cairan
dengan viskositas tinggi dialirkan ke dalam jet nozzle. Pompa digunakan untuk
mengeluarkan sebagian liquid dari vessel dan dikembalikan melalui nozzle ke
vessel. Transfer momentum dari jet viskositas tinggi menuju liquid dalam vessel
menyebabkan aksi pencampuran sirkulasi dalam tanki.
2.7. In-Line Static Mixer
In-line static mixer digunakan untuk operasi pencampuran dan pelarutan
dalam jumlah yang besar. Sebuah unit tetap diletakkan dalam sebuah pipa dan
pencampur dimasukkan oleh sistem pemompaan. Untuk kasus pencampuran
liquid kental secara laminar, pencampuran dilakukan dengan mekanisme slicing
dan folding. Proses pencampuran ini dilakukan dengan mekanisme slicing dan
folding. Proses pencampuran ini memberikan peningkatan dalam produk
campuran sebagai jumlah dari elemen pencampuran yang diulang meningkat.
Dalam kasus pelarutan liquid-liquid dan gas-liquid seperti mekanisme diatas tidak
berpengaruh dan biasanya operasi terjadi secara turbulen.
2.8. In-Line Dynamic Mixer
Untuk operasi pencampuran dimana membutuhkan produksi kontinyu dari
solid yang dilarutkan dan emulsi. In-line dynamic mixer ini adalah salah satu
bentuk mixer yang dapat digunakan. Alat ini terdiri dari sebuah rotor dimana spin
pada kecepatan tinggi di dalam sebuah casing dan umpan material dan
dipompakan secara kontinyu menuju unit. Di dalam casing, shear force fluida
yang tinggi digunakan pada operasi pelarutan.
2.9. Mills
Beberapa kegiatan kimia termasuk pelarutan solid dan pengemulsian tidak
dapat dilakukan di dalam vessel yang dicampur secara mekanik karena tidak
17
mungkin dapat menurunkan tegangan tinggi untuk memecah partikel agregat
dalam memperoleh kualitas pelarutan atau menciptakan emulsi yang stabil. Mills
dapat digunakan dalam operasi pelarutan dimana pelarutan partikel dilakukan
dengan crushing atau shearing.
2.10. Unit Pelarutan dengan Kecepatan Tinggi
Tipe peralatan ini serupa dengan in-line dynamic mixer tetapi alat ini
digunakan dalam sebuah vessel. Alat pencampur ini terdiri dari rotor kecepatan
tinggi di dalam vessel dimana fluida dimasukkan ke aksi shearing intensif.
2.11. Valve Homogenizers
Unit ini mempunyai bagian pemompaan untuk menyuplai material yang
akan dilarutkan melalui sebuah orifice kecil. Tekanan tinggi akan diturunkan
mendekati tekanan fluida melalui sebuah orifice sehingga menghasilkan shear
force tinggi dimana emulsi dan suspensi koloid akan dihasilakan secara kontinyu.
2.12. Ultrasonic Homogenizers
Material yang akan diproses dipompakan pada tekanan tinggi (diatas 150
bar). Melalui orifice yang di desain secara khusus untuk menghasilkan aliran
dengan kecepatan tinggi melalui sebuah blade yang digoyangkan atau digetarkan
pada frekuensi ultrasonik.
2.13. Extruder
Pelarutan dalam industri plastik biasanya dilakukan dengan extruder. Feed
yang biasanya mengandung polimer utama dalam bentuk granular atau bubuk,
bersama-sama dengan aditif seperti stabilizer, plasticizer, pigmen pewarna dan
lain-lain. Selama proses dalam extruder, polimer dilelehkan dan aditif dicampur.
Hasil extruder dikeluarkan pada tekanan tinggi dan laju dikontrol dari extruder
untuk pembentukkan.
17
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1.Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1) satu unit fluid mixing apparatus yang dilengkapi dengan impeller berbeda
dengan baffle dan tanpa baffle.
2) Ohmmeter
3.2.2.Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1) Pasir
2) Air
3) Garam
3.2. Prosedur Percobaan
17
1) Siapkan fluid mixing apparatus sehingga dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
2) Ukurlah diameter vessel, diameter impeller, jarak impeller dari dasar vessel,
lebah bilah impeller.
3) Masukkan air, pasir dan garam ke dalam fluid mixing apparatus, kemudian
pasang impeller dikehendaki.
4) Hidupkan fluid mixing apparatus dan aturlah kecepatan putaran impeller 50
rpm, 100 rpm, 200 rpm, 300 rpm. Lakukan secara bergantian.
5) Amati dan gambarkan pola aliran yang terjadi setiap kenaikkan kecepatan
putaran impeller dan hitung daya dari pengadukan tersebut.
6) Ulangi percobaan diatas untuk impeller yang berbeda dan fluid mixing
apparatus dengan baffle.
17